UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh MARJONO

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumberejo tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan alat modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola dan dibungkus dengan plastik, bola dari plastik dan bola plastik dibelah dan di isi busa bekas. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan tiga siklus, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas lima SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumerejo Tanggamus yang berjumlah dua puluh empat siswa, dengan jumlah siswa tujuh laki-laki dan 17 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam. Hasil penelitian temuan awal hanya mencapai ketuntasan 0 %.

Pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola dan dibungkus dengan plastik diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 8,33 %, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 80 %. Pada siklus kedua dengan alat bantu modifikasi bola dari plastik dan alat bantu berupa kardus bekas air mineral diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami

peningkatan menjadi 37,5 %, pada siklus ketiga dengan alat bantu modifikasi bola plastik yang dibelah dan diisi busa bekas diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami penigkatan menjadi 87,5 %. Hal ini berarti proses pembelajaran telah diatas ketuntasan klasikal.


(2)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MARJONO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh MARJONO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam .... 25

2. Pelaksanaan menendang bola dengan kaki bagian dalam ... 25

3. Bola plastik ... 28

4. Spiral PTK ... 32


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar ... 8

B. Pendidikan Jasmani ... 18

C. Keterampilan Gerak Dasar ... 21

D. Sepakbola ... 22

E. Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam ... 24

F. Modifikasi Alat Pembelajaran... 26

G. Kerangka Konsep ... 28

H. Hepotesis ... 29

III.METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 30

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Tempat dan Waktu ... 33

D. Rancangan Penelitian ... 33

1. Siklus I ... 34

2. Siklus II ... 35

3. Siklus III ... 36

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38


(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 39

B.Pembahasan ... 45

C.Uji Hipotesis ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 55

2. Surat izin melaksanakan penelitian ... 56

3. RPP ... 57

4. Tahap Penilaian ... 65

5. Nilai pada setiap siklus ... 69

6. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 1 dan kkm ... 70

7. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 2 dan kkm ... 71

8. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 3 dan kkm ... 72

9. Dokumentasi gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Sepakbola ... 73

10. Kartu bimbingan skripsi ... 77


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Deskripsi Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki

Bagian Dalam Pada Sepakbola ... 40 2. Deskripsi Daya Serap Penilaian Pada Setiap Siklus ... 42


(9)

MOTTO

1. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di

sisi Allah SWT orang yang paling Taqwa (Q.s Al Hujarat:13)

2. Mencintai pujian manusia biasa membuat seseorang

menjadi buta dan tuli (H.R. Dailani)

3. Carilah ilmu, dan cari pula bersama ilmu itu


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Drs. Usman Adam, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ....…………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 0003


(11)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Marjono

NPM : 1013126018

Tempat tanggal lahir : Pekon singosari Talang Padang 08 November 1964 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2012 sampai dengan 23 februari 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Apabila ternyata dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan jiplakan orang lain/hasil karya orang lain maka saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tanggamus, 2012


(12)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobil’Alamin

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan rezeki kepada penulis sehingga

penulis dapat mempersembahkan karya tebaik kepada Bapakku Paimin (alm) dan Mamakku Poniyem (alm) yang sangat berarti

dalam hidupku.

Istriku Lily Supartini, Anakku Barep Agung Suhartono, Yayi Ayu Wulandari, dan Ade Bayu Supratman yang penulis sayangi. Terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat

penulis menjadi kuat dan tegar untuk berusaha memberikan karya terbaik ini.


(13)

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA

DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO

TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Marjono Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126018

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan Rekreasi Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Pembimbing

Drs. Baharuddin Rizak, M.Pd. Drs. Usman Adam, M.Pd. NIP 195105071981031002 NIP 195202291983031004


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Singosari Kecamatan Talang Padang Pada Tanggal 08 November 1964. Sebagai anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Paimin dan Ibu Poniyem.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan Formal Sekolah Dasar di SDN 1 Sumbersari pada tahun 1979, kemudian menyelesaikan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Sumberejo pada tahun 1982, dan

menyelesaikan Pendidikan Sekolah Guru Olah Raga (SGO) Siliwangi Talang Padang pada tahun 1985.

Penulis tercatat menjadi mahasiswa Universitas Terbuka dan Tamat pada tahun 2003, dan pada tahun 2010 penulis tercatat menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan

Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui program S1 Dalam Jabatan.


(15)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Dzat yang senantiasa menganugrahkan ilmu pengetahuan kepada manusia dengan perantara kalam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagia Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo TanggamusTahun Pelajaran 2011/2012”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila;

2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila;

3. Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis. 4. Drs. Usman Adam, M.Pd. selaku pembimbing atas kesediaannya

memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

5. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan FKIP Unila yang telah memberikan motivasi dan sarannya.

7. Bapak Sumarta, A.Ma.Pd. selaku Kepala SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumberejo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas V tahun pelajaran 2011/2012.

8. Siswa-siswi kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo tahun pelajaran 2011/2012 atas kerjasamanya.


(16)

9. Teman-teman seperjuanagan angkatan 2010 S1 dalam jabatan.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tanggamus, 2012 Penulis,


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang melalui proses pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep-konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan


(18)

2 jasmani berperan serta dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral.

Permainan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama karena karakteristik permainannya yang mengutamakan kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan kemampuan penalaran di samping dapat mengembangkan kemampuan gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, tanggung jawab dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat.

Menurut UU RI No.3 tahun 2005 Bab IV Pasal 8 setiap warga negara berkewajiban untuk berperan serta dalam kegiatan olahraga dan memelihara prasarana dan sarana olahraga serta lingkungan. Faktor yang menunjang dalam proses pembelajaran sepakbola adalah sarana dan media belajar yang digunakan. Sarana dan fasilitas serta peralatan yang dipergunakan akan


(19)

3 berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan bermain sepakbola,

ketersediaan fasilitas yang digunakan tidak sesuai akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran sepakbola di sekolah sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani.

Pelaksanaannya adalah dengan menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh dan dapat mengubah gaya hidup menjadi aktif dan sehat. Gerak tersebut terbagi unsur gerak antara lain melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat. Sering kita jumpai anak-anak maupun orang dewasa yang melakukan bermain sepakbola dengan menggunakan fasilitas yang sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa bermain sepak bola sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak maupun orang dewasa. Salah satu gerak dasar bermain sepakbola adalah menendang bola.

Menendang bola merupakan usaha dari seorang pemain untuk memainkan bola dengan kaki untuk dioperkan kepada temannya untuk mencetak gol ke gawang lawan. Menendang bola merupakan gerak dasar yang penting


(20)

4 dikuasai sebelum menguasai gerak dasar yang lain. Dalam menendang bola seorang pemain harus mampu mengantisipasi datangnya bola, kemudian mengoper kepada temannya sebagai umpan atau untuk mencetak gol ke gawang lawan. Oleh karena itu maka upaya untuk meningkatkan

penguasaan gerak dasar menendang bola maka perlu diajarkan secara baik dan benar di sekolah.

Pengalaman penulis mengajar untuk siswa SD masih banyak yang kurang berani membawa bola/menendang bola pada waktu bermain dikarenakan bola takut lepas dari penguasaannya. Pada umumnya saat menendang bola yang terjadi tendangan dengan ujung sepatunya sehingga bola tidak sesuai dengan tujuan bermain.

Di antaranya pada pelaksanaannya perkenaan bola pada kaki bagian dalam di bagian ujung kaki dan posisi tubuh saat menendang bola. Setelah penulis amati dari beberapa tahun yang lalu berkisar 70 % dari siswa masih kurang menguasai gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalamnya. Jika ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat menguasai gerak dasar menendang bola tidak lebih dari 25 - 30 % di karenakan hal yang telah dikemukakan di atas salah satu penyebab rendahnya hasil belajar gerak dasar menendang bola, jika dilihat dari hasil Keriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di SDN 1 Kebumen Sumberejo adalah 65.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis perlu menindak lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak


(21)

5 Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Masih rendahnya kemampuan penguasaan gerak dasar menendang bola

dengan kaki bagian dalam pada siswa kelas V di SDN 1 Kebumen Sumberejo.

2. Masih banyak siswa menendang bola yang dilakukan dengan kaki bagian ujung.

3. Masih rendahnya minat dan motivasi siswa putri dalam belajar sepakbola.

C. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang, identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah modifikasi alat pembelajaran dapat memperbaiki dan

meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagaian dalam pada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo”.


(22)

6

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dalam

sepak bola dengan modifikasi bola plastik, bola terbuat dari busa dan kertas bekas dibuat berbentuk bola, dan karet.

