1
MODIFIKASI KITOSAN MELALUI PROSES SWELLING DAN CROSSLINKING MENGGUNAKAN GLUTARALDEHIT SEBAGAI PENGADSORPSI
LOGAM Cr VI PADA LIMBAH INDUSTRI BATIK MODIFICATION OF CHITOSAN BY SWELLING AND CROSSLINKING
USING GLUTARALDEHYDE AS HEAVY METAL Cr VI ADSORBENT IN BATIK INDUSTRY WASTES
Budi Hastuti
1
, Abu Masykur
2
and Fariha Ifada
1
1
Chemistry Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, UNS
2
Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, UNS E-mail :
Budihastuti_saptonoyahoo.co.id
Study on chitosan modification by swelling and crosslinking and its application as a selective adsorbent for heavy metals Cr VI in batik industry wastes was done. Swelling is
intended to improve chitosan porosity, whereas crosslinking is to increase the resistance of chitosan against acid. Natural samples are generally acidic, thus limiting chitosan application as
an adsorbent. Modification of chitosan by combining swelling and crosslinking is expected to increase its adsorption capacity in binding heavy metal ions in water.
At first, chitosan was dissolved in 1 acetic acid, and swelling process was then conducted by spraying into 5 NaOH solution to form chitosan beads. Next chitosan beads
were crosslinked using Glutaraldehyde Glut with various concentrations of 8, 10, 20, and 25. The modified chitosan was later contacted with Cr VI to test its adsorption capacity with
variation of pH and contact time. Finally, application of modified chitosan was done in batik industry wastes containing Cr IV.
Based on the results, chitosan-Glu 25
v v
was the optimum concentration of crosslingker to adsorb Cr VI ions. Modified chitosan has a solubility resistance to acids, even
though a strong acid. Modification of chitosan improved also its adsorption capacity to Cr VI from 74 pure chitosan to 89 with contact time 30 min. and pH 3. On the application to the
batik wastes, the modified chitosan were able to adsorb Cr IV up to the level of 5 ppm. Thus, the modified chitosan has a potential to be applied as an adsorbent of Cr VI in batik industry
wastes. Keywords:
Chitosan, Swelling, Crosslinking, Glutaraldehyde Glut
A. Pendahuluan
Proses industrialisasi tidak dapat lepas dari efek negatif yang ditimbulkan, adanya bahan
sisa industri baik yang berbentuk padat maupun
cair berpengaruh
terhadap lingkungan sekitarnya. Bilamana sisa-sisa
tersebut dilepaskan ke perairan bebas, akan terjadi perubahan nilai dari perairan itu baik
kualitas maupun kuantitas sehingga perairan dapat dianggap tercemar. Hubungan dinamik
dari keseimbangan komposisi komponen unsur hara, bahan organik dan biomassa
sangat penting bagi kemantapan ekosistem perairan,
namun hubungan
kemantapan tersebut akan segera terganggu bila terjadi
masukan bahan bersifat racun. Masuknya bahan pencemar akan mampu menurunkan
potensi sumber daya hayati. Pencemaran oleh bahan-bahan industri yang mengandung
bahan berbahaya, misalnya pestisida, logam berat seperti krom Cr, merkuri Hg,
cadmium Cd, plumbum Pb cenderung
2 meningkatkan kasus keracunan dan gangguan
kesehatan masyarakat. Jenis pencemaran logam berat berasal dari
limbah perindustrian
yang masuk
ke lingkungan. Hal ini disebabkan karena
senyawa-senyawa atau unsur logam berat banyak dimanfaatkan dalam industri. Industri
tekstil menggunakan logam berat sebagai bahan pengikat warna agar warna yang
dihasilkan menjadi lebih terang dan indah. Selain itu unsur logam berat juga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku, katalisator maupun sebagai bahan tambahan, bahkan juga
sebagai bahan pewarna. Hutagalung, 1991. Menurut Nordberg., et.al 1986 logam berat
jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di
dalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Adanya logam berat di
perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun
efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Sehingga untuk mengolah
limbah cair yang dihasilkan memerlukan suatu proses yang ramah lingkungan. Dengan
demikian maka perlu dilakukan penelitian untuk mengurangi kandungan logam berat
dalam limbah industri. Adapun salah satu metode alternatif yang mudah dan murah
dalam pengurangan kandungan logam berat dengan
menggunakan kitosan
sebagai adsorben.
