KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM ( KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN MUHAMMAD DAWAM RAHARDJO)

(1)

SKRIPSI Oleh : Muhammad Diwal NPM : 20120730230

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM ( Kajian Terhadap Pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Muhammad Diwal NPM : 20120730230 FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Kemakmuran masyarak yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas

kekeluargaan (Bung Hatta)

Harta yang banyak membuat lapang pemiliknya menolong orang-orang yang membutuhkanya, lebih utama dari pada yang sedikit dan terbatas

(Muhammad Al-Ghazali)

Keadilan adalah salah satu prinsip yang harus berdiri tegak di alam semesta Keadilan bukanlah memperindah keimanan, tetapi bagian dari prinsip keimanan

sendiri

Tidak ada yang menyamai keadilan, karena prinsip itulah yang menyebabkan kota-kota menjadi makmur.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan karya skripsi ini kepada orang-orang yang tercinta Kepada kedua orang tua penulis Bapak Tahir dan Ibu Angkillong yang selalu memberikan do‟a, kasih sayang serta dukungannya selama ini demi kelancaran

dalam menuntut ilmu

Kepada saudara-saudari penulis yang terhormat Mas Hakim, Mas Andika, Mas Igo, Mas Dinu, Mba Lina, Mba Liani, dan Dek Memo atas segala usaha dan do‟anya serta bantuannya selama penulis menuntut ilmu, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan

Kepada Galuh Tunjung Pertiwi tercintah beserta keluarga, yang selama ini memberi dukungan, do‟a dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

Semoga mereka selalu diberikan kemudahan dalam beribadah kepada Allah SWT Serta kesehatan dan keselamatan dalam bekerja maupun dalam beraktivitas


(7)

vii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang tiada Tuhan selain Dia serta yang menguasai alam semesta. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Berkat Rahmat dan Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo)”

Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan moril maupun materiil. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Syarif As’ad, M.E.I., M.Si. selaku Kepala Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Mukhlis Rahmanto, Lc. MA., selaku Wakil Kepala Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam. Dan sekaligus sebagai dosen pendamping Program Kreatifitas Mahasiswa Gelombang Dua Social Entrepreneur Basic Incubator (SEBI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(8)

viii

5. Bapak Hilman Latief, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akedemik Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Bapak Drs. H. Muhsin Hariyanto, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, nasehat, saran, serta pengalaman hidup yang sangat berharga.

7. Ibu Syah Amelia Manggala Putri, S.E.I., M.E.I., dan Bapak Syakir Jamaluddin, S.Ag., M.A., selaku Ketua sidang dan penguji dalam munaqsyahkan yang telah memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini. 8. Bapak Rozikan, S.E.I, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL

MAGANG) Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Kepada seluruh Dosen Fakultas Agama Islam khususnya Dosen Ekonomi dan Perbankan Islam yang telah mengajarkan sejuta ilmu dengan penuh kesabaran, keteladanan, dan keihklasan kepada penulis.

10.Kepada seluruh pengurus Tata Usaha Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

11.Kepada Mas Ridwan, S.E.I., Mas Ragil, S.E.I., Mas Satria, S.E.I, M.Si., Mas Tio, S.E.I., Mas Dhidhin, S.E.I., Mas Olan, S.E.I., yang selama ini telah memberikan pelajaran ilmu, kritik, saran, dan bantuanya demi terselesaikannya skripsi ini.


(9)

ix

12.Kepada kedua orang tua tercinta penulis Bapak Tahir dan Ibu Angkillong atas segala usaha dan do’a serta dukungannya selama ini demi kelancaran dalam menuntut ilmu.

13.Kepada saudara-saudari yang tersayang Mas Hakim, Mas Andika, Mas Igo, Mas Dinu, Mba Lina, Mba Liani, dan Dek Memo atas segala usaha dan do’anya serta bantuannya selama penulis menuntut ilmu. Semoga selalu diberikan kemudahan dalam beribadah kepada Allah SWT. Serta kesehatan dan keselamatan dalam bekerja maupun dalam aktivitas.

14.Kepada saudari Galuh Tunjung Pertiwi, S.ST. tercinta, yang selama ini memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 15.Kepada seluruh teman-teman Angkatan Tahun 2012 Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

16.Keluarga besar HMI FAI UMY (Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) menjadi tempat kedua untuk menimba ilmu yang telah memberikan makna perjuangan, keberanian, dan semangat pantang menyerah sehingga mencerdaskan setiap kadernya.

17.Keluarga besar HIMEPI (Himpunan Mahasiswa Ekonomi dan Perbankan Islam) yang sudah menjadi tempat kedua untuk menimba ilmu organisasi lembaga kampus dan memberikan langkah awal menuju kesuksesan di dunia akademis.


(10)

x

18.Keluarga besar FIES UMY (Forum Intelektual Ekonomi Syariah) yang sudah menjadi tempat kedua untuk menimba ilmu, mengajarkan kepemimpinan, dakwah, ukhuwah, serta memberikan jaringan ekonomi yang luas di seluruh Indonesia.

19.Keluarga besar FK Wija To Luwu (Forum Komunikasi Wija To Luwu) PERHIPLA, IMAPA, IKAPMAL, dan FORMA LUTIM yang suda menjadi rumah kedua untuk tempat menimba ilmu dan belajar organisasi kedaerahan.

20.Keluarga besar IKAPMAL (Ikatan Kekeluargaan Pelajar/Mahasiswa Luwu Utara) yang suda menjadi rumah kedua bagi penulis dalam menimba ilmu dan belajar kepemimpinan dalam organisasi kedaerahan. 21.Teman-teman BOOKNESIA sebagai tempat berdiskusi, berbai ilmu serta

menyadarkan penulis bahwa buku adalah harta intelektual yang tak ternilai 22.Kepada seluruh teman-teman Angkatan Tahun 2012 Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

23.Kepada seluruh teman-teman Angkatan Tahun 2012 Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kelas A, B, C, D, dan terkhusus kelas E tercinta.

24.Kepada sahabat-sahabat penulis Jamal Zulkifli, Beni Saputra, Romario, Sukri, Galang, Afif, Mimin, Hussen Weduewere, Fadli, Angga, Julio, Zainu Fitroni, Hendik, Denik Krisdayanti, Alifa Putri, Tazkiya Ainul Qolbi, Maulida Masruroh, Alfin Kurniawati, Rully Widiya Wati, Alfio


(11)

xi

Nita, Sarah Aprilia, Ardini Pangesti Putri, Khoidatul lisa, Salmia, Leli, Nurfadillah, Anisa Fitriani Sulfa, yang telah menemani belajar dan berdiskusi selama hampir empat tahun dalam dunia perkuliahan dan organisasi. Serta membantu memberikan kritik dan saran terkait skripsi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari pembimbing dan semua pihak yang sifatnya membangun, untuk menyempurnakan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum wr. Wb

Yogyakarta, 22 Desember 2016 Penulis,


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………..

KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAMError! Bookmark not defined. NOTA DINAS ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... xi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAC ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... Error! Bookmark not defined. BAB I ... Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined. C. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Tinjauan Pustaka... Error! Bookmark not defined. G. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. H. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Sistematika Pembahasan... Error! Bookmark not defined. BAB II ... Error! Bookmark not defined. BIOGRAFI MUHAMMAD DAWAM RAHARDJOError! Bookmark not defined.

A. Biografi Muhammad Dawam Rahardjo ... Error! Bookmark not defined. B. Latar Belakang Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. C. Karir dan Pengalaman Intelektualnya ... Error! Bookmark not defined.


(13)

xii

D. Karya-Karyanya ... Error! Bookmark not defined. BAB III ... Error! Bookmark not defined. PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Konsep Koperasi Menurut Muhammad Dawam RahardjoError! Bookmark not defined.

B. Hubungan Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Islam .. Error! Bookmark not defined.

1. Prinsip Dasar Perkoperasian ... Error! Bookmark not defined. 2. Prinsip dan Nilai Sistem Ekonomi IslamError! Bookmark not defined. C. Pandangan Dawam Rahardjo Tentang Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Islam.

... Error! Bookmark not defined. D. Analisis Pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo ... Error! Bookmark not

defined.

BAB IV ... Error! Bookmark not defined. PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. B. SARAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. CURRICULUM VITAE ... Error! Bookmark not defined.


(14)

(15)

xvi

pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak

dilambangkan Tidak dilambangkan

Bā’ B -

ت

T -

s (dengan titik diatas)

ج

Jīm j -

Hā’ h (dengan titik dibawah)

Khā’ kh -

د

Dāl d -

Zāl ż z (dengan titik diatas)

ر

Rā’ r -

Zā’ z -


(16)

xvii

ط

Tā’ t (dengan titik dibawah)

Zā’ ẓ z (dengan titik dibawah)

Aīn

Koma terbalik ke atas

Gaīn g -

ف

Fā’ f -

Qāf q -

Kāf k -

Lām l -

Mīm m -

Nūn n -

و

Wāwu w -

Hā’ h -

ء

Hamzah

Apostrof


(17)

xviii

ع

Ditulis ‘iddah

3. Ta, Marbūtah diakhiri kata a. Bila dimatikan tulis h

ح

ditulis ḥikmah

ي ج

ditulis Jiyah

(Ketentuan ini diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, sholat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

b. Bila ta’Marbūta diikuti dengan kata sandang “Al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h

ء يلوْا ارك

Ditulis Kar mah al-auliy ’

c. Bila ta’Marbuta hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t


(18)

xix

َ

---

Kasrah Ditulis I

َ

---

ḍammah Ditulis U

5. Vokal Panjang

1

faṭhạh

ي ه ج

+ Alif ditulis j hiliyah

2

faṭhạh

يس ت

+ya’ mati ditulis tans

3

kasrah+ ya’ mati

يرك

ditulis ī

karīm

4

ḍammah + wawu mati

ورف

ditulis furūdū

6. Vokal Rangkap

1

faṭhạh+ ya’ mati

يب

ditulis ai

bainakum

2

faṭhạh +wawu mati

ق

ditulis au


(19)

xx

ت أأ

ditulis a’antum

ت عأ

ditulis u’iddat

تر ش ل

ditulis la’in syakartum

8. Kata Sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qomariyah

ارقلا

ditulis al –Qur’ n

س يقلا

ditulis al-Qiy s

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan mengunakan huruf Syamsiyyah yang mengikuti, serta menghilangkan 1 (el)-nya.

ء سلا

ditulis as –Sam ’

شلا

ditulis asy- Syams

9. Penulisan kata dalam Rangkaian kalimat a. Ditulis menurut bunyi atau pengucapanya.

ورفلا و

ditulis zawi al-furūḍ


(20)

(21)

Koperasi dan Sistem Ekonomi Islam yang yang merujuk pada perekonomian yang berkeadilan. Dalam penelitian ini ada tiga jenis rumusan masalah yang diangka yaitu 1). Apa konsep koperasi menurut Muhammad Dawam Rahardjo. 2). Bagaimana hubungan koperasi dan sistem ekonomi Islam. 3). Bagaimana pandangan Muhammad Dawam Rahardjo tentang koperasi dalam sistem ekonomi Islam. Dalam menjawab rumusan masalah diatas, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian pustaka (library research) yang bersifat deskriftif analisis dengan mengunakan metode analisis data kualitatif. Berdasarkan dari rumusan masalah dan teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil dari pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo tentang Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Islam adalah sebagai berikut : 1). Koperasi dalam sistem ekonomi Islam di pandang sebagai bentuk syirkah ta’awuniyyah yang bermakna kerja sama antara beberapa orang yang memiliki tujuan yang sama. 2). Koperasi dalam sistem ekonomi Islam menekankan pada aspek penanaman nilai-nilai moral dan etika pada setiap aktivitasnya dalam perekonomian. 3). Koperasi dalam sistem ekonomi Islam sangat relevan saat ini untuk dikembangkan lebih jauh yaitu koperasi syariah (BMT) yang sejatinya mengedepankan nilai-nilai gotong royong, kekeluargaan, tanggung jawab, dan berkeadilan dengan prinsip syariah. Adapun titik persamaa Koperasi dan Sistem Ekonomi Islam yaitu pada aspek pementasan kemiskinan dan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat.


(22)

and Islamic Economic System based on justice and fairness. In this research, there are three main problems: 1) What is the foundation of ‘Kooperasi’ according to

Muhammad Dawam Rahardjo, 2) How is the relationship between ‘Koopeari’ and

Islamic Economic System, and 3) What is the opinion of Muhammad Dawam

Rahardjo for ‘Kopersi’ in Islamic Economic System. In order to address these problems, the author used literature research method and qualitative data analysis. Based on problem description and analytical method deployed in this research, the author concluded that the idea by Dawam Rahardjo for Koperasi in Islamic Economic System are: 1) Kooperasi is perceived as a syirkahta’awuniyyah, cooperation within community who share similar goals, 2) Kooperasi emphasize morality and ethic conducts in every components, and 3) Koopeasi is very relevant in the current

situation, e.g., Syariah ‘Koperasi’ (BMT) is a one with full potential for future

development which promotes and encourages cooperation, brotherhoods, responsibility, and justice with syariah as the foundation. In the other hand, the similarity between Koperasi and Islamic Economic System lies in the same goal to overcome the poverty and bring the prosperity for community.


(23)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Koperasi pada awalnya berkembang di kawasan Eropa terutama di Inggris dan Jerman pada pertengahan abad ke-19. Koperasi di Inggris berkembang dalam bentuk koperasi konsumen, sedangkan koperasi di Jerman berkembang dalam bentuk koperasi kredit dibidang pertanian. Bedanya lagi, koperasi konsumen di Inggris digerakkan oleh kalangan buruh, sedangkan koperasi kredit di Jerman digerakkan oleh petani, khususnya petani kecil. Baik buruh maupun petani sama-sama berposisi dan berperan sebagai pekerja yang dalam koperasi yang dianggap sebagai anggota koperasi (Rahardjo, 2015: 256).

Pada awal abad ke 20 sejalan dengan lahirnya kesadaran nasional yang melahirkan organisasi pergerakan nasional, respon lain juga dimunculkan kaum Muslim pribumi, yaitu pengembangan gerakan koperasi. Pengembangan gerakan koperasi tersebut awalnya terjadi dikalangan organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian melebar ke kalangan Boedi Oetomo. Ketika itu, koperasi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan kebutuhan bahan baku industri, terutama batik yang distribusinya dimonopoli oleh pedagang asing dan etnis keturunan Cina yang saat itu koperasi menyediakan layanan kredit yang juga


(24)

dimaksudkan sebagai upaya mencegah kredit perdangangan yang begitu tinggi. Kredit merupakan kunci utama untuk memecahkan masalah produksi, distribusi, dan konsumsi sehingga model koperasi yang banyak tumbuh adalah koperasi kredit atau simpan-pinjam (Rahardjo, 2015: 299).

Koperasi Indonesia yang lahir dalam perjuangan menentang kolonialisme. Cita-cita koperasi Indonesia menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat yang kolektif, berakar pada adat istiadat hidup Indonesia yang asli, seperti gotong royong dan musyawarah, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman modern. Semangat kolektif Indonesia mengutamakan kerja sama dalam suasana kekeluargaan antara manusia pribadi, bebas dari penindasan paksaan. Koperasi menghargai pribadi manusia sebagai makhluk Allah yang bertanggung jawab atas keselamatan keluarga dan masyarakat seluruhnya, tetapi menolak pertentangan dan persaingan dalam bidang yang sama. Pada koperasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan didamaikan dalam keadaan harmonis kepentingan orang-seorang dengan kepentingan umum (Hatta, cetak ke dua 2015: 308-309).

Dalam kongres Muhammadiyah pada tahun 1935 dan 1938 memutuskan tekatnya untuk mengembangkan koperasi di seluruh wilayah Indonesia, terutama dilingkungan warga muhammadiyah. Berbagai koperasi di bidang produksi mulai tumbuh dan dikembangkan antara lain koperasi batik yang dipelopori oleh H. Zarkasi, H. Samanhudi dan K.H.Idris,


(25)

pengembang koperasi Indonesia yang tidak akan terpengaruh paham kapitalisme dan liberalisme. Ekonomi koperasi sendiri merupakan implementasi dari amanah konsitusi UUD 1945. Perluh diketahui bahwa pada awalnya gagasan mukadimah dari konsitusi UUD 1945 secara eksplisit

memasukkan unsur syari’ah Islam yang berbunyi :

...menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya masing-masing, ini artinya bahwa semangat nilai-nilai Islam sudah muncul sejak founding fathers menggagas negara Indonesia kedepan termasuk konsep pembangunan ekonominya (Sofyan, 2015: 5).

Dalam proses pembangunan ekonomi, kita menyadari kerap kali terjadinya sektor-sektor yang terpinggirkan atau terlupakan, baik oleh para pelaku ekonomi maupun para pengambil kebijakan. Biasanya yang terpinggirkan ini adalah mereka yang bergerak di usaha mikro kecil, menengah dan beberapa jenis badan usaha yang kurang mendapat arah, seperti koperasi. Padahal, usaha kecil tidak perna mempersoalkan mengapa mereka menjadi kecil. Mereka memahami adanya perbedaan kemakmuran, besar kecil, sebagai bagian yang tidak terhindarkan dalam sistem ekonomi seperti yang kita alami saat ini. Namun persoalannya bukanlah pada lebih atau kurang, tetapi lebih kepada sebuah konsep etos keadilan : jangan mengambil segalanya sehingga tidak tertinggal apapun bagi orang lain (Hamid, 2015: 4).

Dalam kehidupan ekonomi koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas terkait kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Dalam perkembangan ekonomi yang berjalan demikian


(26)

cepat, pertumbuhan koperasi selama ini belum sepenuhnya menampakkan wujud dan peranya. Karena itu untuk menyelaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis perlu adanya suatu konsep yang mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi usaha mandiri (Burhanuddin, 2013: 3).

Ilmu ekonomi sendiri pada dasarnya merupakan ilmu yang menghalalkan eksploitasi dari satu pihak ke pihak yang lain demi mendapatkan keuntungan yang maksimum. Cara berfikir ekonomi itu secara diametral bertentangan dengan ajaran Islam yang mendasarkan diri pada persaudaraan (ukhuwwah), kebersamaan (jama’ah), dan saling tolong menolong (ta’awwun) yang semuanya mendasarkan diri pada

prinsip-prinsip keadilan (al’adl) bagi semua (Hudiyanto, 2014: 12).

Kedudukan koperasi syari’ah dalam sistem koperasi nasional, terlihat dari pasal 87 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 sebagai penganti Undand-Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang perkoperasian yang berbunyi : “Koperasi dapat menjalankan

usaha atas dasar prinsip ekonomi syari’ah” dan “Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syari’ah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah” Sebagai bagian dari koperasi

nasional koperasi syari’ah secara efektif bisa meningkatkan kualitas kehidupan umat dan memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan ketahanan ekonomi nasional dan koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa Indonesia.


(27)

Untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama atas dasar azas kekeluargaan, gotong royong dan demokrasi ekonomi. Fungsi tersebut secara rinci bisa dijabarkan bahwa, koperasi syari’ah bisa dijadikan sebagai basis kekuatan ekonomi kerakyatan yang efektif, sehingga menjadi aset nasional yang mampu menyumbangkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Koperasi syari’ah merupakan sarana pengembangan usaha terutama bagi pemodal kecil dimana kegiatan yang dilakukan oleh koperasi syari’ah merupakan perjanjian yang di bentuk atas dasar kerelaan, dan merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebersamaan, gotong royong antar anggota dan hal ini juga dapat dilihat pada asas kekeluargaan sebagai prinsip dasar koperasi yang di atur dalam Undang-Undang perkoperasian.

Koperasi adalah badan usaha yang telah tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Agar praktik koperasi kedepan dijiwai oleh semangat pengalaman prinsip-prinsip syari’ah, maka pembaharuan keilmuan yang ada saat ini menjadi keniscayaan. Metode ini sesungguhnya merupakan alternatif ditengah kesenjangan antara aspek ke ilmuan Islam masa lalu yang normatif dengan realitas praktik ekonomi dan bisnis yang ada saat ini. Oleh karena itu koperasi sebagai bagian dari praktik ekonomi dan bisnis, konsep keilmuan perlu diperbarui melalui pendekatan wahyu. Mengamalkan prinsip-prinsip syari’ah (wahyu) kesemua aspek kehidupan merupakan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah kepada hamba-hambaNya. Tujuan mendasar mengamal prinsip-prinsip syari’ah ialah untuk mencapai


(28)

kemaslahatan hidup umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Begitupula dalam lembaga koperasi, tujuan menerapkan prinsip-prinsip syariah ialah selain menghadap ridha Allah, juga dalam rangka mencapai kemaslahatan dibidang ekonomi dan bisnis (Burhanuddin, 2013: Viii).

Jumlah KJKS/UJKS Koperasi per April 2012 sekitar 4.117 unit dengan jumlah anggota 762 ribu dan total asetnya mencapai Rp 5 triliun sampai Rp 8 triliun. Jumlah ini diperkirakan akan semakin bertambah pada masa mendatang seiring dengan perkembangan industri keuangan yang berbasis syari’ah akhir-akhir ini (Sofiani, 2014: 3).

Pertanyaan besar terkait dengan sinergi antara koperasi dan sistem ekonomi Islam adalah apakah persoalan dalam koperasi dapat diatasi dengan solusi syari’ah dan sebaliknya, dan apakah kekuatan ekonomi pada prinsip-prinsip syarai’ah bisa memperkuat koperasi dan sebaliknya. Kelemahan dalam koperasi adalah karena perkembangannya yang terbatas pada sektor konsumsi dan kredit pertanian saja, sedangkan kelemahan ekonomi Islam juga serupa meski tak sama, yaitu keterbatasannya yang hanya bergerak dibidang perbankan dan keuangan serta konsumsi barang-barang dan jasa yang halalan thoyyiban (Halal dan Baik). Terlepas dari kelemahan-kelemahan ini, keduanya memiliki kesamaan dalam hal perkembangan diskursus. Artinya, sinergi antara keduanya bisa diarahkan pada bidang keuagan dan konsumsi. Lagi pula, kredit koperasi umumnya merupakan kredit pertanian, sementara ekonomi Islam juga menonjol di bidang produksi dan konsumsi hasil pertanian (Raharjo, 2015: 262).


(29)

Dalam sistem industri keuangan syari’ah memperoleh minat yang tinggi dari para investor di negara-negara industri maju seperti Inggris, Jerman, Jepang, dan Singapura. Realitas tersebut menunjukan bahwa prinsip-prinsip ekonomi syari’ah dapat diadopsi untuk memperkuat prudensialitas lembaga koperasi dengan cara mengeluarkan produk-produk syari’ah. Ekonomi syari’ah dan koperasi merupakan sistem ekonomi yang berbasis nilai. Oleh karena itu, keduanya bisa melakukan sinergi dalam memperkuat mentalitas pelaku ekonomi dalam integrasi kedua sistem tersebut dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip syari’ah ke dalam lembaga koperasi. Koperasi dapat mengikuti pertumbuhan produk-produk syari’ah, baik dari sisi mobilisasi dana maupun dalam pembiayaan. Sebagai timbal baliknya, lembaga ekonomi Islam dapat mengunakan solusi koperasi untuk membangun produksi sektor riil. Dengan bersinergi, keduanya juga bisa lebih efektif melaksanakan misi pemberentasan kemiskinan, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan penciptaaan perekonomian Indonesia yang mandiri (Rahardjo, 2015: 263).

Dalam sistem ekonomi Islam, koperasi dapat diterima, namun solusi

syari’ah memiliki lebih banyak modus sehingga solusi syari’ah itu dapat dan perlu ditambah dan dikembangkan ke dalam sistem koperasi yang sudah berjalan. Sungguhpun begitu, karena gagasan koperasi itu belum masuk ke dalam pemikiran dan sistem ekonomi Islam, maka dari itu sistem ekonomi koperasi atau kooperativisme perlu pula menjadi wacana ekonomi Islam sehingga memberikan kontribusi terhadap wacana ekonomi sosial Islam


(30)

(Islamic Social Economy). Dan sebenarnya sistem ekonomi Islam itu mengarah kepada konsep koperasi, berdasarkan Surat Al-Baqarah :104 dan 110 dan Surat Al- Maidah : 2 (Rahardjo, 2012: 11).

Pentingnya penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan, menganalisis dan menghubungkan koperasi dalam sistem ekonomi Islam dan konsep keadilan. Untuk melengkapi pembahasan penelitian ini penulis juga memasukkan biografi dan pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo dan karya-karyanya. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dirangkai menjadi judul “Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat ditarik permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Apa konsep koperasi menurut Muhammad Dawam Rahardjo? 2. Bagaimana hubungan koperasi dan sistem ekonomi Islam? 3. Bagaimana pandangan Muhammad Dawam Rahardjo tentang


(31)

C. Batasan Masalah

Pembahasan sistem ekonomi Islam telah banyak dilakukan para cendekiawan dan ekonom, khususnya pemerhati ekonomi Islam. Namun, penelitian ini terfokus kepada objek koperasi dalam sistem ekonomi Islam menurut Dawam Rahardjo yang mengedepankan konsep moral etika yang berkeadilan (ad-adl) dalam suatu sistem ekonomi khususnya pada objek koperasi.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirinci diatas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep koperasi menurut Muhammad Dawam Rahardjo.

2. Untuk mengetahui hubungan koperasi dan sistem ekonomi Islam. 3. Untuk mengetahui pandangan Muhammad Dawam Rahardjo tentang

koperasi dalam sistem ekonomi Islam.

E. Manfaat Penelitian

Dari kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diberbagai kalangan, diantaranya :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah keilmuan tentang tentang kajian pemikiran Dawam Rahardjo pada


(32)

aspek koperasi dan sistem ekonomi Islam, penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas wawasan bagi penggiat ekonomi Islam dalam mengkaji konsep keadilan dalam ekonomi di masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pandangan ilmu yang baru inovatif serta dapat memberikan solusi terhadap masalah ekonomi disuatu negara dan dapat mendorong terbentuknya suatu sistem ekonomi yang beretika dan berkeadilan.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Pemerintah

Bagi instansi pemerintahan khususnya Indonesia penelitian ini dapat memberikan informasi tentang keadaan koperasi dan sistem ekonomi Islam di Indonesia dalam pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo, sebagai konsep ilmu yang dapat menjadi rujukan unuk memakmurkan masyarakat di Inonesia.

b. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa jurusan ekonomi Islam maupun mahasiswa jurusan lainnya, dengan adanya penelitian ini maka dapat memberikan khazanah keilmuan dibidang koperasi dan sistem ekonomi Islam dan pengetahuan tentang konsep keadilan dalam ekonomi khusunya dalam koperasi.

b. Bagi peneliti

Bagi peneliti sendiri diharapkan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang koperasi dan sistem ekonomi Islam


(33)

sebagai jalan tengah dan prinsip keadialan ekonomi sebagai suatu konsep dalam melakukan aktivitas ekonomi, serta menambah kepedulian penulis terhadap perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dan dunia.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ada beberapa refrensi yang digunakan diantaranya :

1. Penelitian Bhinawan dengan tulisan skripsinya yang berjudul

Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur‟an Tentang Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi” (2010). Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer yang bersumber dari buku-buku pedoman dasar HMI yakni Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) dan buku-buku tentang keadilan sosial dan keadilan ekonomi yang ditulis oleh tokoh-tokoh HMI seperti Dawam Rahardjo, Nurcholish Madjid, Endang Saifuddin Ansari dan lain-lain. Sedangkan data sekunder yakni sumber buku-buku atau tulisan yang menulis tentang keadilan sosial dan keadilan ekonomi yang bukan ditulis oleh tokoh-tokoh HMI. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data mengunakan deskriptif analisis. Pengertian keadilan (Al-„Adl) berada pada makna keseimbangan atau keadaan tidak ekstrim, persamaan atau tidak adanya deskriminasi dalam


(34)

bentuk apapun dan pemberian hak kepada siapa saja yang berhak menerima sesuai dengan porsinya. Al-Qur’an sangat menekankan persamaan manusia dalam sosial ekonomi (egalitarianism) dan menghindari dari segalah bentuk kepincangan sosial yang berpangkal dari kepincangan ekonomi, seperti eksploitasi, keserakahan, pembagian hasil tak merata, dan konsentrasi harta pada segelintir orang dan lain-lain. Konsep keadilan ekonomi dalam prespektif Islam didasarkan pada ajaran persaudaraan dan kekeluargaan yang melampaui batas-batas geografis. Keadilan merupakan nilai dan cita-cita, yakni bagaimana melaksanakan keadilan tersebut.

2. Penelitian Akhmad Saikuddin dengan tulisan skripsinya yang berjudul Konsep Keadilan Dalam Al-Qur‟an: Telaah Kata Al-„Adl dan al-Qist dalam Tafsir al-Qurtubi” (2014). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu linguistik yang mengacu pada tafsir Al-Qur’an dan kamus arab. Pendekatan ini bertujuan untuk menemukan makna asli dari setiap kata ataupun kalimat yang tertulis, dalam hal ini yaitu ayat-ayat al-Qur’an yang membahas mengenai keadilan (Al-„Adl) dan (Al-Qist). Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa keadilan (Al-„Adl) dalam Al-Qur’an memiliki klasifikasi makna, yaitu makna etimologi dan terminologi. Secara etimologi Al-„Adl bermakna menyamakan sesuatu dengan yang lainnya. Al-„Adl juga bermakna mengganti/tebusan (Fida) yang


(35)

mengharuskan sama, setara dan seimbang. Sedangkan secara terminologi (Al-„Adl) merupakan perbuatan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan seseorang akan haknya, tidak

berlebih dan tidak berkurang, juga berlaku sesuai syari’at agama

Islam. Sedangkan Al-Qist adalah perbuatan yang dilakukan apa adanya, sesuai kadar, takaran dan timbangannya.

3. Penelitian Khoiron Arif dengan tulisan skripsinya yang berjudul “Konsep Keadilan Menurut John Rawls: Telaah Metafisika” (2005). Jenis penelitian ini bersifat literal-konseptual dengan mengunakan pendekatan metafisik (metaphysical approach) mengunakan metode historis-filosofis dan deskriftif analisis. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa Rawls mengabungkan prinsip dasar kesejahteraan antara kapitalis (dengan kebebasan dalam mencapai kepentingan individu) dan sosialis (yang percaya pada kesamaan atas semua hak milik) serta mengambil unsur-unsur dasar moral utilitarinisme dan intuisionisme yang kemudian di formulasi menjadi konsep keadilan yang baru. Bagi Rawls keadilan itu terletak pada bagaimana struktur dasar masyarakat (yang adil) dapat membagikan barang utama (primary goods) yang menurut Rawls terdiri dari dua yaitu bersifat sosial dan natural. Keadilan harus didasarkan pada dua prinsip yakni prinsip kesamaan hak bagi semua orang selama tidak menganggu hal serupa pada orang lain dan


(36)

prinsip bahwa ketidaksamaan harus diatur sehingga menguntungkan semua pihak dan terbuka bagi kesempatan yang adil.

4. Muhammad Dawam Rahardjo dalam tulisanya yang berjudul

Rancang Bangun Ekonomi Islam” ( 1987). Perekonomian yang yang bekerja atas dasar Self-interest maupun altruism yaitu koperasi yang digagas oleh Robert Owen, Fourir dan Proudon. Dewasa ini koperasi digolongkan ke dalam ekonomi sosial yang berbasis nilai yang di eksplisitkan dalam pernyataan jatidirinya (identity statement), seperti self-help (menolong diri sendiri), solidarity (kesetia-kawanan), dan honesty (kejujuran). Kini lembaga koperasi menyatakan bahwa kekuatanya terletak pada jatidirinya yang menjadi ukuran keberhasilan kopersi dalam perkembangan ekonomi. sistem ekonomi Islam dalam konteks modern, menawarkan sejumlah nilai-nilai yang dapat dipakai sebagai pengendali prilaku manusia yang bebas dalam lembaga organisasi ekonomi, khususnya keuangan, dapat dipakai sebagai azas kehati-hatian yang menjamin keadilan, keselamatan dan kesejahteraan. Dalam sistem ekonomi Islam, koperasi dapat di terimah, namun solusi syari’ah memiliki

lebih banyak bentuk sehingga solusi syari’ah itu dapat dan perlu

ditambah dan dikembangkan ke dalam sitem koperasi yang sudah berjalan. Sunggupun begitu, karena gagasan koperasi itu belum masuk ke dalam pemikiran dan sistem ekonomi Islam, maka dari itu sistem ekonomi koperasi atau kooperativisme perlu pula menjadi


(37)

wacana ekonomi Islam sehingga memberikan kontribusi terhadap ekonomi Sosial Islam (Islamic Social Economy). Dan sebenarnya sistem ekonomi Islam itu mengarah kepada konsep koperasi, berdasarkan Surat Al-Baqarah: 104 dan 110 dan Surat Al- Maidah: 2. 5. Muhammad Dawam Rahardjo dalam bukunya “Perspektif Deklarasi Makkah Menuju Ekonomi Islam” (1987). Dalam situasi dimana pemikiran filosofis yang bertolak dari ajaran agama mengandung resiko social yang sangat besar, maka dalam hal ini yang harus dilakukan adalah membebaskan diri dari pemikiran formal agama. Pemikiran ini perlu diikuti dengan percobaan-percobaan konkret. Dari sana berkembang gagasan-gagasan dan proyek-proyek pembangunan umum yang tidak dinyatakan sebagai bersumber dari ajaran agama, namun polanya sesuai dengan tujuan ajaran agama. Untuk mempermudahkan dalam menganalisis penelitian-penelitian sebelumnya yang lebih banyak membahas tentang moral etika dan keadilan. Maka peneliti akan mengklasifikasikan tiga hasil dari penelitian dan 2 tulisan diatas. Kemudian untuk mempermudah dalam menganalisis perbedaan antara penelitian yang satu dengan yang lainnya, maka akan disediakan tabel dengan menuliskan beberapa bagian yaitu peneliti, tahun, judul, aspek, metode analisis, dan hasil penelitian (Afif dalam Rosyidi, 2016: 12).


(38)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No

Penulis/Peneliti, Tahun, Judul

Aspek Metode

Analisis

Hasil Penelitian 1. Bhinawan,

(2014). “Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi”. Keadilan sosial dan keadilan ekonomi dalam tinjauan Al-Qur’an Deskriptif Analitis.

Al-Qur’an sangat menekankan persamaan manusia dalam sosial ekonomi

(egalitarianism) dan menghindari dari segala bentuk kepincangan sosial yang berpangkal dari kepincangan ekonomi, seperti

eksploitasi, keserakaan, pembagian hasil tidak merata dan harta hanya berpusat pada segelintir orang. Konsep keadilan merupakan nilai dan cita-cita masyarakat.


(39)

2. Akhmad Saikuddin,

(2014). “Konsep Keadilan Dalam Al-Qur’an : Telaah kata al-Qist Dalam Tafsir al-Qurtubi”. Keadilan dalam makna etimologi dan terminologi dalam al-Qur’an Deskriptif Analitis

Yakni bahwa keadilan (ad-adl) dalam

al-Qur’an memiliki

klasifikasi makna, yaitu makna etimologi dan terminologi. Secara etimologi adlbermakna menyamakan sesuatu dengan yang lainya. Al-adl juga bermakna mengganti (fida)yang mengharuskan sama, setara dan seimbang. Sedangkan secara terminologi al-adl merupakan perbuatan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan seseorang akan haknya sesuai kadarnya.


(40)

3. Khoiron Arif, (2014). “Konsep Keadilan

Menurut John Rawls : Telaah Metafisika”. Moral utilitarinisme dan intuisionisme Deskriptif analitis

Dari penelitian yang di lakukan ditemukan bahwa Rawls

mengabungkan prinsip dasar kesejahteraan antara kapitalis (dengan kebebasan dalam mencapai kepentingan individu) dan sosialis (yang percaya pada kesamaan atas semua hak milik) serta

mengambil unsur-unsur dasar moral utilitarinisme dan intuisionisme yang kemudian diformulasi menjadi konsep keadilan yang baru. Bagi Rawls keadilan itu terletak pada

bagaimana struktur dasar masyarakat (yang


(41)

adil) dapat membagikan barang utama (primary goods) yang menurut Rawls terdiri dari dua yaitu bersifat sosial dan natural. Keadilan harus di dasarkan pada prinsip yakni prinsip kesamaan hak bagi semua orang dan terbuka bagi


(42)

4. Muhammad Dawam Rahardjo, (2012), “Rancang Bangun Ekonomi Islam”. Koperasi dalam sistem ekonomi Islam

Kini lembaga koperasi menyatakan bahwa kekuatannya terletak pada jatidiri yang menjadi ukuran keberhasilan koperasi dalam perkembangan ekonomi. Sistem ekonomi Islam dalam konteks modern, menawarkan sejumlah nilai-nilai yang dapat di pakai sebagai

pengendali perilaku manusia yang bebas dalam lembaga organisasi ekonomi dipakai sebagai azas kehati-hatian yang menjamin keadilan, keselamatan dan kesejahteraan.


(43)

5. Muhammad Dawam Rahardjo, (1987), “Perspektif Deklarasi Makkah Menuju Ekonomi Islam”.

Perspektif sistem ekonomi Islam

Dalam situasi dimana pemikiran filosofis yang bertolak dari ajaran agama mengandung resiko social yang sangat besar, maka dalam hal ini yang harus

dilakukan adalah membebaskan diri dari pemikiran formal agama. Pemikiran ini perlu diikuti dengan percobaan konkret. Dari sana berkembang gagasan dan proyek pembangunan umum yang tidak dinyatakan sebagai bersumber dari ajaran agama, namun polanya sesuai dengan tujuan ajaran agama.


(44)

Dari pemaparan penelitian terdahulu yang telah ditulis diatas dapat dijelaskan bahwa konsep keadilan sosial ekonomi dan pengertian keadilan dan koperasi dalam sistem ekonomi Islam secara umum dibahas oleh peneliti sebelumnya namun hal itu hanya bersifat deskriptif. Berdasarkan pembahasan hasil peneliti sebelumnya yang telah dikemukakan diatas, pada realitasnya belum ada satupun yang membahas tentang konsep keadilan dalam koperasi dan konsep keadilan dalam sistem ekonomi Islam.

Oleh karena itu, penelitian ini ingin menemukan suatu konsep baru pemikiran Dawam Rahardjo tentang koperasi dalam sistem ekonomi Islam.

G. Landasan Teori

Dalam melakukan penelitian pustaka memerlukan pengkajian secara mendalam, sistematis dan cermat, agar memperoleh hasil yang akurat (Wardana, 2001: 9). Berikut pemaparan kerangka teori dalam memperkuat setiap aspek penelitian ini:

1. Koperasi

Secara Etimologi, koperasi berasal dari kata “co” dan “Operation”. Co memiliki arti bersama dan Operation berarti

bekerja. Dengan demikian, secara bahasa “koperasi”dapat di artikan

sebagai kerja sama. Dalam hal ini, koperasi berarti suatu wadah ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang bersifat terbuka dan sukarela yang bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan anggota secara bersama-sama (Basith, 2008: 42).


(45)

Jika koperasi mula-mula tumbuh itu merupakan suatu gerakan spontan, maka kemudian orang mulai bertanya, apakah koperasi itu dan mulailah orang-orang memberikan isi dan definisi kepada koperasi. Jika kita teliti lebih lanjut, maka tampak bahwa definisi itu berkembang, sejalan dengan perkembangan zaman. Definisi pada umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi golongan ekonomi lemah, seperti definisi yang diberikan oleh Dr. Fay (1908), yang menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi (Hendrojogi, 1997: 19).

Prof. Marfin, A. Schaars, seorang guru besar dari University of Wisconsin, Madison USA, mengatakan : A Coorperative is a business voluntary owned and controlled by its memmber patrons, and operated fot them and by them on a non profit or cost basis. Yang artinya Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelangganya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau dasar biaya. Sedangkan Paul Hubert Casselman dalam bukunya yang berjudul : “The Coorperative Movement and


(46)

some of its Problem” mengatakan: “Coorperative is an economic system with social content”. Yaitu koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang mengandung unsur sosial. Definisi Casselman ini kelihatannya sangat sederhana, tetapi sesungguhnya mencakup cakrawala yang luas. Hal ini berarti bahwa koperasi itu mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial keadilan (Hendrojogi, 1997: 22).

Menurut Mubyarto guru besar Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa koperasi secara mutlak haruslah “ada kaitan” dengan kehidupan (usaha atau rumah tangga) angota-anggotanya. Dengan perkataan lain, koperasi harus merupakan extension (sambungan atau perluasan) dari usaha dan rumah tangga anggota, dengan mana usaha anggota-anggota koperasi akan dapat dijalankan secara lebih baik, lebih efektif dan lebih efisien. Koperasi haruslah di mulai dari orang-orang baik sebagai produsen atau konsumen. Dan tujuan mereka berkumpul dalam koperasi adalah tidak serta merta mendirikan usaha baru. Inilah menurut Mubyarto koperasi yang benar-benar merupakan alat perjuangan anggota yang secara sendiri-sendiri sangat lemah, sedangkan dengan cara bersatu mereka akan kuat dan dapat lebih maju (Sadli, 1982: 462).

Secara operasional pedoman penyelengaraan sistem ekonomi kerakyatan dirumuskan dalam tiga ayat Pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut:


(47)

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

c. Bumi, air dan segalah kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Sehubungan dengan ayat pertama, sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta, yang dimaksud dengan “usaha bersama berdasar

atas azas kekeluargaan,”ialah koperasi. Artinya, ...setiap pelaku

ekonomi Indonesia pertama-tama harus melihat mereka bersaudara. Sebab itu, dalam rangka mencapai kemakmuran bersama, mereka harus berusaha untuk bekerja sama dan saling bantu-membantu (Baswir dalam Hatta, 1970). Terkait dengan ayat pertama, ekonomi syari’ah dewasa ini baru terwujud dalam industri keuangan perlu dikembangkan lebih lanjut menuju sistem ekonomi sosial yang berbasis nilai atau moral (Rahardjo, 2015: 257).

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian. Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan


(48)

menurut Udang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian Indonesia, menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan (Burhanuddin, 2013: 1). Di samping Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tersebut, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi. Peraturan pemerintah tersebut juga sekaligus memperjelas kedudukan koperasi dalam usaha jasa keuangan, yang membedakan koperasi yang bergerak di sektor moneter dan sektor riil (Sitio dan Tambah, 2001: 12).

Realitas perkembangan koperasi menunjukkan adanya tiga visi yang menjadi basis operasional koperasi diantaranya :

a. Koperasi merupakan suatu badan usaha yang bertujuan mencari laba.

b. Koperasi sebagai lembaga pelayanan (service center) berfungsi memfasilitasi kegiatan usaha angota-anggotanya. c. Koperasi merupakan instrumen atau media kebijakan pemerintah dalam pembangunan sosial-ekonomi yang menjadikanya sebagai bagian dari sistem ekonomi makro. Visi ini muncul diberbagai negara berkembang, seperti Indonesia pada masa orde baru (Rahardjo, 2015: 257).


(49)

Secara umum koperasi dipahami sebagai kumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Melalui pembentukan sebuah lembaga yang di kelolah secara profesional dan demokratis.

Tujuan utama dari pembentukan koperasi pada umumnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya. Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, koperasi perlu membuka diri terhadap kemungkinan berlakunya prinsip

syari’ah dalam menjalankan usahanya.

Koperasi didirikan sebgai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan kepentingan bersama bukan keuntungan dengan berasas kekeluargaan (Hatta, 1954). Dalam koperasi tidak ada majikan dan buruh, melainkan usaha bersama antara mereka yang sama kepentingannya dan tujuannya. Seperti juga dikatakan oleh Frans Staudinger dalam bukunya Die Konsumgenossenschaft : “Koperasi adalah suatu perkumpulan orang-orang yang merdeka keluar dan masuk, atas dasar hak yang sama dan tanggungjawab yang sama untuk menjalankan secara bersama-sama koperasi ekonomi yang anggota-anggotanya memberikan jasanya tidak menurut besar modalnya melainkan menurut kegiatannya bertindak di dalam koperasi tersebut (Hatta, 2015: 23).


(50)

Menurut Revrison Baswir (1997) berdasarkan kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam koperasi setidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan antar satu dengan yang lainya. Unsur pertama yaitu unsur ekonomi, sedangkan unsur kedua yaitu unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan, koperasi berusaha memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggota-anggotanya secara efisien. Sedangkan sebagai sebagai sebuah perkumpulan orang-orang, koperasi memiliki watak sosial (Baswir, 2010: 38).


(51)

2. Konsep keadilan (Al-„Adl)

Kata keadilan dalam bahasa latin sama dengan Justitia, yang dalam bahasa Inggris menjadi Justice. Kata Justice berakar pada kata Just yang berarti memiliki makna atau pengertian hukum atau hak. Keadilan sebagai prinsip etis telah lama diperdebatkan dan diperebutkan maknanya, tidak hanya terkait dengan berbagai masalah-masalah ekonomi tetapi hampir dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam perpektif filsafat, makna keadilan merupakan postulat yang memiliki arti begitu mendalam dan mendasar, terkait dalam kehidupan umat manusia.

Dari makna dan dimensi yang demikian mendalam dan fundamental, sejak dari filosof zaman yunani hingga kini telah

membahas “apa dan bagaimana” sesungguhnya keadilan itu ? dalam pembahasan para filosof membedakan keadilan baik dalam makna sosial maupun individu. Keadilan dalam makna sosial selalu di kaitkan dengan persoalan dan struktur-struktur kekuasaan dalam ekonomi masyarakat. Maka dalam membangun konsep keadilan sosial maka berarti menciptakan ekonomi masyarakat yang lebih baik.


(52)

Dan masalah keadilan sosial adalah bagaimana mengubah strutur kekuasaan yang seakan-akan sudah memastikan ketidakadilannya, artinya yang memastikan bahwa pada saat yang sama dimana masih ada golongan-golongan miskin dan tertindas dalam masyarakat, terdapat juga kelompok yang dapat hidup mewah karena menguasai sebagian besar dari sumber ekonomi, hasil kerja, dan hak-hak golongan yang miskin dan tertindas (Arif, 2005: 2).

Pengertian keadilan berakar pada makna perimbangan atau berada dalam keadaan seimbang tidak ada ketimpangan antara satu dengan yang lainnya, persamaan atau tidak adanya bentuk diskriminasi atau eksploitasi dalam bentuk apapun (Bhinawan, 2010: vii).

Keadilan adalah nilai universal yang harus di miliki oleh umat manusia, keadilan juga merupakan salah satu nilai kemanusian yang sangat fundamental sehingga, memperoleh sebuah keadilan adalah hak asasi bagi seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. Islam sebagai agama kasih sayang (rahmatan lil al-alamin) datang dengan membawa visi misi kemanusian, seperti keadilan, persamaan hak, tolong menolong dan lain-lain. Sehingga umat manusia di perintahkan untuk selalu berbuat adil kepada semua mahkluk tanpa melihat ras, suku, agama dan status sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat (Saikuddin, 2014: 1).


(53)

Diantaranya ada beberapa ayat yang membahas tentang keadilan adalah sebagai berikut :

ع ٰ ْ ي و ٰ بْر قْلا ي ء تي و سْح ْْا و ْ عْل ب ر ْ ي َ

يۚ يْغ ْلا و ر ْ ْلا و ء شْ فْلا

و رك تْ ع ْ ع

Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS An-Nahl, 16: 90).

ْي ب ْ تْ ح ا و ْه أ ٰ ل ت ْْا اود ت ْ أ ْ ك ر ْ ي َ

ك َ ه ب ْ ع ي ع َ ۚ ْ عْل ب ا ْ ت ْ أ س لا

عي س

اري ب

Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil (Ad-„Adl). Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat”.(QS An-Nisa, 4: 58).

Yang dimaksud dalam menetapkan hukum diantara manusia dengan adil yaitu memberikan hak kepada masing-masing orang, baik yang bekerja maupun yang memberi pekerjaan, berhak mendapat haknya secara efektif.

Konsep keadilan (Al-Adl) juga memiliki makna menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai kadarnya, makna ini dapat di temukan dalam ayat tentang pergaulan antara umat beragama.


(54)

ا آ ي لا ي أ ي

َ و طْس قْل ب ءا ش ّ ي ا ق ا ك

ٰ ْقت ل رْق أ ه ا ل ْعا ۚ ا ل ْع ت َ أ ٰ ع ْ ق ش ْ رْ ي

ْع ت ب ري خ َ ۚ َ ا قتا و

Artinya “Hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Ma’idah, 1: 8).

Dalam berinteraksi dengan orang lain, siapapun, agama apapun kita dituntut untuk selalu berlaku adil (Al-„Adl) dalam bergaul maupun bertransaksi. Adil disini dimaknakan menempatkan sesuat sesuai dengan kadarnya. Dalam hal ini seorang muslim harus bisa menempatkan dirinya dengan sebaik-baiknya dan mengerti akan posisinya, meskipun diperintahkan berlaku adil terhadap mereka, tetapi sesama muslim maka harus diperlakukan secara lebih baik karena masing-masing ada tingkatannya (Saikuddin, 2014: 82-83). 3. Sistem Ekonomi Islam

Pembahasan sistem ekonomi Islam telah banyak dilakukan oleh para cendekiawan dan ekonom, khususnya pemerhati ekonomi Islam. Namun, pembahasan yang dilakukan hanya terfokus pada ekonomi Islam secara umum atau yang dihubungkan dengan sistem kapitalis dan sosialis, seperti pada buku-buku yang ditulis oleh M.A. Manan, dan Syed Nawab Hedar Naqvi (Ghofur Noor dalam Hamid, 2013: 9).


(55)

Beberapa pembahasan mengenai sistem ekonomi Islam khususnya pada saat terjadinya krisis global, sebagaimana yang dikemukakan oleh Saefudin Noer bahwa, banyak negara saat ini melihat sistem ekonomi Islam untuk dijadikan sebagai referensi untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi yang terjadi saat ini (Ghofur Noor dalam Ali, 2013: 10).

Hal serupa juga dikemukakan oleh Hendri Saparini bahwa krisis global merupakan kesempatan untuk memunculkan sistem ekonomi Islam yang menawarkan sistem yang lebih menjanjikan untuk mengobati atau menggantikan sistem ekonomi yang ada (Ghofur Noor dalam Mubyarto, 2013: 12).

Secara filosofi, sistem ekonomi Islam berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang melahirkan nilai-nilai-nilai-nilai dasar ekonomi yakni keadilan, pertanggungjawaban, jaminan sosial. Prinsip yang ditanamkan dalam sistem ekonomi Islam meliputi : Tauhid, khalifah, sehingga menghasilkan tujuan sistem ekonomi Islam yakni menciptakan kesejahteraan dalam bermasyarakat dan menjamin terwujudnya

tujuan syari’ah (terlindungi keimanan, jiwa, akal, keturunan, dan harta).

Sistem ekonomi Islam menggariskan nilai, prinsip dan tujuan

yang bersumber pada ajaran syar’iat dalam berekonomi. Nilai,

prinsip dan tujuan tersebut menjadi landasan dalam sebuah proses ekonomi dalam masyarakat. Tiga elemen dasar yang memebedakan


(56)

sistem ekonomi Islam dengan doktrin ekonomi lainnya yaitu terletak pada beberapa hal berikut :

a. Prinsip dalam kepemilikan

b. Prinsip kebebasan ekonomi dengan batasan yang jelas c. Prinsip keadilan sosial (Noor dalam Sadr, 2013: 63).

Tiga hal diatas menjadi elemen yang sanagat penting dalam membedakan dan memahami sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya, terutama disaat pengetahuan tentang sistem ekonomi yang ada saat ini, diarahkan kepada dua sistem utama dalam ekonomi yakni kapitalis dan sosialis. Dua sistem ini dianut dan mendominasi sistem ekonomi sebagian besar masyarakat dunia saat ini, bahkan hampir telah menutup makna dari keberadaan sistem ekonomi itu sendiri dan keberadaan sistem ekonomi lainnya (Noor dalam Prawiranegara, 2013: 70).

Nilai, prinsip dan tujuan tersebut secara jelas membedakan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang tidak memberikan peluang akan masuknya nilai-nilai agama dalam aktivitas ekonominya. Serta menempatkan peran individu dan negara pada satu titik yang saling bertentangan dalam menciptakan kesejahteraan (Ghofur Noor, 2013: 126).


(57)

4. Tujuan koperasi berdasarkan prinsip syari’ah adalah :

a. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi khususnya dikalangan mikro, kecil, dan menegah dan koperasi melalui

sistem syari’ah.

b. Mendorong kehidupan ekonomi syari’ah dalam kegiatan usaha mikro, kecil, menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya.

c. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan koperasi berbasis syari’ah.

H. Metode Penelitian

Adapun beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini yaitu penelitian pustaka (library research) dimana sumber datanya diambil dari berbagai literatur yang memiliki beberapa kaitan dengan tema penelitian, baik yang berupa sumber data primer seperti buku-buku atau karya-karya dari Muhammad Dawam Rahardjo. Sedangkan sumber data sekunder berupa data yang berbasis pada kepustakaan baik dari buku, fiksi, jurnal, majalah, media online, dan beberapa literasi yang masih terkait dengan objek penelitian (Saikuddin, 2014: 11).


(58)

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menemukan fakta dengan interpretasi yang mengambarkan sifat dari beberapa fenomena sosial kelompok atau individu yang berasal dari penemuan atau pengamatan.

3. Pengumpulan data penelitian

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data-data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber pokok atau primer yang meliputi beberapa karya-karya Muhammad Dawam Rahardjo. Adapun data-data atau sumber tambahan atau sekunder yang meliputi beberapa karya-karya atau tulisan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas (Wardana, 2001: 20).

4. Metode Analisis

Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan, kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian suatu hubungan antara data yang secara spesifik. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif, yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan sebuah angka secara langsung. Sebagai pendekatannya, penelitian ini mengunakan metode sebagai berikut :

a. Deskriptif Analitis, yaitu penelitian yang mendeskripsikan pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo tentang aspek koperasi dalam sistem ekonomi Islam dari berbagai karya-karyanya untuk


(59)

mengumpulkan fakta-fakta yang secara jelas. Kemudian mempelajari masalah-masalah yang terjadi dari hubungan masyarakat dan dianalisis secara cermat dan mendalam.

b. Content analysis, yaitu suatu metode studi dan analisis data secara sistematis dan objektif tentang isi dari sebuah pesan suatu komunikasi. Metode ini digunakan untuk menganalis dan mengkaji pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo tentang koperasi dalam sistem ekonomi Islam.

Berdasarkan teori diatas, maka data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pada tahap awal penulis akan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang diperoleh seperti buku, jurnal, artikel, skripsi dan lain-lain.

2) Setelah diperoleh, lalu kemudian data diklasifikasikan berdasarkan kelompoknya masing-masing (menurut rumusan masalah).

3) Setelah diklasifikasikan, data kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menemukan dan menarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah, sekaligus memenuhi jawaban peneliti.


(60)

4) Melakukan generalisasi, pada bagian akhir penulis melakukan penerikan kesimpulan dan saran utama dari hasil penelitian (Prameswari, 2015: 17).

I. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini terdiri empat bab. Agar penelitian ini mudah dimengerti dan dipahami maka penulis memberikan gambaran penjelasan pada bab-bab, sehingga nantinya saling berkesinambungan antar satu dengan yang lainnya.

Bab pertama, membahas tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan, sehingga nantinya dapat memperkuat analisis masalah.

Bab kedua, agar lebih mengenal lebih jauh sosok tokoh dalam penelitian ini penulis membahas tentang biografi Muhammad Dawam Rahardjo, sejarah kehidupan keluarganya, latar belakang pendidikannya, pengalaman intelektuanya, karirnya, aktivitas di dunia pendidikan dan karya-karyanya.

Bab ketiga, sistematika dalam pembahasan mengenai pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo tentang konsep koperasi, hubungan koperasi dan sistem ekonomi Islam, dan pandangan Muhammad Dawam Rahardjo tentang koperasi dalam sistem ekonomi Islam. Serta analisis terhadap


(61)

pandangan pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo terkait koperasi dalam sistem ekonomi Islam.

Bab keempat, merupakan penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan masalah diatas. Serta beberapa saran yang disampaikan oleh penulis.


(62)

BAB II

BIOGRAFI MUHAMMAD DAWAM RAHARDJO A. Biografi Muhammad Dawam Rahardjo

Nama lengkapnya adalah Muhammad Dawam Rahardjo (selanjutnya disebut Dawam). Lahir di Kampung Baluwati, Solo, 20 April 1942. Ayahnya bernama Zudhi Rahardjo yang berasal dari Desa Tempursari yang kemudian

menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren “Jamsaren”. Solo. Zudhi

mengenyam pendidikan di Madrasah Mamba’ul Ulum sambil belajar di Pesantren Jamsaren (Rahardjo dalam Rahmanto, 2010: 41).

Kakaknya, Ngali Rahardjo, dikenal sebagai seorang petani tembakau

yang tergolong kaya di desa itu. Di desa itu terdapat pembagian antara “orang

ndalem”dan “orang luar”. Ngali Rahardjo sendiri tergolong orang luar karena ia

tertarik pemikiran-pemikiran modern seperti Muhammadiyah dan perguruan al-Islam yang dipelopori oleh K.H. Imam al-Gazali. Mungkin dari latarbelakang ini, orientasi keluarga besar Dawam adalah Masyumi yang dianggap sebagai representasi Islam modern (Rahmanto, 2010: 41).

Setelah lulus, Zuhdi Rahardjo menikah dengan Muthmainnah, gadis Baluwati yang menjadi guru pada Sekolah Rakyat di Ambarawa. Kakek dan neneknya bangga dengan ibunya hanya karena sang menantu adalah seorang putri solo dan berpesan kepada sang cucu agar tidak sekali-kali berkata kasar


(63)

kepada Ibunya. Zudhi Rahardjo menjadi guru Muhammadiyah dan ikut kakaknya, Haji Asad, seorang bendahara perguruan Al-Islam dan dikenal sebagai jurangan batik yang sukses. Peran Muthmainnah amat penting dalam mendukung aktivitas Haji Asad di Al-Islam.

Suatu ketika, Zudhi Rahardjo mendapat ilham membuat alat pengikal benang yang ternyata kemudian merubah jalan hidupnya. Ia meninggalkan profesinya sebagai seorang guru Muhammadiyah dan menjadi pengusaha yang berhasil. Kerajinan pengikal benangnya diwariskan kepada kakaknya dan diikuti oleh warga Dusun Tempursari, sehingga Desa itu dikenal sebagai sentra industri pengikal benang. Zudhi Rahardjo sendiri menjadi pengusaha batik dan tenun dan bersama-sama dengan saudaranya menjadi pendukung dana Perguruan Al-Islam. Ayahnya sebenarnya bercita-cita agar Dawam, anak sulungnya dapat meneruskan usahanya. Dalam rintisan benang itu, Dawam dilibatkan secara langsung oleh ayahnya. Terutama sewaktu sudah mempunyai usah batik sendiri. Diakui sendiri oleh Dawam, bahwa keterlibatannya dalam hal ini cukup intens. Ia harus membantu ayahnya menyusun pembukuan, mencatat pekerjaan, mengirim dan memasarkan produksi batiknya ke pasar-pasar bahkan sampai keluar kota. Hal inilah yang dikehendaki oleh sang ayah pada anaknya. Karena itu Dawam dididiknya sebagai seorang pengusaha, namun diakui Dawam, bahwa yang lebih penting dari aktivitas perdangangan itu adalah gejalah ekonominya bukan dari hasil ekonominya. Sehingga mungkin


(64)

yang senang terhadap ilmu ekonomi, terutama ekonomi pembangunan. Dikemudian hari, Dawam dikenal sebagai seorang ahli ekonomi dan diangkat menjadi guru besar ekonomi pembangunan di Universitas Muhammadiyah Malang (Rahmanto, 2010: 43).

Kendati demikian, ia sendiri gemar membaca buku sejak kecil. Ayahnya juga tidak pernah menolak memberi uang banyak untuk membeli buku. Dari sini, minat membaca Dawam mulai tumbuh. Dimulai dari kegemaran mendengarkan dongeng, terutama dongeng dari tantenya, Ba’diyah, yang gemar bertutur tentang hikayat Amir Hamzah. Biasanya hal itu dilakukan setelah belajar membaca Al-Qur’an. Setelah usianya menjelang dewasa, Dawam suka mendengar dongeng dari kakak angkatnya sendiri, Widodo, tentang Falsh Gordon. Ia mulai membeli komik seperti ”Tarzan”, tukang sulap Mandrake yang disajikan oleh Harian Abadi (dokumentasi Unisma 1945 Bekasi, 1999: 43).

B. Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan awal Dawam memang agak kompleks. Ia bisa mengaji dan hafal beberapa surat Juz Amma, terutama dari pendidikan keluarga dari tante dan kakaknya. Disamping itu juga ia mengenyam pendidikan di Taman Kanak

“Busthanul Athfal” Muhammadiyah di Kauman, sebelah utara Masjid Besar,


(65)

Muhammadiyah di tempat yang sama. Dawam juga masuk sekolah umum al-Rabitha al-Alawiyah dikelas satu. Di sekolah itu, teman-teman sepermainannya adalah anak-anak dari keluarga keturunan Arab. Diantara temannya adalah Abdillah Toha (Ketua Partai Amanat Nasional (PAN), dan, Anis Mustafa Hadi (Pemimpin Umum Majalah Umat) dan Nabil Makarim (Rahmanto, 2010: 44).

Dawam masuk Sekolah Rakyat (SR) setingkat sekolah dasar di Loji

Wetan, yang letaknya tepat dimuka “Pasar Kliwon”. Sore harinya juga

bersekolah agama di Madrasah Diniyyah “Al-Islam”dari kelas 3 hingga tamat. Karena mendapat nilai ujian terbaik di SD, ia berhasil masuk ke SMP I (satu) yang dianggap sebagai sekolah elit setingkat SLTP di Solo. Di sekolah ini ia berada satu atap dengan Sri Edi Swasono dan Sri Bintang Pamungkas. Disamping mendapatkan dasar-dasar pendidikan Agama dari perguruan Al-Islam seperti bahasa Arab, fikih, tafsir, hadist. Dawam juga pernah mengaji dengan K.H. Ali Darokah yang menjadi Ketua Umum Pergerakan Al-Islam dan Ketua Umum Majelis Ulama Surakarta. Setelah lulus SD, sebelum masuk SMP, Dawam dibawah ayahnya ke pesantren Krapyak (sekarang pesantren Al-Munawwir Yogyakarta) untuk belajar mengaji Al-Qur’an dan Tajwid selama satu bulan.

Dawam hanya menamatkan Tsanawiyah saja, karena kemudian masuk ke SMA CV. Manahan, Solo. Sekolah dimulai sejak jam 12.00 siang sehingga ia tidak bisa mengikuti sekolah Diniyyah (khusus agama) diwaktu sore. Berlainan dengan Amin Rais yang berhasil masuk UGM dan IAIN Sunan


(66)

Kalijaga Yogyakarta. Setelah tidak bisa bersekolah Diniyyah, ia hanya belajar agama sendiri. Kakak sepupunya Muhammad Anas, berpengaruh besar terhadap Dawam dalam mencintai Agama. Sepupunya itu tak mau sekolah dan lebih suka belajar sendiri dengan membeli banyak buku, termasuk buku bahasa Inggris. Ia pula yang meminjamkan Dawam sebuah buku yang berjudul “siapa Allah itu”, karangan Abbas Hasan. Buku itu diakuinya sangat berpengaruh terhadap kepercayaan tentang konsep tauhid. Sejak itu Dawam gemar membeli buku-buku Agama (Rahmanto, 2010: 45).

Sewaktu duduk dikelas 2 SMP, Dawam dikenal pandai mengarang dan mempunyai nilai tertinggi dalam tata bahasa Indonesia. Pada kelas 3 SMP Dawam sudah berminat pada kesusastraan. Dimasukinya Perkumpulan Peminat Sastra Surakarta (HPSS) yang diketuai oleh Moes PS, seorang perempuan penyair. Dawam juga menjadi anggota Remaja Nasional, sebuah ruang sastra dari harian Nasional Yogya dan disitulah sajak-sajaknya dimuat.

Sebelum masuk Fakultas Ekonomi UGM dan setelah lulus SMA, Dawam merasa beruntung dapat mengikuti program AFS (American Field Service). Pergi ke Amerika menjadi salah satu impiannya, setelah ia membaca berita dan melihat gambar Taufik AG di koran bersama-sama temannya yang berangkat ke Amerika. Di koran ia melihat seorang remaja yang disangka adalah Taufik AG yang ternyata adalah ZA. Maulani, mantan ketua Bakin. Ia dapat lulus tes AFS itu, diakuinya karena dua faktor, yang pertama, karena dalam pelajaran bahasa Inggris selalu mendapat nilai terbaik dan kedua, karena


(67)

keaktifanya di Pelajar Islam Indonesia (PII). Kemudian pergilah ia ke Idaho, Amerika, dimana ia belajar di Bora High School (1960-1961). Puisinya yang ditulis dalam bahasa Inggris mendapat nilai A. Di sekolah ia memang banyak belajar membaca sastra Amerika.

Meskipun minat dan kemampuan bahasa Dawam terhadap Agama dan kesusastraan cukup baik dan tinggi, namun ia cenderung kepada ilmu-ilmu ekonomi. Hal ini bisa dilihat ketika masuk bangku SMA, dimana nilai mata pelajaran pasti cukup tinggi, ia senang memilih jurusan C yang terdapat mata pelajaran ekonominya. Tidak mengherankan Dawam memilih masuk ke Fakultas Ekonomi UGM kosentrasi Studi Ekonomi Pembangunan (Rahmanto, 2010: 46).

C. Karir dan Pengalaman Intelektualnya

Ketika menjadi mahasiswa, bakat Dawam sebagai penulis semakin berkembang. Ia banyak menulis dimedia masa, baik koran maupun majalah, mengenai masalah sosial politik, ekonomi serta menjadi wartawan dan kolumnis tetap diharian Masa Kini dan Mercusuar Yogyakarta. Selain itu ia aktif sebagai anggota Hmpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di HMI, beliau selalu menolak duduk di jajaran pengurus, tetapi banyak berperan sebagai pengader dalam training-training HMI bersama-sama dengan Djohan Efendi dan Ahmad Wahid. Itu semua memaksanya membaca buku-buku politik dan agama.


(68)

Peranannya di Himpunan Mahasiswa Islam sebagai pemikir dan idiologinya banyak dicatat oleh Ahmad Wahid dalam buku hariannya yang diterbitkan oleh LP3ES,”Pergolakan Pemikiran Islam”. Ahmad Wahid memandang sosok Dawam sangat menaruh minat terhadap masalah perkaderan. Di organisasi HMI Dawam dan teman-temannya seperti Ahmad Wahid, Djohan Efendi, Nasrudin Razak, menggagas kelompok diskusi yang bernama Limited Group yang diketuai oleh Prof. Mukti Ali, mantan mentri Agama, dimana mereka menjadi anggota intinya. Kelompok ini dikenal sangat dinamis dan terbuka dengan alira-aliran yang modern. Mereka mengadakan training-training di Desa-desa untuk menghindari gerakan dan pengaruh Partai komunis Indonesia (PKI) yang sangat kuat pada waktu itu (Rahmanto, 2010: 47).

Sekalipun Dawan dikenal sebagai tokoh yang otodidak, tetapi dia

mengaku mempunyai tiga orang guru. Pertama, adalah Sudjoko Prasodjo, “Tan Malaka”-nya HMI yang berperan sebagai budayawan dilingkungan HMI. Kedua, adalah Sularso yang pernah menjabat sebagai Direktur Jendral Departemen Koperasi dan juga berperan sebagai idiolog dan pemikir, dimana banyak mempengaruhinya dalam idiologi sosialisme. Ketiga, Bintoro Tjokroamidjojo, seorang teknokrat yang pernah menjabat sebagai sekertaris Bappenas pada masa Widjojo Nitisastro. Ia banyak belajar darinya tentang wacana pembangunan. Ketiga tokoh diatas sangat berpengaruh besar terutama dalam berkenalan dengan paham-paham seperti sosialisme, kapitalisme, marxisme, neo-marxisme, dan teori-teori radikal di masa orde baru.


(69)

Tokoh-tokoh tersebut mendorong Dawam untuk mempelajari sosialisme agar dalam tataran teori mampu berdebat dengan orang-orang komunis. Selain dawam, hanya dua tiga orang yang mendalaminya, yaitu Arif Budiman, Sritua Arief, dan Farchan Bulchin (Anwar dalam Rahmanto, 2010: 48).

Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi tahun 1969, bersamaan dengan menurunnya aktivitas beliau di dunia pergerakan mahasiswa, Dawam kemudian masuk ke bank of America, Jakarta, berkat bantuan teman sebanyak sekolah. Yang juga merupan alumni dari Australia Boediono (Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia). Di Bank of America Dawam hanya bertahan selama dua tahun dan akhirnya memutuskan untuk keluar karena beberapa alasan, diantaranya karena merasa terikat dan kurang bebas. Selain itu juga karena keinginanya bekerja disuatu lembaga riset.

Ketika Dawam aktif di KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiwa Indonesia), ia pernah mengenal Nono Anwar Makarim, Amien Rais, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin. Saat itu Nono Anwar Makarim menjadi sebagai di rektur LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial). Kebetulan

juga ia mendapatkan sebuah informasi dari Mar’ie Muhammad, ketika itu salah seorang ketua Presidium KAMI mengenai lembaga yang di sponsori oleh FNS (Freiederich Nauman Stiftung).

Baru dua minggu bekerja di LP3ES, Dawam dikirim ke Kalimantan Timur, menjadi asisten Dr. Kohler, konsultan FNS dari Jerman. Disana mereka mengerjakan tiga pekerjaan besar yaitu, melakukan studi kelayakan


(70)

industrialisasi perkayuan di Kalimantan Timur, menyusun rencana pembangunan tiga tahun pertama dan mengembangkan unit perencanaan daerah (regional planning unit). Serta kemudian di anggkat menjadi wakil ketua tim perencanaan pembangunan Kalimantan Timur.

Karir Dawam di LP3ES cukup pesat dan cepat. Mulai dari staf kemudian beranjak menjadi kepala bagian diberbagai depertemen, menjadi wakil direktur selama dua priode, dan akhirnya pada umur 38 tahun menjadi direktur di LP3ES (1980-1988). Selama bekerja, ia telah banyak mendidik kader-kader penelitian dan pengembangan masyarakat. Sebagian dari kadernya adalah para mahasiswa Insitut Agama Islam Negeri (IAIN). Ia mengakui bahwa ketertarikanya terhadap kajian ke-Islaman muncul kembali dikarenakan aktivitasnya di LP3ES banyak terkait dengan lembaga yang bersifat keagamaan. Sewaktu menjadi direktur LP3ES, Dawam banyak melakukan kegiatan terutama penelitian yang bertaraf Internasional. Di bawah kepemimpinannya LP3ES banyak bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasioanl dan para intelektual dari luar negeri, terutama dari kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Dawamlah yang menginisiasi berdirinya INGI (Inter Non-Govermental Forum for Indonesia) yang kemudian atas usalanya berubah menjadi INFID (Inter Non Govermental Forum for Development). Ia juga menginisiasi berdirinya SEAFDA (Sounth East Asia Forum for Development Alternatif). Dari SEAFDA itulah Dawam banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh intelektual radikal seperti : David, Surichai, Marthin Kor, Rudolf S,


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Abdul Basith. 2008. Islam dan Manajemen Koperasi. Malang : UIN Malang Press. Buchori Nur. S, 2012. Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Banten : Pustaka Aufa

Media.

Burhanuddin. S, 2013. Koperasi Syariah dan Pengaturannya Di Indonesia. Malang : UIN-Maliki Press.

Baswir, Revrisond, 2010. Manifesto Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ghofur Noor, Ruslan Abdul. 2013. Konsep Distribusi Dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hatta, Mohammad, 2015. Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, Jakarta :

Kompas.

Hudiyanto, 2014. BerIslam Dengan Koperasi, Yogyakarta : EKPI IPIEF UMY. Notohamidjojo, Oeripan. 1973. Rahasia Hukum, Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Prawiranegara, Sjafruddin dalam Rosdi, Ajib. 1988. Sjafruddin Prawiranegara Ekonomi dan Keuangan Makna Ekonomi Islam. Kumpulan Karangan Terpilih Jilid II. Jakarta : CV Haji Masagung.

Rahardjo, Dawam, 2015. Arsitektur Ekonomi Islam Menuju Kesejahteraan Sosial, Jakarta Timur : Mizan Media Utama.

---1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi, dan Kesempatan Kerja, Jakarta : UI Press.

---2012. Pembangunan Pascamodernis, Yogyakarta : INSIST Press.

---1999. Masyrakat Madani : Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : LP3ES.

---1999. Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Yogyakarta : Lembaga Studi dan Filsafat.


(2)

---1987. Perspektif Deklarasi Makkah : Menuju Ekonomi Islam, Bandung : Mizan.

Rahman, Bhudy Munawar. 2006. Ensiklopedia Nurcholish Madjid Pemikiran Islam Kanvas Peradaban. Jakarta : Mizan bekerja sama dengan Yayasan Wakaf Paramadina.

Sadli, Mohammad. 1982. Mencari Bentuk Ekonomi Indonesia Perkembangan Pemikiran 1965-1981. Jakarta : Harian Kompas.

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta : Erlangga.

Widiyanti, Ninik dan Sunindhia Y.W. 1992. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Skripsi dan Tesis :

Arif, Khoiron. Konsep Keadilan Menurut John Rawls : Telaah Metafisika. Skripsi. Jurusan Aqida Filsafat. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2005.

Arrosyid, Afif. Islam dan Moral Ekonomi Dalam Pemikiran Sjafruddin Prawiranegar. Skripsi. Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016.

Bhinawan. Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonom Dalam Nilai-Nilai Dasar PerJuangan HMI. Skripsi. Jurusan Tafsir Hadis. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010.

Nugraha, Kartika. Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Peran Distribusi Kekayaan Sebagai Pengentas Kemiskinan Dengan Berlandaskan Kajian Norma dan Etika Ekonomi Islam. Skripsi. Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016.

Rahmanto, Mukhlis. Ekonomi Islam : Studi Pemikiran Muhammad Dawam Rahardjo. Tesis. Program Studi Agama dan Lintas Budaya Minat Ekonomi Islam. Yogyakrta : Universitas Gadjah Mada, 2010.


(3)

Saikuddin, Akhmad. Konsep Keadilan Dalam Al-Qur’an : Telaah Kata al-adl dan al-qist Dalam Tafsir al-Qurtubi. Skripsi. Jurusan Al-Qur’an dan Tafsir. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.

Wardana, Ali. Pemikiran Ekonomi Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Skripsi. Jurusan Muamalat. Yogyakarta : Institut Agama Islam Negri Sunan Kalijaga, 2001.

Jurnal dan Artikel

Hamid, Anifuddin. Koperasi Sebagai Basis Ekonomi Kerakyatan : Paper 2015. Diakses pada 31 Agustus 2016.

Rahardjo, Dawam. Rangcang Bangun Ekonomi Islam. Artikel 10 Februari 2012 : Diakses pada tanggal 20 September 2016.

Rizal, Sofyan. Titi Temu dan Sinergi Ekonomi Islan dan Ekonomi Kerakyatan : Jurnal Al-Iqtishad : Vol. III, No. 1, Januari 2015. Diakses pada 30 Agustus 2016.

Sofiani, Triana. Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12, Edisi Desember, 2014 http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/jhi (ISSN (p) : 1829-7382. Diakses pada 8 September 2016.

Website :

http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/.Di akses pada 5 September 2016.

http://sinyoazzalah.blogspot.co.id/2010/04/blog-post_3485.html. Di akses pada 7 September 2016.


(4)

CURRICULUM VITAE

Nama : Muhammad Diwal

Tempat, Tanggal Lahir : Malangke, 12 Mei 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Asal : Dusun Babana Kawali

Rt/Rw : -

Desa : Malangke

Kecamatan : Malangke Kabupaten : Luwu Utara

Provinsi : Sulawesi Selatan Alamat Di Yogyakarta : Jln. Timoho, Gg. Anwar Rasyid, No,928

Rt/Rw : 04/05

Desa : Baciro

Kecamatan : Gondokusuman Kabupaten : Kota Yogyakarta Provinsi : Daerah Istimewah

Yogyakarta (DIY)

No. Kontak : 081228018360


(5)

Latar Belakang Pendidikan Formal

1999-2005 : SDN 131 Pince Pute

2005-2008 : SMPN 1 Malangke

2008-2011 : SMAN 2 Masamba

2012- Sekarang : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pengalaman Organisasi

2004-2005 : Ketua Umum Pramuka Siaga SDN 1 Pince Pute 2007-2008 : Ketua Divisi Pengembangan Keilmuan OSIS SMPN 1 Malangke

2007-2008 : Wakil Ketua Umum Pramuka Penggalang SMPN 1 Malangke

2009-2010 : Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) SMAN 2 Masamba

2010-2011 : Ketua Umum Pramuka Penegak

SMAN 2 Masamba

2010-2011 : Pengurus Pramuka Kwartir Cabang Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan

2011- : Anggota Pramuka Garuda Se-Sulawesi Selatan 2013-2014 : Pengurus Forum Intelektual Ekonomi Syariah (FIES) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2013-2014 : Ketua Devisi Pengembangan Ilmu Pengetahuan


(6)

(PIP) Himpunan Mahasiswa Ekonomi dan Perbankan Islam (HIMEPI) UMY

2013-2014 : Ketua Umum Ikatan Kekeluargaan Pelajar Mahasiswa Luwu Utara, (IKAPMAL)

2013-2014 : Wakil Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FAI UMY

2014-2015 : Ketua Umum Himpunan Mahasiwa Islam (HMI) FAI UMY

2014-2015 : Pengurus Ikatan Kekeluargaan Pelajar/Mahasiswa Daerah Indonesia Yogyakarta (IKPMDI)

2016-Sekarang : Pengurus Cabang Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Sulawesi Selatan Yogyakarta (IKAMI)

Prestasi Akademik dan Non Akademik

Tahun 2013 : Juara 1 Lomba PKM-K FAU UMY

Tahun 2014 : Juara 10 Besar Lomba PKM-K SEBI 2 UMY

Demikian riwayat hidup ini, saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta , 22 Desember 2016