PERANCANGAN VIDEO LIPUTAN PANTAI-PANTAI DI BANYUWANGI SEBAGAI PROMOSI PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI.

(1)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN VIDEO LIPUTAN PANTAI-PANTAI

DI BANYUWANGI SEBAGAI PROMOSI PARIWISATA

KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun oleh :

Dianita Nursasanti 1054010035

BIDANG STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(2)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN VIDEO LIPUTAN PANTAI-PANTAI

DI BANYUWANGI SEBAGAI PROMOSI PARIWISATA

KABUPATEN BANYUWANGI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S–1)

Dianita Nursasanti

1054010035

BIDANG STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(3)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN VIDEO LIPUTAN PANTAI-PANTAI

DI BANYUWANGI SEBAGAI PROMOSI PARIWISATA

KABUPATEN BANYUWANGI

Dipersiapkan dan disusun oleh

DI AN I T A N U RSASAN T I

1054010035

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada tanggal :19 Juni 2014

Pembimbing I Penguji I

Aryo Bayu Wibisono, ST.,M.Med.Kom HeruSubiyantoro, ST., MT.

NPT.3 8312 10 0304 1 NPT. 3 7102 96 0061 1

PembimbingII Penguji II

AdityaRahman Y., ST., M.Med.Kom Aileena Solicitor C.R.E.C., ST., M.Des

NPT. 3 8109 10 0303 1

Ketua Jurusan Koordinator

Heru Subiyantoro, ST., MT. AdityaRahman Y., ST., M.Med.Kom.

NPT.3 7102 96 0061 1 NPT. 3 8109 10 0303 1

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Tanggal : ………..

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Surabaya, 30 Juni 2014


(5)

ABSTRAK

Banyuwangi adalah salah satu kota di pesisir timur Pulau Jawa, yang memiliki potensi kekayaan alam yang indah dan beragam. Tetapi potensi ini seringkali terabaikan oleh masyarakat luas.Kebanyakan masyarakat menjadikan Bali sebagai tujuan wisata, karena sudah terkenal di mata dunia akan keindahan alam dan budayanya. Di Banyuwangi, juga dapat ditemukan tempat-tempat yang tidak kalah indah, tetapi juga mempunyai nilai seni dan budaya yang tinggi. Masih tidak banyak orang tahu bahwa Banyuwangi memiliki kurang lebih 12 pantai, yang masih bersih dan indah dengan laut birunya yang sangat alami.Sebagian dari pantai-pantai ini terletak di Banyuwangi bagian selatan, yang dikelilingi hutan rimba, sehingga membuat akses jalan ke pantai-pantai ini cukup sulit untuk di tempuh. Video ‘Discover Banyuwangi’ ini membantu untuk mengenalkan dan menawarkan pada masyarakat luas bahkan dunia,akan keindahan dan keberagaman alam Banyuwangi, terutama pantai-pantainya. Video ini dikemas dengan gaya video liputan, untuk mempresentasikan kekayaan alam di Kabupaten Banyuwangi, dan video liputan kali ini difokuskan pada pantai-pantainya.

Pantai-pantai di bagian selatan Banyuwangi ini, menyimpan ciri khas dan keunikan tersendiri. Diantaranya, ada Pantai Plengkung yang terkenal dengan ombaknya yang sangat tinggi, dan sering dijadikan tempat kompetisi peselancar dunia. Ada pula Pantai Pulau Merah yang memiliki pemandangan bukit yang indah di pinggiran pantainya, Pantai Rajegwesi yang terkenal dengan hasil lautnya yang beragam, ataupun Pantai Teluk Hijau yang masih sangat alami dengan lautnya yang berwarna biru kehijauan. Serta Pantai Sukamade di ujung barat Banyuwangi, yang menyimpan pesona malamnya dengan kehadiran penyu-penyu langka, yang bertelur dan dilepaskan di sana.

Tetapi karena lokasi dari kelima pantai-pantai ini cukup sulit di tempuh, dan letaknya yang jauh dari pusat kota, membuat pantai-pantai ini jarang diketahui masyarakat luas, terutama dari luar Kabupaten Banyuwangi. Padahal pantai-pantai ini dapat dijadikan ikon Banyuwangi, yang akan mendatangkan banyak wisatawan, dan dapat menambah pendapatan daerah. Itulah mengapa, video ’Discover Banyuwangi’ ini sangat membantu sebagai video promosi ke masyarakat luas, bahkan dunia. Dalam video ini, tidak hanya dapat ditemukan pemandangannya yang indah, unik dan beragam, tetapi juga ciri khas masyarakatnya yang ramah, dengan berbagai fasilitas yang disediakan di sana. Video ini diharapkan dapat menjadi daya tarik utama wisatawan untuk mengunjungi Banyuwangi, terutama para pemuda dengan semangat, vitalitas dan rasa keingintahuan yang tinggi akan hal-hal baru. Video ini juga dilengkapi dengan visual grafis yang praktis dan modern, dengan motion dan warna yang atraktif, sesuai dengan segementasinya yang kebanyakan anak muda yang hidup di perkotaan.


(6)

ABSTRACT

Banyuwangi is one of cities in east coastal area of Java Island, that has potential wealth of beautiful and diverse nature. But this potential is more often ignored by public. Most people make Bali as a tour destination, because it is famous in the world of natural beauty and culture. In Banyuwangi, could be found places that are no less beautiful, but also have high value of art and culture. Still not many people know that Banyuwangi has about 12 beaches, that still pure and beautiful with their blue sea that so natural. Some of these beaches are located in southern part of Banyuwangi, that surrounded by jungle, thus make road access to these beaches are hard enough to travel in. ‘Discover Banyuwangi’ video helps to introduces and offers to public even the world, for beautiful and diversity nature of Banyuwangi, especially their beaches. This video is packaged with video coverage style, to presents wealth of nature in Banyuwangi Regency, and this video coverage is focused in the beaches.

The beaches in southern part of Banyuwangi, have their own characteristic and uniqueness. Among them, there is Plengkung Beach that is famous with it is wave that so high, and it is often made as a competition place of international surfer. There is also, Red Island Beach that has beautiful hill view at edge of the beach, Rajegwesi Beach that is famous with it is diverse sea product, or Green Bay Beach that is so pure with it is turquoise color sea. And Sukamade Beach at the west end of Banyuwangi, that has enchantment night with present of scarce turtles, that lay eggs and be released there.

But because of these fifth beaches location are hard enough to travel in, and their places that is so far from city central, make these beaches are rare to be known by public, especially from out of Banyuwangi Regency. Whereas these beaches could be made as Banyuwangi’s icon, that would import a lot of tourist, and could increase region income. That is why, this ‘Discover Banyuwangi’ video can helps as promotion video to public, even the world. Inside this video, not only can be found their view that are beautiful, unique and diverse, but also their friendly society characteristic, with various facilities that are ready there.

This video is expected can make as view point of tourist to visit Banyuwangi, especially the youth with enthusiasm, vitality and high curiosity with new things. This video is also completed with simple and modern graphic visual, with attractive motion and color, appropriate with it is segmentation that most of youth that live in the city.


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya Tugas Akhir yang berjudul ‘Perancangan Video Liputan Pantai-Pantai di Banyuwangi sebagai Promosi Pariwisata Kabupaten Banyuwangi’ ini dapat terselesaikan dengan baik. Melalui proses panjang dan usaha yang tidak sedikit, saya mampu memberikan karya yang cukup baik dan mendapat banyak pelajaran penting di dalamnya. Banyak orang yang telah menginspirasi, mendukung serta membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini. Maka saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya kepada:

1. Ibu Ir. Naniek Ratni Juliardi A.R., M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan UPN ‘Veteran’ Jawa Timur yang telah memberikan dukungan moril dan fasilitas belajar selama saya menempuh pendidikan S1 Desain Komunikasi Visual di fakultas ini.

2. Bapak Heru Subiyantoro, ST., M.T. sebagai Ketua Program Studi DKV

UPN ‘Veteran’ Jawa Timur yang telah banyak memberikan dukungan moril, ilmu serta fasilitas selama saya menempuh pendidikan di jurusan ini.

3. Bapak Aryo Bayu Wibisono, ST., M.Med.Kom. sebagai Pembimbing saya

yang telah banyak memberikan ilmu serta inspirasi yang berharga kepada saya selama pengerjaan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Aditya Rahman Yani, ST., M.Med Kom. sebagai Dosen

Koordinator Tugas Akhir mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang dengan penuh kesabaran membimbing kami selama menyelesaikan Tugas Akhir. 5. Seluruh jajaran dosen dan staff Program Studi Desain Komunikasi Visual

UPN ‘Veteran’ Jawa Timur yang telah membantu saya selama menempuh pendidikan di jurusan ini.

6. Ir. Kismardiani S.K. sebagai orangtua tunggal saya yang dengan penuh semangat dan kesabaran telah mendidik, membimbing dan merawat saya sejak kecil. Serta memberikan dukungan moril dan fasilitas yang tak henti-hentinya selama saya hidup.

7. Alm. Ir. Budi Haryanto yang telah menjadi ayah yang sangat baik serta panutan bagi saya selama beliau hidup. Beliau terus memberikan dorongan bagi saya untuk maju dan menggapai kesuksesan.


(8)

8. Fitra Aditya Dwisaputra sebagai partner hidup, kakak, saudara sekaligus sahabat yang dengan tanpa lelah terus mendampingi dan membantu saya dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

9. Ajeng Nur Azizah Intan Sari, Lucky Erandira, Yudho Wahyu dan segenap tim Discover Banyuwangi yang telah bersedia menempuh petualangan keluar masuk hutan dan laut yang cukup berat demi terselesaikannya video ini. Pengalaman itu tidak akan saya lupakan.

10. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, terutama untuk Bapak Ainur Rofik dan Bapak Djarot yang sudah banyak membantu kelancaran produksi video ini serta memberikan informasi tentang Banyuwangi.

11. Sahabat-sahabat saya, Intan, Indy, Icha, Rossi, Yunita, Ajeng, Anggi, Nyimas, Lucky, Rani, Delon, Yendra, Okky, terima kasih banyak telah memberikan canda tawa dan kenangan indah selama ini. Semoga selamanya. 12. Seluruh keluarga besar saya dan kolega yang tak henti-hentinya mendukung

dan memberikan perhatian yang lebih kepada saya.

13. Mahasiswa Tugas Akhir Periode Tahun 2013-2014 dan kawan seperjuangan saya lainnya Angkatan 2010, sejak saya menginjakkan kaki di FTSP UPN ‘Veteran’ Jawa Timur hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih banyak telah memberikan kenangan dan kebahagiaan bagi saya. Maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu.

14. Semua orang yang pernah singgah dan berjasa dalam hidup saya.

Saya tidak akan menjadi seperti ini tanpa dukungan moril, semangat dan inspirasi dari orang-orang tersebut. Terima kasih banyak telah berjasa dalam hidup saya selama ini. Semoga Tugas Akhir ini nantinya berguna bagi masyarakat luas dan saya bisa terus memberikan karya yang terbaik. Sekian kata pengantar dari saya, jika terjadi kesalahan pada kata saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih banyak atas perhatiannya.

