EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

SEBILIA ZENDA

Kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Pesawaran. Budidaya tanaman kopi Robusta dinilai sangat menguntungkan. Pada kenyataannya budidaya tanaman ini hanya memperoleh uang dari hasil panen saat ini tanpa memperhatikan untung dan rugi secata fisik maupun finansial dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan

pengetahuan mengenai evaluasi lahan baik secara fisik (kualitatif) maupun ekonomi (kuantitatif).

Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman kopi Robusta seluas 10 ha pada bulan Juni 2012 di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan dengan metode survey dengan pendekatan evaluasi lahan secara paralel. Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif dilakukan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman Kopi Robusta menurut kriteria


(2)

Djaenudin dkk. (2003), dan evaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dilakukan adalah menganalisis kelayakan finansial dengan menghitung NPV, Net B/C, IRR, dan BEP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanaman kopi Robusta di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Pesawaran berdasarkan potensi fisik lingkungan menurut kriteria Djaenuddin dkk. (2003), masuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas suhu (S2 tc), dan secara finansial layak untuk dilanjutkan dengan nilai NPV sebesar Rp 240.966.516,50, Net B/C sebesar 1,89, IRR sebesar 31 %, dan BEP (titik impas) akan dicapai pada tahun ke10, bulan ke 10, hari ke 21.

Kata kunci : Kesesuaian lahan, kualitatif, kuantitatif, kelayakan finansial, kopi Robusta


(3)

ABSTRACT

QUALITATIVE AND QUANTITATIVE LAND EVALUATION OF ROBUSTA COFFEE (Coffea canephora) IN BINA KARYA FARMERS GROUP

PESAWARAN INDAH VILLAGE PADANG CERMIN PESAWARAN DISTRICT

By

SEBILIA ZENDA

Robusta coffee (Coffea canephora) is one of the plantation crops cultivated by the farmers in the Pesawaran District. Cultivation of robusta coffee were considered to be very profitable, due to low cost of production and not too intensive care. In fact this cultivation generates money from the current crop production regardless of gains and losses relates on physicall and financiall benefit in the future. It required knowledge of both physical (qualitative) and economicall (quantitatively) land evaluation.

The study was conducted on 10 hectares of robusta coffee plantation land in June 2012 at Pesawaran Indah village, Padang Cermin, Pesawaran district. Soil analysis carried out in the Laboratory of Soil Science Department, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The research was conducted by survey method of land evaluation approaches qualitatively and quantitatively. Qualitative land suitability evaluation is based on the requirements of robusta coffee plants usding criteria of Djaenudin et al. (2003), and quantitative land suitability evaluation based on analysys of financial feasibility by calculating the NPV, Net B / C, IRR and BEP.


(4)

The results showed that robusta coffee plantation lands in Pesawaran Indah village, Padang Cermin, Pesawaran District based on physical potential environmental criteria of Djaenuddin et al. (2003), were in clude suitable class with limiting factors of the temperatur (S2 tc), financiall feasibilty resulted the NPV of Rp 240.966.516,50, Net B / C of 1.89, an IRR of 31 %, and the BEP (break-even) will be achieved in 10 years, 10 months and 21 days.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dan Masalah

Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika (Danarti dan Najiyati, 1999).

Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuain lahan suatu areal dapat saja berbeda tergantung pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuain lahan pada dasarnya berhubungan

dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, dan sebagainya. Kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas atau lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian, permukiman, industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya. (FAO, 1976).

Kesesuaian lahan diperlukan juga suatu informasi mengenai kelayakan baik itu kelayakan ekonomi, kelayakan sosial maupun kelayakan finansial suatu penggunaan lahan. Kelayakan ekonomi menunjukkan ekonomi wilayah


(6)

secara keseluruhan dari suatu sistem penggunaan lahan bagi masyarakat sehingga dapat diketahui efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan. Kelayakan sosial ditinjau dari distribusi biaya dan manfaat antar pihak-pihak masyarakat. Kelayakan finansial ini bertujuan untuk mengetahui apakah lahan yang

dikategorikan sesuai termasuk lahan yang layak diusahakan atau lahan yang dikategorikan tidak sesuai termasuk lahan yang tidak layak untuk diusahakan. Apabila suatu lahan ternyata layak untuk diusahakan, maka usahatani dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan. Apabila suatu lahan tidak layak

diusahakan, maka perlu adanya alternatif-alternatif tindakan, seperti

penghentian atau perbaikan. Hasil evaluasi lahan menggambaran kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Suatu komoditas pertanian untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara

optimal memerlukan kualitas dan karakteristik lahan serta manajemen tertentu. Sering terjadi suatu komoditas yang diusahakan di suatu wilayah secara

vegetatif dapat tumbuh dengan subur, tetapi tidak mampu berproduksi optimal karena persyaratan tumbuh generatifnya tidak terpenuhi oleh lahan dan belum adanya teknologi terapan untuk mengatasi kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, pengertian lahan marginal dan pengelolaannya tidak dapat diberlakukan secara umum, bergantung pada jenis komoditas yang


(7)

diusahakan dalam kaitannya dengan persyaratan tumbuhnya (Djaenudin, 1993).

Lampung merupakan penghasil kopi robusta nomor tiga setelah Vietnam dan Brazil. Ekspor kopi robusta selama tahun 2004 mencapai ± 250.000 ton, untuk mendapatkan kopi layak ekspor sebanyak itu, dibutuhkan 300.000 ton kopi karena biasanya 50.000 ton ditolak (poduk di bawah standar) yang tidak layak ekspor. Meskipun ditolak sebagian besar masih bisa dikirim ke pulau Jawa, selanjutnya Suherman (2005) menyatakan produktivitas Kopi Robusta Lampung rata-rata mencapai 800 – 900 kilo gram per hektar.

