FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PERFORMANCE OF BANK

PERKREDITAN RAKYAT (BPR) IN THE PROVINCE OF LAMPUNG

Oleh BURHANUDDIN

20130430186

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

iii

PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PERFORMANCE OF BANK

PERKREDITAN RAKYAT (BPR) IN THE PROVINCE OF LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh BURHANUDDIN

20130430186

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

iv Nomor Mahasiswa : 20130430186

Prodi : ILMU EKONOMI

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi ini atau perguruan tinggi lain kecuali bagian-bagian tertentu saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis ilmiah ini dan telah disebutkan di daftar pustaka. Apabila ternyata skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.

Yogyakarta, 29 Maret 2017


(4)

v

MOTTO

“Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqarah : 282)

“Nilai seseorang ditentukan dari keberanian memikul tanggung jawab, mencintai hidup dan pekerjaanya” (kahlil Gibbran)

“Bertanggung jawab untuk belajar, dan tanggung jawab atas yang dikerjakan”. (my self)


(5)

vi

Ibu Nurhayati & Ayah Sunarta

Kakak Dewi Sholekhah dan adik Khoirul Anas

Terimakasih atas doa, nafas dan juga kasihsayang yang tidak akan pernah sanggup saya balas. Semoga Allah selalu melimpahkan kesabaran, dan kekuatan bagi kita,


(6)

vii

HALAMAN JUDUL ... iii HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEBIMBING ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... iv MOTTO ... v PERSEMBAHAN ... vi INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. LATAR BELAKANG ... Error! Bookmark not defined. B. Batasan Masalah Penelitian... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah Peneitian ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. LANDASAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Kinerja Perbankan dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Error! Bookmark not defined.

2. Return On Asset (ROA) ... Error! Bookmark not defined. 3. Capital Adequancy Ratio (CAR)... Error! Bookmark not defined. 4. Loan to Deposit Ratio (LDR) ... Error! Bookmark not defined.


(7)

viii

D. Kerangka Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1. Variabel Dependen ... Error! Bookmark not defined. 2. Variabel Independen ... Error! Bookmark not defined. E. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. F. Model dan Penelitian Ukuran Panel ... Error! Bookmark not defined. 1. Model Regresi Panel ... Error! Bookmark not defined. 2. Metode Estimasi Model Regresi Panel .... Error! Bookmark not defined. G. Pemilihan Model ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Chow ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Hausman ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Lagrange Multiplier ... Error! Bookmark not defined. H. Uji Kualitas Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengujian Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengujian Statistik ... Error! Bookmark not defined. BAB IV GAMBARAN UMUM ... Error! Bookmark not defined.

A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... Error! Bookmark not defined. B. Perbankan Provinsi Lampung ... Error! Bookmark not defined. C. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Lampung ... Error! Bookmark not defined.


(8)

ix

1. Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Multikoliniearitas ... Error! Bookmark not defined. B. Pemilihan Metode Pengujian Data Panel ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Chow (Uji Likehood Ratio) ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Hausman ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Langrange Multiplier (LM) ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Estimasi Model Data Panel ... Error! Bookmark not defined. D. Uji Statistik ... Error! Bookmark not defined. 1. Koefisien Determinasi (R2) ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji F-statistik ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji t-statistik ... Error! Bookmark not defined. E. Intreprestasi Hasil Pengujian Random Effect Model ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. C. Keterbatasan penelitian ... Error! Bookmark not defined. Daftar Pustaka ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

x

DAFTAR TABEL

1.1 Perkembangan Jumlah Aset di Pulau Sumatra Periode Juli 2016-september

2016 ... 5

1.2 Perkembangan Kredit BPR Konvensional Pulau Sumatra Perioade Juni 2013 – Agustus 2013 ... 6

4.3 Kinerja BPR Konvensional di Provinsi Provinsi Lampung 2015 ... 60

4.4 Rekap Data Jumlah Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di Wilayah Provinsi Lampung ... 62

4.5 Data Jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Wilayah Propinsi Lampung ... 63

5.6 Hasil Uji Heterokedaktisitas dengan Uji Park ... 66

5.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 67

5.8 Hasil Uji Chow Test ... 68

5.9 Hasil Uji Hausman ... 69

5.10 Hasil Uji Langrange Multiplier ... 70


(10)

xi

DAFTAR GAMBAR


(11)

(12)

(13)

(14)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandar Lampung yaitu pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset (ROA), loan to deposit ratio (LDR) terhadap ROA dan biaya operasional pendapatan oprasional (BOPO) terhadap ROA. CAR, LDR, dan BOPO secara simultan terhadap ROA BPR di kota Bandar Lampung tahun 2012-2015.

Data yang di gunakan adalah data sekunder yang diambil dari OJK dengan jumlah empat tahun berturut-turut dari tahun 2012-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil jumlah BPR konvensional yang terdaftar di web OJK. Alat analisis yang digunakan adalah eviews dengan tekik analisis data menggunakan regresi data panel dengan model Random Effect.

Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. LDR berpengaruh positif dan sigifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Secara simultan LDR dan BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA, dan CAR secara simultan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ROA pada BPR di Kota Bandar Lampung tahun 2012-2015.

Kata kunci : Capital Adequancy Ratio (CAR),Loan to Deposit Ratio (LDR),Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Return on Asset


(15)

This research is aimed at investigating the performance of Bank Perkreditan Rakyat (BPR) in the city of Bandar Lampung, in terms of the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR) on the return on asset (ROA), Loan To Deposit Ratio (LDR) on the ROA and the Operating Expenditure on Operating Income (BOPO) on ROA. CAR, LDR, and BOPO simultaneously on ROA of BPR in the city of Bandar Lampung.

The data used in this research is secondary data taken from The Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in the five years in a row from year 2012-2015. The sampling was done by taking the amount of conventional BPR listed in the OJK website. The analytical tool used is eviews with the data analysis technique using the data regression panel with Random Effect model.

The result shows that CAR has negative and insignificant influence on ROA. LDR has positive and significant influence on ROA. BOPO has negative and significant influence on ROA. Simultaneously, LDR and BOPO have significant effect on ROA and CAR simultaneously has insignificant influence on ROA in the BPR in the city of Bandar Lampung year 2012-2015.

Keywords : Capital Adequancy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),


(16)

1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita tau, perbankan mempunyai pangsa pasar besar kurag lebih sekitar 80 persen dari keseluruhan sistem keuangan yang ada. Begitu besar peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja agar bisa lebih baik lagi.

Pembangunan suatu bangsa dan pembangunan ekonomi bergantung pada perkembangan dan peranan lembaga keuangan seperti perbankan yang di perlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi. Lembaga keuangan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting dalam suatu perekonomian. Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana (Kasmir, 2005).

Menurut Rodoni (2007), Lembaga keuangan merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan maupun non-financial asset atau asset riil. Di Indonesia lembaga keuangan di bagi menjadi dua kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan


(17)

lembaga keuangan bukan bank. lembaga keuangan bank juga di bagi menjadi dua yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank merupakan jantung perekonomian pada suatu negara begitu juga Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR juga salah satu lembaga keuangan yang di harapkan mampu menjalankan fungsi untuk menggerakan roda perekonomian nasional maupun daerah.