Surabaya, 24 Juni 2014 Perancang


(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

a. Media Audio Visual Sebagai Penunjang Image ... 5

b. Pantai-Pantai yang Akan Dipilih dan Stake Holdernya ... 7

c. Distribusi Video Melalui Media Internet ... 8

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Perancangan ... 9

1.5 Manfaat Perancangan ... 10

BAB II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Literatur Topik ... 11

a. Mengenal Banyuwangi dan Pantai-Pantainya ... 11

b. Mengenal Ragam Media Video ... 22

2.1.2 Literatur Teknis ... 26

2.1.2.1 Teori Desain Komunikasi Visual ... 26

a. Logo Acara ... 26

b. Tipografi ... 28

c. Bumper ... 29

d. Lower Third ... 30

e. Warna ... 30

2.1.2.2 Teori Audio Visual ... 32


(10)

b. Produksi ... 39

c. Pasca produksi ... 59

2.2 Studi Komparator ... 62

2.2.1 100 Hari Keliling Indonesia ... 62

a. Visual ... 63

b. Konten Isi ... 72

c. Fisik ... 76

2.2.2 Hidden Paradise ... 77

a. Visual ... 77

b. Konten Isi ... 85

c. Fisik ... 88

BAB III METODE PERANCANGAN ... 90

3.1 Definisi Operasional Judul ... 90

3.2 Teknik Sampling ... 92

3.2.1 Populasi / Target Segmen ... 92

3.2.2 Sample ... 93

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 94

3.3.1 Data Primer ... 94

3.3.2 Data Sekunder ... 95

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 95

3.5 Metodologi Perancangan ... 101

3.6 Alur Berpikir ... 105

BAB IV KONSEP DESAIN ... 106

4.1 Hasil Analisa Riset ... 106

4.1.1 Analisa Observasi ... 106

4.1.2 Analisa Wawancara ... 107

4.1.3 Analisa Kuisioner ... 108

4.2 Perumusan Konsep ... 109

4.3 Penjabaran Konsep ... 110

4.3.1 Konsep Cerita ... 111

a. Sinopsis ... 112


(11)

4.3.2 Konsep Visual ... 123

a. Grading ... 123

b. Sudut Pandang Kamera ... 124

c. Deskripsi Karakter ... 126

d. Deskripsi Setting Lokasi ... 128

4.3.3 Konsep Audio ... 130

a. Musik Latar ... 130

b. Voice Over ... 130

4.4 Layout Desain ... 142

4.4.1 Storyboard ... 142

4.4.2 Rough Layout ... 146

4.4.3 Komprehensif Layout ... 147

4.4.4 Master Desain ... 148

BAB V IMPLEMETASI DESAIN ... 151

5.1. Aplikasi Media ... 151

5.2. Deskripsi Karya ... 156

5.3. Rancangan Anggaran Project ... 160

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 161

6.1 Kesimpulan ... 161

6.2 Saran... 162 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tumbnails Cuplikan Video Bali, Indonesia Travel Guide ... 2

Gambar 1.2 Pantai Plengkung ... 3

Gambar 1.3 Pantai Pulau Merah ... 3

Gambar 1.4 Pantai Rajegwesi ... 3

Gambar 1.5 Pantai Teluk Hijau ... 4

Gambar 1.6 Pantai Sukamade ... 4

Gambar 1.7 Beranda Website www.banyuwangitourism.com... 5

Gambar 1.8 Info-Info Wisata Alam yang Disajikan Dalam Website ... 5

Gambar 1.9 Tumbnails Cuplikan Video 100 Hari Keliling Indonesia... 6

Gambar 1.10 Tumbnails Cuplikan Hidden Paradise Season 3, Edisi Lombok Timur ... 7

Gambar 2.1 Ombak Pantai Plengkung ... 13

Gambar 2.2 Panorama Pantai Plengkung ... 14

Gambar 2.3 Panorama Pantai Plengkung ... 14

Gambar 2.4 Panorama Pantai Pulau Merah ... 15

Gambar 2.5 Panorama Pantai Rajegwesi ... 16

Gambar 2.6 Panorama Pantai Teluk Hijau ... 17

Gambar 2.7 Panorama Pantai Sukamade ... 18

Gambar 2.8 Penyu Bertelur di Pantai Sukamade ... 18

Gambar 2.9 Pantai Blimbingsari ... 19

Gambar 2.10 Pantai Grajagan ... 19

Gambar 2.11 Pantai Lampon ... 20

Gambar 2.12 Pantai Muncar ... 20

Gambar 2.12 Pantai Boom ... 21

Gambar 2.13 Pulau Tabuhan ... 21

Gambar 2.14 Pantai Watu Dodol ... 22

Gambar 2.15 VHS, Betacam, Mini DV, P2 Card ... 24

Gambar 2.16 Logo 100 Hari Keliling Indonesia ... 27

Gambar 2.17 Logo Hidden Paradise ... 27

Gambar 2.18 Bumper Acara Hidden Paradise ... 29


(13)

Gmabar 2.19 Warna Primer ... 31

Gambar 2.20 Warna Sekunder ... 31

Gambar 2.21 Warna Tersier ... 31

Gambar 2.22 Susunan Proses Pra Produksi ... 32

Gambar 2.23 Contoh Script Breakdown Sheet ... 35

Gambar 2.24 Contoh Shooting Schedule ... 36

Gambar 2.25 Contoh Breakdown Budget... 37

Gambar 2.26 Susunan Proses Produksi ... 40

Gambar 2.27 Handycam... 41

Gambar 2.28 Kamera ENG dan Kamera EFP ... 41

Gambar 2.29 Kamera DSLR ... 42

Gambar 2.30 LavalierMicrophone dan Penggunaannya ... 43

Gambar 2.31 Shotgun Microphone dan Penggunaannya ... 43

Gambar 2.32 Handheld Microphone dan Penggunaannya ... 44

Gambar 2.33 Headworn Microphone dan Penggunaannya ... 44

Gambar 2.34 Monopod dan Penggunaannya ... 45

Gambar 2.35 Tripod ... 46

Gambar 2.36 Dolly Track dan Penggunaannya... 46

Gambar 2.37 Dolly Crane ... 46

Gambar 2.38 Slider ... 47

Gambar 2.39 Lampu LED ... 47

Gambar 2.40 Reflector dan Penggunaannya ... 48

Gambar 2.41 White Balance Control Membuat Gambar Lebih Cerah ... 49

Gambar 2.42 Wide Shot, Extreme Wide Shot, Very Wide Shot ... 49

Gambar 2.43 Medium Shot ... 50

Gambar 2.44 Close Up, Big Close Up, Extreme Close Up ... 50

Gambar 2.45 Cutaway dan Cut In ... 51

Gambar 2.46 Zoom Manual... 51

Gambar 2.47 Contoh Depth of Field ... 52

Gambar 2.48 Title Safe and Action Safe Zones ... 52

Gambar 2.49 Eye Level ... 53


(14)

Gambar 2.51 (Dari kiri) High Angle dan Bird’s Eye Angle ... 54

Gambar 2.52 Low Angle ... 55

Gambar 2.53 Teknik Tilting Up ... 56

Gambar 2.54 Teknik Hand Held Kamera ... 56

Gambar 2.55 Fill Light, Key Light, Back Light... 58

Gambar 2.56 Top Light ... 58

Gambar 2.57 Harsh Light/Hard Light dan Soft Light ... 59

Gambar 2.58 Contoh Tampilan Editing ... 61

Gambar 2.59 100 Hari Keliling Indonesia ... 62

Gambar 2.60 Tumbnails Cuplikan Bumper 100 Hari keliling Indonesia ... 63

Gambar 2.61 Pemandangan Alam yang Diambil dengan Wide Lens ... 64

Gambar 2.62 Host Mendaki di Bukit ... 65

Gambar 2.63 Langkah Kaki Pembawa Acara Menaiki Tangga ... 66

Gambar 2.64 Cuplikan Mata Sang Pembawa Acara ... 66

Gambar 2.65 Cuplikan Cutaway Binatang di Sekitar Lokasi ... 66

Gambar 2.66 Pemandangan di Balik Hutan yang Diambil dengan DOF ... 67

Gambar 2.67 Tilt DownCamera Pada Sebuah Gedung ... 68

Gambar 2.68 Pan Right Camera Pada Sebuah Gedung ... 68

Gambar 2.69 Kamera Mengikuti Gerak Pembawa Acara ... 69

Gambar 2.70 Efek mirror dalam 100 Hari Keliling Indonesia ... 70

Gambar 2.71 Grading pada 100 Hari Keliling Indonesia ... 71

Gambar 2.72 Grafis pada Lower Third 100 Hari Keliling Indonesia ... 72

Gambar 2.73 Cuplikan Ramon Y. Tungka Saat Membawakan Acara 100 Hari Keliling Indonesia ... 73

Gambar 2.74 Human Interest dalam 100 Hari Keliling Indonesia ... 73

Gambar 2.75 Website Sebagai Informasi Penunjang ... 74

Gambar 2.76 Interaksi Ramon Y Tungka dengan Turis dan Masyarakat Sekitar ... 75

Gambar 2.77 Cuplikan Teaser 100 Hari Keliling Indonesia ... 76

Gambar 2.78 Hidden Paradise ... 77

Gambar 2.79 Cuplikan BumperHidden Paradise Season 2 ... 77

Gambar 2.80 Shot dan Angle yang Digunakan dalam Hidden Paradise ... 78


(15)

Gambar 2.82 Wide Shot dengan Pembawa Acara ... 79

Gambar 2.83 Pan Right Pemandangan Alam ... 80

Gambar 2.84 Tilt Up Pembawa Acara ... 80

Gambar 2.85 Cut In Gerakan Objek Utama dalam Salah Satu Scene ... 81

Gambar 2.86 Cutaway Binatang di Sekitar Lokasi ... 81

Gambar 2.87 Kayu yang Diambil dengan Teknik DOF ... 82

Gambar 2.88 Fast Motion Pemandangan Alam ... 82

Gambar 2.89 Siluet Pembawa Acara Hidden Paradise ... 83

Gambar 2.90 Grafis Lower Third pada Hidden Paradise ... 84

Gambar 2.91 Human Interest dalam Hidden Paradise ... 85

Gambar 2.92 Infografis dalam Hidden Paradise ... 86

Gambar 2.93 Interaksi Pembawa Acara dengan Masyarakat Sekitar dan Wisatawan ... 86

Gambar 2.94 Gaya Pembawa Acara Hidden Paradise ... 87

Gambar 2.95 Cuplikan Teaser Hidden Paradise ... 88

Gambar 3.1 Bukit yang Menjadi Ciri Khas Pulau Merah ... 99

Gambar 3.2 Fasilitas Payung yang Disediakan di Pulau Merah ... 100

Gambar 3.3 Turis Mancanegara yang Akan Surfing di Pulau Merah ... 100

Gambar 3.4 Perahu-Perahu Nelayan yang Berlabuh di Pantai Rajegwesi ... 100

Gambar 3.5 Pemandangan Pantai Rajegwesi yang di Kelilingi Tebing dan Bukit ... 100

Gambar 3.6 Pemandangan Hutan dan Bukit di Pantai Rajegwesi ... 101

Gambar 3.9 Skema Perancangan... 104

Gambar 3.10 Skema Alur Berpikir ... 105

Gambar 4.1 Konsep Keyword ... 109

Gambar 4.2 Contoh Lower Third ... 123

Gambar 4.3 Contoh Lower Third ... 123

Gambar 4.4 Color Grading Pilihan Audience dalam Kuisioner ... 124

Gambar 4.5 Contoh Color Grading ... 124

Gambar 4.6 Sketsa Pembawa Acara Pria Discover Banyuwangi ... 127

Gambar 4.7 Contoh Pembawa Acara Pria ... 127


(16)

Gambar 4.9 Contoh Pembawa Acara Wanita ... 128

Gambar 4.10 Storyboard ... 145

Gambar 4.11 Alternatif Logo Discover Banyuwangi ... 146

Gambar 4.12 Alternatif Logo Discover Banyuwangi ... 146

Gambar 4.13 Logo Terpilih Discover Banyuwangi ... 147

Gambar 4.14 Alternatif Layout yang Belum Ditampilkan ... 147

Gambar 4.15 Studi Visual Tone Manner ... 148

Gambar 4.16 Alfabet Logo Discover Banyuwangi ... 148

Gambar 4.17 Alternatif Warna Logo Discover Banyuwangi ... 148

Gambar 4.18 Macam-macam Lower Third yang Digunakan dalam Discover Banyuwangi ... 149

