TA : Perancangan Promosi Wisata Pantai Berbasis Videografi Sebagai Upaya Pengenalan Pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan ... 6

1.5 Manfaat ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Pengertian Perancangan ... 9

2.3 Prinsip Desain ... 9

2.4 Video Pariwisata ... 12

2.5 Tinjauan Promosi ... 13


(2)

2.5.2 Tujuan Promosi ... 17

2.5.3 Bauran Promosi (Promotion Mix) ... 18

2.5.4 Media Promosi ... 19

2.6 Tinjauan Pariwisata ... 20

2.6.1 Pengertian Pariwisata ... 20

2.6.2 Pengertian Wisatawan ... 21

2.6.3 Bentuk Pariwisata ... 22

2.6.4 Produk Pariwisata ... 24

2.7 Media ... 25

2.8 Warna ... 26

2.9 Tipografi ... 27

2.10 SWOT ... 29

2.11 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP) ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Perancangan Penelitian ... 31

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Analisa Data ... 35

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Analisis Data ... 37

4.1.1 Literatur ... 42

4.1.2 Hasil Studi Eksisting ... 43


(3)

4.2 Konsep atau Keyword ... 50

4.2.1 SWOT ... 50

4.2.2 STP ... 51

4.2.3 USP ... 52

4.2.4 Keyword ... 53

4.2.5 Deskripsi Konsep ... 55

4.3 Perancangan Karya ... 56

4.4 Pra-Produksi ... 57

4.4.1 Ide dan Konsep ... 57

4.4.2 Pemilihan Lokasi dan Riset ... 58

4.4.3 Naskah ... 59

4.4.4 Shot List ... 61

4.5 Produksi ... 63

4.6 Post-Produksi ... 63

4.7 Budget Produksi ... 63

4.8 Final Artwork ... 64

4.9 Media Pendukung ... 68

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pengunjung Wisata Kabupaten Kotabaru 2009-2014 ... 3

Gambar 1.2 Penetrasi Pengguna Internet ... 5

Gambar 3.1 Bagan Perancangan Penelitian ... 32

Gambar 4.1 Screenshot Video Wisata Alam Kotabaru ... 43

Gambar 4.2 Screenshot Video Wisata Budaya Kotabaru ... 44

Gambar 4.3 Wonderful Indonesia | Lombok ... 45

Gambar 4.4 The Barcelona Brand ... 47

Gambar 4.5 Explore British Columbia ... 46

Gambar 4.6 Analisa Keyword ... 54

Gambar 4.7 Alur Perancangan Karya ... 56

Gambar 4.8 Panning ... 57

Gambar 4.9 Selective Focus ... 58

Gambar 4.10 Color ... 58

Gambar 4.11 Sunrise ... 64

Gambar 4.12 Tugu Nelayan ... 64

Gambar 4.13 Pantai Gedambaan ... 65

Gambar 4.14 Perempuan menikmati air kelapa ... 65

Gambar 4.15 Penyu ... 66

Gambar 4.16 Terumbu Karang ... 66

Gambar 4.17 Batu Jodoh ... 67


(5)

Gambar 4.19 Label DVD ... 68

Gambar 4.19 Label DVD ... 68

Gambar 4.20 Sampul DVD ... 68

Gambar 4.21 Poster ... 69

Gambar 4.22 Website ... 70

Gambar 4.23 Web Banner ... 70

Gambar 4.24 Stiker ... 71

Gambar 4.25 Gantungan Kunci ... 71

Gambar 4.26 Mini Banner ... 72


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel SWOT Perancangan Promosi ... 50

Tabel 4.2 Naskah ... 59

Tabel 4.3 Shot List ... 60


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Persetujuan Pembimbing ... 78

Lampiran 2 Form Persetujuan Kolokium 1 ... 79

Lampiran 3 Form Revisi Pembahas Kolokium 1 ... 80

Lampiran 4 Form Persetujuan Kolokium 2 ... 81

Lampiran 5 Form Revisi Pembimbing 1 Kolokium 2 ... 82

Lampiran 6 Form Revisi Pembimbing 2 Kolokium 2 ... 83

Lampiran 7 Form Revisi Pembahas Kolokium 2 ... 84

Lampiran 8 Form Persetujuan Kolokium 3 ... 85

Lampiran 9 Form Revisi Pembimbing 1 Kolokium 3 ... 86

Lampiran 10 Form Revisi Pembimbing 2 Kolokium 3 ... 87

Lampiran 11 Form Revisi Pembahas Kolokium 3 ... 88

Lampiran 12 Kartu Bimbingan ... 89

Lampiran 13 Kartu Seminar ... 90

Lampiran 14 Form Kelayakan Pameran ... 91

Lampiran 15 Form Revisi Pembimbing Sidang ... 92

Lampiran 16 Form Revisi Pembahas Sidang ... 93


(8)

PERANCANGAN PROMOSI WISATA PANTAI

BERBASIS VIDEOGRAFI SEBAGAI UPAYA

PENGENALAN PARIWISATA KABUPATEN

KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Oleh:

ALBAN ISMAIL 12420100013

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa dibilang salah satu yang paling lengkap. Mulai dari alamnya yang mempesona, keramahan masyarakat, hingga kearifan budaya yang beragam dan khas tiap daerah adalah harta karun yang tak terbantahkan bagi pariwisata Indonesia.

Kotabaru adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 9.422,46 km2 atau sekitar seperempat luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Kotabaru dengan ibukotanya Kotabaru terletak di Pulau Laut yang mana pulau ini adalah pulau terbesar diantara lebih dari 100 pulau besar dan kecil di Pulau Laut. Disamping pulau-pulau tersebut wilayah Kabupaten Kotabaru yang terluas berada di bagian Timur Pulau Kalimantan sampai ke perbatasan Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan jumlah penduduknya adalah sebanyak 308.730 jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

Kabupaten Kotabaru sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar.


(10)

2

Kabupaten Kotabaru secara geografis cukup unik, dimana selain memiliki banyak pulau, pantai dan lautan serta sebagian dari Pulau Kalimantan juga memiliki gunung, lembah dan dataran serta masih adanya kawasan hutan atau pedalaman. Selain itu secara demografis juga cukup unik karena disamping dihuni oleh penduduk asli Kalimantan (suku Banjar dan Dayak) juga dihuni oleh penduduk yang berasal dari Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sumatera. Dengan beraneka ragamnya Kabupaten Kotabaru baik secara geografis maupun secara demografis maka hal ini memunculkan eksotisme alam dan budaya sehingga dapat dijadikan obyek wisata.

Banyak potensi wisata di Kotabaru yang masih belum terjamah oleh pengelolaan yang sebenarnya akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi masyarakat sekitar. Di sisi lain, potensi pariwisata yang telah dikelola baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat bisa dibilang belum mendapat perhatian serius. Sebut saja bagaimana akses menuju tempat wisata yang sulit untuk sampai ke lokasi, sarana dan prasarana di tempat wisata, hingga persoalan mengenai promosi pariwisata. Menurut penulis Kotabaru memiliki banyak potensi pariwisata untuk dikenalkan kepada masyarakat, oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak mempromosikan pariwisata Kotabaru lebih giat dan lebih gencar lagi. Promosi merupakan ujung tombak bagaimana pariwisata dapat dikenal masyarakat luas, menarik mereka untuk datang.


(11)

3

Gambar 1.1 Pengunjung Wisata Kabupaten Kotabaru 2009-2014 Sumber : (bappeda-kotabaru.info)

Dari gambar diatas dapat dilihat pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang jauh berbeda daripada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut Kotabaru menjadi tuan rumah Hari Nusantara Nasional 2014. Selama tahun 2014 berbagai kegiatan pariwisata, seni dan budaya digelar terlebih lagi menjelang puncak acara, dimana pada puncak acara dihadiri langsung oleh Presiden RI Joko Widodo beserta sejumlah Menteri. Dengan hal ini sudah seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi penurunan jumlah wisatawan, selain itu pengelolaan secara berkala perlu dilakukan untuk keberlangsungan tempat wisata di Kotabaru. Promosi menjadi hal yang penting bagaimana sektor pariwisata dapat berkembang. Bentuk promosi pariwisata dapat dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari promosi secara lisan, tulisan, kampanye, atau melalui sebuah video.


(12)

4

Pemerintah Kabupaten Kotabaru melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengembangkan dan mempromosikannya melalui berbagai media baik media cetak maupun media visual. Untuk memperkaya bentuk promosi pariwisata tersebut dirasa perlu untuk menambah video wisata yang lebih update dan menarik agar bisa disebarkan keberbagai media seperti, internet, gadget dan lain sebagainya sesuai dengan perkembangan teknologi informasi sekarang ini.

Kekuatan dari video sudah tidak dapat dipungkiri lagi, video menawarkan cara yang menarik bagi perusahaan ataupun wisata dalam promosi. Video adalah konten pemasaran masa depan, berbagai penelitian menunjukkan lebih dari setengah perusahaan sudah menggunakan media ini. Video online sudah menjadi saluran utama bagi individu untuk mendapatkan informasi. Menggunakan situs seperti YouTube dan situs penyedia video lainnya, karena menyediakan cara yang efektif bagi perusahaan untuk mempromosikan mereknya, menyebarkan konten pendidikan, dan menjelaskan fitur dan layanan lebih kompleks.


(13)

5

Gambar 1.2 Penetrasi Pengguna Internet

(sumber : http://www.slideshare.net/wearesocialsg/2016-digital-yearbook) Dari gambar 1.2 dijelaskan pengguna internet di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat, dengan demikian promosi melalui online sangat cocok untuk memperkenalkan pariwisata di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

Perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi sebagai upaya pengenalan pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan bagi penulis tepat untuk memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Kotabaru, sekaligus memperkenalkan pada skala nasional bahkan internasioanal bahwa Kabupaten Kotabaru mempunyai potensi wisata pantai yang patut dinikmati oleh wisatawan.


(14)

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan permasalahan, yaitu: "Bagaimana merancang promosi wisata pantai berbasis videografi sebagai upaya pengenalan pariwisataKabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan ?."

1.3 Batasan Masalah

Atas dasar uraian di atas, perlu adanya suatu batasan masalah agar dalam proses pengerjaan promosi wisata pantai di Kabupaten Kotabaru lebih fokus.

Agar pemecahan masalah dapat dijalankan dengan efektif dan tepat sasaran, maka diperlukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

a. Tempat yang diangkat dalam perancangan promosi wisata pantai meliputi Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

b. Perancangan promosi wisata pantai hanya memuat 5 wisata pantai yang ada di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, yaitu Pantai Gedambaan, Pulau Manti, Pulau Samber Gelap, Teluk Tamiang, dan Teluk Aru.

c. Perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi.

1.4 Tujuan

Atas dasar pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

a. Merancang promosi wisata pantai berbasis videografi sebagai upaya pengenalan pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.


(15)

7

b. Memperkenalkan dan mempromosikan wisata pantai Kabupaten Kotabaru kepada masyarakat luas agar keberadaannya lebih dikenal masyarakat secara meluas.

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari perancangan ini memiliki manfaat teoritis dan praktis, yang dijelaskan sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai bahan referensi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi sebagai upaya pengenalan pariwisata.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi adalah untuk menginformasikan dan mengenalkan agar masyarakat luas mengetahui wisata pantai yang menarik di Kabupaten Kotabaru dan diharapkan menjadi daya tarik minat wisatawan untuk mengunjungi wisata pantai ini sebagai tujuan pariwisata di Kabupaten Kotabaru.

b. Dapat memberikan manfaat yang berguna bagi Dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif Kabupaten Kotabaru untuk mendukung promosi wisata pantai dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung.


(16)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti penulis tentang perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi sebagai upaya pengenalan pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

Adriano So (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Perancangan Video Promosi Wisata Kuliner diKota Ambon” memaparkan tentang promosi wisata kuliner di Kota Ambon. Konsep perancangan promosi ini diterapkan pada media promosi berupa video yang mampu mempromosikan dan meningkatkan wisata kuliner Kota Ambon. Perancangan promosi ini dilakukan berdasarkan survei pada target audiens yang sudah ditentukan, yang bertujuan untuk mendorong minat masyarakat Indonesia untuk mengenal kuliner khas Kota Ambon lebih mendalam dan menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke Kota Ambon.

Perbedaan pada perancangan Adriano So objek wisata yang digunakan adalah wisata kuliner Kota Ambon, sedangkan penelitian tugas akhir yang peneliti akan lakukan adalah wisata pantai Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Dengan mempromosikan wisata pantai, peneliti bertujuan untuk memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Kotabaru, sekaligus memperkenalkan pada skala nasional bahkan internasional bahwa Kabupaten Kotabaru mempunyai potensi wisata pantai yang patut dinikmati oleh wisatawan.


(17)

9

2.2 Pengertian Perancangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata peracangan berarti proses, cara, perbuatan merancang. Perancangan berasal dari kata dasar rancang, atau istilah lainnya disebut dengan desain. Desain merupakan kata baru berupa peng-Indonesiaan dari kata design dalam bahasa inggris, istilah ini melengkapi kata rancang/rancangan/merancang yang dinilai kurang mengeksppresikan keilmuan, keluasan, dan kewibawaan profesi (Sachari, 2005:3). Sejalan dengan hal tersebut, istilah rancang masih tetap digunakan oleh kalangan insinyur, sebagai pengganti istilah desain. Namun di kalangan keilmuan seni rupa istilah desain tetap secara konsisten dan formal dipergunakan.

Desain merupakan terjemahan fisik dari aspek sosial, ekonomi, dan tata hidup manusia serta merupakan suatu ungkapan kultural karena desain juga merupakan bagian dari kehidupan manusia. Sebagai sesuatu yang bersifat universal, desain tidak dibatasi oleh batasan-batasan geografis, melainkan oleh keadaan obyektif dari permasalahan yang harus dipecahkan. Dikarenakan luasnya kaitan yang menyangkut hubungan antara desain dan manusia sehingga akan semakin jelas bahwa nilai desain tidak hanya tergantung pada kadar kesadaran sosial dalam proses timbulnya desain itu sendiri.

2.3 Prinsip Desain

Dalam membuat suatu desain yang menarik, perlu adanya prinsip-prinsip desain yang diperhatikan. Prinsip dasar desain merupakan pengorganisasian unsur-unsur dasar desain dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam menciptakan dan mengaplikasikan kreativitas. Menurut Frank Jefkins (1997 : 245) prinsip-prinsip desain dikelompokkan menjadi :


(18)

10

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan atau unity merupakan sesuatu yang memberikan kesan keterpaduan pada setiap unsurnya. Hal ini tergantung bagaimana suatu bagian menunjang bagian yang lain dengan seimbang sehingga terlihat sebagai sebuah desain yang utuh.

Kesatuan dalam suatu desain dapat dikacaukan oleh hal yang berlebihan, misalnya terlalu banyak jenis huruf yang berbeda, warna yang tidak selaras, unsur-unsur yang kurang proporsnional, dan lain-lain.

b. Keberagaman (variety)

Dalam sebuah desain harus ada suatu perbedaan antara pokok bahasan satu dengan yang lain, hal tersebut memudahkan untuk mengetahui informasi, bertujuan untuk membedakan teks dalam sebuah layout. Misalnya dengan membuat huruf yang lebih tebal atau menarik pada judul atau hal yang ingin lebih ditonjolkan dalam suatu desain.

c. Keseimbangan (balancing)

Keseimbangan adalah hubungan yang menyenangkan antar bagian-bagian dalam suatu desain sehingga menghasilkan susunan yang menarik.

d. Ritme / irama (rhythm)

Irama dalam desain, dapat dirasakan melalui mata. Irama dapat menimbulkan kesan gerak gemulai yang menyambung dari bagian yang satu ke bagian yang lain dalam suatu desain, sehingga akan membawa pandangan mata berpindah-pindah dari suatu bagian ke bagian lainnya. Akan tetapi tidak semua pergerakan akan menimbulkan irama. Irama dapat diciptakan melalui


(19)

11

pengulangan bentuk secara teratur, perubahan atau peralihan warna ukuran, serta melalui pancaran atau radiasi.

e. Keserasian (harmony)

Keserasian adalah keteraturan di antara bagian-bagian dalam suatu karya. Bagian-bagian tersebut terdiri dari berbagai macam bentuk, bangun, warna, tekstur, dan elemen lain yang disusun secara seimbang dalam suatu komposisi utuh agar nikmat untuk dipandang.

f. Proporsi (proportion)

Proporsi merupakan perbandingan suatu bilangan dari suatu objek atau komposisi (Kusmiati, 1999:19). Proporsi merupakan kesesuaian ukuran dan bentuk sehingga tercipta keselarasan dalam sebuah bidang. Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan masalah proporsi, yaitu penempatan susunan yang menarik penentuan ukuran dan bentuk yang tepat, dan penentuan ukuran sehingga dapat diukur atau disusun sebaik mungkin.

g. Skala (scale)

Skala adalah ukuran relatif dari suatu obyek, jika dibandingkan terhadap obyek atau elemen lain yang telah diketahui ukurannya (Kusmiatai, 1999:14). Skala berhubungan dengan jarak pandang atau penglihatan dengan unsur-unsur yang telah dimunculkan (faktor keterbacaan). Skala juga sangat berguna bagi terciptanya kesesuaian bentuk atau obyek dalam desain.

h. Penekanan (emphasis)

Dalam penekanan, all emphasis is no emphasis, bila semua ditonjolkan, maka yang terjadi adalah tidak ada hal yang ditonjolkan (Jefkins, 1997:246). Adanya penekanan dalam desain merupakan hal yang penting untuk menghindari


(20)

12

kesan monoton. Penekanan dapat dilakukan pada jenis huruf, ruang kosong, warna, maupun yang lainnya akan menjadikan desain menjadi menarik bila dilakukan dalam proporsi yang cukup dan tidak berlebihan.

2.4 Video Pariwisata

Menurut Sean Cubitt (Cubitt, 1993:93) video merupakan media publikasi yang paling informatif, sebab video merupakan media publikasi yang dapat menyampaikan pesan secara textual, audio maupun visual. Kemampuan media video dalam hal menyampaikan pesan cukup luas jika dibandingkan dengan media publikasi lainnya seperti radio ataupun cetak. Seiring dengan perkembangan teknologi, fleksibilitas yang dimiliki oleh video menempatkannya sebagai media multi device. Video tidak hanya dapat disalurkan melalui televisi namun juga dapat diunggah ke berbagai situs popular internet. Sehingga mampu dengan cepat memperkenalkan objek-objek yang terekam dalam video kepada audiens.

Video sebaiknya memiliki nilai pembeda yang unik agar dapat menarik minat penonton tanpa mengesampingkan nilai informatif yang terkandung dalam video sesuai apa yang ditulis oleh Sean Cubitt (Cubitt, 1993 : 93). Keunikan yang ada dalam video akan digunakan sebagai pembeda sekaligus memberi nilai tambah dan dapat memberikan citra yang baik bagi isi video.


(21)

13

2.5 Tinjauan Promosi 2.5.1 Pengertian Promosi

Promosi berasal dari kata promoto dalam bahasa Inggris yang berarti mengembangkan/meningkatkan. Menurut Kamus Istilah Periklanan di Indonesia pengertian promosi adalah “usaha komunikasi yang menjembatani kesenjangan antara produsen dan konsumen. Usaha komunikasi tersebut dapat dibagi dalam bagian-bagian yang terdiri atas periklanan publisitas, humas dan proyek-proyek khusus seperti door to door (pintu ke pintu), direct mail (iklan pos langsung), sampling (pencontoh)”.

Menurut Kotler (1992), promosi mencakup semua alat-alat bauran pemasaran (marketing mix) yang peran utamanya adalah lebih mengadakan komunikasi yang sifatnya membujuk. Menurut Shantom (1993), promosi adalah sinonim dalam penjualan. Maksudnya adalah memberikan informasi kepada konsumen, menghimnai dan mempengaruhi khalayak ramai. Promosi merupakan bauran pokok dalam persaingan harga dan menjadi unsur pokok dalam pemasaran modern. Menurut Saladin (2003), promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang produk perusahaan. Zimmerer (2002) mengatakan bahwa promosi adalah segala macam bentuk komunikasi persuasi yang dirancang untuk menginformasikan pelanggan tentang produk atau jasa untuk mempengaruhi mereka agar membeli barang atau jasa tersebut yang mencakup publisitas, penjualan perorangan dan periklanan.


(22)

14

Dari definisi-definisi diatas, maka dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan promosi adalah kegiatan penjualan dan pemasaran dalam rangka menginformasikan dan mendorong permintaan terhadap produk, jasa, dan ide dari perusahaan dengan cara mempengaruhi konsume agar mau membeli produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Menurut Cummins (1991:12) inti dari kegiatan promosi adalah manfaat, atau alasan mengapa calon pembeli harus membeli produk jasa yang kita tawarkan. Manfaat yang dimiliki setiap produk atau jasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Fungsi, yaitu apa yang dapat dilakukan oleh produk atau jasa tersebut. b. Citra, yaitu gaya, prestige dan nilai emosional dari produk atau jasa

tersebut.

c. Manfaat ekstra, yaitu manfaat lain yang bukan bagian utama dari produk atau jasa tersebut.

Strategi promosi sebagai rencana untuk penggunaan yang optimal atas sejumlah elemen-elemen promosi periklanan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi dan promosi penjualan.

Strategi promosi merupakan strategi iklan, sedangkan iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang agar membeli, seperti yang


(23)

15

dikatakan oleh Frank Jefkins : “advertising is aims to persuade people to buy”. (Kasali, 1995:9).

Sebuah iklan yang baik haruslah memiliki unsur penting yang sering disebut dengan AIDCA, yaitu Attention (Perhatian), Interest (Ketertarikan), Desire (Keinginan), Convition (Keyakinan), Action (Tindakan).

a. Attention (Perhatian)

Iklan harus menarik khalayak sasaran, baik pembaca, pendengar dan pemirsa. Untuk itu memerlukan bantuan antara lain ukuran (size untuk media cetak, air time untuk media penyiaran), penggunaan warna (spot atau full colour), tata letak (layout), jenis huruf (typography) yang ditampilkan selain untuk memperjelasnya maka digunakan pembagian klasifikasi seperti berikut :

1. Menggunakan headline yang mengarahkan 2. Menggunakan slogan yang mudah di ingat 3. Menonjolkan atau menebalkan huruf

4. Menonjolkan selling point (keunggulan produk) pada suatu produk

5. Menggunakan huruf tebal (bold) untuk menonjolkan kata-kata yang menjual 6. Menggunakan sub judul untuk membagi naskah dalam beberapa paragraf

pendek

b. Interest (Ketertarikan)

Setelah perhatian calon konsumen dapat direbut maka sekarang adalah bagaimana caranya agar para calon konsumen berminat untuk mengunjungi dan mengakomodasi, untuk itu konsumen perlu dirangsang agar mau untuk memabca dan mengikuti pesan-pesan yang disampaikan.


(24)

16

c. Desire (Keinginan)

Iklan harus berhasil menggerakkan keinginan konsumen untuk memiliki atau menikmati produk yang diinginkan.

d. Convition (Keyakinan)

Setelah berhasil menciptakan kebutuhan bagi calon pembeli, maka untuk menimbulkan rasa percaya diri pada diri calon pembeli, sebuah iklan dapat ditunjang berbagai kegiatan peragaan seperti testimonial atau pembuktian, membagi-bagikan contoh secara gratis dan lain sebagainya.

e. Action (Tindakan)

Hal ini merupakan harapan agar calon pembeli segera melakukan pembelian tentang produk atau paling tidak mengunjungi tempat penjualan, toko, showroom, atau paling tidak calon konsumen menyimpan ingatan mereka sebagai catatan untuk membelinya kelak. Iklan sebagai investasi jangka panjang yaitu sebagai investasi yang ditanamkan dalam benak konsumen tentang keberadaan suatu produk sehingga tidak langsung dapat menghasilkan keuntungan.

Strategi pemasaran banyak berkaitan dengan komunikasi. Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalanan fungsi pemasaran, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus dapat mampu membujuk khalaak ramai agar berperilaku sedemikian rpa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan (Jefkins, 1996:15).


(25)

17

2.5.2 Tujuan Promosi

Tujuan promosi yang dilakukan oleh perusahaan utamanya bertujuan untuk mencari laba. Pada umumnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan harus mendasarkan kepada tujuan sebagai berikut :

a. Modifikasi tingkah laku

Tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah laku dan pendapat individu, dari tidak menerima suatu produk menjadi setia terhadap produk tersebut. Perusahaan barang dan jasa selalu berusahan menciptakan kesan baik tentang dirinya atau mendorong pembelian barang-barang dan jasa perusahaan.

b. Memberitahu

Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan, mengenai produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan, keistimewaan, dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat informasi ini umumnya lebih disukai dan dilakukan pada tahap-tahap awal dalam siklus kehidupan produk.

c. Membujuk

Promosi yang bersifat membujuk atau persuasif ini pada umumnya kurang disenangi oleh sebagian masyarakat. Tetapi, kenyataannya, sekarang ini terutama untuk mendorong pembeli. Perusahaan tidak ingin mendapatkan tanggapan secepatnya, tetapi lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar promosi dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli. Promosi yang bersifat membujuk ini akan menjadi


(26)

18

dominan jika produksi yang bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan dalam siklus kehidupan produk tersebut.

d. Mengingatkan

Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk mempertahan merek produk di hati masyarakat dan dilakukan selama tahap kedewasaan dalam siklus kehidupan produk. Ini berarti perusahaan berusaha untuk memperhatikan untuk mempertahankan pembeli yang ada sebab pembeli tidak hanya sekali saja melakukan transaksi, melainkan harus berlangsung secara terus menerus (Rangkuti, 2009:51).

2.5.3 Bauran Promosi (Promotion Mix)

Definisi bauran promosi menurut Kotler & Amstrong (2013:418) adalah Kombinasi alat-alat promosi yang terdiri dari advertising, public relation, personal selling, sales promotion, dan direct marketing yang dipakai oleh perusahaan untuk komunikasi meyakinkan konsumen dan membangun hubungan. Lima alat promosi tersebut didefinisikan sebagai berikut :

1. Advertising

Advertising yaitu semua bentuk persentasi non personal dan promosi ide barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran.

2. Public Relation

Public relation yaitu berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau produk individualnya. 3. Personal Selling

Personal selling yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.


(27)

19

4. Sales Promotion

Sales promotion yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau pembelian produk atau jasa.

5. Direct Marketing

Direct marketing yaitu penggunaan surat, telepon, dan alat penguhubung non-personal lainnya untuk berkomunikasi dengan mendapatkan respon dari calon pelanggan dan pelanggan lainnya.

