Ciri Sekolah Menengah Kejuruan

19 kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya”. Menurut House Committee on Education and Labour HCEL dalam Oemar H. Malik dalam Muhidin bahwa: “pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan- kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan”. Dari definisi tersebut terdapat satu pengertian yang bersifat universal seperti yang dinyatakan oleh National Council for Research into Vocational Education Amerika Serikat NCRVE dalam Muhidin 2009, yaitu bahwa “pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja”.

2.2.2 Ciri Sekolah Menengah Kejuruan

Pendidikan kejuruan memiliki ciri khusus, yaitu pendidikan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja. menurut Evans Edwin dalam Muhidin 2009 “pendidikan kejuruan sesungguhnya merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan on the job training dan pola magang apprenticeship”. Pada pola latihan dalam pekerjaan, peserta didik belajar sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Menurut Falk 2006 : On the job training means training in the public or private sector that is given to a paid employee while he or she is engaged in productive work and that provides knowledge and skills essential to the full and adequate performance of the job. On the job training must be supervised by an 20 employer, work site sponsor, or other responsible party on an ongoing basis no less frequently than daily. Pendapat Falk di atas mengenai on the job training merupakan sistem latihan dalam pekerjaan bagi peserta didik, dimana siswa diperlakukan sebagai karyawan. Selama on the job training diberikan pelatihan oleh instruktur, sehingga akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta diberi upah dalam melakukan pekerjaannya. Menurut Elliot dalam Muhidin 2009, “pola latihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan karena peserta didik dapat langsung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri”. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih membawa pengaruh terhadap pola kerja manusia. Pekerjaan menjadi kompleks dan memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang makin tinggi, sehingga pola magang dan latihan dalam pekerjaan kurang memadai karena tidak memberikan dasar teori dan keterampilan sebelum peserta didik memasuki lapangan kerja sebagai karyawan baru. Oleh karena itu kemudian berkembang bentuk sekolah dan latihan kejuruan yang diselenggarakan oleh sekolah kejuruan bekerja sama dengan kalangan industri, dengan tujuan memberikan bekal teori dan keterampilan sebelum peserta didik memasuki lapangan kerja.

2.2.3 Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan