2
1. Pendahuluan
Partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah salah satu syarat sebuah pembelajaran dapat berlangsung. Partisipasi siswa dalam hal ini adalah keaktifan
siswa saat pembelajaran berlangsung. Seperti yang dijelaskan oleh Nana Sudjana, bahwa keaktifan siswa mendasari terjadinya proses belajar, karena itu hakikat dari
pengajaran yang sebenarnya, namun tinggi rendahnya tingkat atau kadar keaktifan siswa itulah yang menjadi pokok permasalahan [1]. Dalam pembelajaran Bahasa
Inggris yang dianggap sulit oleh sebagian siswa, partisipasi siswa di dalam kelas sangat rendah. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA N 1
Grabag pada saat pembelajaran Bahasa Inggris, dari 25 siswa di dalam kelas tersebut, 36.67 siswa tergolong sebagai siswa yang aktif berpartisipasi dalam
pembelajaran dan sisanya adalah siswa yang kurang aktif berpartisipasi.
Seorang guru hendaknya mengajar dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga siswa menyadari bahwa dia dapat belajar efektif bila memiliki tanggung
jawab dan aktif di dalam proses belajar mengajar [2]. Penggunaan konsep pembelajaran yang tergolong biasa, tidak akan meningkatkan partisipasi siswa
dalam sebuah pembelajaran. Salah satu konsep yang dapat dipakai guru untuk meningkatkan partisipasi siswa terutama dalam mata pelajaran Bahasa Inggris
adalah roleplay. Roleplay adalah salah satu metode yang sangat berguna untuk menggali sikap dan untuk melatih kemampuan [3]. Siswa diajak untuk aktif
memerankan suatu tokoh atau mendemonstrasikan suatu situasi, dimana dalam proses pembuatannya, antara satu aspek dengan aspek lain akan terhubung. Van
Ments menyatakan bahwa pemeran, pembuat skenario, dan semua individu di dalam kelas itu sama-sama belajar tentang seseorang atau situasi tertentu dalam
bidang studi yang sedang mereka pelajari [4].
2. Tinjauan Pustaka
Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikut sertaan; peran serta [5]. Jadi
partisipasi siswa adalah keikut sertaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam sekolah. Partisipasi siswa yang sering terjadi dalam sebuah
pembelajaran adalah keaktifan siswa merespon guru di dalam pembelajaran tersebut. Siswa aktif menurut Nana Sudjana adalah siswa yang berperan sebagai
inti dalam kegiatan belajar sehingga siswa tersebut akan mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien [1]. Partisipasi aktif siswa di dalam kelas
ditandai dengan: siswa ditempatkan sebagai inti pembelajaran; siswa menjalin hubungan baik dengan guru dan siswa lain; siswa bertanggungjawab dengan
tugas; dan adanya keberanian siswa mengajukan pendapat [1].
Roleplay merupakan salah satu metode yang sangat berguna untuk menggali
sikap dan untuk melatih kemampuan [3]. Smith mengatakan bahwa mengubah aktifitas duduk menjadi aktifitas yang melibatkan gerakan akan menjaga
kesiagaan mental dan menambah pengetahuan di luar kegiatan sekolah [6]. Hollingsworth dan Lewis menambahkan, dari skenario dan adegan yang didapat
dalam roleplay bisa meningkatkan perhatian siswa akan hal-hal kecil serta meningkatkan daya ingat siswa terhadap isi cerita [7].
3
Hisyam Zaini dan kawan-kawan menyebutkan tiga aspek utama yang mendasari roleplay, yaitu role-taking dalam arti bagaimana sebuah peran harus
dimainkan sesuai dengan kenyataan, role-making yaitu bagaimana seseorang mampu memeran banyak peran dan bisa berimprovisasi sesuai kebutuhan dan
role-negotiation
yaitu peran-peran yang ada didiskusikan dengan pemegang peran lain untuk mengetahui hubungannya dalam kenyataan [4]. Langkah yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan roleplay adalah mempersiapkan situasi, menentukan tujuan drama, membagi peran, konsultasi dan koordinasi antar peran, pelaksanaan
drama, dan penilaian bersama oleh pemeran dan penonton [8].
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mohammad Aliakbari dan Behroz Jamalvandi dari Universitas Ilam Iran yang ber
judul “The Impact of ‘Role Play’ on Fostering EFL Learners’ Speaking Ability: A Task-Based Approach”,
Aliakbari dan Jamalvandi menjabarkan bagaimana roleplay dan pembelajaran berbasis tugas disatukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Berbekal
sebuah kartu bertuliskan suatu situasi, siswa diminta untuk memerankannya. Hasilnya, kemampuan berbicara siswa yang menggunakan roleplay lebih tinggi
daripada siswa yang belajar berbicara secara konvensional [9].
Penelitian yang dilakukan oleh Adolfo Cobo dan kawan-kawan, kelompok Photonics Teknik di Universitas Cantabria Santander, Spanyol
dengan judul “On- line Role-play as A Teaching Method in Engineering Studies
”, pengajar memberikan sebuah kasus tertulis yang dikirim melalui e-mail ke mahasiswa yang
berperan sebagai teknisi. Mereka mendapatkan hasil bahwa kasus cepat selesai bila ditangani perorangan namun tingkat keberhasilan lebih besar saat dikerjakan
dalam kelompok. Di dalam kelompok, mahasiswa yang berperan sebagai teknisi akan saling memberikan pendapat bagaimana cara menyelesaikan kasus tersebut,
sehingga mahasiswa dalam kelompok akan menjadi lebih aktif dan memahami benar peran seorang teknisi [10].
3.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode research and development
RD. Menurut Sugiyono, metode RD adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut [11]. Metode RD dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa sebelum dan sesudah desain pembelajaran dengan konsep
roleplay
diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Brog dan Gall menjabarkan langkah-langkah metode RD menjadi empat tahap utama yaitu
pendahuluan, pengembangan, uji lapangan dan diseminasi [12].
4
Gambar 3.1
Langkah-langkah Metode RD
Variabel penelitian terdiri dari dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan desain
pembelajaran dengan konsep roleplay dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan variabel terikatnya adalah partisipasi siswa. Kedua variabel ini saling
berhubungan dan mempengaruhi yaitu penggunaan desain pembelajaran dengan konsep roleplay akan berdampak pada meningkatnya partisipasi siswa dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA N 1 Grabag yang berjumlah 10 kelas. Masing-masing kelas terdiri dari 25
– 30 siswa. Sampel yang digunakan adalah 25 siswa kelas XI IPS 2 yang memiliki tingkat partisipasi
terendah dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dibandingkan kelas lainnya. Metode pengumpulan data yang digunakan ada dua macam, yaitu observasi
dan dokumentasi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan
mencatatnya pada alat observasi [13]. Observasi digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebelum dan sesudah
desain pembelajaran dengan konsep roleplay diterapkan. Tabel observasi yang dirancang mencakup berbagai sikap dan kegiatan siswa di dalam pembelajaran
yang terkait dengan setiap aspek penilaian dalam mata pelajaran Bahasa Inggris menurut Nana Sudjana [1].
Pendahuluan - Studi pustaka
- Studi lapangan Pengembangan
- Tujuan pengembangan - Perancangan produk
Uji Lapangan - Validasi produk
- Uji coba produk - Pengolahan hasil uji
coba produk Diseminasi
- Laporan penelitian
- Sosialisasi produk
5
Tabel 3.1
Indikator Partisipasi Siswa
No. Indikator Partisipasi
1 Siswa mendominasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas
2 Siswa menentukan cara belajarnya sendiri
3 Siswa menjaga hubungan baik dengan guru dan teman di dalam kelas
4 Siswa menjaga situasi kelas agar tetap terkendali
5 Siswa menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru
6 Siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru
7 Siswa berani mengajukan pendapat
8 Siswa berani menyangkal pendapat siswa lain yang tidak sesuaitidak benar
9 Siswa bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan
10 Siswa berani mencalonkan diri menjadi ketua dalam kelompok
11 Siswa berani berbicara di depan kelas
12 Siswa berani mengkoreksi kesalahan guru atau teman
Dokumen dokumentasi adalah setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau
arkeologis [14]. Sugiyono menyatakan bahwa studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi atau wawancara [10]. Data yang
diperoleh dari observasi tingkat partisipasi siswa yang didapat melalui rating scale
angka dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus berikut [15]: Persentase =
n N ×
Keterangan: n
= jumlah yang diperoleh siswa dalam sekali observasi N
= jumlah maksimal yang diperoleh siswa dalam sekali observasi Kriteria partisipasi siswa menurut Lingga adalah sebagai berikut [16]:
75 : partisipasi tinggi A
61 - 75 : partisipasi baik B
55 - 60 : partisipasi cukup C
55 : partisipasi kurang D
4. Perancangan Desain Pembelajaran dan Hasil Penelitian