KERAGAMAN KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA KLON UJ-3, CMM 25-27, DAN MENTIK URANG
ABSTRAK
KERAGAMAN KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA KLON UJ-3,
CMM 25-27, DAN MENTIK URANG
Oleh Diana Ika Putri
Keragaman yang luas berdampak pada proses seleksi yang berjalan secara efektif sehingga peluang untuk mendapatkan karakter yang diinginkan lebih besar dibandingkan apabila suatu populasi memiliki keragaman sempit. Benih botani yang dikoleksi Unila di antaranya UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang. Benih tersebut diharapkan memiliki keragaman luas sehingga dapat diseleksi untuk dijadikan sebagai varietas ubikayu yang memiliki sifat unggul. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaman karakter agronomi ubikayu (Manihot esculenta Crantz) klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Gedong Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, mulai bulan Juni 2011 sampai Maret 2012. Penelitian dilakukan tanpa ulangan terhadap klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ-3, CMM 25-27 dan Mentik Urang masing-masing 29, 40, dan 25 klon. Analisis data berupa analisis deskriptif meliputi persentase untuk variabel kualitatif, nilai maksimum, minimum, rata-rata, ragam, simpangan baku, dan dua kali simpangan baku untuk karakter kuantitatif.
Keturunan UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang sangat beragam yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan warna pucuk, permukaan tangkai atas, permukaan tangkai bawah, batang atas, batang bawah, warna kulit luar ubi (kecuali keturunan UJ-3), warna kulit dalam ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27 dan Mentik Urang), warna daging ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27), jumlah lobus, dan jumlah cabang. Keturunan UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang memiliki keragaman luas meliputi: jumlah daun, panjang tangkai, panjang daun, tinggi tanaman, panjang ubi,
(2)
Diana Ika Putri
b bobot ubi, jumlah ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27), jumlah akar, bobot total dan indeks panen sedangkan keragaman sempit pada variabel lebar daun, diameter batang, dan diameter ubi. Sepuluh klon-klon harapan yaitu UJ-3-10, UJ-3-25, UJ-3-35, UJ-3-52, UJ-3-54, CMM 25-27-25, CMM 25-27-55, Mentik Urang 7, Mentik Urang 11, dan Mentik Urang 32 berdasarkan indeks panen, bobot ubi, jumlah ubi, jumlah daun, dan tinggi tanaman.
(3)
KERAGAMAN KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1
UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA
BETINA UJ 3, CMM 25-27, DAN MENTIK URANG
Oleh
DIANA IKA PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Warna Pucuk ...
20
2. Warna permukaan tangkai bagian atas dan bawah ...
20
3. Warna batang atas dan bawah ...
21
4. Warna kulit luar ubi ... ...
21
5. Warna kulit dalam ubi ...
21
6. Warna daging ubi ...
22
7. Box and Whisker plot sebaran tinggi tanaman keturuna UJ-3 ...
36
8. Box and Whisker plot sebaran lebar lobus daun keturunan UJ-3 ...
38
9.
Box and Whisker plot sebaran panjang tangkai keturunan tetua
betna CM 25-27 ...
40
10.
Box and Whisker plot sebaran panjang jumlah lobus daun
keturunan tetua betina CMM 25-27 ...
41
11. Box and Whisker Plot sebaran jumlah daun keturunan tetua
betina Mentik Urang ...
41
12. Box and Whisker Plot sebaran diameter batang keturunan tetua
betina Mentik Urang ...
41
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...
vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...
1
1.2
Tujuan Penelitian ...
3
1.3
Landasan Teori ...
3
1.4
Kerangka Pemikiran ...
5
1.5
Hipotesis ...
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Ubikayu ...
7
2.2
Taksonomi Ubikayu ...
7
2.3
Morfologi Ubikayu ...
8
2.3.1 Daun ...
8
2.3.2 Batang ...
8
2.3.3 Ubi ...
8
2.3.4 Bunga ...
8
2.4 Pemuliaan Ubikayu ...
9
III.
BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian ...
13
(6)
v
3.3
Metode Penelitian ...
17
3.4
Pelaksanaan Penelitian ...
18
3.4.1
Penyiapan media tanam
...
18
3.4.2
Penanaman
...
18
3.4.3
Pemeliharaan
...
19
3.4.4
Variabel yang diamati
... 19
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil ...
24
4.1.1 Karakter kualitatif ...
24
4.1.2 Karakter kuantitatif ...
35
4.2
Pembahasan ...
47
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ...
53
5.2
Saran ...
54
DAFTAR PUSTAKA ...
55
LAMPIRAN
Tabel ...
60
Gambar ...
77
(7)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc.
...Sekretaris
: Ir. Sunyoto, M.Agr.
...
Penguji
bukan Pembimbing
: Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc
...2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 196108261987021001
(8)
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kupersembahkan karya ini
sebagai tanda cinta dan sayang kepada Mama, Papa, Adik-adik,
(9)
Judul Skripsi
: Keragaman Karaker Agronomi Klon-klon F1 Ubikayu
(
Manihot esculenta
Crantz) Keturunan Tetua Betina
UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang
Nama Mahasiswa
: Diana Ika Putri
No. Pokok Mahasiswa : 0814013120
Program studi
: Agroteknologi
Fakultas
: Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc.
Ir.Sunyoto, M.Agr.
NIP 196110211985031002
NIP 195510251982111001
2. Ketua / Sekretaris Program Studi Agroteknologi
Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si
NIP 196305081988112001
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan Jagabaya II Kota Bandar Lampung, 1 Agustus
1990. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Ahmad Suhaimi
dan Aisyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Kampung Baru
Labuhan Ratu tahun 1996—1998, SDN Sidosari tahun 1998—2002, SMPN 3
Natar tahun 2002—2005, SMAN 5 Bandar Lampung tahun 2005—2008. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi melalui jalur
SNMPTN tahun 2008. Tahun 2011, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di
Kelurahan Tejosari, Metro Timur dan Praktik Umum Budidaya Jamur Tiram
Kelompok Tani Sejahtera, Kelurahan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Selama
menempuh kuliah, penulis aktif mengikuti organisasi yaitu menjadi Keluarga
Muda Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (KAMU FOSI FP) sejak tahun
2008—2009, Anggota Staff Kesekretariatan FOSI FP tahun 2009—2010, dan
Kepala Bidang Keputrian FOSI FP tahun 2010—2011.
(11)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam
senantiasa diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi berjudul Keragaman Karakter Agronomi Klon-Klon F1 Ubikayu (
Manihot
esculenta
Crantz) Keturunan Tetua Betina UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. sebagai Pembimbing Pertama
yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan hingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
2.
Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr. sebagai Pembimbing Kedua yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi.
3.
Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc. sebagai Pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran terhadap penyelesaian skripsi.
4.
Ibu Ir. Darmaisam Mawardi, M.S. dan Bapak Dr. Agustiansyah, S.P, M,Si.
sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi selama ini.
(12)
iii
5.
Bapak Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P sebagai Ketua Program Studi
Agroteknologi.
6.
Seluruh dosen di Fakultas Pertanian yang telah membimbing dan memberi
bekal ilmiah.
7.
Mamah, papah, adik-adik serta keluarga besarku atas doa, bimbingan,
dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
8.
