Analisis Kinerja Keuangan Dalam Rangka Peningkatan Laba Pt Delta Dunia Makmur Tbk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DALAM RANGKA
PENINGKATAN LABA PT DELTA DUNIA MAKMUR Tbk

DONALDO PELLE

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan Dalam Rangka Peningkatan PT Delta Dunia Makmuradalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Donaldo Pelle
NIM H24124018

ABSTRAK
DONALDO PELLE. Analisis Kinerja Keuangan dalam Rangka Peningkatan Laba
PT Delta Dunia Makmur Tbk. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam mencapai
tujuan tersebut, tentu setiap unsur manajemen mempunyai perannya
sendiri.Manajemen keuangan termasuk unsur yang memegang peran penting.Hal
yang sama terjadi di PT Delta Dunia Makmur Tbk. Ditinjau dari laporan
tahunannya (annual report) periode 2009 sampai 2013, terlihat bahwa
perusahaanmengalami permasalahan dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Hal
itu tercermin dari adanya kerugian tiap periodenya,maka dilakukan analisis
kinerja keuangan perusahaan.Tujuan penelitian ini : (1) menganalisis kinerja
keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk diukur dengan analisis rasio dan analisis

Du Pont, (2) menganalisis kondisi keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk diukur
dengan analisis trend, dan (3) merumuskan rekomendasi bagi PT Delta Dunia
Makmur Tbk dalam meningkatkan laba di masa mendatang. Hasil penelitian
menunjukkan aktivitas perusahaan kurang optimal dalam pengelolaan aset
padahal tingkat likuiditas tinggi.Tren neraca menunjukkan ekuitas menurun dan
menunjukkan menurunnya kepercayaan investor terhadap perusahaan, dan tren
laba rugi menunjukkan peningkatan harga pokok lebih besar daripada peningkatan
penjualannya sehingga semakin menipisnya laba kotor usaha.
Kata kunci :Du Pont, kinerja keuangan, rasio keuangan,tren

ABSTRACT
DONALDO PELLE. Financial Performance Analysis in order to Increase Profit at
PT Delta Dunia Makmur Tbk. Supervised by H. MUSA HUBEIS.
One of the compenies purposes to maximize their value. In order to reach that
purpose, each elements surely have their own function. Financial management
including one of important function. Likewise happened to PT Delta Dunia
Makmur Tbk. It shown from its annual report on 2009 to 2013, shown that the
company has problems in its performance. It was reflected from the loss in each
period within the period. Based on these problems, that company needs an
analysis of the company’s financial performance in order to find out the financial

condition of the company.The purposes of this research were: (1) analyze the
company’s financial performance measured by ratio analysis and Du Pont, (2)
analyze the trend and financial condition from PT Delta Dunia Makmur, (3)
giving recommendation to PT Delta Dunia Makmur Tbk in order to increasing
their profit in future. The results of this research show that the activity of the
company is less than optimal in asset management while the company’s liquidity
is so high. Trend of company’s financial position shows a decrease in equity, that
reflected decrease of investor’s trust. The trend of income statement showed that
the increased of cost of goods sold more higher then the increased of sales, so
their gross profit decreased in each period.
Keywords: Du Pont, financial performance, financial ratio, trend

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DALAM RANGKA
PENINGKATAN LABA PT DELTA DUNIA MAKMUR Tbk

DONALDO PELLE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Dalam Rangka Peningkatan Laba PT
DeltaDunia Makmur Tbk
Nama
: Donaldo Pelle
NIM
: H24124018

Disetujui oleh

ProfDrIrHMusa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA

Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Mukhammad Najib, STP, MM.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin rasa syukur selalu penulis panjatkan kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan September 2014 ini adalah Kinerja Keuangan, dengan judul Analisis
Kinerja Keuangan Dalam Rangka Peningkatan Laba PT Delta Dunia Makmur
Tbk.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS,
Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing. Penulis ungkapkan terima kasih juga
kepada ayahanda Dwi Supriyanto, ibunda Ai Hamidah dan istriku Dida
Marhamah, atas dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2015

Donaldo Pelle

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan
Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas

Rasio Aktivitas
Rasio Profitabilitas
MetodeDu Pont
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Rasio
Analisis Du Pont
Analisis Tren
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

vi
vi
1
1
2

2
3
3
3
3
3
4
4
4
5
6
6
7
7
8
9
10
10
20
20

24
24
26

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan penjualan dan laba bersih PT Delta Dunia Makmur Tbk
(2009 sampai 2013)
2Perkembangan rasio likuiditas tahun 2009 sampai 2013 (%)
3 Perkembangan rasio solvabilitas Tahun 2009 sampai 2013 (%)
4 Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2009 sampai 2013 (%)
5 Perkembangan rasio aktivitas tahun 2009 sampai 2013 (%)
6 Perkembangan nilai ROE serta komponen yang memengaruhinya
periode 2009 - 2013

2
11
13
15
18
20


DAFTAR GAMBAR
1Kerangka pemikiran penelitian
7
2 Perkembangan kondisi neraca PT Delta Dunia Makmur periode 2009 – 2013 21
3 Perkembangan laba/rugi PT Delta Dunia Makmur Tbk Periode 2009 – 2013 23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara garis besar, tujuan setiap perusahaan adalah memaksimalkan nilai
perusahaan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, tentunya setiap unsur
manajemen mempunyai perannya masing-masing. Manajemen keuangan termasuk
kedalam satu dari unsur manajemen perusahaan. Manajemen keuangan memiliki
peran yang sangat penting dalam hal memaksimalkan nilai perusahaan.
Manajemen keuangan berperan dalam memaksimalkan nilai saham
perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan guna
memperoleh pinjaman, kepercayaan dari para pemasok, menarik minat bagi calon
investor serta memberikan keyakinan bagi para investor untuk tetap menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut sehingga Horne dalam Kasmir(2013)
dinyatakan bahwa manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang

berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aset dengan beberapa
tujuan menyeluruh.
Upaya
manajemen keuangan dalam memaksimalkan nilai saham
perusahaan tentu akan menentukan ukuran kinerja perusahaan tersebut dalam
suatu periode. Kinerja tersebut akan berperan penting bagi pengambilan
keputusan ekonomi baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Brigham dan Houston (2010) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan
dapat membantu manajemen dalam mengidentifikasi kelemahan perusahaan,
kemudian melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Kegiatan
analisis atas laporan keuangan meliputi analisis atas laporan keuangan secara
vertikal (kecenderungan posisi keuangan perusahaan dalam kurun waktu tertentu
atau pembandingan posisi keuangan setiap periodenya) dan analisis atas laporan
keuangan secara horizontal (pembandingan dengan perusahaan lain dalam satu
kelompok industri).
Sektor usaha pertambangan batubara di Indonesia kini dianggap sebagai
media potensial bagi investor dalam menanamkan dana yang dimilikinya dan
dipandang mampu memenuhi harapannya akan pengembalian (expected return)
atas investasinya. Penilaian kinerja keuangan atas perusahaan sektor usaha
pertambangan tersebut tentu akan sangat mendukung keputusan yang diambil para
calon investor untuk berinvestasi ataukah sebaliknya. Kinerja keuangan
menunjukkan hasil yang dicapai perusahaan dalam menjalankan roda usahanya.
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan beragam analisis terutama analisis
laporan keuangan perusahaan dengan metode analisis rasio keuangan (terdiri dari
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas), analisis
Du Pont, dan analisis trend.Menurut Muktiadji (2008) analisis rasio keuangan
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui masalah yang
sedang dihadapi oleh suatu perusahaan sehingga dapat dilakukan perbaikan.
Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
suatu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan
relevan dan nyata. Analisis rasio keuangan juga merupakan salah satu metode
analisis sederhana yang pada umumnya digunakan dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan karena data yang diperlukan hanyalah laporan keuangan

2

lengkap dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, analisis ini digunakan sebagai
langkah awal dalam menilai kinerja keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk.
Selanjutnya, hasil dari analisis rasio keuangan akan didukung dengan analisis
trend untuk melihat kecenderungan keuangan perusahaan kemudian dilengkapi
dengan analisis du pont untuk keperluan pengendalian manajemen serta berguna
untuk perencanaan di masa depan. Selain itu, analisis du pont dipilih karena
teknik analisis ini memiliki sifat menyeluruh dengan pendekatan yang lebih
integratif.
PT Delta Dunia Makmur Tbk merupakah salah satu perusahaan go public
pada BEI yang tergabung dalam sektor pertambangan batubara. Jika ditinjau dari
laporan tahunannya (annual report) periode 2009 sampai 2013, terlihat bahwa
perusahaan tersebut mengalami permasalahan dalam kinerjanya. Hal tersebut
tercermin dari adanya kerugian tiap periodenya dalam rentang waktu 2009 sampai
2013 seperti yang tergambar dari Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan penjualan dan laba bersih PT Delta Dunia Makmur Tbk
(2009 sampai 2013)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Sales(Net)
6.350.639 5.798.902 6.820.719 8.454.730 6.967.406
Laba Bersih
(160.106)
(158.672)
(352.477)
(174.138)
(216.225)
Sumber : Laporan Keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (data diolah)

Dengan adanya permasalahan pada PT Delta Dunia Makmur Tbk tersebut,
(Tabel 1) maka dilakukan analisis atas kinerja keuangan perusahaan dalam
penelitian berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Dalam Rangka Peningkatan Laba
PT Delta Dunia Makmur Tbk”.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk periode 2009
sampai 2013 diukur dengan analisis rasio dan analisis Du Pont ?
2. Bagaimana kondisi keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk selama periode
2009 sampai 2013 diukur dengan analisis tren ?
3. Bagaimana rekomendasi bagi PT Delta Dunia Makmur Tbk dalam upaya
meningkatkan laba di masa mendatang?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kinerja keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk yang diukur
dengan analisis rasio dan analisis Du Pont selama tahun 2009 sampai 2013.
2. Menganalisis kondisi keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk yang diukur
dengan analisis trenselama periode 2009 sampai 2013.
3. Merumuskan rekomendasi strategis bagi PT Delta Dunia Makmur Tbk dalam
meningkatkan laba perusahaan di masa yang akan datang.

Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, penelitian ini menjadi rujukan baru bagi perusahaan untuk
menyusun strategi, yang didasarkan gambaran kinerja keuangannya selama
lima periode.
2. Bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh selama perkuliahan.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian terfokus pada kinerja keuangan PT Delta Dunia
Makmur Tbk periode 2009 sampai 2013 yang diukur dengan analisis rasio
keuangan, analisis Du Pont dan analisis tren dari laporan posisi keuangan atau
neraca dan laporan laba rugi perusahaan selama periode 2009 sampai 2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kinerja Keuangan
MenurutFahmi (2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
keuangan secara baik dan benar. Kemudian, menurut Jumingan dalam
Ektiyanasari (2009) menjelaskan kinerja keuangan merupakan proses pengkajian
secara kritis terhadap keuangan perusahaan yang review data, menghitung,
mengukur, menginterpretasi dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu.Kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk
melakukan evaluasi kinerja, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga
diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan
potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut. Evaluasi untuk nilai perusahaan
dapat dilakukan dengan berbagai keputusan-keputusan investasi yang dilakukan
saat ini. Analisis terhadap kinerja sebuah perusahaan berdasarkan laporan
keuangan, dibutuhkan beberapa alat analisis, diantaranya Du Pont dan Rasio
Keuangan. Menurut Sawir (2003) kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan penghasilan atau untuk meraih keuntungan dan kemampuan dalam
mengelola perusahaan secara efesien. Sedangkan kinerja keuangan merupakan
prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya melalui analisis
rasio keuangan perusahaan.
Kinerja Keuangan
Dalam menentukan kemampuan kinerja keuangan suatu perusahaan, maka
perlu diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, apakah perusahaan mampu
mengelola aset yang dimilikinya dengan efektif dan efisien. Dalam kaitannya
dengan hal tersebut, salah satu upaya penting yang harus dilakukan dari pihak
manajemen adalah harus mampu menganalisa kinerja keuangan perusahaan, yang

4

meliputi rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aktivitas perusahaan apakah
berada dalam kondisi yang sehat atau tidak sehat,(Keown et al, 2001).
Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2006) : “Analisis rasio adalah suatu metode analisis
untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”. Menurut Simamora
(2001) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan
hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lain.
Prihadi (2008) mengemukakan beberapa hal terkait penggunaan rasio
keuangan dengan variasinya, yaitu :
1. Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2. Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3. Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, digunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas. Sama halnya seperti diungkapkan oleh Brigham dan Davesdalam
Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan menjadi rasio likuiditas, rasio
solvabilitas (leverage ratio), rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009), rasio likuiditas merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Untuk memenuhi kewajibannya yang terjadi dalam jangka pendek
tersebut, perusahaan harus mempunyai aset yang dapat digunakan untuk
membayar kewajibannya. Aset tersebut dapat berupa aset-aset lancar dan jumlah
aset lancar yang dimiliki perusahaan harus jauh lebih besar dibandingkan dengan
kewajiban lancar perusahaan tersebut (Riyanto2010). Rasio likuiditas terbagi
menjadi dua, yakni rasio lancar dan rasio cepat. Kedua rasio tersebut memiliki
formulasi sendiri, yaitu :
1.

Rasio Lancar (Current Ratio)dihitung dengan formulasi perhitungan
berikut :
Rasio Lancar (%) =
x 100% .............................................(1)

2.

Rasio Cepat (Quick Acid Ratio) dihitung dengan formulasi perhitungan
berikut :
x 100% ..............................(2)
Rasio Cepat (%) =
Rasio Solvabilitas

Menurut Harahap (2009), rasio leverage merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban
atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas.
Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan
pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat risiko keuangan
perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan (Riyanto

5

2010). Rasio solvabilitas terbagi menjadi empat dengan formulasi berbeda-beda,
yaitu :
1.

2.

3.

4.

Rasio Hutang terhadap Total Aset (Debt to Asset Ratio), dihitung dengan
formulasi berikut:
Debt to Asset Ratio (%) =
x 100%.....................................(3)
Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio), dihitung dengan
formulasi berikut :
x 100%....................................(4)
Debt to Equity Ratio (%) =
Rasio Ekuitas terhadap Total Aset (Equity to Asset Ratio), dihitung
dengan formulasi berikut:
Equity to Asset Ratio (%) =
x 100% .......................................(5)
Keterangan :
Total Aset = Aset lancar + Aset tidak lancar (terdiri dari aset tetap, pajak
tangguhan dan aset lainnya)
Rasio Ekuitas terhadap Aset Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio), dihitung
dengan formulasi berikut :
Equity to Fixed Asset Ratio (%) =
x 100% ............................(6)
Keterangan :
Aset tetap perusahaan terdiri dari bangunan, alat berat, kendaraan,
peralatan kantor, peralatan proyek, dan mesin.
Rasio Aktivitas

Menurut Harahap (2009), rasio aktivitas dapat menggambarkan aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan
penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai
perbandingan penjualan dengan berbagai unsur aset. Unsur aset sebagai pengguna
dana seharusnya dapat dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal.
Semakin efektif manajemen dalam memanfaatkan dana, maka semakin cepat
perputaran dana tersebut, rasio aktivitas umumnya diukur dari perputaran masingmasing unsur aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan
(Riyanto 2010). Rasio aktivitas dibedakan aatas empat bagian, yakni :
1.

Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turn Over Ratio) dengan
formulasi berikut :
x 100%.............................(7)
Total Asset Turn Over (%) =

2.

Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) dengan
formulasi berikut :
Fixed Asset Turn Over Ratio (%)=
x 100%..................(8)

3.

Periode Pengumpulan Piutang (Collection Period) dengan formulasi
berikut:
Collection Period (hari) =
....................(9)

4.

Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) dengan formulasi :

6

Receivable Turn Over(%) =

x 100%.............................(10)

Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009), rasio profitabilitas dapat menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba melalui semua kemampuannya
dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Suwarno (2004) mengungkapkan
secara umum kinerja perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen
manajemen dalam memperoleh laba. Rasio ini dibagi menjadi empat, yakni:
1.

Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Ratio) dengan formulasi berikut :
x 100% ................................(11)
Margin Laba Kotor (%) =

2.

Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Ratio) dengan formulasi berikut :
x 100% .............................(12)
Margin Laba Bersih (%) =

3.

Tingkat Pengembalian Aset (Return On Asset) dengan formulasi berikut :
ROA (%) =
x 100% ................................................ ....(13)

4.

Tingkat Pengembalian Modal (Return On Equity) dengan formulasi
berikut :
x 100% ....................................................(14)
ROE (%) =
MetodeDu Pont

Analisis Du Pont adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis
profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas (Keown, 2004). Sistem
Du Pont menggabungkan laporan laba rugi dan neraca ke dalam dua ringkasan
alat ukur profitabilitas, yaitu Return On Investment (ROI) dan Return on Equity
(ROE). Du Pont merupakan sistem yang digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan dalam pengevaluasian kinerja keuangan perusahaan. Laba yang besar
belum tentu dapat menjamin perusahaan tersebut telah efektif dalam
menggunakan modalnya untuk menghasilkan laba tersebut. Di sinilah peran Du
Pont diperlukan. Dengan menganalisis ROI melalui pendekatan Du Pont dapat
diketahui
komponen/unsur-unsur
mana
yang menyebabkan
adanya
ketidakefisienan dalam penggunaan modal, sehingga perusahaan dapat terhindar
dari bahaya krisis keuangan atau kelebihan modal.Analisis Du Pont
menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin, serta menunjukkan
bagaimana rasio aktivitas tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas
aset milik perusahaan. Analisis Du Pont terdiri dari formulasi berikut :
1. ROA (%) =

..(15)

2. ROA (%) =

..................................(16)

3. ROE (%) =

................................(17)

Analisis Tren
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan analisis tren. Menurut
Kasmir (2013), jika analisis tren dilakukan dengan menggunakan data lebih dari
dua atau tiga periode, maka metode yang digunakan adalah angka indeks. Metode
angka indeks dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan arah atau trendari
posisi keuangan tiap perusahaan, metode ini umumnya dihitung dalam persentase
(%). Dalam metode angka indeks, data paling awal dianggap sebagai tahun dasar
dan dianggap sebagai data normal diantara tahun yang dianalisis. Angka indeks
yang digunakan untuk tiap pos tahun dasar dalam laporan keuangan diberi angka
100%, sehingga formulasi analisis trenyang digunakan sebagai berikut :
Angka Indeks =

..............................................(18)

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
PT Delta Dunia Makmur Tbk merupakan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Setiap periodenya perusahaan tersebut menyajikan secara
lengkap laporan keuangannya. Laporan keuangan tersebut digunakan sebagai alat
untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini. Komponen laporan
keuangan yang digunakan adalah laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan
laba rugi perusahaan selama 2009 sampai 2013. Dalam laporan keuangannya
selama lima periode, PT Delta Dunia Makmur Tbk mengalami kerugian. Hal
tersebut juga menjadi pertimbangan perlunya pengukuran kinerja keuangan pada
PT Delta Dunia Makmur Tbk. Analisis laporan keuangan PT Delta Dunia
Makmur Tbk dilakukan dengan analisis rasio keuangan, analisis Du Pont dan
analisis Trend. Kerangka pemikiran konseptual penelitian dimuat di Gambar 1.
PT Delta Dunia Makmur Tbk
Investor

Laporan Keuangan
Kinerja Keuangan

Laporan Posisi Keuangan

Analisis Rasio

Analisis Du Pont

Laporan Laba Rugi

Analisis Trend

Rekomendasi
Gambar 1Kerangka pemikiran penelitian

8

Berdasarkan Gambar 1, dapat dikatakan bahwa kerangka pemikiran
penelitian bermula dari adanya kerugian yang terus menerus terjadi pada PT Delta
Dunia Makmur Tbk. Kerugian tersebut terlihat dari laporan keuangan perusahaan
selama periode penelitian. Laporan keuangan yang dipublikasikan PT Delta
Dunia Makmur selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis rasio,
analisis Du Pont dan analisis trend, sehingga dari hasil semua analisis dapat
diberikan rekomendasi bagi perusahaan guna meningkatkan kembali laba
perusahaan.
Pengumpulan Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa laporan keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk yang beralamat di Cyber
2 Tower, 28th Floor. Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta, baik laporan keuangan selama
periode 2009 sampai 2013 yang diperoleh dari situs resmi BEI maupun dari situs
resmi perusahaan. Selain itu, dilakukan pengumpulan data tambahan berupa
laporan keuangan perusahaan go public yang terdaftar di BEI dan termasuk
kedalam subsektor industri pertambangan (mining and mining services), serta
perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan secara lengkap selama periode
2009 sampai 2013. Data tambahan tersebut digunakan untuk memperoleh nilai
rasio rataan industri.
Nilai rasio rataan industri digunakan sebagai pembanding antara
pengukuran kinerja keuangan antara PT Delta Dunia Makmur Tbk dengan kinerja
keuangan rataan seluruh perusahaan yang tergabung dalam kelompok
pertambangan di BEI. Pada situs resmi Bursa Efek Indonesia diperoleh data
bahwa terdapat 22 perusahaan yang terdaftar sebagai emiten dan didalamnya
terdapat satu emiten yang baru terdaftar di tahun 2012 sehingga tidak dipilih
untuk perhitungan rasio rataan industri. Selanjutnya, dari 20 perusahaan tersisa
hanya dipilih 11 perusahaan saja yang digunakan dalam menghitung nilai rasio
rataan industri. Hal tersebut dikarenakan hanya 11 perusahaan yang menyajikan
dan mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap baik pada situs resmi
Bursa Efek Indonesia maupun situs resmi perusahaan masing-masing. Sebelas
perusahaan yang terpilih untuk perhitungan rasio rataan industri adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Bumi Resources Tbk
Bukit Asam Tbk
Indo Tambangraya Megah Tbk
ATPK Resources Tbk
Darma Henwa Tbk
Delta Dunia Makmur Tbk
Resource Alam Indonesia Tbk
MYOH Technology Tbk
Perdana Karya Perkasa Tbk
Petrosea Tbk
Entertainment International Tbk

1.

Dalam mengumpulkan data, tahapan kerja yang dilakukan adalah:
Riset data berbasis digital

9

2.

Mengumpulkan data dan informasi melalui website BEI maupun website
perusahaan untuk mendapatkan data mengenai laporan keuangan perusahaan
berupa laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi perusahaan.
Riset Kepustakaan
Mempelajari teori dan referensi-referensi yang berkaitan dengan topik
penelitian yang akan dilakukan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan
analisis laporan keuangan.
Pengolahan dan Analisis Data

Pengukuran kinerja keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk dilakukan
dengan berbagai metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis rasio,
analisis Du Pont dan analisis Tren. Analisis rasio terdiri dari empat kelompok
analisis, yaitu:
1.

2.

3.

4.

Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), terbagi menjadi :
a. Rasio lancar (Persamaan 1)
b. Rasio cepat (Persamaan 2)
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio), terbagi menjadi empat yaitu :
a. Rasio hutang terhadap total aset, dihitung dengan membagi total hutang
dengan total aset (Persamaan 3). Rasio ini dinyatakan dalam bentuk
persentase.
b. Rasio hutang terhadap ekuitas, dihitung dengan membagi total hutang
dengan ekuitas (Persamaan 4). Rasio ini juga dinyatakan dalam bentuk
persentase.
c. Rasio ekuitas terhadap total aset, dinyatakan dalam bentuk persentase.
Rasio ini dikalkulasi dengan membagi ekuitas dengan total aset milik
perusahaan (Persamaan 5).
d. Rasio ekuitas terhadap aset tetap, dinyatakan dalam bentuk persentase.
Rasio ini dikalkulasi dengan membagi ekuitas dengan aset tetap milik
perusahaan (Persamaan 6). Aset tetap terdiri dari bangunan, alat berat,
kendaraan, peralatan kantor, peralatan proyek, dan mesin.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio), terbagi menjadi :
a. Rasio perputaran total aktiva (Persamaan 7)
b. Rasio perputaran aset tetap (Persamaan 8)
c. Periode pengumpulan piutang ( Persamaan 9)
d. Rasio perputaran piutang ( Persamaan 10)
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), terbagi menjadi empat, yaitu :
a. Rasio margin laba kotor (gross profit rasio). Rasio ini dihitung dengan
membagi laba kotor dengan penjualan perusahaan selama satu periode
(Persamaan 11). Rasio ini juga dinyatakan dalam persentase.
b. Rasio margin laba bersih (net profit ratio). Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih dengan penjualan perusahaan selama satu periode
(Persamaan 12). Rasio ini pun dinyatakan dalam persentase.
c. Tingkat pengembalian aset (return on asset), diperoleh dengan membagi
laba bersih dengan total aset (Persamaan 13).
d. Rasio tingkat pengembalian modal (Persamaan 14)

Analisis berikutnya dilakukan dengan analisis du pont. Analisis ini
menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin, serta menunjukkan
bagaimana rasio aktivitas tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas
aset milik perusahaan. Analisi du pont dihitung dengan tiga formulasi (Persamaan
15, 16, dan 17). Analsis terakhir yang dilakukan yakni analisis tren dengan
menggunakan angka indeks karena data yang digunakan adalah data keuangan
yang lebih dari dua periode. Analisis tren dengan angka indeks dihitung
berdasarkan formulasi yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya (Persamaan
18).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Rasio
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis
keuangan dan berguna untuk mengukur: tingkat likuiditas perusahaan, efektivitas
manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba operasi atas aset yang dimiliki
perusahaan, seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibiayai, seberapa besar
tingkat pengembalian dari hasil investasinya dan ketercapaian manajemen
terhadap target yang telah ditetapkan. Analisis rasio merupakan pengganti yang
cukup sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang pada
dasarnya sangat rinci dan rumit. Selain itu, dengan analisis rasio lebih mudah
untuk membandingkan suatu perusahaan terhadap perusahaan lain ataupun
melihat perkembangan perusahaan secara periodik (time series). Rasio keuangan
merupakan suatu perhitungan atau angka-angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan relevan dan nyata. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu pos dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan, contohnya rasio
likuiditas dan rasio solvabilitas. Selain itu perbandingan dapat dilakukan antar pos
yang ada di antara laporan keuangan, contohnya rasio profitabilitas. Analisis rasio
keuangan ini dapat mengungkapkan hubungan penting antar perkiraan laporan
keuangan. Analisis rasio dalam penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang
diteliti selama lima periode yakni dimulai dari tahun 2009 sampai 2013.
Rasio Likuiditas
Likuiditas (liquidity) adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya, sehingga rasio
likuiditas dapat didefinisikan sebagai rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo. Rasio ini diperlukan untuk kepentingan analisis kredit atau analisis risiko
keuangan. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan
sebagai perusahaan yang likuid, begitu sebaliknya. Rasio likuiditas sering dikenal
sebagai rasio model kerja. Rasio likuiditas secara umum ada dua, yaitu rasio
lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Perkembangan rasio likuiditas
PT Delta Dunia Makmur dan rataan industri sejenis pada lima periode yang
diteliti dimuat pada Tabel 2.

11

Tabel 2Perkembangan rasio likuiditas tahun 2009 sampai 2013 (%)
Tahun
Perusahaan Rasio
2009
2010
2011
2012
2013
Lancar 307,67 152,11 216,30 187,45 140,66
DOID
Cepat 287,12 138,34 192,49 166,39 131,32
Rataan
Industri

Rataan
200,84
183,13

Lancar

194,21

175,57

181,41

277,90

182,26

202,27

Cepat

149,52

143,88

162,62

258,54

156,52

174,22

Sumber : Laporan Keuangan PT Delta Dunia Makmur dan Industri sejenis (data diolah)

Tabel 2menggambarkan nilai rasio lancar dan rasio cepat. Kedua rasio,
baik pada PT Delta Dunia Makmur maupun pada industri sejenis mengalami
fluktuasi selama lima periode. Pada PT Delta Dunia Makmur, tingkat likuiditas
berdasarkan perhitungan rasio cenderung menurun dibandingkan dengan tahun
dasarnya yaitu di tahun 2009. Penurunan likuiditas terjadi pada tahun 2010
kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2011 hingga akhirnya mengalami
penurunan kembali pada dua tahun berikutnya, 2012 dan 2013. Pada tahun 2013
keadaan keuangan PT Delta Dunia Makmur berada pada tingkat likuditas
terendah dalam 5 tahun terakhir. Jika dibandingkan, berdasarkan rata-rata kedua
rasio tersebut, nampak bahwa PT Delta Dunia Makmur memiliki tingkat likuiditas
yang cukup baik daripada tingkat likuiditas perusahaan sejenis karena memiliki
nilai rasio lebih besar.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran umum yang digunakan atas
solvensi jangka pendek, yakni kemampuan suatu perusahaan memenuhi
kebutuhan hutang jangka pendek ketika jatuh tempo. Semakin tinggi nilai rasio
lancar maka perusahaan dianggap semakin mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Bagi pihak manajemen dan kreditur, perusahaan yang memiliki rasio
lancar yang tinggi dianggap perusahaan kuat. Namun bagi para pemegang saham
perusahaan ini bisa jadi dianggap tidak baik, dalam artian manajemen perusahaan
dianggap tidak mendayagunakan aset lancar yang dimilikinya secara baik dan
efektif, atau dengan kata lain tingkat kreativitas manajemen perusahaan dalam
mengelola aset lancarnya rendah. Tabel 2 menunjukkan perkembangan rasio
lancar PT Delta Dunia Makmur cenderung menurun dibandingkan rasio lancar
pada rataan industri sejenis. Pada PT Delta Dunia Makmur, kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kebutuhan hutang jangka pendek dengan nilai tertinggi
terjadi di tahun 2011 yakni 216,30% dan terendah terjadi di tahun 2013 yakni
140,66%. Sedangkan pada rataan industri, nilai likuiditas tertinggi terjadi di tahun
2012 dan terendah terjadi di tahun 2010.
Jika dilihat dari segi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
perusahaan tergolong masih sangat mampu. Hal ini dapat disimpulkan dari adanya
hasil perhitungan rataan rasio lancar 200.84%, maka dapat tergambar bahwa
perusahaan mempunyai kemampuan sangat baik dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Dari Tabel 2 di atas, jika dibandingkan dengan keadaan rataan
rasio likuiditas rataan industri sejenis, keduanya tidaklah jauh bebeda. Rasio
1.

12

likuiditas begitu tinggi ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan mengelola
aset lancar untuk menghasilkan laba.
Dalam kasus ini, dapat disimpulkan pihak manajemen perusahaan kurang
kreatif dalam menghasilkan laba. Hal ini bisa menjadi salah satu indikasi mengapa
perusahaan selalu mengalami kerugian setiap tahunnya.
Rasio Cepat(Quick Ratio)
Rasio cepat adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti
daripada rasio lancar, karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang
dianggap aset lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber
kerugian. Persediaan sendiri dapat terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Selain persediaan barang jadi,
persediaan lainnya yang akan diproses hingga menjadi barang jadi bisa
mengalami kegagalan dalam produksinya. Perkembangan rasio cepat PT Delta
Dunia Makmur dan rataan industri sejenis pada lima periode yang diteliti dimuat
pada Tabel 2.
Bedasarkan hasil perhitungan Tabel 2, PT Delta Dunia Makmur memiliki
rataan rasio cepat 183.13% yang berarti bahwa setiap Rp100 hutang lancar
perusahaan dijamin dengan Rp183.13 aset lancar tanpa persediaan. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
kepada kreditur sangat baik. Bahkan rasio cepat PT Delta Dunia Makmur lebih
baik dari rataan industri sejenis, yaitu 174.22%.Secara tren rasio cepat perusahaan
mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2011 mengalami peningkatan nilai
rasio 54.16%, dan keadaan rasio tertinggi ditahun 2009 287,12%.
2.

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau rasio leverage menunjukkan kombinasi
penggunaan dana dalam pembiayaan perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur aset perusahaan dibiayai oleh hutang.Perusahaan
dengan rasio solvabilitas tinggi (memiliki utang besar) dapat berdampak pada
timbulnya risiko keuangan yang besar.
Analisis solvabilitas perusahaan diukur dengan empat rasio, yaitu rasio
total hutang terhadap total aset (debt to aset ratio), rasio total hutang terhadap
ekuitas (debt to equity ratio), rasio ekuitas terhadap total aset , dan rasio ekuitas
terhadap aset tetap (equity to fixed aset ratio).Perkembangan rasio solvabilitas PT
Delta Dunia Makmur dan rataan industri sejenis pada lima periode yang diteliti
dimuat pada Tabel 3.

13

Tabel 3 Perkembangan rasio solvabilitas Tahun 2009 sampai 2013 (%)
Perusahaan

DOID

Rataan
Industri

Tahun

Rasio
Hutang terhadap
Total Aset
Hutang terhadap
Ekuitas
Ekuitas terhadap
Total Aset
Ekuitas terhadap
Aset Tetap
Hutang terhadap
Total Aset
Hutang terhadap
Ekuitas
Ekuitas terhadap
Total Aset
Ekuitas terhadap
Aset Tetap

Rataan

2009

2010

2011

2012

2013

96,95

98,22

91,17

92,28

93,68

94,46

3.304

5.516

1.033

1.196

1.481

2.506

2,93

1,78

8,83

7,72

6,32

5,52

6,07

3,32

18,77

38,08

47,18

22,68

57,12

61,16

68,14

38,95

34,33

51,94

382,98

490,61

151,17

195,67

181,06

280,30

33,67

27,05

22,93

45,18

49,98

35,76

3,22

7,67

21,85

22,64

2,62

11,60

Sumber : Laporan Keuangan PT Delta Dunia Makmur dan Industri sejenis (data diolah)

Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Debt to Aset Ratio)
Rasio total hutang terhadap total aset menghasilkan perbandingan antara
jumlah kewajiban dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan terkait dana yang
dipinjam telah digunakan untuk membeli aset. Semakin tinggi debt to aset ratio,
maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tidak dapat melunasi
kewajibannya.Tabel 3 menunjukkan perkembangan rasio hutang terhadap total
aset PT Delta Dunia Makmur dan rataan industri sejenis pada lima periode yang
diteliti.
Jika dilihatdari rataannya (Tabel 3), nilai rasio total hutang terhadap total
aset pada PT Delta Dunia Makmur 94,46%, sedangkan rataan industri sejenis
dengan nilai 51.94%, maka dapat dinyatakan bahwa baik PT Delta Dunia Makmur
maupun rataan industri sejenis memiliki kemampuan penuh untuk menutup
seluruh kewajiban yang ada, ketika perusahaan ternyata harus dibubarkan atau
dilikuidasi. Interpretasi yang dapat disimpulkan dari perkembangan rasio di atas
Tabel 4 adalah rasio PT Delta Dunia Makmur cukup mengkhawatirkan atau bisa
dinyatakan tidak cukup baik jika dibandingkan dengan nilai rasio rataan industri
sejenis, karena berada 43% di atas rasio rataan industri sejenis. PT Delta Dunia
Makmur menanggung hanya 5.54% pembiayaan aset dari modal sendiri dan
sisanya berasal dari pinjaman atau hutang, sedangkan rataan industri sejenis
menanggung 48.6% dan sisanya diperoleh dari pinjaman.

1.

Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio total hutang terhadap ekuitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya proporsi hutang tehadap modal, dihitung sebagai hasil
bagi antara total hutang dengan modal. Rasio ini merupakan perbandingan antara
hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri milik perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. Semakin tinggi debt to equity ratio, maka berarti semakin kecil
jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan hutang.Tabel 3
2.

14

menunjukkan bahwa rasio total hutang terhadap ekuitas PT Delta Dunia Makmur
cenderung meningkat dalam perkembangnya selama lima tahun dengan nilai
rataan 2,505.93% dengan trend selama lima tahun selalu diatas 1,000%. Hal
tersebut menunjukkan dominannya pembiayaan perusahaan dari hutang, artinya
perusahaan memiliki hutang 25,6 kali dari total modal atau dengan kata lain setiap
Rp 1 hutang hanya dijamin oleh Rp 0,068 modal. Jika dibandingkan dengan rasio
rataan industri sejenis 280.30%, yang berarti perusahaan memiliki hutang 2,8 kali
dari total modal.
Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa rataan perusahaan industri sejenis
maupun PT Delta Dunia Makmur memiliki kemampuan menjamin hutang dari
modal yang kurang baik. Jika keduanya dibandingkan, nilai rataan rasio total
hutang terhadap ekuitas pada rataan industri sejenis lebih baik dibandingkan
dengan nilai rataan rasio pada PT Delta Dunia Makmur, karena jumlah modal
pemilik pada rataan industri sejenis dapat dijadikan sebagai jaminan hutang pasti
lebih besar bila dibandingkan jumlah modal pemilik pada PT Delta Dunia
Makmur. Dengan kondisi seperti itu, tentu saja akan cukup menyulitkan bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman yang baru dari kreditur,
apalagi jika melihat besarnya proporsi hutang terhadap modal pada PT Delta
Dunia Makmur Tbk.
3.

Rasio Ekuitas terhadap Total Aset
Rasio ini menunjukkan seberapa besar pendanaan aset dari modal sendiri
atas aset yang dimiliki perusahaan.Tabel 3 menunjukkan bahwa PT Delta Dunia
Makmur memiliki nilai rata-rata rasio ekuitas terhadap aset sebesar 2.93% yang
berarti kurangnya aset milik perusahaan yang berasal dari pendanaan modal
sendiri. Perkembangan rasio ini pun cendrung menurun. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh kerugiaan yang ditanggung perusahaan dan juga pinjaman yang
semakin tinggi.
Selanjutnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila nilai rataan rasio
ekuitas terhadap total aset pada PT Delta Dunia Makmur dibandingkan dengan
rata-rata perusahaan pada industri sejenis maka rata-rata industri sejenis lebih baik
karena nilai rasionya lebih tinggi yaitu sebesar 35.76%, akan tetapi keduanya
tetap tidak mencapai standar minimal, yakni 50%.
Rasio Ekuitas terhadap Aset Tetap (Equity to Fixed Aset Ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar inventasi dari modal sendiri atas
aset yang dimiliki perusahaan.Tabel 3 mencerminkan besaran nilai equity to fixed
aset ratio, yang juga menunjukkan besarnya proporsi aset tetap yang dibiayai oleh
modal sendiri.
PT Delta Dunia Makmur memiliki nilai rataan rasio 22,68%. Apabila
dibandingkan dengan rataan industri sejenis dengan rasio rataan industri
1,159.78%, maka rataan industri PT Delta Dunia Makmur jauh di bawah, yaitu
menunjukkan bahwa pembiayaan aset tetap lebih banyak dibiayai oleh komponen
selain modal, yaitu kewajiban.

4.

15

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas (profitability ratio) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas
normal bisnisnya.Rasio profitabilitas terbagi atas beberapa hal, yakni hasil
pengembalian atas aset (return on aset), hasil pengembalian atas ekuitas (return
on equity), margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba operasional
(operating profit margin). Uraian mengenai masing-masing rasio.
Tabel 4 Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2009 sampai 2013 (%)
Tahun
Perusahaan Rasio
2009
2010
2011
2012
2013
ROA
(2,44)
(2,08)
(3,26) (1,50)
(1,99)
ROE

(83,03) (116,68) (36,90) (19,40)

Rataan
(2,25)

(31,52)

(57,51)

DOID

Rataan
Industri

GPM

23,47

23,34

16,01

12,22

16,19

18,25

NPM

(2,52)

(2,74)

(5,17)

(2,06)

(3,10)

(3,12)

ROA

5,21

3,35

6,52

5,50

4,92

5,10

ROE

(5,49)

1,58

8,04

6,11

5,52

3,15

GPM

14,86

32,08

29,37

25,03

20,77

24,42

NPM

(1.142)

2,27

5,00

11,04

8,61

(223)

Sumber : Laporan Keuangan PT Delta Dunia Makmur dan Industri sejenis (data diolah)

Berdasarkan analisis rasio profitabilitas PT Delta Dunia Makmur
menunjukkan keadaan perusahaan yang tidak mampu menghasilkan laba.
Meskipun perusahaan dapat menjual barang dagangannya diatas harga pokok
penjualan tetapi secara keseluruhan persentase selisih gross profit margin
perusahaan tidak mampu menutupi biaya operasional perusahaan. Pada tahun
2012 penjualan perusahaan meningkat cukup tinggi akibat penambahan modal
namun tetap saja tidak mampu meningkatkan profit perusahaan. Hal ini tersebut
terjadi akibat kurangnya efisiensi perusahaan dalam menekan harga pokok dan
penggunaan biaya operasional.
1.

Hasil Pengembalian atas Aset
ROA merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset
perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi
laba bersih terhadap total aset selama satu periode (Persamaan 13). Semakin
rendah hasil pengembalian atas aset atau semakin kecil nilai return on asets, maka
semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total aset perusahaan, begitu sebaliknya.Tabel 4 memuat
mengenai perkembangan ROA PT Delta Dunia Makmur dan rataan industri
sejenis pada lima periode. Nilai rasio hasil pengembalian atas aset pada rataan
industri sejenis (Tabel 4) adalah 5,21 pada tahun 2009, kemudian menurun di

16

tahun 2010 menjadi 3,35 dan selanjutnya kembali meningkat di tahun 2011
menjadi 6,52kemudian menurun di dua tahun berikutnya.
Dari hasil selama lima tahun tersebut, diperoleh rasio rataan 5,10 (Tabel
4), artinya setiap Rp 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp 0,05 laba
bersih. Kesimpulannya, jika dibandingkan dengan rataan industri sejenis, kinerja
manajemen PT Delta Dunia Makmur tidak cukup baik, karena memiliki hasil
pengembalian atas aset yang jauh lebih kecil dari yang dihasilkan oleh rata-rata
industri sejenis. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, seperti belum
optimalnya aktivitas penjualan, banyaknya aset yang tidak produktif, pemanfaatan
aset yang belum maksimal untuk menciptakan penjualan, dan atau terlalu
besarnya beban operasional serta beban lain-lain.
Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi
ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih
terhadap ekuitas (Persamaan 14). Semakin rendah tingkat hasil pengembalian atas
ekuitas berarti semakin rendah pula laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat hasil
pengembalian atas ekuitas, maka semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai ROE pada PT Delta Dunia Makmur
selama lima tahun mengalami fluktuasi, dimana fluktuasi lebih cenderung ke arah
penurunan tiap tahunnya. Selain itu, nilai hasil pengembalian atas ekuitas
perusahaan ini bertanda negatif setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan terus menerus mengalami kerugian setiap tahunnya. Nilai rataan hasil
pengembalian atas ekuitas pada PT Delta Dunia Makmur selama lima tahun 57,51% (Tabel 4), artinya setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp
0,58 rugi bersih.
Dari sisi idustri sejenis, nilai pengembalian atas ekuitas selama lima tahun
juga fluktuatif (Tabel 4). Hasil pengembalian rataan industri sejenis selama lima
tahun diperoleh nilai 3,15% yang berarti setiap Rp 1 ekuitas berkontribusi dalam
menghasilkan Rp0,32 laba bersih. Jika dibandingkan, nilai rasio hasil
pengembalian rataan industri sejenis lebih baik dibandingkan nilai rasio yang
sama pada PT Delta Dunia Makmur, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja
manajemen pada industri sejenis lebih baik daripada kinerja manajemen PT Delta
Dunia Makmur. Sebaiknya manajemen kedua perusahaan memperbaiki kinerjanya
karena keduanya seharusnya bisa menghasilkan kontribusi ekuitas yang tinggi
terhadap laba bersihnya.

2.

3.

Margin Laba Kotor
Rasio margin laba kotor merupakan perbandingan antara laba kotor
(Penjualan - Harga Pokok Penjualan) dengan penjualan perusahaan. Margin laba
kotor adalah rasio yangdigunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor
atas penjualan bersih. Dari rasio margin laba kotor dapat diketahui seberapa
efisien harga pokok penjualan yang ada diperusahaan. Semakin tinggi margin laba
kotor, berarti semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih,

17

dan semakin rendah margin laba kotor maka semakin rendah pula laba kotor yang
dihasilkan dari penjualan bersih.
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4, nilai GPM rataan PT Delta Dunia
Makmur selama lima tahun adalah 18.25% sehingga nilai harga pokok
penjualannya sebesar 81.75% dapat dikatakan bahwa nilai ini begitu besar. Dalam
bisnis industri komoditi seperti ini, penjualan seringkali dipengaruhi oleh harga
pasar, sehingga akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menentukan selisih
margin penjualan dengan harga pokok penjualan. Nilai GPM 18,25%
menunjukkan besarnya laba kotor 18,25% dari total penjualan bersih dan setiap
Rp 1 penjualan bersih memuat Rp 0,82 harga pokok dan turut berkontribusi
menciptakan Rp 0,18 laba kotor.
Lain halnya dengan PT Delta Dunia Makmur, kalkulasi untuk perolehan
GPM pada industri sejenis, dihasilkan nilai rata-rata GPM selama lima tahun
adalah 24,42% (Tabel 4). Angka itu menunjukkan bahwa besarnya laba kotor
24,42% dari total penjualan bersih. Dengan kata lain, besarnya harga pokok
penjualan adalah 75,58% dari total penjualan bersih dan dapat dinyatakan bahwa
setiap Rp 1 penjualan bersih memuat Rp 0,76 harga pokok penjualan dan turut
berkontribusi menciptakan Rp 0,24 laba kotor. Jika dibandingkan antara GPM
rataan PT Delta Dunia Makmur dengan rataan industri sejenis, nilai GPM industri
sejenis lebih baik dibandingkan nilai GPM pada PT Delta Dunia Makmur, karena
rataan industri sejenis memiliki rataan GPM lebih besar dari PT Delta Dunia
Makmur. Dalam hal ini ditarik kesimpulan bahwa penting bagi PT Delta Dunia
Makmur untuk meningkatkan harga jual (memerhatikan batas atas harga jual
pesaing) dan atau mengurangi harga pokok penjualan (contohnya mencari
pemasok dengan harga yang lebih rendah, namun dengan mutu barang sejenis).
4. Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)
Margin laba bersih (net profit margin) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio margin
laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih (Penjualan - Harga Pokok
Penjualan - Beban Operasional) dengan penjualan perusahaan. Dari rasio margin
laba bersih pada Tabel 4 dapat diketahui seberapa efisien keseluruhan beban yang
ada diperusahaan. Semakin tinggi margin laba b