Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN

41 Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data hasil observasi dan wawancara dipilih hal-hal yang penting. Pengambilan data dipokokkan pada data aktivitas interaksi sosial subjek terhadap lawan jenis saat jam istirahat di lingkungan sekolah. 2. Data Display penyajian data Penelitian kualitatif menyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowcart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Humberman 1984, menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selanjutnya Miles and Humberman 1984, menyarankan dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network jejaring kerja dan chart. Dalam penelitian ini data disusun berupa teks naratif, dan tabel display data. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. 3. Conclusion Drawing verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Humberman 1984 adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila 42 kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti- bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Bhakti Wiyata yang terletak di Jalan Pahlawan Graulan Giripeni Wates Kulon progo Yogyakarta. SLB Bhakti Wiyata berada di bawah Yayasan Bhakti Wiyata. Memiliki siswa dengan berbagai kategori ketunaan, baik dari tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, dan bahkan tunaganda. Secara keseluruhan tercatat 50 siswa yang didominasi kategori tunagrahita dan tunarungu wicara, dengan jumlah guru sebanyak 18 orang, di tambah dengan seorang pegawai tata usaha dan seorang penjaga sekolah. Pada hari-hari tertentu, sekolah juga mendatangkan 2 tenaga pengajar tambahan yang khusus mengajar ketrampilan dan vokasional. Seorang tenaga pengajar lulusan seni rupa ditunjuk untuk mengajar melukis, dan seorang lagi merupakan pemilik salonahli rias yang ditunjuk mengajar tata rias. SLB Bhakti Wiyata memiliki jenjang pendidikan dari tingkat TKLB sampai dengan SMALB. Seluruhnya terbagi dalam 18 rombongan belajar rombel atau sesuai dengan jumlah tenaga pengajar. Dalam setiap rombongan belajar terdiri dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan dan kelas sendiri-sendiri. Beberapa siswa dengan kelas dan umur yang berbeda-beda dapat menempati satu kelas dengan catatan memiliki kemampuan yang hampir sama. Pembagian ruangan pun dibagi sesuai dengan kategori ketunaan siswa. Dari lima ruangan besar bersekat terbagi menjadi; satu ruangan untuk anak tunadaksa, satu ruangan untuk anak tunarungu, satu ruangan untuk tunagrahita ringan-tunanetra-autis kelas