Keanekaragaman Jenis Kupu Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman Kupu Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN DESAIN PEMANFAATANNYA
SEBAGAI TAMAN KUPU-KUPU DI KAWASAN PENYANGGA TANGKAHAN
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

JULAILI IRNI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Keanekaragaman Jenis
Kupu-Kupu Dan Desain Pemanfaatannya Sebagai Taman Kupu-Kupu Di Kawasan
Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017
Julaili Irni
NIM E351140191

RINGKASAN
Julaili Irni. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu dan Desain Pemanfaatannya
sebagai Taman Kupu-Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional
Gunung Leuser. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan NOOR
FARIKHAH HANEDA.
Kupu-kupu adalah salah satu jenis serangga yang berasal dari ordo lepidotera
dan di Indonesia ditemukan sekitar 1 600 jenis. Kupu-kupu memiliki peranan yang
sangat penting dalam mempertahankan ekosistem, seperti membantu penyerbukan
serta menjadi indikator perubahan lingkungan dalam suatu habitat. Tangkahan
merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang
ditetapkan sebagai kawasan wisata alam dan menjadikan kupu-kupu sebagai salah
satu objek daya tarik wisata disamping potensi keindahan alam dan
keanekaragaman jenis satwa lainnya baik burung maupun mamalia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
keanekaragaman jenis kupu-kupu menurut waktu aktifnya (pagi dan sore) serta

keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang di tiga tipe habitat
kawasan penyangga, mendesain pemanfaatan lestari kupu-kupu berupa taman
kupu-kupu (butterfly park) dan menganalisis asumsi kelayakan usaha taman kupukupu. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Desember 2015 sampai Februari
2016 di kawasan penyangga TNGL wilayah Tangkahan. Penelitian dilakukan pada
3 tipe tutupan lahan yaitu permukiman, pinggiran sungai dan hutan.
Hasil penelitian ini tercatat 5 famili kupu-kupu yaitu Nympalidae,
Papilionidae, Lycanidae, Pieridae dan Riodinidae, dengan jumlah jenis sebanyak
61 jenis dan 1 213 individu. Jenis tanaman pakan yang ditemukan sebanyak 48 jenis
dari tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah, pancang dan tiang. Jenis tanaman inang
ditemukan sebanyak 27 jenis dari tingkat pertumbuhan pancang, tiang dan pohon.
Indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu tertinggi terdapat di tutupan lahan
permukiman yaitu 3.43 pada pagi hari, indeks keanekaragaman jenis tumbuhan
pakan tertinggi terdapat di permukiman sebesar 2.75 dan indeks keanekaragaman
jenis tumbuhan inang tertinggi terdapat di hutan sebesar 2.06. Desain tapak taman
kupu-kupu dibangun diatas lahan 1000 m2 yang memiliki 4 ruangan yaitu ruang
pemasaran, ruang peragaan, ruang perkembangbiakan dan ruang pelatihan dan
souvenir. Taman kupu-kupu ini dijadikan sebagai objek wisata berbasis pendidikan
yang dibuat berdasarkan prinsip ekologi dan ekonomi. Hasil analisis asumsi
kelayakan usaha menunjukkan bahwa taman kupu-kupu (butterfly park) layak
untuk dijalankan sebagai wisata pendidikan bagi pengunjung dalam dan luar negeri.

Kata kunci: Keanekaragaman kupu-kupu, tumbuhan pakan, tumbuhan inang, desain
taman kupu-kupu, Tangkahan

SUMMARY
Julaili Irni. Butterfly Species Diversity and Utilization Design as a Butterfly Park
in Tangkahan buffer zone of Gunung Leuser National Park. Supervised by
BURHANUDDIN MASYUD and NOOR FARIKHAH HANEDA.
Butterfly is one of insect that comes from Lepidotera and in Indonesia found
about 1 600 species. In nature, this animal has a very important role in maintaining
ecosystem, like pollinating and being an indicator of environmental changes in a
habitat. Tangkahan is a Gunung Leuser National Park buffer zone that has been
defined as a tourism area and make butterfly as one of tourism object besides the
natural beauty and the diversity of other wildlife species both birds and mammals.
This study aims to identify and analyze the diversity of butterfly by active
time (morning and afternoon) as well as the diversity of food plant and host plant
in three types of buffer zones area, design the sustainable utilization of butterflies
as a butterfly park, and analyze butterfly park feasibility assumptions. This research
was conducted in December 2015 to February 2016 in Tangkahan, Gunung Leuser
National Park buffer zone. The data was collected on three types of land cover that
settlement, riverbank and forest.The observation of butterfly, food plant, and host

plant diversity were done using transect Pollard method. The design of butterfly
park site was made by ecology and economy principles, while the feasibility
assumption was made by society and Tangkahan manager assumption.
Based on the study 5 family of butterflies were recorded. The family consisted
of Nympalidae, Papilionidae, Lycanidae, Pieridae, and Riodinidae, the number of
species as many as 61 species and 1 213 individuals. Food plants species were found
as many as 48 species, while hosts plant were 27 species, and consisted of
covercrop, sapling and poles. The highest of butterfly and food plant diversity index
were recorded in the settlement for 3.43 and 2.75, the highest of host plant diversity
index was recorded in the forest for 2.06. The design of butterfly park site was
created on land with area 1000 m2 and divided to 4 rooms, including marketing and
information, display, breeding, and training and souvenir. The butterfly park is
contructed as a tourism based on education with ecology and economy principles.
The result of feasibility assumption analysis shown that the butterfly park was
eligible to be an educational tourism.
Key words: Butterfly diversity, food plant, host plant, butterfly park design,
Tangkahan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN DESAIN PEMANFAATANNYA
SEBAGAI TAMAN KUPU-KUPU DI KAWASAN PENYANGGA
TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

JULAILI IRNI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Arzyana Sunkar, MSc

Judul Tesis : Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu dan Desain Pemanfaatannya
sebagai Taman Kupu-Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan
Taman Nasional Gunung Leuser
Nama
: Julaili Irni
NIM
: E351140191

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Burhanuddin Masyud, MS
Ketua


Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc,Agr

Tanggal Ujian: 27-12-2016

Tanggal Lulus: 27-12-2016

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul
Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman
Kupu-Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser.
Shalawat dan salam kepada Baginda Rasulullah SAW yang telah banyak
memberikan tauladan baik kepada kita semua.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS
dan ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, kritikan dan saran kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada kedua orang tua dan keluarga serta teman-teman dan pihak yang
terlibat atas segala bantuannya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
yang telah diberikan.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam
mengembangkan keilmuan.