2.5.4 Media Promosi

Media promosi merupakan sarana atau tempat media yang dilakukan untuk mendukung sebuah realisasi dan pemantapan dari promosi sendiri. Media promosi dalam dunia marketing dibagi menjadi dua bagian yaitu ATL dan BTL. ATL atau Above The Line sendiri merupakan sebuah media promosi dengan segmentasi luas. Mengapa dikatakan luas karena media promosi ATL sendiri meliputi televise, radio, majalah, Koran dan billboard. ATL sendiri merupakan cara promosi lebih kepada menjelaskan ide atau konsep kepada masyarakat tanpa melakukan tindakan atau interaksi secara langsung.

Sedangkan BTL atau Below The Line merupakan media promosi yang mempunyai segmentasi terbatas. Mengapa dikatakan terbatas?Karena BTL merupakan media promosi atau cara promosi yang kegiatannya memberikan kesempatan kepada audience untuk berinteraksi, merasakan, menyentuh bahkan melakukan actionmembeli. Beberapa media BTL antara lain seperti event, sponshorship, sampling, point of sale material, consumer promotion dan lain-lain (Bambang, 2011:23).


(28)

20

Ada salah satu istilah lagi dalam media promosi, yaitu TTL atau Trough The Line.TTL sendiri merupakan gabungan atau compare antara ATL dan BTL. Yang dimana pada jaman modern ini, ATL dan BTL sudah terjadi pergeseran dalam konteks masing – masing. Terkadang di dalam ATL terdapat unsur BTL, begitu juga sebaliknya. Namun media promosi apapun, tetap menjadi sebuah alat yang menjadi pendukung dari kegiatan promosi tersebut. Salah satunya adalah ambient media.

2.6 Tinjauan Pariwisata 2.6.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya (Marpaung, 2000:13). Menurut Nyoman S. Pendit, pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Pendit, 1967:29).

Arti pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata Indonesia. Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling. Pariwisata adalah padanan bahasa Indonesia untuk istilah tourism dalam bahasa Inggris (Muljadi, 2012:8).


(29)

21

Dalam perkembangannya, pariwisata menjadi sebuah bisnis yang menjajikan dan dikelola secara modern dan profesional. Hal ini dilakukan untuk semakin meningkatkan nilai jual produk pariwisata, baik secara kualitas maupun kuantitas.

2.6.2 Pengertian Wisatawan

Di Indonesia, pengertian wisatawan tercantum dalam Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1969, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Departemen pariwisata menggunakan definisi wisatawan sebagai berikut : wisatawan bisa saja adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain mencari pekerjaan (Marpaung, 2000:37).

Panitia ahli-ahli statistik Liga Bangsa-bangsa (League of Nations) memberi rekomendasi tentang batasan-batasan wisatawan sebagai berikut: Untuk menjamin persamaan statistik pariwisata internasional, istilah wisatawan hendaknya pada dasarnya dimaksudkan setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu negara, yang lain daripada negara dimana ia biasanya tinggal (Pendit, 1967:43). Panitia tersebut telah memutuskan bahwa mereka yang berikut ini dianggap sebagai wisatawan:

a. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang alasan kekeluargaan, kesehatan dan sebagainya.

b. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan, atau sebagai wakil (utusan) untuk sesuatu keperluan tertentu (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, olahraga dan sebagainya).


(30)

22

c. Pengunjung yang mengadakan perjalanan untuk keperluan usaha-usaha bisnisnya.

d. Pengunjung yang tiba dalam pesiar lautnya dengan kapal pesiar, walaupun ia (mereka) tinggal kurang dari 24 jam lamanya. Yang belakangan ini hendaknya dianggap sebagai suatu golongan tersendiri, bila perlu tanpa mengindahkan tempat (negeri) dimana ia biasanya tinggal.

2.6.3 Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (1967:34-36) bentuk-bentuk pariwisata, yaitu: a. Asal wisatawan

Perlu diketahui apakah asal wisatawan ini dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya adalah dalam negeri sendiri yang berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri selama ia mengadakan perjalanan, maka ini dinamakan pariwisata domestik, sedangkan kalau ia datang dari luar negeri dinamakan pariwisata internasional.

b. Akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warganegara ke luar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negaranya. Ini dinamakan pariwisata pasif.


(31)

23

c. Lama berkunjung

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya yang dimaksud.

d. Jumlah kunjungan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

e. Transportasi yang digunakan

Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api, atau mobil.

Dilihat dari kacamata biasa sehari-hari, kiranya pembagian kategori bentuk-bentuk pariwisata dengan istilah-istilah tersebut, agaknya terlalu bersifat teknis, namun dilihat dari segi ekonomi, hal ini adalah sangat penting dan perlu, sebab klasifikasi ini menentukan sistem statistik perpajakan dan perhitungan pendapatan industri pariwisata ini.


(32)

24

2.6.4 Produk Pariwisata

Produk wisata merupakan suatu produk yang merupakan suatu rangkaian jasa, tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi (Suwantoro, 2004:48).

Ciri-ciri produk wisata diuraikan oleh Gamal Suwandoro dalam “Dasar-Dasar Pariwisata” (2004:48) yaitu :

a. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ketempat dimana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang dimana hasil atau produknya dapat dipindahkan kemana barang tersebut diperlukan oleh konsumen.

b. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk atau jasa maka tidak akan terjadi proses produksi.

c. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.

d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya. e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin.


(33)

25

2.7 Media

Media adalah merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu komunikasi, media bisa diartikan sebagai saluran, sarana penghubung, dan alat-alat komunikasi. Kalimat media sebenarnya berasal dari bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau pengantar. Menurut Grossberg media merupakan institusi yang difungsikan untuk mengembangkan kebebasan berpendapat dan menyebarkan informasi ke segala arah, yakni kepada publik dan institusi lainnya termasuk pemerintah.

Media dibagi menjadi dua yaitu: 1. Media cetak

Media cetak adalah media yang mempergunakan unsur percetakan untuk penyampaian pesannya. Sehingga pesan dapat dilihat atau dibaca oleh massa. Contohnya: surat kabar, buku, majalah, jurnal, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan lain sebagainya.

Jenis media cetak ini tergolong jenis media murah atau tidak memakai biaya yang terlalu besar, media cetak dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat.

2. Media elektronik

Media ini menggunakan perangkat elektronik untuk alat penyampaian pesan dari sumber kepada konsumen. Pesan dapat dilihat, didengar, atau dibaca oleh khalayak karena bentuknya lebih kompleks dari sekedar media cetak, dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat. Contohnya: televisi, radio, film, video recording, computer, electronic board, audio cassette, internet dan sebagainya.


(34)

26

Pada jaman yang berkembang ini, media internetlah yang paling banyak diikuti oleh masyarakat luas, karena sangat cepat mendapatkan informasi dan media elektronik seperti televisi kalah dengan media internet sebab media internet terhubung dengan dunia sedangkan televisi hanya sebagai media hiburan.

2.8 Warna

Menurut Supriyono (2010:58) warna menjadi salah satu unsur penting dalam desain, karena warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra atau persepsi orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Sedangkat menurut Danger (1992:51) menyatakan bahwa warna adalah salah satu dari dua unsur yang menghasilkan daya tarik visual, dan kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada emosi daripada akal.