Ratna, Gimtar, Aldi, Daniel, Devy, Agus, Budi, dan Erik yang telah
membantu penelitian.
9.
Sahabat-sahabat seperjuangan: Deka, Nadia, Deva, Annisa, Diana Saragih,
Minarsih, Ananda, dan teman-teman di Agroteknologi terima kasih atas doa,
dukungan, dan bantuannya selama ini.
10.
Keluarga Besar FOSI FP dan TKS SMA N 5 Bandar Lampung atas doa,
ukhuwah, dan jejak yang telah kita toreh bersama.
11.
Semua pihak yang telah banyak membantu selama pelaksanaan dan
pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga diberikan kemudahan dan kelancaran atas segala urusan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Bandar Lampung, Oktober 2012
Penulis,
(13)
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang dan Masalah
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan daerah tropis
yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai
bahan baku sangat besar karena ubikayu sebagai bahan pangan dan bahan baku
berbagai macam industri (Bigcassava. com, 2009).
Ubikayu berpotensi untuk dikembangkan sebagai bakan baku karena dapat
diproduksi dalam jumlah yang besar di berbagai agroekosistem. Dalam Blue
Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 dijelaskan bahwa kandungan bioetanol
sebagai bahan campuran premium adalah 10% (E10) yang terdiri atas 8%
bioetanol ubikayu,1% bioetanol sorgum, dan 1% bioetanol tebu. Implementasi
Blue Print ini secara nasional akan berdampak terhadap penghematan penggunaan
premium sebesar 1,47 juta kl pada tahun 2010 dan 4,97 juta kl pada tahun 2025.
Ditinjau dari segi teknis, finansial, dan ekonomi/industri, ubikayu layak
dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol (Sinar Tani, 2007).
Total produksi ubikayu dunia tahun 2008 sebesar 232.950.180 ton. Lima negara
penghasil ubikayu terbesar yaitu Nigeria (19,14%), Somalia (16,50%), Thailand
(11,83%), Brasil (11,11%), dan Indonesia (9,27%) (Wikipedia, 2012). Produksi
ubikayu Indonesia tahun 2011 sebesar 24 juta ton dengan areal seluas 1,18 juta ha.
(14)
2
Sentra produksi ubikayu yaitu Lampung (37,39%), selanjutnya Jawa Tengah
(16,89%), Jawa Timur (12,02%), Jawa Barat (9,07%), dan Sumatera Utara 4,46%
(Dirjen Tanaman Pangan, 2012). Lampung menduduki urutan pertama dalam
produksi ubikayu di Indonesia. Dengan demikian, ubikayu merupakan salah satu
komoditi andalan bagi petani di propinsi ini dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Karena pertumbuhan penduduk semakin meningkat tiap tahun, maka kebutuhan
penduduk terhadap ubikayu juga semakin besar seiring dengan manfaat ubikayu
yang cukup banyak. Dengan demikian, Kementerian Pertanian mencanangkan
program peningkatan produksi ubikayu melalui perluasan areal tanam dan
peningkatan produtivitas (Saleh, 2007).
Petani sering mengalami kendala dalam peningkatan produksi ubikayu, meliputi:
(a) petani menggunakan varietas lokal dengan produktivitas yang masih rendah,
(b) penggunaan bibit yang kurang baik, (c) kondisi lahan yang kurang subur, dan
(d) pengelolaan tanaman yang tergolong sederhana (Karama, 2003 dalam Saleh,
tanpa tahun).
Meskipun telah ada varietas unggul ubikayu yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan ubikayu dalam negeri, namun proses perakitan varietas unggul ubikayu
di Indonesia tergolong lambat dibandingkan padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, dan ubi jalar (Subandi dkk., 2005). Tim Peneliti Unila, Yuliadi dan
Utomo (2008) menyatakan bahwa klon Mulyo memiliki bobot ubi lebih tinggi
daripada klon Kasesart, namun untuk tinggi tanaman sebaliknya. Mereka juga
telah mengoleksi 8.000 benih botani hingga tahun 2010. Faroq (2011) telah
mengevaluasi karakter agronomi klon-klon ubikayu di Prokimal, Lampung Utara.
(15)
3
Aldiansyah (2012) dan Simatupang (2012) telah melakukan evaluasi karakter
vegetatif dan generatif klon-klon ubikayu di Desa Muara Putih Natar Lampung
Selatan yang menyatakan bahwa diantara 40 klon yang dievaluasi didapatkan 10
klon terbaik yaitu klon CMM 97-6, CMM 2-16, CMM 21-7, CMM 1-10,
CMM 20-2, CMM 38-7, CMM 36-5, Duwet-3, Duwet-1 dan Kelenteng.
Keberhasilan perakitan variets unggul ditentukan oleh tersedianya keragaman
plasma nutfah sebagai bahan dasar pemuliaan (Leon dkk., 2004 dan Zaidi dkk.,
2003 dalam Wijayanto, 2007). Dengan adanya 8.000 benih botani yang dikoleksi
Yuliadi dan Utomo maka dapat dilakukan penelitian terhadap benih tersebut untuk
mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Benih yang digunakan pada
penelitian ini yaitu klon-klon F1 ubikayu keturunan tetua betina UJ-3,
CMM 25-27, dan Mentik Urang.
1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman karakter agronomi
klon-klon F1 ubikayu keturunan tetua betina UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang.
1.3 Landasan Teori
Ubikayu berperan sangat penting dalam perekonomian di Indonesia. Di dalam
negeri, kebutuhan terhadap komoditas ini terus meningkat sebab ubikayu
merupakan sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung serta sebagai bahan
baku industri yang terus berkembang (Subandi dkk., 2005). Dengan demikian,
produksi ubikayu dalam negeri perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
(16)
4
pangan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah penggunaan
varietas unggul yang diciptakan melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Ubikayu merupakan tanaman monoecious yaitu adanya bunga jantan dan betina
pada satu tanaman. Bunga betina biasanya lebih dulu masak sekitar 1-2 minggu
dibandingkan bunga jantan (protogini). Apabila bunga jantan dan bunga betina
dari tanaman yang berbeda mekar bersamaan maka ubikayu dapat melakukan
penyerbukan silang (Poespodarsono, 1992). Pada tanaman yang dapat melakukan
penyerbukan silang maka susunan genetik antar tanaman berbeda (Eathington,
1997 dalam Wijayanto, 2007).
Umumnya penanaman ubikayu dilakukan dengan menggunakan stek batang,
namun untuk program pemuliaan ubikayu ditanam melalui biji. Hal ini
disebabkan biji tersebut memiliki susunan genetik yang bervariasi dan
heterozigositas ubikayu yang tinggi. Klon ubikayu secara genetik bersifat
heterozigot sebab sebagian besar telah menyerbuk silang dan seleksi dilakukan
pada generasi F1(Kawano dkk., 1978 dalam Poespodarsono, 1992). Makalah
yang ditulis Marlitasari (2012) menyatakan bahwa individu tanaman menyerbuk
silang secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus dan secara genotipe
juga berbeda sehingga keragaman genetik dalam populasi sangat besar. Adapun
tahap-tahap perakitan varietas ubikayu antara lain: penanaman biji F1, seleksi
klon generasi pertama, pengamatan sifat, uji pendahuluan, uji daya hasil tahun
pertama dan tahun kedua (Poespodarsono, 1992).
