KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM KITAB MANHAJ at- tarbiyah an-nabawiyah liat-tifl

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Arief Rakhman Aji NPM: 20110720270

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) strata Satu pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

\ Oleh:

Arief Rakhman Aji NPM: 20110720270

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

َِإََ ّ

ََجَا

ََءاَ

ََفََس

َُدا

ََُْم

ََِم

َْنَ

َِقََب

َِلَ

ََبْا

َِءا

َََوَِإ

ََُْ

َُُِا

َْمَ

َََُِْم

َََوََ ت

َْرَُك

َََ تَْع

َِلَْيَِم

َِه

َْمَ

ََ فََرَِئا

ََض

َ

َِّدلا

َْيَِن

َََو

َُسََنَ

ِنَِ.

َ

”Barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari

sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut sunnah- y ”


(5)

Skripsi ini aku persembahkan untuk Kedua Orang tuaku,

Ayahanda Mujiono dan Ibunda Eri Rintawati Terima kasih atas kasih sayang dan doa

yang selalu terpanjat di setiap waktu.

Kepada yang tercinta dan yang mencintaiku

dan almamaterku yang kubanggakan

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(6)

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Kerangka Teori ... 16

BAB III : METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Sumber dan Jenis Data ... 42

C. Teknik Pengumpulan Data ... 43


(7)

B.Penjelasan Konsep Pendidikan Anak dalam Kitab

- - ... 49

1. Pendidikan Pra Kelahiran ... 49

2. Pendidikan Paska Kelahiran Hingga Usia Dua Tahun .... 63

3. Pendidikan Hingga Usia Remaja ... 76

C.Keunggulan dan Kelemahan Kitab - - ... 119

D.Relevansi Konsep Pendidikan Anak dalam Kitab Manhaj at-Tarbiyyah - - terhadap Pendidikan Anak zaman sekarang ... 122

BAB V : PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran-saran ... 126

C. Penutup ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan keluarga sesuai dengan hadis-hadis dan sejarah Nabi Muhammad yang terdapat dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - . Serta mendefinisikan kunggulan dan kelemahan kitab tersebut dan mengkaji relevansi konsep pendidikan anak dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - dengan praktik pendidikan anak pada zaman sekarang.

Jenis penelitiannya ialah penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang obyek utamanya ialah bahan-bahan pustaka meliputi sumber data primer, sekunder dan pendukung. Sedangkan metode analisis data berupa analisa data dengan menggunakan analisis isi (content analysis), yang merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.

Penelitian ini mendapatkan beberapa kesimpulan yaitu, konsep pendidikan

M N f

aspek keyakinan terhadap Allah SWT dan akhlak yang baik. Dengan membagi ke dalam tiga tahapan yakni, pendidikan pra kelahiran, pendidikan paska kelahiran, pendidikan hingga usia remaja, arttinya bahwa pendidikan anak mempunyai unsur tiga waktu, sebelum dan sesudah anak itu lahir dan setelah itu anak dididik dari usia balita hingaa usia remaja. Adapun kelebihan buku ini adalah sangat sistematis dan tematik dalam pengambilan dalil, namun kurang analisis mendalam dari penulisnya. Konsep ini juga sangat relevan hal pembentukan karakter anak, sebagaimana yang sudah dibangun di madrasah dan sekolah.


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Demi terciptanya manusia yang berbudi luhur dan mempunyai nilai-nilai keislaman, maka manusia perlu diberikan bekal berupa pendidikan yang akan menjadikannya semakin baik dalam berkehidupan dari dia sejak lahir sampai dia meninggal nanti. Pendidikan bukan sebuah hal yang baru bagi manusia. Sudah sejak manusia diciptakan pendidikan itu sudah ada, yaitu Nabi Adam as, manusia pertama yang mengenyam pendidikan langsung dari Allah swt. Hal ini sudah dibuktikan dalam firman Allah swt surat Al-Baqarah ayat 31:

ََعَو

َىََِءاَََْأِبَ ِِوُئِبنَأَ َلاَقَ فَِةَكِئ ًََمْلاَىَلَعَْمُهَضَرَعَ ُثَاَه لُكََءاَََِْْاََمَدآََم ل

ََنِإَِء ََُؤ

ََنِقِداَصَْمُتنُك

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!.

Pendidikan adalah sebuah unsur yang penting untuk membangun sebuah peradaban yang maju. Dengan pendidikan manusia akan menjadi tahu, dengan pendidikan manusia akan mempunyai moral dan etika yang baik, dengan pendidikan sebuah negara bisa dilihat masa depannya dari perilaku-perilaku generasi pemudanya. Maka pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena sudah menjadi sumber energi dalam setiap titik langkah manusia dalam berkehidupan.


(12)

Pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap individu menuju ke arah yang lebih baik, yang mana pendidikan harus dimaknai sebagai upaya untuk membantu manusia mencapai realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaannya. Dengan pengertian ini, semua proses yang menuju pada terwujudnya optimalisasi potensi manusia, tanpa memandang tempat dan waktu, dikategorikan sebagai kegiatan pendidikan. Sebaliknya, ketika ada praktik yang meskipun disebut pendidikan ternyata menghambat berkembangnya potensi kemanusiaan dengan berbagai bentuknya, maka ini justru tidak dapat disebut praktik pendidikan (Magfur, 2007 : 1).

Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kraetif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 12).

Dewasa ini dalam mendidik anak ada tiga teori atau pendekatan mengenai perkembangan, yaitu pendekatan-pendekatan perkembangan kognitif, lingkungan atau belajar dan etologis. Di samping itu, dikemukakan

I -G (Yusuf, 2004: 4). Pendekatan tersebut adalah:


(13)

1. Pendekatan kognitif, yakni didasarkan kepada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.

2. Pendekatan belajar atau lingkungan, yaitu teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian (conditioning) dan prinsip-prinsip belajar.

3. Pendekatan etologi, yaitu studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan pertama kalinya oleh Charles Darwin.

4. Pendekatan Imam Al-Ghazali, pendekatan ini merupakan pendapat beliau bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat. Kedua orang tuanyalah yang memberikan agama kepada mereka.

Keluarga merupakan unsur yang penting untuk pertumbuhan pendidikan bagi anak. Jika dalam keluarga tersebut mempunyai tingkat religiusitas keislaman yang tinggi, maka anggota keluarga tidak dipungkiri akan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan amalan-amalan yang sesuai dengan tuntunan Islam. Namun, realitanya pada sekarang banyak dijumpai bahwa pendidikan dalam keluarga terbatas pada hal-hal duniawi saja. Akhirnya anak tidak mengenal hakikat mereka hidup, untuk apa mereka hidup. Yang mereka katahui hanya hidup sekali, cari kerja, beristri, punya anak, sukses kemudian wafat. Padahal dalam firman-Nya dijelaskan bahwa tidak diciptakan kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Seperti dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56:


(14)

ََسنِْْاَوَ نِْْاَُتْقَلَخَاَمَو

َ

َِنوُدُبْعَ يِلَ َِإ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Oleh karena itu menjadi suatu hal yang sangat penting bahwa pendidikan agama dalam keluarga adalah menjadi pondasi awal anak untuk bekal mereka mengarungi kehidupan didunia dan akhirat.

Anak yang taat pada agama, taat pada orang tua, disiplin, punya akhlak yang baik adalah sebuah hasil dari sebuah pendidikan yang diajarkan orang tua dalam keluarga. Maka tidak heran jika dalam Islam keluarga disebut madrasah yang pertama dan utama bagi anak. Allah SWT berfirman surat At-Tahrim ayat 6:

ََنيِذ لاَاَهُ يَأاَي

اًراَنَْمُكيِلَْأَوَْمُكَسُفْ نَأَاوُقَاوُنَمآ

Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

lib dalam menafsirkan firman Allah tersebut:

“Ajarilah ”.

-F zi, beliau menafsirkan ayat

مكسفناَ اوق

yaitu, dengan meninggalkan apa yang dilarang Allah SWT atas kalian (Suwaid, 2009: 33). Oleh karena itu perlu adanya usaha kerja keras secara berkesinambungan dalam mendidik anak, memperbaiki kesalahan mereka dan membiasakan


(15)

mereka mengerjakan kebaikan. Inilah yang dilakukan nabi dan rasul seperti Nabi Nuh mengajak putranya untuk beriman, Nabi Ibrahim mewaisatkan anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah semata.

Namun kanyataannya pada era modern ini masih banyak orang tua yang belum menyadari bahwa pendidikan keluarga di rumah belum dianggap sebagai suatu yang penting. Contoh yang paling sederhana adalah ketika orang tua mempunyai anak kemudian orang tua sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anak tidak tersalurkan dengan baik.

Ditambah lagi data kekerasan dan penelantaran anak juga semakin bertambah. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) memberikan rapor merah kepada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang sudah berjalan satu tahun ini. Sebab pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dianggap belum memberikan kontribusi yang baik dalam menanggulangi kekerasan terhadap anak yang masih marak di Indonesia. “Saya mengatakan Pak Jokowi untuk isu anak nilainya merah, karena Inpres (Instruksi Presiden) Nomor 5 Tahun 2015, tentang kejahatan seksual tentang anak belum berjalan baik, dan itu belum jadi isu Istana,” ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist. Arist mengatakan, setidaknya ada 7.000 lebih kasus kekerasan terhadap anak dalam periode satu tahun kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ada 7.000-an kasus baik anak yang diperdagangkan, anak mengalami kekerasan seksual, dijual orang tua kandung, dan anak yang dipaksa untuk bekerja” ( : 2015).