Kitosan dipillih sebagai material dasar adsorben karena biaya produksinya rendah,
tidak menghasilkan limbah baru, dan efektif pada konsentrasi ionik rendah. Kitosan juga
memiliki selektifitas dan kapasitas adsorpsi yang tinggiLin et al. 2007. Kitosan dapat
mengadsorpsi logam berat pencemar dalam perairan karena adanya gugus amina dan
hidroksil yang bersifat sangat reaktif dan bersifat basa. Kitosan akan mempertukarkan
proton yang dimiliki logam pencemar dengan elektron yang dimiliki oleh nitrogen N.
Akan tetapi, kitosan memiliki sifat mudah larut dalam asam asetat, dan juga larut
sebagian dalam asam encer, seperti HNO
3
, HCl,
HClO
4
, dan
lain-lain, sehingga
penggunaan kitosan secara langsung sebagai adsorben akan menjadi kurang efektif
Pasaribu.2004. Proses adsorpsi kitosan akan terganggu dengan suasana asam dalam
larutan. Dalam suasana asam akan melarutkan kitosan, sehingga akan membatasi sifat
kitosan sebagai adsorben. Hal ini disebabkan dalam suasana asam akan menyebabkan
berkurangnya gugus amina yang merupakan gugus aktif yang mampu berikatan dengan
ion-ion logam. Untuk itu maka perlu dilakukan
crosslingkingsambung silang
kitosan untuk
meningkatkan ketahanan
terhadap asam, meningkatkan kestabilan kitosan
dengan membentuk
senyawa perantara.
Dan untuk
meningkatkan kecepatan
adsorpsi kitosan
dalam mengadsorpsi ion-ion logam berat. Dan untuk
lebih mengoptimalkan daya adsorpsi kitosan, sebelum
menyambung silang,
kitosan diswelling digelembungkan terlebih dahulu
untuk meningkatkan keporosan kitosan. Dengan demikian modifikasi kitosan dengan
membuatnya
menjadi komposit
dengan mengkombinasi dua metode pengaktifan
yakni metode swelling kitosan dilanjutkan crosslinkingsambung
silang kitosan
diharapkan dapat meningkatkan daya adsorpsi kitosan dalam mengikat ion logam berat di
perairan. A.
Metodologi 1. Alat dan bahan
a. Alat-alat yang digunakan Peralatan yang digunakan meliputi
alat gelas laboratorium, seperangkat alat refluks, evaporator Buchi, timbangan
elektronik, pemanas dan pengaduk magnet, saringan Buchner, oven, termometer,
stirer, magnet bar, pH meter, spektrometer FTIR FTIR Shimadzu 8201PC, AAS
Shimadzu, dan SEM JSM-35 C.
b. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Kitosan, NaOH E-
Merck, HCl E-Merck, NaHCO
3
E- Merck
,
CH
3
COOHE-Merck, HNO
3
E- Merck, H
2
SO
4
E-Merck, Glutaraldehit 25, Dioksan E-Merck, Benzaldehit E-
Merck, Ethanol 95lokal, Akuabides Lokal, Kertas Saring Whatman 21,
3 K
2
Cr
2
O
7
E-Merck, bufer pH dan aquades.