2. mengatasi kendala yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan

pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam untuk sepakbola yang dihadapi siswa pada pembelajaran bermain sepak bola pada siswa kelas V di SDN 1 Kebumen Sumberejo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan masukan bagi:

a. Bagi penliti

Dapat menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan sepakbola.

b. Bagi siswa

Sebagai motivasi dalam meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam untuk sepakbola.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai penggunaan modifikasi alat pembelajaran (bola plastik, kertas dan busa bekas yang digulung berbentuk bola, dan bola karet) pada sepakbola


(23)

7 d. Bagi Program Studi

Sebagai informasi dan acuan bagi pihak yang ingin melaksanakan penelitian sejenis di sekolahnya.


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Mengajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi suatu proses mencapai tujuan atau merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau pada dirinya terjadi perubahan tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi terampil dalam menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar. Misalnya perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama bukan karena belajar, bayi yang tadinya tidak dapat duduk menjadi bisa duduk. Margaret E. Bell Gredler (1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Menurut A. Tabrani Rusyan (1989: 7), belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.


(25)

9 Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman atau latihan. Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112)

mengungkapkan Learning is process by wich an activity originates or changed trough trainingg procedurs (wethwr in the laboratory or in the natural

environment) as distinguised from changes by factorr not atributable to training.

Belajar adalahproses perubahan melalui pendidikan yang terbentuk melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di laboraturium maupun di lingkungan.

Suryabrata (2004: 2) Learning accurs when there is a change in a person’s

cognitif stucture. Ranah kognitif ialah berkenaan dengan perilaku yang

berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah

berdasarkan apa yang dipelajari dengan menggunakan sikap, nilai-nilai, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial, serta tingkat penerimaan atau penolakan

terhadap sesuatu, jika seseorang memiliki kecerdasan olahraga maka keterampilanya akan seimbang yang ditujukan dengan psikomotornya atau keterampilannya. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki tiga ciri pokok yaitu: (a) tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual, (b) kemampuan berlaku dalam waktu relatif lama, (c) kemampuan baru diperoleh melalui usaha, Kemampuan manusia yang diperoleh sebagai hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: (1) achievemen merupakan kemampuan intelektual,

(2) Capasity, merupakan suatu kemampuan potensial dan (3) atitude atau bakat


(26)

10 Slameto (1995: 2) menekankan bahwa belajar suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini menunjukkan bahwa segala perubahan tingkah laku individu yang diakibatkan belajar diperoleh melalui pengalaman. Selain itu berkembang pula psikologi belajar lainnya yang menggunakan pendekatan praktek atau

eksperimen seperti koneksionisme.

Thorndike dalam Hamzah (2007: 11) menemukakan bahwa belajar adalah interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon dari 3 domain tersebut. Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan perubahan perilaku dan merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara sengaja meliputi keterampilan dan sikap dan pengetahuan baru.

Berdasarkan konsep belajar di atas antara lain memberikan penjelasan bahwa untuk memperoleh perubahan tingkah laku dilakukan melalui aktivitas berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu pengalaman. Dengan demikian proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan menghasilkan perubahan pada diri siswa, perubahan-perubahan pada sektor kognitif yang diperoleh dari usaha belajar itulah yang disebut kemampuan. Maka berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam suatu proses belajar dapat dilihat dari kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana; 1996: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.


(27)

11 Produk dari suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur dengan tes kemampuan belajar yang tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, tetapi juga faktor lain yang berada di luar pengaruh sistem pendidikan, di samping kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi belajar siswa dapat mengukur tinggi rendahnya kemampuan belajarnya yang ditujukan dengan nilai ataupun dapat berupa skill atau keterampilan khususnya di bidang olahraga. Kemampuan siswa yang merupakan perubahan tingkah laku sebagai bukti hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi tertentu.

Bloom dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membuat klasifikasi hasil belajar menjadi 3 dimensi, yaitu : ranah kognitif, afektif dan psikomotor, ahli lain Kingsley dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membagi tiga macam hasil belajar yaitu meliputi : (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) persepsi dan cita-cita. Hasil belajar itu berasal dari tiga sumber: (a) pelajarannya, (b) filosofi pendidikan dan pembelajaran, (c) karakteristik siswa. Namun biasanya kemampuan seseorang hanya diukur dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran saja tanpa melihat prosesnya. Sedangkan kemampuan seseorang secara luas dapat meliputi: (a) kepandaian dan kebiasaan, (b) kemampuan sosial, dan (c) berpikir abstrak dan kreatif.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2004: 27).


(28)

12 Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” yaitu : 1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar, baik aktual maupun potensial, 2) Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatip lama, dan 3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Belajar adalah berubah atau perubahan. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari sederhana menjadi kompleks dan selanjutnya. Masalah belajar merupakan masalah manusia, oleh karena itu untuk mengupas masalah belajar dapat didekati dengan berbagai macam cara pendekatan. Ahli fisiologi, ahli pendidikan, ahli biofisika, pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani, mempunyai cara

pendekatan yang berbeda-beda dalam mengupas masalah belajar.

Manusia sebagai mahluk psiko-bio-sosial-kultural, mengalami berbagai masalah yang menyangkut kehidupanya. Upaya mengatasi persoalan hidupnya, membuat manusia bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa.

Pengalaman dalam menghadapi masalah kehidupan, akan mendorong manusia untuk beradaptasi dan mengalami perubahan. Proses adaptasi tersebut

merupakan sebagian dari proses belajar. Bergerak merupakan bagian dari persoalan hidup.

Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mangantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil . Schmidt (1998 : 346) mendefinisikan: motor learning is a set of


(29)

13

processes associated with pratice or experience leading to relatively permanent

changes in the capability for responding.

Selanjutnya untuk memahami perilaku gerak (motorik) dapat didekati dengan Pendekatan psikologis. Hal ini dimungkinkan karena proses belajar gerak atau keterampilan bukan semata-mata karena gejala neuro-fisiologis. Dalam proses belajar, faktor mental ikut berpengaruh. Proses belajar melibatkan berbagai faktor jiwa dan raga sebagai satu kesatuan.

Menurut Oxendine seperti yang dikutip oleh Lutan (1999: 122) mengklasifi- kasikan teori belajar gerak berdasarkan pendekatan psikologis dibagi menjadi dua kategori utama yaitu kelompok teori asosiasistimulus-respon dan teori kognitif. Selanjutnya menurut Guthrie yang dikutip oleh Lutan (1999: 122), drill

berguna untuk memperlancar siswa melakukan lebih banyak respos yang tepat dan benar.

Belajar menurut kelompok teori kognitif adalah pembelajaran mengorganisasikan rangsang atau persepsinya ke dalam suatu pola atau bentuk secara keseluruhan. Menurut Oxendine dikutip Lutan, ada tiga hal penting dari aktivitas pembelajaran untuk mengolah rangsang yang diterimanya, yaitu; pertama, menghubungkan satu rangsang dengan yang lain; kedua, merumuskan sementara tentang kaitan antara cara (alat) dan tujuan; ketiga, berprilaku untuk mencapai tujuan. Belajar gerak menurut teori ini, adalah bahwa suatu keterampilan cabang olahraga dilakukan secara keseluruhan dari sikap awal sampai sikap akhir. Siswa atau


(30)

14 pebelajar mencoba untuk mengkaitkan bagian-bagian dari teknik lempar lembing melaui persepsinya terhadap bagian-bagian teknik tersebut.

Meskipun kedua kelompok teori belajar tersebut memiliki perbedaan, namun juga memiliki beberapa persamaan. Kelompok teori koneksionisme lebih menekankan atau mementingkan unsur stimulus dan respons, sedangkan

kelompok teori kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar itu sendiri dalam

mengorganisasikan rangsang. Dengan kata lain kelompok kognitif memandang interpretasi pebelajar terhadap rangsang sangat penting, dan kelompok

koneksionisme memandang kaitan antara stimulus dan respons yang penting. Dalam penerapannya, kedua teori tersebut saling mengisi kekurangan masing-masing.

Pendapat tentang belajar dikemukakan juga oleh Singer (1980: 1), yang

menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam belajar gerak, yang bergerak dan beroperasi secara dinamis. Ketiga komponen tersebut yaitu pebelajar, aktivitas, dan situasi atau kondisi lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi untuk menghasilkkan perubahan perilaku. Belajar mengakibatkan perubahan dalam diri pribadi dan selalu terefleksi dalam perilaku yang dapat diamati. Perubahan tersebut secara relatif permanen sebagai konsekuensi dari pengalaman atau latihan.

Belajar gerak dalam pandangan tersebut nerupakan perubahan tingkah laku dalam domain psikomotor (keterampilan) merupakan perubahan tertentu,


(31)

15 misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi anak yang terampil dalam menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepakbola. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar.

1. Pembelajaran

Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar di satu pihak dan siswa belajar di lain pihak. Keduanya menunjukkan aktifitas yang seimbang, hanya berbeda peranannya saja, (Oemar Hamalik, 2004: 54)

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Persoalan pembelajaran memiliki beberapa lingkup pembelajaran di antaranya komunikasi, motivasi dan poduktifitas (Barbara,1994: 89). Metode dan teori pegelolaan banyak diaplikasikan pada bidang pengelolaan dan sumber maupun secara lebih luas dalam mengelola perubahan. Pengelolaan tersebut dapat berupa kondisi siswa maupun sumber belajar, perpustakaan, sarana dan lain-lain.


(32)

16 Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah proses penguasaan psikomotor yang memerlukan keterampilan gerak. dimana terjadinya

pembelajaran dapat melalui serangkaian proses yang terjadi secara alamiah dan formal. Teknologi pembelajaran berkembang secara konsisten melalui teori dan praktek. Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek. Sehingga teori-teori yang ada dapat digunakan sebagai panduan dalam

pengembangan khususnya di kawasan pengelolaan bidang pendidikan. Elemen-elemen yang mungkin berhubungan dengan aplikasi dan praktek pembelajaran yaitu jenis pelajaran, sifat dan karakteristik pebelajar, organisasi dimana berlangsung pembelajaran yaitu sekolah, kemampuan sarana yang tersedia dan keahlian para guru.

2. Mengajar

Menurut Slameto (1995: 30) mengajar merupakan membimbing siswa dalam proses belajar. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid tetapi guru juga harus berusaha agar siswa mau belajar karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu menyiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa dan guru juga harus memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar mau belajar. Disinilah letak kerumitan pembelajaran bagi seorang guru.

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan


(33)

17 diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Para ahli telah merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Oemar Hamalik (2003) ”Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa”. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”penambahan pengetahuan”.


(34)

18

B. Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara

menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa sosialisasikan ke dalam aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga.

Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan mental. Hal ini sesuai pendapat Wirjasantosa (1984: 30) yang mengartikan pendidikan jasmani ialah suatu susunan kegiatan manusia yang direncanakan untuk merancang dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan dan pembentuk watak serta nilai dan sikap bagi warga negara sebagai kelengkapan dari pendidikan.

Lebih jauh Wirjasantosa (1984: 30) menjelaskan bahwa tujuan akhir dari pembelajaran olahraga menuju kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani meliputi kekuatan dan kesegaran, keterampilan permainan olahraga, menghindari sikap buruk. Sedangkan rohaninya adalah membina rasa percaya diri, mengembang- kan kehalusan budi, memperkuat harga diri dan memberikan kepuasan serta kegembiraan.

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan


(35)

19 jasmani, melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan upaya mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran pendidikan jasmani. Istilah

pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah belajar dan mengajar. Untuk memahami hakikat Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan pemahaman tentang belajar, terutama belajar gerak (motorik), pembelajaran pendidikan jasmani, dan perkembangan kemampuan motorik.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting diberikan mulai dari usia prasekolah sampai perguruan tinggi, yang tidak terlepas dari pendidikan lainya. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani, seperti semboyan olahraga mensana incoperensana artinya di dalam tubuh yang sehat terletak jiwa yang waras. Bahkan keberhasilan berbagai pendidikan mudah dicapai apabila pendidikan jasmani dilaksanakan sebaik-baiknya di sekolah. Selanjutnya pendidikan jasmani merupakan satu-satunya pendidikan yang peduli terhadap, nilai-nilai sportivitas, fair play, kejujuran, kerjasama dan merangsang tumbuh kembangnya jasmani anak.

Menghindari salah pengertian terhadap pendidikan jasmani, perlu kiranya dijelaskan bahwa pendidikan jasmani diajarkan di sekolah bukan hanya mata pelajaran gerak badan saja, melainkan pendidikan yang erat sangkut pautnya dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani saja. Karena disebutkan bahwa keadaan jasmani anak tidak terlepas dari rohani akan tetapi malah saling


(36)

20 pendidikan jasmani itu sebenarnya merupakan pendidikan keseluruhan atau kepribadian, maka tidak mengherankan jika pendidikan jasmani juga besar sekali gunanya dalam pembentukan rohani anak.

Berkaitan dengan hal tersebut di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2006: 25), mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan dinyatakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan, berfikir kritis, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.