Menurut otoritas jasa keuangan (OJK), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Ada pun Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian. Berikut usaha yang dapat dilaksanakan oleh BPR:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),


(18)

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/26/PBI/2006, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sama halnya bank umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di jamin oleh lembaga penjamin simpanan (LPS) sebesar 10,25% sedangkan bank umum sebesar 7,75%. Dengan demikian BPR dapat memberikan bunga tabunagan yang lebih tinggi. Sementara itu total asset Indonesia dengan jumlah BPR 1634 mengalami peningkatan perkembangan jumlah asset sekala nasional pada periode April 2016 – September 2016, pada bulan April total aset sebesar 104,631,651,692 milyar, bulan Mei sebesar 105,680,675,733 milyar, bulan Juni sebesar 105,860,438,133 milyar, bulan Juli sebesar 107,169,206,527 milyar, bulan Agustus sebesar 108,045,217,796 milyar, dan pada bulan September naik yaitu sebesar 108,954,807,316 milyar (Bank Indonesia, 2016).

Di Indonesia sendiri sudah banyak BPR yang bergerak aktif terbagi atas beberapa provinsi. Berdasarkan data yang di akses BI Jumlah BPR Konvensional Berdasarkan Badan Hukum skala Nasional Periode : Agustus 2016 Pada perkembangan nya BPR nasional mengalami peningkatan terbukti dari jumlah BPR pada setiap provinsi yang ada di Indonesia yaitu sekitar 1634 BPR dari 33 provinsi yang ada di indonesia. Sebagian BPR terbanyak berada provinsi Jawa Timur dengan jumlah 321 BPR, Di susul provinsi Jawa Barat dengan jumlah 296 BPR, Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 252 BPR, provinsi Bali dengan


(19)

jumlah 137 BPR, provinsi Sumatra Barat dengan jumlah 91 BPR, provinsi Banten dengan jumlah 64 BPR, provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 55 BPR, provinsi D.I Yogyakarta dengan jumlah 53 BPR, provinsi Riau dengan jumlah 34 BPR, provinsi Nusa Tenggara Barat dengan jumlah 29 BPR, sedangkan provinsi Lampung dengan jumlah 26 BPR dan seterusnya. Dari 11 sampel provinsi BPR nasional tersebut terlihat bahwa jumlah BPR terbanyak yaitu provinsi Jawa Timur, sedangkan di provinsi Lampung sendiri memiliki jumlah 26 BPR. Pada BPR kuhusnya Provinsi Lampung pada tahun 2016 jumlah asset mengalami peningkatan dari bulan Juli sampai September.

Aset merupakan jasa yang akan datang dalam bentuk jasa atau uang dimasa mendatang yang bisa ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa yang timbul dari kontrak yang belum dijalankan kedua pihak secara sebanding) yang di dalamnya terkandung kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hukum dan keadilan (Scanning, 1992). Pada BPR provinsi Lampung sendiri jumlah asset yang dimiliki sangat besar di banding dibandingkan Provinsi lain yang ada di pulau Sumatra.


(20)

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Aset di Pulau Sumatra Periode Juli 2016 - September 2016 (dalam juta Rp)

Provinsi Juli Agustus September

Provinsi NAD 244,019,650 243,343,624 244,294,201 Provinsi Sumut 1,272,667,147 1,297,601,699 1,313,894,110 Provinsi Sumbar 1,433,629,982 1,459,816,524 1,482,566,758 Provinsi Riau 1,244,055,352 1,259,589,412 1,258,968,836 Provinsi jambi 772,399,081 785,310,784 777,308,179 Provinsi Sumsel 1,276,103,979 1,307,792,784 1,306,595,280 Provinsi Bengkulu 61,881,837 65,783,130 65,705,862 Provinsi Lampung 9,157,195,940 9,155,847,393 9,422,706,862 Provinsi Kep.Babel 113,993,515 114,896,082 113,801,359 Sumber : Bank Indonesia, 2016

Pada Tabel 1.1 menunjukan bahwa pada tahun 2016 periode tersebut pada perkembangannya jumlah aset di provinsi Lampung sendiri begitu besar dibandingkan dengan provinsi yang lainnya. Jumlah asset di Provinsi Lampung mengalami kenaikan walaupun pada bulan Agustus sedikit menurun namun pada bulan September 2016 naik sebesar 9,422,706,862 milyar.

Kegiatan bank dalam penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling besar dalam bentu kredit. Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva produktif yang terbesar dan memberikan pedapatan yang paling besar dibandingkan aktiva produktif lainnya. Menurut undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dengan pihak lain yang


(21)

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Ismail, 2010: 190). Dalam hal ini pada perkembangan kredit pada BPR provinsi lampung di pulau Sumatra sendiri sebagai berikut :

Tabel 1.2

Perkembangan Kredit BPR Konvensional Pulau Sumatra Perioade Juni 2013 – Agustus 2013 (dalam juta Rp)

Provinsi Juni Juli Agustus

Provinsi NAD 114,102,175 117,392,913 116,494,892 Provinsi Sumut 708,742,364 722,914,416 717,203,705 Provinsi Sumbar 1,076,708,319 1,069,277,910 1,048,393,999 Provinsi Riau 731,830,804 742,562,220 734,909,823 Provinsi jambi 554,232,766 564,788,036 564,479,742 Provinsi Sumsel 772,134,575 772,125,471 767,606,421 Provinsi Bengkulu 31,904,978 32,150,706 30,771,232 Provinsi Lampung 5,187,244,961 5,271,546,969 5,309,016,727 Provinsi Kep.Babel 40,025,765 41,142,209 42,566,314 Sumber : Bank Indonesia, 2016

Dari Tabel 1.2 perkembangan kredit BPR pulau Sumatra, kredit di provinsi Lampung sendir tertinggi dibandingkan dengan provinsi di pulau Sumatra lainnya. Dan pada Juni 2013 – Agustus 2013 mengalami peningkatan yaitu pada bulan Juni sebesar 5,187,244,961 milyar, dilanjutkan pada bulan Juni sebesar 5,271,546,969 milyar, dan pada bulan Agustus 5,309,016,727 milyar. Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di provinsi Lampung menunjukkan kinerja cukup baik dibandingkan wilayah lain di Indonesia.

