Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESTABILAN KEUANGAN BPR SYARIAH DI PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Fajrin Satri Dwi Kesuma

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESTABILAN KEUANGAN BPR SYARIAH DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Fajrin Satria Dwi Kesumah

Masalah kestabilan bank merupakan masalah yang penting bagi perusahaan perbankan, baik itu Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), baik berprinsip konvensional maupun berprinsip syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa faktor pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR), faktor pinjaman terhadap total asset (LAR), dan faktor kredit bermasalah (NPL) berpengaruh terhadap kestabilan keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah faktor pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR), faktor pinjaman terhadap total asset (LAR), dan faktor kredit bermasalah (NPL) berpengaruh terhadap kestabilan keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung?

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah H1: loan to deposit ratio berpengaruh positif terhadap kestabilan bank. H2: loan to total asset berpengaruh negatif terhadap kestabilan bank. H3: non-performing loan berpengaruh negatif terhadap kestabilan bank.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik regresi linear berganda. Data diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 16. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada periode 2011-2012. Hasil uji regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa secara statistik sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 58,1%. Hasil uji secara simultan (uji F) diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh positif signifikan LDR, dan


(3)

pengaruh negatif signifikan LAR dan NPL terhadap likuiditas BPR Syariah di Provinsi Lampung tahun 2011-2012.

Hasil uji parsial (uji t) diperoleh kesimpulan bahwa seluruh variabel bebas memiliki pengaruh terhadap bertambah atau berkurangnya tingkat likuiditas BPR Syariah di Provinsi Lampung tahun 2011-2012.


(4)

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KESTABILAN

KEUANGAN BPR SYARIAH DI PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa : FAJRIN SATRIA DWI KESUMAH Nomor Pokok Mahasiswa : 0811011040

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si . Muslimin, S.E., M.Sc. NIP 19590906 198603 1 003 NIP 19750411 200312 1 003

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. NIP 19620127 198703 2 003


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si. ………..

Sekretaris : Muslimin, S.E., M.Sc. ………..

Penguji Utama : Hi. M. Syatibi Ch, S.E. ………..

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M. Si. NIP 19610904 198703 1 011


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fajrin Satria Dwi Kesumah

NPM : 0811011040

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Hasil penelitian/Skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan telah disebutkan dalam penulisan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada akhir penulisan penelitian/skripsi ini.

2. Menyerahkan sepenuhnya hasil penelitian saya dalam bentuk hardcopy dan softcopy untuk dipublikasikan ke media cetak maupun elektronik kepada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Tidak akan menuntut/meminta ganti rugi dalam bentuk apapun atas segala sesuatu yang dilakukan oleh jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung terhadap penelitian/skripsi ini selama tidak merugikan.

4. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau jiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Universitas Lampung dan sanksi hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 14 Mei 2013 Yang membuat pernyataan

Fajrin Satria Dwi Kesumah


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di MuaraLakitan, KabupatenMusiRawas, Sumatera Selatan padatanggal 10 Agustus 1989,

sebagaianakkeduadaritigabersaudaradaripasanganAyahandaRaswandidanIbundaE faMuryani, S. PdI.

Jenjangpendidikan formal yang pernahditempuhpenulisdimulaidariSekolahDasar (SD) NegeriMegangSaktiKabupatenMusiRawas, Sumatera Selatan, padatahun 1996-2002. Madrasah TsanawiyahNegeriLubuklinggau Sumatera Selatan, padatahun 2002-2005. Dan SekolahMenengahAtas (SMA)

NegeriMegangSaktiKabupatenMusiRawas Sumatera Selatan padatahun 2005-2008.

Padatahun 2008 penulisterdaftarsebagaimahasiswaStartaSatu (S1)

RegulerJurusanManajemenFakultasEkonomiUniversitasmelaluijalurSeleksiMasuk NasionalPerguruanTinggiNegeri

(SNMPTN).Selamamenjadimahasiswapenulisaktif di organisasi Intra kampussebagaiKetuaUmumHimpunanMahasiswaJurusan (HMJ) ManajemenFakultasEkonomiUnilaPeriode 2010-2011,

danGubernurBadanEksekutifMahasiswa (BEM) FakultasEkonomiUnilaPeriode 2011-2012.Penulisjugaaktif di


(8)

organisasiekstrakampussebagaiWakilSekretarisUmum (Wasekum)

BidangPenelitian, PengembangandanPembinaanAnggotaHimpunanMahasiswa Islam (HMI) CabangBandarlampungKomisariatEkonomiUnilaperiode 2010-2011.


(9)

PERSEMBAHAN

Denganpenuh rasa syukurdankerendahanhati, Karyatulisinipenulisdedikasikankepada; Orang-orang yang

menyayangidankusayangidalamhidupdankehidupankuatassegalabentukdukungand andoa yang tulu ;

Ayah danIbu AbangdanAdik Sekeluargabesar Sahabat-sahabat

AlmamaterUniversitas Lampung, khususnyaFakultasEkonomidanBisnis Serta masyarakat, bangsadan agama.


(10)

SANWACANA

Pujisyukurkehadirat Allah SWT,

Rabbsemestaalamatasnikmatimandanamalsehinggapenulisdapatmenyelesaikankar yatulisini.SholawatberiringsalamkepadaRasulullah SAW,

tokohtauladanumathinggaakhirzaman.

Dalam proses penyusunanskripsidenganjudul “Faktor-Faktor yang MempengaruhiKestabilanKeuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung”, penulismenyadarimasihterdapatbeberapakekurangan,

untukitupenulismengharapkankritikbesertasalam yang konstruktifuntukkebaikandikemudianhari. Selainitu,

penulissadarbahwahasilkaryainidapatlahirdarirahimfikirpenulisdengandongkrakan motivasi, harapandandorongansemangatdariberbagaipihak.Untukitu,

melaluitulisaninipenulisinginmengucapkanterimakasihkepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. SatriaBangsawan, S.E., M. Si.,


(11)

2. IbuHj. Aida Sari, S.E., M. Si.,

selakuKetuaJurusanManajemenFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Lampung

3. IbuYunigsih, S.E., M.M.,

selakuSekretarisJurusanManajemenFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Lampung

4. BapakMudjiRachmatRamelan, S.E., M.B.A., selakuDosenPembimbingAkademik

5. Bapak Dr. IrhamLihan, S.E., M.Si., selakupembimbingutamaskripsiini yang telahbanyakmemberikan ide,

inspirasidansumbanganpemikirandalamkaryaskripsiini

6. BapakMuslimin, S.E., M.Sc., selakupembimbingpendampingskripsiini yang sekaligusmenjadi Kanda dalammembimbingpenulis,

baikdalamhalakademikmaupun non akademik, yang senantiasamemberikanpemikirandan ide yang inspiratif