(16)

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan baik di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman. Respek dan keinginan untuk menumbuhkembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan anataranggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak (Yusuf, 2004: 38)

Berdasarkan realita yang ada, juga ditambah dengan banyaknya kasus kekerasan dan penelantara terhadap anak, maka peneliti sangat perlu untuk mengangkat pembahasan mengenai ini. Penelitian ini menjadi sangat strategis, karena telah dikeatahui bahwa pendidikan anak dalam keluarga adalah sebuah hal yang urgen, maka mangetahui bagaimana cara mendidik anak dalam keluarga menjadi hal yang urgen pula. Di sinilah dibutuhkanya sebuah konsep sebelum bagaimana cara mendidik anak dalam kehidupan berkeluarga.

Konsep menjadi sangat penting sebelum melakukan kegiatan pendidikan tidak terkecuali dalam lingkup keluarga, karena konsep dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses kependidikan. Tentunya konsep ini tidak sembarang dilakukan. Harus ada alasan-alasan yang mendasarinya. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengambil konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga yang berasal dari beberapa hadis-hadis Nabi dan


(17)

sejarah kehidupan Nabi saw dalam berkeluarga yang termaktub dalam kitab yang berjudul - - - ifl. Buku karangan

M N r f d ini adalah buku yang menerangkan bagaiamana cara Nabi saw mendidik Anak. Di dalamnya dibahas secara komperhensif mengenai pangasuhan anak menurut Nabi saw. Sudah dipastikan bahwasanya pengasuhan yang dilakukan berdasarkan pada nilai keilahian dan telah dipraktikkan dalam membentuk generasi yang tangguh.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan anak dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - ?

2. Apa keunggulan dan kelemahan dari kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - ?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan anak dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - dengan pendidikan anak pada zaman sekarang?

C. Tujuan dan kegunaan penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui konsep pendidikan anak sesuai dengan hadis-hadis dan sejarah Nabi Muhammad yang terdapat dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - .


(18)

b. Mendefinisikan keunggulan dan kelemahan dari kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - .

c. Mengkaji relevansi konsep pendidikan anak dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - dengan praktik pendidikan anak pada zaman sekarang.

2. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan.

b. Bagi calon atau para keluarga muslim menambah wawasan dan ketrampilan dalam mendidik anak.

D. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah mempelajari dan memahami skripsi ini, maka dalam pembahasannya dibagi kedalam empat bab. Untuk lebih jelasnya, peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika pembahahasan yang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur berpikir dalam penyusunan skripsi ini.

BAB II Berisi tentang tinjauan pustaka dan kerangka teori yang memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan dan terkait dengan tema skripsi, juga menjelaskan tentang gambaran umum kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li


(19)

baik dari segi latar belakang penulis mengarag buku tersebut maupun gambaran umum isi dari kitab tersebut.

BAB III Berisi tentang metode penelitian yang memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan beserta alasannya.

BAB IV Hasil dan Pembahasan, yaitu mejelaskan tentang Konsep Pendidikan Anak Dalam Kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li - , yang selanjutnya data ini dianalisis yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan pada perumusan masalah, serta untuk melihat relevansinya dengan konsep pendidikan anak pada zaman sekarang.

BAB V Penutup, yang didalamnya berisi uraian tentang kesimpulan dari skripsi ini, saran-saran dan terakhir kata penutup. Sementara pada halaman akhir terdapat daftar pustaka buku-buku yang menjadi sumber untuk menunjang skripsi ini serta lampiran-lampiran.


(20)

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memuat uraian sistematika hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan yang ada hubungana dengan penelitian yang akan dilakukan. Dari hasil tinjauan pustaka oleh peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang sebelumnya yang berkaitan dengan pembahasan ini. Pertama, penelitian yang berjudul “Pe a Islam ala Kelua ga Bag a a Bel a” (Tamam: 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) peran keluarga dalam pendidikan Islam bagi anak; dan (2) proses pendidikan Islam dalam keluarga bagi anak usia balita. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pendidikan Islam orang tua mempunyai peran yang sangat penting bagi anak usia balita. Pendidikan yang diberikan orang tua pada masa awal akan berpengaruh besar ketika sudah menginjak dewasa. Pendidikan Islam bagi anak-anak berorientasi pada penyiapan pemahaman dan pembiasaan berbagai hal yang kelak dapat menolong untuk melakukan sendiri berbagai kegiatan yang dapat memelihara ruhiyahnya. Metode pendidikan Islam yang dapat digunakan adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat, metode cerita, dan metode motivasi.

Selanjutnya penelitian yang berjudul “S u Ko pa a Ko ep Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut „ b u a a a - a l w dan


(21)

„ b ulla „ lw ” (Mubaroq: 2003). Penelitian ini memberikan penjelasan bahawa: 1. Konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Abdurrahman an-N dan N U n adalah usaha membina, membimbing, mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai spiritual Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti keimanan, ibadah dan akhlak berdasarkan al- ’ maupun Hadits. 2. Persamaan antara keduanya berkaitan dengan sumber pijakan pendidikan Islam, materi pendidikan dan metode pendidikan Islam dalam keluarga. Adapun perbedaannya lebih berkaitan dengan pengembangan metode dan materi pendidikan Islam dalam keluarga. 3. Dalam operasionalnya, kedua tokoh tersebut berpendapat bahwa orang tua hendaknya membiasakan anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-penyimpangan yang berdampak negatif terhadap anak, orang tua hendaknya membiasakan anak untuk mengingat kebesaran Allah dan nikmat-Nya serta mensosialisasikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, P y “Konsep Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam” (Suwawan: 2012). Penelitian tersebut menjelaskan mengenai konsep pendidikan keluarga menurut Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan keluarga menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan sebuah konsep yang lebih mngedepankan kebebasan dalam keinginan anak dalam berkarya dan tidak lupa dengan kodrat alam sebagai batasan kemampuan anak. Pendidikan mengedapankan proses pendidikan dengan Ing ngarso sung tulodho, ing


(22)

madya mangun karsa, tutwuri handayani. Kemudian dalam penelitian ini juga dijelaskan relevansinya dengan pendidikan Islam, yaitu bahwa pendidikan keluarga dengan pendidikan Islam memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai sebuah kebebasan dalam menjalankan sebuah aktifitas tanpa adanya sebuah paksaan dan kebahagiaan hidup didalam dunia dan akhirat. Pendidikan Islam juga mengajarakan bagaimana cara mendidik anak sebagaimana yang telah dikisahkan oleh Luqman Al-Hakim dalam surat Luqman ayat 12-19.

Selanjutanya adalah penelitian yang berjudul Konsep Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hadjar Dewantara, Studi Analisis dalam Perspektif Pendidikan Islam (Nurliza: 2003). Penelitian tersebut memeberikan kesimpulan bahwa:

1. Konsep pendidikan keluarga menurut Ki Hadjar Dewantara pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan Islam, demikian pula ditinjau dari segi materi dan metode yang digunakan dalam pendidikan keluarga. Orangtua, baik yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun Islam, sama-sama merupakan tumpuan pertama dalam mendidik anak. Dalam mendidik anak orangtua harus memahami betul bagaimana karakter anak. Oleh karena itu ilmu pengetahuan yang dimiliki oelh orang tua sangat berguna sekali dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak hanya berbudi pekeri luhur, berakhlak mulia akan tetapi juga mempunyai pengetahuan yang luas.


(23)

2. Berkenaan dengan kebebasan, Ki Hadjar Dewantara maupun Islam berpendapat sama. Pendidikan dalam keluarga pada dasarnya tidak mengekang anak. Dalam artian kebebasan yang diberikan kepada anak bukanlah kebebasan yang sebebas bebasnya, akan tetapi ada batasnya anak diberikan kebebasan untuk menampilkan dirinya sendiri, selama apa yang dilakukan oleh anak tersebut dalam batas-batas yang wajar. Jika memang anak sudah melampaui batas, maka orangtua harus turun tangan memperbaikinya, mengarahkan ataupun memberikan tuntunan yang sekiranya dapat meluruskan anak kembali.

3. Metode pemberian hukuman menurut Ki Hadjar Dewantara memang tidak diterapkan dalam pendidikan anak akan tetapi diganti dengan metode tertib dan damai, tata tentrem. Sementara Islam memandang tetap harus dilaksanakan, tentunya dengan cara-cara dan tingkatan-tingkatan yang telah diatur oleh agama. Tidak memberikan hukuman asal saja.

Ada juga penelitian lainnya yang peneliti ambil dari beberapa jurnal. Adapun penelitian itu sebagai berikut: Pertama, penelitian yang berjudul “Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak” (Basire: 2010). Inti dari peneltian ini adalah bahwa al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama ajaran agama Islam banyak memberikan pesan bagi para orang tua agar mereka benar-benar memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak mereka. Dalam konteks ini keluarga merupakan pilar utama bagi pembentukan kepribadian anak yang perlu dilakukan dengan menanamkan pendidikan agama pada mereka sejak


(24)

dini. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar anak memiliki kepribadian yang tidak mudah dipengaruhi oleh dampak negatif yang terjadi di lingkup kehidupan sosial yang lebih luas.

Kedua, peneltitian yang berjudul “ ge Pe a Tauhid Dalam Kelua ga” (Nurfalah: 2014). Penelitian ini menjalaskan bahwa keluarga dapat disebut sebagai unit dasar serta unsur yang fundamental dalam

masyarakat, karena dengan keluarga kekuatan-kekuatan yang tersusun dalam

komunitas sosial dirancang di dalamnya. Masa depan anak dalam keluarga

sangat tergantung kepada pendidikan, pengajaran dan lingkungan yang

diciptakan oleh orang tuanya, dengan demikian orang tua harus mampu

menciptakan rumah menjadi lingkungan yang islami dengan menerapkan

pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid sangat penting dalam keluarga karena

pendidikan tauhid dalam Islam tidak hanya sekedar memberikan ketentraman

batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan dan

bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, akan tetapi juga berpengaruh besar

terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Pendidikan

tauhid itu tidak hanya pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta dan Ilah,

namun ketauhidan tersebut harus sejalan dengan semua aktivitas seorang

hamba, keyakinan tersebut harus diwujudkan melalui ibadah, amal sholeh

yang langsung ditujukan kepada Allah SWT tanpa perantara serta hanya

untuk Dialah segala bentuk penyembahan dan pengabdian, ketaatan yang


(25)

Ketiga, penelitian yang berjudul “Pe a o al a P la

a a ala Kelua ga” (Rozaq: 2013). Penlitian ini memberikan

penejelasan bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi

pembentuk watak kepribadian anak. Dalam kehidupan kesehariannya, anak

banyak berkumpul dengan keluarga. Segala tingkah laku orang tua terutama

orang tuanya akan ditiru oleh anak, sebab anak merupakan peniru yang ulung.

Apabila obyek peniruannya jelek, orang tua tidak memberikan kasih sayang

yang memadai dan tidak memberikan teladan yang baik, erta jauh dari nuansa

agama, maka jangan berharaap kedua tuanya akan menuai buah hasil yag

baik.

Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti maka dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya sudah banyak yang membahas tentang pendidikan keluarga. Tidak terkecuali pendidikan keluarga dalam perspektif Islam. Akan tetapi perlu diketahui bahwa penelitian yang akan dibahas ini adalah sebuah bentuk kajian dalam rangka memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai pendidikan keluarga. Terlebih lagi fokus pada penelitian ini adalah pada konsep pendidikan keluarga yang bersumber dari hadis-hadis Nabi Muhammad saw dan sejarah kehidupan berkeluarga beliau dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li a - l.

Sehingga nanti pada akhirnya akan memberikan pandangan bagi pembaca tentang bagaimana konsep Nabi Muhammad saw dalam mendidik anak-anaknya juga bagaiamana cara memberikan pendidikan pada anak-anak.


(26)

Dengan harapan penelitian ini dapat menyempurnakan penelitian-penelitian yang sebelumnya dan bisa menjadi bahan pembanding dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya.

B. Kerangka Teoritik

1. Konsep Pendidikan Anak a. Pengertian Konsep

Konsep secara etimologi merupakan ide atau pendapat yang diabstraksikan dari peristiwa konkret. (Tim Penyusun, 2005: 456). Sedangkan menurut Jujun S. Surya Sumantri, konsep adalah sistem yang terdiri dari pernyataan-pernyataan agar terpadu utuh dan konsisten. (Suriasumantri, 1987: 151)

b. Definisi Pendidikan Anak 1) Definisi Pendidikan

Menurut Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, tanpa tahun : 9).


(27)

Dalam Islam, pendidikan adalah sebagai segala usaha memelihara dan mengembangkan fitrah, manusia segala sumber insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia sutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Dalam demikian pendidikan dalam Islam tidak hanya berarti pengajaran masalah agama dan segala bersifat dogmatis dari padanya, melainkan lebih luas darinya yang meliputi pendidikan disemua lembaga ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia dan diajarkan dari sudut pandang Islam.

Sedangkan Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989 : 19).

Konferensi Internasional Pendidikan Islam Pertama (First World Conference on Muslim Education) yang diselenggarakan di Universitas King Abdul z Jeddah, memberi pengertian tentang pendidikan menurut Islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam istilah a‟l , tarbiyah, dan a‟ b (Tafsir, 1992 : 28).

Pertama, a‟l adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati. Kedua, Tarbiyah


(28)

Hery Noer Aly dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, konsep tarbiyah terdiri dari empat unsur yaitu; memelihara dan menjaga fitrah anak menjelang dewasa (baligh), mengembangkan seluruh potensi, mengerahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan, dan dilaksanakan secara bertahap. Ketiga, a‟ b dinyatakan sebagai cara Tuhan dalam mendidik Nabi saw (Tafsir, 1992 : 28).

Al-Attas mendefinisikan pendidikan sebagai

“Pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan

” (Noer, 1999 : 9-10)

Dari tiga definisi pendidikan di atas, dapat ditarik kesimpulam bahwa pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi diri seseorang melalui mekanisme pencarian ilmu, baik melalui sekolah, masyarakat, ataupun lingkungan, dengan tujuan untuk mempersiapkan bekal dirinya untuk kehidupan dunia secara material dan kehidupan akhirat secara immaterial dengan landasan al- ’ -Hadis menuju kesempurnaan pribadi.


(29)

Ilmu dan pendidikan bagaikan dua sisi pada mata uang. Keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Ilmu merupakan objek utama dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan merupakan proses transfer ilmu yang umumnya dilakukan melalui tiga cara, yakni lisan tulisan/gambar dan perbuatan.

Agama Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat penting, sehingga mencari ilmu itu hukumnya wajib. Islam juga mengajarkan bahwa dalam menuntut ilmu berlaku prinsip tak mengenal batas dimensi ruang dan waktu. Artinya di manapun dan kapanpun kita bisa belajar.

Secara umum lingkup materi pendidikan Islam itu

N ih U n terdiri dari tujuh unsur (Muchtar, 2008: 15), yaitu:

1. Pendidikan Keimanan 2. Pendidikan Moral

3. Pendidikan Fisik/Jasmani 4. Pendidikan Rasio/Akal 5. Pendidikan Kejiwaan 6. Pendidikan Seksual

Dalam sebuah kegiatan pendidikan, metode menjadi suatu hal yang sangat penting, karena terkait cara dan bagaimana seorang pendidik itu bisa optimal dalam mendidik.


(30)

Tidak sekedar transfer of knowledge tapi lebih dari itu, yaitu seperti memberikan suri tauladan dan contoh yang aplikatif, sehingga anak didik bisa paham. Metode pendidika Islam secara garis besar terdiri dari lima, yaitu:

1. Metode Keteladanan (Uswah Hasanah)

Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu dibandingkan metode-metode lainnya. Melalui metode ini maka anak/peserta didik dapat melihat, menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah. Metode keteladanan ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:

ََكِسْفَ نِبَْأَدْبِإ

َ

Mulailah dari diri sendiri. (HR. Muslim)

Maksud hadis ini adalah ldalam hal kebaikan dan kebenaran, apabila kita mengehendaki orang lain juga mengerjakannya, maka mulailah dari diri kita sendiri untuk mngerjakannya. 2. Metode Pembiasaan

Untuk melaksanakan tugas atau kewajiban secara benar dan rutin terhadap amak/peserta didik diperlukan pembiasaan dari kecil.


(31)

Metode inilah yang paling sering digunakan oleh para orangtua, pendidik, dan dai tergahadap anak/peserta didik dalam proses pendidikannya.

Memberi nasihat itu sebenarnya merupakan kewajiban kita selaku muslim seperti tertera antara lain dalam al-Quran Surat al-Ashr ayat 3, yaitu agar kita senantiasa memberi nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. Rasulullah bersabda:

َُةَحْيِص نلاَُنْيِّدلا

َ

Agama itu adalah nasihat. (HR. Bukhari)

Maksudnya adalah agama itu berupa nasihat dari Allah bagi umat manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya agar manusia hidup bahagia, selamat dan sejahtera di dunia serta di akhirat. 4. Metode Memberi Perhatian

5. Metode Hukuman

Metode ini berhubungan dengan pujian kdan penghargaan. Imbalan atau tanggapan terhadap orang lain itu terdiri dari dua, yaitu penghargaan ( ewa / aa g b) dan hukuman (pu e / a b).

2) Pengertian Anak

Anak merupakan karunia Allah swt yang menjadi amanat kepada orang tua untuk dijadikannya sebagai generasi yang


(32)

robbani sehingga bisa menyejukkan mata jika memandangnya. Allah swt berfirman dalam surat al-Furqon ayat 74:

َ رُ قَاَنِتا يِّرُذَوَاَنِجاَوْزَأَْنِمَاَنَلَْبََاَن بَرََنوُلوُقَ يََنيِذ لاَو

َاَنْلَعْجاَوٍَُنْعَأََة

اًماَمِإََنِق تُمْلِل

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Anak juga merupakan perhiasan dalam kehidupan berumah tangga. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 46:

اَيْ نُدلاَِةاَيَِْاَُةَنيِزَ َنوُنَ بْلاَوَ ُلاَمْلا

ََدنِعَ ٌرْ يَخَ ُتاَِِا صلاَ ُتاَيِقاَبْلاَو

ًًََمَأٌَرْ يَخَوَاًباَوَ ثََكِّبَر

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979, pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan “ seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (Undang-undang Tentang Kesejahteraan Anak). Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak adalah orang yang berusia 0-21, akan tetapi jika telah kawin meskipun masih berumur di bawah 21 tahun maka tidak disebut lagi sebagai seorang anak.

Menurut psikologi setiap individu akan melewati tiga periode atau masa, yaitu: pertama, dari lahir sampai masa


(33)

kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak-kanak), kedua, dari masa kegincangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua yang biasa disebut masa keserasian bersekolah, ketiga, dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan (Yusuf, 2004: 22). Kegoncangan adalah gambaran fase perkembangan anak di masa kanak-kanak sampai masa kematangan (Yusuf, 2004: 22).

Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa itu kedalam tiga tahapan. Setiap tahapan lamanya tujuh tahun (Yusuf, 2004: 20), yaitu:

1. Tahap I : dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain)

2. Tahap II : dari 7,0 sampai 14,0 (masa anak, masa sekolah rendah)

3. Tahap III : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja/pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa) (Yusuf, 2004: 22).

Masa permulaan dimulai dengan masa bayi ( u ula ) berdasarkan firman Allah swt dalam surat Al-Hajj ayat 5:

ًًَْفِطَْمُكُجِرََُْ ُث


(34)

Dan berakhir ketika menginjak usia baligh berdasarkan firman Allah swt dalam surat An-Nur ayat 59:

ََنيِذ لاََنَذْأَتْساَاَمَكَاوُنِذْأَتْسَيْلَ فََمُلُِْاَُمُكنِمَُلاَفْطَِْاََغَلَ بَاَذِإَو

َْمِهِلْبَ قَنِم

Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang sebelum mereka meminta izin.

ةملغ artinya remaja, bentuk jamak dari مًغ yaitu anak yang

- y “مًغ adalah

masa dari mulai anak kecil hingga mengeluarkan janggut. Apabila disebut demikian setelah keluar janggut, maka itu adalah kiasan (Suwaid, 2000: 28).

-N w “نايبصلا

dengan harokat kasrah

pada huruf Sad merupakan ejaan yang baku. Ibn Furaid juga meriwayatkan dengan harakat damah. Dalam kitab u a u a - a disebutkan بصلا artinya remaja berjenis kelamin

laki-laki. Bentuk jamaknya adalah ةيبص dan نايبص

.

Sedangkan untuk

jenis kelamin perempuan disebut ةيبص bentuk jamaknya adalah

ايابصلا

(Suwaid, 2000: 28).

I N - y N


(35)

yakni ketika masih berada di perut ibunya. Apabila sudah dilahirkan dan berjenis kelamin laki-laki, maka disebut بص

(anak). Bisa juga disebut لجر sebagaimana disebutkan dalam

ayat hukum waris sampai masuk usia baligh. Kemudian disebut

مًغ (remaja) sampai usia sembilan belas tahun. Kemudian

disebut باش

(pemuda) sampai usia tiga puluh empa tahun. Lalu

disebut لهك (separuh baya) sampai usia lima puluh satu tahun.

Setelah itu disebut خيش (manula) sampai meninggal dunia.

Demikian perngertian secara etimologis. Definisi syariah, disebut مًغ (anak) sampai usia baligh, setelah itu باش (remaja)

kemudian يف (pemuda) sampai usia tiga puluh tahun, lalu لهك

(separuh baya) sampai usia lima puluh tahun dan diakhiri dengan خيش

(manula) (Suwaid, 2000: 28).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka jelaslah bahwa yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah sejak dari bayi sampai menginjak usia baligh.

Maka yang dimaksud dengan pendidikan anak adalah usaha untuk mengembangkan potensi anak melalui mekanisme pencarian ilmu, baik melalui sekolah, masyarakat, ataupun lingkungan, dengan tujuan untuk mempersiapkan bekal dirinya untuk kehidupan dunia secara material dan kehidupan akhirat


(36)

secara immaterial dengan landasan al- ’ -Hadis menuju kesempurnaan pribadi.

c. Psikologi Perkembangan Anak

Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku. J.P Chaplin, et.al (1979) dalam Yusuf (2004: 3).

Psikologi perkembangan adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemammpuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai konsepsi sampai mati. Rossa Vasta, dkk, et.al (1992) dalam Yusuf (20014: 3)

Ada dua tujuan perkembangan (Yusuf, 2004: 4) yaitu:

1. Memberikan gambaran tentang tingkah laku anak yang meliputi pertanyaan-pertanyaan, seperti: Kapan bayi mulai berjalan? Apa ketrampilan sosial yang khas bagi anak usia empat tahun? Bagaimana anak usia kelas enam memecahkan konflik dengan teman-temannya?

2. Mengidentifikasi faktor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan perilaku dari satu perkembangan ke perkembangan berikutnya. Faktor-faktor ini meliputi warisan genetika, karakteristik biologis dan struktur otak, lingkungan fisik dan sosial dalam lingkungan anak dan pengalaman-pengalaman anak.


(37)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan. Faktor tersebut adalah:

1. Hereditas (Keturunan/pembawaan)

Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini herditas

“ v y

diwariskan orangtua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen (Yusuf, 2004: 31).

2. Lingkungan Perkembangan a. Lingkungan Keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang dierikannya merupakan faktor yang kondusif untuk untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2004: 37).

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu


(38)

mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. (Yusuf, 2004: 54)

c. Masyarakat atau Kelompok Teman Sebaya

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak diluar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal dia juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 56).

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu (1) perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil, (2) kesenjangan antara generasi tua dengan generasi tua, (3) ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda dan (4) panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2004: 59).

Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya:


(39)

1) Social Cognition: Kemampuan untuk memikitkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinyadan orang lain (Yusuf, 2004: 59).

2) Konformitas: motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya (Yusuf, 2004: 59).

Mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan ini, ada yang memberi tambahan, yaitu faktor keadaan alam sekitar. Keadaan alam sekitar sangat mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam disini seperi desa atau kota, tepi pantai atau pegunungan, desa terpencil atau dekat ke kota. Misalnya, anak desa lebih suka terhadap keadaan yang tenang atau agak sepi, sedangkan anak kota menginginkan keadaan yang ramai (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 56).

Dalam upaya mendidik atau membimbing anak agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin, maka bagi para pendidik, orang tua atau siapa saja yang berkepentingan dalam mendidik anak, perlu dan dianjurkan untuk memahami perkembangan anak. Pemahaman itu penting, karena beberapa alasan berikut:


(40)

a) Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan (Yusuf, 2004: 12).

b) Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya (Yusuf, 2004: 12).

c) Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengambangkan diri, dan memecahkan masalah yang dihadpinya (Yusuf, 2004: 12).

d) Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk memfasiliasi perkembangan teersebut, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Di samping itu, dapat diantisipasi juga tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala atau faktor-faktor yang mungkin akan mengkontaminasi perkembangan anak (Yusuf, 2004: 12).

2. Gambaran Umum Kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah li at- l a. f M N r Suwaid

Dalam sebuah buku karya tulis, biasanya terdapat halaman yang menjelaskan mengenai biografi atau riwayat hidup dari si penulis buku. Namun, dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah li at- l tidak terdapat halaman yang menjelaskan

f y M N


(41)

upaya untuk mendapatkan data tersebut. Peneliti, cukup kesulitan dalam mencarinya karena penulis berasal dari Kuwait dan buku karangannya yang terbit di Indonesia hanya ada satu, yaitu Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah li at- l, walaupun diterbitkan oleh dua penerbit di Indonesia; Pro-U Media Yogyakarta dengan judul Prophetic Parenting dan pustaka Arafah Solo dengan judul Mendidik Anak Bersama Nabi.

Adapun usaha yang telah peneliti lakukan adalah melakukan telaah pustaka terhadap penelitian yang berkaitan dengan buku tersebut. Peneliti menemukan penelitian yang menelaah buku tersebut (Sucipto, 2012). Dalam penelitian tersbut pun sama mengalami kesulitan dalam mencari biografi penulis kitab a aj a - a b yya a - abaw yya l a - l. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2012. Penelitian sebelumnya sudah mencantumkan bahwa:

1) Menghubungi kantor penerbit Pro-U Media selaku penerbit buku Prophetic Parenting. Namun pihak penerbit tidak mempunyai data yang penulis cari.

2) Menghubungi penerjemah buku Prophetic Parenting F rid

. Beliau kuliah di University of Madinah, Arab Saudi. Namun sampai skripsi ini selesai belum ada balasan dari beliau.


(42)

3) Menghubungi kantor penerbit Pustaka Arafah. Disana juga tidak mendapat data mengenai biografi penulis.

Usaha yang kedua yang peneliti lakukan adalah

1) Mencoba kembali ke kantor penerbit Pro-U Media. Hasilnya pun sama tidak bisa temukan data biografi tersebut.

2) Menghubungi ustadz Ridwan Hamidi, beliau juga tidak mengetahui biografi penulis kiab a aj a - a b yya a abaw yya l a - l

3) Browsing data di intenet. Tidak ditemukan data yang berkaitan tentang biografi beliau.

Dengan demikian sampai akhir penulisan penelitian ini,

f M N P usaha untuk mendapatkan data tersebut tapi akhirnya tetap belum mendapatkannya.

b. Latar Belakang Penulisan Buku

Buku muncul berwal dari penelitian Muhammad Suwaid dalam mengumpulkan materi tentang pembahasan pendidikan. Beliau menghabiskan banyak waktu untuk melakukan studi komprehensif terhadap buku-buku rujukan Barat seputar pendidikan anak. Menurutnya, sama sekali tidak menemukan pelajaran apapun ketika menelaah sumber-sumber tersbut kecuali hanya


(43)

pendapat-pendapat dan berbagai statement yang berbeda-beda dengan berdasar alasan masing-masing dan berbagai hasil obeservasi yang tidak lengkap.

Namun, berbeda ketika Muhammad Suwaid menalaah hadis-hadis Nabi SAW. Beliau menemukannya menjadi penengah dalam setiap perbedaan, meletakkan segala perkara diposisi yang layak, menjelaskan , memberi petunjuk, memerintahkan dan melarag. Itu semua membuatnya semakin mantap untuk melanjutkan penelaahannya dan menggali hadis-hadis Nabi SAW yang khusus berkaitan dengan pendidikan anak. Hal ini pulalah yang menjadikan beliau sangat bersemangat untuk meneruska studinya tentang kaitan Rasulullah SAW dengan anak-anak, baik dengan pengarahan secara langsung, pengarahan secara tidak langsung, pengakuan maupun koreksi.

c. Gambaran Umum

Kitab y M N r

f Kitab yang sudah diterjemahkan oleh Farid Abdul Aziz Qurusy ini adalah buku yang menjadi best seller di timur tengah.

Kitab ini diterbitkan oleh b Ka r Damaskus-Beirut pada tahun 2010 sudah cetakan ke empat dengan tebal 447 halaman. Kitab ini memiliki karakteristik tersndiri, yaitu terletak pada uraiannya yang menggambarkan totalitas dan kutamaan Islam. Pada


(44)

setiap analisa dan argumentasinya beliau selalu mendasarkan atas dasar-dasar Islam, kaidah-kaidah nas dan riwayat yang ada. Sehingga dalam penjelasannya memberikan pemahaman yang mudah bagi pembaca, karena tidak akan muncul kekhawatiran bahwa penjelasan ini bersumber bukan dari sumber ajaran Islam.

Buku ini disusun dalam enam bagian , masing-masing bagian memuat beberapa bab dan setiap bab mengandung beberapa pasal pembahasan. Judul bagian dan bab-bab dalam buku tersusun sebagai berikut:

1) Bagian Pertama: Untukmu, Para Mempelai dan Pendidik Sejati a) Bab I: Nasihat Cinta untuk Calon Orangtua

b) Bab II: Metode Mendidik Anak hingga Usia Dua Tahun 2) Bagian Kedua: Beginilah Cara Nabi Mendidik Anak

a) Bab III: Metode Mendidik Anak ala Nabi b) Bab IV: Bagaimana Mempengaruhi Akal Anak? c) Bab V: Begaimana Memperngaruhi Jiwa Anak? 3) Bagian Ketiga: Agar Anak Berbakti Kepada Orangtua

a) Bab VI: Perintah Berbakti Semasa Orantua Hidup b) Bab VII: Tetap Berbakti Walaupun Orangtua Tiada

4) Bagian Keempat: Menjadikan Hukuman Kepada Anak Mendidik

a) Bab VIII: Metode Menghukum Anak yang Mendidik 5) Bagian Kelima: Membangun Kepribadian Islami pada Anak


(45)

a) Bab IX: Membentuk Akidah Anak

b) Bab X: Membentuk Aktifias Ibadah Anak

c) Bab XI: Membentuk Jiwa Sosial Kemasayarakatan Anak d) Bab XII: Membentuk Akhlak Islami Anak

e) Bab XIII: Membentuk Perasaan Anak f) Bab XIV: Membentuk Jasmani Anak

g) Bab XV: Menanamkan Cinta Ilmu pada Anak h) Bab XVI: Memelihara Kesehatan Anak

i) Bab XVII: Mengarahkan Kecenderungan Seksual Anak 6) Bagian Penutup: Petunjuk Rasulullah kepada Orangtua dan

Anak

a) Bab XVIII: Petunjuk Rasulullah kepada para Orangtua b) Bab XIX: Petunjuk Rasulullah kepada Anak-anak

Dalam buku ini ditemukan ada beberapa ilmuwan Islam dan pemerhati masalah pendidikan memberi penghargaan khusus bagi karya ilmiah yang menjadi rujukan bagus dalam materi pendidikan anak ini. Penghargaan tersebut dituangkan dalam sebuah bentuk kata pengantar, di dalamnya terdapat testimoni-testimoni yang mengungkapan bagusnya buku tersebut. Ilmuwan dan ulama tersebut adalah: asy-Syaikh Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwai, beliau

- U m; DR. Muhammad Fauzi Faidhullah, beliau merupakan Ketua Jurusan Fikih dan Usul Fakultas Syariah dan Pendidikan Pascasarjana Universitas Kuwait;


(46)

Abdurrahman Hasan Habnakah, beliau Dosen Univeritas Ummul

`-Makkah Mukarromah; M - n, beliau Ketua Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Syariah Universitas Kuwait;

, beliau adalah seorang ulama Halab.

Dalam buku ini beliau menjelaskan bahwa sumber kenabian adalah landasan utama dalam menyimpulkan suatu pemikiran dan menyusunnya. Muhammad Suwaid tidak menuangkan pemikiran terlebih kemudian mencari dalil dari hadis-hadis Nabi, akan tetapi sebaliknya, dan itulah yang benar menurut beliau.

Terlihat bahwasanya dalam buku tersebut segala sesuatu berdasarkan as-Sunnah an-Nabawiyyah dan hadis-hadis Nabi, baik dari segi sanad maupun matan hadis. Ini menunjukkan bahwa kajian tentang sunnah memberikan indikasi dan ciri yang tampak jelas adanya kebangkitan Islam pada zaman modern ini. Hal ini diungkapkan Muhammad Fauzi Faidhullah terkait faktor-faktor yang mendorongnya (Suwaid, 2009, 12):

1) Umat Islam kembali kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik yang dibaca (al-Quran), maupun yang tidak dibaca (hadis).

2) Setelah mnyingkir dari kejayaan masa lalunya, umat Islam beusaha untuk menggunakan segala macam metode kebangkitan modern agar kembali kepada kejayaan semula. Namun, semua itu tidak menampakkan hasil sama sekali. Oleh karena itu,


(47)

mereka menjadi yakin bahwa perkara umat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang menjadikan generasi terdahulu menjadi baik. Bangsa Arab dan kaum muslimin generasi pertama terdahulu menjadi baik. Bangsa Arab dan kaum muslimin generasi pertama hanya menjadi baik dengan al-Quran dan as-Sunnah.

3) Kemungkinan juga bahwa segala macam kajian dan pembahasan tentang as-Sunnah di zaman modern ini adalah sebagai bantahan terhadap kaum Orientaslis dan mereka menjadikan dunia barat sebagai kiblat, yaitu mereka yang ragu dan mewariskan keraguan tersebut kepada umat ini pada sunnag Nabinya degan menodai nama para sahabat perwai hadis, menodai sanad-sanad dan matan-matan, kemudian menjelek-jelekkan kitab-kitab hadis sahih dan membuat hadis daif, atau menyisipkan riwayat daif pada riwayat sahih. Lalu diteruskan dengan memperbesar perbedaan pada riwayat-riwayat hadis yang mengakibatkan orang-orang yang memegang tampuk kekuasaan berani menyingkirkan as-Sunnah dan hanya berpegang pada al-Quran.

Diantara kajian mengenai as-Sunnah adalah melakukan

a q q pada manuskrip-manuskripnya, mensyarahi matan-matannya,

meneliti sanad-sanadnya, menerbitkan karya tulis tentang ilmu hadis yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, membuat indeks lafal hadis, ensiklopedi penggalan hadis agar memudahkan orang-orang


(48)

yang mengkajihadis untuk merujuk kesana, juga membedakan antar yang sahih dengan yang daif. Diantaranya juga kajian dan pembahasan mengenai petunjuk Nabi Muhammad SAW dalam masalah ibadah, interaksi dengan orang lain, fatwa, peradailan, penegakkan hukum, persaudaaraan antara sesama muslim, menunaikan janji, mendamaikan orang-orang yang saling bermusuhan dan lain sebagainya yang ditulis dan dibahas secara terpisah oleh ulama.

Seperti pada latar belakang yang sudah peneliti jelaskan, bahwa buku ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan buku-buku yang lainnya yang meskipin pada tema yang sama. Masih sangat jarang ada buku yang secara khusus memberikan penelitian mengenai pendidikan Nabi Muhammad SAW terhadap anak. Ditambah lagi buku ini memberikan penjelasan dalam setiap argumennya berdasarkan sumber dan riwayat yang valid yang sudah melalui proses penelitian sebelumnya.

Suwaid menyatakan bahwa pendidikan anak itu dimulai dari pemilihan calon istri atau bermula dari ketika kedua orangtua menikah. Hal ini sangat menjadi masuk akal karena istri adalah calon tempat bibit untuk sang anak. Jika orangtuanya sebelum menikah sudah berpredikat saleh dan salehah, maka anaknya kemungkinan juga akan mengikuti jejak kedua orangtuanya, asal diberi pendidikan yang optimal, baik dikeluarga maupun di lingkungan sekolah.


(49)

Meskpiun orangtuanya sudah berpredikat saleh dan salehah, anaknya harus tetap dididik karena kesalehan tidak akan datang tiba-tiba. Kesalehan membutuhkan usaha keras dari diri yang bersangkutan. Jika kedua orangtuanya berhasil mendidik anaknya sehingga menjadi anak yang saleh, maka anak tersebut akan menjadi amal jariyah yang dibawa kedua orangtuanya kelak di akhirat. Ketika kesalehan sudah melekat pada diri anak, dia sudah sadar bahwa hakikat hidup itu untuk apa, maka proses anak dalam setiap jenjang kehidupan akan dijalaninya sesuai dengan akhlak al-Karimah. Sebagaimana yang sudah diungkapkan oleh Ummu al- u n Aisyah r.a., bahwa akhlak Nabi Muhmmad SAW adalah al-Quran.

Al-Quran juga mempersembahkan tingkah laku Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslimin dalam surat al-Ahzab ayat 21.

ََِِْمُكَلََناَكَْدَقَل

ٌَةَنَسَحٌَةَوْسُأَِ َاَ ِلوُسَرَ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.

Suri tauladan ini tidak akan diikui selain dengan mempelajari sejarah hidup Nabi SAW dan metode pendidikan beliau. Inilah tujuan utama dalam pemaparan sejarah dan metode pendidikan tersebut dalam mendidik anak dan kehidupan rumah tangga.

Bab-bab merupakan sesuatu yang penting dalam sebuah buku dan menjadi pokok pembahasan dalam buku ini tentang pendidikan anak. Muhammad Suwaid menyusunnya dengan sistematika yang


(50)

berlandaskan akidah, ibadah, sosial, akhlak, perasaan, pemikiran, jasmani, jenis kelamin, dan kesehatan. Beliau juga menyusun satu bab khusus yang beiris pengarahan kepada anak agar berbakti kepada orangtua. Juga, bab lain yang mengkaji tentang metode pendidikan fisik dan psikis yang berpengaruh pada anak. Kemudian, Muhammad Suwaid menutup bab-bab ini dengan bab yang khusus mengkaji pemberian hukuman kepada anak. Setelah itu, beliau menutup seluruh pembahasan buku ini dengan membawakan dua kali empat puluh buah hadis. Empat puluh hadis pertama ditujukan kepada para orangtua dan empat puluh hadis yang kedua ditujukan kepada para anak.