Bogor, Januari 2017

Julaili Irni


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran Penelitian

1

1
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu
Karakteristik Vegetasi
Jenis Pakan
Pohon Inang
Karakteritik Fisik Habitat Kupu-Kupu
Persepsi Masyarakat
Desain Pemanfaatan Secara Berkelanjutan
Studi Kelayakan Usaha
Pengembangan Usaha Kupu-Kupu Skala Rumah Tangga

4
4
5
6

7
8
9
10
12
14

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat Dan Bahan Penelitian
Metode dan Analisis Data

15
15
16
17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser
Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pakan
Hubungan Kupu-kupu dengan Tumbuhan Pakan
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Inang
Hubungan Kupu-kupu dengan Tumbuhan Inang
Karakteristik Lingkungan
Desain Taman Kupu-Kupu
Tapak Taman Kupu-Kupu

20
20
21
24
27
29
31
32
33
33
41
41
44

Persepsi Masyarakat
Asumsi Kelayakan Usaha Desain Taman Kupu-Kupu (Butterfly Park)
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

48
48
48

DAFTAR ISI (Lanjutan)
DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

53

RIWAYAT HIDUP

67

DAFTAR TABEL
1 Data yang dikumpulkan dalam penelitian
2 Jumah jenis kupu-kupu menurut waktu aktif dan tipe tutupan lahan
di kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung
Leuser
3 Indeks keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan jenis kupukupu menurut waktu aktifnya di tiga tipe tutupan lahan kawasan
penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser
4 Kalender jenis kupu-kupu dalam satu tahun
5 Jumlah jenis tumbuhan pakan kupu-kupu di Tangkahan kawasan
penyangga TNGL
6 Kalender jenis tumbuhan pakan kupu-kupu dalam satu tahun di
Tangkahan kawasan penyangga TNGL
7 Nama jenis, warna bunga dan kandungan kimia tanaman pakan
yang dimanfaatkan kupu-kupu sebagai sumber pakan
8 Jumlah jenis tumbuhan inang kupu-kupu di kawasan penyangga
Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser
9 Kalender jenis tumbuhan inang kupu-kupu dalam satu tahun
10 Nama jenis dan kandungan kimia tanaman inang yang
dimanfaatkan kupu-kupu sebagai sumber pakan di Tangkahan
kawasan penyangga TNGL
11 Hasil wawancara terhadap pengetahuan umum kupu-kupu dan
kesiapan responden dalam pembangunan taman kupu-kupu di
Tangkahan kawasan penyangga TNGL
12 Komponen pendapatan dari penjualan souvenir dan tiket masuk
taman kupu-kupu (butterfly park)
13 Asumsi pengeluaran dan pendapatan kelayakan usaha taman
kupu-kupu (butterfly park)
14 Rancangan usaha taman kupu-kupu (butterfly park) di Tangkahan
kawasan penyangga TNGL
15 BEP produksi dan BEP harga penjualan souvenir dan tiket taman
kupu-kupu (butterfly park)

16
22

23

24
25
26
28
29
30
32

43

45
45
45
46

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Peta lokasi penelitian kawasan penyangga Tangkahan Taman
Nasional Gunung Leuser
3 Lokasi penelitian di tiga tutupan lahan yaitu pinggiran sungai,
hutan dan pemukiman
4 Jalur transek pengamatan keanekaragaman spesies kupu-kupu,
tumbuhan pakan dan tumbuhan inang
5 Kondisi umum Tangkahan kawasan penyangga TNGL (a) Hutan,
(b) Permukiman, dan (c) Sempadan sungai

3
15
15
17
21

6 Jumlah individu kupu-kupu menurut waktu aktif dan tipe tutupan
lahan di kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung
Leuser
7 Indeks keanekaragaman tumbuhan pakan pada tiga tipe tutupan
lahan di Tangkahan kawasan penyangga TNGL
8 Hubungan jumlah kupu-kupu dengan jumlah tumbuhan pakan pada
tiga tipe tutupan lahan di Tangkahan kawasan penyangga TNGL
9 Indeks keanekaragaman tumbuhan inang pada tiga tutupan lahan
di Tangkahan kawasan penyangga TNGL
10 Hubungan jumlah kupu-kupu dengan jumlah tumbuhan pakan
pada tiga tipe tutupan lahan di Tangkahan kawasan penyangga
TNGL
11 Desain tapak taman kupu-kupu (butterfly park) di Tangkahan
kawasan penyangga TNGL
12 Taman kupu-kupu Cihanjuang sebagai pembanding desain tapak
taman kupu-kupu di Tangkahan kawasan penyangga TNGL
13 Desain media informasi (a) Papan nama, (b) Papan interpretasi, dan
(c) Papan petunjuk arah
14 Bagian dalam desain taman kupu-kupu (butterfly park) di
Tangkahan Kawasan Penyangga TNGL
15 Bagian luar desain taman kupu-kupu (butterfly park) di Tangkahan
Kawasan Penyangga TNGL
16 Perbandingan penentuan bentuk bangunan taman kupu-kupu
dibeberapa lokasi (a) Taman kupu-kupu Cilember, (b) Taman
kupu-kupu Gita Persada
17 Contoh tempat penyimpanan kepompong (a) Penyimpanan
kepompong di kota Subang, (b) Penyimpanan kepompong di
Penangkaran Bali
18 Contoh souvenir (a) embedding, (b) figura, (c) baju, (d) aksesoris,
dan (e) buku kupu-kupu
19 Ikon Tangkahn (a) Trogonopthera brookiana, dan (b) Papilio
memnon

21

25
27
30
31

34
34
35
36
36
37

38

40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah individu kupu-kupu setiap jenis dipagi hari pada tiga
tutupan lahan
2 Jumlah individu kupu-kupu setiap jenis disore hari pada tiga
tutupan lahan
3 Nama jenis tumbuhan pakan kupu-kupu pada tiga tutupan lahan
4 Nama jenis tumbuhan inang kupu-kupu pada tiga tutupan lahan
5 Indeks tumbuhan pakan pada tingkat pertumbuhan di hutan
6 Indeks tumbuhan inang pada tingkat pertumbuhan di hutan
7 Indeks tumbuhan pakan pada tingkat pertumbuhan di permukiman
8 Indeks tumbuhan inang pada tingkat pertumbuhan di permukiman
9 Indeks tumbuhan pakan pada tingkat pertumbuhan di sungai
10 Indeks tumbuhan inang pada tingkat pertumbuhan di sungai

54
55
57
58
58
58
59
59
59
59

11 Rincian asumsi biaya kelayakan usaha taman kupu-kupu (butterfly
park) dalam 1 tahun
12 Rincian biaya investasi untuk pembangunan taman kupu-kupu
(butterfly park)
13 Rincian biaya operasional untuk pembangunan taman kupu-kupu
(butterfly park)
14 Beberapa jenis kupu-kupu yang sering ditemukan di kawasan
penyangga Tangkahan TNGL
15 Jenis tumbuhan pakan yang paling banyak ditemukan kupu-kupu
beraktifitas di kawasan penyangga Tangkahan TNGL
16 Jenis tumbuhan inang yang paling banyak ditemukan kupu-kupu
beraktifitas di kawasan penyangga Tangkahan TNGL
17 Lokasi rencana pembangunan taman kupu-kupu (butterfly park) di
kawasan penyangga Tangkahan TNGL
18 Nama Jenis kupu-kupu ditiga tutupan lahan berdasarkan 5 famili
yang ditemukan

60
60
61
62
63
64
65
66

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kupu-kupu adalah salah satu jenis serangga yang berasal dari Lepidotera dan
di Indonesia ditemukan sekitar 1600 jenis. Beberapa diantaranya termasuk dalam
daftar merah (redlist) International Union for the Conservation of Nature and
Natural Resources (IUCN) sebagai jenis yang dilindungi (Peggie dan Amir 2006).
Di alam, satwa ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan
ekosistem, seperti membantu penyerbukan serta menjadi indikator perubahan
lingkungan dalam suatu habitat (Subahar dan Yuliana 2010). Selain itu, kupu-kupu
juga merupakan indikator rusaknya suatu lingkungan yang mengalami degradasi
cukup tinggi karena berkurangnya tumbuhan pakan dan tumbuhan inangnya.
Keanekaragaman jenis kupu-kupu di suatu habitat dipengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor biotik seperti tumbuhan pakan, tumbuhan inang, predator, parasit dan
parasitoid maupun faktor abiotik seperti ketinggian tempat, suhu, kelembaban udara,
intensitas cahaya dan cuaca (Davies dan Butler 2008; Sarma et al. 2012; Lamatoa
et al. 2013; Lodh dan Agarwala 2016). Selain itu, keanekaragaman jenis kupu-kupu
di suatu habitat juga dipengaruhi oleh waktu aktivitasnya yaitu pagi dan sore hari.
Menurut Dahelmi et al. (2010) kupu-kupu aktif pada pagi hari pukul 08.00 - 11.00
WIB dan sore hari 14.00 - 17.00 WIB, sehingga kemungkinan terdapat perbedaan
keanekaragaman jenis dan jumlah individu kupu-kupu pada masing-masing waktu
aktifnya.
Penyebaran kupu-kupu sangat luas baik di dalam kawasan hutan maupun
kawasan non-hutan yang dekat dengan hutan konservasi dan dikategorikan sebagai
kawasan penyangga (buffer zone). Kondisi habitat di kawasan penyangga dari suatu
kawasan konservasi khususnya taman nasional bisa saja berbeda-beda baik berupa
hutan, perkebunan, perladangan maupun permukiman. Keseluruhan kawasan ini
pada dasarnya juga menjadi bagian dari habitat kupu-kupu, karena secara umum
kupu-kupu diketahui memiliki sebaran yang luas bahkan juga mencakup wilayah
permukiman dan perkotaan.
Tangkahan merupakan bagian kawasan penyangga Taman Nasional Gunung
Leuser (TNGL) yang memiliki kondisi lingkungan alami maupun buatan.
Setidaknya ada tiga tipe habitat di wilayah Tangkahan yang berfungsi sebagai
habitat kupu-kupu yaitu hutan, permukiman dan sempadan sungai. Hasil penelitian
Irni (2014) di Tangkahan, ditemukan kupu-kupu sebanyak 38 spesies dari 5 famili
dan beberapa jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang kupu-kupu dari berbagai
tingkat pertumbuhan. Sejalan dengan perubahan waktu, ternyata kondisi
lingkungan kawasan penyangga Tangkahan juga diketahui mengalami perubahan,
sehingga diduga kuat berdampak pula terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu
maupun tumbuhan pakan dan tumbuhan inangnya. Berdasarkan pemikiran tersebut
timbul pertanyaan penelitian bagaimana gambaran keanekaragaman jenis kupukupu saat ini di kawasan Tangkahan baik berdasarkan tipe habitat maupun waktu
aktifnya (pagi dan sore) dan bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan
tumbuhan inangnya.
Kawasan penyangga Tangkahan juga diapit oleh dua desa yaitu Namo Sialang
dan Sei Serdang dengan total luas 17 000 ha, juga telah dikembangkan masyarakat
sebagai kawasan wisata alam dengan menjadikan kupu-kupu sebagai salah satu