Gambar 4.19 Transisi dalam Discover Banyuwangi... 149

Gambar 4.20 Cuplikan Bumper Pertama Discover Banyuwangi ... 149

Gambar 4.21 Cuplikan Bumper Kedua Discover Banyuwangi ... 150

Gambar 5.1 Alternatif Poster Discover Banyuwangi ... 151

Gambar 5.2 Alternatif Poster Discover Banyuwangi ... 151

Gambar 5.3 Alternatif Poster Discover Banyuwangi ... 152

Gambar 5.4 T-Shirt Discover Banyuwangi ... 152

Gambar 5.5 Pin dan Gantungan Kunci Discover Banyuwangi ... 153

Gambar 5.6 Sticker Discover Banyuwangi ... 153

Gambar 5.7 Mini Guide Book Discover Banyuwangi ... 154

Gambar 5.8 Tumbler Discover Banyuwangi ... 155

Gambar 5.9 Tas Ransel Discover Banyuwangi... 155

Gambar 5.10 Topi Discover Banyuwangi ... 155

Gambar 5.11 Discover Banyuwangi Bagian Pertama Watu Dodol ... 156

Gambar 5.12 Discover Banyuwangi Bagian Kedua Plengkung ... 157

Gambar 5.13 Discover Banyuwangi Bagian Ketiga Pulau Merah ... 157

Gambar 5.14 Discover Banyuwangi Bagian Keempat Rajegwesi ... 158

Gambar 5.15 Discover Banyuwangi Bagian Kelima Teluk Hijau ... 158


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SWOT Bumper 100 Hari Keliling Indonesia ... 64

Tabel 2.2 SWOT Wide Lens 100 Hari Keliling Indonesia ... 65

Tabel 2.3 SWOT Cuit In dan Cutaway 100 Hari Keliling Indonesia ... 67

Tabel 2.4 SWOT Depth of Field 100 Hari Keliling Indonesia ... 68

Tabel 2.5 SWOT Tilt and Pan 100 Hari Keliling Indonesia... 69

Tabel 2.6 SWOT Hand Held Camera 100 Hari Keliling Indonesia ... 70

Tabel 2.7 SWOT Visual Effect 100 Hari Keliling Indonesia ... 71

Tabel 2.8 SWOT Grading 100 Hari Keliling Indonesia ... 71

Tabel 2.9 SWOT Graphiic Visual 100 Hari Keliling Indonesia ... 72

Tabel 2.10 SWOT Talent Character 100 Hari Keliling Indonesia ... 73

Tabel 2.11 SWOT Human Interest 100 Hari Keliling Indonesia... 74

Tabel 2.12 SWOT Information 100 Hari Keliling Indonesia ... 75

Tabel 2.13 SWOT Interaction 100 Hari Keliling Indonesia ... 76

Tabel 2.14 SWOT Jam Tayang 100 Hari Keliling Indonesia ... 76

Tabel 2.15 SWOT BumperHidden Paradise ... 78

Tabel 2.16 SWOT Teknik Lensa Hidden Paradise ... 79

Tabel 2.17 SWOT Teknik Lensa Hidden Paradise ... 80

Tabel 2.18 SWOT Cut in dan Cutaway Hidden Paradise ... 82

Tabel 2.19 SWOT Depth In Field Hidden Paradise... 82

Tabel 2.20 SWOT Fast MotionHidden Paradise ... 83

Tabel 2.21 SWOT SiluetHidden Paradise ... 84

Tabel 2.22 SWOT Graphic VisualHidden Paradise... 85

Tabel 2.23 SWOT Human InterestHidden Paradise ... 85

Tabel 2.24 SWOT InfographicHidden Paradise ... 86

Tabel 2.25 SWOT InteractionHidden Paradise ... 87

Tabel 2.26 SWOT Karakter Talent Hidden Paradise ... 88

Tabel 2.27 SWOT Jam Tayang Hidden Paradise ... 89

Tabel 4.1 Storyline ... 123

Tabel 4.2 Sudut Pandang Kamera ... 126

Tabel 4.3 Voice Over... 142


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal sebagai negara yang terdiri atas ribuan pulau yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh laut dan kaya akan pemandangan alamnya yang indah. Ada banyak tempat di negeri ini yang dapat dieksplorasi keindahannya. Dan hal ini menjadikan sektor pariwisata Indonesia sebagai salah satu penyumbang pendapatan negara yang cukup besar.

Ada beberapa pendapat mengenai apa makna pariwisata itu sendiri. Konsep yang sering dipakai dan diterima oleh opini umum mayarakat Eropa, seperti yang dikemukakan dua guru besar Swiss; Prof. Hunziker dan Prof. Krapf, yang terkenal sebagai ‘bapak’ ilmu pariwisata, bahwa :

“Sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh (Hunziker & Kraf, 1942).”

Sedangkan menurut Dr. Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management,

“Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik industri kerajinan tangan dan cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri (Wahab, 1975 : 9).”

Dari dua opini diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu tempat yang digunakan sebagai persinggahan sementara yang mempunyai potensi menjual dan pengunjungnya tidak ada usaha mencari kerja, serta murni bagi orang-orang yang ingin menikmati tempat tersebut.


(19)

Mengunjungi suatu tempat untuk berwisata tentunya harus didasari dengan pengetahuan yang cukup akan lokasi wisata yang akan kita tuju tersebut. Sebelumnya kita harus tahu kemana, seperti apa dan apa saja yang ada di lokasi tersebut. Jika tidak, bukan tidak mungkin kita akan tersesat, salah tujuan dan kehilangan banyak informasi penting mengenai wisata tersebut serta tidak tahu apa yang harus kita lakukan di sana. Karena banyaknya pilihan wisata yang ada di Indonesia, masyarakat seharusnya dapat mengenal lebih banyak ragam jenis pariwisata di setiap tempat di pelosok negeri ini.

Pemerintah Indonesia juga telah menggalakkan promosi besar-besaran untuk wisata-wisata di Indonesia. Seperti yang kita tahu, Bali adalah salah satu potensi wisata yang paling disorot dunia. Dengan banyaknya tempat eksotis yang masih alami disana, tempat ini banyak dipuja wisatawan asing maupun domestik karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Pantainya yang berpasir putih dengan banyaknya spot surfing dan pemandangan menarik menjadikan Bali sebagai Paradise, bagi para wisatawan. Sehingga image ini terbentuk secara alami dan terus melekat di benak masyarakat Indonesia maupun dunia.

Gambar 1.1 Tumbnails Cuplikan Video Bali, Indonesia Travel Guide Sumber : www.youtube.com

Bagaimana dengan potensi wisata serupa di tempat lain di Indonesia ini? Coba kita tengok tetangga Bali yang bersebrangan langsung dengan pulau Bali. Di ujung paling timur Pulau Jawa ini ada sebuah kota bernama Banyuwangi. Seperti apakah Banyuwangi itu?

Banyuwangi adalah kota di pesisir timur pulau Jawa dengan garis pantai mencapai 175 km (Rofik, dalam wawancara). Tetapi tidak banyak orang tahu bahwa Banyuwangi pun memiliki potensi wisata yang tak kalah bagusnya dengan


(20)

Bali. Terutama potensi wisata alamnya yang kebanyakan berupa pantai. Banyuwangi memiliki kurang lebih 12 pantai, diantaranya adalah Pantai Pelengkung, Pantai Pulau Merah, Pantai Rajegwesi, Pantai Teluk Hijau, Pantai Sukamade, dan lain-lain. Pantai-pantai ini memilki banyak sekali keunikan antar satu dengan yang lainnya. Misalkan saja Pantai Pelengkung. Pantai ini sangat terkenal dengan ombaknya yang tinggi sehingga sangat ideal dijadikan sebagai spot surfing para surfer mancanegara (banyuwangitourism_online). Tempat ini juga sering dijadikan lomba surfing bertaraf Internasional. Begitu pula pantai-pantai lainnya dengan berbagai keunggulannya.

Gambar 1.2 Pantai Plengkung Sumber : www.banyuwangitourism.com

Gambar 1.3 Pantai Pulau Merah Sumber : www.banyuwangitourism.com

Gambar 1.4 Pantai Rajegwesi Sumber : www.banyuwangitourism.com


(21)

Gambar 1.5 Pantai Teluk Hijau Sumber : www.banyuwangitourism.com

Gambar 1.6 Pantai Sukamade Sumber : www.banyuwangitourism.com

Mengapa pantai-pantai ini seakan-akan terlupakan dari mata dunia? Padahal lokasinya yang sebenarnya cukup strategis, seharusnya mendukung pariwisata di Banyuwangi ini agar lebih berkembang lagi.

Menurut Nyoman S. Pendit juga, Banyuwangi menempati urutan prioritas kelima sebagai daerah tujuan wisata yang sedang dikembangkan dan digalakkan serentak di Indonesia (Pendit, 2006 : 69). Dibandingkan dengan Bali yang telah lebih dulu terkenal di mata dunia, Banyuwangi ini juga harus mendapatkan porsi dan perhatian yang lebih dari masyarakat maupun pemerintah setempat. Untuk mempotensikan pariwisata alam di kota ini, Pemerintah setempat telah banyak melakukan upaya-upaya khusus. Salah satunya adalah mengadakan festival Banyuwangi Ethno Carnival, Tour de Ijen, Surfing Paradise at G-Land, dan lain-lain (banyuwangitourism_online).


(22)

Dinas Pariwisata Banyuwangi juga telah membuat website resmi yang khusus mempromosikan tempat-tempat wisata di Banyuwangi ini. Dalam websitenya banyak terpampang foto-foto keindahan pantai-pantai di kota ini beserta segala ragam informasi seputar wilayahnya. Tetapi sejauh ini memang belum ada media audio visual pendukung yang dapat mengajak masyarakat dalam ataupun luar negeri, benar-benar tertarik dan merasakan keindahan alam setempat. Sehingga dapat merangkul lebih banyak lagi wisatawan untuk datang ke pariwisata Banyuwangi.

Gambar 1.7 Beranda Website www.banyuwangitourism.com Sumber : www.banyuwangitourism.com

Gambar 1.8 Info-Info Wisata Alam yang Disajikan Dalam Website Sumber : www.banyuwangitourism.com

a. Media Audio Visual Sebagai Penunjang Image

Media audio visual berupa proyeksi seperti film, slide, dan televisi adalah media yang paling ampuh untuk memberikan influence pada audiencenya. Nyoman S. Pendit kembali membenarkan pernyataan ini, bahwa :

“Film mempunyai sifat khusus, yaitu menyuguhkan sesuatu yang bergerak pada orang yang melihatnya, menyebabkan ia menjadi media yang penuh sugesti, anjuran dan daya tarik, apalagi kalau film itu berwarna, pendek, penuh dengan gerak (action) scan plot, yang


(23)

kesemuanya dapat membangkitkan emosi orang yang menyaksikannya (Pendit, 2006 : 275).”