Dalam seluruh pembahasannya, Muhammad Suwaid memiliki referensi yang sangat terpercaya dalam seluruh malasah pendidikan: as-Sunnah, tafsir, fikih, dakwah, problematika umaat zaman modern dan wawasan Islam. Beliau selalu memberikan rujukan pada setiap kesimpulan yang dipetiknya untuk memberikan penekanan terhadap apa yang dibicarakannya. Selain itu, beliau juga selalu menyertai setiap pemikiran yang dituangkannya dengan hadis, contoh aplikatif para ulama salaf dan para imam. Pendapat-pendapat yang diungkapkannya selalu disertai dengan dalil-dalil agama yang sahih, berbagai peristiwa masa lampau yang ditulis dalam sejarah dan realita di masa sekarang di mata para ulama.


(51)

Usaha mendapatkan anak yang saleh dan salehah jelas tidak mudah. Butuh usaha serius dan kesiapan ilmu untuk mewujudkannya. Untuk mencari formula yang cocok akan cara mendidik anak, tidak ada contoh yang paling baik selain cara Nabi Muhammad SAW. Cara dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW dalam mendidik anak, layak dijadikan suri teladan utama bagi kita semua. Dalam buku ini, sudah mencakup hampir keseluruhan petunjuk kenabian dalam hal mendidik anak. Sehingga, setiap keluarga muslim membutuhkan buku ini untuk diletakkan dalam perpustakaan pribadi dan ditelaah, kemudian seluruh petunjuk kenabian yang terdapat di dalamnya diaplikasikan dalam bentuk amal nyata.


(52)

A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research), yaitu yang bahan-bahannya adalah buku-buku perpustakaan dan sumber-sumber lainnya yang kesmuanya berbasis kepustakaan (Hadi, 1995: 3). Dengan metode penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisis deskriptif. Metode analitis-deskriptif dilakukan dengan cara memberikan keterangan dan gambaran yang sejeleas-jelasnya secara sistematis, objektif, kritis dan analitis mengenai konsep pendidikan anak dalam kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li a - l. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, baru kemudian dilakukan klasifikasi dan deskripsi.

2. Sumber Data

Sebagai penelitian kepustakaan, maka sumber data penelitian ini adalah data-data kepustakaan. Data dikumpulkan dengan cara mencari, memilih, menyajikan dan menganalisis data-data literatur atau sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan. Adapun data primer dari penelitian ini adalah Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyahh li a - l.


(53)

Sumber skunder dari penelitian ini adalah Pendidikan keluarga Perspektif Islam, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam dan literatur-literatur kepustakaan yang bisa menunjang analisis atau berkaitan dengan pembahasan. Sumber-sumber tersebut dapat berupa buku, majalah, jurnal dan dokumen yang lainnya. Sumber dari internet juga digunakan tapi diusahakan seminimal mungkin serta berasal dari situs internet yang dikelola oleh lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dan otoritatif. 3. Teknik Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah penelitian kepustakaan (library resarch), yakni penelitian yang dilakukan dengan bertumpu pada data-data kepustakaan tanpa disertai uijan empirik. Jadi, studi pustaka disini adalah studi teks yang seluruh substansinya diolah secara filosofis dan teoritis (Muhadjir, 2000: 158).

4. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan memfokuskan, mengabstrasikan, mengorganisasikan data secara sitematis dan rasional untuk memberikan bahan jawaban terhadap penelitian (Suryana, 2010:53).

Adapun sebagai bahan analisis dan komparatif terhadap pemikiran Suwaid adalah data skunder, sehingga dapat dilakukan terhadapnya, baik kritik eksternal maupun internal1 (Muhadjir, 2000: 59-60).

1

Kritik eksternal terhadap sumber adalah menyelidiki keadaan luar dari sumber tersebut. Sedang kritik internal adalah melihat dan menyelidiki isi dari bahan dan dokumen sejarah, apakah pernyataan yang dibuat benar-benar merupakan fakta historis, isinya cocok dengan sejarah. (Muhadjir, 2000: 59-60)


(54)

Metode deskriptif-analitis dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai metode penelitian yang sumber-sumbernya dikumpulkan, dianalisis kemudian diinterpretasi secara kritis kemudian disajikan secara lebih sistematik dan menambahkan penjelasan-penjelasan yang berhubungan sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan benar mengenai objek yang diteliti (Surakhmad, 1982 : 139).


(55)

A. Konsep Pendidikan Anak dalam Kitab Manhaj at-Tarbiyyah

- ifl

Seperti dalam BAB sebelumnya bahwa kitab ini menerangkan cara mendidik anak berdasarkan riwayat dari Nabi Muhammad SAW dan a ar para sahabat yang tentu mereka adalah orang terdekat Nabi. Dari hasil kajian terhadap kitab tersebut, peneliti menyusun konsep dalam mendidik anak berdasarkan kitab a aj a - a b yya a - abaw yya l a - l.

1. Pendidikan Pra Kelahiran

a. Pasangan yang saleh dan salehah

b. Pengaruh Kesalehan Orang Tua Terhadap Anak c. Pendidikan Selama Dalam Kandungan

2. Pendidikan Paska Kelahiran

a. Amalan Waktu Hari Pertama Kelahiran 1) Membayar Zakat

2) Berhak Menerima Harta Waris 3) Pemberitahuan dan Ucapan Selamat

4) Azan Ditelinga Kanan, Iqomat di Telinga Kiri 5) Berdoa dan Bersyukur Kepada Allah

6) Menyuapi Bayi dengan Kurma b. Amalan Pada hari Ketujuh


(56)

1) Memberikan Nama Bayi 2) Mencukur Rambut 3) Aqiqah

4) Khitan

5) Menyusui dan Menyapih 3. Pendidikan Hingga Usia Remaja

a. Pendidikan Akidah

1) Menalqin Anak untuk Mengucapkan Kalimat Tauhid

2) Menanamkan Cinta Kepada Allah dan Selalu Merasa Diawasi oleh-Nya

3) Menemukan Cinta Kepada Nabi SAW, Keluarga Beliau, dan Para Sahabat Beliau

4) Mengajarkan Al-Quran Kepada Anak

5) Mendidik Anak Agar untuk Tetap Teguh dan Rela Berkorban Demi Akidah

b. Pendidikan Ibadah 1) Mengajarkan Salat\

2) Mengajak Anak Ke Masjid 3) Melatih Anak Berpuasa 4) Mengajarkan Haji

c. Pendidikan Sosial Kemasyarakatan

1) Mengajak Anak dalam Majelis Orang Dewasa 2) Mengutus Anak untuk Melaksanakan Keperluan


(57)

3) Membiasakan Anak Mengucapkan Salam 4) Menjenguk Anak yang Sakit

5) Mencarikan Teman yang Baik 6) Membiasakan Anak Berdagang

7) Mengajak Anak Menghadiri Perayaan yang Disyariaatkan 8) Mengajak Menginap di Kerabatnya yang Saleh

d. Pendidikan Akhlak 1) Menanamkan Adab

2) Menanamkan Kejujuran Kepada Anak 3) Mengajarkan Anak untuk Menjaga Rahasia 4) Mananamkan Sikap Amanah

5) Mendidik Anak untuk Menjauhi Sifat Iri dan Dengki e. Pendidikan Psikis

1) Berteman dengan Anak

2) Menanamkan Kegembiraan pada Anak

3) Mengdakan Perlombaan dan Memberikan Hadiah bagi Pemenang 4) Menumbuhkan Sifat Berani kepada Anak

5) Memberikan Pujian dan Sanjungan 6) Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak 7) Panggilan yang Baik

8) Mengabulkan Keinginan dan Mengarahkan Bakat Anak 9) Melakukan Pengulangan Perintah


(58)

11)Memberikan Janji dan Ancaman f. Pendidikan Jasmani

1) Mengajari Anak untuk Belajar Berenang, Memanah dan Berkuda 2) Menggelar Perlombaan Olahraga untuk Anak

3) Melatih Anak untuk Bermain Bersama Orang Dewasa

4) Memberikan Ksempatan Kepada Anak untuk Bermain Bersama Teman-temannya

g. Pendidikan Intelektual

1) Belajar dan Cinta Kepada Ulama

2) Menghafalkan Al-Quran dan Sunnah dengan Ikhlas 3) Memilih Guru yang Slaeh dan Sekolah yang Layak 4) Mempelajari Bahasa Arab

5) Mempelajari Bahasa Asing 6) Mengarahkan Bakat Anak 7) Membuat Perpustakaan Pribadi 8) Menceritakan Kisah-kisah Inspiratif h. Pendidikan Seksual

1) Membiasakan Anak untuk Meminta Izin Ketika Masuk Rumah dan Kamar Orang Tua

2) Membiasakan Anak Menundukkan Pandangan dan Mrnutup Aurat

3) Memisahkan Tempat Tidur


(59)

5) Menjauhkan Anak dari l t Bersama Lawan Jenis

6) Mengajarkan Kewajiban Mandi Junub ketika Anak Mendekati Baligh

7) Menjelaskan Permulaan Al-Quran Surat An-Nur dan Penjagaannya Terhadap Seorang Anak yang Sudah Baligh

8) Menjelaskan Perbedaan Jenis Kelamin dan Bahaya Perbuatan Keji

9) Menganjurkan untuk Menikah Muda

B. Penjelasan Konsep Pendidikan Anak dalam Kitab -

- -

1. Pendidikan Pra Kelahiran

a. Pasangan yang saleh dan salehah

Islam adalah agama keluarga, selalu menetapkan keterlibatan seorang mukmin dalam keluarganya dan kewajibannya dalam rumah tangga. Keluarga muslim adalah benih dari masyarakat Islam, menjadi salah satu unsur dari unsur-unsur yang merangkainya.

Rumah tangga dituju dengan melakukan sebuah proses pernikahan. Leter, et.al. (1983) dalam Ahid (2010: 74) mengemukakan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.


(60)

Perkawinan dalam Islam adalah perjanjian, akad atau kontrak, dan perjanjian hanya dapat tercapai antara dua pihak yang telah saling kenal dan saling tahu. Perjanjian antara dua pihak yang asing, dua pihak yang saling belum kenal, tidak dapat diikat. Perjanjian, setelah diikat, tidak pula mudah dibatalkan (Nasution, 1996: 438).

Suwaid mengatakan:

Sesungguhnya, sebaik-baik pilihan dalam menikahi seorang wanita adalah karena agamanya, kesalehannya, ketakwaannya dan tobatnya kepada Allah SWT. Apa pun sikap seseorang dimasa mudanya, akan terus terbawa sampai hari tua, dan sifat-sifat kedua orangtua selalu menurun kepada anak mereka (Suwaid, 2000: 36)

Suwaid juga menambahkan bahwa:

Yakni kepemilikan takwa akan tampak pada diri anak dikarenakan mengikuti kedua orangtuanya atau salah satunya atau


(61)

y ( 2000: 36) y I y y N :

َََتَ ي

َُرَْو

َِلَا

َُنَْط

َِف

َُك

َْمََ

َفَِإ

َ نَ

َِّنلا

ََس

ََءاَ

ََيَِلَْد

ََنَ

ََأ

َْشََب

َُاَ

َِإ

َْخََو

َِِنا

َ نَ

ََوََأ

ََخََو

َِِتا

َ ن

Pilihlah untuk sperma kalian, sebab kaum wanita akan melahirkan saperti saudara laki-laki atau saudara perempuan mereka. Hamid, et.al. t.th dalam Suwaid (2000: 36)

Dari hal tersebut menunjukkan bahwasanya seorang suami berhak mencari tahu sampai sejauh mana wawasan istrinya. Sebab, wawasan ini akan membantu sang istri untuk mengatur rumah tangga dan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. Bagi seorang wanita pun dipersilahkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan apa saja dan memperoleh hak pendidikan yang baik dengan tata cara yang sesuai dengan kesempurnaannya sebagai wanita (Suwaid, 2000: 36).

-M , et.al. t.th dalam Suwaid (2000: 37) menganggap bahwa memilih istri yang baik merupakan hak anak atas bapaknya. Hal ini beliau kutip dari pernyataan U yang pertama untuk anak adalah dipilihnya baginya seorang ibu sebelum dia dilahirkan; yang cantik, mulia, taat beragama, terhormat, cerdas, berakhlak mulia, teruji kecerdasannya dan

y ’

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW memberikan contoh dengan mengakui pendidikan yang dimiliki oleh Jabir bin Abdillah dalam memilih istrinya agar bisa memberikan


(62)

pendidikan yang layak kepada saudari-saudarinya yang masih kecil-kecil, juga anak-anak Jabir kelak dimasa mendatang.

Diriwayatkan oleh (2001: 82), dalam sebuah hadis yang panjang.

Rasulullah SAW bertanya kepada Jabir bin Abdillah,

“E ?” “ ” y “M

menikah dengan seorang gadis sehingga dapat bersenda

?” “

bapakku meninggal dunia, sementara aku memiliki saudari-saudari yang masih kecil-kecil. Aku tidak suka menikah dengan gadis yang sebaya dengan mereka, (yang apabila aku lakukan) akibatnya tidak akan dapat mendidik dan mengurus mereka. Oleh karena itulah aku menikah dengan seorang janda agar dapat men ”.

Oleh karena itu, seorang wanita yang telah menjadi seorang ibu, salah satu kewajibannya kepada suaminya adalah mendidik anak sebaik-baiknya degan penuh kesabaran, kelembutan, dan kasih sayang. Tidak boleh memarahi anak-anaknya di depan suaminya, tidak boleh mendoakan kebururukan, memaki atau memukul mereka. Karena, semua itu dapat menyakiti hati sang suami. Atau mungkin saat Allah SWT mengabulkan doanya atas anak-anaknya, sehingga doa itu justru menjadi musibah bagi sang orang

-G , et.al. t.th dalam Suwaid (2000: 38).

Begitulah teladan dari Rasulullah terkait pemilihan pasangan sebelum pernikhan. Semua penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pentingnya mendidik seorang anak dimulai dari memilih pasangan, memilih calon benih untuk buah hati yang kelak akan menjadi


(63)

generasi penerus orang tuanya. Sehingga menjadi tak pantas rasanya bagi seorang manusia yang memimpikan mempunyai anak yang baik, saleh lagi salehah, tetapi benih yang akan menjadi bakal calon anaknya tidak dipersiapkan dengan baik. Baik dari sisi laki-laki maupun perempuan.

Tidak hanya sampai disitu, seorang istri merupakan harta yang hakiki yang disimpan sesorang di dunia dan akhirtanya.

y wud dari Ibn s ra.

y “ -orang yang meyimpan emas dan perak (QS. At-Taubah [9]: 34), hal itu dirasakan menjadi

M U “

akan mencari jalan keluar untuk kalian. Dia pun menghadap

“ ahai Nabi Allah, sesungguhnya ayat ini membawa dampak yang besar atas

” “ y

Allah tidak mewajibkan zakat melainkan agar harta yang tersisa menjadi bersih. Allah mewajibkan warisan hanya untuk keluarga yang diting ” U

“M

kepadamu tentang simpanan yang terbaik bagi seseorang, yaitu istri yang salehah. Apabila sang suami melihatnya, si istri dapat menyenangkannya, apabila sang suami memberinya perintah, si istri menaatinya, apabila san suami

Wanita dalam Islam sangat dihormati dan menjadi tiang penyangga dari kebesaran nama suaminya. Sehingga apabila teradapat suami yang sukses dan berhasil berarti teradpat istri yang selalu mendukung dan berjuang bersama dalam rangka untuk mencari ridho Allah SWT. Oleh karena itu, menururt islam prioritas pertama adalah karena agamanya, dan muslimah yang beragama itu adalah muslimah yang salehah.


(64)

Rasulullah SAW Bersabda:

ََع

َ َلاَقََم لَسَوَِْيَلَعَُهَى لَصَِهَ َلْوُسَرَ نَأَوٍرَمُعَِنْبَِهَِدْبَعَ ْن

َِةَِِاَصلاَُةَأْرَماَاَيْ نُدلاَِعاَتَمَُرْ يَخَوٌَعاَتَمَاَيْ نُدلا

y Umar, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang salehah (Muslim, 1998: 575).

Menurut - hid (1961: 26), urutan-urutan proritas dalam memilih pasangan adalah yang beriman dengan akidah yang benar, yang mencintai dan menyemarakkan agama di dalam keluarga, kemudian baru kekayaan, kecantikan, dan keturunan.

Demikian pula bagi laki laki yang diharapkan menjadi pendamping harus memiliki sifat-sifat kemanusiaan yang utama, berkepribadian sebagai lelaki yang sempurna, memandang

y ( hid, 1961: 26).

Hasan Basri mengatakan (Basri, 1991: 17) dasar utama dalam pembinaan rumah tangga adalah sebagai berikut:

1) Aspek keberagamaan dari pasangan hidup berumah tangga. Aspek keberagamaan ini merupakan faktor yang amat penting yang akan mewujudkan saling pengertian dan mempercayai antara suami istri.


(65)

َ لَصَِِّب نلاَْنَعَُْنَعَُ َاََيِضَرََةَرْ يَرَُ َِِأَْنَع

ََلاَقََم لَسَوَِْيَلَعَُ َاَى

َ ِتاَذِبَ ْرَفْظاَفَاَهِنيِدِلَوَاَِِاََََوَاَهِبَسََِِوَاَِِاَمِلَ ٍعَبْرََُِِةَأْرَمْلاَُحَكْنُ ت

ََكاَدَيَْتَبِرَتَِنيِّدلا

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Diriwayatkan dari Nabi SAW. Bersabda: perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka carilah yang beragama supaya kalian bahagia (Bukhari, 2001: 15)

Hadis tersebut menekankan pemilihan calon istri, namun tidak berarti perempuan tidak mempunyai hak untuk memilih calon suaminya (Ahid, 2010: 81).

Islam sangat menekankan pentingnya kesamaan agama antara suami istri. Kesamaan agama antara suami istri sangat penting dalam mewujudkan keharmonisan dalam lingkungan keluarga. Sedangkan perbedaan agama akan menimbulkan situasi konflik yang pada gilirannya akan mengakibatkan runtuhnya kehidupan keluarga (Ahid, 2010: 81). Allah SWT berfirman:

َى َّحَ ِتاَكِرْشُمْلاَاوُحِكنَتَ َََو

َ

َ نِمْؤُ ي

َ

ۚ

َ

َُمَنِّمٌَرْ يَخٌَةَنِمْؤُمٌَةَمَََِو

ٍَةَكِرْش

َْمُكْتَبَجْعَأَْوَلَو

َ

ۚ

َ

َى َّحََنِكِرْشُمْلاَاوُحِكنُتَ َََو

َ

اوُنِمْؤُ ي

َ

ۚ

َ

ٌَنِمْؤُمٌَدْبَعَلَو

َْمُكَبَجْعَأَْوَلَوٍَكِرْشُمَنِّمٌَرْ يَخ

َ

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih


(66)

baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu (QS. Al-Baqarah [2]: 221).

2) Aspek Kehormatan dalam arti terpeliharanya kesucian diri dari kedua calon suami yang ingin membentuk rumah tangga. Aspek ini sangat penting karena disamping untuk menjaga kesehatan jasmani guna menjaga harmonisasi hubungan batin antara suami istri yang saling membutuhkan, juga untuk memlihara kemurnian keturunan. Allah SWT berfirman:

َْوَأٍَناَزَ َِإَاَهُحِكنَيَ َََُةَيِنا زلاَوًَةَكِرْشُمَ ْوَأًَةَيِناَزَ َِإَُحِكنَيَ َََ ِِا زلا

ٌَكِرْشُم

َ

ۚ

َ

َىَذََمِّرُحَو

ىَلَعََكِل

َ

ََنِنِمْؤُمْلا

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki-laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin. ( -N r [24]: 3).

3) Mencegah terjadinya pernikahan antara keluarga yang terlalu dekat (cosanguin). Disatu pihak pernikahan dengan keluarga dekat ini ada baiknya, yaitu untuk lebih memperdekat dan memperkuat jalinan hubungan keluarga. Tetapi, dilain pihak, penikahan semacam ini dapat menimbulkan akibat fatal, semakin retak dan jauhnya hubungan keluarga bila terjadi kemelut diantara suami istri. Selain itu menurut para ahli kandungan, pernikahan cosanguin ini bisa menimbulkan akibat tidak baik terhadap anak atau keturunan, baik fisik maupun mentalnya (Ahid, 2010: 83).


(67)

Secara terperinci al-Quran menjelaskan siapa-siapa mereka yang tidak boleh dinikahi. Allah SWT berfirman:

ََفَلَسَْدَقَاَمَ َِإَِءاَسِّنلاََنِّمَمُكُؤاَبآََحَكَنَاَمَاوُحِكنَتَ َََو

َ

ۚ

َ

ََناَكَُ نِإ

َْمُكُتاَنَ بَوَ ْمُكُتاَه مُأَ ْمُكْيَلَعَ ْتَمِّرُحَ . ًًيِبَسَ َءاَسَوَ اًتْقَمَوَ ًةَشِحاَف

َِخَِْاَ ُتاَنَ بَوَ ْمُكُت ََاَخَوَ ْمُكُتا مَعَوَ ْمُكُتاَوَخَأَو

َ

َ ِتْخُِْاَ ُتاَنَ بَو

َُتاَه مُأَوَ ِةَعاَض رلاَ َنِّمَ مُكُتاَوَخَأَوَ ْمُكَنْعَضْرَأَ ِِ ًلاَ ُمُكُتاَه مُأَو

َمُتْلَخَدَ ِِ ًلاَُمُكِئاَسِّنَنِّمَمُكِروُجُحَ َِِ ِِ ًلاَُمُكُبِئاَبَرَوَْمُكِئاَسِن

َُجَ ًََفَ نَِِِمُتْلَخَدَاوُنوُكَتَْ ََنِإَفَ نِِِ

َُمُكِئاَنْ بَأَُلِئ ًََحَوَْمُكْيَلَعََحاَن

ََفَلَسَْدَقَاَمَ َِإَِْنَ تْخُِْاََْنَ بَاوُعَمَََْنَأَوَْمُكِب ًَْصَأَْنِمََنيِذ لا

َ

ۚ

َ

اًميِح رَاًروُفَغََناَكََ َاَ نِإ

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara-saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An-Nisa [4]: 21-22).

4) Menganjurkan pernikahan bagi orang telah mempunyai penghasilan untuk menfkahi istri dan anak-anaknya. Karena bagaimanapun penghasilan suami sebagai penanggungjawab


(1)

129

Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Quran Al-Karim. Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema

Dewantara, Ki Hadjar. 1997. Pendidikan Bagian I. Yogyakarta: MLPTS.

El-Quusy, Abdul Aziz. 1975. Pokok-pokok Kesehatan Mental. Zakiyah Daradjat (penj.). Jakarta: Bulan Bintang.

Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offest.

Hanbal, Ahmad bin. 2001. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Beirut: Risalah Hasyim, Umar. 1983. Cara Mendidik Anak Dalam Islam. Surabaya: PT. Bima Ilmu. Hurolck, Elizabet. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Jamaluddin. 1998. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia. Ketetapan MPR (Majelis Permusywaratan Rakyat) Nomor IV/MPR/1978.

Letter. M, Bag. 1983. Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana. Padang: Angkasa Raya.

Maghfur, Mohammad. 2007. “S u Ko pa a P e a Belaja Pe a ga a Islam Antara Siswa Pengurus OSIS Dengan Siswa Non-Pengurus Osis di MAN Kebu e 2 a u Pelaja a 2006/2007”. Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al-M ’ f. Mubaroq, Nur Muhammad Abdulloh. 2003. “Studi Komparasi Konsep Pendidikan

Islam Dalam Keluarga Menurut Abdurrahman an-Nahlawi dan Abdullah a „ lwa ”. Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhadjir, Noeng. 2000. Meodologi Peneltian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Mujtahid, Umar and Saleh, Faisal. 2011. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk Kesalehan

Anak Sejak Dini. Jakarta: Qisthi Press.

M M 1998. a h Muslim y : - f r al-Dau y al-Nasyr wa al- ’.


(2)

130

Naution, Harun. 1996. Islam dan Pembangunan Keluarga Bahagia dan Keluarga Berencana. Badnung: Mizan.

Noer, Hery Aly. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Ciputat : PT Logos Wacana Ilmu.

P IPM M ’ M yah Yogyakarta periode 2009-2010. 2009. History Book Of PPMMM, Yogyakarta: Pakulipat.

Nurfalah, Yasin. Urgensi Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga. Jurnal Tribakti Vol. 25, No. 2, 2014.

Nurliza. 2003. Konsep Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hadjar Dewantara, Studi Analisis dalam Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rahman, Jamaal Abdur. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW. Bandung: Isrysad Baitus Salam.

Rozaq, Abdul. Pendidikan Moral Anak Pilar Utama Dalam Keluarga. Jurnal Tarbawi Vol. 10, No. 2, 2013.

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah ; Dasar, Metode, Teknik, cet. ke-7. Bandung: Tarsito.

Suriasumantri, Jujun S. 1987. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suryana. 2010. Meodologi Peneltian Model Praktis Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafiz. 2000. a aj a - a b yya a - abaw ya l a l : I r.

Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafiz. 2010. Prophetic Parenting (Cara Nabi Mendidik Anak). Farid Abdul Aziz Qurusy (penj). Yogyakarta: Pro-U Media.

Suwawan, Edi. 2012. Konsep Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Relvansinya Dengan Pendidikan Islam. Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Tafsir, Ahmad. 1991. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tamam, Badrut. 2003 “Pendidikan Islam Dalam Keluarga Bagi Anak Usia Bal a”. Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


(3)

131

Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

U I N 1981 Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Syaifullah Kamalie dan Hery Noer (penj). Semarang: Asy-Syifa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

Wibisono, Gunawan. 2015. 7000 Kasus Anak Terjadi di Satu Tahun Jokowi. Tercantum dalam http://news.okezone.com/read/2015/10/19/337/1234309/7-000-kasus-kekerasan-anak-terjadi-di-satu-tahun-jokowi. Diakses tanggal 20 maret 2016.


(4)

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Arief Rakhman Aji Tempat/Tgl Lahir : Batang, 4 Mei 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Lajang

Agama : Islam

Alamat Rumah : Rt 01/ Rw 01 Babadan, Limpung, Batang, Jateng 21271 No.Telepon : 08742318861

Email : rakhman.aji@gmail.com Facebook : Arief Rakhman Aji Blog : ajigoahead.blogspot.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

a. SDN 1 Limpung (1999-2005)

b. MTS Muhammadiyah Tersono (2005-2008)

c. MA Muhammadiyah Limpung (2008-2011)

d. PUTM Yogyakarta (2011-2014)

e. S1 PAI UMY (2014-2016)

PENGALAMAN ORGANISASI

a. Ketua Umum IPM Ranting MAM Limpung (2009-2010) b. Sekbid SosPeMasy IMM Komisariat PUTM Putra (2012-2013) c. Kabid Organisasi IMM Komisariat PUTM Putra (2013-2014) d. Kabid Media MKM (Madrasah Korps Muballigh) (2014-2015)


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN KARAKTER NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH TERJEMAHAN KITAB Pendidikan Karakter Nabi Muhammad Saw Dalam Buku Sirah Nabawiyah Terjemahan Kitab Ar-Rachiiqu Al-Makhtuum Karya Syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury.

0 1 16

PENDIDIKAN KARAKTER NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH TERJEMAHAN KITAB Pendidikan Karakter Nabi Muhammad Saw Dalam Buku Sirah Nabawiyah Terjemahan Kitab Ar-Rachiiqu Al-Makhtuum Karya Syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury.

0 2 19

PEMIKIRAN MUHAMMAD QUTUB TENTANG PENDIDIKAN DALAM KITAB MANHAJ AL-TARBIYAH AL-ISLÂMIYYAH

0 0 126

MANHAJ FATWA SYEIKH MAHMÛD SYALTÛT DALAM KITAB AL FATÂWA

0 0 20

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYAH WA AT-TARGHIB FI AT-TARBIYAH WA AT-TAHDIB KARYA SAYYID MUHAMMAD SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

3 21 87

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MANHAJ AT TARBIYAH AN NABAWIYAH LITH THIFLI KARYA MUHAMMAD NUR ABDUL HAFIZH SUWAID PADA ANAK USIA DINI DI RA KHARISMA TUNGGUL PANDEAN NALUMSARI JEPARA - STAIN Kudus Repository

0 1 8

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MANHAJ AT TARBIYAH AN NABAWIYAH LITH THIFLI KARYA MUHAMMAD NUR ABDUL HAFIZH SUWAID PADA ANAK USIA DINI DI RA KHARISMA TUNGGUL PANDEAN NALUMSARI JEPARA - STAIN Kudus Repository

2 3 38

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MANHAJ AT TARBIYAH AN NABAWIYAH LITH THIFLI KARYA MUHAMMAD NUR ABDUL HAFIZH SUWAID PADA ANAK USIA DINI DI RA KHARISMA TUNGGUL PANDEAN NALUMSARI JEPARA - STAIN Kudus Repository

0 0 11

ANALISIS KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB USUL AT-TARBIYAH AL-ISLAMIYAH KARYA KHOLID BIN HAMID AL-HAZIMI - STAIN Kudus Repository

0 0 22

ANALISIS KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB USUL AT-TARBIYAH AL-ISLAMIYAH KARYA KHOLID BIN HAMID AL-HAZIMI - STAIN Kudus Repository

7 21 56