38
1 Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap
dan bergerak dengan baik dan untuk dapat berprestasi secara optimal kekuatan, dan mobilitas, pelepas ketegangan dan kesiapsiagaan.
2 Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap
kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat. Sedangkan tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama adalah membantu siswa untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengalaman dan penanaman sikap positif, serta
kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani Depdikbud, 1993:1. Tujuan ini diharapkan agar dapat tercapai pertumbuhan dan perkembangan
jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis, terbentuknya sikap disiplin, kejujuran, kerja sama, mematuhi peraturan, menyenangi aktivitas jasmani
dan tercapainya kemampuan dalam penampilan gerakan yang lebih baik. Dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama meliputi kegiatan pokok atau intrakurikuler terdiri dari : atletik, senam, permainan, dan kesehatan, sedang kegiatan pilihan meliputi :
renang, tennis meja, sepak takraw, pencak silat Depdikbud, 1993:3. Kegiatan pilihan ini dilakukan sesuai dengan keadaan sekolah yang ada.
2.9 Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani olahraga dan Kesehatan
Pengajaran khususnya dalam pendidikan jasmani dapat dipandang sebagai seni dan ilmu art and science. Sebagai seni, pengajaran hendaknya dipandang
sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improvisasi, dan ekspresi dari
39
guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
pandangan hidup dan etika yang berlaku. Walaupun proses untuk membentuk teori pengajaran pendidikan jasmani merupakan perjalanan yang panjang, namun
upaya untuk memahami tentang proses pengajaran merupakan arah yang harus dituju, selama “body of knowledge” tentang pengajaran belum mapan, atau
selama pengajaran cenderung merupakan seni, maka peilaku guru dalam pengajaran akan menjadi tetap menarik untuk dikaji oleh pengamat tingkah laku
setiap saat. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah memantau dan
meningkatkan keterampilan gerak, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas Siedentop dalam bucher, 1988:550.
Diharapkan apabila mereka memiliki pondasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap yang positif terhadap pendidikan jasmani kelak
akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah
suatu proses untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan atau keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku yang diperolah dari instruksi Gagne, 1988:65.
Pada saat siswa terlibat dalam pengalaman belajar, maka siswa sebetulnya terlibat dalam melakukan tugas gerak khusus tertentu yang terorganisir secara
khusus untuk mencapai tujuan tertentu Rusli Lutan, 2000:34. Pendidikan jasmani memberikan sumbangan terhadap pendidikan menyeluruh Harsuki,
1989:14.
40
Salah satu usaha untuk mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah ketetapan dalam memilih metode. Sebab kemapuan dan kecakapan
pengajar terhadap penguasaan metode mengajar berbeda-beda. Masing-masing individu memiliki seni dan cara yang berlainan satu sama lain. Hal ini dipengaruhi
oleh bahan, situasi, dan kondisi pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses
belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan yang diutamakan tidak hanya faktor psikomotornya namun juga adanya faktor afektif dan kognitif siswa. Seperti
yang dikemukakan Rusli Lutan 2000:36 bahwa aspek dalam pendidikan jasmani bukan hanya aspek psikomotor saja namun aspek kognitif dan aspek afektif
merupakan aspek yang sangat penting dikembangkan dalam pendidikan jasmani. Dengan adanya faktor psikomotor, faktor afektif, dan faktor kognitif dalamproses
belajar mengajar pendidikan jasmani akan berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan dengan ketiga faktor tersebut dilakukan dengan seimbang.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN