ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KUALITAS PRODUK DAN IKLAN TERHADAP MINAT MEMBELI ULANG SHAMPO PANTENE DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KUALITAS PRODUK DAN IKLAN TERHADAP MINAT MEMBELI ULANG SHAMPO PANTENE

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Dyan Iesti Novianty1, Ayi Ahadiat2, dan Aida Sari3

Persaingan dunia bisnis semakin lama terasa semakin ketat dalam memperebutkan dan mempertahankan konsumen. Industri yang dilanda persaingan ketat dewasa ini adalah industri yang bergerak di kategori fast moving customer goods (FMCG), salah satunya adalah produk shampo. Dengan banyaknya muncul jenis shampo, pantene menjadi Top brand pada tahun 2012. Atas dasar hal tersebut, penelitian memfokuskan pada masalah “Apakah kualitas produk dan iklan berpengaruh terhadap minat membeli ulang shampo pantene?. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kualitas produk dan iklan shampo pantene terhadap minat membeli ulang.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner. Model penelitian yang dikembangkan terdiri dari 3 variabel yaitu kualitas produk (X1), iklan (X2), dan minat membeli ulang (Y). Pengujian ini dilakukan menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan jumlah responden 100 orang.

Analisis data menunjukkan hasil variabel kualitas produk dan kualitas produk memiliki masing-masing nilai koefisien sebesar 0,299 dan 0,216. Dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan untuk penelitian ini maka dapat dinyatakan bahwa minat membeli ulang dipengaruhi secara positif oleh kualitas produk dan iklan. Kata Kunci : kualitas produk, iklan, minat membeli ulang

1. Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2. Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis


(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan dunia bisnis semakin lama terasa semakin ketat dalam memperebutkan dan mempertahankan konsumen. Semakin banyak munculnya produk-produk yang inovatif secara terus-menerus dalam waktu yang relatif singkat sehingga semakin banyak alternatif produk yang dapat dipilih oleh konsumen. Di satu sisi, konsumen akan dibuat senang dengan semakin bervariasinya produk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan, namun di sisi lain konsumen tentu akan semakin bingung memilih produk yang akan dikonsumsi. Perusahaan dituntut untuk dapat mengembangkan produk-produknya dan berlomba-lomba merebut perhatian konsumen dengan menginformasikan dan menawarkan produk mereka agar menjadi pemenang dalam pasar persaingan.

Industri yang dilanda persaingan ketat dewasa ini adalah industri yang bergerak di kategori fast moving customer goods (FMCG). Salah satu segmen yang paling menjanjikan adalah shampoo yang saat ini semakin banyak jenis dan merek yang beredar di pasaran. Konsumen pun semakin jeli dan kritis dalam memilih shampoo yang ada. Konsumen akan menggunakan produk shampo yang menurut persepsinya terbaik.


(3)

2

Bisnis shampo di Indonesia, mempunyai persaingan pasar yang begitu pesat. Konsumen tidak hanya memilih produk dengan harga yang murah tetapi juga memperhatikan kualitas dari produk tersebut. Perusahaan dituntut untuk berlomba-lomba dalam menciptakan produk dengan kualitas yang baik untuk konsumen. Iklan digunakan perusahaan sebagai promosi produk untuk memenangkan persaingan menghadapi pesaingnya dalam memperebutkan konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan gencarnya penayangan iklan di media televisi. Selain iklan, pelanggan lama, teman, kenalan dan ahli yang independen akan mampu meyakinkan konsumen secara persuasif tantang kualitas sebuah produk.

Ketika konsumen menjatuhkan pilihannya pada suatu merek tertentu untuk menjadikannya bagian dari konsumsi, ada rangkaian proses pemenuhan informasi yang terjadi dan secara terus menerus tetap berlangsung dalam pikiran konsumen (Riyanto, 2008). Kondisi seperti ini, perusahaan dituntut untuk menyampaikan informasi yang jelas dan bisa menarik perhatian agar calon konsumen bisa berlanjut pada kondisi berikutnya yaitu berminat. Apabila hasil mencobanya dan informasi yang diterima sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya maka akan terjadi pembelian ulang.

Berdasarkan Top Brand Survey yang dilakukan oleh Top Brand Award kategori perawatan pribadi untuk sampo, pada tahun 2012 Pantene berada diperingkat atas, Sunsilk peringkat kedua, lalu diikuti oleh clear, lifebuoy, Rejoice, dan Dove. Jika


(4)

3

dilihat Tabel 1.1 Top Brand untuk shampo Pantene setiap tahun mengalami peningkatan.

Tabel 1.1. Top brand index dari tahun 2009 sampai dengan 2012 kategori perawatan pribadi

MEREK

TAHUN/TBI

2009 2010 2011 2012

Pantene 18,0% (III) 20,1% (III) 24,2 % (II) 29,2 % (I) Sunsilk 26,3% (I) 25,9% (I) 25,8% (I) 20,5% (II) Clear 23,0% (II) 20,8% (II) 21,% (III) 20,3% (III) Lifebuoy 11,33% (IV) 12,2% (IV) 10,7% (IV) 11,7% (IV)

Rejoice 6,0% (V) 6,5% (V) 6,0% (V) 6,1% (V)

Dove 5,3% (VI) 5,5% (VI) 5,2% (VI) 5,5% (VI) Zinc 3,8 % (VII) 3,5 % (VII) 3,2 % (VII) 2,3 % (VII) Emeron 2,2 % (VIII) 1,7 % (VIII) 1,8 % (VIII) 1,2 % (VIII) Sumber:www.topbrand-award.com

Berdasarkan tabel Top Brand Index dijelaskan bahwa penjualan shampo pantene tiap tahun selalu meningkat sehingga tahun 2012 menempati peringkat 1. Shampo dengan merek lain penjualannya cenderung fluktuatif bahkan ada yang menurun. Perusahaan Procter & Gamble (P&G) perusahaan internasional sebagai produsen shampo pantene menciptakan produk shampo pantene yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yaitu merawat rambut kering dan rusak, berketombe, kusam. Pantene merupakan sebuah brand yang mengerti konsumen, khususnya untuk kebutuhan rambutnya.


(5)

4

Agar dapat sukses dalam persaingan perusahaan selalu dituntut untuk dapat menciptakan dan mempertahankan konsumen. Banyak faktor konsumen memilih memakai shampo pantene. Salah satunya adalah promosi yang dilakukan olehProcter & Gamble(P&G). Promosi yang biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan adalah melalui media iklan. Dimana iklan adalah untuk memperkenalkan produk dan menginformasikan keungulan-keunggulan produk tersebut. Iklan merupakan suatu bentuk informasi produk maupun jasa dari produsen kepada konsumen maupun penyampaian pesan dari suatu media. Iklan yang kreatif dan inovatif dapat menarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Iklan yang efektif biasanya kreatif, yaitu bisa membedakan dirinya dari iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja. Iklan yang tidak kreatif atau sama dengan sebagian besar iklan lainnya maka iklan tersebut tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan tidak akan menarik perhatian konsumen (Puspitasari, 2009).

Iklan harus dibuat seefektif mungkin, kreatif,menarik sehingga dapat menimbulkan pengaruh positif dan produk dapat diterima oleh masyarakat. Dalam membuat iklan yang kreatif dan menarik harus memperhatikan proses kreatifitas iklan tersebut mulai dari perencanaan pesan, perencanaan media hingga bagaimana menyampaikan (expose) pesannya. Iklan yang kreatif akan menjadikan iklan tersebut efektif karena dengan tampilan yang kreatif maka pesan iklan akan dapat mempengaruhi audien (Riyanto, 2008).

Iklan adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2005). Dengan adanya iklan


(6)

5

barang atau jasa yang di jual dapat diketahui oleh masyarakat. Penggunaan media elektronik khususnya sebagai sarana publikasi merupakan pilihan setiap perusahaan untuk memasang iklan produknya. Saat ini, iklan shampo pantene dapat diketahui sering muncul di televisi. Sehingga, perlu diketahui iklan shampo pantene memiliki pengaruh atau tidak terhadap minat membeli ulang.

Selain iklan, faktor lainnya konsumen dalam memilih produk adalah kualitas produk. Produk merupakan sentral dari kegiatan pemasaran, keberhasilan suatu perusahaan dapat diketahui dari respon konsumen. Dalam perencanaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan harus mencerminkan kualitas yang baik, sehingga produk tersebut dapat diterima dan memuaskan konsumen. Jika persepsi konsumen akan kualitas negatif, maka produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama di pasar. Sebaliknya jika persepsi kualitas konsumen positif maka produk akan disukai dan konsumen merasa puas (Lembang, 2010).

Kepuasan pelanggan sangat erat hubungannya dengan kualitas produk. Kualitas produk menjadi variabel kunci strategis dalam upaya untuk mencapai kepuasan dan hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan juga menarik pelanggan baru. Kualitas produk merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kualitas biasanya sangat berhubungan erat dengan kebutuhan dan persepsi konsumen. Penyebab pelanggan berpindah produk perusahaan lain adalah karena


(7)

6

pelanggan tersebut tidak puas dengan produk maupun pelayanan yang diberikan perusahaan bersangkutan. Oleh karena itu kepuasan pelanggan harus selalu ditingkatkan agar konsumen tidak berpindah ke produk dari perusahaan lain.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Produk dan Iklan Terhadap Minat Membeli Ulang ShampoPantenedi Bandar Lampung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mempertahankan minat membeli ulang konsumen di tengah persaingan bermunculan produk shampo baru:

1. Apakah kualitas produk shampo pantene berpengaruh terhadap minat membeli ulang ?

2. Apakah iklan shampo pentene berpengaruh terhadap minat membeli ulang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk shampo pantene terhadap minat membeli ulang

2. Untuk menganalisis pengaruh iklan produk shampo pantene terhadap minat membeli ulang


(8)

7

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman, cara berfikir dan kreatifitas dalam menghadapi masalah yang dialami perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini harapannya agar perusahaan mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan iklan terhadap minat beli ulang. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan bahan evaluasi atau masukan terhadap masalah yang dihadapi perusahaan .