2. Cara Penelitian a.
Preparasi pembuatan
adsorben komposit kitosan
Kitosan 2 gram dilarutkan dalam 100 mL asam asetat 1 vv dan diaduk
secara kontinyu selama 2 jam. Kemudian NaHCO
3
dimasukkan kedalam larutan kitosan pada suhu kamar dengan variasi
komposisi NaHCO
3
:kitosan 0,2:2,0 bb dan diaduk kurang lebih selama 1 jam.
Setelah itu larutan disemprotkan pada larutan NaOH 5 sebanyak 300 mLbv
menggunakan injeksi gel kitosan yang terbentuk, selanjutnya dicuci dengan
aquades sampai netral. Kemudian bead kitosan
yang terbentuk
tersebut ditambahkan
agen crosslinker
glutaraldehit 25 dengan rasio 1:1 vv, larutan
kemudian dicampur
sampai homogen dengan stirrer dan dibiarkan
selama 2 jam pada 80
o
C. Kemudian bead kitosan yang sudah dicrosling dicuci
dengan aquades untuk menghilangkan sisa NaOH, dan dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 60
sampai kering ± 8 jam.
Selanjutnya komposit
kitosan berikatan
silang dianalisis
dengan spektrometri inframerah.
b. Adsorpsi Kitosan termodifikasi
1. Pengaruh pH pada adsorpsi CrVI
menggunakan adsorben kitosan.
Adsorbsi dilakukan menggunakan sistem batch pada suhu ruangan. Larutan
CrVI 5 ppm diatur pHnya 2, 3, 5 dan pH 7 lalu ditambahkan 1 mL bufer pH.
pH larutan diukur menggunakan pH meter TOA dengan menambahkan HCl atau
NaOH. Sebanyak 20 mL larutan CrVI 5 ppm yang telah diatur pHnya dimasukkan
ke dalam gelas beker 50 mL dan ditambahkan 10 mg adsorben C, CG dan
CE kemudian diaduk dengan magnetik stirer selama 30 menit. Larutan disaring
kemudian
diukur konsentrasinya
menggunakan AAS. Larutan standar dibuat dari larutan induk CrVI 100 ppm
dan diencerkan dengan akuades.
2. Pengaruh Waktu Kontak adsorpsi
CrVI menggunakan adsorben kitosan
Adsorbsi dilakukan menggunakan sistem batch pada suhu ruangan. Larutan
CrVI 5 ppm, pH 3 diukur menggunakan pH meter TOA dengan menambahkan
HCl atau NaOH, lalu ditambah 1 mL bufer pH. Sebanyak 20 mL larutan CrVI
5
ppm yang
telah diatur
pHnya dimasukkan ke dalam gelas beker 50 mL
dan ditambahkan
10 mg
adsorben Kitosan dan Kitosan-Glut kemudian
diaduk dengan magnetik stirer, diatur waktu kontaknya selama 15, 30, 60 dan 90
menit. Larutan disaring kemudian diukur konsentrasinya
menggunakan AAS.
Larutan standar dibuat dari larutan induk CrVI 100 ppm dan diencerkan dengan
akuades.
3. Pengaruh
Konsentrasi Kroslinker
Glutaraldehit pada adsorpsi CrVI
menggunakan adsorben kitosan
Adsorbsi dilakukan menggunakan sistem batch pada suhu ruangan. Larutan
CrVI 5 ppm, pH 3 diukur menggunakan pH meter TOA
dengan menambahkan HCl atau NaOH, lalu ditambah 1 mL bufer pH. Sebanyak
20 mL larutan CrVI 5 ppm yang telah diatur pHnya dimasukkan ke dalam gelas
beker 50 mL dan ditambahkan 10 mg adsorben Kitosan dan Kitosan-Glut
bead. Kitosan-Glut bead dibuat dengan memvariasi konsentrasi glutaraldehit 8,
10, 20 dan 25 . Selanjutnya larutan CrVI dikontakkan dengan masing-
masing kitosan termodifikasi dengan diaduk menggunakan magnetik stirer,
selama 30 menit.
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan