330078763 Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Islam
KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan rakyat kecil. Nilai-nilai
koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan, kekeluargaan, dan kesejehateraan bersama. Ini
artinya koperasi merupakan badan usaha yang menjunjung tinggi pemerataan kesejahteraan ekonomi
diantara sesama anggota koperasi.
Secara konsepsional, Koperasi sebagai Badan Usaha yang menampung pengusaha ekonomi
lemah, memiliki beberapa potensi keunggulan untuk ikut serta memecahkan persoalan social-ekonomi
masyarakat. Peran Koperasi sebagai upaya menuju demokrasi ekonomi secara kontitusional tercantum
dalam Pasal 33 UUD 1945. Namun dalam perjalanannya, pengembangan koperasi dengan berbagai
kebijakan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, keberadaannya masih belum
memenuhi kondisi sebagaimana yang diharapkan masyarakat.
Perkembangan koperasi di Indonesia yang sangat tidak membahagiakan di Indonesia belakangan
ini justru diwarnai dengan perkembangan koperasi dengan sistem syariah Koperasi syariah justru
berkembang ditengah ribuan koperasi di Indonesiayang terhenti usahanya. Sebab hingga kini ternyata
sudah ada 3000 koperasi syariah di Indonesia yang mampu menghidupi 920 ribu unit usaha kecil
Mungkin fenomena itu menjadi sesuatu yang mencengangkan, Sebab ditengah pesimisme masyarakat
terhadap kemampuan koperasi koperasi syariah justru mulai menunjukkan eksistensinya meskipun
belum banyak dikenal masyarakat luas.
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan membutuhkan pengelolaan
syariah nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan berkembang Sehingga
koperasi syariah di Indonesia dapat secara bersama-sama menjadi tulang pungung pembangunan
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.
SISTEM EKONOMI ISLAM
Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktifitas produksi dan
konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan keberadaan manusia
di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi,yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
A.
Jenis-jenis Sistem Ekonomi
Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan sistem ekonomi ada
berbagai macam, di antaranya:
a)
a. Sistem Ekonomi Kapitalis
Prinsip ekonomi kapitalis adalah:
1.
Kebebasan memiliki harta secara persendirian
2.
Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas.
3.
Ketidaksamaan ekonomi.
b)
b. Sistem Ekonomi Komunis
Prinsip ekonomi komunis adalah:
1.
Hak milik atas alat-alat produksi oleh negara
2.
Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat
3.
Perencanaan ekonomi sebagai rencana / dalam proses ekonomi yang harus dilalui.
c)
c. Sistem Ekonomi Sosialis
Prinsip ekonomi sosialis adalah:
1. Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan hukum dan
masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang vital.
2.
Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar.
3. Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha menyesuaikan kebutuhan
individual dengan kebutuhan masyarakat.
B.
Sistem dan Prinsip Ekonomi Islam
Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan kegagalan dengan
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Sistem ekonomi Islam sebagai pilihan alternatif mulai digali
untuk diterapkan sebagai sistem perekonomian yang baru. Bagaimanakah sistem ekonomi Islam itu?
Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi yang lain, dimana
dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah dalam setiap kegiatannya.
Prinsip ekonomi Islam adalah:
1.
Kebebasan individu
2.
Hak terhadap harta
3.
Ketidaksamaan ekonomi dalam batasan
4.
Kesamaan sosial
5.
Keselamatan sosial
6.
Larangan menumpuk kekayaan
7.
Larangan terhadap institusi anti-sosial
8.
Kebajikan individu dalam masyarakat
C.
Konsep Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim (kapitalis dan
komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara keduanya (kebendaan dan rohaniah).
Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di
antara keperluan kebendaan dan keperluan rohani / etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman
ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:
1.
Qs.al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah)
2.
Qs.Hud:61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi)
3.
Qs.al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di bumi).
Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut diperoleh ketentuannya
dengan jalan ijtihad.
D.
Dasar-Dasar Ekomoni Islam
1.
Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di akhirat,tercapainya
pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik perorangan
maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa
pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
2.
Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan
untuk hal-hal yang halal pula.
3.
Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar.
4.
Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu
harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5.
Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
6.
Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.
7.
Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran
perbedaan adalah prestasi kerja.
Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1.
Nilai dasar sistem ekonomi Islam adalah hakikat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan
penguasaan, keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia, dan keadilan antar sesama manusia.
2.
Nilai instrumental sistem ekonomi Islam adalah kewajiban zakat, larangan riba, kerjasama
ekonomi, jaminan sosial, dan peranan negara.
3.
Nilai filosofis sistem ekonomi Islam adalah bersifat terikat dan dinamik.
4.
Nilai normatif sistem ekonomi Islam adalah landasan aqidah, akhlaq, syari'ah, Al-Qur'anul
Karim, dan Ijtihad (Ra'yu), meliputi qiyas, masalah mursalah, istihsan, istishab, dan urf.
KOPERASI
A. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu
kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan undang-undang
nomor 12 tahun 1967, koperasiindonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan
beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.
Koperasi dalam arti yang sesungguhnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian bahwa “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”
Jatidiri koperasi yang sesungguhnya adalah koperasi didirikan karena ada kepentingan bersama anggota
untuk mengangkat dari jerat dan belenggu kemiskinan, hidup bergotongroyong, kebersamaan,
kekeluargaan sudah menjadi budaya bangsa Indonesia.
Landasan koperasi Indonesia yang melandasi aktifitas koprasi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Landasan Idiil, yaitu Pancasila
2.
Landasan Mental, yaitu setia kawan dan kesadaran diri sendiri.
3.
Landasan Struktural dan gerak, yaitu UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1
B.
Fungsi dan Peran Koperasi
Fungsi Koperasi adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia
2.
Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia
3.
Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia
4.
Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi
Peran Koperasi adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat Indonesia
2.
Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina,
dan mengembangkan setiap potensi yang ada
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai
berikut:
1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya
C. Nilai-Nilai Koperasi
Dalam pernyataan Aliansi Koperasi Sedunia, tahun 1995, tentang Jatidiri koperasi, Nilai-nilai Koperasi
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai organisasi yang meliputi menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokratis,
persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.
2.
lain.
Nilai-nilai etis yang meliputi kejujuran, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang
KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
A. A. Koperasi Melalui Pendekatan Sistem Syari’ah
Sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan suatu kumpulan dari barang-barang atau bagianbagian yang bekerja secara bersama-sama. Sebagai suatu keseluruhan. Bagian dari nilai-nilai dan ajaranajaran Islam yang mengatur bidang perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain dari
keseluruhan ajaran islam yang komprehensif dan integral.
B.
B. Tujuan Sistem Koperasi Syariah
Tujuan dari sistem koperasi syariah adalah sebagai berikut :
1.
Mensejahterakan ekonomi anggota sesuai norma dan moral Islam.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi, dan jangalah kamu
mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al
Baqarah : 168)
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allahyang kamu beriman kepada-Nya”.(Q.S AL Maidah : 87-88)
2.
Persaudaraan dan Keadilan Bersama
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal” Q.S Al Hujarat (49) : 13)
3. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata dan Agama Islam mentolerir kesenjangan
kekayaan dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam halkarakter, kemampuan, kesungguhan dan
bakat. Perbedaan diatas tersebut merupakan penyebab perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal
ini dapat terlihat pada Al Qur’an :
‘Dan Allah melebihklan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang
yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka
miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah…?”
(Q.S An Nahl (16) : 71)
“Kami telah menetukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebaian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebahagian yang lain. Dan Rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (Q.S Az Zukhruf (43) :32)
4. Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia
diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah.
“ Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan,
mak sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah
kesudahan segala urusan.” (Q.S Lukman (31) : 22)
C. Kaidah Ushul Fiqih Yang Dipakai
1. Kemaslahatan masyarakat lebih besar harus didahulukan dari pada kemaslahatan individu yang
lebih sempit.
2. Meskipun “menghilangkan bahaya kesukaran” dan “mendorong kemaslahatan” kedua-duanya
merupakan tujuan pokok syari’ah, namun yang pertama harus lebih didahulukan.
3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat ditimpakan untuk menghindari kerugian yang lebih sempit
atau kemaslahatan yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk mendapatkan kemaslahatan yang
lebih kecil.
D. Karakteristik Koperasi Syariah
1.
Mengakui hak milik individu terhadap modal usaha
2.
Tiadanya transaksi berbasis bunga (riba)
3.
Berfungsinya institusi zakat
4.
Mengakui mekanisme pasar
5.
Mengakui motif mencari keuntungan
6.
Mengakui kebebasan berusaha
7.
Mengakui adanya hak bersama
E.
Sistem Ekonomi Syariah
Akhir-akhir ini semakin luas dibahas sistem Ekonomi Syariah yang dianggap lebih adil dibanding sistem
ekonomi yang berlaku sekarang khususnya sejak 1966 (Orde Baru) yang berciri kapitalistik dan bersifat
makin liberal, yang setelah kebablasan kemudian meledak dalam bentuk bom waktu berupa krismon
tahun 1997. Krismon yang menghancurkan sektor perbankan modern kini tidak saja telah menciutkan
jumlah bank menjadi kurang dari separo, dari 240 menjadi kurang dari 100 buah, tetapi juga sangat
mengurangi peran bank dalam perekonomian nasional.
Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (sila ke-5) jelas berorientasi pada etika (Ketuhanan Yang Maha Esa), dan kemanusiaan, dengan
cara-caranasionalistik dan kerakyatan (demokrasi). Secara utuh Pancasila berarti gotong-royong,
sehingga sistem ekonominya bersifat kooperatif/ kekeluargaan/ tolong-menolong.
Jika suatu masyarakat/negara/bangsa, warganya merasa sistem ekonominya berkembang ke arah
yang timpang dan tidak adil, maka aturan mainnya harus dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga
mampu membawa perekonomian ke arah keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial.
Prinsip profit-sharing atau bagi-bagi keuntungan dan resiko yang jelas merupakan ajaran Sistem
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Pancasila sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara maju
(welfare state) yang merasa bahwa penerapan prinsip profit-sharing danemployee participation lebih
menjamin ketentraman dan ketenangan usaha dan tentu saja menjamin keberlanjutan suatu usaha.
Berdasarkan penelitian 303 perusahaan di Inggris, alasan perusahaan mengadakan aturan pembagian
laba dan pemilikan saham oleh buruh/karyawan ada 5 yaitu :
1.
Komitmen moral (moral commitment);
2.
Penahanan staf (staff retention);
3.
Keterlibatan buruh/karyawan (employee involvement);
4.
Perbaikan kinerja hubungan industrial (improved industrial relations performance);
5.
Perlindungan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain (protection against takeover).
Bisa dibuktikan bahwa ke-5 alasan yang disebut di sini diputuskan manajemen perusahaan
karena memang benar-benar dialami banyak perusahaan lebih-lebih pada perusahaan keuangan yang
bersaing dengan ketat satu sama lain, dan ada kebiasaan terjadinya “mobilitas” tinggi dari staf yang
berkualitas. Tanpa kecuali hampir semua cara ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kesadaran ikut
memiliki perusahaan bagi buruh/ karyawan yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan semangat
bekerja yang pada gilirannya berakibat meningkatkan keuntungan perusahaan. Dalam perusahaan yang
berbentuk koperasi, sejak awal anggota koperasi adalah juga pemilik perusahaan yang disamping dapat
memperoleh manfaat langsung dalam berbisnis dengan koperasi juga pada akhir tahun masih dapat
menerima sisa hasil usaha (yang sering dikacaukan dengan keuntungan). Inilah “rahasia” berkoperasi
yang biasanya tidak ditonjolkan pengurus karena praktek-praktek manajemen koperasi sering
bertentangan dengan “teori koperasi” yang harus bersifat profit-sharing. Artinya perusahaan koperasi
sering berubah menjadi “koperasi pengurus” bukan “koperasi anggota”. Profit-sharing dansharing
ownership sangat sejalan dengan aturan main Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan menghindarkan
ketimpangan ekonomi dan sosial dan berusaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Ekonomi Pancasila adalah ajaran ekonomi baru yang agamis sekaligus manusiawi, nasionalistik,
dan demokratis, untuk menantang kerakusan ajaran Neoliberal yang semakin rakus. Bahwa Depdiknas
melalui Dirjen Pendidikan Tinggi memberikan dukungan kuat pada Pusat Studi Ekonomi Pancasila
(PUSTEP) UGM untuk mengembangkan ajaran-ajaran ekonomi Pancasila, membuktikan kebenaran
perjuangan moral ini. Ajaran ekonomi Pancasila jelas paralel dengan ajaran Ekonomi Syariah atau
ekonomi Islami karena keduanya menekankan pada ajaran moral-spiritual untuk membendung ajaran
“agama ekonomi kapitalis Neoliberal”.
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah ssumsi dasar /
norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan.
Dalam sistem ekonomi Islam asumsi dasarnya adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh
baik terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah.
Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat selaku khalifatullah
dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem
ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang
oleh sebagian ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an. Manfaat uang dalam
berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan dari
sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka
sepakati sebagai konsep yang harus dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan
(rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya
situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam
perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi
rakyat.
F.
Mekanisme Harga dalam Ekonomi Islam
Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran.
Dalam pengertian ini, pasar bersifat interaktif, bukan fisik. Adapun mekanisme pasar adalah proses
penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara
permintaan (demand) dan penawaran (supply) dinamakan equilibrium price (harga keseimbangan). Ibnu
Taimiyah juga memiliki pandangan tentang pasar bebas, dimana suatu harga dipertimbangkan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Ia mengatakan; “naik turunnya harga tak selalu berkait dengan
pengusahaan (zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah karena adanya
kekurangan dalam produk atau penurunan impor dari barang-barang yang diminta. Jadi, jika kebutuhan
terhadap jumlah barang meningkat, sementara kemampuan menyediakan menurun, harga akan turun.
Kelangkaan dan kelimpahan tak semesti diakibatkan oleh perbuatan seseorang. Bias saja berkaitan
dengan sebab yang tidak melibatkan ketidakadilan. Atau sesekali, bias juga disebabkan oleh
ketidakadialan. Maha besar Allah, yang mencptakan kemauan pada hati manusia”.
Dari pernyataan di atas terdapat indikasi kenaikan harga yang terjadi disebabkan oleh perbuatan
ketidakadilan para penjual. Perbuatan ini disebut manipulasi yang mendorong terjadinya
ketidaksempurnaan pasar. Tetapi pernyataan ini tidakl bisa dismakan dalam segala kondisi, karena bisa
saja alasna naik dan turunnya harga disebabkan oleh kekuatan. Ungkapan Ibnu taimiyah tersebut juga
menggambarkan secara eksplisit bahwa penawaran bisa datang dari produksi domestic dan impor.
Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan dan penurunan dalam jumlah barang
yang ditawarkan, sedang permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya
kenaikan harga tergantung pada besarnya perubahan penawaran dan permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak natural (ilahiyah).
Dalam bukunya, Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah mengemukakan beberapa factor yang mempengaruhi
fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga:
1.
Kebutuhan manusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain. Kebutuhan tersebut berbedabada, tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan dari barang-barang yang dibutuhkan itu. Suatu
barang kan lebih dibutuhkan pada saat terjadinya kelangkaan ketimbang pada saat melimpahnya
persediaan.
2.
Harga suatu barang beragam tergantung pada tingginya jumlah orang-orang yang melakukan
permintaan. Jika jumlah manusia yang membutuhkan sebuah barang sangat banyak, maka hargapun
akan bergerak naik terutama jika jumlah barang hanya sedikit.
3.
Harga barang juga diengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap brang dan tingkat
ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka hargapun akan melambung hingga tingkat yang
paling maksimal, ketimbang jika kebutuhan itu kecil dan lemah.
4.
Tujuan dari kontrak adalah adanya timbul balik kepemilikan oleh kedua belah pihak yang
melakukan transaksi. Jika sipembayar mampu melakukan pembayaran dan mampu memenuhi janjinya,
tujuan dari transaksi itu mampu diwujudkan dengannya.
5.
Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.
Menunjukan betapa ibnu taimiyah menghargai mekanisme harga. Oleh sebab itu, Ibnu Taimiyah
sangat setuju apabila pemerintah tidak mengintervensi harga selama mekanisme pasar itu terjadi
dimana kurva supply dandemand bertemu tanpa ada campur tangan. Atau dengan kata lain terjadi
perubahan harga karena perubahan genuine supply dan genuine demand. Namun jika peribhan harga
tidak disebabkan oleh genuine supply dan genuine demandmaka pemerintah harus melakukan market
intervention.
Sedangkan Ibnu khaldun secara khusus memberikan ulasan tentang harga dalam bukunya AlMuqaddimah pada satu bab berjudul “Harga-Harga di kota”. Ia membagi jenis barang menjadi dua;
barang kebutuhan pokok menjadi prioritas. Karena permintaan akan bahan itu sangat besar, tak
seorangpun melalaikan bahan makanannya sendiri atau bahan makanan keluarganya, baik bulanan atau
tahunan, sehingga usaha untuk mendapatkannya dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau oleh
sebagian besar dari pada mereka, baik di dalam kota itu sendiri maupun di daerah sekitarnya. Ini tidak
dapat dipungkiri. Masing-masing orang yang berusaha untuk mendapatkan makanan untuk dirinya
sendiri memiliki surplus besar melebihi kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini dapat mencukupi
kebutuhan sebagian besar penduduk kota itu. Tidak dapat diragukan, penduduk kota itu memiliki
makanan lebih dari kebutuhan mereka. Akibatnya, harga makanan seringkali menjadi murah.
Adapun faktor-faktor yang menentukan panawaran menurut Ibnu Khaldun adalah:
1.
Permintaan.
2.
Tingkat keuntungan relatif.
3.
Tingkat usaha manusia.
4.
Besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5.
Ketenangan dan keamanan.
6.
Kemampuan teknit serta perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang menentukan permintaan menurut Ibnu Khaldun adalah: pendapatan, jumlah
penduduk, kebiasaan dan adapt istiadat masyarakat, serta pembangunan dan kemakmuran masyarakat
secara umum.
Dalam konsep ekonomi islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu
kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep islam, pertemuan permintaan dengan
penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk
melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. Keadaan rela sama rela merupakan kebalikan dari
keadaan aniaya, yaitu keadaan salah satu pihak yang merasa senang di atas kesedihan pihak lain. Dalam
hal harga, para ahli fiqih merumuskannya sebagai the price of the equivalent. Konsep the price of the
equivalent ini mempunyai implikasi penting dalam ilmu ekonomi, yaitu keadaan pasar yang kompetitif.
Dalam konsep islam, monopoli, duopoly, oligopoly, dalam artian hanya ada satu penjual, dua
penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama mereka tidak mengambil
keuntungan di atas keuntungan normal. Ini merupakan konsekuensi dari konsep the price of the
equivalent. Produsen yang beroperasi dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk
masuk kedalam bisnis tersebut, sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output yang
ditawarkan bertambah, dan harga akan turun.
Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga turun sedemikian
sehingga economic profit nihil. Pada keadaan ini produsen yang telah ada di asar tidak mempunyai
insentif untuk keluar dari pasar, dan produsen yang belum masuk ke pasar tidak mempunyai intensif
untuk masuk kepasar.
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap bentuk tindakan yang
dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang. Kecurangan-kecurangan tersebut dapat berupa contoh
sebagaiberikut:
1. Talaqqi rukban dilarang karena padagang yang menyongsong di pinggir kota mendapat keuntungan
dari ketidaktahuan penjual dari kampung akan harga yang berlaku di kota.
2. Usaha mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry barrier) akan menimbulkan pasar yang
kompetitif.
3. Tindakan mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga yang sama untuk
jumlah yang lebih sedikit.
4. Menyembunyikan cacat barang dilarang karena penjual mendapatkan harga yang baik untuk
kualitas yang buruk.
5. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma basah ketika kering
bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditakar.
6. Menukar satu takar kurma bagus dengan dua takar kurma kualitas sedang dilarang, karena setiap
kualitas kurma mempunyai harga pasarnya. Rasulullah menyuruh menjual kurma yang satu, kemudian
membeli kurma yang lain dengan uang.
7. Transaksi Najasy dilarang karena si penjual menyuruh orzng lain memuji barangnya atau menawar
dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
8. Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih
sedikat barang untuk harga yang lebih tinggi.
9.
Ghaban faa-hisy (besar) dilarang, yaitu menjual diatas harga pasar.
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi
sebagai berikut:
•
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
•
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
•
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.
•
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
•
Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa.
Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:
•
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
•
Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
•
Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi).
•
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
•
Kemandirian.
•
Pendidikan perkoprasian.
•
kerjasama antar koperasi.
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi
memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
•
Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi
pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
•
Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang
sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota koperasi.
•
Simpanan khusus/lain-lain misalnya:Simpanan sukarela (simpanan yang dapat diambil kapan
saja), Simpanan Qurba, dan Deposito Berjangka.
•
Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil usaha, yang
dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan
koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
•
Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima
dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:
•
Anggota dan calon anggota
•
Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi
•
Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku
•
Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
•
Sumber lain yang sah
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen, koperasi produsen
dan koperasi kredit (jasa keuangan). Koperasi dapat pula dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya.
•
Koperasi Simpan Pinjam
•
Koperasi Konsumen
•
Koperasi Produsen
•
Koperasi Pemasaran
•
Koperasi Jasa
•
Koperasi Fungsional
Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap. Pertama adalah pengumpulan
anggota, karena untuk menjalankan koperasi membutuhkan minimal 20 anggota. Kedua, Para anggota
tersebut akan mengadakan rapat anggota, untuk melakukan pemilihan pengurus koperasi ( ketua,
sekertaris, dan bendahara ). Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga koperasi itu. Lalu meminta perizinan dari negara. Barulah bisa menjalankan
koperasi dengan baik dan benar.
Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota. Ada
kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih seluruh anggota Pengurus dari kalangan anggota
sendiri. Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan anggota
sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin koperasi yang bersangkupan,
sedangkan ternyata bahwa yang dapat memenuhi syarat-syarat ialahmereka yang bukan anggota atau
belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh koperasi akan tetapi resminya belum
meminta menjadi anggota).
Dalam hal dapatlah diterima pengecualian itu dimana yang bukan anggota dapat dipilih menjadi anggota
pengurus koperasi.
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan
hasil dari usaha yang tidak sepontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Mereka
mempersatukan diri untuk memperkaya dirinya sendiri, seraya ikut mengembangkan kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan
ekonomi dan sosial yang di timbulkan oleh sistem kapitalisme demikian memuncaknya. Beberapa orang
yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan
dan beban ekonomi yang sama, secara sepontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri
dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan
sebuah Bank untuk para pegawai negri (priyayi) Ia terdorong oleh keinginanya untuk menolong para
pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan
bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Ia
dibantu oleh seorang asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda) Assisten-Residen itu sewaktu cuti
berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang
sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani
perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon (pelepan uang). Ia juga
menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbunglumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan
pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu
menjadi Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah
Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas
yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerntah dan
dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana, karena:
•
Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan penerangan
dan penyuluhan tentang koperasi.
•
Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
•
Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena pertimbangan politik,
khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah
jajahan itu.
Koperasi menjamur kembali, tetapi pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga
mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia.
Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah
drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Setelah
Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres
Koperasi yang pertama di Tasikmalaya Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
B.
Koperasi dalam Perspektif Islam
Koperasi (Sirkah Ta’awuniyah) dalam Pandangan Islam .Sirkah berarti ikhtilath (percampuran).
Para fuqaha mendefinisikan sebagai: Akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan. Definisi ini dari mazhab Hanafi. Di dalam Kitabullah, Allah berfirman yang artinya:“Maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga.”
(Q. S. 4: 12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh; dan amat sedikitlah mereka
itu.”
(Q. S. 38: 24)
Di dalam As-Sunnah, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Allah SWT berfirman: “Aku ini Ketiga dari
dua orang yang berserikat, selama salah seorang mereka tidak mengkhianati temannya. Apabila salah
seorang telah berkhianat terhadap temannya Aku keluar dari antara mereka.”
(HR. Abu Daud dari Abu Hurairah)
Dari segi etimologi kata “koperasi” berasal dan bahasa Inggris, yaitu cooperation yang artinya bekerja
sama. Sedangkan dari segi terminologi, koperasi ialah suatu perkumpulan atau organisasi yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan.
Koperasi dari segi bidang usahanya ada yang hanya menjalankan satu bidang usaha saja,
misalnya bidang konsumsi, bidang kiedit atau bidang produksi. Ini disebut koperasi berusaha tunggal
(single purpose). Ada pula koperasi yang meluaskan usahanya dalam berbagai bidang, disebut koperasi
serba usaha (multipurpose), misalnya pembelian dan penjualan.
Dari pengertian koperasi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa yaag mendasari gagasan
koperasi sesungguhnya adalah kerja sama, gotong-royong dan demokrasi ekonomi menuju
kesejahteraan umum. Keja sama dan gotong-royong ini sekurang-kurangnya dilihat dari dua segi.
Pertama, modal awal koperasi dikumpulkan dari semua anggota-anggotanya. Mengenai keanggotaan
dalam koperasi berlaku asas satu anggota, satu suara. Karena itu besarnya modal yang dimiliki anggota,
tidak menyebabkan anggota itu lebih tinggi kedudukannya dari anggota yang lebih kecil modalnya.
Kedua, permodalan itu sendiri tidak merupakan satu-satunya ukuran dalam pembagian sisa hasil usaha.
Modal dalam koperasi diberi bunga terbatas dalam jumlah yang sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Sisa hasil usaha koperasi sebagian Uesar dibagikan kepada anggota berdasarkan besar kecilnya peranan
anggota dalam pemanfaatan jasa koperasi. Misalnya, dalam koperasi konsumsi, semakin banyak
membeli, seorang anggota akan mendapatkan semakin banyak keuntungan. Hal ini dimaksudkan untuk
lebih merangsang peran anggota dalam perkoperasian itu. Karena itu dikatakan bahwa koperasi adalah
perkumpulan orang, bukan perkumpulan modal. Sebagai badan usaha, koperasi tidak semata-mata
mencari keuntungan akan tetapi lebih dari itu, koperasi bercita-cita memupuk kerja sama dan
mempererat persaudaraan di antara sesama anggotanya.
Sebagian ulama menganggap koperasi (Syirkah Ta’awuniyah) sebagai akad mudharabah, yakni
suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, di satu pihak menyediakan modal usaha,
sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut
perjanjian, dan di antara syarat sah mudharabah itu ialah menetapkan keuntungan setiap tahun dengan
persentasi tetap, misalnya 1% setahun kepada salah satu pihak dari mudharabah tersebut. Karena itu,
apabila koperasi itu termasuk mudharabah atau qiradh, dengan ketentuan tersebut di atas (menetapkan
persentase keuntungan tertentu kepada salah satu pihak dari mudharabah), maka akad mudharabah itu
tidak sah (batal), dan seluruh keuntungan usaha jatuh kepada pemilik modal, sedangkan pelaksana
usaha mendapat upah yang sepadan atau pantas.
Mahmud Syaltut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab Syirkah Ta’awuniyah tidak
mengandung unsur mudharabah yang dinimuskan oleh fuqaha. Sebab Syirkah Ta’awuniyah, modal
usahanya adalah dari sejumlah anggota pemegang saham, dan usaha koperasi itu dikelola oleh pengurus
dan karyawan yang dibayar oleh koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing. Kalau
pemegang saham turut mengelola usaha koperasi itu, maka ia berhak mendapat gaji sesuai dengan
sistem penggajian yang balaku. Menurut Muhammad Syaltut, koperasi merupakan syirkah baru yang
diciptakan oleh para ahli ekonomi yang dimungkinkan banyak sekali manfaatnya, yaitu membari
keuntungan kepada para anggota pemilik saham, membori lapangan kerja kepada para karyawannya,
memberi bantuan keuangan dan sebagian hasil koperasi untuk mendirikan tempat ibadah, sekolah dan
sebagainya.
Dengan demikian jelas, bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezaliman dan pemerasan (eksploitasi
oleh manusia yang kuat/kaya atas manusia yang lemah/miskin). Pengelolaannya demokratis dan terbuka
(open management) serta membagi keuntungan dan kerugian kepada para anggota menurut ketentuan
yang berlaku yang telah diketahui oleh seluruh anggota pemegang saham.
Oleh sebab itu koperasi itu dapat dibenarkan oleh Islam. Menurut Sayyid Sabiq, Syirkah itu ada empat
macam, yaitu:
1.
Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam permodalan untuk melakukan
suatu usaha bersama dengan cara membagi untung atau rugi sesuai dengan jumlah modal masingmasing.
2.
Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu
usaha dengan persyaratan sebagai berikut:Modalnya harus sama banyak. Bila ada di antara anggota
persyarikatan modalnya lebih besar, maka syirkah itu tidak sah. Mempunyai wewenang untuk bertindak,
yang ada kaitannya dengan hukum. Dengan demikian, anak-anak yang belum dewasa belum bisa
menjadi anggota persyarikatan. Satu agama, sesama muslim. Tidak sah bersyarikat dengan non muslim.
Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas nama syirkah (kerja sama).
3.
Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu tanpa
modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi antara sesama mereka.
4.
Syirkah Abdan
Syirkah Abdan, yaitu karja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha atau
pekerjaan. Hasilnya dibagi antara sesama mereka berdasarkan perjanjian seperti pemborong bangunan,
instalasi listrik dan lainnya.
Mazhab Hanafiah menyetujui (membolehkan) keempat macam Syirkah tersebut.
Sementara mazhab Syafi’iah melarang Syirkah Abdan, Mufawadhah, Wujuh dan membolehkan Syirkah
Inan. Tiga macam dilarang dan hanya satu macam saja yang dibolehkan.
Mazhab Malikiah membolehkan Syirkah Abdan, Syirkah ‘Inan, dan Syirkah Mufawadhah dan melarang
Syirkah Wujuh.
Mazhab Hanabilah membolehkan Syirkah ‘Inan, Wujuh dan Abdan, dan melarang Syirkah Mufawadhah.
Selain Imam Mujtahid yang empat itu, masih ada lagi pendapat ulama-ulama lainnya sebagaimana
terlihat pada uraian berikutnya.
Mengenai status hukum berkoperasi bagi urnmat Islam juga didasarkan pada kenyataan, bahwa
koperasi merupakan lembaga ekonomi yang dibangun oleh pemikiran barat, terlepas dari ajaran dan
kultur Islam. Artinya, bahwa Al-Quran dan hadis tidak menyebutkan, dan tidak pula dilakukan orang pada
zaman Nabi. Kehadirannya di beberapa negara Islam mengundang para ahli untuk menyoroti kedudukan
hukumnya dalam Islam.
Khalid Abdurrahman Ahmad, panulis Al-Tafkir Al-Iqrishadi Fi Al-Islam (pemikiran-pemikiran
ekonomi Islam), Penulis Timur Tengah ini berpendapat, haram bagi ummat Islam berkoperasi. Sebagai
konsekuensinya, penulis ini juga mengharamkan harta yang diperoleh dari koperasi. Argumentasinya
dalam mengharamkan koperasi, ialah pertama disebabkan karena prinsip-prinsip keorganisasian yang
tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan syariah. Di antara yang dipersoalkan adalah persyaratan
anggota yang harus terdiri dari satu jenis golongan saja yang dianggap akan membentuk kelompokkelompok yang eksklusif. Argumen kedua adalah mengenai ketentuan-ketentuan pembagian
keuntungan. Koperasi mengenal pembagian keuntungan yang dilihat dari segi pembelian atau penjualan
anggota di koperasinya. Cara ini dianggap menyimpang dari ajaran Islam, karena menurut bentuk kerja
sama dalam Islam hanya mengenal pembagian keuntungan atas dasar modal, atas dasar jerih payah atau
atas dasar keduanya.
Argumen selanjutnya adalah didasarkan pada penilaiannya mengenai tujuan utama
pembentukan koperasi dengan persyaratan anggota dan golongan ekonomi lemah yang dianggapnya
hanya bermaksud untuk menenteramkan mereka dan membatasi keinginannya serta untuk
mempermainkan mereka dengan ucapan-ucapan atau teori-teori yang utopis (angan-angan/khayalan).
Pendapat tersebut belum menjadi kesepakatan/ijma para ulama. Sebagai bagian bahasan yang
bermaksud membuka spektrum hukum berkoporasi, maka selain melihat segi-segi etis hukum
berkoperasi dapat dipertimbangkan dari kaidah penetapan hukum, ushul al-fiqh yang lain. Telah
diketahui bahwa hukum Islam mengizinkan kepentingan masyarakat atau kesejahleraan bersama melalui
prinsip ishtishlah atau al-maslahah. Ini berarti bahwa ekonomi Islam harus memberi prioritas pada
kesejahleraan rakyat bersama yang merupakan kepentingan masyarakat. Dengan menyoroti fungsi
koperasi di antaranya:
1. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat dan
2. Alat pendemokrasian ekonomi nasional.
Dengan demikian bahwa prinsip ishtishlah dipenuhi di sini dipenuhi oleh koperasi.
Demikian juga halnya, jika dilihat dari prinsip istihsan (metode preferensi). Menyoroti koperasi menurut
metode ini paling tidak dapat dilihat pada tingkat makro maupun mikro. Tingkat makro berarti
mempertimbangkan koperasi sebagai sistem ekonomi yang lebih dekat dengan Islam dibanding
kapitalisme dan sosialisme. Pada tingkat mikro berarti dengan melihat terpenuhi prinsip hubungan sosial
secara saling menyukai yang dicerninkan pada prinsip keanggotaan terbuka dan sukarela, prinsip
mementingkan pelayanan anggota dan prinsip solidaritas.
Dengan pendekatan kaidah ishtishlah dan istihsan di atas, ada kecenderungan dibolehkannya
kegiatan koperasi. Juga telah disebutkan banyak segi-segi falsafah, etis dan manajerial yang
menunjukkan keselarasan, kesesuaiandan kebaikan koperasi dalam pandangan Islam. Secara
keseluruhan hal ini telah memberi jalan ke arah istimbath hukum terhadap koperasi. Hasil istimbath ini
tidak sampai kepada wajib, juga tidak sampai kepada haram, sebagaimana dikemukakan oleh Khalid
Abdurrahman Ahmad.
Jika demikian halnya, lantas bagaimana hukum berkoperasi? Kembali pada sifat koperasi sebagai
praktek mu’amalah, maka dapat ditetapkan hukum koperasi adalah sesuai dengan ciri dan sifat-sifat
koperasi itu sendiri dalam menjalankan roda kegiatannya. Karena dalam kenyataannya, koperasi itu
berbeda-beda substansi model pergerakannya. Misalnya koperasi simpan pinjam berbeda dengan
koperasi yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan jasa lainnya. Koperasi simpan pinjam
bahkan banyak yang lebih tinggi bunga yang ditetapkannya bagi para peminjam daripada bunga yang
ditetapkan oleh bank-bank konvensional. Tentunya hal seperti ini tidak diragukan lagi adalah termasuk
riba yang diharamkan.
Adapun koperasi semacam kumpulan orang yang mengusahakan modal bersama untuk suatu
usaha perdagangan atau jasa yang dikelola bersama dan hasil keuntungan dibagi bersama, selagi
perdagangan atau jasa itu layak dan tidak berlebihan di dalam mengambil keuntungan, maka dibolehkan,
apalagi jika keberadaan koperasi itu memudahkan dan meringankan bagi kepentingan masyarakat yang
bersangkutan.
C.
Koperasi Syariah
Koperasi syariah adalah koperasi yang didirikan berdasarkan landasan hukum Islam. Tujuan dai koperasi
syariah adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Adapun fungsi dan peran koperasi syariah antara lain :
•
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
•
Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam
dan prinsip-prinsip syariah islam;
•
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
•
Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta;
•
Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol
terhadap koperasi secara efektif;
•
Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;
•
Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
Sedangkan landasan dari koperasi syariah adalah :
•
Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
•
Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.
•
Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan as-sunnah dengan saling tolong
menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful).
Prinsip ekonomi dalam Islam diterapkan dalam koperasi syariah karena koperasi syariah berdasarkan
hukum Islam dan beberapa alasan yakni kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki
oleh siapapun secara mutlak, manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan
ketentuan syariah dan manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi serta
menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi
pada segelintir orang atau sekelompok orang saja. Adapun prinsip syariah dalam koperasi syariah antara
lain :
•
Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka.
•
Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen
(istiqomah).
•
Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.
•
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya jasa usaha masingmasing anggota.
•
Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional menurut sistem bagi hasil.
•
Jujur, amanah dan mandiri.
•
Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dan sumber daya informasi
secara optimal.
•
Menjalin dan menguatkan kerjasama antar anggota, antar koperasi, serta dengan dan atau
lembaga lainnya.
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayyib) serta
menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun ketidakjelasan (ghoro). Untuk
menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam
sertifikasi usaha koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan ketentuan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlak
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan rakyat kecil. Nilai-nilai
koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan, kekeluargaan, dan kesejehateraan bersama. Ini
artinya koperasi merupakan badan usaha yang menjunjung tinggi pemerataan kesejahteraan ekonomi
diantara sesama anggota koperasi.
Secara konsepsional, Koperasi sebagai Badan Usaha yang menampung pengusaha ekonomi
lemah, memiliki beberapa potensi keunggulan untuk ikut serta memecahkan persoalan social-ekonomi
masyarakat. Peran Koperasi sebagai upaya menuju demokrasi ekonomi secara kontitusional tercantum
dalam Pasal 33 UUD 1945. Namun dalam perjalanannya, pengembangan koperasi dengan berbagai
kebijakan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, keberadaannya masih belum
memenuhi kondisi sebagaimana yang diharapkan masyarakat.
Perkembangan koperasi di Indonesia yang sangat tidak membahagiakan di Indonesia belakangan
ini justru diwarnai dengan perkembangan koperasi dengan sistem syariah Koperasi syariah justru
berkembang ditengah ribuan koperasi di Indonesiayang terhenti usahanya. Sebab hingga kini ternyata
sudah ada 3000 koperasi syariah di Indonesia yang mampu menghidupi 920 ribu unit usaha kecil
Mungkin fenomena itu menjadi sesuatu yang mencengangkan, Sebab ditengah pesimisme masyarakat
terhadap kemampuan koperasi koperasi syariah justru mulai menunjukkan eksistensinya meskipun
belum banyak dikenal masyarakat luas.
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan membutuhkan pengelolaan
syariah nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan berkembang Sehingga
koperasi syariah di Indonesia dapat secara bersama-sama menjadi tulang pungung pembangunan
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.
SISTEM EKONOMI ISLAM
Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktifitas produksi dan
konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan keberadaan manusia
di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi,yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
A.
Jenis-jenis Sistem Ekonomi
Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan sistem ekonomi ada
berbagai macam, di antaranya:
a)
a. Sistem Ekonomi Kapitalis
Prinsip ekonomi kapitalis adalah:
1.
Kebebasan memiliki harta secara persendirian
2.
Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas.
3.
Ketidaksamaan ekonomi.
b)
b. Sistem Ekonomi Komunis
Prinsip ekonomi komunis adalah:
1.
Hak milik atas alat-alat produksi oleh negara
2.
Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat
3.
Perencanaan ekonomi sebagai rencana / dalam proses ekonomi yang harus dilalui.
c)
c. Sistem Ekonomi Sosialis
Prinsip ekonomi sosialis adalah:
1. Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan hukum dan
masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang vital.
2.
Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar.
3. Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha menyesuaikan kebutuhan
individual dengan kebutuhan masyarakat.
B.
Sistem dan Prinsip Ekonomi Islam
Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan kegagalan dengan
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Sistem ekonomi Islam sebagai pilihan alternatif mulai digali
untuk diterapkan sebagai sistem perekonomian yang baru. Bagaimanakah sistem ekonomi Islam itu?
Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi yang lain, dimana
dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah dalam setiap kegiatannya.
Prinsip ekonomi Islam adalah:
1.
Kebebasan individu
2.
Hak terhadap harta
3.
Ketidaksamaan ekonomi dalam batasan
4.
Kesamaan sosial
5.
Keselamatan sosial
6.
Larangan menumpuk kekayaan
7.
Larangan terhadap institusi anti-sosial
8.
Kebajikan individu dalam masyarakat
C.
Konsep Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim (kapitalis dan
komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara keduanya (kebendaan dan rohaniah).
Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di
antara keperluan kebendaan dan keperluan rohani / etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman
ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:
1.
Qs.al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah)
2.
Qs.Hud:61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi)
3.
Qs.al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di bumi).
Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut diperoleh ketentuannya
dengan jalan ijtihad.
D.
Dasar-Dasar Ekomoni Islam
1.
Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di akhirat,tercapainya
pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik perorangan
maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa
pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
2.
Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan
untuk hal-hal yang halal pula.
3.
Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar.
4.
Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu
harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5.
Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
6.
Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.
7.
Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran
perbedaan adalah prestasi kerja.
Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1.
Nilai dasar sistem ekonomi Islam adalah hakikat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan
penguasaan, keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia, dan keadilan antar sesama manusia.
2.
Nilai instrumental sistem ekonomi Islam adalah kewajiban zakat, larangan riba, kerjasama
ekonomi, jaminan sosial, dan peranan negara.
3.
Nilai filosofis sistem ekonomi Islam adalah bersifat terikat dan dinamik.
4.
Nilai normatif sistem ekonomi Islam adalah landasan aqidah, akhlaq, syari'ah, Al-Qur'anul
Karim, dan Ijtihad (Ra'yu), meliputi qiyas, masalah mursalah, istihsan, istishab, dan urf.
KOPERASI
A. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu
kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan undang-undang
nomor 12 tahun 1967, koperasiindonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan
beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.
Koperasi dalam arti yang sesungguhnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian bahwa “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”
Jatidiri koperasi yang sesungguhnya adalah koperasi didirikan karena ada kepentingan bersama anggota
untuk mengangkat dari jerat dan belenggu kemiskinan, hidup bergotongroyong, kebersamaan,
kekeluargaan sudah menjadi budaya bangsa Indonesia.
Landasan koperasi Indonesia yang melandasi aktifitas koprasi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Landasan Idiil, yaitu Pancasila
2.
Landasan Mental, yaitu setia kawan dan kesadaran diri sendiri.
3.
Landasan Struktural dan gerak, yaitu UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1
B.
Fungsi dan Peran Koperasi
Fungsi Koperasi adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia
2.
Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia
3.
Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia
4.
Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi
Peran Koperasi adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat Indonesia
2.
Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina,
dan mengembangkan setiap potensi yang ada
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai
berikut:
1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya
C. Nilai-Nilai Koperasi
Dalam pernyataan Aliansi Koperasi Sedunia, tahun 1995, tentang Jatidiri koperasi, Nilai-nilai Koperasi
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai organisasi yang meliputi menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokratis,
persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.
2.
lain.
Nilai-nilai etis yang meliputi kejujuran, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang
KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
A. A. Koperasi Melalui Pendekatan Sistem Syari’ah
Sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan suatu kumpulan dari barang-barang atau bagianbagian yang bekerja secara bersama-sama. Sebagai suatu keseluruhan. Bagian dari nilai-nilai dan ajaranajaran Islam yang mengatur bidang perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain dari
keseluruhan ajaran islam yang komprehensif dan integral.
B.
B. Tujuan Sistem Koperasi Syariah
Tujuan dari sistem koperasi syariah adalah sebagai berikut :
1.
Mensejahterakan ekonomi anggota sesuai norma dan moral Islam.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi, dan jangalah kamu
mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al
Baqarah : 168)
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allahyang kamu beriman kepada-Nya”.(Q.S AL Maidah : 87-88)
2.
Persaudaraan dan Keadilan Bersama
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal” Q.S Al Hujarat (49) : 13)
3. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata dan Agama Islam mentolerir kesenjangan
kekayaan dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam halkarakter, kemampuan, kesungguhan dan
bakat. Perbedaan diatas tersebut merupakan penyebab perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal
ini dapat terlihat pada Al Qur’an :
‘Dan Allah melebihklan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang
yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka
miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah…?”
(Q.S An Nahl (16) : 71)
“Kami telah menetukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebaian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebahagian yang lain. Dan Rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (Q.S Az Zukhruf (43) :32)
4. Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia
diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah.
“ Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan,
mak sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah
kesudahan segala urusan.” (Q.S Lukman (31) : 22)
C. Kaidah Ushul Fiqih Yang Dipakai
1. Kemaslahatan masyarakat lebih besar harus didahulukan dari pada kemaslahatan individu yang
lebih sempit.
2. Meskipun “menghilangkan bahaya kesukaran” dan “mendorong kemaslahatan” kedua-duanya
merupakan tujuan pokok syari’ah, namun yang pertama harus lebih didahulukan.
3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat ditimpakan untuk menghindari kerugian yang lebih sempit
atau kemaslahatan yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk mendapatkan kemaslahatan yang
lebih kecil.
D. Karakteristik Koperasi Syariah
1.
Mengakui hak milik individu terhadap modal usaha
2.
Tiadanya transaksi berbasis bunga (riba)
3.
Berfungsinya institusi zakat
4.
Mengakui mekanisme pasar
5.
Mengakui motif mencari keuntungan
6.
Mengakui kebebasan berusaha
7.
Mengakui adanya hak bersama
E.
Sistem Ekonomi Syariah
Akhir-akhir ini semakin luas dibahas sistem Ekonomi Syariah yang dianggap lebih adil dibanding sistem
ekonomi yang berlaku sekarang khususnya sejak 1966 (Orde Baru) yang berciri kapitalistik dan bersifat
makin liberal, yang setelah kebablasan kemudian meledak dalam bentuk bom waktu berupa krismon
tahun 1997. Krismon yang menghancurkan sektor perbankan modern kini tidak saja telah menciutkan
jumlah bank menjadi kurang dari separo, dari 240 menjadi kurang dari 100 buah, tetapi juga sangat
mengurangi peran bank dalam perekonomian nasional.
Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (sila ke-5) jelas berorientasi pada etika (Ketuhanan Yang Maha Esa), dan kemanusiaan, dengan
cara-caranasionalistik dan kerakyatan (demokrasi). Secara utuh Pancasila berarti gotong-royong,
sehingga sistem ekonominya bersifat kooperatif/ kekeluargaan/ tolong-menolong.
Jika suatu masyarakat/negara/bangsa, warganya merasa sistem ekonominya berkembang ke arah
yang timpang dan tidak adil, maka aturan mainnya harus dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga
mampu membawa perekonomian ke arah keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial.
Prinsip profit-sharing atau bagi-bagi keuntungan dan resiko yang jelas merupakan ajaran Sistem
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Pancasila sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara maju
(welfare state) yang merasa bahwa penerapan prinsip profit-sharing danemployee participation lebih
menjamin ketentraman dan ketenangan usaha dan tentu saja menjamin keberlanjutan suatu usaha.
Berdasarkan penelitian 303 perusahaan di Inggris, alasan perusahaan mengadakan aturan pembagian
laba dan pemilikan saham oleh buruh/karyawan ada 5 yaitu :
1.
Komitmen moral (moral commitment);
2.
Penahanan staf (staff retention);
3.
Keterlibatan buruh/karyawan (employee involvement);
4.
Perbaikan kinerja hubungan industrial (improved industrial relations performance);
5.
Perlindungan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain (protection against takeover).
Bisa dibuktikan bahwa ke-5 alasan yang disebut di sini diputuskan manajemen perusahaan
karena memang benar-benar dialami banyak perusahaan lebih-lebih pada perusahaan keuangan yang
bersaing dengan ketat satu sama lain, dan ada kebiasaan terjadinya “mobilitas” tinggi dari staf yang
berkualitas. Tanpa kecuali hampir semua cara ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kesadaran ikut
memiliki perusahaan bagi buruh/ karyawan yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan semangat
bekerja yang pada gilirannya berakibat meningkatkan keuntungan perusahaan. Dalam perusahaan yang
berbentuk koperasi, sejak awal anggota koperasi adalah juga pemilik perusahaan yang disamping dapat
memperoleh manfaat langsung dalam berbisnis dengan koperasi juga pada akhir tahun masih dapat
menerima sisa hasil usaha (yang sering dikacaukan dengan keuntungan). Inilah “rahasia” berkoperasi
yang biasanya tidak ditonjolkan pengurus karena praktek-praktek manajemen koperasi sering
bertentangan dengan “teori koperasi” yang harus bersifat profit-sharing. Artinya perusahaan koperasi
sering berubah menjadi “koperasi pengurus” bukan “koperasi anggota”. Profit-sharing dansharing
ownership sangat sejalan dengan aturan main Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan menghindarkan
ketimpangan ekonomi dan sosial dan berusaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Ekonomi Pancasila adalah ajaran ekonomi baru yang agamis sekaligus manusiawi, nasionalistik,
dan demokratis, untuk menantang kerakusan ajaran Neoliberal yang semakin rakus. Bahwa Depdiknas
melalui Dirjen Pendidikan Tinggi memberikan dukungan kuat pada Pusat Studi Ekonomi Pancasila
(PUSTEP) UGM untuk mengembangkan ajaran-ajaran ekonomi Pancasila, membuktikan kebenaran
perjuangan moral ini. Ajaran ekonomi Pancasila jelas paralel dengan ajaran Ekonomi Syariah atau
ekonomi Islami karena keduanya menekankan pada ajaran moral-spiritual untuk membendung ajaran
“agama ekonomi kapitalis Neoliberal”.
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah ssumsi dasar /
norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan.
Dalam sistem ekonomi Islam asumsi dasarnya adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh
baik terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah.
Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat selaku khalifatullah
dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem
ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang
oleh sebagian ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an. Manfaat uang dalam
berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan dari
sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka
sepakati sebagai konsep yang harus dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan
(rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya
situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam
perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi
rakyat.
F.
Mekanisme Harga dalam Ekonomi Islam
Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran.
Dalam pengertian ini, pasar bersifat interaktif, bukan fisik. Adapun mekanisme pasar adalah proses
penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara
permintaan (demand) dan penawaran (supply) dinamakan equilibrium price (harga keseimbangan). Ibnu
Taimiyah juga memiliki pandangan tentang pasar bebas, dimana suatu harga dipertimbangkan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Ia mengatakan; “naik turunnya harga tak selalu berkait dengan
pengusahaan (zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah karena adanya
kekurangan dalam produk atau penurunan impor dari barang-barang yang diminta. Jadi, jika kebutuhan
terhadap jumlah barang meningkat, sementara kemampuan menyediakan menurun, harga akan turun.
Kelangkaan dan kelimpahan tak semesti diakibatkan oleh perbuatan seseorang. Bias saja berkaitan
dengan sebab yang tidak melibatkan ketidakadilan. Atau sesekali, bias juga disebabkan oleh
ketidakadialan. Maha besar Allah, yang mencptakan kemauan pada hati manusia”.
Dari pernyataan di atas terdapat indikasi kenaikan harga yang terjadi disebabkan oleh perbuatan
ketidakadilan para penjual. Perbuatan ini disebut manipulasi yang mendorong terjadinya
ketidaksempurnaan pasar. Tetapi pernyataan ini tidakl bisa dismakan dalam segala kondisi, karena bisa
saja alasna naik dan turunnya harga disebabkan oleh kekuatan. Ungkapan Ibnu taimiyah tersebut juga
menggambarkan secara eksplisit bahwa penawaran bisa datang dari produksi domestic dan impor.
Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan dan penurunan dalam jumlah barang
yang ditawarkan, sedang permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya
kenaikan harga tergantung pada besarnya perubahan penawaran dan permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak natural (ilahiyah).
Dalam bukunya, Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah mengemukakan beberapa factor yang mempengaruhi
fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga:
1.
Kebutuhan manusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain. Kebutuhan tersebut berbedabada, tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan dari barang-barang yang dibutuhkan itu. Suatu
barang kan lebih dibutuhkan pada saat terjadinya kelangkaan ketimbang pada saat melimpahnya
persediaan.
2.
Harga suatu barang beragam tergantung pada tingginya jumlah orang-orang yang melakukan
permintaan. Jika jumlah manusia yang membutuhkan sebuah barang sangat banyak, maka hargapun
akan bergerak naik terutama jika jumlah barang hanya sedikit.
3.
Harga barang juga diengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap brang dan tingkat
ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka hargapun akan melambung hingga tingkat yang
paling maksimal, ketimbang jika kebutuhan itu kecil dan lemah.
4.
Tujuan dari kontrak adalah adanya timbul balik kepemilikan oleh kedua belah pihak yang
melakukan transaksi. Jika sipembayar mampu melakukan pembayaran dan mampu memenuhi janjinya,
tujuan dari transaksi itu mampu diwujudkan dengannya.
5.
Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.
Menunjukan betapa ibnu taimiyah menghargai mekanisme harga. Oleh sebab itu, Ibnu Taimiyah
sangat setuju apabila pemerintah tidak mengintervensi harga selama mekanisme pasar itu terjadi
dimana kurva supply dandemand bertemu tanpa ada campur tangan. Atau dengan kata lain terjadi
perubahan harga karena perubahan genuine supply dan genuine demand. Namun jika peribhan harga
tidak disebabkan oleh genuine supply dan genuine demandmaka pemerintah harus melakukan market
intervention.
Sedangkan Ibnu khaldun secara khusus memberikan ulasan tentang harga dalam bukunya AlMuqaddimah pada satu bab berjudul “Harga-Harga di kota”. Ia membagi jenis barang menjadi dua;
barang kebutuhan pokok menjadi prioritas. Karena permintaan akan bahan itu sangat besar, tak
seorangpun melalaikan bahan makanannya sendiri atau bahan makanan keluarganya, baik bulanan atau
tahunan, sehingga usaha untuk mendapatkannya dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau oleh
sebagian besar dari pada mereka, baik di dalam kota itu sendiri maupun di daerah sekitarnya. Ini tidak
dapat dipungkiri. Masing-masing orang yang berusaha untuk mendapatkan makanan untuk dirinya
sendiri memiliki surplus besar melebihi kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini dapat mencukupi
kebutuhan sebagian besar penduduk kota itu. Tidak dapat diragukan, penduduk kota itu memiliki
makanan lebih dari kebutuhan mereka. Akibatnya, harga makanan seringkali menjadi murah.
Adapun faktor-faktor yang menentukan panawaran menurut Ibnu Khaldun adalah:
1.
Permintaan.
2.
Tingkat keuntungan relatif.
3.
Tingkat usaha manusia.
4.
Besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5.
Ketenangan dan keamanan.
6.
Kemampuan teknit serta perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang menentukan permintaan menurut Ibnu Khaldun adalah: pendapatan, jumlah
penduduk, kebiasaan dan adapt istiadat masyarakat, serta pembangunan dan kemakmuran masyarakat
secara umum.
Dalam konsep ekonomi islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu
kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep islam, pertemuan permintaan dengan
penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk
melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. Keadaan rela sama rela merupakan kebalikan dari
keadaan aniaya, yaitu keadaan salah satu pihak yang merasa senang di atas kesedihan pihak lain. Dalam
hal harga, para ahli fiqih merumuskannya sebagai the price of the equivalent. Konsep the price of the
equivalent ini mempunyai implikasi penting dalam ilmu ekonomi, yaitu keadaan pasar yang kompetitif.