Warna hasulah diletakkan sesuai konten untuk dapat memahami implikasi yang terkait dengan maknanya. Menurut Drew dan Mayer (2008:200) warna dapat dipisah-pisahkan dan digunakan secara terpisah untuk menyampaikan pesan dan emosi yang cepat, tanggapan assosiatif, dan perilaku yang dipelajari.

Menurut Marian (1987:119) warna digolongkan menjadi dua, yaitu warna eksternal dan warna internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara mengekpresikannya.

Warna dapat dilihat dari tiga bagian yaitu:

1. Hue: Pembagian warna berdasarkan nama-nama warna seperti merah, biru dan hijau

2. Value: Pembagian warna berdasarkan gelap terangnya warna 3. Intensity: Pembagian warna berdasarkan tingkat kejernihan warna.


(35)

27

Menurut Sanyoto (2009:13) warna dapat dibagi menjadi dua bagian menurut terjadinya, yaitu warna additive dan subtractive. Warna additive adalah warna yang tampak dan berasal dari cahaya dan biasa disebut spektrum/additive color system yang digunakan pada media elektronik. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari pigmen yang digunakan pada media cetak.

2.9 Tipografi

Typography can defined a art of selected right type printing in accordance with specific purpose ; of so arranging the letter, distributing the space and controlling the type as to aid maximum the reader’s menurut buku Manuale Typographicum.

Dari pengertian diatas, memberikan penjelasan bahwa tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, huruf tak pernah lepas dari kehidupan keseharian. Hampir setiap bangsa di dunia menggunakannya sebagai sarana komunikasi. Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglyphe pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa. Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad ke-8 SM di Roma saat


(36)

28

orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi. Perkembangan tipografi saat ini mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan (hand drawn) hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.

Berikut beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain sebagai berikut:

1. Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.

2. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.

3. Sans Serif

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.


(37)

29

4. Script

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab.

5. Miscellanous

Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

2.10 SWOT

Di dalam buku Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, (Sarwono dan Lubis, 2007: 18-19) mengatakan bahwa SWOT dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang (reevaluasi) suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang telah diambil.

Langkah analisis : Mengkaji hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara memilah dan menginventarisasikan sebanyak mungkin segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).

Segi kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi internal yang dikandung oleh objek yang dinilai, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Hasil kajian dari keempat segi ini kemudian disimpulkan, meliputi strategi pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan, dan optimalisasi.

Penyusunan kesimpulan lazim dilakukan dengan cara meramu (sedapat mungkin) hal-hal yang dikandung oleh keempat faktor menjadi sesuatu yang


(38)

30

positif, netral atau minimal dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam Matriks Pakal yang terdiri dari :

a. Strategi PE-KU (S-O) / Peluang dan Kekuatan : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.

b. Strategi PE-LEM (W-O) / Peluang dan Kelemahan : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.

c. Strategi A-KU (S-T) / Ancaman dan Kekuatan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

d. Strategi A-LEM (W-T) / Ancaman dan Kelemahan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan. (Sarwono dan Lubis, 2007:18-19)

2.11 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP)

Segmentasi merupakan upaya untuk membagi calon konsumen dalam kelompok-kelompok tertentu (Harjanto, 2009). Upaya tersebut dilakukan untuk memudahkan usaha penjualan seseorang karena segmentasinya yang difokuskan.

Targeting adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Targeting yang dimaksudkan disini adalah target market (pasar sasaran), yakni beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus pemasaran .

Positioning merupakan tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu di ingat konsumen. Dengan kata lain positioning adalah bagaimana menempatkan produk kedalam pikiran audience, sehingga calon konsumen memiliki pemikiran tertentu dan mengindentifikasikan produknya dengan produk tertentu.


(39)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Di dalam desain komunikasi visual mempunyai cakupan yang sangat luas, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, agar dapat menjadi dasar dan sumber dalam penyusunan tugas akhir. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif, seperti hasil pengumpulan data, wawancara, studi literatur, studi eksisting, catatan lapangan, dan lain-lain.

Untuk melakukan metode penelitian kualitatif ini memerlukan pendekatan dengan orang-orang yang ahli di bidangnya, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang jelas mengenai kenyataan di lapangan.

3.2 Perancangan Penelitian

Tahap perancangan penelitian ini harus disusun secara sistematis dan logis karena pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian. Tujuannya agar memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan mengenai perancangan media promosi wisata pantai berbasis videografi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Adapun proses dari perancangan penelitian, yang pertama yaitu wawancara, wawancara ini merupakan tahap awal untuk mendapatkan informasi yang beragam berkaitan dengan wisata pantai Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Langkah kedua yaitu observasi, dilakukan dengan cara terjun langsung di lapangan. Melihat dan mengamati secara langsung lokasi wisata pantai yang menjadi objek penelitian. Tahap ketiga yaitu menentukan segmentasi,


(40)

32

targeting, dan positioning (STP). Penentuan segmentasi, targeting, dan

positioning (STP) berdasarkan hasil dari wawancara dan pengamatan peneliti.

Tujuan STP sendiri yaitu untuk memilah target pasar dan memberikan penempatan (positioning) produk kepada target pasar, tentunya yang disasar sebagai target pasar yaitu yang memiliki peluang paling potensial untuk datang ke tempat wisata pantai di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Yang ke empat yaitu studi eksisting, ini dilakukan untuk menganalisa dari segi upaya promosi yang telah dilakukan untuk mempromosikan wisata pantai kepada khalayak luas. Studi eksisting berkaitan dengan promosi berbasis videografi yang sudah ada kemudian dianalisa secara konten, visual, dan teknik pengambilan gambar.

Setelah dilakukan proses diatas kemudian semua data yang didapatkan diolah kembali menggunakan analisis SWOT, yang mana semua tahapan yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan tahapan perancangan penelitian dan proses untuk mencari kata kunci dan melahirkan sebuah konsep yang akan digunakan pada perancangan promosi wisata pantai Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Berikut gambar bagan perancangan penelitian :

Gambar 3.1 Bagan Perancangan Penelitian (sumber : hasil olahan peneliti, 2016)


(41)

33

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan metode riset yang dipilih, agar data bisa dikumpulkan. Data yang dikumpulkan memiliki peranan yang penting untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

1. Observasi

Observasi adalah salah satu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.

Dalam langkah ini penulis melakukan analisis terhadap wisata-wisata pantai yang ada di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi setiap pantai yang diteliti, mulai dari yang menjadi daya tarik wisata pantai, info acara yang biasa dilakukan dipantai, dan perkiraan pengunjung.

2. Studi Literatur

Studi literatur sendiri adalah metode pengumpulan data dengan melakukan referensi, literatur maupun bahan-bahan teori yang diperlukan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penyusunan laporan.