Berdasarkan hal tersebut kiranya menilai kesesuaian lahan secara kualitatif dan finansial pada lahan pertanaman Kopi Robusta. Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin, karena pada daerah ini belum pernah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan tanaman yang dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan dan secara finansial (ekonomi) hasilnya sangat

menguntungkan. Penelitian ini sangat dibutuhkan untuk membantu petani di Desa Pesawaran indah kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, agar petani dapat mengetahui keadaan lahan pertanaman kopi yang ditanam selama ini sudah sesuai atau belum sesuai untuk pertanaman kopi Robusta.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menilai kesesuaian lahan tanaman Kopi Robusta (C. canephora) pada lahan pertanaman kopi robusta Kelompok Tani Bina Karya Desa


(8)

Pesawaran Indah, Kecamatan Padang cermin, Kabupaten Pesawaran, berdasarkan kriteria fisik Djenuddin dkk. (2003) dan Kriteria faktor produksi Dent and Young (1981).

2. Menilaii kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya tanaman Kopi Robusta (C. canephora) Kelompok Tani Bina Karya Desa pesawaran indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dengan menghitung NPV, Net B/C Ratio,IRR dan BEP.

1.3. Kerangka Pemikiran

Evaluasi lahan merupakan komponen yang penting dalam perencanaan penggunaan lahan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian keragamaan dan penampilan lahan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey dan studi bentuk lahan, tanah, iklim, vegetasi, dan aspek lahan lainya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).


(9)

Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya. Sehubungan kaitannya dengan parameter sosial ekonomi, evaluasi lahan dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu evaluasi kualitatif dan evaluasi kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan yang spesifik, yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai. Sedangkan evaluasi lahan kuantitatif yaitu dengan menganalisis kelayakan finansial juga perlu dilakukan karena berhubungan dengan kelayakan finansial dari suatu perusahaan atau usahatani yang akan atau sedang diusahakan (Mahi 2005).

Jenis kopi yang ada di Provinsi Lampug adalah kopi robusta dan arabika. Luas area pertanaman kopi robusta di Lampung 162.954 ha. Produksi kopi robusta Lampung pada tahun 2009 tercatat 145.191 ton. Untuk daerah Pesawaran, Luas pertanaman Kopi Robusta adakah 5.470 ha dengan produksi mencapai 4.335 ton (BPS, 2010).

Menurut Mahi (2001), evaluasi lahan adalah penilaian kecocokan tipe lahan untuk penggunaan tertentu yang lebih detail, seperti penggunaan untuk tanamn padi, kopi, tempat rekreasi pantai, pemukiman, peternakan, dan lain sebagainya. Pada hakekatnya evaluasi kesesuaian lahan merupakan evaluasi kecocokan potensi lahan terhadap persyaratan penggunaan lahan yang dibutuhkan. Evaluasi kesesuaian lahan harus dilakukan secara menyeluruh, sesuai dengan prinsip dan tujuan evaluasi lahan.


(10)

Menurut Djaenuddin dkk. (2003) lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 (Sangat Sesuai) untuk tanaman kopi robusta yaitu memiliki curah hujan rata-rata tahunan sekitar 2000-3000 mm/th, lama masa kering 2-3 bulan, kisaran temperature 22-250C, drainase baik, reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,3-6,0, kejenuhan basa > 20 %, kandungan C-organik > 0,8 %.

Kopi robusta di Kabupaten Pesawaran, Lampung, masih bertahan pada harga Rp 10.000 hingga Rp 11.000 per kilogram. Seorang petani kopi Darmanto, mengatakan bahwa di Pesawaran, harga kopi masih bertahan dan mereka mengharapkan harganya tidak turun terus. Harga kopi ini masih bisa bertahan lebih dikarenakan petani masih bertahan tidak menjual biji kopi mereka sebelum kering. Biji kopi yang kering saat ini bisa terjual Rp 11.000 per kilogram, sedangkan biji kopi yang kurang kering sempurna hanya Rp 8.000-Rp 9.000 per kilogram (BPS, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh desa Pesawaran Indah produksi rata – rata produksi yang dihasilkan berkisar 1-1,8 ton/hektar/tahun pendapatan berkisar antara 7- 11 juta/hektar/tahun dengan potensi produksi berkisar 2,8

ton/hektar/tahun. Besarnya keuntungan dari analisis finansial ini secara nyata akan berbeda di tiap lokasi. Hal ini terjadi karena analisis finansial usaha tani tergantung dari harga bahan-bahan, tenaga kerja, dan harga jual kopi di setiap tempat.

Desa Pesawaran Indah merupakan salah satu dari 7 desa yang ada di

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Luas lahan yang digunakan di Pesawaran seluas 5.470 ha. Topografi wilayah Padang Cemin terdiri dari


(11)

lahan dengan kemiringan < 25%. Ketinggian dari permukaan laut 1405 mdpl, pH tanah berkisar 5,11. Tingkat kesuburan tanah dari sedang sampai baik, serta drainase sedang sampai baik. Tipe tipe iklim basah dengan curah hujan 2014mm/th, kandungan C-organik 0.84 %, dan kejenuhan basa 39,615 ( BPS, 2008).

1.4. Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di lahan penelitian, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta (Coffea canephora) di Kelompok Tani Bina Karya Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran diduga cukup sesuai dengan faktor pembatas temperatur (S2 tc).

2. Pertanaman kopi Robusta di Kelompok Tani Bina Karya Desa pesawaran indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, secara finansial diduga menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kopi

Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis dikawasan Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia maupun di kawasan utara Kenya, kopi Robusta di Ivory Coast dan Republik Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992).

Pada saat ini penyebaran tanaman kopi Robusta di Indonesia lebih dari 95%, sedang selebihnya adalah kopi arabika dan jenis lainnya. Meskipun kopi Robusta semula ditanam dan diusahakan oleh perkebunan besar, namun dalam perkembangannya tanaman ini lebih potensi sebagai tanaman rakyat karena kopi Robusta lebih mudah ditanam dan tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang kurang menguntungkan. Selain itu karena tahun-tahun belakangan ini harga pasaran kopi Robusta relatif semakin tinggi (AAK, 1988).

Menurut konsep Dokuchaeiv, tanah (soil) adalah suatu benda alami tiga dimensi (lebar, panjang, dalam) terletak dibagian paling atas kulit bumi dan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari bahan di bawahnya sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, bahan induk dan relif selama waktu tertentu. (Arsyad, 1989).


(13)

2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Robusta.

Tanaman kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika tumbuh optimal pada 1000-1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta mengendaki ketinggian tempat pada 500-1000 m di atas permukaan laut tetapi yang baik sekitar 800 m di atas permukaan laut dengan suhu udara 20ºC.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm, optimal 1000-2000-3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu kemarau harus masih ada hujan. Musim kering dikehendaki maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak

melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi

penguapan air di permukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung. Untuk mengurangi hal-hal tersebut di tepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin (Najiyati dan Darnati, 1999).

2.1.2. Bahan Tanaman Kopi Robusta.

Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan bibit siap salur dengan kriteria sumber benih harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk. Umur bibit kopi sekitar 8- 12 bulan, tinggi 20 - 40 cm, jumlah minimal daun tua 5 - 7, jumlah cabang primer 1, diameter batang 5 - 6 cm,


(14)

sedangkan kebutuhan bibit/ha, jika jarak tanam sekitar 1,25 m x 1,25 m, adalah 6.400 tanaman.

2.1.3. Penanaman

Sistem jarak tanam untuk kopi robusta yaitu segi empat dengan ukuran 2,5 x 2,5 m, sistem pagar 1,5 x 1,5 m, sistem pagar ganda 1,5 x 1,5 x 3 cm. Penggalian lubang tanam harus dibuat 3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.

Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang. Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan. 2 - 4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/ 20 kg / lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang. Penanaman Penanaman dilakukan pada musim hujan. Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah. 2.1.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kopi dibagi ke dalam tiga fase: a. Penyiangan

Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah Untuk tanaman dewasa

dilakukan 2 kali setahun b. Penaungan

Penanaman pohon pelindung tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun


(15)

sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, dan sengon. (Najiyati dan Danarti, 1999)

Penaungan di bagi menjadi 2 yaitu, penaungan sementara dan penaungan tetap (Puslitkoka, 2006). Penaung sementara sebaiknya dirapikan pada awal musim hujan agar tidak terlalu rimbun. Pada penaungan tetap, percabangan paling bawah hendaknya diusahakan 1-2 meter di atas pohon kopi, oleh karena itu harus dilakukan pemangkasan secukupnya. Ada juga yang mengatur pemangkasan sehingga percabangannya diatur agar tinggi pohon kopinya tetap terjaga peredaran udaranya (Yahmadi, 2007). Jika diperlukan bahkan dilakukan penjarangan, sehingga populasi pohon

naungan menjadi sekitar 400-600 pohon/ha, terutama setelah kanopi pohon kopi sudah saling menutup. Selama musim hujan, pohon lamtoro sebagai pohon naungan dapat dipangkas agar matahari masuk dan merangsang pembentukan pembungaan kopi (Prastowo dkk, 2010).

c. Pemangkasan

Pangkasan Rejuvinasi (pemudaan) ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggi 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi (Najiyati dan Darnati, 1999).


(16)

2.1.5. Pemupukan

Pada tahun pertama, tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50 gram, TSP 20 gram, dan KCl 20 gram. Pupuk tersebut diberikan dua kali yaitu 50% pada umur satu tahun. Dosis pupuk pada tahun-tahun selanjutnya bisa dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Dosis pemupukan tanaman kopi/pohon/Tahun

Tahun Urea TSP KCl

Ke (gram/pohon/th) (gram/pohon/t h)

(gram/pohon/th)

1 2 x 25 2 x 20 2 x 20

2 2 x 50 2 x 40 2 x 40

3 2 x 75 2 x 60 2 x 40

4 2 x 100 2 x 80 2 x 40

5-10 2 x 150 2 x 120 2 x 60

> 10 2 x 200 2 x 160 2 x 80

Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

2.1.6. Pengendalian Hama Penyakit.

a. Hama yang dapat ditemukan ditanaman kopi antara lain: hama Bubuk Buah yang menyerang buah muda dan tua. Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman, atau secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Hama Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus) menyerang atau menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning dan


(17)

rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit

Penyakit Karat Daun pada kopi penyebabnya adalah sejenis cendawan. gejala serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.

c. Pengendalian

Pengendalian hama dan penyakit bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu: cara mekanis yaitu dengan pemangkasan, cara biologis dengan memelihara musuh alaminya, serta yaitu dengan menggunakan pestisida. Ketiga cara tersebut sebaiknya dilakukan secara terpadu sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

2.1.7. Panen

Kopi Robusta mulai berbuah pada umur 3 tahun. Buah kopi yang sudah masak dengan warna merah tua dapat dipetik, agar menghasilkan kopi yang berkualitas. Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati agar tidak ada bagian pohon, cabang, ranting yang rusak.