2
objek daya tarik wisata disamping potensi keindahan alam dan keanekaragaman
jenis satwa lainnya baik burung maupun mamalia. Pola pemanfaatan kupu-kupu ini
dilakukan dengan metode penjebakan (trapping). Metode ini berdampak negatif
karena banyak kupu-kupu yang mati sebelum berkembangbiak, sehingga secara
prinsipal metode pemanfaatan tersebut tidak menjamin kelestarian kupu-kupu baik
secara ekologis maupun sosial ekonomi.
Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pengembangan pola/metode lain dari
pemanfaatan kupu-kupu sebagai obyek wisata yang dapat menjamin kelestariannya.
dengan mempertimbangkan aspek sosial dan potensi pengembangannya sebagai
produk bernilai ekonomi bagi masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan
pemanfaatannya adalah melalui pengembangan taman kupu-kupu (butterfly park)
di kawasan penyangga. Supriatna (2008) dan Suhartini (2009) menyatakan bahwa
strategi konservasi berbasis pemanfaatan berkelanjutan dalam mengelola
keanekaragaman hayati tidak terfokus pada spesies saja namun harus didukung oleh
pemeliharaan sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem
pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh pembagian hasil yang adil.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
keanekaragaman jenis kupu-kupu menurut waktu aktifnya (pagi dan sore) dan
keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang di tiga tipe habitat
kawasan penyangga, mendesain pemanfaatan lestari kupu-kupu berupa taman
kupu-kupu (butterfly park) untuk tujuan wisata dan pendidikan serta menentukan
asumsi kelayakan taman kupu-kupu.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah bagi
masyarakat, pengunjung dan pengelola Tangkahan dan TNGL agar dapat menjaga
kawasan sebagai habitat alami kupu-kupu serta menjadi sarana pendidikan dini bagi
anak-anak dikawasan tersebut. Rekomendasi untuk pihak pengelola Tangkahan
untuk melakukan langkah konservasi secara berkelanjutan terhadap keberadaan
kupu-kupu.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan kawasan konservasi yang
terdapat di sepanjang ujung Sumatera Utara hingga Aceh. Tangkahan mrupakan
salah satu kawasan penyangga TNGL yang terletak di Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara. Tangkahan memiliki sumberdaya alam yang tinggi sehingga
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata oleh pihak TNGL dan Tangkahan. Objek
daya tarik wisata (ODTW) yang beranekaragam mulai dari mamalia besar seperti
gajah, orangutan, kupu-kupu dan sungai. Kawasan ini memiliki potensi kupu-kupu
yang sangat tinggi untuk dimanfaatkan pihak pengelola Tangkahan sebagai salah
satu objek utama bagi wisatawan asing. Keanekaragaman kupu-kupu yang terdapat
di penyangga Tangkahan dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik (Irni
2014). Di alam, setiap jenis kupu-kupu betina dewasa dapat menghasilkan telur
dalam jumlah besar selama hidupnya tetapi sebagian kecil saja yang berhasil

3
mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan kelahiran (natalitas) terjadi dalam
setiap tahap dalam siklus hidupnya.
Pemanfaatan yang dilakukan pihak Tangkahan yaitu dengan pemberian
umpan seperti air nenas, ampas kelapa maupun kopi pada saat matahari mulai terbit
untuk mendatangkan kupu-kupu agar wisatawan asing dapat melihat atraksi kupukupu. Hal ini didukung oleh Hamer et al. (2003) yang menyatakan bahwa mineral
yang dibutuhkan kupu-kupu dapat berasal dari sari buah, urin maupun pasir
pinggiran sungai sehingga menarik banyak kupu-kupu yang datang sehingga
wisatawan dapat bersentuhan langsung dengan satwa tersebut. Apabila hal ini terus
menerus dilakukan maka akan terjadi penurunan kelestarian hidup kupu-kupu.
Pemanfaatan yang dilakukan tidak mempertimbangkan kelestarian hidup
kupu-kupu. Salah satu upaya dalam melestarikan kupu-kupu adalah dengan cara
membuat suatu desain pemanfaatan secara berkelanjutan berupa taman kupu-kupu.
Desain pelestarian pemanfaatan (sustainable utilization) merupakan suatu
rancangan yang dibentuk oleh pihak pengelola dengan tujuan memanfaatkan secara
seimbang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan serta keberadaan kupukupu sebagai objek wisata, sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi
masyarakat sekitar. Upaya pelestarian ini harus disertai dengan pemeliharaan
sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh pembagian keuntungan yang adil
(NSW 2001). Pembuatan taman kupu-kupu ini berlandaskan pada Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar disebutkan bahwa penangkaran adalah upaya pengembangan tumbuhan dan
satwaliar dengan tetap memelihara kemurnian jenisnya. Adapun alur pemikiran
disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu
Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang termasuk ke dalam
ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepido yang berarti sisik dan ptera yang
berarti sayap. Ordo ini mempunyai daerah penyebaran yang luas dari dataran
rendah hingga hutan pegunungan tinggi dari 0-2.000 mdpl (Sihombing 1999).
Hidup di daerah tropis, kutub, pegunungan sampai gurun pasir. Kupu-kupu
merupakan salah satu fauna berdarah dingin yang mendapatkan panas dari luar
tubuhnya. Warna pokok pada sayap berperan terhadap penyerapan panas. Kupukupu mendinginkan tubuh dengan diam dalam naungan atau jika tidak ada tempat
perlindungan, maka mereka akan menutup sayapnya. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi terserapnya sinar matahari pada tubuhnya. Lepidoptera mempunyai
sisik-sisik pada sayapnya, sisik-sisik ini akan lepas seperti debu bila dipegang
(Borror et al. 1992). Lembaran sisik tersebut memberikan corak dan warna pada
sayap kupu-kupu. Warna-warna terang dan keanekaragaman jenis yang tinggi
terdapat diantara Lepidoptera tropikal (Wali 2014). Peggie dan Amir (2006),
menyatakan bahwa hingga saat ini perkiraan jumlah kupu-kupu yang telah
teridentifikasi di dunia sebesar 100.000-150.000 jenis dan 2.500 jenis diantaranya
merupakan endemik Indonesia. Jumlah spesies kupu-kupu hanya sekitar 10% dari
170.000 spesies didunia dan Indonesia memiliki jumlah jenis kupu-kupu yang
cukup banyak dan diperkirakan berjumlah 1600 jenis dan beberapa diantaranya
termasuk dalam daftar IUCN redlist (Peggie dan Amir 2006). Di alam satwa ini
memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan ekosistem, seperti
membantu penyerbukan serta menjadi indikator perubahan lingkungan dalam suatu
habitat karena memiliki respon yang cepat dan sensitif terhadap perubahan iklim
dan ekosistem sehingga dapat mencerminkan kondisi kelimpahan dan
keanekaragaman hayati tertentu (Subahar dan Yulianna 2010; Ngongolo dan Mtoka
2013).
Keanekaragaman jenis (species diversity) merupakan sesuatu hal yang
paling mendasar dan menarik dalam ekologi, baik itu teori maupun terapan.
Pengukuran keanekaragaman jenis tidak terlepas dari dua komponen, yaitu: (1)
jumlah jenis (species richness) yang disebut kepadatan jenis (species density)
berdasarkan pada jumlah total jenis yang ada dan (2) kesamaan atau kemerataan
(equatability/evenness) berdasarkan pada kelimpahan relatif suatu jenis dan tingkat
dominansi. Di Indonesia suatu keanekaragaman hayati dapat dikatakan tinggi
apabila memiliki nilai indeks keanekaragamannya lebih dari 3.5. Krebs (1978),
menyebutkan bahwa terdapat enam faktor yang saling berkaitan dalam menentukan
naik turunnya keanekaragaman jenis pada suatu komunitas, yaitu: waktu,
haterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan
produktivitas jenis. Selain ke enam faktor tersebut, Soerianegara (1996)
menambahkan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya ditentukan oleh
banyaknya jenis, tetapi ditentukan juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis.
Dalam suatu habitat memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada
yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa
individu saja. Semua individu-individu jenis di dalam habitat tersebut membentuk
suatu populasi untuk mempertahankan hidupnya. Setiap jenis kupu-kupu betina

5
dewasa dapat menghasilkan telur dalam jumlah besar selama hidupnya tetapi
sebagian kecil saja yang berhasil mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan
kelahiran (natalitas) terjadi dalam setiap tahap dalam siklusn hidupnya. Hal ini
menjaga keseimbangan populasi tersebut. Faktor yang berpengaruh terhadap variasi
populasi adalah perubahan rata-rata laju kelahiran, laju kematian, adanya emigrasi
atau imigrasi dalam suatu habitat. Selain itu, keteraturan ukuran populasi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dependen (saling tergantung) dan faktor
independen (tidak saling tergantung). Faktor dependen adalah faktor yang memiliki
ketergantungan terhadap individu yang ada dalam habitat, misalnya ketersediaan
sumberdaya (pakan dan ruang). Faktor independen ialah faktor yang mempengaruh
yang sama kuat dalam suatu populasi, tanpa memperhatikan jumlah dari satwa yang
ada itu, misalnya iklim. Selanjutnya pada kebanyakan kupu-kupu faktor dependen
lebih banyak berperan.
Di Resort Selabintana jenis kupu-kupu yang ada sangat beragam
menyebabkan kupu-kupu menjadi salah satu kelompok satwa yang indah hingga
menarik perhatian masyarakat (Benyamin 2008). Pada penelitian sebelumnyaa
keragaman spesies kupu-kupu di Taman Nasional Halimun berbeda dengan
keragaman spesies kupu-kupu di taman nasional lainnya di Indonesia. Perbedaan
ini disebabkan adanya perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis-jenis
tanaman inang sebagai makanan bagi larvanya. Namun dikawasan penyangga
TNGL hanya terdapat 38 spesies kupu-kupu yang berasal dari 5 famili yaitu
Papilionidae (9 spesies), Nymphalidae (16 spesies), Pieridae (6 spesies),
Lycaenidae (4 spesies) dan Riodinidae (3 spesies) (Irni 2014).
Karakteristik Vegetasi
Suatu habitat merupakan hasil interaksi sejumlah komponen yang meliputi
komponen fisik yang terdiri dari air, tanah, topografi dan iklim (baik makro maupun
mikro) serta komponen biologis yang terdiri dari manusia, vegetasi, dan
margasatwa. Habitat merupakan suatu tempat yang digunakan untuk makan, minum,
berlindung, bermain dan berkembangbiak (Alikodra 2010). Kupu-kupu menyukai
tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak terpolusi oleh pestisida, asap dan
bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, maka kupu-kupu merupakan salah satu
spesies dari kelompok serangga yang dipergunakan sebagai indiktor terhadap
perubahan ekologis. Semakin beragam jenis kupu-kupu di suatu tempat
menandakan kondisi lingkungan di wilayah tersebut masih baik (Odum 1993).
Keanekaragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh ketinggian, suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, cuaca, musim, volume, dan nektar tumbuhan (Lamatoa et al.
2013). Jenis kupu-kupu sangat bervariasi berdasarkan struktur vegetasi dan tajuk
yang terbuka sehingga dapat menunjukkan kekayaan spesies (Saika et al. 2009).
Menurut Hamer et al. (2003), kupu-kupu memiliki perbedaan kesukaan terhadap
sinar matahari langsung. Hutan yang sedikit terbuka menghasilkan ruang dan
cahaya yang cukup, sehingga menarik banyak kupu-kupu yang datang
dibandingkan dengan hutan alami (Spitzer et al. 1997). Beberapa spesies dari
Papilionidae sangat menyukai habitat semak dan tempat terbuka (Koneri dan
Saroyo 2012). Sutra et al. (2012) menyatakan bahwa perbedaan vegetasi tumbuhan
pada suatu daerah sangat menentukan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang
ditemukan pada daerah tersebut. Selain itu keberadaan kupu-kupu tidak terlepas

6
dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu
dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir.
Jenis Pakan
Kupu-kupu merupakan jenis satwa pemakan tumbuhan (fitofagus), oleh
karena itu keberadaan vegetasi sebagai sumber pakan penting untuk kupu-kupu
baik pakan larva maupun pakan kupu-kupu, selain vegetasi itu juga berfungsi
sebagai tempat berlindung. Pakan kupu-kupu di saat larva adalah daun tanaman,
sedangkan pada saat dewasa atau fase kupu-kupu adalah nektar. Kehidupan kupukupu terkait dengan keberadaan tanaman pakan, jumlah dan jenis pakan akan
berpengaruh pada kemampuan reproduksi kupu-kupu (Dennis et al. 2004).
Keberadaan kupu-kupu berkaitan erat dengan sedikitnya tersedia tumbuhan pakan
di area tersebut (Febrita et al 2014). Tanaman pakan adalah tumbuhan berbunga
yang dimanfaatkan nektar bunganya untuk kupu-kupu dewasa. Kupu-kupu
umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang) serta
dedaunan, namun beberapa jenis lainnya menyukai cairan yang diisap dari buahbuahan yang jatuh di tanah dan membusuk, (Irni 2014; Tambaru 2015).
Kupu-kupu (fase dewasa) hidup dengan memakan nektar bunga dengan
menggunakan mulut yang berbentuk selang penghisap yang disebut probosis.
Nektar merupakan sumber pakan bagi kupu-kupu dan penyebarannya sangat
tergantung pada keberadaan tumbuhan sebagai sumber pakan (Aisyah 2013).
Papilio gigon jantan menyukai hinggap pada bunga Lantana camara (Asteraceae)
(Koneri dan Saroyo 2012). Selain itu sumber pakan seperti kacang-kacangan, umbiumbian, tanaman tomat, tanaman cabe,dan pohon jambu. Larva kupu-kupu
umumnya memakan daun-daunan dari tumbuhan tertentu dengan ciri khas
morfologi daun yang lembut, tidak berbulu pada permukaannya, daun tidak
bergetah (Vane dan Dejong 2003; Opler dan Strawn 2000). Lokasi penangkaran
memiliki komposisi vegetasi yang terdiri dari tanaman sengon (Paraserianthes
falcataria), pinus (Pinus merkusii), kelapa sawit (Elaeis guineensis), nangka
(Arthocarpus heteropilus), jati (Tectona grandis), puspa (Schima wallichii), dan
bambu apus (Gigantochloa apus) dengan tumbuhan bawah seperti kembang sepatu
(Hibiscus rosa), soka (Ixora coccinea), rumput teki (Cyperus rotundus), cente
(Lantana camara), harendong (Melastoma candidum), dan takokak (Solanum
torvum). Sebagian dari tumbuhan diketahui dimanfaatkan oleh kupu-kupu sebagai
tanaman pakan, diantaranya sebagai pakan larva dan sebagai pakan kupu-kupu
dewasa.
Tanaman sirih hutan dan jeruk-jerukan merupakan jenis pakan larva jenisjenis kupu-kupu Famili Papilionidae seperti Troides helena, Papilio memnon, P.
demoleus dan lain-lain. Tanaman lainnya yakni jenis tanaman berbunga yang sudah
ada seperti soka merah, pagoda, dan bunga jatropa. Larva hanya menggunakan jenis
daun dari tanaman tertentu sebagai sumber pakan. Pada fase ini larva kupu-kupu
sangat spesifik dalam mencari daun, artinya tidak setiap daun dapat menjadi
tanaman pakan. Kebanyakan larva kupu-kupu hanya memakan satu jenis tanaman
atau beberapa tanaman yang masih dalam satu famili. Pada fase dewasa, kupu-kupu
menggunakan nektar dari tanaman berbunga sebagai pakan, terlebih pada tanamantanaman yang memiliki bunga berwarna cerah. Pada fase ini kupu-kupu tidak lagi
spesifik dalam mencari pakan, kupu-kupu umumnya dapat menjadikan tanaman apa