(37)

21 Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak

menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fifik, mental, emosi, sosial dan moral.

C. Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah ”gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. Gerak non lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan,

mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk


(38)

22 koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan

menendang.

D. Sepakbola

Pada tanggal 8 Desember 1863 di Cambridge diumumkan secara resmi peraturan permainan sepak bola yang disusun oleh The Football

Association, dan demikian lahirlah peraturan permainan sepak bola modern seperti yang kita kenal sekarang ini. Perkembangan bidang organisasi maupun permainan berturut-turut mengalami perubahan atau

penyempurnaan. Berhubung the Football Association merupakan satu-satunya organisasi nasional Inggris yang mengatur sendiri mengenai peraturan permainan, maka pada tahun 1882 dengan dihadiri oleh utusan-utusan dari perserikatan sepak bola Inggris, Scotlandia, Irlandia dan Wales didirikan badan khusus yang diberi nama ”The Interntional Football

Association Board”, yang kemudian dikenal dengan nama sehari-hari

International Board” disingkat dengan I.B. Pada tanggal 21 Mei 1904 atas

inisiatif Guerin dari Perancis didirikan federasi sepak bola internasional yang diberi nama “Federation International de Football Association” disingkat menjadi FIFA yang mula-mula beranggotakan tujuh negara,ialah: Perancis, Belgia, Denmark, Nederland, Spanyol, Swedia dan Swiss, dan Guerin mendapatjan kehormatan sebagai ketua FIFA yang pertama kali. Badan pemerintahan sepak bola adalah the Federation Internatianal


(39)

23 Soekatamsi (1995: 11), mengatakan bahwa sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua buah regu, masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepak bola dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya lapangan kurang lebih berbanding 3 dengan 4. Pada kedua garis lebar lapangan di tengah-tengahnya masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling berhadapan. Di dalam permainan digunakan sebuah bola yang bagian luarnya terbuat dari kulit didalam terbuat dari karet diisi dengan udara.

Sedangkan menurut Joseph A. Luxbacher (2001: V) sepakbola adalah olahraga yang menentang fisik dan mental, permainannya harus melakukan gerakan terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan

Permainan sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regunya terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga gawang. Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh anggota badan kecuali kedua lengan (Soekatamsi, 269).

Permainan sepakbola dimainkan olah dua regu yang masing-masing regu beranggota- kan 11 orang. Masing-masing regu mempertahankan sebuah gawang dan membobol- kan bola ke gawang lawan. Setiap tim memiliki kiper yang bertugas untuk menjaga gawang. Kiper diperbolehkan untuk mengontrol bola dengan tangannya di dalam daerah pinalti yaitu daerah yang berukuran lebar


(40)

24 40,22 meter dan panjang 16,5 meter pada garis akhir. Pemain lainnya tidak diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan mereka untuk mengontrol bola, tapi mereka dapat menggunakan kaki, tungkai atau kepala. Gol diciptakan dengan menendang atau menanduk bola ke dalam gawang lawan. Setiap gol dihitung dengan skor satu, dan tim yang paling banyak menciptakan gol memenangkan pertandingan.

E. Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam

Di dalam permainan menggunakan sistem ”man to man” maka menendang bola dengan kaki dalam merupakan kebutuhan gerak dasar yang penting dari taktik perorangan. Menendang juga dimaksud untuk menyelamatkan bola apabila tidak ada kemungkinan untuk passing dengan segera.

Di dalam menendang bola dengan kaki dalam seorang pemain harus dapat mengontrol bola dengan baik. Bola harus dikontrol dengan baik di daerah yang sempit, yang mana berarti bahwa bola selalu disentuh pada setiap langkah. Satu hal yang perlu diperhati- kan di dalam latihan menendang bola dengan kaki dalam ialah setiap pemain dianjurkan untuk menggunakan kedua kaki sebagai keperluan untuk melindungi bola terhadap serangan lawan. Pandangan tidak boleh selalu pada bola, tetapi diutamakan pengamatan situasi lapangan.


(41)

25

Gambar 1. Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki dalam

1) Metode Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam

Menendang bola dengan kaki bagian dalam, Posisi kaki yang digunakan untuk menendang bola dengan kaki bagian dalam sesuai dengan kaki pada waktu menendang bola dengan kaki bagian dalam. Kaki diputar keluar pada pergelangan kakinya lurusmenghadap kedepan lutut sedikit ditekuk dan bola disentuh pada titik pusatnya dengan kaki bagian belakangnya.

Gambar 2. Pelaksanaan menendang bola dengan kaki bagian dalam


(42)

26

F. Modifikasi Alat Pembelajaran

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal dari kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan ”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah ”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam

pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah ”yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu”. Alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola


(43)

27 gerak secara benar. “Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ). Menurut Azhar Arsyad ( 2005: 7 ) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. ”Alat bantu adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu (peraga) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efisien”.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat bermain merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat bermain yang sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Modifikasi alat bermain merupakan bagian dari inovasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif dalam hal ini antara lain pengembangan dan produksi alat-alat pelajaran.

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan bola plastik yang relatif lebih ringan dan tidak keras. Hal ini dapat memberikan


(44)

28 kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar menendang bola seperti yang diharap- kan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang ditimbulkan saat mengoper bola. Berikut ini adalah modifikasi alat permainan yang akan digunakan.

Gambar 3. Bola Plastik

G. Kerangka Konsep

Pengamatan

Pengamatan

Pengamatan

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam tanpa pengarahan

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi alat bantu bola yang terbuat dari busa bekas dan dibungkus dengan plastik

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi alat bantu kardus bekas air mineral.

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi bola plastik yang dibelah dan diisi busa bekas dan kardus bekas air mineral.


(45)

29

H. Hipotesis

”Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Dengan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo”.


(46)

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subyek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan pada Siswa SDN 1 Kebumen Sumberejo.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang ”di coba sambil berjalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Arikunto (1998 : 82). Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja. 2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik. 3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral

Arikunto (2009: 57) menjelaskan bahwa (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti atau dilakukan langsung oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai


(47)

31 peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajan. Sedangkan menurut pendapat Aqib (2007: 17) Penelitian tindakan kelas (classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada

penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. a. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut :

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

2. Membantu guru berkembang secara profesional

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan (Wardani dkk, 2006: 133). b. Tujuan PTK

PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk

memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

berkesinambungan. Tujuan ini ”melekat” pada diri guru dalam penunaian misi profesional pendidikannya ( Aqib, 2007: 18). Suharsimi Arikunto (2008: 73), mengemukakan prinsip PTK, yaitu :


(48)

32

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI SIKLUS 1

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI SIKLUS 2

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI SIKLUS 3

b. Harus dipersiapkan dengan rinci dan matang

c. Tindakan harus konsisten dengan rancangan

d. Masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru

Gambar 4. Spiral P T K. (Hopkins,1993) dalam Arikunto(1991 : 105)

Keterangan Gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap

perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses


(49)

33 hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran yang mengutamakan hasil ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Subyek Penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998: 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo berjumlah 24 orang.

C. Tempat dan Waktu

a. Tempat Penelitian

Nama Sekolah : SDN 1 Kebumen Sumberejo


(50)

34 b. Pelaksanaan Penelitian

Lama penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan

D. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut menunjukan kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan bola modifikasi terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola terbuat dari kertas dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk proses pelaksanaan pembelajaran.

3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 syaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu sikap awalan, pelaksanaan dan akhir cara menendang bola dengan kaki bagian dalam.


(51)

35 3. Sebelumnya siswa diberikan contoh menendang bola dengan kaki bagian

dalam, dimulai dari sikap awalan, pelaksanaan, dan akhir dengan

menggunakan bola modifikasi bola terbuat dari kertas dan plastik bekas. 4. Diberikan pengulangan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian

dalam secara bergantian dan berurutan.

5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya menggunakan instrumen gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam. c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2. Saat penilaian tempat testor berjauhan untuk menjaga objektifitas. d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi disimpulkan oleh guru Penjas sebagai testor. 2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua, Setelah didiskusikan

maka tindakan pada siklus kedua adalah menggunakan bola plastik.

2. Siklus Kedua

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.


(52)

36 4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi pada saat pada saat penilaian.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Siswa diberikan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, guru memberikan contoh mulai dari sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.

3. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam berulang-ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini secara berurutan dengan bola plastik.