3. Bagi Universitas

Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa atau peneliti-peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut. Serta sebagai wujud dharma bakti kepada perguruan tinggi Universitas Lampung pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada khususnya.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. Pemasaran

Pemasaran merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang dalam hidupnya. Setiap organisasi, baik bisnis maupun nonbisnis juga tidak terlepas dari aktivitas pemasaran. Memproduksi barang/jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyampaikan produk ke konsumen atau klien merupakan beberapa contoh aktivitas pemasaran yang selalu dilakukan oleh organisasi (Pandji, 1997). Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi sebuah keinginan. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran.

Menurut Kotler (2005) pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai dengan yang lainnya. Sedangkan Pandji (1997) mengungkapkan pemasaran meliputi masalah penetapan produk, harga, saluran distribusi dan promosi oleh perusahaan.


(10)

9

2.1.2. Kualitas Produk

Salah satu variabel bauran pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan adalah produk. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa barang, jasa,maupun ide-ide (Pandji, 1997). Menurut Kotler (2005) produk adalah sesuatu yang dapat berupa barang atau jasa yang dapat digunakan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen membeli sesuatu barang tidak hanya sekedar sekumpulan atribut fisik saja tetapi mereka membayar sesuatu yang dapat memuaskan keinginannya. Sedangkan kualitas merupakan salah satu faktor yang digunakan oleh konsumen untuk membeli suatu produk. Kualitas biasanya diartikan sebagai kesesuaian atau kecocokan suatu produk baik barang ataupun jasa dengan spesifikasi yang diharapkan oleh konsumen.

Kualitas produk merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Peningkatan kualitas produk diperlukan untuk mempertahankan pelanggan serta dapat menarik minat konsumen lain agar dapat membeli produk yang ditawarkan. Kualitas produk diartikan Kotler (2005) sebagai ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Feingenbaum (1992) menyatakan bahwa kualitas produk merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang membuat produk yang digunakan memenuhi harapan pelanggan. Kotler dan Armstrong (2010) kualitas produk adalah karakteristik sebuah produk atau jasa yang memberikan kemampuan


(11)

10

untuk mencukupi kebutuhan pelanggan. Jadi kualitas produk adalah keseluruhan corak dan karakteristik barang yang dapat ditawarkan kepada para pelanggan dalam memenuhi keinginan atau kebutuhan para pelanggan (Rizan dan Andika , 2011).

Kualitas produk dapat diartikan sebagai keunggulan atau keistimewaan suatu produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Kualitas produk merupakan salah satu faktor pembentuk persepsi kepuasan konsumen. Shaharudin et al (2011) menyatakan hubungan antara persepsi kualitas dan keputusan pembelian dianggap signifikan. Persepsi kualitas yang baik bisa mempengaruhi pelanggan untuk membeli merek produk yang dipilih dibandingkan dengan yang lain dalam segmen pasar yang sama. Menurut Song dan Perry (1997) kualitas produk memiliki variabel berupa spesifikasi yang sesuai, kualitas yang tahan lama dan kualitas yang dapat dipercaya. Menurut Garvin (1987) dimensi-dimensi dari kualitas produk adalah :

1. Performance,tingkat dimana karakteristik utama produk beroperasi.

Dimensi ini paling utama yang berhubungan erat dengan fungsi utama suatu produk.

2. Reliabilty, kekonsistenan dari kinerja setiap waktu dan dari pembelian ke pembelian. Reliability lebih menunjukkan kemungkinan kegagalan suatu produk dalam menjalankan fungsinya. Contoh: rata-rata waktu antar kerusakan

3. Feature, fitur atau feature karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan


(12)

11

pengembangannya. Perkembangan fitur ini hampir tidak ada batasnya sesuai dengan perkembangan teknologi. Contoh : kemampuan mencetak foto digital 4. Conformance quality, derajat dimana produk memenuhi spesifikasi dan bebas

dari cacat. Contoh : ketajaman cetak dibandingan dengan kompetitor.

5. Durability, harapan terhadap umur hidup produk. Contoh : rata-rata usia pakai komponen utama

6. Serviceability, kemudahan dari produk untuk diservis. Contoh : ketersediaan pusat reparasi

7. Aesthetic (estetika), penampilan atau perasaan orang terhadap kualitas produk. Contoh : bentuk dan warna

8. Perceived Quality, mutu atau kualitas yang diterima dan dirasa konsumen. Contoh : rating yang diberikan oleh pelanggan atau diterbitkan oleh majalah.

Ahire, Golhare dan Waller (1996) mengemukakan empat skala pengukuran kualitas produk :

1. Tampilan produk yang dihasilkan

2. Tingkat kesesuaian produk yang dihasilkan 3. Daya tahan produk

4. Kehandalan produk yang dihasilkan

Dengan adanya konsep dimensi produk tersebut, maka diharapkan adanya inovasi dan peningkatan kualitas dari produk barang atau jasa agar dapat mempertahankan konsumen. Kualitas yang baik dapat meningkatkan penjualan dan biaya yang rendah, sehingga menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan. Sedangkan apabila


(13)

12

kualitasnya buruk maka akan perusahaan kehilangan bisnis karena pelanggan pindah ke produk dari pesaing.

Saat ini semua produsen meyakini pentingnya memenuhi kepuasan pelanggan pada segala aspek produk baik barang ataupun jasa. Kepuasan pelanggan sangat penting bagi sebuah perusahaan, dan salah satu tolak ukur kepuasan pelanggan adalah kualitas. Kotler (1997) menyatakan bahwa kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Sedangkan Krajewski dan Ritzman (1996) menyatakan pengertian kualitas menurut pandangan produsen dan konsumen. Menurut pandangan produsen, kualitas adalah kesesuaian terhadap spesifikasi, dalam hal ini produsen memberikan toleransi tertentu yang dispesifikasikan untuk atribut-atribut kritis dan setiap bagian yang dihasilkan. Dari sudut pandang konsumen kualitas adalah nilai (value), yaitu seberapa baik suatu produk atau jasa menyediakan tujuan yang dimaksudkan dengan tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen dengan menilai kualitas.

2.1.3. Iklan

Saat ini, iklan kian mendapat sorotan yang tajam sejak aspek informasi menjadi bagian penting dalam dunia bisnis. Menurut Bram (2005) iklan merupakan bagian dari komunikasi yang terdiri dari berbagai kegiatan untuk memberikan informasi dari komunikasi kepada pasar sasaran akan adanya suatu produk baik berupa barang, jasa dan ide. Kotler (2005) mendefinisikan iklan adalah segala macam bentuk non-personal presentation, promosi ide, barang atau jasa yang dibayar sponsor yang


(14)

13

teridentifikasi. Kasali (1995) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Bram (2005) mengungkapkan bahwa periklanan yang kreatif dan efektif dipandang mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi masyarakat. Eka et al (2001) dalam Puspitasari (2009) menyatakan untuk bisa menciptakan yang efektif harus diawali dengan pemahaman program pemasaran produk yang diiklankan, karena iklan merupakan bagian dari kegiatan pemasaran.

Iklan hanya salah satu contoh promosi yang digunakan untuk mengenalkan produk atau jasa yang ingin dipasarkan kepada pasar sasaran. Namun iklan sangat berperan penting dalam dunia pemasaran. Tujuan iklan sangat bergantung dari setiap perusahaan (Ibrahim, 2007). Menurut Kotler (2005), iklan dapat dibagi menjadi beberapa tujuan yaitu :

1) Informative Advertising, ialah iklan yang bertujuan untuk menginformasikan sesuatu kepada konsumen misalnya memperkenalkan produk baru, menjelaskan daya guna dari produk yang dipasarkan.

2) Persuasive Advertising, ialah iklan yang sifatnya membujuk atau mempengaruhi konsumen agar membeli produk yang ditawarkan misalnya mempengaruhi konsumen untuk pindah ke merek kita.

3) Reminder Advertising, ialah iklan yang sifarnya mengingatkan para konsumen akan produk yang sudah ada, pada umumnya iklan jenis ini dibuat untuk pasar yang sudah jenuh, misalnya mengingatkan konsumen untuk membeli produk tersebut, menjaga agar produk yang ditawarkan menjadi prioritas yang utama.


(15)

14

Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai pemenuhan kepuasannya. Menurut Kasali (1995), agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli setidaknya harus memenuhi kriteria AIDCA yaitu :

Attention :mengandung daya tarik

Interest : mengandung perhatian dan minat

Desire : memunculkan keinginan untuk mencoba dan memiliki Conviction : menimbulkan keyakinan terhadap produk

Action : mengarahkan tindakan untuk membeli

Berdasarkan konsep AIDCA, promosi periklanan harus diperlukan pengetahuan yang cukup tentang pola perilaku, kebutuhan, dan segmen pasar. Konsep tersebut diharapkan konsumen dapat melakukan pembelian berkesinambungan. Segala daya upaya iklan dengan gaya bahas persuasinya berusaha membuat konsumen untuk mengkonsumsi, yang tidak mempedulikan status sosialnya (Pujiyanto, 2003).

Iklan merupakan media komunikasi persuasif yang dirancang sesuai dengan karakter media, segmen pasar dan kebutuhan masyarakat untuk mendapat tanggapan positif mengkonsumsi produk untuk membantu tercapainya tujuan pemrakarsa, yaitu keuntungan. Maksud produsen terhadap tampilan produk yang dipublikasikan melalui periklanan, antara lain :

a) Memperkenalkan identitas produk yang diinformasikan dan menjelaskan perbedaan produk dengan yang lain.