7
saja yang memiliki nektar sebagai tanaman pakan, tentunya jenis bunga-bunga yang
memiliki nektar yang mampu dijangkau oleh alat hisap atau sulur pada mulut kupukupu.
Menurut hasil penelitian Aisyah (2013) tanaman pakan larva yang ada di
Taman Kupu-Kupu TN Babul dibiakkan secara budidaya, namun ada juga yang
tumbuh secara alami. Tipe dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh larva dapat
mempengaruhi karakter morfologi dan fisiologinya, seperti: pertumbuhan,
perkembangan, reproduksi, perilaku, ukuran, bahkan warna (Sihombing 1999).
Secara umum pakan larva merupakan pakan yang kaya akan protein. Kekurangan
pakan pada larva akan memperlambat larva memasuki fase pupa, mengurangi laju
pertumbuhan, ukuran tubuh, dan kemampuan reproduksi saat dewasa. Tanaman
pakan juga berperan dalam mekanisme perlindungan diri. Sirih hutan (Aristolochia
tagala) diketahui mengandung sejenis racun dengan nama aristochid acid. Racun
ini akan disimpan dalam tubuh larva. Kupu-kupu dari genus Troides dan Pachliopta
memanfaatkan racun ini sebagai perlindungan diri dari predator.
Pohon Inang
Kupu-kupu sangat bergantung pada keanekaragaman tanaman inang,
Tanaman inang adalah berbagai jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai sumber
pakan bagi larva kupu-kupu, sehingga memberikan hubungan yang erat antara
keanekaragaman kupu-kupu dengan kondisi habitatnya (Rahayu dan Basukriadi
2012; Scoble 1992). Perbedaan kelimpahan spesies kupu-kupu yang ditemukan
dapat disebabkan oleh kurangnya tanaman inang yang menjadi sumber makanan
dari spesies kupu-kupu tersebut. Keberhasilan kolonisasi kupu-kupu tergantung
pada habitat yang sesuai sumber makanan. Kupu-kupu dipengaruhi oleh
keberadaan tumbuhan inang yang menjadi pakan bagi ulat dan kupu-kupu. Kondisi
hutan yang ada memiliki berbagai macam tumbuhan yang relatif baik dan menjadi
faktor penting yang menyebabkan tinggi atau rendah jumlah spesies kupu-kupu
tersebut. Spesies kupu-kupu membutuhkan pohon inang yang cocok sebagai tempat
bertelur (Adrian 2005). Tanaman inang dari spesies Catopsilia scylla asema dan
Catopsilia pamona flava, yaitu Caesalpiniacea (Cassia, Senna, Bauhinia, Brownea),
Capparaceae (Crateva), Papilionaceae (Butea, Pterocarpus, Sesbania) (Peggie dan
Amir 2006).
Taman wisata Kandi terdapat banyak pohon inang seperti Clausena excavata,
Bougenvilla spectabilis, Annona muricata, A. reticulata, Citrus Aurantifolia dan
diintroduksi beberapa tanaman yang di sukai oleh kupu-kupu antara lain Ixora
javanica, Caesalpinia pulcherima (Pulungan 2011). Menurut Fitzgerald (1999)
tumbuhan inang merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan zat kimia
yang diperlukan untuk memproduksi warna dan karakteristik kupu-kupu dewasa.
Umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana, atau herba dapat
dimanfaatkan sebagi pakan larva dan imago kupu-kupu (Tjitrosoepomo 2007; Vane
dan Dejong 2003).
Menurut penelitian Wali (2014), kupu-kupu membutuhkan protein, garam
maupun karbohidrat untuk keberhasilan perkembangbiakan telurnya. Protein dan
karbohidrat banyak terdapat pada daun jabon putih untuk Moduza procris. Protein
juga termasuk salah satu zat penting yang sangat dibutuhkan tubuh untuk
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Selain itu kebutuhan