Menurut Budianto dkk. (2009), keragaman genetik merupakan faktor yang
(17)
5
oleh faktor genetik. Menurut Hammer dkk. (1995) dalam Budianto dkk. (2009),
keragaman genetik dapat disebabkan oleh persilangan dengan kultivar lain dan
mutasi. Apabila suatu karakter memiliki keragaman genetik yang luas, maka
peluang untuk mendapatkan karakter yang terbaik lebih besar (Robin dkk., 1995
dalam Sianturi, 2008) dan proses seleksi lebih efektif (Saleh, 2010).
1.4
Kerangka Pemikiran
Ubikayu merupakan tanaman pangan yang banyak memiliki manfaat, di antaranya
sebagai bahan pangan, bahan baku industri dan dapat juga digunakan sebagai
bahan pembuatan bioetanol. Jumlah penduduk semakin meningkat dari tahun ke
tahun, maka kebutuhan terhadap ubikayu juga semakin meningkat.
Kendala petani dalam produksi ubikayu diantaranya pengunaan varietas lokal
yang masih rendah produktivitasnya. Oleh karena itu perlu usaha yang dapat
dilakukan dalam penigkatan produktivitas ubikayu. Salah satunya melalui
penggunaan varietas unggul. Varietas unggul yang diciptakan diharapkan dapat
memiliki produktivitas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan terhadap ubikayu.
Tahap awal dari perakitan varietas ubikayu yaitu penanaman benih F1 untuk
mengetahui keragaman pada keturunan yang dihasilkan dari klon-klon tetuanya.
Tahap tersebut diharapkan dapat menghasilkan klon-klon F1 ubikayu yang
memilki keragaman luas. Keragaman luas dapat terjadi jika adanya proses
persilangan dari tetua-tetua yang memiliki genotipe heterozigot sehingga terjadi
segregasi.
(18)
6
Keragaman yang luas berdampak pada proses seleksi yang berjalan secara efektif
sehingga peluang untuk mendapatkan karakter yang diinginkan lebih besar
dibandingkan apabila suatu populasi memiliki keragaman sempit. Benih botani
yang dikoleksi Unila diantaranya UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang. Benih
tersebut diharapkan memiliki keragaman luas. Dengan demikian, varietas unggul
yang diiinginkan dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap ubikayu.
1.5
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, diajukan hipotesis: terdapat keragaman
karakter agronomi ubikayu klon-klon F1 keturunan tetua betina UJ-3,
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Ubikayu
Ubikayu (
Manihot esculenta
Crantz) termasuk tanaman perdu.
M. utilissima
dan
M. alpi
merupakan nama lain
Manihot esculenta
Crantz. Semua genus
Manihot
berasal dari Amerika Selatan. Brasil merupakan pusat asal juga sebagai pusat
keragaman ubikayu. Manihot mempunyai 100 spesies yang telah diklasifikasikan
dan mayoritas ditemukan di daerah yang relatif kering (Prihandana dkk, 2007).
Tahun 1852 ubikayu masuk ke Indonesia. Namun, ubikayu baru tersebar ke
seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1914 ̶ 1918.
2.2 Taksonomi Ubikayu
Adapun taksonomi ubikayu adalah:
Kingdom :
Plantae
(tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermathophyta
(tumbuhan berbiji)
Subdivisi :
Angiospermae
(berbiji tertutup)
Class
:
Dycotyledone
(biji berkeping dua)
Ordo
:
Euphorbiales
Family
:
Euphorbiaceae
Genus
:
Manihot
Species
:
Manihot esculenta
[Crantz] sin.
M. utilissima
Pohl.
(20)
8
2.3 Morfologi Ubikayu
2.3.1 Daun
Daun ubikayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai.
Daun biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru, terutama daun
yang masih muda.
2.3.2 Batang
Batang tanaman ubikayu berkayu beruas-ruas dan panjang yang ketinggiannya
dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi tergantung kulit luar,
tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan setelah tua
berubah menjadi keputih-putihan, kelabu atau cokelat kelabu. Empelur batang
berwarna putih, lunak dan strukturnya empuk seperti gabus.
2.3.3 Ubi
Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai
tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang,
daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap dan tiap tanaman
menghasilkan 5 sampai 10 ubi (Rukmana, 1997).
2.3.4 Bunga
Dalam satu tanaman ubikayu memiliki bunga jantan dan betina. Bunga betina dua
kali lebih besar dibandingkan bunga jantan serta tangkai bunga lebih panjang.
Bunga umumnya membuka pada siang hari selama beberapa jam (CIAT, 1983
dalam Poespodarsono, 1992).
(21)
9
2.4 Pemulian Ubikayu
Penampilan setiap individu dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Jika
dua individu berada dalam lingkungan yang sama, maka keragaman yang timbul
disebabkan oleh faktor genetik (Loveless, 1989 dalam Sianturi, 2008). Menurut
Budiyanti dkk. (2005) keragaman yang luas dari suatu karakter memberikan
peluang untuk melakukan seleksi untuk memperoleh karakter yang diinginkan
sehingga dapat ditemukan varietas unggul baru.
Tanaman menyerbuk silang dalam populasi alami terdapat individu-individu yang
secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga berbeda
dari satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik dalam
populasi sangat besar. Pada dasarnya tanaman menyerbuk silang adalah
heterozigot dan heterogenus. Satu individu dan individu lainnya memiliki
genotipe berbeda.
Karakterisasi bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman yang penting
artinya sebagai pedoman dalam pemberdayaan genetik dalam program pemuliaan
(Setiamihardja, 1990 dalam Suryadi dkk., 2004). Koleksi yang telah
dikarakterisasi dapat dirmanfaatkan sebagai materi dalam pembentukan varietas
unggul baru yang dapat dilakukan melalui introduksi, seleksi, dan persilangan
dengan menggunakan tetua yang terpilih dari koleksi plasma nutfah (Suryadi dkk.,
2002 dalam Suryadi dkk., 2004).
Dalam perakitan suatu varietas deskripsi plasma nutfah bertujuan untuk
(22)
10
Sifat kualitatif merupakan karakter yang dapat dilihat secara langsung misalnya
warna sedangkan sifat kuantitatif dapat diamati melalui pengukuran misalnya
tinggi tanaman (Mangoendidjojo, 2003 dalam Sianturi, 2008). Karakter
kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen yang
masing-masing berpengaruh kecil terhadap ekspresi karakter, ciri-cirinya antara lain:
sebaran kelas menyebar normal, tiap gen perannya tidak jelas, adanya kerumitan
akibat banyaknya pasangan alel yang memisah (segregasi), dan penampilan sifat
merupakan kerjasama pengaruh genotipe dan lingkungan (Bari dkk., 1974 dalam
Yudi dan Ghani, 2002).
Tujuan dilakukan pemuliaan ubikayu di Indonesia yaitu: produksi dan indeks
panen tinggi, dapat dipanen lebih awal, toleran terhadap hama penyakit penting,
kandungan pati tinggi, bentuk perakaran baik, bercabang lambat dan mampu
beradaptasi luas (Soenarjo dkk., 1988 dalam Poespodarsono, 1992).