Pada metode ini, digunakan berbagai literatur berhubungan dengan proses perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi sebagai upaya pengenalan pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan seperti, buku, jurnal, dan atikel dari website.


(42)

34

3. Studi Eksisting

Studi eksisting digunakan sebagai pembanding karya yang akan dibuat, kelebihan dan kekurangan dari video sebelumnya dijadikan bahan kajian sehingga karya yang akan dibuat nantinya memiliki pembeda dengan yang sebelumnya. 4. Studi Kompetitor

Untuk memperkuat konsep dan ide yang akan dituangkan ke dalam karya video pariwisata guna memperkenalkan tujuan wisata pantai yang ada di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, maka dilakukan kajian terhadap karya video yang sejenis.

5. Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan jalan bertanya baik sepihak maupun dua belah pihak yang dikerjakan dengan sistematik dan belandaskan kepada tujuan penelitian (Marzuki, 2000: 62). Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data secara lebih tajam dibanding lainnya, karena langsung menuju kepada pelaku atau orang yang berpengalaman dan memang melakukan hal yang berhubungan dengan perancangan tugas akhir ini.

Rairajuni Thoher sebagai Kepala Dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif Kabupaten Kotabaru dan Mahmud Dimyati sebagai Pemerhati Pariwisata Kotabaru (mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotabaru), yang menjadi target wawancara. Karena hasil wawancara dari beliau-beliau ini dapat dijadikann sebagai referensi untuk penulis agar mempermudah dalam perancangan promosi wisata pantai berbasis videografi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.


(43)

35

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan bukti-bukti yang berkaitan dengan objek wisata pantai di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Hal ini diperlukan untuk memperdalam penelitian. Data yang dikumpulkan berupa foto-foto lokasi objek wisata, arsip, serta data-data tertulis yang berkaitan dengan perancangan ini.

3.4 Analisa Data

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisiss data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

1. Reduksi Data

Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Penggunaan strategi deskriptif kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudiam bergerak kearah pembentukan kesimpulan kategori atau cirri-ciri umum tertentu. Oleh karenanya, strategi ini dimulai dari mengklasifikasikan data (Burhan, 2001 : 290).

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, dari metode obervasi, wawancara, studi eksisting, dan studi literatur maka data akan dianalisa berdasarkan metode


(44)

36

kualitatif. Selanjutnya, berdasarkan seluruh data yang terkumpul tersebut, kemudian dibuat beberapa rancangan promosi wisata pantai berbasis videografi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan (Ariesto dan Andrianus, 2010).

Penyajian data yang dilakukan peneliti dengan menyajikan dalam bentuk skema perancangan yang akan menjelaskan tahap-tahap perancangan promosi dari pengumpulan data sampai pada tahap proses membuat video promosi wisata pantai Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan (Ariesto dan Andrianus, 2010).

Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti dengan cara mengambil kesimpulan dari analisis data, SWOT dan STP hingga mendapatkan keywords.


(45)

73

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam mengatasi permasalahan di Sektor Pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, perlu dilakukan perancangan sebuah media yang dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kotabaru. Wisata pantai di Kabupaten Kotabaru memiliki potensi yang bagus untuk dikunjungi. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah perancangan untuk mempromosikan potensi wisata pantai di Kabupaten Kotabaru.

Media yang dipakai dalam mempromosikan wisata pantai Kabupaten Kotabaru adalah media audio visual karena media ini cocok digunakan untuk menarik wisatawan. Kategori yang dipilih dalam media audio visual adalah Iklan. Iklan memang diciptakan untuk mensugesti penontonnya. Sedangkan kategori iklan yang dipilih adalah video promosi karena video promosi sangat mudah untuk diaplikasikan. Video promosi yang dipakai akan terfokuskan penyebarannya di media sosial. Media sosial sangat cepat dalam menyebarkan informasi, oleh karena video promosi ini akan disebarkan melalui media sosial. Sehingga para audiens dapat menikmatinya di berbagai media dan dapat disebarkan antar audiens.


(46)

74

Konsep dari perancangan adalah untuk menciptakan sebuah video yang menampilkan keindahan wisata Kabupaten Kotabaru untuk menarik wisatawan khususnya kaum dewasa muda baik dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu dari segi pemilihan video dan klip dibuat semenarik mungkin. Ide dari pembuatan video adalah menonjolkan keindahan pantai Kabupaten Kotabaru yang memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing pada setiap pantainya.

Diharapkan dengan membuat perancangan ini sesuai dengan strategi yang telah ditentukan dapat berdampak pada sektor pariwisata Kabupaten Kotabaru. Sehingga jumlah wisatawan berkunjung ke Kabupaten Kotabaru dapat meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

a. Bagi pengelola obyek wisata hendaknya memanfaatkan secara maksimal berbagai media dalam mempromosikan sebuah obyek wisata yang dikelola agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas. Mengembangkan lagi video promosi yang ada dan dilakukan secara berkala dalam mempromosikan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan.

b. Dengan adanya media ini maka dapat memicu kecintaan masyarakat banyak terhadap potensi wisata pantai di Kabupaten Kotabaru. Karena pengembangan potensi alam lokal akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.


(47)

75

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A.J, Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Anggraini, Lia dan Kirana Nathalia. 2014. Desain Komunikasi Visual:

Dasar-dasar Panduan untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia

Ariesto Hadi, Sutopo dan Andrianus Arief. 2010. Terampil Mengolah Data

Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta: Prenada Media Group

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Basu Swastha dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:

Liberty

Basu Swastha dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Perilaku

Konsumen. Edisi 3. Yogyakarta: Liberty

Cubitt, S. 1993. Videography: Video Media As Art And Culture. Melbourne: Pelgrave Macmillan

Cummins, Julian. 1991. Promosi Penjualan. Jakarta: Binarupa Aksara. Emzir. 1984. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Balai Pustaka

Eriyanto. 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS

Harjanto, Rudi. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Gramedia Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Grafiti. Kasali, Rhenald. 2000. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting

Positioning. Jakarta: Gramedia

Kotler, Philip and Garry Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip and Garry Amstrong. 2012. Principles of Marketing. New Jersey: Pearson Education Limited

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. New Jersey: Pearson Education Limited

Kotler, Philip and Garry Amstrong. 2013. Principles of Marketing 6th European


(48)

76

Kusmiati, Artini R dkk. 1999. Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi

Marpaung, Happy & Herman Bahar. 2000. Pengantar Pariwisata. Bandung: Penerbit Alfabeta

Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: UII Press

Nazir. 1983. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Ghalia Imdonesia Learner Nugroho, Sarwo. 2014. Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta: Andi

Owens, Jim. 2011. Video Production Handbook 5th Edition. USA: Focal Press Pendit, Nyoman S.. 1967. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif. Jakarta: Gramedia Rosadi, Ruslan. 2004. Metode Penelitian Public Relation. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

Sachari, Agus. 2005. Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sanyoto, Sadjiman. 2009. Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra

Sarwono Jonathan dan Lubis Hary. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi

Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset

Shimp Terence. 2003. Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Widyatama, Rendra, 2007. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher

Wijaya Sukma, Bambang. 2011. Iklan Ambient Media Konsep,Strategi dan

Implementasi. Malang: UB Press

Yoeti, Oka. A 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

JURNAL

Pujiyanto. 2003. Strategi Pemasaran Produk Melalui Media Periklanan. Jurnal Desain Komunikasi Visual


(49)

77

WEBSITE

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2016. Data Series Kotabaru.

http://bappeda-kotabaru.info/umum/128/(di akses tanggal 15 februari 2016) Darmawan, Indra. 2011. Arti Garis, Bentuk dan Warna pada sebuah Logo.

http://desaingratis.com/logo/arti-garis-warna-bentuk-pada-sebuah-logo/. (di akses tanggal 15 februari 2016)

Setiawan. Dimas. 2012. Definisi dan Pengertian Wisata Alam. http://arimurti-indo.blogspot.co.id/2012/09/definisi-dan-pengertian-wisata-alam.html. (di akses tanggal 15 februari 2016)


(1)

36

kualitatif. Selanjutnya, berdasarkan seluruh data yang terkumpul tersebut, kemudian dibuat beberapa rancangan promosi wisata pantai berbasis videografi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan (Ariesto dan Andrianus, 2010).

Penyajian data yang dilakukan peneliti dengan menyajikan dalam bentuk skema perancangan yang akan menjelaskan tahap-tahap perancangan promosi dari pengumpulan data sampai pada tahap proses membuat video promosi wisata pantai Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan (Ariesto dan Andrianus, 2010).

Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti dengan cara mengambil kesimpulan dari analisis data, SWOT dan STP hingga mendapatkan keywords.


(2)

73 5.1 Kesimpulan

Dalam mengatasi permasalahan di Sektor Pariwisata Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, perlu dilakukan perancangan sebuah media yang dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kotabaru. Wisata pantai di Kabupaten Kotabaru memiliki potensi yang bagus untuk dikunjungi. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah perancangan untuk mempromosikan potensi wisata pantai di Kabupaten Kotabaru.

Media yang dipakai dalam mempromosikan wisata pantai Kabupaten Kotabaru adalah media audio visual karena media ini cocok digunakan untuk menarik wisatawan. Kategori yang dipilih dalam media audio visual adalah Iklan. Iklan memang diciptakan untuk mensugesti penontonnya. Sedangkan kategori iklan yang dipilih adalah video promosi karena video promosi sangat mudah untuk diaplikasikan. Video promosi yang dipakai akan terfokuskan penyebarannya di media sosial. Media sosial sangat cepat dalam menyebarkan informasi, oleh karena video promosi ini akan disebarkan melalui media sosial. Sehingga para audiens dapat menikmatinya di berbagai media dan dapat disebarkan antar audiens.


(3)

74

Konsep dari perancangan adalah untuk menciptakan sebuah video yang menampilkan keindahan wisata Kabupaten Kotabaru untuk menarik wisatawan khususnya kaum dewasa muda baik dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu dari segi pemilihan video dan klip dibuat semenarik mungkin. Ide dari pembuatan video adalah menonjolkan keindahan pantai Kabupaten Kotabaru yang memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing pada setiap pantainya.

Diharapkan dengan membuat perancangan ini sesuai dengan strategi yang telah ditentukan dapat berdampak pada sektor pariwisata Kabupaten Kotabaru. Sehingga jumlah wisatawan berkunjung ke Kabupaten Kotabaru dapat meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

a. Bagi pengelola obyek wisata hendaknya memanfaatkan secara maksimal berbagai media dalam mempromosikan sebuah obyek wisata yang dikelola agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas. Mengembangkan lagi video promosi yang ada dan dilakukan secara berkala dalam mempromosikan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan.

b. Dengan adanya media ini maka dapat memicu kecintaan masyarakat banyak terhadap potensi wisata pantai di Kabupaten Kotabaru. Karena pengembangan potensi alam lokal akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.


(4)

75

A.J, Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Anggraini, Lia dan Kirana Nathalia. 2014. Desain Komunikasi Visual:

Dasar-dasar Panduan untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia

Ariesto Hadi, Sutopo dan Andrianus Arief. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta: Prenada Media Group

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Basu Swastha dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty

Basu Swastha dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Perilaku Konsumen. Edisi 3. Yogyakarta: Liberty

Cubitt, S. 1993. Videography: Video Media As Art And Culture. Melbourne: Pelgrave Macmillan

Cummins, Julian. 1991. Promosi Penjualan. Jakarta: Binarupa Aksara. Emzir. 1984. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Balai Pustaka

Eriyanto. 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS

Harjanto, Rudi. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Gramedia Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Grafiti. Kasali, Rhenald. 2000. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting

Positioning. Jakarta: Gramedia

Kotler, Philip and Garry Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip and Garry Amstrong. 2012. Principles of Marketing. New Jersey: Pearson Education Limited

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. New Jersey: Pearson Education Limited

Kotler, Philip and Garry Amstrong. 2013. Principles of Marketing 6th European Edition. New Jersey: Pearson Education Limited


(5)

76

Kusmiati, Artini R dkk. 1999. Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi

Marpaung, Happy & Herman Bahar. 2000. Pengantar Pariwisata. Bandung: Penerbit Alfabeta

Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: UII Press

Nazir. 1983. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Ghalia Imdonesia Learner Nugroho, Sarwo. 2014. Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta: Andi

Owens, Jim. 2011. Video Production Handbook 5th Edition. USA: Focal Press Pendit, Nyoman S.. 1967. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif. Jakarta: Gramedia Rosadi, Ruslan. 2004. Metode Penelitian Public Relation. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

Sachari, Agus. 2005. Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sanyoto, Sadjiman. 2009. Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra

Sarwono Jonathan dan Lubis Hary. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset

Shimp Terence. 2003. Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Widyatama, Rendra, 2007. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher

Wijaya Sukma, Bambang. 2011. Iklan Ambient Media Konsep,Strategi dan Implementasi. Malang: UB Press

Yoeti, Oka. A 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

JURNAL

Pujiyanto. 2003. Strategi Pemasaran Produk Melalui Media Periklanan. Jurnal Desain Komunikasi Visual


(6)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2016. Data Series Kotabaru.

http://bappeda-kotabaru.info/umum/128/ (di akses tanggal 15 februari 2016) Darmawan, Indra. 2011. Arti Garis, Bentuk dan Warna pada sebuah Logo.

http://desaingratis.com/logo/arti-garis-warna-bentuk-pada-sebuah-logo/. (di akses tanggal 15 februari 2016)

Setiawan. Dimas. 2012. Definisi dan Pengertian Wisata Alam. http://arimurti-indo.blogspot.co.id/2012/09/definisi-dan-pengertian-wisata-alam.html. (di akses tanggal 15 februari 2016)