7. Bapak Hi. M. Syatibi CH, S.E., selakupengujiutamaskripsi yang

sekaligusmenjadi patron penulisdalammenjalanikehidupan di duniakampus 8. BapakdanIbudosenFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Lampung yang

telah member ilmu, wawasandankerangkafikir yang

bermanfaatbagipenulis, semoga Allah senantiasameridhoiperjuangankita 9. Keluargatercinta yang

senantiasamemberikannauangandalamkehidupanpenulis, IbundaEfaMuryani, S. PdI., danAyahandaRaswandi, AbangAriefdanAndamDewi, AdangErinalsertakeluarga di


(12)

LubuklinggaudanMegangSakti yang senantiasa member motivasi, semangatdandoa

10.KeluargabesarHimpunanMahasiswa Islam (HMI)

CabangBandarlampungKomisariatEkonomiUnilasebagaikeluargaideologis , Kanda, Yunda, Dinda, sertakawan-kawanseperjuangan yang

senantiasaberjibakudalam proses yang seringkitasebutsebagai “dinamika”. Bang Deni, Bang Anton, Bang Abdi, Bang Nova, Bang Eko, Bang Budi, Bang Duki, Bang Ical, Bang Adit, Bang Kusnadi, Bang Ari Ben, Bang Imam, Bang Nurwan, Bang Muhtadin, Bang Wendi, Bang Bimbim, Bang Entol, Bang Agus, KiyaiToha, Bang Bram, Bang Fadil, Bang Yogi, Bang Ryan, Bang Guntur, Bang Mirham, Bang Putra, Bang Sigit, Bang Ari, MbakNia, Karina, Jerry, Ferli, Hari, Hadi, Makro, Guntur, Fijar, Bowo, Agung, Fadli, Jalal, Toni, Ivan, Amri, Doi, Rudi, Fais, Satria, Dimas, Anas, Chaiman, Zul, Apri, Yuda, Firas, Jevri, Dicky Wong, Dede, Nova, Dania, Sonia, Eci, Vera, Wahyu, Ari, Beni, Weni, Sofyan, AuliaNurul, Aulia, Ginan, Ido, David, Yudi, Fadli, Ayu, Gita, Roy, Kepok’sdanIlalang yang banyakjumlahnya

11.KeluargaBesarHimpunanMahasiswaJurusanManajemen (HMJ) Manajemen FE UnilaPeriode 2010-2011, Putri, Dara, Vera, Winda, Wulan, Uska, Daniel, Agus, Gusti,

Iqbal,sebagailangkahawalpenulismenjejakiduniaorganisasikemahasiswaan 12.KeluargaBadanEksekutifMahasiswa (BEM) FE Unila 2011-2012, Rina,

Kirana, Ida, Imeh, Devia, Feni, Elisa, Deni, Umar, Santoso, Wanda, Eki, Daeng, Jhon, Imoy, kebersamaandalamperjuangan yang takakanterlupakan


(13)

13.Sahabat-sahabatseperjuangan IIB, Adit, Bowo, Dicky, Aji, Bayu, Abi, kitauntukselamanya

14.NovaliaHanum, yang selalumemberikandoronganuntukmenjadilebihbaik 15.Teman-temanangkatan 2008 yang unforgettable

16.Seluruhkaryawan, staff gedung, staff keamanan, sertaayukanidanmangjumsebagaibagian yang takdapatdipisahkandarikehidupankampus, terimakasihatassilaturahmidanbantuanselamaini.

Begitubesarperannyabagipenulishinggadetikinidanmenjadiwarnatersendiridalamle mbarkehidupanpenulis.Semogasilaturahmidanhubunganbaikiniterjalinsertamenjad iamalibadahdalammendapatkansegalanikmatdari Allah

Subhannahuwata’ala..Amin.

Bandarlampung, 07 Mei 2013 Penulis,

FajrinSatriaDwiKesumah


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………i

DAFTAR TABEL………... iii

DAFTAR GAMBAR……….. v

DAFTAR LAMPIRAN………... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ……….1

1.2 PerumusanMasalah ……….. 8

1.3 TujuanPenelitian ………..9

1.4 Manfaat ………. 9

1.5 KerangkaPemikiran……….. 9

1.6 Hipotesis ……….…... 12

II. LANDASANTEORI 2.1 KinerjaKeuangan ………... 13

2.2 PengertianPerbankan ………...14

2.3 Jenis Bank ……….. 16

2.4 Kesehatan Bank ……….. 19

2.5 RasioKeuangan Bank ……….… 21

2.6 Tingkat Likuiditas ………...… 23

2.6.1 Loan to Deposit Ratio ………...… 26

2.6.2 Loan to Total Assets Ratio ……….... 27

2.6.3 Non Performing Loan ……… 28

III. METODELOGIPENELITIAN 3.1 Data danSampelPenelitian ……….... 30

3.2 DefinisiOperasionalVariabel ………... 30

3.2.1 VariabelDependen ………... 30

3.2.2 VariabelIndependen ……….. ……….. ……….…….. 31

3.3 MetodeAnalisis Data ………. 32

3.3.1 AnalisisRegresiBerganda………. 33

3.3.2 PengujianAsumsiKlasik ……….. 34


(15)

IV. PEMBAHASAN

4.1 GambaranUmumObjekPenelitian ………....…46

4.2 DeskriptifStatistik ……….. 47

4.2.1 Likuiditas ………... 47

4.2.2 Loan to Deposit Ratio (LDR) danCapital Adequecy Ratio (CAR) ……… 52

4.2.3 Loan to Assets Ratio (LAR) ………..… 52

4.2.4 Non Performing Loan (NPL)……….... 62

4.3 PengujianHipotesis ……….... 64

4.3.1 UjiKoefisienDeterminasi (R2) ……….… 64

4.3.2 Uji F (SecaraSimultan) ………... 65

4.3.3 Uji t (SecaraParsial) ………. 65

4.4 AnalisisHubunganMasing-MasingVariabelBebasterhadapVariabelTerikat ……….… 67

V. KESIMPULANDANSARAN 5.1 Kesimpulan ………. 72

5.2 Saran ………... 73 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tingkat Laba BPR Syariah di Provinsi Lampung Tahun 2010

sampaidenganJuni 2012

………... 7

Tabel 3.1 UjiMultikolinearitas (KoefisienKorelasi) ………... 36

Tabel 3.2 UjiMultikolinearitas (Koefisien) ……….. 36

Tabel 3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi ... 38

Tabel 3.4 UjiAutokorelasi ……… 39

Tabel 3.5 UjiAutokorelasiTransformasi ……….. 40

Tabel 3.6 UjiNormalitas ………... 41

Tabel4.1 BPRS di Provinsi Lampung ……….. 47

Tabel 4.2 AktivaLancar BPRS di Provinsi Lampung 2011-2012(dalamRibu Rupiah) ……….. 49

Tabel 4.3 HutangLancar BPRS di Provinsi Lampung 2011-2012(dalamRibu Rupiah) ……….. 50

Tabel 4.4 Likuiditas BPRS di Provinsi Lampung 2011-2012(dalam %) ……. 51

Tabel 4.5 JumlahKredit BPRS di Provinsi Lampung 2011-2012(dalamRibu Rupiah) ……….. 54


(17)

Tabel 4.6 Dana PihakKetiga (DPK) BPRS di Provinsi Lampung 2011-2012(dalamRibu Rupiah)

………. 55

Tabel 4.7 Loan to deposit Ratio (LDR) BPRS di Provinsi Lampung

2011-2012 ………. 56

Tabel 4.8 Total Aset BPRS di Provinsi Lampung 2011-2012 (dalamRibu

Rupiah) ……….. 59

Tabel 4.9 Loan to Assets Ratio (LAR) BPRS di Provinsi Lampung

2011-2012 ……….. 60

Tabel 4.10 JumlahKreditBermasalah BPRS di Provinsi Lampung2011-2012

(dalamRibu Rupiah) ………. 63

Tabel 4.11 Non Performing Loan (NPL) BPRS di Provinsi Lampung2011-2012

(dalam %) ……… 64

Tabel 4.12 Uji F ………. 65


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 12 Gambar 3.1 Uji Heteroskedasitas ... 41


(19)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. NilaiVariabelDependendanIndependen (data

berdasarkanlaporanpublikasikeuangan BPRS ProvinsiLampun yang dapatdiaksesmelaluiwww.bi.co.id )

Lampiran 2. Tabel Durbin Watson pada α = 5% Lampiran 3. TabelUji F pada α = 5%


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional, mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, dan lain-lain. Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank


(21)

2

Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dan menurut Khasmir, 2007, perbankan menurut cara penentuan harga bank terdiri dari bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah.

Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang telah

diberlakukan membuat perkembangan industri perbankan syariah nasional memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, bank syariah mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65 persen pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan (Bank Indonesia, 2010).

Dalam prospeknya, perbankan syariah kedepannya sangat cerah, apalagi mengingat pangsa pasarnya yang sangat besar. Sehingga wajar jika kemudian banyak bank-bank konvensional yang membuka cabang konvensionalnya menjadi cabang syariah. Sementara di tingkat kecamatan, kita pun memiliki puluhan BPRS yang telah beroperasi di seluruh wilayah Indonesia.

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang keuangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan menurut agama Islam. Demi menjaga perkembangan usahanya di dalam persaingan yang semakin ketat serta menanggapi akan kebutuhan


(22)

3

mengelola dana agar beroperasi dengan baik. Perwujudan dari kesungguhan BPRS dalam mengelola dana masyarakat adalah dengan menjaga kestabilan kinerja keuangannya, karena kestabilan keuangan sangat penting bagi suatu lembaga keuangan. Dengan mengetahui tingkat kestabilan keuangan, para

stakeholders dapat dengan mudah menilai kinerja lembaga tersebut. Apabila bank tersebut tidak dapat menjaga kestabilan keuangannya maka akan menyebabkan terjadinya rush (penarikan uang secara besar-besaran). Selain itu akan banyak terjadi kredit macet sehingga nasabah akan mengalami kerugian. Bank-bank besar pun akan terkena dampaknya dan terjadilah ketidakstabilan sistem perbankan.

Sehingga masalah kestabilan kesehatan bank merupakan masalah yang penting bagi perusahaan perbankan, baik itu Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), baik berprinsip konvensional maupun berprinsip syariah. Iklim persaingan yang semakin kompetitif menuntut Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baik konvensional maupun syariah untuk semakin meningkatkan kinerja keuangannya.

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan

operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Budi Santoso, 2006: 51). Dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, dapat membentuk kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter. Menyadari arti pentingnya kesehatan


(23)

4

suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia selaku Bank Sentral mempunyai peranan yang penting dalam penyehatan

perbankan, karena Bank Indonesia bertugas mengatur dan mengawasi jalannya kegiatan operasional bank. Untuk itu Bank Indonesia menetapkan suatu ketentuan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh lembaga perbankan.

Tingkat kestabilan keuangan bank dapat dilihat dari besarnya tingkat likuiditas bank tersebut. Kegiatan bank yang utama dalam penghimpunan dana yang berasal dari dana pihak ketiga yang sifatnya jangka pendek, sehingga sewaktu-waktu para deposan dapat mengambil dana yang ditanamkan di bank tersebut. Dana yang disediakan bank dalam menghadapi para deposan yang ingin mengambil dananya disebut alat likuid, sedangkan bank dalam menyediakan alat likuid untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut likuiditas.

Dalam likuiditas terdapat dua resiko yaitu resiko ketika kelebihan dana, dimana dana yang ada dalam banyak yang idle (menganggur), hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada, dan juga akan mendapat pinalti dari bank Indonesia. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja

keuangan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Maka ketika bank mengharapkan keuntungan yang tinggi berarti akan berisiko pada tingkat


(24)

5

tinggi berarti tingkat keuntungan tidak maksimal. Untuk itu pengelolaan likuiditas menjadi sangat penting untuk mengatasi resiko likuiditas yang disebabkan oleh kedua hal tersebut dengan menjaga asset jangka pendek, seperti kas.

Menurut Sigit (2008), yang termasuk indikator dari likuiditas perbankan adalah : a. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga

Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak ketiga. Alat likuid ini dapat berupa uang kas, saldo giro pada BI, serta cek dalam proses penagihan. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi adalah suatu indikator yang menunjukkan bahwa tingkat likuiditas dari perbankan itu juga tinggi.

b. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga

Indikator ini digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah.

c. Rasio surat berharga jangka pendek

Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat

berharga yang dimiliki suatu bank maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas tersebut.


(25)

6

Dan dalam penelitian ini, rasio likuiditas sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat kestabilan perbankan dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to total Assets Ratio (LAR), dan Non-Performing Loan.

Salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu seberapa besar dana bank dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan Bank Indonesia tentang Loan to Deposit Ratio (LDR) antara 80% hingga 110% (Werdaningtyas, 2002). Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Besar-kecilnya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Dalam menjaga likuiditasnya bank harus memiliki cash asset dan aset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu, juga mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui penggunaan earning asset baik lewat investasi maupun penyaluran pembiayaan. Kemampuan aset bank dalam

memenuhi penyaluran pembiayaan bisa diukur melalui Loan to Asset Ratio. LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003). Rasio ini

merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank.


(26)

7

Non Performing loan (NPL) menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Menurut Riyadi (2004), risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa kinerja keuangan perbankan mengalami ketidakstabilan, karena tingkat resiko kredit macet yang tinggi sehingga akan menyebabkan ketidakmampuan bank dalam pemenuhan kewajiban jangka pendeknya.

Provinsi Lampung, salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki BPR. Aset BPR di Provinsi Lampung menurut BI wilayah Lampung pada tahun 2010, mencapai Rp 3,62 Triliun, menepati urutan ke-4 dari 33 provinsi setelah Jawa Tengah (Rpp10,70 T), Jawa Barat (Rp8,4 T), dan Jawa Timur (Rp5,52 T). BPR di Provinsi Lampung jika dibandingkan dengan BPR secara Nasional pada

November 2010 mencapai Rp 44,73 triliun, tumbuh 4,42 persen dibanding akhir September 2010. Sedangkan perkembangan kelembagaan BPR Provinsi Lampung hingga akhir tahun 2010 yang beroperasi adalah sebanyak 30 buah.

Tabel 1.1 Tingkat Laba BPR Syariah di Provinsi Lampung Tahun 2010 sampai dengan Juni 2012

No Nama BPR

Syariah Kabupaten/Kota

Tingkat Laba (Ribuan Rp.)

2010 2011 Juni

2012

1 BPRS

Bandarlampung Lampung Selatan 109,515 365,679 101,081

2 BPRS Rajasa Lampung Tengah 0 100,677 214,136

3 BPRS Lampung


(27)

8

No Nama BPR

Syariah Kabupaten/Kota

Tingkat Laba (Ribuan Rp.)

2010 2011 Juni

2012

4 BPRS Kotabumi Lampung Utara 431,810 711,189 431,092 5 BPRS Metro Madani Kota Metro 1,225,764 2,122,581 1,369,912 6 BPRS Tanggamus Tanggamus -1,315,674 353,375 353,820

7 BPRS Way Kanan Way Kanan 0 -462,342 442,034

Sumber: Laporan Laba Rugi BPRS di Provinsi Lampung , Data sampai Juni 2012 (diolah)

Dari tabel 1.1 di atas, ini berarti bahwa BPR Syariah yang ada di Provinsi

Lampung mengalami peningkatan dalam laba dari tahun ke tahun. BPR Syariah di Provinsi Lampung berhasil menjalankan manajemen perbankannya, walaupun BPRS di Provinsi Lampung ini baru dibuka. Namun dengan kestabilannya mengelola keuangannya, maka dari tahun ke tahun BPRS mendapatkan kepercayaan dari nasabahnya dan memperoleh laba yang signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut penelitian bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah “Apakah faktor pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR), faktor pinjaman terhadap total asset (LAR), dan faktor kredit bermasalah (NPL) berpengaruh terhadap kestabilan keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung?”.


(28)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa faktor pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR), faktor pinjaman terhadap total asset (LAR), dan faktor kredit bermasalah (NPL) berpengaruh terhadap kestabilan keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain, yaitu:

a. Memberikan gambaran sebagai bahan pertimbangan bagi para kreditur, dalam mengambil keputusan menentukan pilihan kredit.

b. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam mempraktekkan teori perbankan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang

berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.


(29)

10

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui

penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar.

Dalam penelitian ini bank stabil akan dilihat melalui tingkat likuiditasnya yang digunakan untuk mengukur tingkat pemenuhan semua kewajiban bank kepada nasabah, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan nasabah dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.

Total Aktiva Lancar

Likuiditas = x 100% Total Hutang Lancar

Dan dalam penelitian ini, rasio likuiditas sebagai alat ukur untuk mengukur

tingkat kestabilan perbankan, dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Total Assets Ratio, dan Non-Performing Loan. Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu seberapa besar dana bank dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan Bank Indonesia tentang Loan to Deposit Ratio (LDR) antara 80% hingga 110% (Werdaningtyas, 2002). Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat.


(30)

11

Jumlah Kredit yang diberikan

LDR = x 100% Dana Pihak Ketiga

Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank.

Jumlah Kredit yang diberikan

LAR = x 100% Jumlah Assets

Rasio Non-Performing Loan (NPL) digunakan untuk mengkur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang

diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur, (Hasibuan, 2007). Semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa kinerja keuangan perbankan mengalami ketidakstabilan, karena tingkat resiko kredit macet yang tinggi sehingga akan menyebabkan ketidakmampuan bank dalam pemenuhan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004):

Jumlah Kredit Bermasalah

NPL = x 100%


(31)

12

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran 1.6 Hipotesis

Dalam skripsi ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang diajukan di atas sebagai berikut :

H1 : loan to deposit ratio berpengaruh positif terhadap kestabilan bank H2 : loan to total asset berpengaruh negatif terhadap kestabilan bank H3 : non-performing loan berpengaruh negatif terhadap kestabilan bank

BANK STABIL

TINGKAT LIKUIDITAS BPRS

Loan to Deposit Ratio

Non-Performing Loan Loan to Total


(32)

13

II. LANDASAN TEORI

2.1. Kinerja Keuangan

Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh perusahaan karena mencerminkan kemampuan perusahaan mengelola sumber daya. Selain itu tujuan penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001) adalah “Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar menghasilkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.”

Penilaian kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan tindakan evaluasi atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif perusahaan lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk


(33)

14

memperlihatkan kepada shareholder dan stakeholder secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas baik di mata mereka (Munawir, 2002).

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement” adalah kualifikasi dan efisiensi atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Dengan kata lain kinerja adalah suatu usaha formal yang dilakukan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi, 2003).

2.2 Pengertian Perbankan

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang pada umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

memberikan jasa-jasa perbankan lainnya.

Pengertian Bank secara bertahap mengalami perbaikan semula menurut UU RI No. 14 Tahun 1967 menyatakan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang. Sedangkan menurut UUD RI No. 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka


(34)

15

meningkatkan taraf hidup rakyat. Kemudian diperbaiki lagi oleh UU RI No. 10 Tahun 1998 yang menegaskan bahwa bank adalah yang menghimpun dana dari masyarakat dalm bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah pengertian atau definisi bank menurut beberapa ahli, antara lain :

a. Drs. H. Malayu S.P. Hasibunan (2007:2)

“Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja”

.

b. Prof. G. M. Verryn Stuart (dalam Hasibunan, 2007:2)

"Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the new money”. (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang

diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).

c. Dr. B. N. Ajuha (dalam Hasibunan, 2007:2)

“Bank provided means by which capital is transferred from those who cannot use it profitable to those who can use it productively for the society as whole. Bank provided which channel to invest without any risk and at a good rate of interest”. (Bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik).

d. Kasmir (2007:11)

“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.


(35)

16

e. Suyatno (2007:1)

Definisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

Pertama, bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan, deposito, dan giro. Pengertian pertama ini mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun uang dari pihak ketiga.

Kedua, bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif.

Ketiga, bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyartakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun melalui

penciptaan uang bank.

f. Booklet (2003)

“Perbankan adalah segala sesuatu menyangkut dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya’.

2.3. Jenis Bank

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir,2007).

1. Dari segi fungsinya a. Bank Umum

Pengertian Bank Umum menurut UU RI No 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dalam UU RI nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan Bank Umum adalah Bank


(36)

17

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR )

Pengertian Bank menurut UU RI No 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dalam UU RI nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan BPR adalah Bank bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yangmemiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah:

a. Bank milik pemerintah

Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Adapun yang termasuk bank pemerintah adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk. Namun Bank Indonesia selaku bank sentral menyebut keempat bank tersebut sebagai bank persero, karena keempat bank tersebut telah go public dan sahamnya tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian merupakan milik masyarakat.


(37)

18

b. Bank Pemerintah Daerah ( BPD )

BPD merupakan bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah.

c. Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pulapembagian

keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

d. Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yangberbadan hukum koperasi.

e. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri,bankmilik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki olehpihak luar negeri.

f. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihakswasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang olehWarga Negara Indonesia.


(38)

19

3. Dari segi status a. Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atauyang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

b. Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

4. Dari segi cara menentukan harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.4 Kesehatan Bank

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan

operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Budi Santoso, 2006: 51).


(39)

20

Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang

berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui

penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Kasmir (2008:41):

“Tingkat kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.” Pengertian Kesehatan Bank Menurut Veithzal Rivai (2007:118):

“Tingkat kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter”.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Budisantoso dan Triandaru (2005:51): “Kesehatan bank sebagai adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.


(40)

21

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:51), kegiatan tersebut meliputi: 1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan modal

sendiri.

2. Kemampuan mengelola dana.

3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat.

4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Selamet (2006:185):

“Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia.” Pengertian Kesehatan Bank Menurut Susilo dkk (2000:22-23):

“ Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan maupun untuk memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku”.

2.5 Rasio Keuangan Bank

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan. Pada dasarnya rasio keuangan disusun dengan menggabungkan angka-angka dalam laporan laba rugi dan neraca (Hanafi, 2003). Analisis rasio keuangan adalah analisis dengan cara membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya guna mengetahui kondisi dan kinerja bank.

Menurut Munawir (2002) analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk (1) Corporate Management Model yang membantu manajemen dalam pengambilan


(41)

22

keputusan jangka pendek maupun panjang, peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi serta untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja. Selain itu untuk (2) Bank Lending Decision Making Model, (3) Portfolio Selection Model dan (4) Analisis Bagi Kreditor untuk memperkirakan potensi risiko pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman (Sudarini, 2005).

Jenis-jenis rasio keuangan menurut Dendawijaya (2005) dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu analisis rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas dan analisis rasio solvabilitas. Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendek atau yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas antara lain cash ratio, reserve

requirement, loan to deposit ratio, loan to asset ratio dan rasio kewajiban bersih call money.

Analisis rasio rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang

bersangkutan, selain itu dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. rasio rentabilitas antara lain Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Rasio Biaya Operasional. Sedangkan analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi

kewajibannya jika dilikuidasi. Rasio ini terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Debt To Equity Ratio dan Long Term Debt To Assets Ratio.


(42)

23

2.6 Tingkat Likuiditas

Secara umum, pengertian likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan atau dalam hal ini industri perbankan, dalam membayar semua kewajiban – kewajiban jangka pendeknya dengan aset – aset lancar atau likuid yang dimiliki oleh suatu industri tersebut. Secara lebih spesifik, likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan alat – alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman kepada masyarakat yang memerlukan.

Menurut Sigit (2008), yang termasuk indikator dari likuiditas perbankan adalah : a. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga

Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak ketiga. Alat likuid ini dapat berupa uang kas, saldo giro pada BI, serta cek dalam proses penagihan. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi adalah suatu indikator yang menunjukkan bahwa tingkat likuiditas dari perbankan itu juga tinggi.

b. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga

Indikator ini digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang

disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan menunjukkan tingkat


(43)

24

c. Rasio surat berharga jangka pendek

Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga yang dimiliki suatu bank maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas tersebut.

Menurut S. Munawir dalam buku Analasi Laporan Keuangan :

“Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannnya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaaan “likuid” dan koperasai dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut menpunyai alat pembayaran atau pun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar atau hutang jangka pendek dan sebaliknya”. (S. Munawir, 1981:31).

Menurut Moekijat pada Kamus Manajemen:

“Likuidaitas adalah kemampuan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancarnya pada saat diperlukan ” (Moekijat, 2000:289).

Menurut Henry Simamora:

“Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi keuangan yang jatuh tempo dalam waktu dekat”. (Henry S, 1999:524).

Sedangkan menurut R. Soemitro:

“Likuiditas adalah keseimbangan antara perluasan-perluasan dan pengurangan likuiditas dari kekayaan yang disediakan dengan kemudian pengembalian dan kewajiban–kewajiban untuk pengembalian”. (R. Soemitro. 1986:13).

Menurut E. Burns:

“Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu”. Menurut G. Wood, Jr:

“Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada masalah”.

Menurut William M. Glavin:

“Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban”.


(44)

25

Untuk menjaga agar likuiditas tetap dalam keadaan seimbang, likuiditas haruslah dikelola dengan baik atau yang lebih dikenal baik dengan istilah manajemen likuiditas. Menurut Malayu (2004), manajemen likuiditas bertujuan untuk : 1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan

bank sentral;

2. Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan cash flow, termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo;

3. Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.

Rumus untuk mengetahui tingkat likuiditas suatu bank menurut peraturan bank Indonesia

adalah sebagai berikut:

Total Aktiva Lancar

Likuiditas = x 100% Total Hutang Lancar

Dan dalam penelitian ini, ratio likuiditas sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat kestabilan bank, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

2.6.1 Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai salah satu penilaian dalam mengukur likuiditas bank (Latumaerissa,


(45)

26

1999:23). Loan to Deposit Ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar

(Dendawijaya, 2000:118).

Dalam membicarakan masalah LDR maka yang perlu diketahui adalah tujuan penting dari perhitungan LDR. Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai sejauh mana suatu bank memiliki kondisi sehat dalam

menjalankan operasi atau kegiatan usahanaya. Dengan kata lain, LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank

(Latumaerissa, 999:25).

Jumlah Kredit yang diberikan

LDR = x 100%

Dana Pihak Ketiga

Apabila LDR perbankan meningkat maka dapat dikatakan bahwa perbankan tersebut menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi karena

meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan perbankan kepada masyarakat. Peningkatan LDR disertai dengan meningkatnya kredit menyebabkan likuiditas


(46)

27

perbankan menurun karena dana tersebut dipergunakan untuk penyalurkan kredit. Penurunan likuiditas ini, menyebabkan perbankan berusaha untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan meningkatkan suku bunga simpanan, dalam hal ini adalah suku bunga deposito. Artinya, apabila terjadi peningkatan pada LDR perbankan maka suku bunga deposito perbankan cenderung meningkat. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada LDR perbankan maka suku bunga deposito perbankan cenderung menurun (Dwiastuti, 2006).

2.6.2 Loan to Total Assets Ratio

Loan to total asset ratio merupakan kemampuan bank untuk memenuhi

permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya semakin rendah karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar.

Menurut Rivai Loan to Assets Ratio (LAR) merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. LAR ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembiayaan bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat performa perkreditan semakin baik karena semakin besar komponen pinjaman yang

diberikan dalam struktur total aktivanya. Namun berpengaruh negatif dengan likuiditas, karena semakin tinggi rasio ini berarti dana yang ada banyak digunakan untuk alokasi kredit dan sedikit untuk biaya kewajiban jangka pendeknya. Dengan


(47)

28

demikian semakin tinggi rasio ini maka penyaluran pembiayaan oleh bank syariah akan semakin besar.

Jumlah Kredit yang diberikan

LAR = x 100%

Jumlah Assets

2.6.3 Non-Performing Loan

Non Performing loan (NPL) menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Meurut Riyadi (2004), risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat

mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya.

Menurut Dendawijaya (2009), kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu :

1. Dari pihak perbankan

Dalam hal ini pihak analis kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam menghitung rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya.

2. Dari pihak Nasabah

Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan 2 hal yaitu: a. Adanya unsur kesengajaan


(48)

29

Tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. (Riyadi, 2004). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

Jumlah Kredit Bermasalah

NPL = x 100%

Total Kredit

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL

Rasio Predikat

NPL ≤ 5% NPL > 5%

Sehat Tidak Sehat Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Berdasarkan tabel diatas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.


(49)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Data dan Sampel Penelitian

Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah laporan keuangan dan laporan perbankan lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah bank perkreditan rakyat syariah yang memberikan laporannya pada Bank Indonesia dan sampel penelitian ini adalah bank perkreditan rakyat syariah yang ada di provinsi Lampung. Data diperoleh dari Bank Indonesia, BEI, dan BAPPEPAM. Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini adalah bank yang tercatat di Bank Indonesia.

3.2 Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah stabilitas keuangan bank, yang diukur dengan menggunakan proksi tingkat Likuiditas Bank yang digunakan untuk mengukur tingkat pemenuhan semua kewajiban bank kepada nasabah, khususnya


(50)

31

kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan nasabah dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.

Total Aktiva Lancar

Likuiditas = x 100% Total Hutang Lancar

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi kestabilan bank yang meliputi pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio), pinjaman bersih terhadap total aset (loan to total asset), dan seberapa besar kredit yang bermasalah (non-performing loan).

1. Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai salah satu penilaian dalam mengukur likuiditas bank (Latumaerissa, 1999:23).

Jumlah Kredit yang diberikan

LDR = x 100%


(51)

32

2. Loan to Total Asset

Menurut Rivai Loan to Assets Ratio (LAR) merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.

Jumlah Kredit yang diberikan

LAR = x 100%

Jumlah Assets

3. Non-Performing Loan

Tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. (Riyadi, 2004). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

Jumlah Kredit Bermasalah

NPL = x 100%

Total Kredit

3.3 Metode Analisis Data

Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel lain.Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi klasik juga perlu dilakukan untuk


(52)

33

memastikan apakah model regresi linier berganda yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa model analisis telah layak digunakan.

3.3.1. Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio dan Non Performing Loan terhadap variabel dependen tingkat Likuiditas, maka digunakan model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

BSLiq = α + β1LDR - β2LAR - β3NPL + ε

Dimana:

Total Aktiva Lancar

BSLiq = Likuiditas ( x 100% )

Total Hutang Lancar

α = Konstanta Persamaan Regresi

LDR = Loan to Deposit Ratio

Jumlah Kredit yang diberikan

( x 100% ) Dana Pihak Ketiga

LAR = Loan to Asset Ratio

Jumlah Kredit yang diberikan

( x 100% )

Jumlah Assets

NPL = Non-Performing Loan

Jumlah Kredit Bermasalah

( x 100% )

Total Kredit


(53)

34

3.3.2. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi menurut Ghozali (2009) meliputi uji Multikoliniearitas, uji Autokorelasi, uji Heteroksiditas dan uji Normalitas.

1. Uji Multikolinieritas

Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10, maka terjadi problem

multikolinearitas. Jika terjadi multikolinearitas akan menimbulkan akibat sebagai berikut :

a. Standar error koefisien regresi yang diperoleh menjadi besar. Semakin besarnya standar error maka semakin erat kolinearitas antara variabel bebas. b. Standar error yang besar mengakibatkan confident interval untuk penduga

parameter semakin melebar, dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan, yakni menerima hipotesis yang salah.