Pemuliaan tanaman dengan sistem lama yang dilakukan CIAT telah dimodifikasi.
Masalah utama evaluasi tradisional yaitu tahap seleksi (F1C1, Evaluasi klonal dan
uji daya hasil pendahuluan) yang berdasarkan plot tanpa ulangan (Tabel 1). Pada
sistem baru, tanaman F1 tumbuh selama 10 bulan bukan 6 bulan. Evaluasi klonal
dilakukan hingga 8 bulan bukan 6 bulan. Pengambilan dan analisis data
dilakukan untuk semua progeni yang dievaluasi. Sedangkan sistem lama, data
diambil hanya untuk kekerabatan progeni yang telah divaluasi sehingga sulit
untuk menduga efek kemampuan gabungan dari bahan tetua karena persilangan
tidak menghasilkan data seimbang (banyak progeni telah hilang di lapang sebelum
pengambilan data). Oleh sebab itu, modifikasi ini diperkenalkan untuk
(23)
11
mempercepat proses seleksi, mengevaluasi lebih banyak progeni dan diharapkan
seleksi dapat dilakukan lebih efisien (Ceballos dkk
.,
2007).
Sistem baru pemuliaan ubikayu yang dilakukan CIAT menggunakan waktu
selama 4,8 tahun relatif lebih singkat dibandingkan dengan sistem lama selama
5,5 tahun. Setiap tahap yang dilakukan terjadi proses seleksi. Pemuliaan sistem
baru tidak ada tahap F1C1 dan uji daya hasil lajutan, namun uji daya hasil
pendahuluan terjadi selama dua kali tanpa ada proses seleksi di dalamnya
(Tabel 1).
(24)
12
Tabel 1. Pemuliaan ubikayu berdasarkan system lama dan system baru yang
dilakukan CIAT (Ceballos dkk., 2007).
Time Stage (old system) Stage (new system) Time 0 Crossing of selected parental
genotypes Crossing of selected parental genotypes 0 6 F1 (3000--5000)
(6 months) 1 plant/1site/1 rep
F1 (3000--5000) (10 months) 1 plant/1site/1 rep
10
18 F1C1 (2000--4000) (1 year) 1 plant/1sites/1 rep
Clonal Evaluation (1000--1500) (1 year)
6-8 plants/1 site/ 1 rep
22
30 Clonal Evaluation (500--1000) (1 year)
6-8 plants/1 site/ 1 rep
Preliminary yield trial (150--300) (1 year)
10 plants/1 site/ 3 reps
34
42 Preliminary yield trial (100—200) (1 year)
20 plants/1-2 sites/ 1 rep
Preliminary yield trial (150—300) (2 years)
25 plants/2-3 sites/ 3 reps
58
66 Advanced yield trial (30--60) (2 years)
25 plants/2-3 sites/ 3 reps
ELITE GERMPLASM Germplasm
(25)
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani di Kelurahan Gedong Meneng,
Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, mulai bulan Juni 2011 sampai
Maret 2012.
3.2
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
polybag
, plastik, spidol,
timbangan, golok, cangkul, ember, alat tulis, meteran, penggaris, jangka sorong
dan tali rafia. Bahan tanam yang digunakan adalah klon-klon F1 ubikayu
keturunan tetua betina UJ-3, CMM 25-27 dan Mentik Urang (Tabel 2), air, pupuk
majemuk NPK dengan dosis 52 g/tanaman, pupuk urea 27 g/m
2, pupuk kandang
dengan dosis 3 kg/m
2, dan insektisida Furadan 3G.
Tabel 2. Klon-klon F1 ubikayu yang dievaluasi keragamannya.
No. Identitas Tetua betina Asal benih
1. UJ-3-1 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
2. UJ-3-2 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
3. UJ-3-3 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
4. UJ-3-4 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
5. UJ-3-5 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
6. UJ-3-6 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
7. UJ-3-7 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
8. UJ-3-8 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
9. UJ-3-9 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
(26)
14
Tabel 2 (lanjutan).
No. Identitas
Tetua betina
Asal benih
11. UJ-3-11 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
12. UJ-3-12 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
13. UJ-3-13 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
14. UJ-3-14 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
15. UJ-3-15 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
16. UJ-3-16 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
17. UJ-3-17 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
18. UJ-3-18 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
19. UJ-3-19 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
20. UJ-3-20 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
21. UJ-3-21 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
22. UJ-3-22 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
23. UJ-3-23 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
24. UJ-3-24 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
25. UJ-3-25 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
26. UJ-3-26 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
27. UJ-3-27 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
28. UJ-3-28 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
29. UJ-3-29 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
30. UJ-3-30 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
31. UJ-3-31 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
32. UJ-3-32 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
33. UJ-3-33 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
34. UJ-3-34 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
35. UJ-3-35 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
36. UJ-3-36 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
37. UJ-3-37 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
38. UJ-3-38 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
39. UJ-3-39 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
40. UJ-3-40 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
41. UJ-3-41 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
42. UJ-3-42 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
43. UJ-3-43 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
44. UJ-3-44 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
45. UJ-3-45 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
46. UJ-3-46 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
47. UJ-3-47 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
48. UJ-3-48 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
49. UJ-3-49 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
50. UJ-3-50 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
51. UJ-3-51 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
52. UJ-3-52 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
53. UJ-3-53 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
54. UJ-3-54 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
55. UJ-3-55 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
56. UJ-3-56 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
57. UJ-3-57 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
58. UJ-3-58 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
(27)
15
Tabel 2 (lanjutan).
No. Identitas Tetua Betina Asal Benih
60. UJ-3-60 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
61. UJ-3-61 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
62. UJ-3-62 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
63. UJ-3-63 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
64. UJ-3-64 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
65. UJ-3-65 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
66. UJ-3-66 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
67. UJ-3-67 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
68. UJ-3-68 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
69. UJ-3-769 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
70. UJ-3-70 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
71. UJ-3-71 UJ-3 Tegineneng, Pesawaran
72. CMM 25-27-1 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
73. CMM 25-27-2 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
74. CMM 25-27-3 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
75. CMM 25-27-4 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
76. CMM 25-27-5 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
77. CMM 25-27-6 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
78. CMM 25-27-7 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
79. CMM 25-27-8 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
80. CMM 25-27-9 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
81. CMM 25-27-10 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
82. CMM 25-27-11 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
83. CMM 25-27-12 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
84. CMM 25-27-13 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
85. CMM 25-27-14 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
86. CMM 25-27-15 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
87. CMM 25-27-16 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
88. CMM 25-27-17 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
89. CMM 25-27-18 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
90. CMM 25-27-19 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
91. CMM 25-27-20 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
92. CMM 25-27-21 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
93. CMM 25-27-22 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
94. CMM 25-27-23 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
95. CMM 25-27-24 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
96. CMM 25-27-25 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
97. CMM 25-27-26 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
98. CMM 25-27-27 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
99. CMM 25-27-28 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
100. CMM 25-27-29 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
101. CMM 25-27-30 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
102. CMM 25-27-31 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
103. CMM 25-27-32 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
104. CMM 25-27-33 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
105. CMM 25-27-34 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
106. CMM 25-27-35 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
107. CMM 25-27-36 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
108. CMM 25-27-37 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
(28)
16
Tabel 2 (lanjutan).
No. Identitas Tetua Betina Asal Benih
110. CMM 25-27-39 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
111. CMM 25-27-40 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
112. CMM 25-27-41 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
113. CMM 25-27-42 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
114. CMM 25-27-43 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
115. CMM 25-27-44 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
116. CMM 25-27-45 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
117. CMM 25-27-46 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
118. CMM 25-27-47 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
119. CMM 25-27-48 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
120. CMM 25-27-49 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
121. CMM 25-27-50 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
122. CMM 25-27-51 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
123. CMM 25-27-52 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
124. CMM 25-27-53 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
125. CMM 25-27-54 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
126. CMM 25-27-55 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
127. CMM 25-27-56 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
128. CMM 25-27-57 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
129. CMM 25-27-58 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
130. CMM 25-27-59 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
131. CMM 25-27-60 CMM 25-27 Taman Bogo, Lampung Timur
132. Mentik Urang-1 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
133. Mentik Urang-2 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
134. Mentik Urang-3 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
135. Mentik Urang-4 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
136. Mentik Urang-5 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
137. Mentik Urang-6 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
138. Mentik Urang-7 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
139. Mentik Urang-8 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
140. Mentik Urang-9 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
141. Mentik Urang-10 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
142. Mentik Urang-11 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
143. Mentik Urang-12 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
144. Mentik Urang-13 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
145. Mentik Urang-14 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
146. Mentik Urang-15 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
147. Mentik Urang-16 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
148. Mentik Urang-17 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
149. Mentik Urang-18 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
150. Mentik Urang-19 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
151. Mentik Urang-20 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
152. Mentik Urang-21 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
153. Mentik Urang-22 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
154. Mentik Urang-23 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
155. Mentik Urang-24 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
156. Mentik Urang-25 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
157. Mentik Urang-26 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
158. Mentik Urang-27 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
(29)
17
Tabel 2 (lanjutan).
No. Identitas Tetua Betina Asal Benih
160. Mentik Urang-29 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
161. Mentik Urang-30 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
162. Mentik Urang-31 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
163. Mentik Urang-32 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
164. Mentik Urang-33 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
165. Mentik Urang-34 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
166. Mentik Urang-35 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
167. Mentik Urang-36 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
168. Mentik Urang-37 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
169. Mentik Urang-38 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
170. Mentik Urang-39 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
171. Mentik Urang-40 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
172. Mentik Urang-41 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
173. Mentik Urang-42 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
174. Mentik Urang-43 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
175. Mentik Urang-44 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
176. Mentik Urang-45 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
177. Mentik Urang-46 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
178. Mentik Urang-47 Mentik Urang Tegineneng, Pesawaran
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan tanpa ulangan. Setiap klon F1 yang berasal dari satu benih
botani kemungkinan berbeda secara genetik karena tetua bersifat heterozigot atau
terjadi penyerbukan silang. Data dianalisis dengan metode statistik deskriptif.
Persentase digunakan untuk karakter kualitatif, sedangkan nilai maksimum, nilai
minimum, kisaran, nilai tengah, ragam, simpangan baku, dan dua kali simpangan
baku untuk karakter kuantitatif.
Software The SAS System for Windows
9.0
digunakan untuk menyatakan sebaran data melalui
Box and
Whisker Plot
.
Rumus yang digunakan untuk karakter kuantitatif yaitu :
a)
Kisaran= nilai maksimum- nilai minimum
b)
Nilai tengah
µ = ∑ X
iN
(30)
18
c)
Ragam
d)
Simpangan baku
σ = √ σ
2(Walpole, 1995).
Jika nilai ragam lebih besar daripada dua kali simpangan baku, maka keragaman
luas, sedangkan jika nilai ragam lebih kecil dari dua kali simpangan baku maka
keragaman sempit (Pinaria dkk. (1995) dalam Rostini dkk. (2006)). Data
kuantitatif diurutkan dari peringkat tertinggi hingga terendah. Variabel
pengamatan yang terdiri atas panen, bobot ubi, jumlah ubi, jumlah daun, dan
tinggi tanaman merupakan tolok ukur yang digunakan untuk memilih 10 klon
harapan dari klon-klon yang diamati.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penyiapan media tanam
Media tanam semai yang digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 dimasukkan ke dalam
polybag
berukuran 2 kg. Sedangkan
lahan tanam transplanting yang digunakan sebanyak 5 plot. Pengolahan lahan
dilakukan 2 kali dengan menggunakan cangkul.
3.4.2
Penanaman
Setiap
polybag
ditanam satu benih botani dengan kedalaman 2 cm, lalu di sekitar
lubang tanam ditaburi insektisida Furadan 3G agar terhindar dari serangan
serangga. Bibit yang telah berusia 30 hari setelah tanam (HST) dipindahkan ke
lahan yang telah diolah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
(31)
19
3.4.3
Pemeliharaan
Penyiraman tanaman dilakukan sesuai kebutuhan. Pemberian pupuk kandang
pada lahan dilakukan seminggu sebelum tanam dengan dosis 3 kg/m
2, pupuk NPK
dengan dosis 52 g/tanaman, dan pupuk urea dengan dosis 27g/m
2per lubang
tanam. Penyiangan gulma pun dilakukan jika ditemukan gulma tumbuh di sekitar
tanaman.
3.4.4 Variabel yang diamati
Variabel yang diamati terdiri atas karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter
kualitatif meliputi warna pucuk daun, warna permukaan tangkai bagian atas,
warna permukaan tangkai bagian bawah, warna batang atas, warna batang bawah,
warna kulit luar ubi, warna kulit dalam ubi, warna daging ubi, jumlah cabang, dan
jumlah lobus. Karakter kuantitatif meliputi tinggi tanaman, diameter batang,
panjang tangkai, panjang lobus, lebar lobus, jumlah daun, jumlah akar non ubi,
diameter ubi, jumlah ubi, bobot ubi, panjang ubi, bobot total, dan indeks panen.
Pengamatan warna dilakukan oleh 3 orang dengan mengacu pada Daftar
Deskriptor Data Karakter Ubikayu (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2011).
1. Warna pucuk daun. Pengamatan dilakukan dengan melihat warna daun yang
belum mekar. Pilihan warna terdiri atas: hijau kecoklatan, hijau, hijau
(32)
20
Gambar 1. Warna pucuk (a) hijau muda, (b) hijau, (c) hijau
kecoklatan, dan (d) merah.
2. Warna permukaan tangkai bagian atas. Pengamatan dilakukan dengan melihat
warna permukaan tangkai bagian atas. Pilihan warna terdiri atas: merah,
merah kehijauan, hijau kemerahan, dan hijau.
3. Warna permukaan tangkai bagian bawah. Pengamatan dilakukan dengan
melihat warna permukaan tangkai bagian bawah. Pilihan warna terdiri atas:
merah, merah kehijauan, hijau kemerahan, dan hijau (Gambar 2).