Atau seperti yang dikemukakan oleh Rick Smith dan Kim Miller dalam buku mereka yang berjudul Shoot to Sell, bahwa :

“Membuat video itu jauh lebih mudah dan cepat untuk kebanyakan orang daripada menulis buku, dan juga memiliki pengaruh yang lebih kuat. Daripada mendidik orang satu per satu, Anda bisa meraih ribuan orang diseluruh dunia! Bayangkan berapa banyak hidup orang yang bisa Anda ubah dan pengaruhi dengan cara ini (Smith & Miller, 2013 : 6).” Pernyataan Nyoman S. Pendit tersebut merujuk pada sebuah fakta yang beliau kemukakan bahwa di Amerika Utara, karena senangnya orang melihat film atau menonton televisi, para ahli di bidang kepariwisataan sampai menemukan suatu cara untuk membuat film khusus untuk pariwisata yang disebut travelogue. Travelogue ini diberi komentar di sana-sini dengan suara yang merdu dan enak didengar, serta mengandung sugesti, humor, edukasi, seruan, dan ajakan secara singkat tetapi berisi (Pendit, 2006 : 275).

Media audio visual seperti apa yang sesuai sebagai sarana promosi pariwisata pantai di Banyuwangi? Berikut perancang memberikan beberapa contoh liputan televisi yang dapat dijadikan acuan untuk perancangan ini.

Gambar 1.9 Tumbnails Cuplikan Video 100 Hari Keliling Indonesia Sumber : www.youtube.com

100 Hari Keliling Indonesia adalah program televisi yang digagas stasiun televisi Kompas TV. Di sini sang talent berusaha menceritakan dan membawa


(24)

penonton untuk ikut serta mengelilingi Indonesia lewat pengalaman-pengalamannya. Liputan ini juga menampilkan human interest dari masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat yang menonton, baik dalam maupun luar negeri, dapat merasakan keberagaman suku, karakter, ras dan budaya masyarakat Indonesia secara natural.

Gambar 1.10 Tumbnails Cuplikan Hidden Paradise Season 3, Edisi Lombok Timur Sumber : www.youtube.com

Berbeda lagi dengan Hidden Paradise, meskipun pengagas program televisi ini adalah stasiun televisi yang sama dengan 100 Hari Keliling Indonesia, tetapi pengemasan acaranya dibuat berbeda. Jika 100 Hari Keliling Indonesia terlihat lebih merakyat dengan segmentasi masyarakat menyeluruh, maka Hidden Paradise ini dibuat lebih eksklusif, lux dan elegan dengan segmentasi masyarakat kelas menengah ke atas. Lebih lengkapnya akan dijelaskan perancang dalam studi komparator.

Perancangan video liputan ini nantinya juga harus memperhatikan banyak aspek seperti kedua liputan di atas. Perlu adanya pendalaman materi agar nantinya video ini tidak salah implementasi dan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana dengan tujuan awal video ini dibuat. Kedua acuan awal tersebut dapat dijadikan patokan bagaimana merancang video liputan yang baik dan dapat bermanfaat bagi khalayak luas sesuai dengan perannya.

b. Pantai-Pantai yang Akan Dipilih dan Stake Holdernya

Ada kurang lebih 12 pantai di Banyuwangi, perancang akan mengambil perwakilan 5 pantai yang dianalisa sebagai pantai-pantai yang memiliki keunikan tersendiri dan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan sebagai penunjang image kota Banyuwangi.


(25)

Adapun pantai-pantai tersebut adalah Pantai Plengkung, Pantai Pulau Merah, Pantai Rajegwesi, Pantai Teluk Hijau, dan Pantai Sukamade, yang fotonya sudah perancang lampirkan pada halaman sebelumnya. Mengapa pantai-pantai itu yang perancang buat sebagai penunjang image Banyuwangi? Karena pantai-pantai itu memiliki ciri khas tersendiri, baik karakteristik pemandangan alamnya maupun potensi pariwisata yang ada di dalamnya.

Kelima pantai tersebut terdiri dari dua pantai yang sudah cukup sering terdengar di masyarakat, yaitu pantai Plengkung dan pantai Pulau Merah. Sedangkan ketiga pantai lainnya memang belum begitu sering terdengar di masyarakat, bahkan banyak yang belum mengetahui adanya pantai-pantai tersebut. Hal ini menjadi acuan perancang untuk mengenalkan pantai-pantai tersebut. Agar nantinya saat video liputan ini dilihat masyarakat, akan mengundang rasa penasaran masyarakat untuk mengunjungi Banyuwangi dan mengeksplore lebih banyak lagi apa yang ada di Banyuwangi termasuk pantai-pantai lain yang memang tidak perancang masukkan ke dalam video liputan ini.

Sesuai dengan pemanfaatannya maka video ini nantinya akan dinaungi

stake holder dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Pihak perancang dan Universitas diharapkan bisa bersinergi dengan pihak-pihak terkait di Banyuwangi untuk saling membantu mempromosikan video ini sebagai sarana promosi pariwisata terutama pantai di Banyuwangi.

c. Distribusi Video Melalui Media Internet

Pendistribusiannya sendiri akan dilakukan melalui media internet dan situs jejaring sosial. Sesuai dengan segmentasi dan targetnya yang memang menjaring anak-anak muda untuk datang dan berlibur ke Banyuwangi. Nantinya video ini akan diupload ke situs www.youtube.com lalu di link kan ke dalam situs www.banyuwangitourism.com sebagai situs yang menaungi beredarnya video ini. Masyarakat yang mengetahui situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi ini dapat langsung menontonnya di dalam situs tersebut dan yang kurang mengetahui situs tersebut, dapat melihat langsung ke situs youtube.

Media video ini juga tidak hanya dipromosikan melalui kedua situs tersebut, tetapi juga melalui situs jejaring sosial seperti twitter, facebook,


(26)

instagram dan lain sebaginya. Memanfaatkan situs-situs ini memiliki keuntungan tersendiri di Era Informasi seperti saat ini. Banyaknya orang, terutama remaja dan dewasa awal, yang menggunakan media ini dalam bersosialisasi akan mempermudah penyebaran dan pendistribusian video. Cepatnya mereka menerima informasi dapat menjadikan pasar tersendiri di lingkungan pengguna sosial media.

1.2Identifikasi Masalah

• Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia dan dunia akan keunikan, keindahan dan keberagaman pantai-pantai yang ada di Banyuwangi.

• Belum adanya media promosi berupa audio visual (gerak) yang mendukung Pemerintah setempat untuk mempromosikan wisata pantai di Banyuwangi.

1.3Rumusan Masalah

Bagaimana membuat media promosi berupa audio visual yang tepat dengan konsep video liputan untuk mengenalkan dan menawarkan kepada masyarakat luas akan keindahan dan keberagaman pantai-pantai yang ada di Banyuwangi?

1.4Tujuan Perancangan

• Memberikan pengetahuan akan keindahan dan keberagaman pantai-pantai yang ada di Banyuwangi kepada mayarakat dalam maupun luar negeri.

• Menawarkan keindahan pantai-pantai di Banyuwangi agar masyarakat dalam maupun luar negeri tertarik untuk berkunjung ke kota ini.

• Mengajak masyarakat untuk ikut serta memelihara kekayaan alam yang ada di Banyuwangi.

• Menambah rasa bangga dan cinta tanah air.

• Membantu mengembangkan potensi pariwisata alam yang dimiliki Banyuwangi.

• Menambah wisatawan asing maupun domestik untuk datang ke Banyuwangi.


(27)

1.5Manfaat Perancangan

a. Untuk Masyarakat

• Dapat memberikan pengetahuan akan keindahan dan keberagaman pantai-pantai yang ada di Banyuwangi.

• Dapat menawarkan keindahan pantai-pantai di Banyuwangi agar mereka tertarik untuk berkunjung ke kota ini.

• Dapat mengajak masyarakat untuk ikut serta memelihara kekayaan alam yang ada di Banyuwangi.

• Dapat menambah rasa bangga dan cinta tanah air.

b. Untuk Pemerintah Setempat

• Dapat membantu mengembangkan potensi pariwisata alam yang dimiliki Banyuwangi.

• Dapat menambah wisatawan asing maupun domestik untuk datang ke Banyuwangi.

• Dapat menambah pendapatan daerah.

c. Untuk Perancang

• Dapat membantu penyelesaian Tugas Akhir perancang.

• Dapat menambah pengetahuan tentang banyak hal.

• Dapat menambah pengalaman dalam bekerja sebagai seorang Desainer Grafis.


(28)

BAB II

STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

Melakukan sebuah perancangan tentunya harus memiliki dasar yang kuat tentang judul perancangan itu sendiri. Seperti judul perancangan ini, perancang harus bisa memaparkan seperti apa kota Banyuwangi itu, apa saja pantai-pantai yang ada di sana dan penjelasan mengenai medianya, apa itu video dan macamnya. Selain itu juga akan dibahas detail mengenai teknis bagaimana perancang membuat membuat media perancangan ini. Dan di akhir Bab ini perancang juga akan memaparkan beberapa komparator sebagai acuan perancangan.

2.1.1 Literatur Topik

a. Mengenal Banyuwangi dan Pantai-Pantainya

Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di bagian paling timur Pulau Jawa, yang beribukota di Kota Banyuwangi (Dispubdar Banyuwangi). Banyuwangi sendiri berbatasan dengan beberapa bagian, yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, b. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember, d. Dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Dilihat dari letak geografisnya, Banyuwangi berada pada titik koordinat antara 7º 43’ - 8º 46’ Lintang Selatan dan 113º 53’ - 114º 38’ Bujur Timur. Posisi inilah yang membuat Banyuwangi memiliki berbagai macam potensi kekayaan alam yang tidak hanya indah tetapi juga langka, baik di Indonesia maupun di dunia. Para wisatawan yang datang ke Banyuwangi akan disuguhi panorama alam berupa hamparan gunung, hutan dan pantai yang memberikan warna berbeda di tiap-tiap wilayahnya. Apalagi Banyuwangi ini memiliki garis pantai mencapai 175 km. Banyuwangi juga dilewati dua jalan raya utama di Pulau Jawa yaitu, Jalan Raya Pantai Utara (Pantura) dan Jalan Raya Lintas Selatan (JLS).


(29)

Berdasarkan angka survey Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi mencapai 1.610.909 jiwa dan mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Banyuwangi sendiri adalah salah satu daerah di Indonesia yang masih memegang teguh dan melestarikan tradisi leluhur. Hal ini terbukti dengan banyaknya ragam kesenian dan budaya asli dari Banyuwangi.

Sebelah utara Banyuwangi terhampar sebuah gunung yang cukup terkenal di Pulau Jawa yaitu, Kawah Ijen. Keunikan utama yang ada di sana berupa keindahan panorama kawah danaunya yang pada saat jam 12 malam hingga jam 5 pagi dapat mengeluarkan cahaya api berwarna biru atau yang biasa disebut blue fire. Yang menjadikannya istimewa adalah, blue fire ini hanya ada dua di dunia, salah satunya di Kawah Ijen. Selain itu di Kawah Ijen ini banyak penambang belereng tradisional yang berlalu-lalang naik turun kawah setiap harinya dan perkebunan yang mengelilingi lereng Gunung Ijen itu sendiri.

Ada juga Taman Nasional Alas Purwo di sebelah selatan Banyuwangi. Di Taman Nasional Alas Purwo ini wisatawan mendapatkan paket wisata yang lengkap karena selain sebagai tempat konservasi binatang langka seperti burung merak dan menjangan, Taman Nasional Alas Purwo ini adalah akses utama menuju Pantai Plengkung atau yang biasa di sebut dengan G-Land. Selain itu Padang Rumput Sadengan, Pura Luhur Giri Saloka, Gua Istana dan Pantai Pancur juga berada di satu lokasi Taman Nasional Alas Purwo.

Menurut sejarah, Gua Istana sendiri adalah salah satu tempat yang pernah disinggahi Ir. Soekarno sebagai tempat pertapaan. Sedangkan Pura Luhur Giri Saloka adalah salah satu pura kuno bersejarah yang sering dijadikan tempat persembhayangan bagi umat Hindu, terutama saat perayaan Hari Raya Pagerwesi, yaitu sebuah upacara pencucian benda-benda yang dikeramatkan dengan memercikkan air suci dari 7 sumber air yang berbeda.

Daya tarik utama dari Taman Nasional Alas Purwo ini memang masih di Pantai Plengkung, terutama bagi para wisatawan mancanegara. Karena Pantai Plengkung termasuk ke dalam tiga pantai di dunia yang memiliki ombak tertinggi, terutama saat bulan Mei hingga Oktober ketinggiannya bisa mencapai 6 – 7 meter. Tidak mengherankan bila Pantai Plengkung ini sering dijadikan spot surfing


(30)

internasional. Seperti contohnya event Quicksilver Pro Surfing Championship yang sudah tiga kali dihelat di pantai ini sebagai bagian dari ASP World Championship. Karena ombaknya yang sangat tinggi, bermain surfing di pantai ini harus dilakukan oleh surfer professional.

Pantai Plengkung juga biasa disebut dengan G-Land. Huruf G pada G-Land berasal dari kata Grajagan, yaitu sebuah teluk yang memiliki ombak yang besar. Kebanyakan dari para peselancar mancanegara datang ke pantai ini dari Bali. Peselancar bisa langsung ke G-Land atau singgah di Grajagan dan menempuh jalur laut dengan menggunakan speedboat. Pantai Plengkung ini berjarak 88 km dari Kota Banyuwangi.

Keistimewaan lainnya dari Pantai Plengkung ini karena adanya patahan dasar laut yang berjarak 1,2 km dari garis pantai yang kemudian membentuk palung laut yang dalam. Selain itu ± 500 m dari garis pantai ada juga dinding karang yang memanjang. Kombinasi dari palung laut dan dinding karang tersebut yang akhirnya membentuk kombinasi arus bawah laut yang membentur dinding karang yang akhirnya membentuk gulungan air laut yang besar. Itulah mengapa ombak di tempat ini sangat tinggi, panjangnya bisa mencapai 1-2 km dan berlapis-lapis.

Gambar 2.1 Ombak Pantai Plengkung Sumber : www.banyuwangitourism.com

Untuk mencapai Pantai Plengkung wisatawan bisa menempuh beberapa jalur, antara lain :

1. Jalur Darat : Dari Kota Banyuwangi ke Kalipahit yang berjarak 59 km bisa ditempuh dengan bus. Lalu dari Kalipahit ke Pasaranyar ditempuh dengan jarak 3 km, bisa dengan menggunakan ojek motor atau menyewa mobil.


(31)

Dari Pasaranyar ke Trianggulasi kemudian Pancur, menempuh perjalanan 15 km. Terakhir dari Pancur ke Plengkung harus ditempuh dengan jarak 9 km dengan mobil khusus yang disediakan di sana.

2. Jalur Darat-Laut : Dari Kota Banyuwangi ke Benculuk bisa ditempuh dengan bus atau kendaraan umum lainnya, dengan jarak 35 km. Dari Benculuk ke Grajagan yang berjarak 18 km bisa ditempuh dengan kendaraan umum. Terakhir dari Grajagan ke Plengkung bisa dengan menyewa speedboat.

Di Pantai Plengkung sendiri telah disediakan penginapan-penginapan murah bergaya jungle camp atau cottage dengan suasana hutan tropis yang alami. Di sana wisatawan juga bisa menemukan banyak sekali monyet ekor panjang bergelantungan di dahan pohon karena memang letaknya yang masih di area yang sama dengan Taman Nasional Alas Purwo.

Gambar 2.2 Panorama Pantai Plengkung Sumber : www.banyuwangitourism.com

Gambar 2.3 Panorama Pantai Plengkung Sumber : www.banyuwangitourism.com


(32)

Bergerak ke arah barat dari Pantai Plengkung kita akan menemukan Pantai Grajagan dan Pantai Pulau Merah. Pantai Pulau Merah ini berada di Kecamatan Pesanggaran dan bisa ditempuh sekitar ± 2 jam dari Pantai Plengkung atau sekitar 60 km dari Kota Banyuwangi. Pantai ini mempunyai ciri khas, yaitu adanya sebuah bukit kecil yang berada beberapa meter dari bibir pantai. Saat air laut sedang surut pengunjung bisa mencapai bukit disebrang pantai hanya dengan berjalan kaki.

Pantai Pulau Merah ini berpasir putih dengan panjang 3 km. Ombak di pantai ini juga cocok digunakan untuk surfing bagi para peselancar pemula. Banyak turis asing maupun domestik yang belajar berselancar di pantai ini karena ombaknya yang tidak setinggi di Pantai Plengkung. Di dekat pantai ada sebuah pura yang biasanya digunakan umat Hindu untuk upacara Mekiyis setiap tahunnya.

Saat ini, pantai ini sudah cukup ramai pengunjung karena akses jalannya yang sudah mudah dilewati kendaraan pribadi. Dan juga adanya penginapan-penginapan murah di pinggir pantai serta tempat-tempat makan yang sudah terjangkau di sekitar pantai. Fasilitasnya pun sudah cukup memadai, seperti adanya tenda-tenda kursi panjang di pinggir pantai sebagai tempat para pengunjung bersantai dan menikmati panorama Pantai Pulau Merah. Berbeda dengan Pantai Plengkung yang akses jalannya masih cukup terjal dan melewati hutan.

Gambar 2.4 Panorama Pantai Pulau Merah Sumber : www.banyuwangitourism.com

Sekitar satu jam ke arah barat Pantai Pulau Merah, kita akan kembali menemukan sebuah pantai bernama Pantai Rajegwesi. Pantai Rajegwesi ini


(33)

berjarak 75 km dari Kota Banyuwangi. Akses satu-satunya menuju pantai ini adalah melewati Perkebunan Sungai Lembu. Dimana komoditas utamanya adalah karet. Akses jalan yang panjang dan relatif sepi dan tidak adanya angkutan umum membuat masyarakat di sini mengandalkan kendaraan pribadi sebagai transportasi utama. Wisatawan mancanegara biasanya terlihat mengendarai sepeda motor, sepeda gunung ataupun berjalan kaki sebagai sarana transportasi.

Pantai ini dikelilingi dinding batu karang yang menyatu dengan hutan yang masih sangat alami. Pada dinding-dinding tebing batu karang banyak ditemukan gua-gua yang terbentuk secara alami. Wisatawan juga bisa menemukan perkampungan nelayan di sini. Jika wisatawan ingin membeli ikan segar di sinilah tempatnya. Berbeda dengan Pantai Muncar yang lebih ramai orang berjualan ikan, di pantai ini wisatawan bisa menikmati membakar ikan segar tanpa bau-bau amis, sekaligus menikmati pemandangannya yang sangat indah dan tenang karena memang letaknya yang ditutupi dinding tebing batu karang dan bukit batu yang berjajar. Pemukiman sekitar pantai juga menyediakan homestay untuk para wisatawan. Homestay ini adalah rumah-rumah penduduk yang sengaja disewakan untuk wisatawan dengan harga yang cukup murah.

Gambar 2.5 Panorama Pantai Rajegwesi Sumber : www.banyuwangitourism.com

Tidak jauh dari Pantai Rajegwesi, sekitar ± 2 km, terdapat dua buah pantai yang saling berdekatan yaitu, Pantai Teluk Damai dan Pantai Teluk Hijau. Masih di dalam kecamatan yang sama dengan Pantai Pulau Merah dan Pantai Rajegwesi, Pantai Teluk Hijau yang terletak sekitar 80 km dari Kota Banyuwangi ini terlihat lebih tenang dengan udaranya yang sejuk. Ada barisan bukit yang bisa kita lihat


(34)

dari pantai ini. Suasananya yang damai juga dikarenakan pantai ini dekat dengan Taman Nasional Meru Betiri. Jadi relatif lebih sepi penduduk dan benar-benar private karena dikelilingi oleh hutan hujan tropis. Meskipun begitu, wisatawan masih bisa menemukan fasilitas-fasilitas pendukung di pantai ini.

Gambar 2.6 Panorama Pantai Teluk Hijau Sumber : www.banyuwangitourism.com

Bergerak dari Pantai Teluk Hijau, sekitar 27 km ke arah barat, wisatawan akan menemukan pantai terakhir di barat daya Banyuwangi yang sangat indah dan menakjubkan, Pantai Sukamade. Karena di pantai ini para wisatawan dapat melihat penyu bertelur secara langsung pada malam hari, sekitar pukul 19.30 hingga 24.00. Suasana pantainya sendiri sangat tenang dan indah karena dikelilingi hutan hujan tropis dan berada dalam Taman Nasional Meru Betiri. Wisatawan bisa berpesiar di pagi buta untuk melihat binatang-binatang yang merumput di padang rumput Taman Nasional Meru Betiri. Taman Nasional Meru Betiri sendiri adalah tempat konservasi binatang langka sama seperti Taman Nasional Alas Purwo, hanya saja binatang endemik khas tempat ini adalah Harimau Jawa yang notabene sudah hampir punah.

Terdapat empat penyu dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia, antara lain Penyu Hijau, Penyu Sisik, Penyu Selingkra dan Penyu Belimbing. Penyu-penyu yang ada di Pantai Sukamade ini dibiarkan bertelur secara alami di bibir pantai dan ditangkarkan untuk dibiakkan secara semi alami di tempat penangkaran penyu di pantai ini. Nantinya para wisatawan bisa melepas tukik-tukik (anak penyu) ini ke laut lepas saat usianya sudah siap untuk dilepas. Bulan terbaik penyu bertelur ini sekitar bulan November sampai Maret.


(35)

Secara geografis, jarak antara Kota Banyuwangi dan Pantai Sukamade ini sekitar 97 km. Perjalanan menuju pantai ini adalah jungle track yang ditujukan bagi wisatawan yang berjiwa petualang dan bebas, karena kondisi alamnya yang sangat menantang melewati hutan dan sungai. Taman Nasional Meru Betiri sendiri memiliki 477 jenis tumbuhan hidup dan 291 jenis tumbuhan obat. Sedangkan jenis satwanya mencapai 2.018 jenis.

Dalam kawasan Pantai Sukamade ini pula ada sebuah tempat bernama Krecek Andongrejo, dimana tempat ini biasanya ditumbuhi tanaman langka bunga Rafflesia Arnoldi.

Gambar 2.7 Panorama Pantai Sukamade Sumber : www.banyuwangitourism.com

Gambar 2.8 Penyu Bertelur di Pantai Sukamade Sumber : www.banyuwangitourism.com


(36)

Selain pantai-pantai yang ada di bagian selatan Banyuwangi tersebut, ada pula pantai-pantai yang tak kalah unik dan indah di bagian timur Banyuwangi, antara lain :

Gambar 2.9 Pantai Blimbingsari Sumber : www.banyuwangitourism.com

Pantai Blimbingsari terletak 23 km dari Kota Banyuwangi, tepatnya di kecamatan Rogojampi. Pantai ini juga terletak dalam satu kawasan dengan Bandara Domestik Blimbingsari, bandara satu-satunya yang ada di Banyuwangi.

Gambar 2.10 Pantai Grajagan Sumber : www.banyuwangitourism.com

Terletak 35 km dari Kota Banyuwangi, pantai ini dikelilingi perbukitan dan tebing-tebing karang di beberapa sisinya. Pantai ini tidak terlalu jauh dari Banyuwangi, tidak sejauh Pantai Plengkung dan pantai-pantai lain di bagian selatan Banyuwangi. Tetapi wisatawan sudah bisa menemukan pantai berpasir


(37)

putih yang cukup bersih dan indah. Di pantai ini juga terdapat gua pertahanan jaman Jepang.

Gambar 2.11 Pantai Lampon Sumber : www.banyuwangitourism.com

Pantai ini terletak tidak jauh dari Pantai Pulau Merah. Berada di kecamatan Pesanggaran, pantai ini memiliki ombak yang tinggi dan adanya gua menarik di sebuah bukit yang dulunya digunakan sebagai tempat pengintaian musuh pada jaman Jepang.

Gambar 2.12 Pantai Muncar Sumber : www.banyuwangitourism.com

Pantai Muncar adalah sentra minapolitan industri perikanan di bagian timur Pulau Jawa. Berbagai jenis perahu nelayan ada di sini. Hal ini yang membuat Pantai Muncar sangat ramai setiap harinya. Apalagi setiap bulan Suro masyarakat sekitar selalu mengadakan tradisi Petik Laut sebagai bentuk rasa syukur akan berkah laut yang diberikan pada mereka.


(38)

Gambar 2.12 Pantai Boom Sumber : www.banyuwangitourism.com

Pelabuhan tradisional ini terletak pada dermaga tua yang selalu ramai dikunjungi masyarakat terutama saat hari raya ataupun hari libur. Yang membuat istimewa pantai ini adalah adanya kapal layar, kapal penisi yang terbuat dari kayu tanpa perabot logam dan paku. Kapal-kapal ini membongkar muat sejak 300 tahun yang lalu.

Gambar 2.13 Pulau Tabuhan Sumber : www.banyuwangitourism.com

Pulau ini berada sekitar 20 km dari Kota Banyuwangi dan terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo. Luas pulau tersebut sekitar 5 hektar. Untuk mencapai pulau ini bisa dengan menggunakan kapal feri dan lokasi ini sangat cocok digunakan sebagai scuba diving karena airnya sangat jernih.


(39)

Gambar 2.14 Pantai Watu Dodol Sumber : www.banyuwangitourism.com

Pantai Watu Dodol ini merupakan pintu masuk utama Banyuwangi dari sisi utara. Jadi para pengunjung yang datang melewati Situbondo pasti akan disuguhkan cantiknya patung penari gandrung yang menjadi simbol kesenian Banyuwangi. Selain itu di tengah jalan raya utama terdapat sebuah batu raksasa yang sering disebut Watu Dodol. Dari pantai ini wisatawan bisa melihat dengan jelas Pulau Bali karena letak pantai ini berada di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro yang merupakan jalan arteri menuju Pelabuhan Ketapang.

b. Mengenal Ragam Media Video

Sejatinya media audio visual yang kita kenal secara umum ada 2 macam, yaitu video dan film. Beda dari kedua media ini terletak pada format penyimpanan datanya, kameranya dan hasil jadinya nanti. Format film biasanya digunakan untuk layar lebar atau bioskop, media penyimpanan dan kameranya pun relatif jauh lebih kompleks dan mahal. Sedangkan video bisa digunakan untuk apa saja, dengan format penyimpanan dan kameranya yang cenderung lebih praktis. Hanya saja, hasil akhir ketajaman, kualitas dan gaya gambarnya akan sangat berbeda.

begitulah yang diucapkan Heru Effendy dalam bukunya Mari Membuat

Film. Memang teknologi video pada jaman dahulu masih menggunakan sistem

analog, yaitu memotong-motong video dari satu pita kaset ke pita kaset lainnya. Hal ini memiliki kelemahan pada kualitas gambar yang dihasilkan (Effendy, 2009 : 10).


(40)

Namun sekarang jaman telah berkembang pesat, teknologi itu sudah lama ditinggalkan. Para produsen film, video dan televisi telah menggunakan sistem digital, yaitu menyimpan data dari pita kaset ke komputer. Tidak ada lagi masalah dengan kualitas gambar, karena data yang tersimpan dalam pita kaset bisa dipindahkan ke dalam komputer dan kemudian diedit dengan menggunakan software khusus.

Video dengan bahan dasar pita magnetik sendiri telah dikenal masyarakat dunia sejak pertengahan jaman 1970an. Pita magnetik inilah yang berfungsi untuk merekam gambar dan suara. Tetapi sistem analog ini membuat proses produksi berjalan sangat lambat. Tentunya hal ini berdampak buruk bagi industri professional seperti pertelevisian dan rumah produksi yang harus terus memproduksi dengan waktu yang relatif cepat.

Heru Effendy juga mengemukakan fakta bahwa, “Di periode tahun 1960 sampai 1980, nyaris semua stasiun televisi di dunia (termasuk TVRI yang mulai beroperasi tahun 1962) menggunakan kamera 16 mm untuk merekam program acaranya”. Sedangkan pertelevisian swasta nasional Indonesia yang baru banyak beroperasi sekitar tahun 1990an sudah mulai menggunakan video dengan sistem digital.

Kamera 16 mm sendiri adalah kamera yang bisa memuat pita magnetik dengan lebar 16 mm. Ada banyak macam pita magnetik bergantung pemakaian dan kebutuhannya. Ada 8 mm, 16 mm, 35 mm, 65 mm dan 70 mm. Semakin lebar pita seluloid itu semakin baik pula kualitas gambar yang dihasilkannya. Tetapi kebanyakan produsen film jaman dahulu hanya memakai pita magnetik ukuran 8 mm, 16 mm dan 35 mm saja, itupun bergantung kebutuhannya. Untuk penayangan di bioskop biasanya produsen memakai pita magnetik ukuran 35 mm. Sedangkan pita magnetik ukuran 65 mm dan 70 mm memang menghasilkan gambar yang lebih bagus, tetapi kelemahannya alat perekam dan alat proyeksi yang tersedia untuk ukuran tersebut sangatlah langka dan juga sangat mahal. Itulah mengapa pita magnetik ukuran 65 mm dan 70 mm tidak banyak digunakan produsen.

Video yang saat ini sering dipakai juga memiliki media penyimpanan yang berbeda. Ada beberapa format penyimpanan video yang pernah digunakan


(41)

produsen, yaitu U Matic, Betacam SP, Digital Betacam, Betamax, VHS, S-VHS, Mini Divi, DV, DVCAM dan DVCPRO. Format video ini kebanyakan berupa kaset yang ukurannya relatif lebih kecil daripada pita magnetik dan tentunya lebih praktis.

Jaman terus berkembang, pemakai media video juga bukan lagi hanya produsen pertelevisian ataupun film tetapi juga orang-orang awam non profesional yang memang membutuhkan video sebagai media perekam audio visual. Orang-orang awam ini tentunya juga membutuhkan media yang lebih simple dan praktis untuk memudahkan pemakaian mereka. Hal inilah yang mendasari berkembangnya DV (Digital Video) pada tahun 1995. Heru Effendy kembali menjelaskan, “Salah satu ciri utama teknologi ini adalah digunakannya CCD. CCD atau Charged Couple Device adalah chip elektronik yang peka cahaya. Tugasnya mengubah cahaya yang masuk menjadi sinyal digital untuk kemudian disimpan ke dalam pita bentuk sinyal video.”.

Adapun format-format yang termasuk ke dalam DV ini adalah Mini DV, DV, DVCAM, dan DVCPRO. Selain lebih mudah pemakaiannya, kategori DV ini juga memiliki kualitas gambar yang jauh lebih baik daripada para pendahulunya. Mini DV sendiri adalah satu-satunya dalam kategori ini yang memiliki kamera paling kecil, ringan dan mudah dioperasikan. Tidak mengherankan jika format ini yang sering dipakai masyarakat luas. Tetapi untuk kaum profesional, DV tetap menjadi primadona karena kualitas gambarnya yang lebih tajam dibandingkan dengan Mini DV. Dan DV CAM hadir untuk menyempurnakan DV. Kualitas gambarnya setara dengan Digital Betacam, namun format ini sangat jarang dipakai di Indonesia karena harga kamera yang relatif lebih mahal dan jenis kasetnya yang tidak sesuai dengan format Digital Betacam yang telah ada.

Gambar 2.15 (Dari kiri) VHS, Betacam, Mini DV, P2 Card Sumber : www.google.com

Menurut Heru Effendy, film atau video yang biasa diproduksi ada beberapa jenis, diantaranya adalah :


(42)

a. Film Dokumenter, b. Film Cerita Pendek, c. Film Cerita Panjang dan, d. Film-Film Jenis Lain

Yang termasuk dalam kategori film-film jenis lain ini adalah profil perusahaan, iklan televisi, program televisi dan videoklip. Profil perusahaan biasanya digunakan untuk kepentingan institusi mempromosikan atau memaparkan kepada publik kegiatan mereka. Iklan televisi sendiri digunakan untuk menyebarkan informasi tentang suatu produk atau jasa. Iklan televisi ini bersifat komersial dan biasanya mempengaruhi audience secara eksplisit. Bedanya dengan iklan layanan masyarakat adalah ILM mengangkat fenomena isu-isu sosial di sekitar kita dan menghimbau audience untuk melakukan solusi yang tepat. Sedangkan videoklip adalah bagian dari pemasaran suatu produk yang biasanya berjenis musik, agar bisa sampai ke penikmat televisi (Effendy, 2009 : 6).

Program televisi sendiri ditujukan untuk penikmat televisi. Dibagi menjadi dua jenis yaitu cerita dan non cerita. Untuk jenis cerita sendiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi biasanya memproduksi sinetron (sinema elektronik), FTV (film televisi), film serial dan film cerita pendek. Adapun kelompok nonfiksi biasanya memproduksi film dokumenter, program pendidikan dan profil-profil tokoh atau daerah tertentu. Sedangkan jenis program televisi non cerita sendiri biasanya memproduksi variety show, reality show, TV quiz, talkshow dan liputan/berita. Perancangan ini nantinya akan termasuk dalam kategori program televisi karena format videonya, gaya gambarnya dan tujuannya memang untuk konsumsi masyarakat luas. Selain itu acuan dari perancangan ini juga sebuah program televisi 100 Hari Keliling Indonesia dan Hidden Paradise yang notabene adalah program televisi dengan gaya liputan/berita tentang suatu tempat.


(43)

2.1.2 Literatur Teknis

2.1.2.1Teori Desain Komunikasi Visual

Desain Komunikasi Visual memiliki peran mengkomunikasikan pesan atau informasi kepada pembaca dengan berbagai kekuatan visual, seperti tipografi, ilustrasi, warna, garis, laout dan sebagainya dengan bantuan teknologi (Supriyono, 2010 : 9). Sedangkan menurut Agus Sachari, Desain Komunikasi Visual adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain dengan berbagai pendekatan baik hal yang menyangkut tentang media, komunikasi, nilai maupun citra tanda (Sachari, 2005 : 5).

Desain Komunikasi Visual bisa berarti dalam banyak aspek. Dalam perancangan ini media Desain Komunikasi Visual yang digunakan adalah audio visual (gerak) atau yang sering kita sebut dengan video. Video adalah transmisi elektronik atau penerimaan gambar sebagai lawan dari audio, yang berarti suara (Effendy, 2009 : 117). Nantinya teori Desain Komunikasi Visual yang digunakan dalam video perancangan ini adalah pembuatan logo, bumper, lower third, layout grafis dalam video maupun warna yang digunakan.

a. Logo Acara

Logo adalah rangkaian huruf, bentuk gambar, atau gabungan dari keduanya. Logo yang terdiri dari olahan huruf disebut logotype sedangkan logo yang berwujud gambar adalah logogram. Logo yang tersusun dari huruf dan gambar tidak memiliki sebutan khusus, lazimnya memang di sebut logo (Supriyono, 2010 : 101).

Logo itu adalah wujud wajah atau tampilan karakter dari sebuah perusahaan atau produk. Dimanapun, apapun dan kapanpun, kita aka selalu melihat logo-logo tersebar di segala penjuru tempat yang kita temui. Bahkan orang pun saat ini telah banyak menggunakan logo sebagai simbol dirinya. Biasanya logo seperti ini digunakan oleh politisi-politisi, guna mendukung kepentingan kampanye mereka.

Dalam perancangan ini nantinya, logo akan menjadi simbol acara. Seperti Hidden Paradise atau 100 Hari Keliling Indonesia yang telah memiliki logo mereka. Logo ini nantinya bisa mencerminkan ciri khas suatu acara. Bagaimana tampilannya, tipografinya, warnanya, dan lain sebagainya.


(44)

Gambar 2.16 Logo 100 Hari Keliling Indonesia Sumber: www.kompas.tv

Gambar 2.17 Logo Hidden Paradise Sumber : www.kompas.tv

Dari contoh logo di atas dapat kita lihat bahwa kebanyakan karakter logo acara dengan tema alam atau travelling biasanya identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan alam. Entah itu ornamen logogramnya ataupun jenis tipografinya sendiri yang memang dibuat sangat lembut dan tenang, sesuai dengan karakteristik acaranya. Atau mungkin malah dibuat dengan font-font Sans Serif dimana font-font jenis ini lebih bersifat dinamis dan simpel (Supriyono, 2010:27).

Gregory Thomas mengemukakan ada 10 kriteria yang harus kita perhatikan dalam membuat logo dan simbol, antara lain :

1. Visibility

Apakah logo tersebut akan dibuat menonjol di lingkungan sekitarnya.sehingga dapat menimbulkan identifikasi yang cepat.

2. Apllication

Tentunya logo yang baik dapat diaplikasikan di semua kondisiyang memungkinkan. Kita harus bisa merancang fleksibilitas logo tersebut jika ditempatkan di tempat-tempat tertentu.

3. Distinctiveness

Logo adalah pembeda. Maka apakah logo yang kita buat tersebut dapat membuat diferensiasi logo kita dengan kompetitor lain.


(45)

4. Simplicity / Universality

Kita juga harus memikirkan apakah logo tersebut bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai warna budaya dan kepercayaan mereka. 5. Retention

Tetapi jika logo tersebut juga terlalu mudah ditebak, maka audience tidak akan merasa tertarik atau ingin tahu mengenai logo tersebut. Hal ini tidak akan membuat kesan pada audience.

6. Color

Dalam proses pembuatan logo tentunya kita harus mengenal grayscale atau black and white. Sehingga logo tersebut bisa kita aplikasikan di tempat tersebut.

7. Descriptiveness

Logo adalah cerminan. Cerminan dari produk atau perusahaan yang menggunakan logo tersebut sebagai simbol mereka. Tentunya logo yang baik adalah logo yang mampu memberikan deskripsi seperti apa, bagaimana dan mengapa tentang produk atau perusahaan yang menaunginya.

8. Timelessness

Ada kurun waktu tertentu agar logo bisa dikatakan baik. Logo tersebut harus bisa bertahan setidaknya dalam waktu 15 – 20 tahun lamanya.

9. Modularity

Elemen grafis, tipografi dan elemen-elemen lainnya yang ada dalam sebuah logo harus bisa bekerjasama dengan baik dan selaras. Agar logo dapat diaplikasikan ke berbagai macam aplikasi.

10. Equity

Saat seseorang ditanya tentang bagaimana bentuk logo Coca-Cola, maka akan ada wujud yang sejak dulu dihafal diluar kepala oleh kita. Itulah mengapa sangat sulit jika ingin mengganti atau mendesain ulang logo tersebut. Kita juga harus memikirkan hal tersebut. Seberapa lamakah nantinya logo tersebut akan digunakan, dan dapatkan logo tersebut di desain ulang.

b. Tipografi

Huruf adalah bagian terkecil dalam struktur tulisan, dan juga sebagai elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf


(46)

tersebut tidak hanya memiliki arti dalam kata-kata yang disusunnya, tetapi juga dapat menyuarakan suatu citra ataupun kesan visual. Huruf memiliki perpaduan nilai antara eksentrik dan fungsionalnya. Seni untuk mempelajari disiplin huruf disebut dengan Tipografi. Dalam tipografi kita akan belajar tentang representasi visual dalam bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif (Sihombing, 2002 : 58).

Merancang tipografi dalam logo atau keterangan yang kita gunakan dalam media komunikasi visual memang tidak boleh sembarangan. Tipografi memegang peranan penting apakah maksud dari kata atau kalimat tersebut dapat terbaca atau tidak, sesuai dengan karakternya atau tidak, dan tampilannya menarik atau tidak.

Ada banyak jenis huruf yang dapat dibedah dalam disiplin ilmu tipografi. Seperti yang telah dijelaskan dalam sub bab logo sebelumnya, 100 Hari Keliling Indonesia menggunakan jenis fontsans serif, dimana jenis font ini simpel dan dinamis. Hal ini terbukti cocok dengan karaktek acara 100 Hari Keliling Indonesia yang memang bertemakan petualangan, bebas tidak terkait dan apa adanya.

c. Bumper

Bumper adalah tampilan pembuka dalam setiap tayangan video. Menonton sebuah video profesional, seperti televisi, film, sinetron atau yang lainnya, tidak mungkin langsung tertuju pada isi videonya. Tampilan pembuka inilah yang nantinya akan menggunakan bumper sebagai pengenal identitas dan isi tayangan tersebut. Bumper juga bisa dikategorikan sebagai sinopsis atau kerangka pendek, rangkuman dari keseluruhan isi acara yang akan ditampilkan.

Gambar 2.18 Bumper Acara Hidden Paradise Sumber : www.youtube.com


(47)

d. Lower Third

Cara terbaik untuk mengidentifikasi pembawa acara dalam videomu adalah dengan menggunakan garis lower third. Membuat lower third lebih dari sekedar membuat judul, lower third dapat mengidentifikasi brand dan gaya (videomaker_online).

Dari sinilah kita tahu bahwa membuat lower third bukan haya sekedar menambahkan unsur grafis ke dalam video yang kita buat, tetapi juga sebagai penunjang infografis yang ada pada video. Di Amerika dan negara-negara maju lainnya, saat ini perkembangan lower third telah canggih. Mereka bisa membuat lower third mereka dengan sangat menarik dengan tampilan 3D yang cantik. Ini sebuah kemajuan di industri audio visual yang patut kita contoh.

Jangan membuat lower thirdd yang mudah diperkirakan, berpikirlah di luar kotak (videomaker_online). Lower third memang terkadang kita sepelekan dan tidak anggap penting, padahal di situlah letak peran kita di dunia grafis dalam audio visual. Bagaimana kita bisa membuat lower third itu sebagai informasi yang perlu ditunggu penonton dan membuat mereka menaruh perhatian pada apa yang kita infokan, tidak hanya sekedar menaruh nama dan keterangan saja. Berikut ini ada beberapa contoh lower third dari luar negeri.

Gambar 2.19 Lower Third dalam Sebuah Acara Televisi Sumber : www.google.com

e. Warna

Teori warna menyerdehanakan warna-warna di alam bebas menjadi hanya dalam empat elemen, yaitu primer, sekunder, tersier dan warna netral (ahlidesain_online). Warna primer adalah warna dasar yang tidak tercampur dengan warna-warna lain. Dengan kata lain, warna ini adalah warna-warna yang mampu berdiri sendiri, seperti merah, kuning dan biru.


(48)

Gmabar 2.19 Warna Primer Sumber : www.ahlidesain.com

Sedangkan warna sekunder adalah warna-warna yang terdiri dari pencampuran warna-warna primer. Seperti warna oranye yang berasal dari pencampuran merah dan kuning, warna hijau adalah hasil pencampuran dari kuning dan biru, warna ungu adalah hasil pencampuran merah dan biru.

Gambar 2.20 Warna Sekunder Sumber : www.ahlidesain.com

Warna tersier adalah hasil pencampuran salah satu warna sekunder dengan salah satu warna primer. Seperti jika kita mencampurkan warna kuning dengan oranye, maka kita akan mendapatkan warna kuning kejinggaan.

Gambar 2.21 Warna Tersier Sumber : www.ahlidesain.com


(49)

Sedangkan yang terakhir, warna netral adalah warna yang dihasilkan dari pencampuran ketiga warna primer. Biasanya hasil pencampuran ini akan menghasilkan warna hitam, itulah mengapa disebut sebagai warna netral.

2.1.2.2Teori Audio Visual

Secara garis besar inti dari produksi film ataupun video ada tiga, yaitu Pra produksi, Produksi dan Pasca produksi. Namun jika kita bedah lagi, masing-masing memiliki kompleksitas yang berbeda-beda. Pra produksi berkonsentrasi pada bagaimana kita mempersiapkan produksi film atau video tersebut. Bagaimana menyusun storyline dan storyboard, script breakdown, shooting

schedule, anggaran, menyusun tim produksi, dan mempersiapkan talent.

Sedangkan proses produksi lebih berkonsentrasi pada bagaimana kita memproduksi film atau video tersebut. Dan pasca produksi berkonsentrasi pada bagaimana kita menyeleksi hasil produksi, mengumpulkan report, editing dan memasarkannya. Berikut ini kita akan mendalami masing-masing prosesnya.

a. Pra produksi

Gambar 2.22 Susunan Proses Pra Produksi Sumber : Buku Mari Membuat Film


(50)

Proses pra produksi adalah proses yang penting dalam memproduksi sebuah film atau video. Karena dalam proses inilah semua kematangan dalam produksi diperoleh. Tentunya proses ini juga sangat menentukan baik buruknya hasil produksi nanti. Proses pra produksi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1) Menghimpun Ide

Hal pertama yang mendasari kita ingin memproduksi sebuah film atau video tentunya adanya ide yang secara tidak sengaja atau sengaja terpikirkan oleh kita. Baik ide itu terinspirasi dari sebuah kejadian di sekitar kita ataupun ide yang kita adaptasi dari karya orang lain yang sudah ada. Ide tersebut adalah kunci utama akan dibawa kemana dan seperti apa film atau video yang kita buat nanti. Maka dari itu mengapa di dunia industri kreatif seperti saat ini, ide adalah barang mahal yang banyak diperebutkan orang, terutama jika ide tersebut sangat menjual. Jadi ide ini harus dipersiapkan dengan baik dan dimatangkan agar tetap pada jalurnya hingga nanti proses produksi selesai.

2) Menyusun Storyline dan Storyboard

Setelah ide telah dimatangkan, tugas selanjutnya adalah membuat perincian storyline dan storyboard dari ide cerita tersebut. Di sini storyline dan storyboard berfungsi sebagai skenario mutlak yang akan dipakai saat produksi berlangsung. Storyline adalah penjabaran detail adegan dalam cerita tersebut. Jadi kita harus menjelaskan adegan pertama pada scene pertama sang talent melakukan apa, durasinya berapa lama, audionya seperti apa. Untuk audio ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu audio berupa suara atau percakapan yang dikeluarkan talent pada saat adengan dan audio pengiring sebagai backsound adengan tersebut nantinya setelah diedit. Audio berupa suara pada satu adengan juga bisa dikeluarkan oleh voice over sebagai penjelas atau pengiring penonton agar lebih mengerti apa yang ditampilkan dalam gambar visual. Biasanya jenis video yang banyak memakai voice over sebagai pengiring gambar adalah jenis video liputan atau berita.

Sedangkan storyboard adalah gambar ilustrasi/sketsa yang menggambarkan seperti apa kira-kira adegan yang direkam nantinya. Biasanya storyboard ini tidak dibuat benar-benar bagus, hanya berupa sketsa kasar yang penting jelas maksudnya dan detail. Tanpa storyboard ini kadang apa yang kita


(51)

pikirkan bisa berbeda di lapangan. Otomatis hal ini juga membuat hasil akhirnya pun berbeda. Guna storyboard ini juga menyamakan persepsi antara sutradara dan DOP (Director of Photography) selaku perekam gambar terutama soal angel dan shoot seperti apa yang akan diambil. Tetapi untuk film dokumenter biasanya peran storyboard tidak terlalu penting karena film dokumenter biasanya mengandalkan pada apa yang terjadi alami di lapangan.

3) Script Breakdown

Bedanya dengan storyline, script breakdwon ini mengurai tentang segala informasi yang dibutuhkan dalam setiap adegan. Misalnya, kostum apa yang dikenakan talent, makeupnya seperti apa, propertinya seperti apa dan lain-lain. Script breakdown cenderung lebih mendetail pada apa yang dibutuhkan dalam produksi tersebut. Bukan penjelasan tentang bagaimana adengannya berlangsung dan apa saja yang dibicarakan sang talent, seperti storyline. Script breakdown ini sangat membantu kru dan talent untuk memahami secara singkat dan cepat apa yang dibutuhkan dari tiap adegan tanpa harus membolak-balik skenario. Adapun bagian-bagian script breakdown antara lain sebagai berikut :

1. Production Company : Nama rumah produksi yang memproduksi film

atau video tersebut.

2. Title/No. of episodes : Judul film atau video yang sedang diproduksi. Jika film atau video tersebut berseri, tuliskan juga episode atau serialnya.

3. Page Count : Panjang atau porsi dari adegan dalam skenario yang diurai. Page count sangat berguna untuk mengukur porsi masingt-masing adegan di dalam sebuah film atau video.

4. Location or Set : Keterangan lokasisesuai dengan skenario. Lokasi bisa saja berubah sesuai dengan kebutuhan produksi.

5. Scene No. : Nomor adegan sesuai denagn skenario

6. Int./Ext. : Penjelasan tentang lokasi adegan tersebut apakah berada di luar ruangan atau di dalam ruangan.

7. Day/Night : Penjelasan tentang adefgan tersebut dilakukan siang hari atau malam hari.


(52)

8. Description : Penjelasan singkat tentang adegan tersebut agar kru dan talent tidak perlu membolak-balik skenario untuk mengingatnya.

9. Cast : Penulisan keterangan siapa pemeran dalam adegan tersebut. Diurutkan sesuai porsi peran masing-masing. Peran dengan porsi terbanyak biasanya ditulis paling atas.

10. Wardrobe : Penambahan keterangan kostum apa yang harus dipakai pemeran pada adegan ini. Biasanya kostum atau wardrobe yang perlu disewa atau yang memerlukan budget khusus yang ditulis pada kolom ini.

11. Extras/Atmosphere : Keterangan apakah ada orang-orang (crowd) yang digunakan untuk mendukung suasana dalam adegan ini. Biasanya antara adegan satu dengan yang lain jika mempunyai extras yang sama bisa dikelompokkan untuk mempermudah continuity.

12. Make Up/Hair Do : Catatan khusus tata rias dan tata rambut apa yang harus dipakai talent saat beradegan di adegan ini.

13. Props, Set Dressing, Greenery : Props adalah segala bentuk properti yang digunakan untuk adegan ini, sedangkan set dressing adalah penata lokasi untuk sebuah adegan, fungsinya mirip dekorator. Dan Greenery adalah tanaman atau hiasan apa saja yang dibutuhkan pada adegan ini.

Gambar 2.23 Contoh Script Breakdown Sheet Sumber : Buku Mari Membuat Film


(53)

Ada beberapa hal lainnya juga yang memang harus ditulis dalam script breakdown ini. Seperti berapa estimasi waktu yang dibutuhkan untuk set up lokasi dan merekam adegan dalam set up atau special equipment apa yang dibutuhkan selama produksi, dan berbagai hal mendetail lainnya. Script breakdown ini juga sangat berguna untuk menyusun anggaran produksi (Effendy, 2009 : 17).

4) Shooting Schedule

Penting diingat bahwa menyusun jadwal shooting tidak boleh sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun urutan jadwal shooting yang baik dan benar. Kumpulkan adegan-adegan yang lokasinya sama, sehingga tidak perlu bolak-balik untuk mengulang adegan di lokasi tersebut. Biasakan untuk mendahulukan adegan dengan setting waktu pagi atau siang hari dan eksterior atau berada di luar ruangan. Hal ini menghindari cuaca yang tidak bisa diprediksi dan siang hari yang relatif lebih pendek. Dan juga dahulukan adegan-adegan yang melibatkan banyak pemeran (Effendy, 2009:24).

Gambar 2.24 Contoh Shooting Schedule Sumber : Buku Mari Membuat Film

5) Anggaran

Kebanyakan dari pembuat film atau video independen mendanai sendiri produksi filmnya. Karena kebanyakan dari mereka memang membuat film atau video untuk sekadar hobi atau untuk diikutkan festival, dan bukan untuk tujuan komersil seperti film-film panjang di bioskop atau iklan televisi.


(54)

Tetapi jika para pembuat film ingin meminta bantuan dana dari investor tentunya harus dengan pengajuan proposal resmi. Di Indonesia belum banyak orang yang mau menginvestasikan uangnya demi kepentingan industri perfilman. Sangat jauh berbeda dengan Hollywood yang telah memakai sistem completion bond. Dimana para investor atau mitra kerja tidak perlu khawatir atas keberlangsungan produksi, karena ada jaminan bank yang meyakinkan mereka bahwa produksi ini akan berjalan secara tepat waktu dan tepat biaya (on time and on budget) (Effendy, 2009 : 35).

Gambar 2.25 Contoh Breakdown Budget Sumber : Buku Mari Membuat Film

6) Menyusun Tim Produksi

Dalam memproduksi sebuah film atau video ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan kru produksi itu sendiri. Sebuah produksi yang baik tentunya harus memiliki kru-kru yang baik pula sehingga dapat membentuk tim yang solid. Dalam menyeleksi kru biasanya kita bergantung pada subyektivitas. Tetapi tidak ada salahnya jika kita melihat show reel apa yang pernah dia kerjakan, sebagai bahan referensi bagi kita apakah layak kru tersebut ada dalam tim produksi (Effendy, 2009 : 39).


(55)

1. Departemen Produksi yang dikepalai para produser. 2. Departemen Penyutradaraan yang dikepalai sutradara.

3. Departemen Kamera yang dikepalai oleh penata fotografi atau DOP. 4. Departemen Artistik yang dikepalai oleh penata artistik.

5. Departemen Suara yang dikepalai oleh penata suara. 6. Departemen Editing yang dikepalai editor.

Namun ada juga tim produksi yang hanya berisikan tiga orang. Biasanya tim produksi ini digunakan dalam pembuatan film dokumenter. Satu orang merangkap sebagai produser, sutradara sekaligus penulis cerita, yang lainnya bertugas sebagai kameraman dan asisten sutradara. Sedangkan untuk pembuatan film panjang, biasanya kru yang dibutuhkan 14 kali lebih banyak dibandingkan kru dalam pembuatan film dokumenter. Kru yang dipakai bisa mencapai 30 hingga 100 orang, bergantung kompleksitas film tersebut.

Ada beberapa bagian inti yang mempunyai andil paling besar dalam sebuah produksi film atau video. Mereka adalah produser meliputi excecutive producer, associate producer, producer dan line producer, lalu ada sutradara, manager produksi, desainer produksi, penata fotografi dan asisten sutradara.

1. Produser : Orang yang mengepalai departemen produksi. Biasanya produser ini adalah orang yang memprakarsai sebuah produksi.

2. Executive Producer : Orang yang bertanggung jawab atas praproduksi proposal dan penggalangan dana produksi.

3. Associate Producer : Orang yang mempunyai hak untuk mengetahui bagaimana jalannya produksi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar produksi.

4. Line Producer : Orang yang bertugas membantu memberi masukan

dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh masing-masing departemen.

5. Sutradara : Orang yang bertugas untuk memberikan pengarahan tentang seluruh adegan dalam produksi tersebut dan bisa saling bekerjasama dengan departemen yang lain.

6. Manajer Produksi : Orang yang bertanggung jawab dalam mengatur kerja harian dan memaksimalkan potensi seluruh departemen. Orang


(1)

HASIL REKAP KUISIONER

1. Tahukah Anda bahwa Banyuwangi memiliki ± 12 pantai?

2. Seberapa seringkah Anda mengakses internet?

3. Tahukah Anda tentang website www.banyuwangitourism.com ?

Ya 10%

Tidak 90%

Tidak Pernah 4%

Setiap Hari 72% Setiap

Minggu 14% Setiap

Bulan 10%

Ya 21%

Tidak 79%


(2)

4. Seberapa seringkah Anda mengakses Youtube?

5.

Seberapa seringkah Anda menonton televisi?

6.

Manakah dari kedua acara televisi tentang travelling berikut ini yang paling Anda sukai?

Tidak Pernah 10%

Setiap Hari 51% Setiap

Minggu 31% Setiap Bulam

8%

Tidak Pernah 6%

Setiap Hari 58% Setiap

Minggu 25% Setiap Bulan

11%

Hidden Paradise 56% 100 Hari

Keliling Indonesia


(3)

7.

Apa yang paling Anda sukai dari acara televisi tersebut?

8.

Menurut Anda, logo acara liputan dengan tema pantai identik dengan apa?

9. Informasi apa saja yang perlu ditonjolkan dalam acara liputan tersebut?

Konsep Acara

22% Gaya Gambar

26% Pembawa

Acara 20%

Informasi 32%

Pasir Putih 27%

Matahari 7% Laut

30% Pepohonan

1% Tas Ransel

4% Jejak Kaki

14%

Kerang 13%

Burung 4%

Pemandangan Alam

46%

Fasilitas 4% Letak Lokasi

30% Ciri Khas


(4)

10.

Berapa lama durasi yang sesuai untuk sebuah liputan travelling tentang pantai?

11.

Visual grafis seperti apa yang Anda inginkan jika menonton acara liputan tentang pantai?

12.

Pilihlah warna gambar yang sesuai untuk acara liputan tentang pantai.

5 menit

3%

15 menit

9%

30 menit

43%

45 menit

45%

Old Style 16%

Modern Style

39%

Film Style 26%

Urban Style

19%

Warna 1 23%

Warna 2 51%

Warna 3 0% Warna 4

13% Warna 5

6%

Warna 6 7%


(5)

13.

Pembawa acara/host seperti apa yang menurut Anda sesuai untuk acara travelling

terutama yang meliput tentang pantai?

Pria 19%

Wanita 12%

Pria-Pria 11% Wanita-Wanita

9%

Pria-Wanita

49%

Sporty 63% Biasa

25%

Femini m 12%

Tomboy 49% Biasa

44%

Lembut 7%

Topi 22%

Ikat Ramb

ut 48%

Banda na 30%

Tas Ransel

41%

Tas Pingga

ng 26% Tas Selem

pang 33%

Sepat u Boot 14%

Sneak er 36% Flat

Shoes 50%


(6)

14.

Jenis musik apa yang cocok sebagai backsound audio pada acara liputan ini?

Sporty 54% Biasa

27% Mask

ulin 19%

Wild 49%

Biasa 14%

Gentl e 37%

Ikat kepala

23%

Biasa 52% Topi Koboi 25%

Tas Ransel

62% Tas

Pingga ng 32% Tas Selem

pang 6%

Sepat u Boot 24%

Sandal Gunu

ng 44% Sepat

u Sneak

er 32%

Country 23%

Rock 5% Blues

14% Symphonic

3% Pop

5%

Electronica 13%