(54)

35

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, maka dapat diketahui nilai VIF untuk masing-masing variabel penelitian sebagai berikut :

a. Nilai VIF untuk variabel LDR sebesar 1,704 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,587 > 0,10 sehingga variabel LDR dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

b. Nilai VIF untuk variabel LAR sebesar 1,477 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,677 > 0,10 sehingga variabel LAR dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

TABEL 3.1 Uji Multikolinearitas

Coefficient Correlationsa

Model npl lar ldr

1 Correlations npl 1.000 -.129 -.384

lar -.129 1.000 -.462

ldr -.384 -.462 1.000

Covariances npl .010 -.066 -.064

lar -.066 27.027 -4.059

ldr -.064 -4.059 2.857

a. Dependent Variable: likuiditas Sumber: spss 16.0

TABEL 3.2 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

.162 3.298 .049 .961

Ldr

12.150 1.690 .909 7.188 .000 .587 1.704

Lar

-11.490 5.199 -.260 -2.210 .032 .677 1.477

Npl

-.413 .099 -.472 -4.172 .000 .734 1.363


(55)

36

c. Nilai VIF untuk variabel NPL sebesar 1,363 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,734 > 0,10 sehingga variabel NPL dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional).

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan rumus sebagai berikut:

n

i

i n

i

i i

d

1 2 2

2 1

Dimana :

d = nilai D-W stat

= nilai residual dari persamaan regresi pada periode i

1


(56)

37

Kemudian dhitung dibandingkan nilai dtabel pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, didasarkan atas hal berikut ini :

a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper boud (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak terjadi gejala autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower boud (dI), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti terjadi autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dI), maka koefisien autokorelasi lebih kecildaripada nol, berarti terjadi autokorelasi negatif.

d. Bila DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dI) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dI), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Tabel 3.3

Kriteria Pengujian Autokorelasi Null Hipotesis Hasil Estimasi Kesimpulan

Ho 0 < dw < dl Tolak

Ho dl ≤ dw ≤ du Tidak ada kesimpulan

H1 4 – dl < dw < 4 Tolak

H1 4 –du ≤ dw ≤ 4 – dl Tidak ada kesimpulan

Tidak ada

autokorelasi, baik positif maupun negatif

du < dw < 4 – du Diterima

Apabila terjadi pelanggaran pada asumsi ini maka tindakan perbaikan model adalah dengan melakukan transformasi dengan cara mensubtitusi nilai p, dimana nilai p dihitung berdasarkan nilai d pada model asli. Nilai p=1-(d/2), dimana nilai d = nilai Durbin Watson.


(57)

38

Pada tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson untuk penelitian ini adalah sebesar 0,453. Karena nilai tersebut lebih rendah daripada batas bawah atau lower boud (dI) yaitu 1.480 , maka koefisien autokorelasi mendekati nol, berarti terjadi autokorelasi positif. Menurut Ghozali, 2006, jika regresi memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara lain:

1. Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure

autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model atau dapat juga karena bentuk fungsi ersamaan regresi tidak benar. 2. Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi

adalah dengan mentransformasikan model awal menjadi model difference.

Dalam penelitian ini untuk uji autokorelasi yang telah ada seperti di tabel 3.4 di atas maka terdapat autokorelasi positif yang terjadi karena kesalahan model regresi. Untuk itu model regresi akan ditransformasikan sebagai berikut:

TABEL 3.4 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .715a .512 .484 3.6477428 .453

a. Predictors: (Constant), npl, lar, ldr b. Dependent Variable: likuiditas sumber: output SPSS 16.0


(58)

39

Setelah model regresi telah ditransformasikan maka nilai koefisien autokorelasi mmenjadi 1.688 yang berarti nilai ini berada antara batas bawah (dl) 1.480 < 1.688 < batas atas (dU) 1.689. Sehingga setelah melalui proses transformasi regresi ini tidak mengalami gejala autokorelasi.

3. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan barlett.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala

heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi varabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

TABEL 3.5

Uji Autokorelasi Transformasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .773a .597 .581 2.32571618 1.688

a. Predictors: (Constant), NPLt_3, LDRt_1, LARt_2 b. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: output SPSS 16.0


(59)

40

antara ZPRED adan SPRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized.

a. Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.

Gambar 3.1 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: output SPSS 16.0

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, berkumpul di bawah angka nol, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.


(60)

41

4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas adalah uji statistik non parametik

Kolmogrov-Smirnov (K-S).

Besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov (K-S) adalah masing-masing, likuiditas 2,644; LDR 1,221; LAR 0,860 dan NPL 2,539. Ini menunjukkan bahwa nilai masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 yang berarti distribusi data dalam penelitian ini normal.

3.3.3 Pengujian Hipotesis

Selanjutnya dari persamaan regresi berganda dilakukan uji statistik dengan prosedur pengujiannya sebagai berikut :

TABEL 3.6 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

likuiditas ldr lar npl

N 56 56 56 56

Normal Parametersa Mean 3.794161E0 1.141692E0 .734920 4.339107E0

Std. Deviation 5.0768991E0 .3798419 .1149906 5.7937817E0

Most Extreme Differences Absolute .353 .163 .115 .339

Positive .353 .163 .076 .339

Negative -.314 -.117 -.115 -.227

Kolmogorov-Smirnov Z 2.644 1.221 .860 2.539

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .102 .451 .000

a. Test distribution is Normal. Sumber:output SPSS 16.0


(61)

42

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut:

R2 = TSS ESS

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of determinant), yaitu proporsi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.

ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan atau variabel nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-ratanya.

TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat sebenarnya di sekitar rata-rata sampelnya.

Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak tepatnya garis regresi untuk mengukur data observasi.


(62)

43

2. Uji F (Secara Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:

1). Merumuskan hipotesis

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, tidak ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent

H1 : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ 0, minimal ada satu pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent.

2). Menentukan tingkat signifikasi (α) dengan degree of freedom (df)

dengan rumus n – k – 1 dengan tujuan untuk menentukan F tabel dengan rumus : ) ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 k n r k R Fhitung

Dimana R2 = TSS ESS

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi ESS = Explained Sum of Squared TSS = Total Sum of Squared 1 – r2 = Residual Sum of Squared N = Jumlah Observasi


(63)

44

K = Jumlah Variabel bebas

3). Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut:

Jika F hitung> F tabel berarti H1 diterima. Jika F hitung≤ F tabel berarti H0 ditolak.

3. Uji t (Secara Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

1). Merumuskan hipotesis

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, tidak ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.

H1 : b1≠ b2≠ b3≠ 0, minimal ada satu pengaruh dari implementasi variabel independent terhadap variabel dependent.

2). Menentukan tingkat signifikasi (α) dengan degree of freedom (df)


(64)

45

3). Menentukan t hitung dengan rumus: Pyixi

ti =

(1- R²yx)Cii. (n-k-1)

tolak hipotesis apabila t hitung > t( /2;n-k-1). Dimana:

k = banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang akan diuji ti = mengikuti distribusi t-student dengan derajat bebas n – k – 1

4). Membandingkan hasil thitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut: Jika thitung> ttabel berarti H1 diterima.