Beberapa penelitian yang sama sudah dilakukan sebelumnya mengenai variabel CAR, LDR, BOPO terhadap ROA yaitu pada hasil penelitian Erfendi,


(22)

dkk. (2015) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh CAR, BOPO, dan LDR terhadap ROA pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang, menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan hipotesis kedua menyatakan Biaya BOPO berpengaruh terhadap ROA dan hipotesis ketiga menyatakan LDR berpengaruh terhadap ROA. Penelitian yang hampir sama juga dilakukan Hardiyanti (2012) yang juga melakukan penelitian tentang analisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA di Indonesia, menyatakan hasil penelitian CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA sedangkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Ariffudin (2012) juga melakukan sebuah penelitian yang hampir sama tentang Analisis pengaruh CAR, LDR, BOPO dan NPL terhadap ROA BPR wilayah Sulawesi Selatan dengan BPR wilayah Iramasuka menyatakan bahwa CAR, BOPO dan LDR secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, secara parsial CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, NPL dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka diharapkan terjadi peningkatan kinerja BPR khususnya provinsi lampung dengan melihat total asset dan perkembangan kredit BPR provinsi Lampung sehingga akan mampu memberikan kinerja yang bagus bagi BPR dan juga memberikan pengaruh positif pada perbankan juga pemerintah kabupaten/kota di provinsi Lampung. Maka dari itu penulis mengambil judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARHI


(23)

KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG”

B. Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang diambil penulias dalam penelitian ini adalah tempat penelitian BPR yang berada di provinsi Lampung. Selain itu peneliti mengambil sebelas sample BPR di kota Bandar Lampung. Adapun jenis BPR yang dimaksudkan adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional.

C. Rumusan Masalah Peneitian

Dari uraian diatas permasalahan yang akan diteliti adalah seberapa optimal dan seberapa besar pengaruh dari Capital Adequancy Ratio (CAR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan operasional (BOPO) Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) yang merupakan ukuran penting bagi bank karena dengan menggunakan ROA memperhitungkan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi aset. ROA bersumber dari laba sebelum pajak dan total aset.

Adapun pertanyaan penelitian yang akan dibahas adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi lampung ?


(24)

2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap Return on Asset

(ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi lampung ?

D. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai jawaban atas permasalahan yang muncul dalam penelitian, yaitu:

1. Menganalisis pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung

2. Menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung

3. Menganalisis pengaruh BOPO terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi bagi masyarakat tentang kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di provinsi Lampung.

2. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi berupa masukan dan sebagainya terhadap bank-bank di provinsi Lampung khususnya


(25)

bank perkreditan rakyat serta sebagai bahan untuk pertimbangan pemerintah daerah maupun nedara dalam menentukan kebijakan perkembangan perekonomian dalam ikut serta terhadap pertumbuhan perekonomian di provinsi Lampung.

3. Bagi pengembangan keilmuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi civitas akademika khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus menambah koleksi dan referensi tambahan pengetahuan untuk perpustakaan UMY


(26)

11

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Kinerja Perbankan dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) a. Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah merupakan kata benda yang artinya Sesuatu yang dicapai, Prestasi yang diperlihatkan, Kemampuan kerja (peralatan). Kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank se-efektif mungkin dan se-efisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen bank (Basran, 2005).

Seperti yang teleh dijelaskan diatas kinerja sebuah bank merupakan cerminan bagi bank untuk menunjukan kapasitas bank dan menunjukan maju atau tidaknya sebuah bank tersebut. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur perbandingan antara laba bersih terhadap total aktiva. Jika suatu perusahaan memiliki ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mempunyai peluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri, namun jika total asset yang yang digunakan tidak memberikan laba maka perusahaan bisa mengalami kerugian juga bisa menghambat pertumbuhan kinerja bahkan modalnya.


(27)

b. Bank Perkreditan Rakyat

Menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menguhimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kredit sendiri adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran akan dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati (Astiko, 1996). Sedangkan pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992, menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.

Bank Perkreditan Rakayat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan danadalam bentuk kredit atau dalam betuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat yang melaksanakan kegiatan usahanya melalui prinsip konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Ali, 2013). Payung hukum untuk BPR adalah PBI No.


(28)

8/26/PBI/2006 tanggal 8 September 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat. Adapun beberapa jenis usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

- Menerima simpanan berupa giro

- Melakukan kegiatan usaha perbankan dalam mata uang/valuta asing

- Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah kebawah

- Melakukan usaha perasuransi

- Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR.

Target market BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang kecil, pegawai dan pensiunan karena sasaran ini belum terjangkau oleh bank umum, disamping untuk pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ketangan para pelepas uang seperti rentenir dan pengijon (Ali, 2013).

2. Return On Asset (ROA)

ROA sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai rentabilitas, atau dalam kamus besar bahasa Indonesia rentabilitas adalah hasil perolehan suatu investasi penanaman modal yang dinyatakan dengan persentase dari besarnya investasi ekonomi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa lalu. Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan ROA dimana


(29)

ROA untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset-asetnya guna memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003).

Menurut Bringham dan Huston (2008) Return On Asset (ROA) adalah rasio bersih terhadap total asset mengukur pengembalian atas total asset. Sedangkan menurut M. Hanafi (2008) ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Tandelilin (2010) mengatakan bahwa “ Return On Assets (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan asset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba”.

ROA menurut Kasmir (2012) menyatakan bahwa rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah asset yang digunakan dalam perusahaan, selain itu ROA memberikan ukuran yang lebih beik atas probabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan asset untuk memperoleh pendapatan. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan ROA adalah sebagai berikut:

Rasio laba bersih terhadap total asset mengukur pengembalian atas total asset ( return on total asset ).

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa return on asset

(ROA) merupakan suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunaan asset


(30)

perusahaan. Menurut Munawir (2001) ROA mempunyai keunngulan sebagai berikut:

1. Dapat diperbandingkan dengan rasio industry sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri, hal ini adalah salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

2. Selain berguna untuk kepentingan control ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan.

3. Jika perusahaan menjalankan praktek akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal secara menyeluruh, yang sensitive setiap hal yang mempengaruhi keuangan perusahaan.

Adapun kelemahan menurut Munawir (2001) yang terdapat pada ROA sebagai berikut:

1. ROA sebagai pengukur devisi sangat dipengruhi oleh metode depresiasi asset tetap.

2. ROA mendukung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat penyesuaian kenaikan harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi.


(31)

Sumber dana terbesar bank berasal dari simpanan masyarakat. Maka semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset bank.

3. Capital Adequancy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Menurut Dendawijaya (2005) CAR adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.

Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan CAR adalah:

Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau CAR. SE BI No.15/41/DKMP tanggal 1


(32)

Oktober 2013 menyatakan bahwa CAR atau rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah rasio perbandingan antara modal dengan aset tertimbang menurut risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum. Menurut Susilo (2000) modal terdiri dari :

a. Modal inti

Adapun modal inti berupa :

- Modal Disetor merupakan modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

- Agio Saham merupakan selisih lebih setoran yan diterima oleh bank akibat harga saham yang melebihi nilai nominal.

- Modal Sambungan merupakan modal yang diperoleh dari sumbangan-sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.

- Cadangan Umum merupakan cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing bank.


(33)

- Cadangan Tujuan merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

- Laba yang ditahan merupakan saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

- Laba tahun lalu merupakan seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya.

- Laba tahun berjalan merupakan 50 persen dari laba tahun buku berjalan dikurangi pajak. Apabila tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

b. Modal Pelengkap

Adapu modal pelengkap sebagai berikut :

- Cadangan revaluasi aktiva tetapmerupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.

- Penyisihan penghasilan aktiva produktif merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Ini dibentuk untuk menampung kerugian yang mungkin timbul akibat


(34)

tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap adalah maksimum 25 persen dari ATMR. - Modal Kuasi merupakan modal yang didukung oleh instrument atau

warkat yang memiliki sifat seperti modal.

- Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo, harus ada Bank Indonesia.

Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) adalah aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga (Sinungan, 1992).

4. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank. Menurut SE BI No.15/41/DKMP tanggal 1 Oktober 2013, LDR adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan


(35)

deposito dalam Rupiah dan valutam asing, tidak termasuk dana antar bank. Ketentuan batas bawah untuk LDR adalah sebesar 78% dan batas atas yang dapat ditoleransi adalah 100%.

Menurut Kasmir (2014), LDR adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.”

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan LDR adalah:

Batas bawah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah 78%. jika bank umum menyalurkan kredit di bawah angka tersebut maka bank dianggap masih kurang efisien dalam penyaluran kredit. Namun apabila jumlah penyaluran kredit melewati batas atas yakni 100% artinya maka bank tersebut dianggap terlalu agresif sehingga dapat meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi.

menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa LDR adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan


(36)

dana yang dilakukan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendahnya likuiditas bank yang bersangkutan, namun jika semakin rendah rasio LDR maka semakin tinggi likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.

5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut kamus keuangan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang mengukur efisiensi dan efektifitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Sedangkan menurut Riyadi (2004), menyatakan bahwa BOPO merupakan rasio yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu.

Menurut Gozali (2007), rasio biaya operasional merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah BOPO maka semakin efisien bank dalam menekan biaya operasionalnya, dengan efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Rasio ini menunjukan adanya risiko operasional yang yang ditanggung oleh bank. terjaadi karena ada ketidak pastian mengenai usaha bank, antara lain kemungkinan mengenai kerugian dari operasi bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya


(37)

operasional bank dan kemungkinan terjadi mengenai kegagalan jasa dan produk daru yang ditawarkan.

Jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh, karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI). Bank yang nilai rasio BOPO nya tinggi ini menunjukan bahwa bank tidak berpotensi dengan efisien, karena tingginya nilai rasio ini memperlihatkan besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional.

Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan BOPO adalah:

Biaya operasional ini dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lain. Pendapatan operasional ini adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lain. Rasio ini dipakai untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

BOPO adalah rasio biaya operasional yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2009). Maka dari itu, Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien


(38)

biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Erfendi, dkk. (2015) dengan penelitiannya Analisis Pengaruh CAR, BOPO, dan LDR terhadap ROA pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh CAR, BOPO dan LDR terhadap ROA pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang. Meneliti Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang yaitu sebanyak 11 Bank Perkreditan Rakyat dan semua Bank Perkreditan Rakyat tersebut menjadi Objek Penelitian. Metode yang di gunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa Capital Adequancy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA), sedangkan hipotesis kedua (H2) menyatakan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dan hipotesis ketiga (H3) menyatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).

2. Hardiyanti (2012) melakukan penelitian tentang pangaruh CAR, NPL dan LDR terhadap ROA pada bank BUMN yang go-publik di Indonesia (tahun 2006-2010). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa time series. variabel penelitian yaitu Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio


(39)

(CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL dan LDR terhadap ROA pada Bank BUMN yang go-publik di Indonesia (Tahun 2006-2010). Return On Asset (ROA) menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset. dari hasil penelitian CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA sedangkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 3. Ariffudin (2012) melakukan sebuah penelitian tentang Analisis pengaruh CAR,

LDR, BOPO dan NPL terhadap ROA BPR dan perbandingan ROA antar BPR wilayah Sulawesi selatan dengan BPR wilayah Iramasuka PERIODE 2008-2010. Menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Efisiensi Operasi (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio

(LDR) terhadap Return on Asset (ROA) sebagai proyeksi dari Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat periode Januari 2008 hingga Desember 2010, kemudian melakukan perbandingan ROA antar BPR Sulawesi Selatan dengan BPR wilayah IRAMASUKA (wilayah: Sumatera, Kalimantan, Jawa Bali NTT NTB, Sulawesi, Irian Maluku). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-statistik. Hasil penelitian secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, secara parsial CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, NPL dan LDR berpengaruh positif dan


(40)

signifikan terhadap ROA dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

4. Karunia (2013) melakukan penelitian tentang Analisis pengarh rasio capital, asset quality dan liquidity terhadap kinerja keuangan pada sector perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio keuangan CAR, pemenuhan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan DPK terhadap kinerja keuangan bank yang di ukur dengan ROA serta variable-variabel manakah yang paling dominan berpengaruh rehadap ROA. Penelitian ini menggunakan metode last square. Dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA sedangkan LDR berpengaruh negatif terhadap ROA dan secara bersama-sama CAR, BOPO, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.

5. Sudiyatno (2010) menganalisis tentang Analisis pengaruh dana pihak ketiga, BOPO, CAR dan LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go public di bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2008. Jenis data pada penelitian ini adalah data time series dan data cross section, yaitu data yang dikumpulkan dari beberapa tahapan waktu (kronologis) dan data yang dikumpulkan dari perusahaan perbankan yang listed di BEI, variabel dependen ROA dan variable independen DPK, BOPO, CAR, dan LDR. Dari hasil penelitian bahwa DPK berpengaruh positif


(41)

dan signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

6. Marnov (2009) meneliti Analisis pengaruh LDR, NIM dan BOPO terhadap ROA bank umum Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang digunakan adalah model kuatdrat terkecil biasa (OLS), variable dependennya ROA dan variabel independennya LDR, NIM, dan BOPO . Dari hasil penelitiannya LDR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA dengan besar koefisien 1,84 , sedangkan juga NIM berpengaruh positif terhadap ROA besarnya koefisien 13,47 , dan BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA besarnya koefisien 1,61.

7. Agustiningrum (2013) meneliti Analisis pengaruh CAR, NPL, DAN LDR terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan. Variabel yang digunakan yaitu dependen ROA dan independennya CAR, NPL, dan LDR. Metode yang digunakan dalam penelitian ini Analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA), lalu tidak mendukung hipotesis pertama yang diajukan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA), variabel Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas


(42)

(ROA), dan variabel Loan to Deposits Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

8. Adam (2013) dengan penelitiannya pengaruh non performing loan (NPL) dan biaya operasional/pendapatan operasional (BOPO) terhadap profitabilitas bank (ROA) penelitian pada pt Bank Negara Indonesia, TBK periode 2000-2011.penelitian ini menggunaan metode kuantitatif, dengan menggunakan data variabel dependennya ROA, dan variable independennya yaitu BOPO dan NPL. Dengan menunjukan hasil penelitiannya bahwa Non Performing Loan (NPL) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset

(ROA) PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Dimana ketika NPL naik akan menyebabkan turunnya Return on asset (Laba) perusahaan dan sebaliknya. Demikian halnya dengan BOPO.

9. Dasih (2014) meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap return on asset perbankan (studi pada bank umum yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007-2013). Metode yang digunakan adalah menggunakan regresi data panel dengan model random effect, dengan variabel dependenya ROA dan variabel independennya CAR, LDR, NPL dan BOPO. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, dan


(43)

Secara simultan CAR, LDR, NPL, dan BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA bank umum yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2013.