2.2. Evaluasi Kesesuian Lahan

Evaluasi lahan hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai pengunaannya. Untuk menentukan tipe


(18)

penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi lahan secara menyeluruh dan terpadu, karena masing-masing faktor akan saling

mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi maupun lingkungan.

Kesesuain lahan merupakan gambaran tentang kecocokan suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985)

Evaluasi lahan adalah proses penilaian atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai alternatif penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan komponen penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Hal ini bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan. Kegunaan evaluasi lahan adalah untuk berbagai tingkat perencanaan yang ditentukan oleh tingkat pengamatan atau tingkat survei sumberdaya lahan (FAO, 1976).

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau

komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini


(19)

mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk

penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin dkk., 2003).

Hasil dari evaluasi lahan adalah untuk memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas kemungkinan penggunaan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan sehingga lahan dapat digunakan secara lestari. Dalam proses evaluasi lahan bukan hanya ditujukan untuk menentukan perubahan penggunaan lahan, tetapi melengkapi data untuk dasar pengambilan keputusan dalam memilih macam penggunaan lahan yang paling sesuai, dengan memberikan informasi mengenai potensi macam penggunaan lahan pada masing-masing daerah termasuk konsekuensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan masing-masing penggunaan tersebut (Mahi, 2005). 2.2.1. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan

Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan).

Kualitas lahan adalah sifat-sifat tau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaman yang


(20)

dkk 2003). Satu jenis kualitas lahan merupakan gabungan dari beberapa karakteristik lahan, misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasarkan ketrersediaan N, P, dan K (Hardjowigeno, 1994)

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contoh lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan sebagainya (Djaenuddin dkk., 2003). Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu

mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang diserap tanaman tentunya tergantung juga pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan.

2.2.2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan merupakan gambaran kecocokan macam penggunaan lahan secara spesifik pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2004). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar. Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :


(21)

1. Ordo : adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S = Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

2. Kelas : adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi : (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan kedalam kelas-kelas. (2) untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

a. Sangat Sesuai (S1) Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b. Cukup Sesuai (S2) Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan

berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. c. Sesuai Marginal (S3)


(22)

akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk

mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. d. Tidak Sesuai (N)

Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi. Sub Kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat.

Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan dalam pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan. Menurut Djaenuddin dkk. (2003) deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan (Tabel 8, lampiran) dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

1. Temperatur (tc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Apabila data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut sebagai berikut :


(23)

Suhu berpengaruh terdahap aktivitas mikroorganisme dalam tanah, fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah.

2. Ketersediaan Air (wa)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah

penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap tahunnya. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman (Nyakpa dkk, 1986). 3. Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang manggambarkan media perakaran adalah drainase, tekstur, kedalaman tanah.

a. Drainase yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :

(a) Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). (b) Agak Cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik yang tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi).


(24)

(c) Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

(d) Agak Baik/Sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.

(e) Agak Terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 25 cm.

(f) Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan. (g) Sangat Terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai


(25)

rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

b Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:

(a) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu,

(b) Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu

(c) Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

(d) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir, lempung berpasir halus

(e) Kasar : pasir, pasir berlempung (f) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)

Peran tekstur tanah sebagaimana diuraikan diatas akan mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam klasifikasi tanah (Taksonomi Tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir (particle size distribution) yang mencakup seluruh tanah (fragmen batuan dan fraksi tanah halus). Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (≥ 2 mm). Kelas besar butir untuk fraksi


(26)

kurang dari 2 mm (fraksi tanah halus) meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Bila fraksi tanah halus (kurang dari 2 mm) sedikit sekali (< 10%) dan tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain (≥ 90% volume) disebut fragmental. Bila tanah halus termasuk kelas berpasir, berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35% - 90% (volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran besar butirnya disebut berpasir skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal.

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air (Rayes, 2006), tanah bertekstur agak halus seperti lempung liat berpasir mempunyai drainase agak buruk yang biasanya tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang cukup tinggi dimana air lebih tidak segera keluar akan tetapi akan tetap menjenuhi tanah pada daerah perakaran dalam jangka waktu yang lama, hal ini ditunjukkan hanya pada lapisan tanah atas saja yang mempunyai aerasi yang baik dengan tidak adanya bercak - bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat.

Tanah bertekstur berliat jika kandungan liatnya > 35%. Porositasnya relatif tinggi (60%), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil. Akibatnya, daya hantar air sangat lambat, dan sirkulasi udara kurang lancar. Kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering, sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga


(27)

kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.

Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Pada tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya kegiatan jasad renik dalam

perombakan bahan organik akan mengalami kesulitan dikarenakan tanah-tanah yang bertekstur demikian berkemampuan menimbun bahan-bahan organik lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi-kisi mineral, dan dalam keadaan terjerap pada kisi-kisi mineral tersebut jasad renik akan sulit merombak (Mulyani dkk., 2007).

c. Bahan Kasar

Bahan kasar dengan ukuran > 2mm, yang menyatakan volume dalam %, merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan :

sedikit < 15% sedang 15% – 35% banyak 35% - 65% sangat banyak > 60% d.Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi, dan

dibedakan menjadi:


(28)

dangkal 20 – 50 cm sedang 50 -75 cm dalam > 75 cm 4. Retensi Hara (nr)

Retansi hara merupakan kemampuan tanah untuk menjerap unsur - unsur hara atau koloid di dalam tanah yang bersifat sementara, sehingga apabila kondisi di dalam tanah sesuai untuk hara - hara tertentu maka unsur hara yang terjerap akan dilepaskan dan dapat diserap oleh tanaman. Retensi hara di dalam tanah di pengaruhi oleh KTK, KB, pH dan C-organik.

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation

exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah me kation dalam 100 gram tanah atau me kation 100 g tanah.

b. Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis.

c. pH Tanah

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion


(29)

Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.

d. C – organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-organik.

5. Toksisitas (xc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan toksisitas adalah kandungan garam terlarut (salinitas) yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (ds m-1).

Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat salin. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) salinitas berhubungan dengan kadar garam tanah. Kadar garam yang tinggi meningkatkan tekanan osmotik sehingga ketersediaan dan kapasitas penyerapan air akan berkurang. Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi. Salinitas dipengaruhi oleh air laut, proses pasang surut serta terjadi di daerah arid yang terdapat danau garam dan tidak terjadi di daerah tropis.

6. Bahaya Sulfidik (xs)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya sulfidik adalah kedalaman ditemukannya bahan sufidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2). Pirit banyak ditemukan pada lapisan


(30)

tanah yang paling dangkal pada wilayah yang dekat dengan daerah pantai atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pengujian sulfidik dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan H2O2 pada matrik tanah, dan

apabila terjadi pembuihan menandakan adanya lapisan pirit. Kedalaman sulfidik hanya digunakan pada lahan bergambut dan lahan yang banyak mengandung sulfida serta pirit. Hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk di

dalam tanah dapat bereaksi dengan ion-ion logam berat membentuk sulfida-sulfida tidak larut. Dengan rendahnya kandungan unsur-unsur logam tersebut, H2S yang terbentuk dapat berakumulasi sampai pada tingkat

meracun dan mengganggu pertumbuhan tanaman (Hakim dkk., 1986). 7. Bahaya Erosi (eh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya erosi adalah lereng dan bahaya erosi.

1. Lereng

Lereng merupakan hasil beda ketinggian antara dua tempat (kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen. Slope atau lereng dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (o). Perbedaan tinggi diukur dari puncak sampai dasar lereng dan dinyatakan dalam meter.

2.Bahaya erosi

Bahaya erosi dapat diketahui dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A.


(31)

8. Bahaya Banjir (fh)

Bahaya banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dapat diketahui dengan melihat kondisi lahan yang pada permukaan tanahnya terdapat genangan air.

9. Terain

Karakteristik lahan yang menggambarkan terain (penyiapan lahan) adalah volume batuan lepas (stone) dan singkapan batuan (rock outcrop). Batuan lepas adalah batuan yang tersebar di permukaan tanah dan berdiameter lebih dari 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah.

2.3. Analisis Finansial

Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain. Return Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR), dan Break Event Point (BEP).

2.3.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih,

merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu


(32)

proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV positif (NPV > 0) (Ibrahim, 2003).

2.3.2. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan NPV negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat beneffit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jadi jika nilai NPV > 0, maka B/C > 1 dan suatu proyek layak untuk diusahakan (Ibrahim, 2003).

2.3.3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ). IRR dapat juga dikatakan sebagai nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang

diinginkan (Ibrahim, 2003). 2.3.4. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana Total Revenue (penerimaan total) sama dengan total cost (pengeluaran total). Selama suatu usaha atau proyek masih berada di bawah titik Break Event Point (BEP), maka selama itu juga usaha atau proyek tersebut masih mengalami kerugian dan semakin lama suatu usaha atau proyek mencapai titik pulang pokok atau


(33)

Break Event Point (BEP), maka akan semakin besar pula saldo rugi yang diterima proyek atau usaha tersebut (Ibrahim, 2003).


(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman kopi Robusta di Kelompok Tani Bina Karya Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, dengan koordinat 0509079-0509369 mT dan

9384360-9384850 mU. Luas areal pertanaman kopi yang diteliti seluas 10 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012. Denah areal penelitian selengkapnya tertera pada Gambar 1 dan Gambar 3 (Lampiran). 3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 8 profil borring sampai kedalaman 120 cm, serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

Alat-alat yang digunakan antara lain:

(1). Bor tanah: untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan deskripsi karakteristik tanah.

(2). Meteran: untuk mengukur kedalaman tanah (3). Kantong plastik: untuk tempat sampel tanah

(4). Kamera digital: untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan data pada lokasi penelitian

(5). Buku munsell soil colour chart: digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah


(35)

31 (6). GPS (Global Positioning System): untuk mengukur titik koordinat lokasi

penelitian dan titik pengambilan sampel tanah.

(7). Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan, dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

(8). Alat-alat Laboratorium: digunakan untuk menganalisis sampel tanah di laboratorium.

(9). Klinometer: untuk mengukur kemiringan lereng. 3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan

pendekatan evaluasi lahan secara paralel yaitu melakukan analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria fisik Djaenudin dkk. (2003) dan analisis kelayakan finansial budidaya tanaman kopi dengan menilai, Return Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate of Return (IRR), dan Break Event Point (BEP). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu: tahap persiapan, Pengumpulan data, dan analisis data.

3.3.1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan mengkaji sumber- sumber pustaka tentang keadaan lokasi penelitian sehingga memperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti iklim, dan karakteristik lahan. Pada tahap ini dilakukan survey lapang secara kasar dan penentuan titik pengambilan contoh tanah yang mewakili secara keseluruhan berdasarkan keadaan lapang.


(36)

32 3.3.2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 3.3.2.1. Data Fisik Primer

Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengambilan contoh tanah di kedalaman 0-40 cm pada setiap titik, pembuatan profil boring sampai kedalaman 120 cm pada 8 titik dan pengamatan langsung di lapang .

Berdasarkan analisis pra survei ditentkan 8 titik bor dengan metode proposional untuk pengambilan contoh tanah. Metode penentuan titik

pengambilan contoh tanah perwakilan. Ditentukan 3 titik pengambilan sampel bagian atas. 3 titk bagian tengah dan 2 bagian bawah. Pengambilan titik contoh tanah dilakukan dengan menggunakan GPS, dengan mengambil titik terluar dahulu dilapang lalu deregister di map info, di map info kita menentuan 8 titik didalam, setelah menentukan lalu kita kelapang untuk menngambil 8 sampel tanah. Gambar lahan dan titik contoh tanah selengkapnya tertera pada Gambar 1 ( Lampiran).

(1). Cara Pengukuran dan Pengamatan Lapang Data fisik primer yang diamati di lapang sebagai berikut :

a) Drainase

Cara pengamatannya di lapang yaitu dengan melihat hasil sampel tanah yang diambil sampai kedalaman > 120 cm dan melakukan pengamatan tiap lapisan, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu berarti drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah


(37)

33 tersebut mempunyai drainase yang buruk, pengamatan warna tanah

dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart. b) Bahan Kasar

Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada

tidaknya batu-batu kecil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lokasi tersebut. c) Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian. Kedalaman tanah adalah kedalaman sampai di temukannya lapisan padas.

d) Lereng

Cara pengukuran lereng dilakukan dengan menggunakan Klinometer dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng dilakukan dengan

mengukur derajat kemiringan tanah antara lokasi tertinggi dengan lokasi terendah.

e) Bahaya Erosi di Lapang

Tingkat bahaya erosi dapat dilihat dengan cara mengamati lereng, dimana semakin curam lereng maka bahaya erosi semakin tinggi.

Pendekatan lain dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan


(38)

34

oleh warna gelap karena relatifmengandung bahan organik yang lebih

tinggi.

f) Genangan

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.

g) Batu Permukaan

Batu dipermukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan oleh lokasi penelitian, cara mengukur batu di permukaan tanah yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi pernelitian. h) Batuan Singkapan

Batu dipermukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penelitian. Cara mengukur batuan singkapan yaitu dengan melihat berapa persen terdapat batuan besar yang tersingkap dipermukaan tanah pada lokasi penelitian.

(2). Cara Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara komposit yang terdiri dari dua contoh tanah komposit dengan melakukan pengeboran di delapan titik secara proporsional dengan kedalaman 0 – 40 cm dan 40 – 80 cm, lalu kedelapan contoh tanah tersebut dikomposit menjadi dua sampel


(39)

35 tanah dan dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk di analisis di laboratorium.

(3). Metode Analisis Laboratorium.

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang telah diambil secara komposit dari 8 titik. Kemudian contoh tanah dikering udarakan , lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya.

Sifat kimia yang dianalisi adalah pH H2O, kejenuhan basa, basa-basa

dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), Toksisitas (salinitas), KTK, dan C-Organik. Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode analisis tanah di laboratorium

No Analisis Metode 1 pH H20 pH meter

2 Basa-basa yang dapat ditukar NH4OAc 1 N pH 7

3 C-organik Walkey and Black 4 KTK NH4OAc 1 N pH 7

5 Tekstur tanah Hydrometer 3.3.2.1. Data fisik sekunder

Data fisik sekunder yang dikumpulkan meliputi : data curah hujan dan data temperatur, dan data kelembapan udara.


(40)

36 3.3.2.3. Data Ekonomi Primer

Data ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi : biaya produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah,

penanaman,pemupukan, pengendalian gulma), dan pendapatan yang diperoleh petani di desa Pesawaran Indah. Data sosial ekonomi primer dikumpulkan dengan mewawancara kepada 10 petani kopi kelompok tani Bina Karya di Desa Pesawaran Indah.

3.3.2.4. Data Ekonomi Sekunder

Data ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu data luas panen dan produksi tanaman kopi robusta Propinsi Lampung dan Kecamatan Padang Cermin yang diambil untuk 15 tahun (sesuai umur tanaman sampai dengan saat ini).

3.3.3. Analisis Data

3.3.3.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan potensi fisik lingkungan dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi robusta berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2003).

3.3.3.2. Analisis Kelayakan Finansial

Untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial usaha tani kopi Robusta dilakukan analisis sebagai berikut :

a). Net Present Value (NPV)


(41)

37 NPV =

   n l i i l C

B )/( )

( n

Keterangan :

B = benefit (manfaat)

C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu

Kriteria investasi :

Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point b). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

   n l i i l C

B )/( )

( n

yang bernilai positif Net B/C Ratio =

   n l i i l C

B )/( )

( n

yang bernilai negatif Keterangan :

B = benefit (manfat) C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point.

c). Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.


(42)

38 IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)

NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai posotif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point. d). Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok Revenue (total pendapatan) = total cost (biaya total). Dilihat dari jangka waktu

pelaksanaansebuah proyek terjadinya titik pulang pokok atau TR = TC tergantung lama arus penerimaan sebuag proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Rumus matematis yang digunakan untuk menghitung BEP yang menunjukkan waktu pengambilan total cost adalah sebagai berikut :

T P –1

+

n

l i

T

ci –

n

l i

B

iep –1 BEP =

Bp Keterangan :

BEP = Break event point

T P –1 = Tahun sebelum terdapat BEP

T

ci =

Jumlah

total

cost yang telah di-discont

B

iep = Jumlah benefit yang telah di-discont sebelum BEP Bp = Jumlah benefit pada saat BEP berada


(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lapangan dan pengolahan data primer, maka dapat disimpulkan :

1. Lahan pertanaman kopi Robusta (C. canephora) di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk (2003), termasuk dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas suhu (S2 tc).

2. Berdasarkan hasil analisis finansial usaha perkebunan tanaman kopi Robusta di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, sampai dengan umur 25 tahun layak untuk dikembangkan dengan NPV Rp 240.966.516,50, Net B/Cratio 1,89, IRR 31%. BEP 10 Tahun 10 bulan 21 hari

5.2. Saran.

Setelah dilakukan penelitian, diketahui faktor pembatas adalah suhu maka disarankan penanaman pohon naungan Sesuai rekomendasi yaitu 400-600 pohon per hektar.


(44)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA KELOMPOK TAN BINA KARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

SEBILIA ZENDA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(45)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Lahan dan titik pengambilan sampel ……….……...……... 87 2. Peta perbatasan administrasi kabupaten Pesawaran…………...…. 88 3. Peta lokasi penelitian ………... 89


(46)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTAK ... . i

SANWACANA ... v

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakan ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi ... 8

2.11. Syarat tumbuh tanaman kopi robusta ... 9

2.1.2. Bahan tanaman kopi robusta ... 9

2.1.3. Penanaman ... 10

2.1.4. Pemeliharaan ... 10

2.1.5. Pemupukan ... 12

2.1.6. Pengendalian Hama Penyakit ... 12

2.1.7. Panen ... 13

2.2. Evaluasi kesesuaian lahan ... 13

2.2.1. Kualitas lahan dan Karakteristik lahan ... 15

2.2.2. Klasifikasi Kesesuaian lahan ... 16

2.3. Analisis Finansial ... 27

2.3.1. Net Present Value (NPV) ... 27

2.3.2. Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C) ... 28

2.3.3. Internal Rate of Return (IRR) ... 28

2.3.4. Break Event Point (BEP) ... 28

BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.2. Alat dan Bahan ... 30

3.3 Metode Penelitian ... 31

3.3.1. Tahap Persiapan ... 31


(47)

3.3.2.1. Data fisik primer ... 32

3.3.2.2. Data fisik sekunder ... 35

3.3.2.3 Data sosial ekonomi primer ... 36

3.3.2.4 Data sosial ekonomi sekunder ... 36

3.3.3 Analisis Data ... 36

3.3.3.1. Evaluasi kesesuaian lahan ... 36

3.3.3.2. Analisis kelayakan finansial ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan ... 39

4.1.1. Kesesuaian lahan kualitatif berdasarkan kriteria biofisik .. 39

4.1.1.1.Temperatur ... 39

4.1.1.2. Ketersediaan air ... 39

4.1.1.3. Ketersediaan oksigen ... 40

4.1.1.4. Media perakaran ... 40

4.1.1.5. Retensi hara ... 41

4.1.1.6. Bahaya erosi ... 41

4.1.1.7. Bahaya banjir ... 42

4.1.1.8. Penyiapan lahan ... 42

4.1.2. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria faktor produksi Dent dan Young (1981) ……… 42

4.1.3. Penilaian kesesuaian lahan ... 43

4.1.3.1. Usaha tani kopi robusta ... ... 44

4.1.3.2. Penggunaan tenaga kerja ... 44

4.1.3.3. Penggunaan sarana produksi ... 47

4.1.3.4. Biaya produksi kopi robusta ... 48

4.1.3.5. Tingkat produksi dan penerimaan petani ... 48

4.1.3.6 Analisis Finansial ... 50

4.2. Pembahasan ... ... 50

4.2.1. Kesesuaian lahan berdasarkan kriteria biofisik ... 50

4.2.2. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria faktor produksi Dent dan Young (1981) ... . 58

4.2.3. Penilaian kesesuaian lahan ... 58

4.2.4. Analisis Finansial ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... ... 61

PUSTAKA ACUAN ... 62


(48)

PUSTAKA ACUAN

AAK, 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.

Biro Pusat Statistik. 2008. Monografi Desa. Biro Pusat Statistik. Gedong Tataan. Biro Pusat Statistik. 2010. Lampung Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Bandar

Lampung.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm. Dent, D. and Young, A. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and

Unwim. London. 279 pp.

Djaenudin, D. 1993. Lahan marginal, tantangan, dan pemanfaatannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XII (4): 79−86.

Djaenuddin, D., H Marwan, H Subagyo, A Mulyani, dan N Suharta, 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

Djaenudin, D., H. Marwan, A. Hidayat, dan H. Subagyo. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy. 72 hlm.

Hardjowigeno, S.1994. kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Daerah Rekreasi dan Bangunan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Litbang Deptan.

http://www.litbang.deptan.go.id

Mahi, A. K. 2001. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Diktat Kuliah

. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 230 hlm


(49)

dipublikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.

Najiyati, S., dan Danarti. 1999. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen . Penebar Swadaya. Jakarta.

Nyakpa, M. Y, A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S.J. Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perekebunan. Bogor. 70 hlm.

Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Tanaman Kopi. Jember. 96 hlm.

Yahmadi, Mudrig, 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Jawa Timur. 339 p.

Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta Sitorus, S. R. P.1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Jurusan Tanah,

Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 185 hlm

Siswoputranto, P. S. 1992. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.

Suherman, H. 2005. Harga kopi Robusta Turun, Petani Makin terpuruk. Lampung post, 29 Januari, hlm.18, kolom.


(50)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ………

Sekretaris :Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001


(51)

canephora) PADA LAHAN KELOMPOK TANI BINA KARYA DESA PESAWARAN INDAH

KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Nama Mahasiswa : Sebilia Zenda No. Pokok Mahasiswa : 0714031050 Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Dr. Ir. Rusdi Evizal,M.S. NIP 194711271976031001 NIP 196108261986031001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641111819821002


(52)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA KELOMPOK TAN BINA KARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

SEBILIA ZENDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(53)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, 18 September 1989. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan serasi Bapak H. Zainal Abidin dan Ibu Hj. Farida Paksi S,Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan TK Aysiah yang diselesaikan pada tahun 1995, sekolah dasar di SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 7 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, sedangkan pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara.

Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Tanah dan pada tahun 2008 diintegrasikan ke Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SPMB. Pada bulan Juli sampai Agustus 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Pesawaran. Pada bulan januari 2011, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Lapang (KL) ke beberapa instansi agroteknologi di Malang, Bali, dan Yogyakarta.


(54)

Kupersembahkan Karya Ini Sebagai Tanda Bakti, Cinta, dan Kasih Sayangku

Kepada Almamaterku Tercinta, Bapak dan ebuk q tercinta,

Atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, dan doa yang senantiasa menyertai hari dan langkahku,


(55)

SANWACANA

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, atas segala nikmat dan ujian yang penuh dengan pelajaran sangat berharga selama penulis menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan

kuantitatif kopi Rrobusta (Coffea canephora). Pada lahan Kelompok Tani Bina Karya Desa pesawaran indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran” Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Rusdi Evizal, M. S. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.. 3. Dr. Ir. Tamaluddin Syam,M.S., selaku Pembahas yang telah memberikan

masukan, kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Sarno, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

5. Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.Si.,


(56)

selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen, Staf, karyawan, dan civitas akademika Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kedua orang tuaku yang sangat ku sayang (H. Zainal abidin dan Hj. Farida Paksi S.pd), yang selalu memberikan doa disetiap sujudnya, semangat, kasih sayang, serta dorongan moril maupun materilnya yang tak pernah usai dan lelah untuk sebuah masa depan dan cita-cita.

8. Ayuk ku Selintia Zenda S.P serta adikku Sendivia Zenda dan Serginia Zenda yang telah memberikan perhatian semangat dan senyuman kepada Penulis. 9. Teman-teman seperjuangan: Ria Cardilla S.P., Nia Indah Woro S.P., Diyantri

Agustina, Ida Riskayanti, Yulis Tianawati S.P., serta angkatan 2007 yang telah memberikan arti persaudaraan yang tulus serta semangat.

10.Buat Deny Pradana S.T terima kasih atas segala motivasi kecerian canda tawa nasehat serta dorongan moril yang telah diberikan dengan ikhlas. 11.Kakak tingkat 2006, 2005, serta adik dikosan Faqiyah Desi, Santi,

Azvareza,Eka, Isna, Iki, serta Kelompok tani Bina Karya Pesawara.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian bermanfaat Amin .

Bandar Lampung, 31 Januari 2013 Penulis,


(1)

Judul Skripsi : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA LAHAN KELOMPOK TANI BINA KARYA DESA PESAWARAN INDAH

KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Nama Mahasiswa : Sebilia Zenda No. Pokok Mahasiswa : 0714031050 Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Dr. Ir. Rusdi Evizal,M.S. NIP 194711271976031001 NIP 196108261986031001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641111819821002


(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA KELOMPOK TAN BINA KARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

SEBILIA ZENDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, 18 September 1989. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan serasi Bapak H. Zainal Abidin dan Ibu Hj. Farida Paksi S,Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan TK Aysiah yang diselesaikan pada tahun 1995, sekolah dasar di SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 7 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, sedangkan pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara.

Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Tanah dan pada tahun 2008 diintegrasikan ke Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SPMB. Pada bulan Juli sampai Agustus 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Pesawaran. Pada bulan januari 2011, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Lapang (KL) ke beberapa instansi agroteknologi di Malang, Bali, dan Yogyakarta.


(4)

Kupersembahkan Karya Ini Sebagai Tanda Bakti, Cinta, dan Kasih Sayangku

Kepada Almamaterku Tercinta, Bapak dan ebuk q tercinta,

Atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, dan doa yang senantiasa menyertai hari dan langkahku,


(5)

SANWACANA

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, atas segala nikmat dan ujian yang penuh dengan pelajaran sangat berharga selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif kopi Rrobusta (Coffea canephora). Pada lahan Kelompok Tani Bina Karya Desa pesawaran indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran” Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Rusdi Evizal, M. S. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.. 3. Dr. Ir. Tamaluddin Syam,M.S., selaku Pembahas yang telah memberikan

masukan, kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Sarno, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

5. Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.Si.,


(6)

iv

selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen, Staf, karyawan, dan civitas akademika Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kedua orang tuaku yang sangat ku sayang (H. Zainal abidin dan Hj. Farida Paksi S.pd), yang selalu memberikan doa disetiap sujudnya, semangat, kasih sayang, serta dorongan moril maupun materilnya yang tak pernah usai dan lelah untuk sebuah masa depan dan cita-cita.

8. Ayuk ku Selintia Zenda S.P serta adikku Sendivia Zenda dan Serginia Zenda yang telah memberikan perhatian semangat dan senyuman kepada Penulis. 9. Teman-teman seperjuangan: Ria Cardilla S.P., Nia Indah Woro S.P., Diyantri

Agustina, Ida Riskayanti, Yulis Tianawati S.P., serta angkatan 2007 yang telah memberikan arti persaudaraan yang tulus serta semangat.

10.Buat Deny Pradana S.T terima kasih atas segala motivasi kecerian canda tawa nasehat serta dorongan moril yang telah diberikan dengan ikhlas. 11.Kakak tingkat 2006, 2005, serta adik dikosan Faqiyah Desi, Santi,

Azvareza,Eka, Isna, Iki, serta Kelompok tani Bina Karya Pesawara.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian bermanfaat Amin .

Bandar Lampung, 31 Januari 2013 Penulis,