4. Pada proses pembelajaran guru mengamati dari pelaksanaan

pembelajaran agar sesuai dengan program yang direncanakan, kemudian memberikan koreksi jika dalam pelaksanaan masih ada siswa yang melakukan gerakan yang salah.

c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2. Saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas. d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang bola dengan kaki bagian dalam disimpulkan berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa melalui refleksi dan hasil observasi siklus ke-2 belum mencapai 80 % yang tuntas dalam pembelajaran dengan demikian penelitian ini dilanjutkan ke siklus ketiga.


(53)

37

3. Siklus Ketiga

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.

3. Menyiapkan alat modifikasi bola plastik diisi busa sebanyak 24 buah dan kardus bekas 24 buah.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera ) dan rubrik penilaian.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan,

pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.

3. Sebelumnya siswa diberikan contoh gerak melakukan pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang benar, dari mulai sikap awalan, pelaksanaan.

4. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam berulang- ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini secara berurutan dengan bola plastik.

c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.


(54)

38 2. Saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas. d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang bola dengan kaki bagian dalam dapat disimpulkan dari hasil observasi siklus ketiga telah mencapai ketuntasan di atas 80 % pembelajaran dengan

demikian maka penelitian ini dihentikan setelah siklus ke-3 ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu lagi diuji coba dan dihitung validitas dan reliabelitasnya. Instrumen penilaian menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepak bola dapat dilihat dilampiran 3 halaman 66.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus berikut: P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Sari, 2006 : 35)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. N : Jumlah siswa yang mengikuti tes.


(55)

51

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas

dibuat seperti bola dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola pada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.

2. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik sebanyak 24 buah

untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbolapada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.

3. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik yang dibelah dan diisi

busa bekas dan kardus bekas air mineral sebanyak siswa dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola pada siswa kelas V SDN 1

Kebumen Sumberejo.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat


(56)

52 menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola.

2. Untuk siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo agar selalu berupaya

meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola.

3. Bagi peneliti lainnya agar penelitian ini kiranya dapat dikembangkan

lebih lanjut dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada


(57)

53

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi

dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

Jakarta: Depdiknas.

Roji. 2004. Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-viisual. PT. Gramedia. Jakarta

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1


(58)

54 Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sukintaka. 2005. Metodik Pembelajaran Sepakbola Bagi Pemula. PT Rineka Cipta. Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen


(1)

3. Siklus Ketiga a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.

3. Menyiapkan alat modifikasi bola plastik diisi busa sebanyak 24 buah dan kardus bekas 24 buah.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera ) dan rubrik penilaian. b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan,

pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.

3. Sebelumnya siswa diberikan contoh gerak melakukan pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang benar, dari mulai sikap awalan, pelaksanaan.

4. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam berulang- ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini secara berurutan dengan bola plastik.

c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.


(2)

Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang bola dengan kaki bagian dalam dapat disimpulkan dari hasil observasi siklus ketiga telah mencapai ketuntasan di atas 80 % pembelajaran dengan

demikian maka penelitian ini dihentikan setelah siklus ke-3 ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu lagi diuji coba dan dihitung validitas dan reliabelitasnya. Instrumen penilaian menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepak bola dapat dilihat dilampiran 3 halaman 66.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus berikut:

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Sari, 2006 : 35) Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. N : Jumlah siswa yang mengikuti tes.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas

dibuat seperti bola dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola pada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.

2. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik sebanyak 24 buah

untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbolapada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.

3. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik yang dibelah dan diisi

busa bekas dan kardus bekas air mineral sebanyak siswa dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola pada siswa kelas V SDN 1

Kebumen Sumberejo. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat


(4)

meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola.

3. Bagi peneliti lainnya agar penelitian ini kiranya dapat dikembangkan

lebih lanjut dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Roji. 2004. Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-viisual. PT. Gramedia. Jakarta

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1


(6)

Sukintaka. 2005. Metodik Pembelajaran Sepakbola Bagi Pemula. PT Rineka Cipta. Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM DENGAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 3 SUKOHARJO I PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 35

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM DENGAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 3 SUKOHARJO I PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 37 38

PENINGKATAN GERAK DASAR MENGGIRING BOLA DENGAN KURA-KURA KAKI DALAM SEPAKBOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 9 GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 38

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING ATAS DALAM BERMAIN BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 DADAPAN, SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 6 40

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 58

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 41

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 41

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR MENENDANG BOLADENGAN KAKI BAGIAN DALAM DENGAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 2 BANYUWANGI PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 40

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM DENGAN MODIFIKASI ALAT SISWA KELAS V SDN 1 BANYUWANGI PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 4 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 30 41