C. Hipotesis

Dengan melihat dari latar belakang dan tujuan dari penelitian ini, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Capital Adequancy Ratio (CAR) diduga berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung

2. Loan to Deposit Ratio (LDR) diduga berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung

3. BOPO diduga berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung.

D. Kerangka Penelitian

Salah satu rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan yaitu rasio profitabilitas dan salah satu rasio profitabilitas tersebut yang sering digunakan adalah Return on Asset (ROA). Dalam menganalisis kinerja BPR maka faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Return on Asset (ROA) adalah seperti gambar berikut ini:


(44)

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Capital Adequancy

Ratio (CAR) (+)

Loan to Deposit Ratio (LDR) (+)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

(+)


(45)

30

Objek penelitian ini adalah beberapa sampling Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang diambil dan diolah data meliputi data Return on Asset

(ROA), Capital Adequancy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BPR yang ada di kota Bandar Lampung.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber yang telah ada.dengan menggunakan jenis data panel mencakup sebelas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Bandar Lampung diolah dari tahun 2012-2015.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian yang diambil yaitu dari hasil pencatatan yang di publikasikan oleh otoritas jasa keuangan (OJK) atau www.ojk.go.id, Bank Indonesia (BI) atau www.bi.go.id, juga menggunakan metode library research

atau kepustakaan yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan ilmiah, artikel, jurnal, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data pada


(46)

penelitian ini dengan melakukan pencatatan secara langsung berupa data time series dan cross section yang diambil dari sebelas BPR di Kota Bandar Lampung yaitu BPR Tjandra Artha Lestari, BPR Langgeng Lestari Bersama, BPR Trisurya Bumindo, BPR Citra Dana Mandiri, BPR Inti Dana Sentosa, BPR Aji Caka, BPR BP Kota Bandar Lampung, BPR Swadaya Anugerah Utama, BPR Dhana Sewu, BPR Bina Sejahtera, dan BPR Arta Kedaton Makmur. Data ini merupakan data yang diolah pada akhir tahun yaitu bulan Desember tahun 2012-2015 pada masing-masing BPR.

D. Definisi Operasional Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun variable terkait penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya yaitu :

a. Return on Asset (ROA)

ROA adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. Berdasarkan


(47)

SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan ROA adalah sebagai berikut:

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya yaitu :

a. Capital Adequancy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri selain memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan CAR adalah:

b. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank (giro, tabungan, deposito). Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan LDR adalah:


(48)

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO merupakan rasio efisiensi yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan BOPO adalah:

E. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Metode analisis regresi data panel dipilih penulis dalam menganalisis data pada penelitian ini. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam meneliti kinerja antar sebelas BPR yang berada di kota Bandar Lampung.

Data panel (pooled data) diperoleh dengan cara menggambungkan data time series dengan cross section. Analisis regresi dengan data panel (pooled data) memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar individu dalam variabel yang bisa saja berbeda-beda.

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun


(49)

kelebihan yang di peroleh dari penggunaan data panel sebagai berikut (Gujarati, 2004):

1. Data panel mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik.

2. Data panel mampu mengurangi kolinieritas variabel.

3. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. 4. Mampu menggambungkan informasi dari data time series dan cross

section dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilangan variabel (omitted variable).

5. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni apapun

cross section murni.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.


(50)

F. Model dan Penelitian Ukuran Panel 1. Model Regresi Panel

Model data digunakann untuk menganalisis data yang mengandung

series dan crossection. Analisis regresi dengan data panel (pooled data) memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar individu dalam variable yang bisa saja berbeda–beda. Adapun model rumus data panel sebagai berikut (Basuki, 2014).

Keterangan:

= variable dependen (ROA) = konstanta

= koefisien regresi masing – masing variable independen

X 1 = CAR X 2 = LDR X 3 = BOPO

= error term

= waktu = tempat

2. Metode Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:


(51)

1. Common effect model

Merupakan pendekatan data panel yang paling sederhana. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu mapun waktu sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk pool, mengestimasikannya menggunakan pendekatan kuadrat terkecil/pool least square. Adapun persamaan regresi dalam model comman effects dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana menunjukan cross section (individu) dan menunjukan periode waktunya.Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa,proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan (Basuki, 2014).

2. Fixed Effect Model

Model ini mengasumsikan bahwa terdapata efek yang berbeda antar individu. Perbedaan itu dapat diakomodasi melalui perbedaan pada intersepnya. Dalam membedakan satu subjek lainnya digunakan

variable dummy (Kuncoro, 2012). Model ini sering disebut dengan model Least Square Dammy Variable (LSDV). Berdasarkan Gujarati (2012) persamaan model ini adalah sebagai berikut :


(52)

Di mana variabel dummy d1t untuk subjek pertama dan 0 jika bukan, d2t untuk subjek kedua dan 0 jika bukan, dan seterusnya. Jika dalam sebuah penelitian menggunkan 10 (sepuluh) cross section, maka jumlah variabel dummy yang digunakan sebanyak 11 (Sembilan) untuk menghindari perangkap variabel dummy, yaitu kondisi dimana terjadi kolinearitas sempurna (Gujarati,2012). Intercept b0 adalah nilai

intercept subjek kesatu dan koefisien b6 b7 b8 menandakan besar perbedaan antara intercept subjek lain terhadap subjek ke satu.

Oleh karena itu dalam model fixed effect merupakan parameter yang tidak diketahui dan akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabeldummy yg dapat ditulis sebagai berikut:

[ ]= [ ] + [

] [ ]

+ [

] [ ] + [ ]

Teknik diatas dinamakan Least Square Dummy Variabel

(LSDV).Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga dapat mengakomodasi efek waktuyang bersifat sistemik (Basuki, 2014).

3. Random Effect Model

Menurut Basuki (2014), random effects model (REM) adalah Efek spesifik dari masing-masing individu diperlakukan sebagai


(53)

bagian dari komponen error yang bersifat acak dan tidak berkolerasi dengan variabel penjelas yang teramati. Model ini sering disebut juga dengan error component model (ECM). Dengan demikian, persamaan model random effects dapat ditulis sebagai berikut:

Yit =

Dimana : Wit = E(Wit,Wit-1)= 0; i j; E(

E(

Meskipun komponen error bersifat homoskedastik, kenyatanya terdapat korelasi antara dan wit-s (equicorrelation), yakni:

( )

Karena itu, metode OLS tidak bisa digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien bagi model random effects. Metode yang tepat untuk mengestimasi model random effects adalah

Generalized Least Square (GLS) dengan asumsi homokedastik dan tidak ada cross sectional correlation. Judge (1980) dalam Faldy (2011), menyatakan ada perbedaan mendasar untuk menetukan pilihan anatara FEM (Fixed Effects Model) dan ECM (Error Component Model) anatara lain sebagai berikut (Gujarati, 2004):

a) Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah unit cross-section) kecil, perbedaan antara FEM dan ECM adalah sangat


(54)

tipis. Oleh karena itu, dapat dilakukan perhitungan secara konvensional. Pada keadaan ini, FEM mungkin lebih disukai.

b) Ketika N besar dan T kecil, estimasi diperoleh dengan dua metode dapat berbeda secara signifikan. Pada ECM, dimana adalah komponen random cross-section dan pada FEM, ditetapkan dan tidak acak. Jika sangat yakin dan percaya bahwa individu, ataupun unit cross-section sampel adalah tidak acak, maka FEM lebih cocok digunakan. Jika unit cross-section

sampel adalah random/acak, maka ECM lebih cocok digunakan.

c) Komponen error individu dan satu atau lebih regresor berkorelasi, estimator yang bersal dari ECM adalah bias, sedangkan yang berasal dari ECM adalah unbiased.

d) Jika N besar T kecil, serta jika asumsi untuk ECM terpenuhi, maka estimator ECM lebih efisien disbanding estimator FEM.

Adapun beberapa Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) adalah sebagai berikut :

a) Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu. b) Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya

menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.


(55)

c) Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai study of dynamic adjustment.

d) Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multikol) anatara data semakin berkurang dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

G. Pemilihan Model

Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberaap pengujian yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Uji Chow

Chow Test yakni menguji untuk menentukan model Fixed Effect atau

Random Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis yang dibentuk dalam chow test adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009):

H0 =Model Common Effect H1 = Model Fixed Effect

H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. sebaliknya, H1 diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.


(56)

2. Uji Hausman

Hausman Test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model

Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan (Basuki, 2014). Hipotesis digunakan dalam bentuk Hausman test adalah sebagai berikut (Gujarati, 2012):

H0 = Model Random Effect

H1 = Model Fixed Effect

H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilaia.Sebaliknya H1 diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.

3. Uji Lagrange Multiplier

Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari pada metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiolier (LM) (Basuki, 2014). Secara formal, ada tiga prosedur pengujian yang akan digunakan, yaitu uji statistic F yang digunakan untuk memilih antara (Agus Tri Basuki,2014).

a) Model common effect atau fixed effects;

b) Uji Langrange Multiplier (LM) yang digunakan untuk memilih antara model common effects atau model


(57)

c) Uji Hausman yang digunakan untuk memilih antara model fixed effects atau model random effects.

H. Uji Kualitas Data

a. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas adalah uji yang ditunjukkan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variabel independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, akan tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis korelasi antar variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.

3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari Variance Inflation Factor

(VIF), Jika VIF<10 maka tingkat kolonieritas dapat ditoleransi. 4. Nilai Eigen value sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang

mendekati nol memberikan bentuk adanaya multikolinieritas (Efendi, 2015).


(58)

Uji multikoliearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.Suatu model regresi dikatakan menghadapi masalah multikolinearitas bila terjadi hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau variabel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan bias dalam melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan. Gejala muitikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam hasil analisis regresi pada output program apss. Jika nila tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurangdari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model (Basuki, 2014).

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan varian yang tidak sama pada semua pengamatan dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak mengalami heteroskedastisitas.

Pengujian asumsi klasik kini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel yang sama untuk semua variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya


(59)

heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Basuki, 2014).

Masalah asumsi klasik heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat Grafik Plot pada program spss atau eviews antara nilai prediksi variabel terkait yaitu (ZPRED) dengan residualnya SRESID. Mendeteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokdasitisitas. Jika tidak ada pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Basuki, 2014).

Kriteria pengujian yang digunakan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika terdapat suatu pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas. 2. Dan jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(60)

Suatu model regresi dikatakan terkena heterokedastisitas apabila terjadi ketidaksamaan varaians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka di sebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda di sebut heteroskedastisitas.

Adanya sifat heterokedastisitas ini dapat membuat penaksisan dalam model bersifat tidak efisien. Umumnya masalah heterokedastisitas lebih biasa terjadi pada data cross section

dibandingkan dengan time series (Gujarati, 2006).

Untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas dalam model, penulis menggunkan uji park yang sering digunakan dalam beberapa referensi. Dalam metodenya, park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan dan variabel bebas yang dinyatakan sebagai berikut:

………...

Persamaan dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi:

………....

Karena varian kesalahan ( ) tidak teramati, maka digunakan sebagai penggantinya. Sehingga persamaan menjadi:


(61)

……….. Apabila koefisien parameter β dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat masalah heterokedastisitas. Sebaiknya, jika β tidak signifikan, maka asumsi homokedastisitas pada data dapat di terima.

2. Pengujian Statistik a. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan mengganggap variabel bebas lainnya adalah konstan. Hipotesis yang digunakan pada penelitain ini adalah sebagai berikut (Basuki, 2014):

Jika t hitung > t tabel, artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.Jika t hitung < 1 t tabel, artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap varaibel dependen.

Pengambilan keputusan dalam uji T dilakukan dengan membandingkan probabilitas variabel independen terhadap variabel dependen dengan nilai alpha yang digunakan, dalam penelitian ini penulis menggunakan alpha 0,05.


(62)

Jika probabilitas variabel independen > 0,05, maka secara hipotesis H0 diterima, artinya variabel independen secara partial (sendiri) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Jika probabilitas variabel independen < 0,05, maka secara hipotesis H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel independen secara partial (sendiri) berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Adapun rumus untuk mendapatkan t hitung adalaha sebagai berikut:

t hitung = (bi – b)/sbi

Dimana :

bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Pada tingkat signifikasnsi 5% dengan kriteria pengujian yang dilakukan sebagai berikut:

a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya salah satu variabel bebas (independent) tidak mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.


(63)

b. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya salah satu variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan berpengaruh secara singnifikan terhadap variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen (Basuki, 2014). Pengujian ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Di mana :

R2 = koefisien determinasi

k = jumlah parameter yang diasumsikan n = jumlah sampel

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini sebagai berikut: a) Merumuskan Hipotesis

H0: β1 = β2 = β3 = β4 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(64)

Ha: β1: β2 : β3: β4 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. b) Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam uji F dilakukan dengan membandingkan probabilitas pengaruh variabel independen secara simultan antara variabel dependen dengan nilai alpha yang digunakan, dalam penelitian ini penulis menggunakan alpha 0,05. Jika probabilitas variabel independen > 0,05, maka secara hipotesis H0 diterima, artinya variabel independen secara simultan (bersama-sama) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen. Jika probabilitas variabel independen < 0,05, maka secara hipotesis H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel dependen.

c. Uji R

Koefisiendeterminasi (R2) adalah untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat dinyatakan dalam presentase. Namun tidak dapat dipungkiri ada kalanya dalam penggunaan koefisien determinasi (R2) terjadi bias terhadap satu variabel bebas yang dimasukan dalam model (Basuki, 2014).


(65)

Nilai R2 adalah terletak pada 0 Nilai R2 ini bekisar antar 0 sampai 1. Jika nila R2 semakin mendekati 1 maka modelnya semakin baik.


(66)

51

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berawal sejak zaman penjajahan Belanda. BPR di Indonesia dimulai sejak abad 19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang dibangun dengan tujuan membantu petani, pegawai, buruh, agar dapat melepaskan diri dari jeratan para rentenir yang membebani dengan bunga yang tinggi.

Pada masa pemerintahan koloni Belanda, BPR dikenal oleh masyarakat dengan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, yang saaat itu hanya ada di Jawa dan Bali. Pada tahun 1929 berdiri badan yang menangani kredit dipedasaan yaitu, Badan Kredit Desa (BKD) yang berdiri di Jawa dan Bali, sementara untuk pengawasan dan pembinaan, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan Rakyat, dengan nama lembaga Instansi Kas Pusat (IKP).

Pada masa setelah Indonesia merdeka, pemerintah mendorong pendirian bank-bank pasar yang terutama sangat terkenal karna di dirikan di lingkungan pasar dan bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa keuangan kepada pedagang pasar. Bank-bank pasar terssebut kemudian tahun 1988 dikukuhkan menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh pesat.


(67)

Bank-bank yang didirikan antara tahun 1950-197 didaftarkan sebagai Perseroan Terbatas (PT), CV, Koperasi, Maskapai Andil Indonesia, Yayasan dan Perkumpulan. Pada masa itu terdiri dari beberapa lembaga keuangan yang didirikan oleh Pemerintah Daerah, Bank Karya Produksi Desa (BKPD) di provinsi Jawa Barat, Badan Kredit Kecamatan (BKK) di provinsi Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di provinsi Jawa Timur, Lumbung Pitih Negeri (LPN) di provinsi Sumatera Barat, dan Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) di provinsi Bali. Pada tanggal 27 Oktober 1988 pemerintah menetapkan kebijakan diregulasi perbankan yang dikenal sebagai Pakto 88. sebagai kelanjutan dari Pakto 88, Pemerintah mengeluarkan beberapa paket perbankan sebagai penyempurnaan dari paket sebelumnya.

Sejalan dengan itu, pemerintah menyempurnakan UU No.14 Th.1967 Tentang pokok-pokok perbankan, dengan mengeluarkan undang-undang No.7 TH.1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut di sempurnakan dalam UU No.10 Th 1998. Dalam UU ini secara tegas ditetapkan bahwa jenis bank di Indonesia adalah Bank Umum dan BPR.

Sekitar tahun 1987-1988, terjadi urbanisasi besar-besaran akibatnya perkembangat perekonomian kota Jakarta sangat pesat. Sedangkan di daerah-daerah lain sangatlah lambat dan hampir tidak berkembang. Dari kondisi tersebut, PT. NUSAMBA membantu pemerintah dan masyarakan dalam upaya pemerataan ekonomi dengan cara mendirikan bank pada awal Februari pada tahun 1990. BPR Nusamba di dirikan secara serentak di pulau Jawa dan


(68)

Bali sebanyak 20 kantor pusat. Pada sekitar akhir tahun 2005 terdapat 38 kantor pelayanan dan pada tahun 2006 bertambah menjadi 70 kantor pelayanan, sedangkan target tahun 2007-2008 adalah lebih dari 100 kantor.

a. Kepemilikan BPR

1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.

2. BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.

3. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama.

4. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.

5. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Merited Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Ketentuan mengenai


(69)

merger, konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b. Pembinaan dan Pengawasan BPR

Pembinaan dan pengawasan bank pada umumnya terdapat dalam UU Pokok Perbankan No 7 tahuun 1992 Bab V tentang Pembinaan dan Pengawasan sebagai fungsi dari Bank Indonesia.

Pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR :

1. Pemberian bantuan dan layanan perbankan kepada lapisan masyarakat yang rendah yang tidak terjangkau bantuan dan layanan bank umum, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada pedagang dan pengusaha kecil di desa daan di pasar agar tidak terjerat rentenir.

2. Membantu pemerintah dalam ikut mendidik masyarak guna memahami pola nasional dengan adanya akselerasi pembangunan.

3. Penciptaan pemertaan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

c. Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD dan BRI

1. BPR yang terdapat di desa sebagai pengganti Bank Desa, kedudukannya ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan Bank desa yang ada dan kegiatannya siarahkan kepada layanan kebutuhan kredit kecil untuk pengusaha,


(70)

pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka yang tinggal dan mempunyai usaha di desa tersebut tetapi tidak atau belum menjadi anggota KUD dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. BPR yang ditetapkan di daerah perkotaan yaitu Bank Pasar, Bank Pegawai atau bank sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha, pedagang di pasar dan di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini yaitu berasal dari dana masyarakat yang dihimpun dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

3. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan pinjaman kepada petani, peternak, dan nelayan yang telah menjadi anggotanya. Dana pemberian kredit berasal dari dana yang dihimpun dari anggota KUD dan kredit yang disalurkan oleh BRI dan BI.

4. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau kredit yang dipinjamkan kepada pengusaha menengah di pedesaan dan di perkotaan.


(71)

B. Perbankan Provinsi Lampung

Kinerja perbankan provinsi Lampung mengalami perkembangan yang melambat sebagaimana tercermin dari penurunan pertumbuhan penyaluran kredit, penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) serta peingkatan kredit. Pertumbuhan penyaluran kredit tercatat sebesar 8,3% (yoy) menjadi Rp 47,6 triliun, sementara resiko kredit atau Non Performing Loans (NPL) meningkat menjadi 2,2%. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 14,3% (yoy) menjadi Rp33,1 triliun. Dengan pertubuhan penyaluran kredit yang melambat diirinngi dengan pertumbuhan DPK yang sedikit lebih tinggi, maka pada triwulan I 2015 kinerja intermediasi perbankan provinsi Lampung menurun dari 147,9% menjadi 143,6%. Perkembangan system pembayaran di provinsi Lampung pada triwulan I 2015, khususnya sistem pembayaran non tunai menunjukan adanya pelambatan pertumbuan sejalan dengan kondisi perekonomian yang belum terakselerasi.

Indikator perbankan di provinsi Lampung menunjukan adanya peningkatan pertumbuhan bisnis perbankan di awal tahun 2015. Aset perbankan di provinsi Lampung tumbuh sebesar 11,0% (yoy) atau mencapai Rp 55,8 triliun, meningkat dibandingkan triwulan IV 2014 yang tumbuh sebesar 10,4% atau mencapai Rp 54,8 triliun.


(1)

98

Uji LM

Lagrange multiplier (LM) test for panel data Date: 04/16/17 Time: 18:04

Sample: 2012 2015

Total panel observations: 44 Probability in ()

Null (no rand. effect) Cross-section Period Both

Alternative One-sided One-sided

Honda 1.760257 0.582178 1.656351

(0.0392) (0.2802) (0.0488)

King-Wu 1.760257 0.582178 1.356204

(0.0392) (0.2802) (0.0875)

SLM 2.515091 1.147981 --

(0.0060) (0.1255) --

GHM -- -- 3.437434


(2)

99

Efek Wilayah

ROA_BPRTAL = -0.189311252511 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRTAL + 0.0357208909426*LDR_BPRTAL - 0.077071683131*BOPO_BPRTAL

ROA_BPRLLB = -0.228257540725 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRLLB + 0.0357208909426*LDR_BPRLLB - 0.077071683131*BOPO_BPRLLB

ROA_BPRTB = -0.841080293142 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRTB + 0.0357208909426*LDR_BPRTB - 0.077071683131*BOPO_BPRTB

ROA_BPRCDM = 0.11401983557 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRCDM + 0.0357208909426*LDR_BPRCDM - 0.077071683131*BOPO_BPRCDM

ROA_BPRIDS = -0.149567057813 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRIDS + 0.0357208909426*LDR_BPRIDS - 0.077071683131*BOPO_BPRIDS

ROA_BPRAC = -0.400518398623 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRAC + 0.0357208909426*LDR_BPRAC - 0.077071683131*BOPO_BPRAC

ROA_BPRBPKBL = -0.812222051409 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRBPKBL + 0.0357208909426*LDR_BPRBPKBL - 0.077071683131*BOPO_BPRBPKBL

ROA_BPRSAU = 0.246869268851 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRSAU + 0.0357208909426*LDR_BPRSAU - 0.077071683131*BOPO_BPRSAU

ROA_BPRDS = -0.103558978008 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRDS + 0.0357208909426*LDR_BPRDS - 0.077071683131*BOPO_BPRDS

ROA_BPRLBS = -0.0656761786873 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRLBS + 0.0357208909426*LDR_BPRLBS - 0.077071683131*BOPO_BPRLBS

ROA_BPRAKM = 2.4293026465 + 7.03969018567 - 0.0279430627075*CAR_BPRAKM + 0.0357208909426*LDR_BPRAKM - 0.077071683131*BOPO_BPRAKM


(3)

100

Lampiran 4 : Uji Asumsi Klasik

Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: RESID?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/25/17 Time: 15:34

Sample: 2012 2015 Included observations: 4 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 44

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.749742 1.213801 0.617681 0.5403

CAR? -0.005750 0.010216 -0.562888 0.5767

LDR? 0.013280 0.010965 1.211176 0.2329

BOPO? -0.005427 0.012095 -0.448711 0.6561

Random Effects (Cross)

_BPRTAL--C -0.058526

_BPRLLB--C -0.282892

_BPRTB--C 0.157643

_BPRCDM--C -0.365284

_BPRIDS--C -0.682632

_BPRAC--C -0.034613

_BPRBPKBL--C -0.226953

_BPRSAU--C -0.063707

_BPRDS--C 0.138357

_BPRLBS--C 0.240357

_BPRAKM--C 1.178249

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.651258 0.3369

Idiosyncratic random 0.913709 0.6631

Weighted Statistics

R-squared 0.065144 Mean dependent var 0.785596

Adjusted R-squared -0.004970 S.D. dependent var 0.896080

S.E. of regression 0.898304 Sum squared resid 32.27800

F-statistic 0.929110 Durbin-Watson stat 1.635727

Prob(F-statistic) 0.435549

Unweighted Statistics

R-squared 0.138599 Mean dependent var 1.367957


(4)

101

Uji Multikoliniearitas

Dependent Variable: CAR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/24/17 Time: 04:13

Sample: 2012 2015 Included observations: 4 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 44

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 19.24549 10.23881 1.879662 0.0673

LDR? 0.096354 0.074190 1.298757 0.2013

BOPO? -0.086772 0.096322 -0.900860 0.3729

Random Effects (Cross)

_BPRTAL--C 22.59308

_BPRLLB--C -9.586819

_BPRTB--C -21.74887

_BPRCDM--C -19.50458

_BPRIDS--C -15.26049

_BPRAC--C -3.601706

_BPRBPKBL--C -16.17654

_BPRSAU--C 57.45344

_BPRDS--C -5.197877

_BPRLBS--C 34.47329

_BPRAKM--C -23.44293

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 21.46858 0.9392

Idiosyncratic random 5.460007 0.0608

Weighted Statistics

R-squared 0.044498 Mean dependent var 2.730816

Adjusted R-squared -0.002112 S.D. dependent var 5.842169

S.E. of regression 5.848335 Sum squared resid 1402.324

F-statistic 0.954689 Durbin-Watson stat 1.431249

Prob(F-statistic) 0.393322

Unweighted Statistics

R-squared -0.110522 Mean dependent var 21.64790


(5)

102

Dependent Variable: LDR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/24/17 Time: 04:14

Sample: 2012 2015 Included observations: 4 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 44

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 88.95159 9.698266 9.171906 0.0000

CAR? -0.103554 0.130269 -0.794927 0.4312

BOPO? -0.079904 0.159690 -0.500368 0.6195

Random Effects (Cross)

_BPRTAL--C 0.325867

_BPRLLB--C -11.08767

_BPRTB--C 6.144000

_BPRCDM--C -4.302168

_BPRIDS--C 4.698391

_BPRAC--C -6.644891

_BPRBPKBL--C 6.054206

_BPRSAU--C -4.577759

_BPRDS--C 1.186169

_BPRLBS--C 3.716616

_BPRAKM--C 4.487240

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 7.747177 0.2762

Idiosyncratic random 12.54093 0.7238

Weighted Statistics

R-squared 0.031582 Mean dependent var 51.38469

Adjusted R-squared -0.015658 S.D. dependent var 13.14280

S.E. of regression 13.24530 Sum squared resid 7192.957

F-statistic 0.668536 Durbin-Watson stat 1.489719

Prob(F-statistic) 0.517955

Unweighted Statistics

R-squared 0.094478 Mean dependent var 81.67528


(6)

103

Dependent Variable: BOPO?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/24/17 Time: 04:14

Sample: 2012 2015 Included observations: 4 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 44

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 55.64832 11.13457 4.997797 0.0000

CAR? 0.238549 0.140461 1.698325 0.0970

LDR? 0.026883 0.121218 0.221774 0.8256

Random Effects (Cross)

_BPRTAL--C 1.539375

_BPRLLB--C 0.694377

_BPRTB--C -10.28210

_BPRCDM--C -5.720186

_BPRIDS--C -9.279987

_BPRAC--C 21.35203

_BPRBPKBL--C -1.971446

_BPRSAU--C -0.606621

_BPRDS--C 12.52238

_BPRLBS--C 12.32253

_BPRAKM--C -20.57035

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 11.98466 0.6144

Idiosyncratic random 9.494760 0.3856

Weighted Statistics

R-squared 0.056794 Mean dependent var 23.20462

Adjusted R-squared 0.010784 S.D. dependent var 10.37418

S.E. of regression 10.31810 Sum squared resid 4364.987

F-statistic 1.234375 Durbin-Watson stat 1.686431

Prob(F-statistic) 0.301604

Unweighted Statistics

R-squared 0.234423 Mean dependent var 63.00807


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KOTA PASURUAN DI KOTAMADYA PASURUAN

1 6 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Keuangan BPR Syariah di Provinsi Lampung

0 16 70

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENTABILITAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN MAGELANG

4 12 144

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi (Survey pada Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Sukoharjo).

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA) PADA Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Eks. Karesidenan Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Eks. Karesidenan Surakarta.

0 2 9

NASKAH PUBLIKASI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Eks. Karesidenan Surakarta.

0 2 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi (Survei pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Boyolali).

0 2 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI WILAYAH KARANGANYAR.

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah Pada Nasabah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Semarang Tahun 2006.

0 0 2