(65)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan keuangan BPRS di Provinsi Lampung tahun 2011-2012, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel (18,18 > 2.77).

2. Secara parsial, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dengan t hitung yang lebih besar dari t tabel (7,188 > 2.007). Artinya likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat


(66)

73

kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012, salah satunya, akan dipengaruhi oleh besarnya tingkat LDR.

3. Secara parsial, Loan to Assets Ratio (LAR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel (|2,21| > 2.007). Artinya, likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012, salah satunya, akan dipengaruhi oleh besarnya LAR.

4. Secara parsial, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel (|4,172| > 2.007). Artinya likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012, salah satunya, akan dipengaruhi oleh bayaknya kredit bermasalah.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu:


(67)

74

1. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas sebagai indikator kestabilan BPRS di Provinsi Lampung yang belum dimasukkan dalam model penelitian ini. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kestabilan keuangan BPRS di Provinsi Lampung dapat menambahkan variable-variabel lain yang relevan dan berpengaruh terhadap kestabilan keuangan BPRS di Provinsi Lampung.

2. Objek penelitian ini adalah BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampng, sehingga untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas objek

penelitian, termasuk jangka waktu pengamatan agar didapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif dan akurat terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan keuangan BPR Syariah.

3. Berdasarkan pada hasil penelitian, BPR Syariah disarankan untuk lebih

memperhatikan tingkat Loan to Assets Ratio (LAR) –nya dan Non-Performing Loan (NPL) –nya agar mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan segera.

4. Untuk para deposan dan kreditur BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung agar memperhatikan tingkat LAR dan NPL BPRS agar memperkecil resiko kredit dan likuiditas.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 1997. SK DIR Bank Indonesia No. 30/12/KEP/DIR. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta: Bank Indonesia.

Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen, Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hanley, N., and Shogren, J.F., White, B, 1997. Environmental Economics in Theory and Practice. McMillan, New York.

Hasibuan, Malayu. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Jogiyanto H. M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(69)

Luh Gede Meydianawathi. 2007. Analisis Perilaku Penawarann Kredit

Perbankan Kepada Sector UMKM di Indonesia (2002-2006). Bulletin studi ekonomi volume 12 nomor 2 tahun 2007.

Moekijat. 2000. Kamus Management. Bandung: Mandar Maju.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, UGM. Yogyakarta: Salemba Empat.

Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta: YPKN.

Riyadi, Slamet. 2004. Banking Asset & Liabillity Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Edisi ke-2:

Sharpe, Wiliam and Bailey, Jeffrey. 1997. Investasi. Jakarta: PT. Prenhalindo.

Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Soemitro, Rochmat. 1986. Himpunan kuliah pengantar ekonomi dan ekonomi pancasila. Jakarta: borta gorat.

Sofyan, Iban. 2006. Manajemen Keuangan Lanjutan. Bandar Lampung: Penerbit Lamda Sain.

Susilo, dkk. 2002. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Veithzal Rivai, dkk. 2007. Bank and Financial Institution Management, Conventional and Sharia System. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.


(70)

_________. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) Revisi 2001.

_________. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

_________. 1998. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.

_________. 2008. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

_________. 2013. www.Http://www.bapepam.go.id/BPR

_________. 2013. www.Http://www.bi.go.id


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan keuangan BPRS di Provinsi Lampung tahun 2011-2012, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel (18,18 > 2.77).

2. Secara parsial, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dengan t hitung yang lebih besar dari t tabel (7,188 > 2.007). Artinya likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat


(2)

73

kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012, salah satunya, akan dipengaruhi oleh besarnya tingkat LDR.

3. Secara parsial, Loan to Assets Ratio (LAR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel (|2,21| > 2.007). Artinya, likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012, salah satunya, akan dipengaruhi oleh besarnya LAR.

4. Secara parsial, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel (|4,172| > 2.007). Artinya likuiditas bank sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kestabilan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah yang ada di Provinsi Lampung pada tahun 2011-2012, salah satunya, akan dipengaruhi oleh bayaknya kredit bermasalah.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu:


(3)

74

1. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas sebagai indikator kestabilan BPRS di Provinsi Lampung yang belum dimasukkan dalam model penelitian ini. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kestabilan keuangan BPRS di Provinsi Lampung dapat menambahkan variable-variabel lain yang relevan dan berpengaruh terhadap kestabilan keuangan BPRS di Provinsi Lampung.

2. Objek penelitian ini adalah BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampng, sehingga untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas objek

penelitian, termasuk jangka waktu pengamatan agar didapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif dan akurat terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan keuangan BPR Syariah.

3. Berdasarkan pada hasil penelitian, BPR Syariah disarankan untuk lebih

memperhatikan tingkat Loan to Assets Ratio (LAR) –nya dan Non-Performing Loan (NPL) –nya agar mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan segera.

4. Untuk para deposan dan kreditur BPR Syariah yang ada di Provinsi Lampung agar memperhatikan tingkat LAR dan NPL BPRS agar memperkecil resiko kredit dan likuiditas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 1997. SK DIR Bank Indonesia No. 30/12/KEP/DIR. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta: Bank Indonesia.

Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen, Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hanley, N., and Shogren, J.F., White, B, 1997. Environmental Economics in Theory and Practice. McMillan, New York.

Hasibuan, Malayu. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Jogiyanto H. M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(5)

Luh Gede Meydianawathi. 2007. Analisis Perilaku Penawarann Kredit

Perbankan Kepada Sector UMKM di Indonesia (2002-2006). Bulletin studi ekonomi volume 12 nomor 2 tahun 2007.

Moekijat. 2000. Kamus Management. Bandung: Mandar Maju.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, UGM. Yogyakarta: Salemba Empat.

Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta: YPKN.

Riyadi, Slamet. 2004. Banking Asset & Liabillity Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Edisi ke-2:

Sharpe, Wiliam and Bailey, Jeffrey. 1997. Investasi. Jakarta: PT. Prenhalindo.

Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Soemitro, Rochmat. 1986. Himpunan kuliah pengantar ekonomi dan ekonomi pancasila. Jakarta: borta gorat.

Sofyan, Iban. 2006. Manajemen Keuangan Lanjutan. Bandar Lampung: Penerbit Lamda Sain.

Susilo, dkk. 2002. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Veithzal Rivai, dkk. 2007. Bank and Financial Institution Management, Conventional and Sharia System. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

_________. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) Revisi 2001.

_________. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

_________. 1998. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.

_________. 2008. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

_________. 2013. www.Http://www.bapepam.go.id/BPR

_________. 2013. www.Http://www.bi.go.id