8
akan air untuk proses metabolisme tubuh tergantung pada kandungan air yang
terdapat di dalam daun (pakan yang di konsumsi). Hal ini sejalan dengan penelitian
lainnya bahwa kandungan air yang tinggi pada suatu pakan berkorelasi positif
dengan pemilihan inang bagi serangga.
Karakteritik Fisik Habitat Kupu-Kupu
Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis menjadi habitat yang cocok
bagi perkembangan berbagai jenis kupu-kupu, yang diperkirakan sekitar 4000-5000
jenis. Walaupun diperkirakan tidak kurang dari 1000 spesies kupu-kupu di pulau
Sumatera, tetapi belum ada data yang lengkap mengenai keanekaragaman kupukupu di Sumatera (Soekardi 2007). Kupu-kupu merupakan serangga yang
umumnya melakukan aktivitas pada siang hari, aktifitas kupu-kupu sangat
dipengaruhi oleh cuaca, pada cuaca mendung apalagi hujan akan membuat kupukupu enggan untuk terbang. Menurut Sihombing (1999), kupu-kupu biasanya
melakukan aktifitas makan mengunjungi bunga pada pagi hari pukul 8.00-10.00,
saat sinar matahari cukup menyinari untuk mengeringkan sayap mereka. Jika cuaca
berkabut aktifitas makan akan tertunda, periode makan ini juga terjadi pada sore
hari pukul 15.00-17.00. pada malam hari kupu-kupu akan tinggal di puncak pohon
atau pada naungan untuk beristirahat. Faktor abiotik yang mempengaruhi
keragaman kupu-kupu antara lain suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya (Efendi
2009). Habitat kupu-kupu berada didaerah landai, ketinggian tempat mulai dari
1.130 sampai dengan 3.019 m dpl (Benyamin 2008). Selain itu juga faktor cahaya,
kelembaban serta suhu juga mempengaruhi kelimpahan kupu-kupu (Irni 2014).
Curah hujan dan kelembapan berpengaruh secara langsung terhadap kupukupu. Serangga termasuk kupu-kupu merupakan satwa yang tergantung pada air,
sehingga tubuhnya lebih tahan terhadap kelebihan air daripada kekurangan air.
Serangga harus menjaga kandungan air dalam tubuhnya karena kekurangan air
dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkannya mati. Selain itu kadar
kelembapan yang sesuai juga dapat membantu serangga bertahan hidup pada suhu
tinggi. Berkurangnya kandungan air berakibat pada kerdilnya pertumbuhan dan
rendahnya laju metabolisme dalam tubuh serangga. Kandungan air dalam tubuh
serangga bervariasi, umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuh. Serangga
yang memiliki kulit tebal, kandungan airnya lebih rendah. Serangga akan berusaha
menyeimbangkan kandungan air dalam tubuhnya untuk bertahan hidup.
Kelembapan juga berpengaruh pada kemampuan bertelur dan pertumbuhan
serangga. Keberadaan cahaya matahari penting bagi kupu-kupu. Bila dilihat dari
waktu aktifnya, kupu-kupu termasuk jenis satwa yang aktif pada siang hari atau
diurnal (Sihombing 1999). Artinya aktifitas kupu-kupu bergantung pada cahaya
matahari. Cahaya berfungsi membantu kupu-kupu mencari tempat, makan, dan
kawin. Bila kondisi cahaya cerah maka aktifitas kupu-kupu meningkat dan
sebaliknya apabila cahaya kurang baik seperti berkabut maka aktifitas kupu-kupu
akan menurun. Kupu-kupu membutuhkan air sebagai sumber minum. Sumber air
tidak harus berasal dari sungai karena kebutuhan minum bagi kupu-kupu tidak
begitu banyak, Namun hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan tempat
penampung air sebagai sumber mineral tempat kupu-kupu mengasin. Menurut
Sihombing (1999) selain menghisap nektar, kupu-kupu juga mencari mineral-

9
mineral lain yang dibutuhkan untuk proses reproduksi. Aktiftas mencari mineral ini
lebih terlihat pada individu jantan.
Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu
respon. Selain itu persepsi juga merupakan proses menerima informasi dari
lingkungan dan mengubahnya dalam kesadaran psikologis. Karena itu persepsi
seseorang berdasarkan kebutuhan, minat dan latar belakang masing-masing
sehingga persepsi juga dapat keliru terhadap suatu objek. Oleh karenanya, untuk
menentukan persepsi masyarakat harus jelas mengenai objeknya. Faktor yang
mempengaruhi persepsi masyrakat yaitu faktor personal dan situasional. Faktor
personal adalah faktor yang menentukan persepsi seseorang bukan dari jenis dan
bentuk stimulus melainkan dari karaktristik individu yang memberikan respon pada
stimulus. Faktor fungsional yang disebut kerangka rujukan persepsi objek sehingga
psikolog sosial menggunakan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial (Davies
dan Butler 2008). Dalam kegiatan konservasi, faktor fungsional mepengaruhi cara
seseorang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Dalam hal ini psikolog
menganggap bahwa kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisis interprstasi
faktoral dan peristiwa yang dialami. Sedangkan faktor situasional yaitu sering
disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian.
Stimulus diperhatikan karena memiliki sifat yang menonjol seperti gerakan,
intensitas stimulus dan kebaruan serta perulangan.
Teori tentang hubungan antara persepsi dengan prilaku merupakan proses
memahami apa yang tampak atau tidak tampak pada indera penglihatan. Prilaku
seseorang merupakan tindakan yang dipengaruhi oleh persepsi, sehingga persepsi
bukan saja suatu proses pemahaman tentang tindakan sesorang melainkan
memahami motif tindakannya (Abdullah 2005). Selain itu persepsi adalah proses
dimana individu memilih, mengorganisasikan, dan mengartikan stimulus yang
diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Tiga tahapan persepsi, yakni
tahap pemaparan (Exposure), perhatian (Attention), dan pemaknaan
(Interpretation). Pemaparan terjadi ketika stimulus berada pada jangkauan reseptor
sensorik seseorang. Adapun perhatian merujuk kepada proses-proses aktivitas yang
fokus terhadap stimulus yang telah diterima. Tahap terakhir adalah pemaknaan
diartikan sebagai bertugasnya stimulus sensorik. Seluruh indra manusia memegang
peranan penting dalam meneruskan informasi dan otak akan mengolahnya melalui
tahap pemaparan, perhatian, dan pemaknaan. Persepsi diperoleh melalui
pengalaman langsung dari objek dan informasi dari berbagai sumber lainnya.
Artinya persepsi dapat diartikan sebagai suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri individu yang terbentuk dari nilai-nilai yang diproduksi individu tersebut.
Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu. Faktor internal disebut sebagai demografi responden, sedangkan faktor
eksternal merupakan media habit responden.
Keterkaitan manusia dan kupu-kupu, sesungguhnya merupakan hal yang
istimewa. Banyak manfaat didapat manusia dengan kehadiran kupu-kupu di alam.
Manfaat itu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (a) manfaat langsung dan (b)
manfaat tidak langsung. Manfaat langsung antara lain dengan usaha peternakan