Gambar 2. Warna permukaan tangkai bagian atas dan bawah
(a) hijau, (b) hijau kemerahan,
(c) merah, dan (d) merah kehijauan
4
Warna batang atas. Pengamatan warna batang atas dilakukan dengan
melihat bagian batang atas sekitar 20 cm dari pucuk.
5
Warna batang bawah. Pengamatan warna batang bawah dilakukan dengan
melihat bagian batang bawah sekitar 20 cm dari pangkal batang. Pilihan
warna batang atas dan bawah terdiri atas: hijau, abu-abu, merah, hijau tua,
gading, dan hijau kemerahan (Gambar 3).
a
b
c
d
(33)
21
Gambar 3. Warna batang atas dan bawah
(a) hijau, (b) hijau tua, (c) hijau kemerahan,
(d) gading, (e) merah, dan (f) abu-abu
6.
Warna kulit luar ubi. Pengamatan dilakukan dengan melihat kulit terluar ubi.
Pilihan warna terdiri atas: coklat muda dan coklat (Gambar 4).
7. Warna kulit dalam ubi. Pengamatan dengan melihat kulit dalam ubi. Pilihan
warna terdiri atas: rose, rose muda, kuning dan gading (Gambar 5).
Gambar 4. Warna kulit luar ubi
Gambar 5. Warna kulit dalam ubi
(a) coklat
(a) kuning, (b) gading
(b) coklat muda
dan, (c) rose
8.
Warna daging ubi. Pengamatan dengan melihat daging ubi. Pilihan warna
terdiri atas: putih dan kuning (Gambar 6).
b
c
d
a
e
f
(34)
22
Gambar 6. Warna daging ubi
(a) putih dan (b) kuning
9. Jumlah cabang. Penghitungan jumlah cabang dimulai dari pertama kali
munculnya cabang hingga keluar cabang-cabang baru.
10. Jumlah lobus. Penghitungan jumlah lobus dilakukan dengan menghitung daun
yang menjari.
11. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari ujung titik pucuk hingga pakal
batang di atas permukaan tanah menggunakan meteran.
12. Diameter batang. Pengukuran diameter batang dilakukan dengan mengukur
bagian pangkal, tengah, dan ujung batang menggunakan jangka sorong.
13. Panjang tangkai. Pengukuran panjang tangkai diukur dari pangkal tangkai
daun hingga ujung permukaan tangkai bagian.
14. Panjang lobus. Pengukuran panjang lobus diukur dari pangkal lobus sampai
dengan ujung lobus.
15. Lebar lobus. Pengukuran lebar lobus diukur dari bagian tengah lobus
berlawanan dengan pengukuran panjang lobus.
16. Jumlah daun. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang
masih masih menempel pada batang.
17. Jumlah akar non ubi. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah akar
yang tidak menjadi ubi.
(35)
23
18. Diameter ubi. Pengukuran diameter ubi dilakukan dengan mengukur bagian
pangkal, tengah, dan ujung ubi dengan menggunakan jangka sorong.
19.
Jumlah ubi. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ubi yang
dihasilkan tanaman.
20. Bobot ubi. Pengamatan dilakukan dengan menimbang seluruh ubi yang
dihasilkan tanaman.
21. Panjang ubi. Pengukuran panjang ubi dilakukan dengan mengukur ubi dari
pangkal hingga bagian ujung ubi menggunakan penggaris.
22.
Bobot total. Pengamatan dilakukan dengan menimbang seluruh bagian
tanaman terdiri atas, akar non ubi, ubi, batang, tangkai, dan daun.
23. Indeks panen. Indeks panen didapat dengan menghitung perbandingan bobot
ubi dengan bobot total dikali 100%.
(36)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Karakter kualitatif pada keturunan UJ-3, CMM 25-27 dan Mentik Urang sangat beragam yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan warna pucuk, permukaan tangkai bagian atas, permukaan tangkai bagian bawah, batang atas, batang bawah, kulit luar ubi (kecuali keturunan tetua betina UJ-3), kulit dalam ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27 dan Mentik Urang), daging ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27), jumlah lobus, dan jumlah cabang. 2. Karakter kuantitatif keturunan UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang memiliki
keragaman luas meliputi: jumlah daun, panjang tangkai, panjang daun, tinggi tanaman, panjang ubi, bobot ubi, jumlah ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27), jumlah akar, bobot total dan indeks panen.
3.. Sepuluh klon-klon harapan dari keturunan UJ-3, CMM 25-27 dan Mentik Urang yaitu: UJ-3-10, UJ-3-25, UJ-3-35, UJ-3-52, UJ-3-54, CMM 25-27-25,
CMM 25-27-55, Mentik Urang 7, Mentik Urang 11, dan Mentik Urang 32.
(37)
54 5. 2. Saran
Penelitian ini dapat dilanjutkan terhadap klon-klon harapan dengan menambahkan karakterisasi tentang kadar aci dan ketahanan terhadap serangan hama dan pernyakit sebagai variabel pengamatan.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Aldiansyah. 2012.
Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubikayu (Manihot
esculenta Crantz) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung
Selatan
. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 101 hlm.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. 2011.
Daftar Deskriptor Data Karakter Ubikayu.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/engines/character_pdf.
Balai Penelitian kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2011.
Daftar Deskriptor
Data Karakter Ubikayu.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/engines/character_pdf.
Bigcassava.com. 2009.
Proyek Pengembangan Budi Daya Singkong Varietas
Darul Hidayah Sebagai Upaya Meningkatkan Tarap Kehidupan Ekonomi
Petani,Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel
.
http://kebun%20singkong%20%20Info%20dari%20BIG%. Diakses 4
Agustus 2012.
Budianto, A., Ngawit, dan Sudika. 2009. Keragaman Genetik Beberapa Sifat dan
Seleksi Klon Berulang Sederhana Tanaman Bawang Merah Kultivar
Ampenan.
Crop Agro 2 (I),
hlm 28-35
.
Budiyanti, T., S. Purnomo, Karsinah, dan A. Wahyudi. 2005. Karakterisasi 88
aksesi Pepaya Koleksi Balai penelitian Tanaman Buah.
Buletin Plasma
Nutfah 11 (I),
hlm 21-27 .
Ceballos, H., J. C. Perez, F. Calle, G. Jaramillo, J.I. Lenis, N. Morante, and J.
Lopez. 2007
. A New Evaluation Scheme for Cassava Breeding at CIAT,
pp
125—135.
In Prociding 7
thRegional workshop Held in Bangkok, Thailand
..
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011.
Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas, dan Produksi Ubikayu (ARAM II 2011).
http://tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/Luas%20Tanam,%20Luas
%20Panen,%20Produktifitas%20&%20Produksi%20Ubi%20Kayu%20(Ara
m%20II%202011).pdf
. Diakses 28 Agustus 2012.
(39)
56
Faroq, D. I. 2011.
Evaluasi karakter agronomi klon-klon ubikayu (Manihot
esculenta Crantz) di Prokimal Lampung Utara.
(Skripsi). Program Studi
Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unila: Bandar
Lampung. 100 hlm.
Fukuda, W. M. G., C. L. Guevara, R. Kawuki, and M. E. Ferguson. 2010.
Selected Morphological and Agronomic Descriptors for The
Characterization of Cassava.
International Institute of Tropical Agriculture
(IITA), Ibadan, Nigeria. Nigeria
.
http://www.iita.org/c/document_library/get_file?uuid=4530a72e-917d-4801-9239-cb0ee3a4dd4e&groupId=25357.
Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. 1996.
Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Marlitasari, E. 2012.
Makalah Menyerbuk Silang Tanaman Alpukat Makalah
Menyerbuk Silang Tanaman Alpukat.
http://blog.ub.ac.id/ervianii/2012/06/25/makalah-menyerbuk-silang-tanaman-alpukat/.
Diakses 2 Agustus 2012.
Minantyorini, N. Zuraida, dan A. Dimyati. 1993. Penampilan Sifat-sifat Utama
pada Seleksi Lanjut Klon-klon Ubikayu.
Risalah Hasil Penelitian Tanaman
Pangan 3:11-1.
Poespodarsono, S. 1992.
Pemuliaan Ubi Kayu
. Prosiding Simposium Pemuliaan
Tanaman I: Komisariat Daerah jawa Timur. Hlm 69—78.
Prihandana Rama, Noerwijari Kartika, Adinurani P.G., Setiyaningsih Dwi, Setiadi
Sigit, Hendroko Roy. 2007.
Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa
Depan.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rachmadi, M. 2000.
Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif
.
Universitas Padjajaran: Bandung. 159 hlm.
Rahayu, S.E. dan Sri Handayani. 2010. Keragaman Genetik Pandan Asal Jawa
Barat Berdasarkan Penanda
Inter Simple Sequence Repeat.
Makara, Sains
14 (2):158-62.
Reny, H., B. S. Purwoko dan I. S. Dewi. 2009. Keragaman Genetik dan
Karakter Agronomi Galur Haploid Ganda Padi Gogo dengan Sifat-SifatTipe
Baru Hasil Kultur Antera.
J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 9.
Rostini, N., Y Giametri, S. Amien. 2006. Korelasi Hasil dan Komponen Hasil
dengan Kualitas Hasil pada 100 Genotip Nenas (
Ananas comosus
(l.) Merr.)
dari Beberapa Seri Persilangan Generasi F1
.
Zuriat II (XVII).
(40)
57
Saleh, M. 2010. Identifikasi Keragaman Buah Langsat (Duku) di Kalimantan
Selatan.
Agroscientiae 2 (X): 86-89.
Saleh, N., S.A. Rahayuningsih dan M.M. Adie
.
Peningkatan Produksi dan
Kualitas Umbi-umbian.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian (Balitkabi). 21 hlm.
Saleh, N. 2007.
Tekonologi Produksi Ubikayu Mendukung Ketahanan Pangan
dan Agroindustri.
www.puslittan.Bogor.net.
Diakses 22 Oktober 2011.
Sianturi, W.O. 2008
. Uji Keragaman Genetik pada Beberapa Ekotipe Kacang
Tanah (Arachis hypogeae L.) dari Berbagai Lokasi di Daerah Tarutung
.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Simatupang, D. 2012.
Evaluasi Karakter Generatif Klon-klon Ubikayu (Manihot
esculenta Crantz) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung
Selatan
. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 83 hlm.
Sinar tani. 2007.
Ubikayu Bioenergi yang Potensial.
Edisi 27 Juni - 3 Juli 2007.
Siregar, E. B. M. 2002
. Proses-proses Awal Ekspresi Gen pada Tanaman
.
USU
DigitalLibraryhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/895/1/hutan-edy2.pdf
. Diakses 29 Agustus 2012.
Sitompul, S. M. dan Bambang Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Gadjah Mada Universitas Press: Yogyakarta. 412 hlm.
Subandi, Y. Widodo, N. Saleh, L. J. Santoso. 2005. Inovasi Teknologi
Produksi Ubi Kayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan
.
Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 14 hlm
Sumarno, J. Wargiono, U.G. Kartasasmita, I. G. Ismail, dan J. Soejitno. 2005.
Pemahaman dan Kesiapan Petani Mengadopsi Padi Hibrida.
Iptek
Tanaman Pangan 2 (III).
Suryadi, Luthfy, Y. Kusandriani, dan Gunawan. 2004. Karakterisasi Plasma
Nutfah Mentimun.
Buletin Plasma Nutfah 10 (I), hlm 28-31.
Walpole, R. E. 1995.
Pengantar Statistika
. Penerjemah B. Sumantri.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 515 hlm.
Wargiono. 1979.
Ubikayu dan Cara Bercocok Tanamnya
. Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian Bogor: Bogor. hlm 12 - 26
Wijayanto, T. 2007. Karakteristik Sifat-sifat Agronomi Beberapa Nomor Koleksi
Sumberdaya Genetik Jagung Sulawesi.
Jurnal Penelitian dan Informasi
(41)
58
Wikipedia. 2012
. Singkong.
http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong#Deskripsi.
Diakses 2 Agustus 2012.
Yudiwanti dan M. A. Ghani. 2002.
Keragaan Daya Hasil Galur-galur
Kacang Tanah Hasil Persilangan Varietas Gajah dengan Galur
GPNC-WS4.
Makalah Seminar Nasional Agronomi dan Pameran Pertanian.
Yuliadi, E., dan S. D. Utomo. 2008. Pengujian Dua Varietas Ubikayu (
Manihot
utilissima
Pohl) pada Dua Kepadatan Populasi Tanam yang Berbeda dalam
Pola Tanam Tumpangsari Dengan Jagung.
DIPA PNBP Universitas
Lampung.
Diakses 26 agustus 2012.
http://repository.unila.ac.id:8180/dspace/bitstream/123456789/256/1/2008_
LP_LP_YULIADI_1.pdf.
Zuraida, N. 2010. Karakterisasi Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma
(1)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Karakter kualitatif pada keturunan UJ-3, CMM 25-27 dan Mentik Urang sangat beragam yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan warna pucuk, permukaan tangkai bagian atas, permukaan tangkai bagian bawah, batang atas, batang bawah, kulit luar ubi (kecuali keturunan tetua betina UJ-3), kulit dalam ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27 dan Mentik Urang), daging ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27), jumlah lobus, dan jumlah cabang. 2. Karakter kuantitatif keturunan UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang memiliki
keragaman luas meliputi: jumlah daun, panjang tangkai, panjang daun, tinggi tanaman, panjang ubi, bobot ubi, jumlah ubi (kecuali keturunan tetua betina CMM 25-27), jumlah akar, bobot total dan indeks panen.
3.. Sepuluh klon-klon harapan dari keturunan UJ-3, CMM 25-27 dan Mentik Urang yaitu: UJ-3-10, UJ-3-25, UJ-3-35, UJ-3-52, UJ-3-54, CMM 25-27-25,
CMM 25-27-55, Mentik Urang 7, Mentik Urang 11, dan Mentik Urang 32.
(2)
54
5. 2. Saran
Penelitian ini dapat dilanjutkan terhadap klon-klon harapan dengan menambahkan karakterisasi tentang kadar aci dan ketahanan terhadap serangan hama dan pernyakit sebagai variabel pengamatan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Aldiansyah. 2012. Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung
Selatan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 101 hlm.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 2011. Daftar Deskriptor Data Karakter Ubikayu.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/engines/character_pdf.
Balai Penelitian kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2011. Daftar Deskriptor Data Karakter Ubikayu.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/engines/character_pdf.
Bigcassava.com. 2009. Proyek Pengembangan Budi Daya Singkong Varietas Darul Hidayah Sebagai Upaya Meningkatkan Tarap Kehidupan Ekonomi
Petani,Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel.
http://kebun%20singkong%20%20Info%20dari%20BIG%. Diakses 4 Agustus 2012.
Budianto, A., Ngawit, dan Sudika. 2009. Keragaman Genetik Beberapa Sifat dan Seleksi Klon Berulang Sederhana Tanaman Bawang Merah Kultivar
Ampenan. Crop Agro 2 (I), hlm 28-35.
Budiyanti, T., S. Purnomo, Karsinah, dan A. Wahyudi. 2005. Karakterisasi 88 aksesi Pepaya Koleksi Balai penelitian Tanaman Buah. Buletin Plasma Nutfah 11 (I), hlm 21-27 .
Ceballos, H., J. C. Perez, F. Calle, G. Jaramillo, J.I. Lenis, N. Morante, and J. Lopez. 2007. A New Evaluation Scheme for Cassava Breeding at CIAT, pp 125—135. In Prociding 7th Regional workshop Held in Bangkok, Thailand.. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011. Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas, dan Produksi Ubikayu (ARAM II 2011).
http://tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/Luas%20Tanam,%20Luas %20Panen,%20Produktifitas%20&%20Produksi%20Ubi%20Kayu%20(Ara
(4)
56 Faroq, D. I. 2011. Evaluasi karakter agronomi klon-klon ubikayu (Manihot
esculenta Crantz) di Prokimal Lampung Utara. (Skripsi). Program Studi
Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unila: Bandar Lampung. 100 hlm.
Fukuda, W. M. G., C. L. Guevara, R. Kawuki, and M. E. Ferguson. 2010. Selected Morphological and Agronomic Descriptors for The
Characterization of Cassava. International Institute of Tropical Agriculture (IITA), Ibadan, Nigeria. Nigeria.
http://www.iita.org/c/document_library/get_file?uuid=4530a72e-917d-4801-9239-cb0ee3a4dd4e&groupId=25357.
Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Marlitasari, E. 2012. Makalah Menyerbuk Silang Tanaman Alpukat Makalah Menyerbuk Silang Tanaman Alpukat.
http://blog.ub.ac.id/ervianii/2012/06/25/makalah-menyerbuk-silang-tanaman-alpukat/. Diakses 2 Agustus 2012.
Minantyorini, N. Zuraida, dan A. Dimyati. 1993. Penampilan Sifat-sifat Utama pada Seleksi Lanjut Klon-klon Ubikayu. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan 3:11-1.
Poespodarsono, S. 1992. Pemuliaan Ubi Kayu. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I: Komisariat Daerah jawa Timur. Hlm 69—78.
Prihandana Rama, Noerwijari Kartika, Adinurani P.G., Setiyaningsih Dwi, Setiadi Sigit, Hendroko Roy. 2007. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa
Depan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Universitas Padjajaran: Bandung. 159 hlm.
Rahayu, S.E. dan Sri Handayani. 2010. Keragaman Genetik Pandan Asal Jawa Barat Berdasarkan Penanda Inter Simple Sequence Repeat. Makara, Sains 14 (2):158-62.
Reny, H., B. S. Purwoko dan I. S. Dewi. 2009. Keragaman Genetik dan Karakter Agronomi Galur Haploid Ganda Padi Gogo dengan Sifat-SifatTipe Baru Hasil Kultur Antera. J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 9.
Rostini, N., Y Giametri, S. Amien. 2006. Korelasi Hasil dan Komponen Hasil dengan Kualitas Hasil pada 100 Genotip Nenas (Ananas comosus (l.) Merr.) dari Beberapa Seri Persilangan Generasi F1. Zuriat II (XVII).
(5)
57 Saleh, M. 2010. Identifikasi Keragaman Buah Langsat (Duku) di Kalimantan
Selatan. Agroscientiae 2 (X): 86-89.
Saleh, N., S.A. Rahayuningsih dan M.M. Adie. Peningkatan Produksi dan Kualitas Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 21 hlm.
Saleh, N. 2007. Tekonologi Produksi Ubikayu Mendukung Ketahanan Pangan
dan Agroindustri. www.puslittan.Bogor.net. Diakses 22 Oktober 2011.
Sianturi, W.O. 2008. Uji Keragaman Genetik pada Beberapa Ekotipe Kacang
Tanah (Arachis hypogeae L.) dari Berbagai Lokasi di Daerah Tarutung.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Simatupang, D. 2012. Evaluasi Karakter Generatif Klon-klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung
Selatan. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 83 hlm.
Sinar tani. 2007. Ubikayu Bioenergi yang Potensial. Edisi 27 Juni - 3 Juli 2007. Siregar, E. B. M. 2002. Proses-proses Awal Ekspresi Gen pada Tanaman. USU
DigitalLibraryhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/895/1/hutan-edy2.pdf. Diakses 29 Agustus 2012.
Sitompul, S. M. dan Bambang Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press: Yogyakarta. 412 hlm.
Subandi, Y. Widodo, N. Saleh, L. J. Santoso. 2005. Inovasi Teknologi Produksi Ubi Kayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 14 hlm
Sumarno, J. Wargiono, U.G. Kartasasmita, I. G. Ismail, dan J. Soejitno. 2005. Pemahaman dan Kesiapan Petani Mengadopsi Padi Hibrida. Iptek Tanaman Pangan 2 (III).
Suryadi, Luthfy, Y. Kusandriani, dan Gunawan. 2004. Karakterisasi Plasma Nutfah Mentimun. Buletin Plasma Nutfah 10 (I), hlm 28-31.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 515 hlm.
Wargiono. 1979. Ubikayu dan Cara Bercocok Tanamnya. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor: Bogor. hlm 12 - 26
Wijayanto, T. 2007. Karakteristik Sifat-sifat Agronomi Beberapa Nomor Koleksi Sumberdaya Genetik Jagung Sulawesi. Jurnal Penelitian dan Informasi
(6)
58 Wikipedia. 2012. Singkong. http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong#Deskripsi.
Diakses 2 Agustus 2012.
Yudiwanti dan M. A. Ghani. 2002. Keragaan Daya Hasil Galur-galur Kacang Tanah Hasil Persilangan Varietas Gajah dengan Galur GPNC-WS4. Makalah Seminar Nasional Agronomi dan Pameran Pertanian. Yuliadi, E., dan S. D. Utomo. 2008. Pengujian Dua Varietas Ubikayu (Manihot
utilissima Pohl) pada Dua Kepadatan Populasi Tanam yang Berbeda dalam
Pola Tanam Tumpangsari Dengan Jagung. DIPA PNBP Universitas
Lampung. Diakses 26 agustus 2012.
http://repository.unila.ac.id:8180/dspace/bitstream/123456789/256/1/2008_ LP_LP_YULIADI_1.pdf.
Zuraida, N. 2010. Karakterisasi Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma Nutfah Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Buletin Plasma Nutfah 16 (I).