(16)

15

b) Mengkonsumsikan konsep produk, yaitu manfaat dan kelebihannya dari segi fungsional, pskologis, atau nilai pasar sasaran.

c) Mengarahkan pemakaian produk baik yang lama atau yang baru kepada pasar sasaran.

d) Memberitahukan tempat penjualan atau pembelian untuk meragsang distribusi yang lebih luas.

e) Meningkatkan penjualan yang berarti pula produk meningkat

f) Membangun citra produk dan menjaga kemampuan posisi produk dalam pandangan pasar sasaran

g) Menghadapi dan mengatasi masalah saingan antar produk. (Pujiyanto. 2003)

Pada dasarnya, berbagai pengembangan strategi periklanan tersebut diawali dari dua sudut pandang, yakni apakah menekankan pada kelebihan/fitur produk (product benefit/feature) agar orang mudah kenal, ingat dan dapat dibedakan dengan merek lain atau dikembangkan dari kebutuhan atau motivasi yang ada dari konsumen (Puspitasari, 2009).

2.1.3.1. Endorser

Menurut Belch and Belch (2004) endorser adalah individu yang terkenal atau dihormati, seperti selebritis atau ahli suatu produk atau jasa yang berbicara untuk sebuah perusahaan atau brand. Saat ini banyak konsumen yang mudah mengidentifikasikan diri dengan para endorser, seringkali memandang mereka sebagai pahlawan atas prestasi, kepribadian dan daya tarik fisik para konsumen.


(17)

16

Faktor-faktor yang dipertimbangkan ketika mengambil keputusan seleksi selebriti yaitu kredibilitas selebriti, kecocokan dengan khalayak, kecocokan dengan merek, dan daya tarik selebriti. Shimp (2000) menyatakan bahwa saat ini banyak konsumen yang mudah mengidentifikasi diri dengan para bintang, seringkali dengan memandang mereka sebagai pahlawan atas prestasi, kepribadian dan daya tarik fisik mereka. Dalam menentukan selebriti yang akan digunakan sebagai brand endorser suatu produk, selebriti harus memiliki kecocokan dengan khalayak dan produk itu sendiri.

Belch & Belch (2004) menyatakan atribut dari endorser meliputi dua hal yaitu kredibilitas dan attractivenes. Kredibilitas adalah tingkatan dimana konsumen melihat suatu sumber (endorser) tersebut dapat dipercaya untuk memberikan informasi yang objektif dan tidak biasa. Sedangkan attractivenes merupakan daya tarik dimana endorser dengan tampilan fisik atau nonfisik yang menarik dapat menunjang iklan.

2.1.3.2. Pesan Iklan

Sebuah iklan yang efektif tidak hanya mencakup kandungan informatif atas barang yang ditawarkan melainkan suatu pesan yangdapat menarik perhatian. Menurut Kotler (2005) efektifitas iklan bergantung pada struktur isi pesan. Dalam periklanan, produsen harus dapat mengemas pesan hingga dapat menarik konsumen. Pesan yang disampaikan harus mengandung informasi yang hendak disampaikan oleh pengirim pesan (pengiklan) pada penerimanya (konsumen). Puspitasari (2009) menyatakan


(18)

17

dalam menampilkan pesan iklan pengirim pesan harus mampu membujuk, membangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk yang ditawarkan, memerlukan daya tarik bagi audiens sasaran. Idealnya sebuah pesan seharusnya mendapat perhatian (attention), menarik minat (interest), membangkitkan keinginan(desire), dan menyebabkan tindakan(action).

Suatu iklan tidak perlu secara memaksa menampilkan banyak pesan atau informasi suatu produk, akan tetapi cukup dengan satu atau beberapa unsur dari iklan tersebut dirancang untuk memberikan impact yang mendalam sehingga membuat membuat konsumen mampu mengidentifikasi informasi yang ditampilkan dalam pesan iklan tersebut (Sufa & Munas, 2012).

2.1.3.3. Media Iklan

Media iklan merupakan segala sarana komunikasi yang dipakai untuk mengantarkan dan menyebarluaskan pesan-pesan iklan. Media iklan ini memiliki peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media pesan tidak akan sampai pada kelompok audiens yang diinginkan. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan pada kelompok sasaran akan sampai atau tidak (Puspitasari, 2009). Jenis media iklan dalam bentuk fisik terbagi dua kategori yaitu media iklan cetak dan media iklan elektronik.

Pemilihan media yang tepat untuk berkampanye iklan dalam rangka membuat

pelanggan menjadi tahu, paham, menentukan sikap, hingga melakukan pembelian adalah suatu langkah penting dalam kegiatan kampanye periklanan. Menurut Shimp


(19)

18

(2000) bahwa meskipun pesan-pesan yang efektif penting untuk periklanan yang sukses, pesan tersebut menjadi tidak berarti jika media periklanan yang digunakan tidak mampu mencapai khalayak sasaran yang dimaksud. Untuk merencanakan pemilihan media Lee (1999)dalamPuspitasari (2009) memaparkan lima aspek media harus berkontribusi pada tujuan-tujuan periklanan. Aspek-aspek itu ialah jangkauan, frekuensi, bobot, keberlanjutan, dan biaya.

2.1.3.4. Keefektifan Iklan

Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Kotler (1997) mengungkapkan bahwa efektifitas iklan dapat dilihat dari dua sudut pandang hasil/dampak yaitu : (1) Dampak komunikasi dari suatu iklan yang meliputi pengaruhnya pada kesadaran, pengetahuan dan preferensi, (2) Dampak terhadap penjualan.

Menurut Cannon, et al ( 2009) dalam Arfianto (2010) efektifitas bergantung pada sebaik apa medium tersebut sesuai dengan sebuah strategi pemasaran yaitu, pada tujuan promosi, pasar target yang ingin dijangkau, dana yang tersedia untuk pengiklanan, serta sifat dari media, termasuk siapa yang akan dijangkau dengan frekuensi seberapa sering, dengan dampak apa, dan biaya berapa besar. Sedangkan Bram (2005) mengungkapkan efektifitas iklan dapat diukur dengan menggunakan


(20)

19

Epic Model yang mencakup empat dimensi yaitu empati (empathy), persuasi (persuasion),dampak (impact),dan komunikasi (communication).

Shimp (2003)dalam Arfianto (2010) menyatakan iklan disebut efektif bila mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Pada taraf minimum, iklan yang efektif memiliki beberapa pertimbangan berikut :

a) Iklan harus memperpanjang suara strategi pemasaran. Iklan bisa jadi efektif hanya bila cocok dengan elemen lain dari strategi komunikasi pemasaran yang diarahkan dengan baik dan terintegrasi.

b) Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang konsumen. Para konsumen membeli manfaat-manfaat produk, bukan atribut. Oleh karena itu iklan harus dinyatakan dengan cara yang berhubungan dengan kebutuhan, keinginan, serta apa yang dinilai oleh konsumen.

c) Periklanan yang efektif harus persuasif. Persuasi biasanya terjadi ketika produk yang diiklankan dapat memberikan keuntungan tambahan bagi konsumen.

d) Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos kerumunan iklan. Para pengiklan secara kontinyu berkompetisi dengan para pesaingnya dalam menarik perhatian konsumen.

e) Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa diberikan. Intinya adalah menerangkan dengan apa adanya, baik dalam pengertian etika serta dalam pengertian bisnis yang cerdas.


(21)

20

iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi. Penggunaan humor yang tak efektif mengakibatkan orang hanya ingat humornya saja, tetapi melupakan pesannya.

2.1.4. Minat Beli Ulang (Repurchase Intention)

Niat beli adalah kemungkinan seorang konsumen untuk berminat membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya. Menurut Dodds, et al (1991) menjelaskan bahwa niat berprilaku yang berhubungan dengan pembelian, yaitu kesediaan membeli (wilingness to buy), dimana kesediaan membeli diartikan sebagai kecenderungan Pada dasarnya seseorang jika berkeinginan untuk membeli biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dorongan dan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Dodds, Monroe, dan Grewal. 1991). Usman dan Arnando (2007) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase) bersifat bervariasi tergantung pada tingkat ketahanannya(durability)suatu produk.

Minat membeli merupakan dorongan konsumen untuk melakukan pembeliaan atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Niat beli yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh sikap maupun variabel lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada variabel niat adalah :

1. Niat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku


(22)

21

3. Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseoarang untuk dilakukan

4. Niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.

Menurut Johana (2006) saat konsumen memiliki tujuan pembelian ulang terhadap suatu produk dengan brand tertentu, maka pada saat itu pula secara tidak langsung konsumen tersebut juga telah memiliki perilaku loyal serta rasa puas terhadap brand itu, sehingga pada saat konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk dengan brand yang sama itu, sebenarnya brand tersebut dari sisi konsumen sudah memiliki nilai beli brand, atau dengan kata lain, ada perceived value yang diterima oleh konsumen .

2.2. Hubungan Antar Variabel

2.2.1. Hubungan antara Kualitas Produk dengan Minat Beli Ulang

Hubungan antara kualitas produk dengan minat beli ulang sangat penting untuk sebuah perusahaan. Kualitas produk yang mendasari setiap konsumen untuk memilih produk yang nantinya akan digunakan atau dibeli. Dalam persaingan bisnis konsumen akan membandingkan nilai penawaran yang dirasakannya menjadi dua bagian yaitu memenuhi atau melampaui kebutuhan yang diharapkan. Hal ini biasanya akan membentuk dasar dari keputusan untuk membeli dan akan menentukan kepuasan dalam membeli produk tersebut (Shaharudin et al, 2011). Penelitian yang dilakukan Zeithamal (1988) menghasilkan indikator kualitas, nilai dan harga mempunyai hubungan yang positif dengan persepsi konsumen. Parasuraman, et al (1988) menyatakan bahwa terdapat hubungan secara langsung


(23)

22

antara persepsi kualitas dengan minat beli ulang. Dalam hal ini kualitas produk yang dirasakan oleh konsumen akan berpengaruh terhadap kesediaan konsumen untuk membeli ulang sebuah produk. Doddset al(1991) menyatakan bahwa minat membeli konsumen pada suatu produk dipengaruhi oleh nilai dari produk yang dievaluasi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai yang dirasakan oleh konsumen maka akan semakin tinggi juga kesediaan konsumen untuk membeli ulang suatu produk.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan suatu hipotesis sebagai berikut : H1 :Kualitas produk berpengaruh positif terhadap minat membeli ulang

2.2.2. Hubungan antara Iklan dengan Minat Beli Ulang

Menurut Novandri (2010) dalam penelitiannya bahwa iklan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian motor yamaha. Iklan memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian. Semakin sering iklan dilihat oleh konsumen, maka pengetahuan terhadap keunggulan produk menjadi semakin besar, sehingga akan memungkinkan konsumen untuk membeli ulang. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan suatu hipotesis sebagai berikut :

H2 :Iklan berpengaruh positif terhadap minat membeli ulang

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarakan teori di atas maka kualitas produk akan mempengaruhi konsumen dalam membeli ulang karena timbul kepuasaan dari konsumen terhadap produk. Selain itu iklan juga dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli ulang produk.


(24)

23

Kualitas Produk

Iklan

Minat Beli Ulang

Sehingga dari hipotesis yang dikembangkan di atas maka sebuah model penelitian dapat dikembangkan seperti gambar di bawah ini.

H1

H2

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Teoritis

2.4. Penelitian Terdahulu

Banyak peneliti yang telah mengkaji mengenai minat membeli ulang . Penelitian yang dilakukan oleh Bayhaqi (2006) mengenai “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, dan Keunggulan Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya Pada Minat Beli Ulang di Auto Bridal Semarang”. Pada penelitian tersebut menggunakan dimensi kualitas layanan dan keunggulan produk untuk mengetahui kepuasan konsemen yang berdampak terhadap minat beli ulang. Hasil penelitian tersebut bahwa kualitas layanan dan keunggulan produk berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen sehingga berdampak dalam pembelian ulang produk.

Puspitasari (2009) melakukan penelitian mengenai “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan Dalam Menumbuhkan Brand Awareness”, studi


(25)

24

kasusnya pada program periklanan produk Telkom Flexi. Penelitian tersebut menggunakan variabel endorser, pesan iklan, media iklan, efektifitas iklan, dan brand awareess. Data yang dikumpulkan sebanyak 150 responden pada mahasiswa Universitas Diponegoro. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis Structural Equation Modelling (SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa endorser, pesan iklan, dan media iklan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektifitas iklan dan efektifitas iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand awareness.

Johana (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang pada maskapai penerbangan mandala. Variabel yang digunakanadalah perceived quality of a service, perceived price, perceived value dan brand preference. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah 104 responden yang pernah memanfaatkan jasa penerbangan Mandala Airline untuk rute Semarang – Jakarta lebih dari satu kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat beli ulang konsumen dapat dipertahankan melalui brand preference dan perceived value. Faktor yang mempengaruhi perceived value adalah perceived quality of a servicedanperceived price.

2.5. Indikator Variabel Penelitian 2.5.1. Variabel Kualitas Produk

Untuk mengukur variabel kualitas produk digunakan empat buah indikator yang dikembangkan oleh Ahire, Golhare dan Waller (1996) yang meliputi tampilan


(26)

25

produk, tingkat kesesuaian produk, daya tahan produk/durability, kehandalan produk/feature.

Sumber : Ahire, Golhare, Waller (1966)

Gambar 2.2. Indikator Variabel Kualitas Produk

2.5.2. Variabel Iklan

Untuk mengukur variabel iklan digunakan empat buah indikator yang dikembangkan oleh Lee (1999) dan Puspitasari (2009) yang meliputi endorser, Pesan iklan dipahami , media iklan , keefektifan iklan.

Sumber : Lee (1999), Percy &Rositter (1992) dalam Puspitasari (2009),

Gambar 2.3. Indikator Variabel Iklan

Kualitas Produk (X1)

Tampilan produk

Tingkat kesesuaian produk

Daya tahan produk/durability

Kehandalan produk/feature

Iklan (X2)

Daya Tarik Endorser

Pesan iklan dipahami

Media iklan


(27)

26

2.5.3. Variabel Minat Beli Ulang

Untuk mengukur variabel minat beli ulang digunakan tiga buah indikator yang meliputi pertimbangan membeli, prioritas membeli, minat membeli .

Sumber : Dodds, Monroe & Grewal (1991) dan Adie (2002)

Gambar 2.4. Indikator Variabel Minat Beli Ulang

Minat Beli Ulang (Y)

Pertimbangan membeli

Prioritas membeli


(28)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Data

Dalam penelitan ini digunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara langsung dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Emory dan Cooper, 1991). Jenis data ini diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden yang dianggap representatif sebagai sampel penelitian.

Sedangkan data sekunder adalah data publikasi yang dikumpulkan yang tidak hanya untuk keperluan satu riset atau penelitian saja (Kinnear dan Taylor, 1987). Kegunaan dari data sekunder yaitu (1) membantu dalam merumuskan permasalahan, (2) melengkapi informasi yang diperlukan dalam analisis, (3) sebagai data pembanding sehingga data primer dapat dievaluasi dan interpolasikan lebih dalam.

Pada penelitian ini data primer yang digunakan adalah (1) pengaruh kualitas shampo pantene terhadap minat beli ulang, (2) pengaruh iklan shampo pantene terhadap minat beli ulang.

3.2. Sumber Data

Data primer yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Responden yang diambil sebagai sampel penelitian


(29)

28

ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian terdahulu, maupun data dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Emory dan Cooper (1991) populasi merupakan sekelompok individu atau objek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik. Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah konsumen yang berada di Bandar Lampung, konsumen yang dimaksud adalah yang pernah memakai shampo pantene .

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling, yaitu metode sampling dengan memilih sampling dari orang atau unit tertentu yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis (Sugiyono, 2001).

Responden yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah masyarakat di Bandar Lampung yang menggunakan produk shampo pantene. Karena populasi dalam penelitian ini sangat banyak, maka diambil beberapa sampel untuk mewakili populasi tersebut. Perumusan teknik pengambilan sampling berdasarkan Widiyanto (2008).


(30)

29

n = Z2/ 4 (Moe)2 dimana :

n = jumlah sampel

Z = Zscorepada tingkat signifikasi tertentu (95%) Moe =Margin of error

Dengan menggunakanmargin of errorsebesar 10 %, maka jumlah sampel minimal yang dapat diambil sebesar :

n = 1,962/ 4 (0,10)2 n = 96,04

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang digunakan adalah 96,04 responden. Dan setelah dibulatkan menjadi 100 responden. Jadi, jumlah sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah berjumlah 100 responden.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :

3.4.1. Kuesioner

Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya tertutup dan harus diisi oleh responden dengan cara memilih salah satu jawaban yang tersedia. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :


(31)

30

a. Kuesioner terbuka yang berisi beberapa pertanyaan tentang data pribadi responden berupa nama, alamat, usia, pekerjaan. Kuesioner terbuka ini digunakan untuk memilih responden yang memenuhi kriteria sebagai responden penelitian ini.

b. Kuesioner tertutup yang digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi variabel apa yang dianggap paling penting oleh konsumen. Responden diminta memilih salah satu jawaban yang telah disediakan dari setiap pertanyaan. Dalam penelitian ini, untuk mengukur jawaban pertanyaan kuesioner ini menggunakan skala interval dari 1 sampai dengan 5.

1 2 3 4 5

Sangat Buruk Sangat Baik Sekali

3.4.2. Pengujian Kuesioner 3.4.2.1. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh sebuah alat ukur dapat diandalkan dan dipercaya. Kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur, apabila dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari jawaban/pertanyaan jika pengamatan dilakukan secara berulang.

Kuesioner dikatakan reliable atau handal bila masing-masing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Untuk mengatahui kuesioner tersebut sudah reliable, maka dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan program komputer yaitu SPSS. Apabila hasil koefisien Alpha lebih


(32)

31

besar dari taraf signifikansi 60% atau 0.6 maka kuesioner tersebut reliable. Sedangkan apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0.6 maka kuesioner tersebut tidak reliable.

3.4.2.2. Uji Validitas

Untuk mendukung analisis regresi dilakukan uji validitas dan uji reliablitas. Uji validitas dalam penelitian ini digunkan untuk menguji kevalidan kuesioner.Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya.

3.5. Metode Analisis Data 3.5.1. Analisis Linear Berganda

Model regresi adalah model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh dari berbagai variabel independen terhadap satu variabel dependen (Ferdinand, 2006). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (Independent) yaitu: kualitas produk (X1), daya tarik iklan (X2), terhadap variabel terikat (Dependent) minat beli (Y) produk. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y = b1X1 + b2X2 + e Keterangan

Y = Minat Beli Ulang b1,b2 = Koefisien regresi


(33)

32

X1 = Kualitas Produk X2 = Iklan

e = Kesalahan Pengganggu (error)

3.5.2. Uji Statistik t

Menurut Ghozali (2005), uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

Ho : bi = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel lebih besar dari nol, atau :

H1 : bi > 0

Artinya, variabel independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :

1. Quick look: bila jumlahdegree of freedom(df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 tidak didukung (not supported) . Sedangkan bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut) maka hipotesis tersebut didukung (supported) , yang menyatakan bahwa suatu variable independen secara individual memengaruhi variabel dependen.


(34)

33

nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual memengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2005).