10
semi-alami dari kupu-kupu (misalnya dengan Ornithoptera sp seperti yang pernah
dilakukan di daerah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung), masyarakat lokal
dapat menjual pajangan dari kupu-kupu yang telah diawetkan dan dengan demikian
penghasilan masyarakat meningkat (Rahmadetassani 2008). Contoh lain adalah
pemanfaatan kepompong dari kupu-kupu Famili Saturniidae yang menghasilkan
sutera sebagai bahan untuk kain, yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat.
Juga ada masyarakat yang memakan ulat/ kepompong famili tersebut, karena kaya
akan protein. Nikmat keindahan juga merupakan manfaat bagi manusia yang lebih
menyenangi kupu-kupu daripada spesies serangga lain (misalnya kecoak, lalat,
nyamuk). Minat dapat begitu besar sehingga kelompok parawisata datang untuk
mengunjungi daerah tertentu. Manfaat tidak langsung dari kupu-kupu bagi manusia
antara lain kehadiran kupu-kupu di alam, banyak membantu proses penyerbukan
pada tumbuhan, yang akhirnya secara tidak langsung bermanfaat bagi manusia
(Suhartini 2009). Contoh lain adalah digunakannya kupu-kupu sebagai ornamen
dari suatu iklan ditelevisi, juga gambarnya sebagai tema perangko, motif kain untuk
pakaian, stiker dan lain-lain.
Pembahasan mengenai persepsi masyarakat terhadap kupu-kupu tidak
terlepas dari karakteristik masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui
karakteristik responden yang ada agar dapat mewakili keseluruhan populasi.
Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat pendidikan,
umur dan jenis pekerjaan (Supriana 2008). Selain itu, karakteristik responden
tersebut juga digunakan sebagai parameter persepsi, sehingga dapat diketahui
faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi responden terhadap hutan kota.
Persepsi ditentukan oleh faktor internal seperti kecerdasan, minat, emosi,
pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin.
Desain Pemanfaatan Secara Berkelanjutan
Konservasi sumberdaya alam hayati adalah pengelolaan sumberdaya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya. Salah satu upaya dalam melestarikan kupukupu adalah dengan cara membuat suatu desain pemanfaatan secara berkelanjutan.
Pelestarian pemanfaatan (sustainable utilization) dapat diartikan sebagai
mengkonsumsi bunga (interest) sedangkan modal tetap utuh. Desain pemanfaatan
merupakan suatu rancangan yang dilakukan dengan tujuan memanfaatkan secara
seimbang dari suatu objek, sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi
masyarakat sekitar. Desain pemanfaatan ini juga dilakukan untuk meningkatkan
ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Tujuan desain pemanfaatan secara
berkelanjutan merupakan cara untuk melindungi keberadaan satwa dan tumbuhan
agar tetap lestari. Pemanfaatan berkelanjutan yang dibentuk oleh pihak pengelola
konservasi memberikan dampak positif bagi lingkungan dan keberadaan suatu jenis
dengan menjadikan objek wisata. Pemanfaatan berkelanjutan yang dapat dilakukan
adalah memperbaiki kembali habitat asli kupu-kupu tersebut (NSW 2001). Sasaran
pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya :
(a) pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration
equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem

11
atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang menekankan
serendah mungkin eksploitasi, (b) pengamanan (Safeguarding) terhadap kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan
ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi
yang akan dating, (c) pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk
kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan
pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi, (d)
mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan baik masa kini
maupun masa yang mendatang (inter temporal), (e) mempertahankan manfaat
pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang
mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi.
Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya (Supriatna 2008; Suhartini 2009).
Fokus pelestarian keanekaragaman hayati adalah mengelola kekayaan hayati
Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi ekosistem darat dan laut, kawasan
agroekosistem dan kawasan produksi, serta konservasi eksitu. Upaya pelestarian ini
harus disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan tradisional dan
pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh
pembagian keuntungan yang adil dan disusun sebagai berikut: meningkatkan
pembentukan sistem kawasan lindung berikut pengelolaannya secara efektif,
melestarikan keanekaragaman hayati pada kawasan agroekosistem dan kawasan
nonlindung/ produksi, pelestarian keanekaragaman hayati secara eksitu,
melindungi sistem pengetahuan masyarakat tradisional serta meningkatkan seluruh
sistem pengetahuan yang ada tentang konservasi dan keanekaragaman hayati,
mengembangkan dan mempertahankan sistem pengelolaan keanekaragaman hayati
berkelanjutan, termasuk pembagian keuntungan yang adil adil (Suhartini 2009).
Pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar disebutkan bahwa penangkaran adalah upaya
pengembangan tumbuhan dan satwaliar dengan tetap memelihara kemurnian
jenisnya. Bentuk penangkaran dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu
penangkaran intensif (game farming) serta penangkaran ekstensif (game ranching)
(Alikodra 2010). Perbedaan utama dari kedua jenis penangkaran ini ditentukan oleh
pengelola. Penangkaran intensif diperlukan untuk melakukan domestikasi sehingga
hasilnya digunakan untuk keperluan manusia. Penangkaran ekstensif dilakukan
untuk memenuhi keperluan restocking satwa liar di habitat alaminya. Beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pengembangan komoditi satwa liar melalui
penangkaran adalah (1) Objek satwaliar, meliputi populasi di alam serta kondisi
jenis; (2) Penguasaan ilmu dan teknologi tentang ekologi satwaliar yang di
kembangkan; (3) Tenaga kerja yang terampil dalam melakukan kegiatan
pengembangan; (4) Kondisi sosial budaya masyarakat. Penangkaran kupu-kupu
dapat berjalan dengan baik jika tujuan awal pengelolaan ditetapkan dengan tegas
dan jelas. Kriteria yang dibutuhkan juga perlu dilengkapi sehingga tidak menjadi
masalah saat program pengembangan sudah berjalan (Alikodra 2010).

12
Studi Kelayakan Usaha
Ada beberapa definisi dari pengertian Studi Kelayakan Bisnis menurut
beberapa ahli. Berikut ini definisi dari pengertian studi kelayakan bisnis, yaitu
kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Dengan demikian studi kelayakan
yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu
gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian
ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan
memberikan manfaat, baik dalam arti manfaat finansial maupun dalam arti manfaat
sosial (Ibrahim 200