Dalam konsep islam, monopoli, duopoly, oligopoly, dalam artian hanya ada satu penjual, dua
penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama mereka tidak mengambil
keuntungan di atas keuntungan normal. Ini merupakan konsekuensi dari konsep the price of the
equivalent. Produsen yang beroperasi dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk
masuk kedalam bisnis tersebut, sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output yang
ditawarkan bertambah, dan harga akan turun.
Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga turun sedemikian
sehingga economic profit nihil. Pada keadaan ini produsen yang telah ada di asar tidak mempunyai
insentif untuk keluar dari pasar, dan produsen yang belum masuk ke pasar tidak mempunyai intensif
untuk masuk kepasar.
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap bentuk tindakan yang
dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang. Kecurangan-kecurangan tersebut dapat berupa contoh
sebagaiberikut:
1. Talaqqi rukban dilarang karena padagang yang menyongsong di pinggir kota mendapat keuntungan
dari ketidaktahuan penjual dari kampung akan harga yang berlaku di kota.
2. Usaha mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry barrier) akan menimbulkan pasar yang
kompetitif.
3. Tindakan mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga yang sama untuk
jumlah yang lebih sedikit.
4. Menyembunyikan cacat barang dilarang karena penjual mendapatkan harga yang baik untuk
kualitas yang buruk.
5. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma basah ketika kering
bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditakar.
6. Menukar satu takar kurma bagus dengan dua takar kurma kualitas sedang dilarang, karena setiap
kualitas kurma mempunyai harga pasarnya. Rasulullah menyuruh menjual kurma yang satu, kemudian
membeli kurma yang lain dengan uang.
7. Transaksi Najasy dilarang karena si penjual menyuruh orzng lain memuji barangnya atau menawar
dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
8. Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih
sedikat barang untuk harga yang lebih tinggi.
9.
Ghaban faa-hisy (besar) dilarang, yaitu menjual diatas harga pasar.
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi
sebagai berikut:
•
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
•
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
•
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.
•
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
•
Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa.
Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:
•
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
•
Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
•
Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi).
•
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
•
Kemandirian.
•
Pendidikan perkoprasian.
•
kerjasama antar koperasi.
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi
memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
•
Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi
pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
•
Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang
sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota koperasi.
•
Simpanan khusus/lain-lain misalnya:Simpanan sukarela (simpanan yang dapat diambil kapan
saja), Simpanan Qurba, dan Deposito Berjangka.
•
Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil usaha, yang
dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan
koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
•
Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima
dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:
•
Anggota dan calon anggota
•
Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi
•
Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku
•
Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
•
Sumber lain yang sah
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen, koperasi produsen
dan koperasi kredit (jasa keuangan). Koperasi dapat pula dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya.
•
Koperasi Simpan Pinjam
•
Koperasi Konsumen
•
Koperasi Produsen
•
Koperasi Pemasaran
•
Koperasi Jasa
•
Koperasi Fungsional
Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap. Pertama adalah pengumpulan
anggota, karena untuk menjalankan koperasi membutuhkan minimal 20 anggota. Kedua, Para anggota
tersebut akan mengadakan rapat anggota, untuk melakukan pemilihan pengurus koperasi ( ketua,
sekertaris, dan bendahara ). Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga koperasi itu. Lalu meminta perizinan dari negara. Barulah bisa menjalankan
koperasi dengan baik dan benar.
Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota. Ada
kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih seluruh anggota Pengurus dari kalangan anggota
sendiri. Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan anggota
sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin koperasi yang bersangkupan,
sedangkan ternyata bahwa yang dapat memenuhi syarat-syarat ialahmereka yang bukan anggota atau
belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh koperasi akan tetapi resminya belum
meminta menjadi anggota).
Dalam hal dapatlah diterima pengecualian itu dimana yang bukan anggota dapat dipilih menjadi anggota
pengurus koperasi.
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan
hasil dari usaha yang tidak sepontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Mereka
mempersatukan diri untuk memperkaya dirinya sendiri, seraya ikut mengembangkan kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan
ekonomi dan sosial yang di timbulkan oleh sistem kapitalisme demikian memuncaknya. Beberapa orang
yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan
dan beban ekonomi yang sama, secara sepontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri
dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan
sebuah Bank untuk para pegawai negri (priyayi) Ia terdorong oleh keinginanya untuk menolong para
pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan
bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Ia
dibantu oleh seorang asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda) Assisten-Residen itu sewaktu cuti
berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang
sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani
perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon (pelepan uang). Ia juga
menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbunglumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan
pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu
menjadi Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah
Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas
yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerntah dan
dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana, karena:
•
Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan penerangan
dan penyuluhan tentang koperasi.
•
Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
•
Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena pertimbangan politik,
khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah
jajahan itu.
Koperasi menjamur kembali, tetapi pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga
mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia.
Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah
drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Setelah
Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres
Koperasi yang pertama di Tasikmalaya Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
B.
Koperasi dalam Perspektif Islam
Koperasi (Sirkah Ta’awuniyah) dalam Pandangan Islam .Sirkah berarti ikhtilath (percampuran).
Para fuqaha mendefinisikan sebagai: Akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan. Definisi ini dari mazhab Hanafi. Di dalam Kitabullah, Allah berfirman yang artinya:“Maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga.”
(Q. S. 4: 12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh; dan amat sedikitlah mereka
itu.”
(Q. S. 38: 24)
Di dalam As-Sunnah, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Allah SWT berfirman: “Aku ini Ketiga dari
dua orang yang berserikat, selama salah seorang mereka tidak mengkhianati temannya. Apabila salah
seorang telah berkhianat terhadap temannya Aku keluar dari antara mereka.”
(HR. Abu Daud dari Abu Hurairah)
Dari segi etimologi kata “koperasi” berasal dan bahasa Inggris, yaitu cooperation yang artinya bekerja
sama. Sedangkan dari segi terminologi, koperasi ialah suatu perkumpulan atau organisasi yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan.
Koperasi dari segi bidang usahanya ada yang hanya menjalankan satu bidang usaha saja,
misalnya bidang konsumsi, bidang kiedit atau bidang produksi. Ini disebut koperasi berusaha tunggal
(single purpose). Ada pula koperasi yang meluaskan usahanya dalam berbagai bidang, disebut koperasi
serba usaha (multipurpose), misalnya pembelian dan penjualan.
Dari pengertian koperasi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa yaag mendasari gagasan
koperasi sesungguhnya adalah kerja sama, gotong-royong dan demokrasi ekonomi menuju
kesejahteraan umum. Keja sama dan gotong-royong ini sekurang-kurangnya dilihat dari dua segi.
Pertama, modal awal koperasi dikumpulkan dari semua anggota-anggotanya. Mengenai keanggotaan
dalam koperasi berlaku asas satu anggota, satu suara. Karena itu besarnya modal yang dimiliki anggota,
tidak menyebabkan anggota itu lebih tinggi kedudukannya dari anggota yang lebih kecil modalnya.
Kedua, permodalan itu sendiri tidak merupakan satu-satunya ukuran dalam pembagian sisa hasil usaha.
Modal dalam koperasi diberi bunga terbatas dalam jumlah yang sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Sisa hasil usaha koperasi sebagian Uesar dibagikan kepada anggota berdasarkan besar kecilnya peranan
anggota dalam pemanfaatan jasa koperasi. Misalnya, dalam koperasi konsumsi, semakin banyak
membeli, seorang anggota akan mendapatkan semakin banyak keuntungan. Hal ini dimaksudkan untuk
lebih merangsang peran anggota dalam perkoperasian itu. Karena itu dikatakan bahwa koperasi adalah
perkumpulan orang, bukan perkumpulan modal. Sebagai badan usaha, koperasi tidak semata-mata
mencari keuntungan akan tetapi lebih dari itu, koperasi bercita-cita memupuk kerja sama dan
mempererat persaudaraan di antara sesama anggotanya.
Sebagian ulama menganggap koperasi (Syirkah Ta’awuniyah) sebagai akad mudharabah, yakni
suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, di satu pihak menyediakan modal usaha,
sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut
perjanjian, dan di antara syarat sah mudharabah itu ialah menetapkan keuntungan setiap tahun dengan
persentasi tetap, misalnya 1% setahun kepada salah satu pihak dari mudharabah tersebut. Karena itu,
apabila koperasi itu termasuk mudharabah atau qiradh, dengan ketentuan tersebut di atas (menetapkan
persentase keuntungan tertentu kepada salah satu pihak dari mudharabah), maka akad mudharabah itu
tidak sah (batal), dan seluruh keuntungan usaha jatuh kepada pemilik modal, sedangkan pelaksana
usaha mendapat upah yang sepadan atau pantas.
Mahmud Syaltut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab Syirkah Ta’awuniyah tidak
mengandung unsur mudharabah yang dinimuskan oleh fuqaha. Sebab Syirkah Ta’awuniyah, modal
usahanya adalah dari sejumlah anggota pemegang saham, dan usaha koperasi itu dikelola oleh pengurus
dan karyawan yang dibayar oleh koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing. Kalau
pemegang saham turut mengelola usaha koperasi itu, maka ia berhak mendapat gaji sesuai dengan
sistem penggajian yang balaku. Menurut Muhammad Syaltut, koperasi merupakan syirkah baru yang
diciptakan oleh para ahli ekonomi yang dimungkinkan banyak sekali manfaatnya, yaitu membari
keuntungan kepada para anggota pemilik saham, membori lapangan kerja kepada para karyawannya,
memberi bantuan keuangan dan sebagian hasil koperasi untuk mendirikan tempat ibadah, sekolah dan
sebagainya.
Dengan demikian jelas, bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezaliman dan pemerasan (eksploitasi
oleh manusia yang kuat/kaya atas manusia yang lemah/miskin). Pengelolaannya demokratis dan terbuka
(open management) serta membagi keuntungan dan kerugian kepada para anggota menurut ketentuan
yang berlaku yang telah diketahui oleh seluruh anggota pemegang saham.
Oleh sebab itu koperasi itu dapat dibenarkan oleh Islam. Menurut Sayyid Sabiq, Syirkah itu ada empat
macam, yaitu:
1.
Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam permodalan untuk melakukan
suatu usaha bersama dengan cara membagi untung atau rugi sesuai dengan jumlah modal masingmasing.
2.
Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu
usaha dengan persyaratan sebagai berikut:Modalnya harus sama banyak. Bila ada di antara anggota
persyarikatan modalnya lebih besar, maka syirkah itu tidak sah. Mempunyai wewenang untuk bertindak,
yang ada kaitannya dengan hukum. Dengan demikian, anak-anak yang belum dewasa belum bisa
menjadi anggota persyarikatan. Satu agama, sesama muslim. Tidak sah bersyarikat dengan non muslim.
Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas nama syirkah (kerja sama).
3.
Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu tanpa
modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi antara sesama mereka.
4.
Syirkah Abdan
Syirkah Abdan, yaitu karja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha atau
pekerjaan. Hasilnya dibagi antara sesama mereka berdasarkan perjanjian seperti pemborong bangunan,
instalasi listrik dan lainnya.
Mazhab Hanafiah menyetujui (membolehkan) keempat macam Syirkah tersebut.
Sementara mazhab Syafi’iah melarang Syirkah Abdan, Mufawadhah, Wujuh dan membolehkan Syirkah
Inan. Tiga macam dilarang dan hanya satu macam saja yang dibolehkan.
Mazhab Malikiah membolehkan Syirkah Abdan, Syirkah ‘Inan, dan Syirkah Mufawadhah dan melarang
Syirkah Wujuh.
Mazhab Hanabilah membolehkan Syirkah ‘Inan, Wujuh dan Abdan, dan melarang Syirkah Mufawadhah.
Selain Imam Mujtahid yang empat itu, masih ada lagi pendapat ulama-ulama lainnya sebagaimana
terlihat pada uraian berikutnya.
Mengenai status hukum berkoperasi bagi urnmat Islam juga didasarkan pada kenyataan, bahwa
koperasi merupakan lembaga ekonomi yang dibangun oleh pemikiran barat, terlepas dari ajaran dan
kultur Islam. Artinya, bahwa Al-Quran dan hadis tidak menyebutkan, dan tidak pula dilakukan orang pada
zaman Nabi. Kehadirannya di beberapa negara Islam mengundang para ahli untuk menyoroti kedudukan
hukumnya dalam Islam.
Khalid Abdurrahman Ahmad, panulis Al-Tafkir Al-Iqrishadi Fi Al-Islam (pemikiran-pemikiran
ekonomi Islam), Penulis Timur Tengah ini berpendapat, haram bagi ummat Islam berkoperasi. Sebagai
konsekuensinya, penulis ini juga mengharamkan harta yang diperoleh dari koperasi. Argumentasinya
dalam mengharamkan koperasi, ialah pertama disebabkan karena prinsip-prinsip keorganisasian yang
tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan syariah. Di antara yang dipersoalkan adalah persyaratan
anggota yang harus terdiri dari satu jenis golongan saja yang dianggap akan membentuk kelompokkelompok yang eksklusif. Argumen kedua adalah mengenai ketentuan-ketentuan pembagian
keuntungan. Koperasi mengenal pembagian keuntungan yang dilihat dari segi pembelian atau penjualan
anggota di koperasinya. Cara ini dianggap menyimpang dari ajaran Islam, karena menurut bentuk kerja
sama dalam Islam hanya mengenal pembagian keuntungan atas dasar modal, atas dasar jerih payah atau
atas dasar keduanya.
Argumen selanjutnya adalah didasarkan pada penilaiannya mengenai tujuan utama
pembentukan koperasi dengan persyaratan anggota dan golongan ekonomi lemah yang dianggapnya
hanya bermaksud untuk menenteramkan mereka dan membatasi keinginannya serta untuk
mempermainkan mereka dengan ucapan-ucapan atau teori-teori yang utopis (angan-angan/khayalan).
Pendapat tersebut belum menjadi kesepakatan/ijma para ulama. Sebagai bagian bahasan yang
bermaksud membuka spektrum hukum berkoporasi, maka selain melihat segi-segi etis hukum
berkoperasi dapat dipertimbangkan dari kaidah penetapan hukum, ushul al-fiqh yang lain. Telah
diketahui bahwa hukum Islam mengizinkan kepentingan masyarakat atau kesejahleraan bersama melalui
prinsip ishtishlah atau al-maslahah. Ini berarti bahwa ekonomi Islam harus memberi prioritas pada
kesejahleraan rakyat bersama yang merupakan kepentingan masyarakat. Dengan menyoroti fungsi
koperasi di antaranya:
1. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat dan
2. Alat pendemokrasian ekonomi nasional.
Dengan demikian bahwa prinsip ishtishlah dipenuhi di sini dipenuhi oleh koperasi.
Demikian juga halnya, jika dilihat dari prinsip istihsan (metode preferensi). Menyoroti koperasi menurut
metode ini paling tidak dapat dilihat pada tingkat makro maupun mikro. Tingkat makro berarti
mempertimbangkan koperasi sebagai sistem ekonomi yang lebih dekat dengan Islam dibanding
kapitalisme dan sosialisme. Pada tingkat mikro berarti dengan melihat terpenuhi prinsip hubungan sosial
secara saling menyukai yang dicerninkan pada prinsip keanggotaan terbuka dan sukarela, prinsip
mementingkan pelayanan anggota dan prinsip solidaritas.
Dengan pendekatan kaidah ishtishlah dan istihsan di atas, ada kecenderungan dibolehkannya
kegiatan koperasi. Juga telah disebutkan banyak segi-segi falsafah, etis dan manajerial yang
menunjukkan keselarasan, kesesuaiandan kebaikan koperasi dalam pandangan Islam. Secara
keseluruhan hal ini telah memberi jalan ke arah istimbath hukum terhadap koperasi. Hasil istimbath ini
tidak sampai kepada wajib, juga tidak sampai kepada haram, sebagaimana dikemukakan oleh Khalid
Abdurrahman Ahmad.
Jika demikian halnya, lantas bagaimana hukum berkoperasi? Kembali pada sifat koperasi sebagai
praktek mu’amalah, maka dapat ditetapkan hukum koperasi adalah sesuai dengan ciri dan sifat-sifat
koperasi itu sendiri dalam menjalankan roda kegiatannya. Karena dalam kenyataannya, koperasi itu
berbeda-beda substansi model pergerakannya. Misalnya koperasi simpan pinjam berbeda dengan
koperasi yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan jasa lainnya. Koperasi simpan pinjam
bahkan banyak yang lebih tinggi bunga yang ditetapkannya bagi para peminjam daripada bunga yang
ditetapkan oleh bank-bank konvensional. Tentunya hal seperti ini tidak diragukan lagi adalah termasuk
riba yang diharamkan.
Adapun koperasi semacam kumpulan orang yang mengusahakan modal bersama untuk suatu
usaha perdagangan atau jasa yang dikelola bersama dan hasil keuntungan dibagi bersama, selagi
perdagangan atau jasa itu layak dan tidak berlebihan di dalam mengambil keuntungan, maka dibolehkan,
apalagi jika keberadaan koperasi itu memudahkan dan meringankan bagi kepentingan masyarakat yang
bersangkutan.
C.
Koperasi Syariah
Koperasi syariah adalah koperasi yang didirikan berdasarkan landasan hukum Islam. Tujuan dai koperasi
syariah adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Adapun fungsi dan peran koperasi syariah antara lain :
•
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
•
Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam
dan prinsip-prinsip syariah islam;
•
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
•
Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta;
•
Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol
terhadap koperasi secara efektif;
•
Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;
•
Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
Sedangkan landasan dari koperasi syariah adalah :
•
Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
•
Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.
•
Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan as-sunnah dengan saling tolong
menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful).
Prinsip ekonomi dalam Islam diterapkan dalam koperasi syariah karena koperasi syariah berdasarkan
hukum Islam dan beberapa alasan yakni kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki
oleh siapapun secara mutlak, manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan
ketentuan syariah dan manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi serta
menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi
pada segelintir orang atau sekelompok orang saja. Adapun prinsip syariah dalam koperasi syariah antara
lain :
•
Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka.
•
Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen
(istiqomah).
•
Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.
•
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya jasa usaha masingmasing anggota.
•
Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional menurut sistem bagi hasil.
•
Jujur, amanah dan mandiri.
•
Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dan sumber daya informasi
secara optimal.
•
Menjalin dan menguatkan kerjasama antar anggota, antar koperasi, serta dengan dan atau
lembaga lainnya.
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayyib) serta
menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun ketidakjelasan (ghoro). Untuk
menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam
sertifikasi usaha koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan ketentuan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlak