Hubungan Aktivitas Fisik dengan Usia Menarche pada Remaja Putri Atlet dan Non Atlet.

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN USIA
MENARCHE PADA REMAJA PUTRI
ATLET DAN NON ATLET

SRY NOVI YANTI SOFYA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Aktivitas
Fisik dengan Usia Menarche pada Remaja Putri Atlet dan Non Atlet adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Sry Novi Yanti Sofya
NIM I14110093

ABSTRAK
SRY NOVI YANTI SOFYA. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Usia Menarche
pada Remaja Putri Atlet dan Non Atlet. Dibimbing oleh HADI RIYADI DAN
EVY DAMAYANTHI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik
dengan usia menarche pada remaja putri atlet dan non atlet. Desain penelitian
yang digunakan adalah potong lintang, yang melibatkan 41 orang yang terdiri dari
16 orang atlet dan 25 orang non atlet. Metode yang digunakan dalam penarikan
contoh adalah purposive sampling, dengan kriteria contoh berstatus gizi normal,
telah mengalami menarche, dan bersedia menjadi responden. Hasil uji beda
Mann-Whitney yang dilakukan pada aktivitas responden hari sekolah
menunjukkan terdapat perbedaan aktivitas fisik yang siginifikan (p0.05) pada
aktivitas fisik responden atlet dan non atlet. Hasil uji korelasi yang telah dilakukan
pada rata-rata aktivitas fisik terhadap usia menarche menunjukkan hubungan yang

signifikan (p0.05) pada keluhan
menstruasi responden atlet dan non atlet.
Sebesar 83% responden memiliki jarak usia menstruasi pertama ke
menstruasi berikutnya adalah sebulan kemudian. Semua contoh atlet langsung
mengalami menstruasi sebulan setelah menarche. Namun pada sampel non atlet
terdapat 24% yang mengalami 2-4 bulan kemudian dan lebih dari 5 bulan sebesar
4 %. Adanya perbedaan jarak usia menarche ke menstruasi berikutnya
dipengaruhi oleh sampel yang baru megalami menstruasi sehingga tubuh
membutuhkan waktu untuk terjadinya perubahan (Lusiana dan Dwiriani 2008).
Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang siginifikan
pada jarak menstruasi pertama responden dengan menstruasi selanjutnya antara
atlet dan non atlet.
Pola Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan dapat dianalisis dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Kuantitas konsumsi pangan dapat diketahui melalui kuisioner Food Recall 2x24
jam, sedangkan kualitas konsumsi pangan dapat diketahui melalui semikuantitatif
Food Frequency Questionaire (FFQ). Pola konsumsi pangan ditentukan
berdasarkan frekuensi konsumsi bahan pangan per minggunya. Tabel 5
menunjukkan bahwa jenis kelompok pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh


13
contoh atlet dan non atlet dengan frekuensi terbesar perminggunya dari makanan
pokok adalah nasi, golongan protein hewani adalah ayam, golongan protein nabati
adalah tahu, golongan sayuran adalah wortel, golongan buah buahan adalah jeruk
manis pada atlet dan pisang pada sampel non atlet, golongan jajanan adalah
gorengan, dan golongan lain lain adalah konsumsi gula.
Sebagian besar rata-rata jumlah konsumsi pangan atlet lebih besar
dibandingkan dengan non atlet baik pada frekuensi maupun jumlah dalam gram.
Konsumsi nasi pada atlet dengan frekuensi sebanyak 21 kali perminggu sebesar
134.38 gram sedangkan pada non atlet dengan frekuensi 17.1±4.6 sebesar 106
gram. Konsumsi dari golongan protein hewani yaitu ayam dengan jumlah
frekuensi dan besarnya masing masing yaitu 19.9±4.4 dengan jumlah 90 gram
pada atlet dan 5.5±6.2 dengan jumlah 60.3 gram pada non atlet. Konsumsi dari
golongan protein nabati yaitu tahu dengan rata-rata frekuensi perminggu 9.9±7.5
kali dengan jumlah 75 gram pada atlet dan 9.6±7.1 kali sejumlah 75 gram. Hasil
uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (P0.05