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu. Pengertian operasional variabel ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris yang meliputi :

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Notasi Definisi

Operasional Variabel Indikator

Skala Pengukuran

Kualitas

Produk (X1)

Kualitas produk memiliki empat skala pengukuran yaitu tampilan produk, tingkat kesesuaian produk, daya tahan produk, kehandalan produk (Ahire, Golhar & Waller, 1996)

1. Tampilan produk 2. Tingkat kesesuaian

produk

3. Daya tahan produk 4. Kehandalan produk

Skala 1–5

Iklan (X2)

Iklan akan menjadi efektif apabila iklan mengandung gagasan besar yang menarik perhatian konsumen, dengan pengiklan memilih media yang paling sesuai dalam

menjangkau khalayak sasaran dan meyampaikan pesan yang dimaksud ( Lee, 1999).

1. Daya tarikendorser 2. Pesan iklan

dipahami 3. Media iklan 4. Keefektifan iklan


(35)

34

Variabel

Notasi Definisi

Operasional Variabel Indikator

Skala Pengukuran

Minat Membeli

Ulang

(Y)

Minat membeli ulang adalah dorongan konsumen untuk

melakukan pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Kesediaan membeli diartikan sebagai kecenderungan yang biasanya dipengaruhioleh faktor seperti dorongan, pertimbagan. (Dodds, Monroe, dan Grewal. 1991).

1. Pertimbangan membeli

2. Prioritas membeli 3. Minat membeli

ulang


(36)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden 4.1.1. Menurut Jenis Kelamin

Jumlah responden dilihat dari jenis kelamin pada responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung tergambar pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1.

Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase

1. Laki-laki 12 12 %

2. Perempuan 88 88 %

Jumlah 100 100,0 %

Sumber : data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.1. diatas terlihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 88 orang atau sebesar 88% dari total responden, sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang atau sebesar 12% dari total responden yang diteliti. Rata-rata respoden adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen shampo Pantene sebagian besar adalah perempuan, karena segmen utama dari shampo pantene adalah kalangan perempuan.


(37)

36

Gambar 4.1. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin

4.1.2. Menurut Usia

Jumlah responden dilihat dari usia pada responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung tergambar pada Tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2.

Jumlah Responden Menurut Usia

No. Usia Frekuensi (orang) Persentase

1. 18 tahun 6 6%

2. 18 - 21 tahun 18 18%

3. 22 - 25 tahun 39 39%

4. > 25 tahun 37 37%

Jumlah 100 100,0 %

Sumber : data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.2. diatas terlihat bahwa segmentasi pasar dan pengguna shampo Pantene adalah kelompok usia 22-25 tahun yaitu sebesar 39 orang (39%) responden, diikuti oleh kelompok usia di atas 25 tahun sebesar 37 orang (37%) responden. Rata-rata usia respoden adalah 22-25 tahun. Hasil ini memperlihatkan bahwa konsumen shampo Pantene di Bandar Lampung mayoritas adalah kelompok remaja.


(38)

37

Gambar 4.2. Jumlah Responden Menurut Usia

4.1.3. Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah responden dilihat dari tingkat pendidikan pada responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung tergambar pada Tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3.

Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No. Usia Frekuensi (orang) Persentase

1. SD 1 1%

2. SLTP/sederajat 8 8%

3. SLTA/sederajat 15 15%

4. D1/D3/Sarjana 76 76%

Jumlah 100 100,0 %

Sumber : data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.3. diatas terlihat berdasarkan tingkat pendidikan bahwa menunjukkan bahwa konsumen shampo Pantene di Bandar Lampung mayoritas responden dengan pendidikan Diploma dan Sarjana yaitu sebesar 76 orang (76%) responden. Rata-rata respoden adalah denga tingkat pendidika D1/D3/Sarjana. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa pengguna shampo Pantene adalah konsumen dengan pendidikan tinggi.


(39)

38

Gambar 4.3. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan

4.1.4. Menurut Pekerjaan

Jumlah responden dilihat dari jenis pekerjaan pada responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung tergambar pada Tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4.

Jumlah Responden Menurut Pekerjaan No

. Usia Frekuensi (orang) Persentase

1. Mahasiswa 45 45%

2. PNS 19 19%

3. Swasta/Wiraswasta 31 31%

4. Lainnya (IRT&Pelajar) 5 5%

Jumlah 100 100,0 %

Sumber : data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.4. diatas terlihat berdasarkan tingkat pendidikan bahwa menunjukkan bahwa konsumen shampo Pantene di Bandar Lampung mayoritas adalah mahasiswa 45 orang (45%) responden diikuti Swasta/Wiraswasta 31 orang (31%) responden, PNS sebanyak 19 orang


(40)

39

(19%) responden dan lainnya 5 orang (5%) responden. Rata-rata responden adalah kelompok mahasiswa.

Gambar 4.4. Jumlah Responden Menurut Pekerjaan

4.1.5. Menurut Sumber Informasi

Jumlah responden dilihat dari sumber informasi pada responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung tergambar pada Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5.

Jumlah Responden Menurut Sumber Informasi

No. Usia Frekuensi (orang) Persentase

1. Televisi 83 83%

2. Majalah 5 5%

3. Papan Reklame 3 3%

4. Teman 9 9%

Jumlah 100 100,0 %

Sumber : data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.5. tentang karakteristik responden dilihat dari sumber informasi produk shampo Pantene di Bandar Lampung tergambar bahwa konsumen mendapatkan informasi tentang shampo Pantene di Bandar Lampung diperoleh dari media televisi sebanyak 83 orang (83%) responden, diikuti


(41)

40

informasi dari temen sebanyak 9 orang (9%) responden, majalah dan papan reklame sebanyak 8 orang (8%) responden, sehingga sebagian besar konsumen mengetahui produk shampo Pantene dari media televisi.

Gambar 4.5. Jumlah Responden Menurut Sumber Informasi

4.1.6. Menurut Ukuran Shampo Yang Digunakan

Jumlah responden dilihat dari ukuran shampo yang digunakan pada responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung ditampilkan pada Tabel 4.6. berikut:

Tabel 4.6.

Jumlah Responden Menurut Ukuran Shampo yang Digunakan

No. Usia Frekuensi (orang) Persentase

1. 5 ml (sachet) 50 50%

2. 100 ml 32 32%

3. 200 ml 10 10%

4. 400 ml 8 8%

Jumlah 100 100,0 %

Sumber : data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.6. diatas terlihat berdasarkan ukuran shampo yang digunakan konsumen shampo Pantene di Bandar Lampung mayoritas adalah ukuran 5 ml


(42)

41

atau ukuran sachet yaitu sebanyak 50 orang (50%) responden diikuti ukuran 100 ml sebanyak 32 orang (32%) responden, 200 ml sebanyak 10 orang (10%) responden dan 400 ml sebanyak 8 orang (8%) responden. Berdasrakan hasil ini mayoritas konsumen memilih ukuran 5 ml atau sachet karena ukurannya yang kecil dan praktis saat dibawa dan digunakan.

Gambar 4.6. Jumlah Responden Menurut Ukuran Shampo yang digunakan

4.1.7. Menurut Lama Menggunakan Shampo

Jumlah responden dilihat dari lama mengunakan responden pembeli shampo Pantene di Bandar Lampung ditampilkan pada Tabel 4.7. berikut:

Tabel 4.7.

Jumlah Responden Menurut Lama Menggunakan Shampo

No. Usia Frekuensi (orang) Persentase

1. < 1 tahun 15 15%

2. 1 -2 tahun 29 29%

3. 3 - 5 tahun 37 37 %

4. > 5 tahun 19 19 %

Jumlah 100 100,0 %


(43)

42

Dari Tabel 4.7. tentang karakteristik responden berdasarkan lama penggunaan shampo Pantene di Bandar Lampung menunjukkan konsumen menggunakan shampo Pantene berkisar antara 3-5 tahun sebanyak 32 oarang (32%) respoden, lama penggunaan 1-2 tahun sebanyak 29 orang (29%) responden, diikuti lama penggunaan < 1 tahun 15 % responden dan > 5 tahun 19% responden. Dengan demikian sebagian besar konsumen adalah responden yang sudah cukup lama menggunakan shampo Pantene.

Gambar 4.7. Jumlah Responden Menurut Lama Menggunakan Shampo

4.2. Analisis Deskripsi Hasil Survey

Untuk mengetahui gambaran tanggapan responden tentang Kualitas Produk, Iklan dan Minat Membeli Ulang produk shampo Pantene di Bandar Lampung dapat dijelaskan melalui gambaran elemen-elemen dari masing-masing variabel. Pembahasan lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut.


(44)

43

4.2.1. Deskripsi Variabel Kualitas Produk Tabel 4.8.

Distribusi Jawaban Elemen Kualitas Produk (X1)

Kualitas Produk

Sangat

Buruk = 1 Buruk = 2 Baik =3

Sangat Baik = 4

Sangat Baik sekali = 5 Bentuk kemasan 0 (0%) 2 (2%) 31 (31%) 53 (53%) 14 (14%) Warna Kemasan 0 (0%) 1 (1%) 47 (47%) 44 (44%) 8 (8%) Membuat lembut 0 (0%) 0 (0%) 8 (8%) 44 (44%) 48 (48%) Merawat rambut 0 (0%) 0 (0%) 6 (6%) 48 (48%) 46 (46%) Aroma tahan lama 0 (0%) 0 (0%) 10 (10%) 45 (45%) 45 (45%) Busa melimpah 0 (0%) 3 (3%) 27 (27%) 63 (63%) 7 (7%) Membuat tidak rontok 0 (0%) 1 (1%) 7 (7%) 42 (42%) 50 (50%) Membuat bebas ketombe 0 (0%) 1 (1%) 9 (9%) 35 (35%) 55 (55%) Sumber: Data diolah (2012)

Variabel Kualitas Produk terdiri dari 8 elemen sebagai indikator yang membentuknya yaitu: Bentuk kemasan, Warna Kemasan, Membuat lembut, Merawat rambut, Aroma tahan lama, Busa melimpah, Membuat tidak rontok, Membuat bebas ketombe. Pada indikator bentuk kemasan sebanyak 53 orang (53%) responden menjawab angka 4 yang menyatakan bahwa Bentuk kemasan produk shampo pantenetersedia dalam beragam jenis yang menarik, 14 orang (14%) menjawab angka 5 yang menyatakan sangat baik sekali untuk bentuk


(45)

44

kemasan shampo pantene. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk kemasan menjadi faktor penting dalam menunjang kualitas produk.

Indikator kedua yang diukur pada variabel Kualitas Produk adalah tentang warna, yaitu warna kemasan shampo pantene sangat menarik bagi responden untuk membeli produk tersebut. Sebanyak 47 orang (47%) responden memberikan nilai 3, 44 orang (44%) responden memberikan nilai 4 dan 8 orang (8%) responden menjawab angka 5. Pada indikator ini sebagian besar responden bersikap netral, hal ini dapat menjadi indikator bahwa warna kemasan bukan merupakan faktor terpenting untuk mengukur kualitas produk shampo Pantene, meski demikian terdapat responden yang tetap menganggap bahwa warna kemasan juga menentukan kualitas produk.

Tingkat kesesuaian produk salah satu elemen yang diukur meliputi indikator bahwa shampo Pantene sudah sesuai keinginan konsumen untuk membuat rambut lembut dan mudah diatur ditanggapi sebanyak 48 orang (48%) responden menjawab angka 5, 44 orang (44%) responden menjawab menjawab angka 4, 8 orang (8%) responden menjawab angka 3. Hasil ini memperlihatkan bahwa membuat rambut menjadi lembut dan mudah diatur diakui konsumen sebagai unsur yang memang ada pada shampo merek Pantene. Pada indikator tentang shampo Pantene sudah sesuai keinginan konsumen untuk merawat rambut agar tetap sehat, mayoritas sebanyak 48 orang (48%) responden menjawab setuju, 46 orang (46%) responden


(46)

45

menjawab sangat setuju, 8 orang (8%) responden menjawab netral. Seperti indikator sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai cukup baik tingkat kesesuaian produk dengan fungsinya.

Daya tahan produk menjadi indikator selanjutnya dalam variabel Kualitas Produk yang terbagi menjadi aroma yang tahan lama dan busa yang melimpah. Sebanyak 45 orang (45%) responden menjawab angka 4 dan angka 5 yang menyatakan bahwa shampoPantene memiliki aroma yang tahan lama di rambut. Hasil ini juga sejalan dengan indikator bahwa shampo Pantene menghasilkan busa yang melimpah sebanyak 63 orang (63%) responden menjawab angka 4.

Indikator selanjutnya dalam variabel Kualitas Produk adalah Kehandalan Produk dengan dua sub sindikator yaitu tidak rontok dan terbebsa dari ketombe. Pada elemen tentang shampo pantene membuat rambut menjadi tidak rontok lagi sebanyak 50 orang (50%) responden menjawab angka 4 dan 42 orang (42%) responden menjawab angka 5. Pertanyaan bahwa shampo pantene membuat rambut saya terbebas dari ketombe sebanyak 55 orang (55%) responden menjawab angka 5 serta 35 orang (35%) responden menjawab angka 4, dan 9 orang (9%) responden menjawab angka 3.

Berdasarkan hasil perhitungan pada variabel Kualitas Produk secara umum terlihat bahwa sebagian besar responden memberikan angka 4 yang menyatakan jika kualitas produk adalah sangat baik dan sangat baik sekali.


(47)

46

4.2.2. Deskripsi Variabel Iklan

Tabel 4.9.

Distribusi Jawaban Elemen Iklan (X2)

Iklan

Sangat Buruk =

1

Buruk =

2 Baik =3

Sangat Baik = 4

Sangat Baik sekali = 5 Daya tarik bintang iklan 0 (0%) 5 (5%) 45 (45%) 38 (38%) 12 (12%) Rambut bintang iklan 0 (0%) 0 (0%) 37 (37%) 45 (45%) 18 (18%) Pesan yang menarik 0 (0%) 1 (1%) 35 (35%) 48 (48%) 16 (16%) Pesan yang mengingatkan 0 (0%) 0 (0%) 36 (36%) 45 (45%) 19 (19%) Media berkualitas 0 (0%) 5 (5%) 43 (43%) 42 (42%) 10 (10%) Media populer 1

(1%) 4 (4%) 43 (43%) 38 (38%) 14 (14%) Kepercayaan terhadap produk 0 (0%) 0 (0%) 34 (34%) 54 (54%) 12 (12%) Memahami keunggulan produk 0 (0%) 0 (0%) 24 (24%) 56 (56%) 20 (20%) Sumber: Data diolah (2012)

Tabel 4.9 diatas merupakan tanggapan responden terhadap pertanyaan tentang penggunaan Iklan (X2) dalam proses pemasaran produk shampoo Pantene. Terdiri dari 4 sub indikator meliputi: Daya Tarik Endorser, Pesan Iklan dipahami, Media Iklan, Efektifitas Iklan. Pada indikator daya tarik endoser meliputi daya tarik bintang iklan shampo Pantenedengan sebanyak 45 orang (45%) responden menjawab angka 3, 38 orang (38%) responden menjawab


(48)

47

angka 4 dan 12 orang (12%) responden menjawab angka 5. Pada pertanyaan kedua tentang bintang iklan (endorser) yang memiliki rambut yang indah sehingga menarik minat konsumen, sebanyak 45 orang (45%) responden menjawab angka 4, 18 orang (18%) responden menjawab angka 5. Namun demikian terdapat 37 orang (37%) responden menjawab angka 3, sehingga dari hasil pada indikator ini menunjukkan bahwa daya tarik dan rambut bintang iklan bukan jadi pertimbangan penting bagi konsumen di Bandar Lampung untuk membeli shampoPantene.

Indikator kedua tentang Iklan adalah pesan iklan yang dipahami meliputi pesan iklan shampo pantene mampu menarik minat responden untuk membeli produk dengan distribusi sebanyak 48 orang (48%) menjawab angka 4, kemudian 35 orang (35%) responden memberikan angka 3 dan 16 orang (16%) responden menjawab angka 5. Adapun pertanyaan tentang pesan yang disampaikan dalam iklan shampo pantene mampu membuat mengingatkan responden dengan produk tersebut dijawab 45 orang (45%) responden menjawab angka 4, dan 19 orang (19%) responden menjawab angka 5. Hal ini dapat menjadi catatan bahwa pesan yang disampaikan dalam iklan tetap merupakan faktor yang harus diperhatikan.

Pengukuran variabel Iklan pada indikator ketiga diukur melalui media penayangan iklan shampo Pantene yang terdiri dari menggunakan media iklan


(49)

48

yang berkualitas dan media iklan yang populer. Pada media iklan yang berkualitas sebanyak 42 orang (42%) responden menjawab angka 4, namun lebih banyak responden yang menjawab angka 3 yaitu sebanyak 43 orang (43%) responden serta 10 orang (10 %) responden menjawab angka 5. Sedangkan penggunaan media iklan yang populer mayoritas konsumen menjawab angka 3 sebanyak 43 orang (43%) responden, 38 orang (38%) responden menjawab angka 4 dan 14 orang (14%) responden manjawab angka 5. Dari distribusi jawaban pada indicator media penayangan iklan terlihat bahwa media untuk menayangkan iklan shampo Pantene bukan menjadi faktor penting seorang konsumen untuk membeli ulang produk tersebut, karena konsumen akan lebih melihat faktor pesan yang disampaikan daripada media yang menyampaikan.

Keefektifan iklan adalah sub indikator keempat pada variabel iklan, terdiri atas dua petanyaan utama yaitu kepercayaan terhadap produk yang ditawarkan serta dapat memahami keunggulan-keunggulan produk shampo Pantene. Berdasarkan Tabel 4.11 diatas mayoritas responden yaitu sebanyak 54 orang (54%) responden menjawab angka 4 dan 34 orang (34%) responden menjawab angka 3, namun terdapat 12 orang (12%) responden menjawab angka 5. Sedangkan pada pertanyaan bahwa dengan iklan shampo pantene konsumen dapat memahami keunggulan-keunggulan yang ditawarkan, sebanyak 56 orang (56%) responden menjawab angka 4, 24 orang (24%) responden menjawab angka 3 dan 20 orang (20%) responden menjawab angka


(50)

49

5. Dengan demikian efektifitas iklan merupakan hal penting bagi konsumen di Bandar Lampung untuk dapat memahami produk shampo Pantene.

4.2.3. Deskripsi Variabel Minat Beli Ulang Tabel 4.10.

Distribusi Jawaban Minat Beli Ulang (Y)

Minat Beli Ulang Sangat Buruk = 1 Buruk =

2 Baik =3

Sangat Baik = 4

Sangat Baik sekali = 5 Kualitas sesuai harapan 0 (0%) 0 (0%) 5 (5%) 48 (48%) 47 (47%) Sesuai kebutuhan 0 (0%) 0 (0%) 8 (8%) 50 (50%) 42 (42%) Prioritas membeli 0 (0%) 0 (0%) 12 (12%) 48 (48%) 40 (40%) Tertarik membeli ulang 0 (0%) 0 (0%) 5 (5%) 42 (42%) 53 (53%) Sumber: Data diolah (2012)

Tabel 4.10. adalah tanggapan responden terhadap pertanyaan tentang minat beli ulang produk shampo Pantene di Bandar Lampung yang terdiri dari item pertanyaan meliputi: kualitas sesuai harapan, iklan sesuai kebutuhan, prioritas membeli, dan ketertarikan untuk membeli ulang. Secara keseluruhan hasil perhitugan menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 50 % menjawab angka 4 untuk indikator sesuai kebutuhan , 53 % responden menjawab angka 5 untuk indikator tertarik membeli ulang. Dari hasil ini terlihat bahwa konsumen shampo Pantene memiliki loyalitas yang cukup tinggi dalam mempertahankan minatnya untuk membeli ulang produk yang dipakainya.


(51)

50

4.3. Analisis Data

4.3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4.3.1.1. Hasil Uji Validitas

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS 13 pada lampiran, hasil uji validitas diperoleh nilai koefisien korelasi (rhitung) sebagai berikut:

Tabel 4.11.

Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan Item

variabel Nilai rhitung Nilai rtable Keterangan Kesimpulan 1. Kualitas Produk (X1)

1 X.1_1 0,748 0,361 rhitung> rtabel Valid

2 X.1_2 0,775 0,361 rhitung> rtabel Valid

3 X.1_3 0,766 0,361 rhitung> rtabel Valid

4 X.1_4 0,748 0,361 rhitung> rtabel Valid

5 X.1_5 0,778 0,361 rhitung> rtabel Valid

6 X.1_6 0,732 0,361 rhitung> rtabel Valid

7 X.1_7 0,759 0,361 rhitung> rtabel Valid

8 X.1_8 0,838 0,361 rhitung> rtabel Valid

2. Iklan (X2)

1 X.2_1 0,815 0,361 rhitung> rtabel Valid

2 X.2_2 0,769 0,361 rhitung> rtabel Valid

3 X.2_3 0,841 0,361 rhitung> rtabel Valid

4 X.2_4 0,911 0,361 rhitung> rtabel Valid

5 X.2_5 0,798 0,361 rhitung> rtabel Valid

6 X.2_6 0,884 0,361 rhitung> rtabel Valid

7 X.2_7 0,847 0,361 rhitung> rtabel Valid

8 X.2_8 0,847 0,361 rhitung> rtabel Valid

3. Minat Beli Ulang (Y)

1 Y_1 0,977 0,361 rhitung> rtabel Valid

2 Y_2 0,918 0,361 rhitung> rtabel Valid

3 Y_3 0,935 0,361 rhitung> rtabel Valid

4 Y_4 0,942 0,361 rhitung> rtabel Valid

Dari uji validitas yang dilakukan, seperti pada Tabel 4.11. diatas memperlihatkan nilai rhitung semua butir pertanyaan dinyatakan valid karena


(52)

51

yaitu sebesar 0,361. Sehinga seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid sehingga butir-butir pertanyaan pada ketiga variabel X1, X2 dan Y dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data selanjutnya dalam penelitian.

4.3.1.2. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumusAlpha Cronbachdengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil melalui perhitungan dengan program SPSS 13 seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.12.

Nilai Reliabilitas Butir Pertanyaan Item

variabel Nilaiαbutir Nilaiαtotal Keterangan Kesimpulan 1. Kualitas Produk (X1)

1 X.1_1 0,890 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

2 X.1_2 0,886 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

3 X.1_3 0,885 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

4 X.1_4 0,887 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

5 X.1_5 0,884 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

6 X.1_6 0,889 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

7 X.1_7 0,886 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

8 X.1_8 0,876 0,898 αbutir< αtotal Reliabel

2. Iklan (X2)

1 X.2_1 0,934 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

2 X.2_2 0,936 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

3 X.2_3 0,929 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

4 X.2_4 0,922 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

5 X.2_5 0,933 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

6 X.2_6 0,925 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

7 X.2_7 0,929 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

8 X.2_8 0,929 0,938 αbutir< αtotal Reliabel

3. Minat Beli Ulang (Y)

1 Y_1 0,926 0,957 αbutir< αtotal Reliabel

2 Y_2 0,956 0,957 αbutir< αtotal Reliabel

3 Y_3 0,950 0,957 αbutir< αtotal Reliabel


(53)

52

Dari Tabel 4.12. diatas memperlihatkan nilai αbutir untuk variabel Kualitas

Produk (X1) berkisar antara 0,876 sampai 0,890 sedangkan nilai αtotalsebesar

0,898. Pada variabel Iklan (X2) diperoleh nilai αbutir pada kisaran 0,922

sampai 0,936 dan nilai αtotalsebesar 0,938. Untuk variabel Minat Beli Ulang

(Y)nilai αbutirpada kisaran 0,926 sampai 0,956 dan nilaiαtotalsebesar 0,962. Nilai keseluruhan α total > α butir yang nilainya lebih dari 0,600. Hal ini

menunjukkan bahwa reliabiltas semua item pada ketiga variabel dalam penelitian ini dinyatakan reliabel. Dengan demikian berdasarkan hasil uji coba instrument, dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pertanyaan dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

4.3.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Kualitas Produk (X1) dan Iklan (X2) terhadap variabel terikat yaitu Minat Beli Ulang (Y) dilakukan dengan menggunakan analisa kuantitatif model Regresi Linier Berganda dalam program SPSS versi 13.0 dimana hasil yang diperoleh tertera pada Tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13.

Korelasi Variabel Penelitian Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .636(a) .404 .392 1.788

a Predictors: (Constant), Iklan, Kualitas Produk Sumber : data primer diolah 2012


(54)

53

Dari tabel 4.13. diatas terlihat bahwa nilai korelasi antara variabel independent dengan variabel dependen sebesar 0,636 berarti hubungan yang kuat. Sedangkan nilai r2(Koefisien determinasi) sebesar 0,404 artinya variable independent dapat menjelaskan variable dependen sebesar 40,4% sedangkan sisanya sebesar 59,6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model di penelitian ini, seperti faktor harga atau faktor-faktor lainnya.

Adapun nilai-nilai koefesien regresi dan hasil pengujiannya diperoleh seperti pada Tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14.

Nilai Koefesien Regresi dan Hasil Pengujiannya Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error Beta

1 (Constant) 1.177 2.049 .574 .567

Kualitas

Produk .299 .060 .414 4.966 .000

Iklan .216 .050 .363 4.354 .000

a Dependent Variable: Minat Membeli Ulang Sumber: data primer diolah 2012

Nilai Koefesien Regresi dari tabel 4.14. diatas, diperoleh nilai koefisien regresi dengan persamaan regresi secara matematis dalam penelitian ini, sebagai berikut :


(55)

54

Dimana :

Y : Minat Beli Ulang X1 : Kualitas Produk X2 : Iklan

Dari persamaan regresi tersebut diatas dapat dilihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial. Nilai konstanta sebesar 1,177 yang berarti meskipun tanpa kualitas produk dan iklan 1,177% konsumen di Bandar Lampung tetap memiliki minat beli ulang produk shampo Pantene. Sementara dari nilai beta diketahui bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut: Kualitas Produk (+), dan Iklan (+). Berdasarkan hasil tersebut semua variabel bebas mempunyai arah pengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang konsumen shampo Pantene di Bandar Lampung. Pengaruh positif ini mengindikasikan bahwa Minat Beli Ulang ini akan berubah seiring dengan perubahan-perubahan pada kedua variabel bebasnya yaitu Kualitas Produk dan Iklan.

4.3.2.1. Pengujian Secara Simultan

Pengujian secara simultan dalam analisis regresi dilakukan dengan analisis ragam (ANOVA- Analysis of Variance) menggunakan statistik uji-F. Adapun hasil perhitungan menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel 4.15. berikut:


(56)

55

Tabel 4.15.

Analisis Varians dan Hasil Pengujiannya ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 210.652 2 105.326 32.929 .000(a)

Residual 310.258 97 3.199

Total 520.910 99

a Predictors: (Constant), Iklan, Kualitas Produk b Dependent Variable: Minat Beli Ulang

Sumber: data primer diolah 2012

Berdasarkan Tabel 4.15. di atas terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 32,929 dengan signifikansi F sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi F < taraf nyata (α=5%) maka Ho tidak didukung dan dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) antara Kualitas Produk dan Iklan terhadap Minat Beli Ulang Produk shampoPantenedi Bandar Lampung.

4.3.2.2. Pengujian Secara Parsial

Pengujian secara parsial dilakukan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel bebas secara parsial dengan variabel terikatnya dan untuk melihat variabel mana yang berpengaruh dominan terhadap minat beli ulang produk shampoPantenedi Bandar Lampung.

Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa keeratan hubungan/pengaruh masing-masing variabel bebas dengan variabel terikatnya yang dapat ditentukan oleh angka tingkat kesignifikanannya (p-value/sig.) dan koefisien regresi (Beta)


(57)

56

yang secara berurutan sebagai berikut: Variabel Kualitas Produk (sig. = 0,000 dan Beta = 0,299), variabel Iklan (sig.= 0.000 dan Beta = 0,216). Pada tingkat kepercayaan 95% hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat yaitu variabel kualitas produk dan iklan berpengaruh secara siginifikan karena nilai signifikansi kurang dari 5% sehingga Ho tidak didukung. Artinya dengan kepercayaan sebesar 95% dapat dinyatakan bahwa variabel Kualitas Produk (X1) dan Iklan (X2) berpengaruh nyata terhadap Minat Membeli Ulang (Y) shampo Pantene di Bandar Lampung.

4.3.2.2.1. Variabel Kualitas Produk

H0 : b1= 0 : Kualitas produk tidak berpengaruh positif signifikan terhadap

minat membeli ulang

Ha : b1> 0 : Kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap

minat membeli ulang

Hasil uji t untuk variabel X1 (kualitas produk) diperoleh nilai t hitung = 4,966 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, yang berarti Ho tidak didukung dan Ha didukung. Dengan demikian maka, hipotesis pertama dapat didukung. Arah koefisien regresi positif berarti bahwa kualitas produk memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap minat membeli ulang.


(58)

57

4.3.2.2.2. Variabel Iklan

H0 : b2= 0 : Iklan tidak berpengaruh positif signifikan terhadap

minat membeli ulang

Ha : b2> 0 : Iklan berpengaruh positif signifikan terhadap

minat membeli ulang

Hasil uji t variabel X2 (iklan) diperoleh nilai t hitung = 4,354 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, , yang berarti Ho tidak didukung dan Ha didukung. Dengan demikian maka, hipotesis pertama dapat didukung. Arah koefisien regresi positif berarti bahwa iklan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap minat membeli ulang. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa iklan yang semakin menarik, dengan pesan yang mudah dipahami, dan efektif akan mempercepat minat membeli ulang konsumen.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif pada masing-masing variabel menunjukkan bahwa elemen variabel bebas: Kualitas Produk, dan Iklan berada pada tingkatan yang relatif baik. Hal ini ditandai dengan jawaban responden yang sebagian besar menjawab pada kategori setuju dan sangat setuju.

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas Produk dan Iklan memiliki pengaruh sebagai berikut :


(59)

58

1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Membeli Ulang

Elemen kualitas produk memiliki pengaruh positif dimana nilai koefisiennya sebesar 0,299. Koefisien ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan (karena bertanda +) 1 satuan Variabel Kualitas Produk, maka akan meningkatkan Minat Membeli Ulang sebesar 0,299 yang menunjukkan bahwa variabel Kualitas Produk secara signifikan berpengaruh terhadap Minat Membeli Ulang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler (2005) bahwa kualitas produk merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan perlunya peningkatan kualitas produk untuk mempertahankan pelanggan serta menarik minat konsumen lain. Kotler dan Amstrong (2010) juga menyatakan bahwa kualitas produk merupakan sebuah karakteristik barang atau jasa yang memberikan kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pelanggan. Krajewski dan Ritzman (1996) menilai dari sudut pandang konsumen bahwa kualitas adalah nilai (value), yaitu seberapa baik suatu produk atau jasa menyediakan tujuan yang dimaksudkan dengan tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen dengan menilai kualitas.

Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi. Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya, termasuk di dalamnya daya tahan, ketergantungan pada produk atau komponen lain, eksklusif, kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk,


(60)

59

pembungkus dan sebagainya). Kualitas mempunyai peranan penting baik dipandang dari sudut konsumen yang bebas memililh tingkat mutu atau dari sudut produsen yang mulai memperhatikan pengendalian mutu guna mempertahankan dan memperluas jangkauan pemasaran. Implikasinya adalah bahwa untuk meningkatkan minat membeli ulang di masa yang akan datang, maka variabel Kualitas Produk cukup penting diperhatikan oleh perusahaan.

Peningkatan kualitas produk dirasakan sangat perlu dengan demikian produk perusahaan semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Jika hal itu dapat dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dapat tetap memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Dalam perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Perusahaan shampo Pantene hendaknya dapat meningkatkan atau paling tidak mempertahankan Kualitas Produk yang telah dilakukan selama ini sehingga minat membeli ulang konsumen akan tetap terjaga.

2. Pengaruh Iklan Terhadap Minat Membeli Ulang

Variabel iklan memiliki pengaruh positif dimana nilai koefisiennya sebesar 0,216 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan (karena bertanda +) 1 satuan Variabel Iklan, maka akan meningkatkan Minat Membeli Ulang sebesar 0,216 satuan. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel


(61)

60

iklan berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli ulang produk shampo Pantene di Bandar Lampung. Variabel iklan tetap sebagai elemen penting dalam proses pemasaran suatu produk sehingga memberikan ketertarikan bagi konsumen untuk menggunakan produk tersebut sampai akhirnya menjadi pelanggan yang melakukan pembelian ulang.

Hasil penelitian menunjukkan variabel iklan yang meliputi, daya tarik bintang iklan, pesan yang disampaikan, media yang digunakan sampai pada kepercayaan terhadap produk merupakan variabel yang penting dalam menentukan keputusan pembelian melaui kepercayaan yang kuat dan minat untuk kembali memakai produk tersebut. Sehingga sebaiknya perusahaan dapat lebih fokus pada variabel dengan upaya peningkatan melalui peningkatan intensitas kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan iklan guna menarik lebih banyak konsumen, seperti menampilkan iklan dengan merek, celebrity endorser yang lebih menarik dalam penayangan iklan, sehingga menimbulkan persepsi yang lebih tinggi dan lebih meyakinkan bagi konsumen.

Hasil penelitian ini juga memperkuat pendapat yang disampaikan Shimp (2000) tentang variabel endorser yang menyatakan bahwa sekarang ini banyak konsumen yang mudah mengidentifikasi diri dengan para bintang, karena atribut popularitas yang mereka miliki termasuk kecantikan, keberanian, bakat, keanggunan, daya tarik seksual. Variabel pesan iklan


(62)

61

sesuai dengan pendapat Kotler (2005) bahwa efektifitas iklan bergantung pada struktur dan isi pesan. Shimp (2000) juga menyatakan bahwa meskipun pesan-pesan yang efektif penting untuk periklanan yang sukses, pesan tersebut menjadi tidak berarti jika media periklanan yang digunakan tidak mampu mencapai khalayak sasaran yang dimaksud.


(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kualitas Produk dan Iklan berdasarkan hasil uji signifikansi F secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Minat Membeli Ulang produk shampo Pantene di Bandar Lampung, besarnya pengaruh kedua variabel tersebut dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,404 atau 40,4 %. Sedangkan sisanya sebesar 59,6 % dipengaruhi faktor lainnya.

2. Secara parsial, terlihat bahwa dua variabel bebas tersebut menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat membeli ulang produk shampo Pantene dengan koefisien regresi masing-masing sebesar 0,299 dan 0,216. Sehingga hipotesispertamadankeduadalam penelitian ini dapatdidukung.

3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil 80,88% responden setuju bahwa kualitas produk shampo pantene baik, dan 60,88 % setuju membeli shampo pantene karena iklan. Hal tersebut sesuai dengan Top brand index


(1)

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1.

Tesis dengan judul “ Analisa Pengaruh Persepsi Kualitas Produk dan Iklan

Terhadap Minat Membeli Ulang Shampo Pantene di Bandar Lampung”

adalah karya Saya sendiri dan Saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan atas karya Penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan

tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademika atau yang

disebut

Plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada pihak

Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya

ketidakbenaran, Saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan.

Saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, Februari 2013

Yang bertanda tangan,

Dyan Iesti Novianty

NPM. 1121011011


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15

November 1987, sebagai putri pertama dari empat

bersaudara, dari Bapak Drs.Iswanto dan Ibu Purwati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Muhammadiyah

pada tahun 1992 dan melanjutkan lagi pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)

Sejahtera IV Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1993. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sejahtera IV Bandar Lampung

pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di SLTPN 8 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2002,

kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Al-Kautsar Bandar

Lampung dan lulus pada tahun 2005.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) tahun 2005. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan

organisasi sebagai Sekretaris Bidang Minat dan Bakat di Himpunan Mahasiswa

Perikanan Unila (HIMAPERILA) tahun 2006, dan pada tahun 2007 penulis

pernah menjadi Ketua Bidang (Kabid) Penelitian dan Pengembangan di

HIMAPERILA. Selain itu penulis juga didanai oleh Direktorat Penelitian Dan

Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) dengan


(4)

judul “Pengembangan Usaha Burger Isi Slice Dodol Rumput Laut Sebagai

Makanan Kaya Serat Bagi Kesehatan Masyarakat” tahun 2008 dan bidang

Penelitian (PKMP) dengan judul “Disain Wadah Budidaya Ikan Mas

(Cyprinus

carpio)

Untuk Mempermudah Pengelolaan Kualitas Air” tahun 2009. Penulis

melaksanakan kegiatan praktek umum (PU) di Balai Riset Perikanan Budidaya

Air Tawar (BRPBAT) dengan judul “Pembenihan Ikan Nilem

(Osteochilus

hasselti)”.

Penulis mengerjakan tugas akhir dengan judul “ Pengaruh

Pemberian

Pakan Dengan Komposisi Sumber Protein Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan

Ikan Patin Siam

(Pangasionodon hypophthalmus)”.

Tahun 2010 penulis mulai bekerja di Konsultan Perencanaan Sumber Daya Air

PT. PKP. Penulis melanjutkan studi magister di program studi magister

manajemen UNILA dengan konsenterasi manajemen bisnis pada tahun 2011.

Penulis mengerjakan tugas akhir tesis dengan judul “ Analisis Pengaruh Persepsi

Kualitas Produk dan Iklan Terhadap Minat Membeli Ulang Shampo Pantene di

Bandar Lampung”.


(5)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya yang tercurah, sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Tidak lupa shallawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan .

Tesis

dengan judul “Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Produk dan Iklan

Terhadap Minat Membeli Ulang Shampo Pantene di Bandar Lampung

” adalah

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen di Universitas

Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Kedua orang tua penulis (papa Iswanto dan Mama Purwati), adik-adikku

(Harry Dwi Irwanto, Vitriyani Tri Purwaningsih dan Ramadhani Wahyu

Saputro) atas dukungan secara finansial, motivasi dan doa-doanya.

2.

Bapak Prof. Dr.Satria Bangsawan, SE.,M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi

3. Bapak Dr.H. Irham Lihan, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister

Manajemen Fakultas Ekonomi dan dosen pembahas.

4. Bapak Dr.Ayi Ahadiat,SE.,MBA ., selaku pembimbing utama atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian tesis.


(6)

iii

5. Ibu Aida Sari, SE.,MM., selaku pembimbing pendamping atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian

tesis.

6. Nenekku Hj. Sumirah yang selalu mendoakan dan memberikan dukungannya.

7. Nopen Setiawan, S.Pi. yang dengan sabar selalu meluangkan waktu

membantu, memberikan motivasi dan semangat serta doanya.

8. Seluruh keluarga besar yang telah memberi motivasi dan doanya.

9. Seluruh civitas akademika Program Studi Magister Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Lampung, teman-teman angkatan 2011, Riska

Trisnayati, Nina Lelawati, Dian Novita, M.Gigih Tamara dll yang telah

membantu dan memberi dukungan.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua. Demikian karya ini, semoga

dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 20 Februari 2013

Penyusun