Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah Di Indonesia
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JUMLAH
DEPOSITO MUDHARABAH: STUDI KASUS BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
ABDULLAH SYAFI’IE
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah di
Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Abdullah Syafi’ie
NIM H54110033
ABSTRAK
ABDULLAH SYAFI’IE. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh
TANTI NOVIANTI dan RANTI WILIASIH.
Deposito mudharabah merupakan produk penghimpunan dana yang
memberikan proporsi terbesar dalam komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada
bank syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah dengan studi kasus Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7
BUS yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan I 2015. Hasil estimasi dengan menggunakan regresi data panel
menunjukkan jumlah deposito mudharabah periode triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan I 2015 dipengaruhi oleh PDB riil, inflasi, bagi hasil, FDR, dan NPF secara
simultan. Secara parsial, variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah. Variabel PDB riil dan bagi hasil berpengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, sedangkan variabel FDR dan
NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah,
ceteris paribus. Faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah adalah PDB riil dan berikutnya diikuti oleh variabel bagi hasil, NPF,
dan FDR.
Kata kunci: bank umum syariah, data panel, deposito mudharabah
ABSTRACT
ABDULLAH SYAFI’IE. Factors That Affect The Amount of Deposits
Mudharabah: A Case Study of Sharia Commercial Banks in Indonesia. Supervised
by TANTI NOVIANTI and RANTI WILIASIH.
Deposits mudharabah fund is a product that provides the largest proportion in
the composition of third party funds (DPK) in Islamic banks. The purpose of this
study is to analyze the factors that influence the amount of deposits mudharabah
with case studies Sharia Commercial Banks (BUS) in Indonesia. The sample used
in this study is 7 BUS which publishes financial reports first quarter 2011 to the
first quarter of 2015. The results of the estimation using panel data regression
indicates the amount of deposits mudharabah period first quarter 2011 to the first
quarter of 2015 was influenced by real GDP, inflation, revenue sharing, FDR, and
NPF simultaneously. Partially, variable inflation does not affect the amount of
deposits mudharabah. Real GDP variable and revenue sharing positive and
significant impact on the amount of deposits mudharabah, while variable FDR and
NPF negative and significant effect on the amount of deposits mudharabah, ceteris
paribus. The most influential factor on the amount of deposits mudharabah is real
GDP and next followed by variable of revenue sharing, NPF, and FDR.
Keywords: sharia commercial banks, panel data, deposits mudharabah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JUMLAH
DEPOSITO MUDHARABAH: STUDI KASUS BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
ABDULLAH SYAFI’IE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Sklipsi: Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Depo sito J\!!udharabah:
Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia
Nama
: Abdullah Syafi 'ie
NIM
: H54110033
Disetujui oleh
セ
Dr Tanti Novianti, S.P ., M.Si
Pembimbing I
·, ')
'·
Ranti Wiliasih, S.P .. M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
'
セwanj@
..
.Dr Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec
'· G G オセᄋG@
-' .Ketua Departemen
''046
Tanggal Lulus:
1 . ヲNセᄋェ@
2015
ᄋ@
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini adalah produk deposito
mudharabah, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia. Penulis berharap
hasil dari penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait,
khususnya bank-bank syariah di Indonesia sebagai referensi dalam meningkatkan
jumlah deposito mudharabah yang dihimpun.
Ungkapan terima kasih tidak henti penulis ucapkan untuk ibu penulis yaitu
Ibu Titin Patimah, Risa Amelia Putri (adik), dan Achmad Zulfikar (kakak) serta
sekeluarga atas do’a, nasihat, dan motivasi untuk penulis. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Ibu Dr Tanti Novianti, S.P., M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P.,
M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan
serta saran yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA dan Bapak Ustad
Romli selaku dosen serta guru spiritual (murabbi) dan kepada seluruh dosen
program studi Ilmu Ekonomi yang telah mengajarkan berbagai ilmu yang
bermanfaat selama masa perkuliahan. Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada rekan-rekan satu bimbingan, rekan-rekan Ekonomi Syariah 48 IPB,
keluarga Dzikrullah, santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Inayah, ANB 48,
Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB, Statistic Center, dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Abdullah Syafi’ie
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Batasan Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Perbankan Syariah
6
Dana Pihak Ketiga (DPK)
7
Deposito Mudharabah
8
Hubungan Deposito Mudharabah dengan Variabel Independen
8
Penelitian Terdahulu
11
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
15
METODE PENELITIAN
15
Ruang Lingkup Penelitian
15
Jenis dan Sumber Data
15
Metode Analisis
15
Pemilihan Model Regresi Data Panel
18
Metode Evaluasi Model
19
Variabel dan Definisi Operasional
23
GAMBARAN UMUM
24
Perkembangan Jumlah dan Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan
Syariah di Indonesia
24
Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Riil di Indonesia
27
Laju Inflasi
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Pemilihan Model Estimasi
29
Hasil Pengujian Validitas
29
Hasil Estimasi Model
30
Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah
31
Pengaruh Efek Individu (Masing-masing Sampel) terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah
33
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
43
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang diberikan (PYD) perbankan
syariah periode 2010-2014
Perkembangan jumlah dana dan jumlah rekening deposito
mudharabah perbankan syariah periode 2010 – 2014
Ketentuan Durbin – Watson
Variabel dan definisi operasional
Jumlah deposito mudharabah pada 7 sampel BUS periode triwulan I
2011 – triwulan I 2015
Bagi hasil deposito mudharabah pada 7 sampel BUS periode
triwulan I 2011 – triwulan I 2015
Hasil estimasi variabel yang memengaruhi jumlah deposito
mudharabah menggunakan model FEM dengan pembobotan crosssection SUR
Keragaman individu model deposito mudharabah
2
3
21
23
25
27
30
34
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Perkembangan DPK perbankan syariah berdasarkan komposisi
periode 2010 – 2014
Pertumbuhan deposito mudharabah perbankan syariah periode
triwulan I 2011 – triwulan I 2015
Kerangka Pemikiran
Perkembangan deposito mudharabah periode triwulan I 2011 –
triwulan I 2015
Perkembangan PDB riil di Indonesia periode triwulan I 2011 –
triwulan I 2015
laju inflasi di Indonesia periode triwulan I 2011 – triwulan I 2015
3
4
14
24
28
28
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Hasil estimasi data panel menggunakan pooled least square
Hasil estimasi data panel menggunakan fixed effect model dengan
pembobotan cross-section SUR
Hasil estimasi data panel menggunakan random effect model
Hasil uji Chow terhadap fixed effect model
Hasil uji Hausman terhadap random effect model
Hasil uji multikolineartis
Hasil uji normalitas
Hasil cross section effect pada fixed effect model
38
39
40
41
41
41
41
42
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bank merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling
lengkap (Soemitra 2009). Selain melakukan usaha keuangan dengan menyalurkan
dana dalam bentuk pembiayaan atau kredit, bank juga melakukan usaha
penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan dan investasi.
Dana yang dihimpun dari masyarakat atau yang dikenal dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK), menjadi sumber modal (selain modal inti) yang digunakan oleh bank dalam
menjalankan usaha keuangannya. Usaha bank lainnya adalah memberikan jasa-jasa
keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana.
Seperti halnya bank konvensional, penghimpunan DPK oleh bank syariah
dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito (Karim 2009). Perbedaan produk
DPK antara bank konvensional dan bank syariah terletak pada prinsip yang
digunakan yaitu tidak berbasiskan bunga (riba) atau sesuai dengan prinsip syariah.
Prinsip atau akad operasional syariah yang diterapkan dalam produk DPK bank
syariah berupa akad titipan (wadiah) dan investasi (mudharabah) 1 . Dalam
aplikasinya, akad wadiah diterapkan pada produk giro dan tabungan, sedangkan
akad mudharabah diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Akad wadiah
yang diterapkan pada produk giro dan tabungan adalah akad wadiah yad al
dhamanah, dimana bank syariah sebagai penerima titipan diberi izin untuk
menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut (tidak idle), sedangkan
akad mudharabah yang mayoritas diterapkan pada produk tabungan dan deposito
adalah akad investasi tidak terikat (mudharabah mutlaqah), dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam pengelolaan
investasinya (Wiroso 2005).
Berdasarkan data yang dilaporkan dalam Statistik Perbankan Syariah, DPK
yang dihimpun perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Selama periode 2010 sampai dengan 2014, jumlah DPK perbankan
syariah mengalami peningkatan dari Rp 76.04 triliun menjadi Rp 217.86 triliun atau
rata-rata tumbuh sebesar 33.64% per tahun (lihat Tabel 1). Pertumbuhan DPK
tertinggi (year on year) terjadi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 51.79%,
akan tetapi pada periode selanjutnya, pertumbuhan DPK cenderung melambat
hingga mencapai angka pertumbuhan dibawah 20%.
Peningkatan jumlah DPK berpengaruh pada meningkatnya jumlah
pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah. Selama periode 2010 sampai
dengan 2014, jumlah pembiayaan yang diberikan (PYD) oleh perbankan syariah
juga mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 34.55%. Sama
halnya dengan DPK, jumlah PYD mengalami pertumbuhan tertinggi (year on year)
1
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, akad
wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan
barang atau uang, sedangkan akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pihak pertama dan
pihak kedua dalam pengelolaan harta dengan membagi keuntungan usaha sejalan dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
2
pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 50.57% dan pada periode selanjutnya,
pertumbuhan PYD cenderung melambat bahkan hingga mencapai angka dibawah
10%.
Tabel 1 Pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang diberikan (PYD) perbankan
syariah periode 2010-2014
DPK
Periode
(tahun)
PYD
Jumlah
(Rp triliun)
Pertumbuhan
(yoy)
Jumlah
(Rp triliun)
Pertumbuhan
(yoy)
FDR
2010
76.04
45.48%
68.18
45.40%
89.66%
2011
115.42
51.79%
102.66
50.57%
88.95%
2012
147.51
27.80%
147.50
43.68%
99.99%
2013
183.53
24.42%
184.12
24.83%
100.32%
2014
217.86
18.70%
199.33
8.26%
91.49%
34.55%
94.08%
Rata-rata yoy
33.64%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)
Meskipun pertumbuhan DPK dan pembiayaan cenderung melambat, namun
selama periode 2010-2014, rata-rata rasio pembiayaan terhadap total DPK atau
Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah, melebihi batas maksimum
Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu sebesar 92%2. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pada
periode 2012 dan 2013, angka FDR mendekati atau bahkan melebihi angka 100%,
artinya pada periode-periode tersebut DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah
telah tersalurkan sepenuhnya dalam bentuk pembiayaan. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa secara umum, perbankan syariah telah berupaya untuk
menggerakkan roda perekonomian masyarakat melalui penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan komposisinya, deposito mudharabah merupakan produk DPK
yang memberikan proporsi terbesar dibandingkan giro wadiah, tabungan wadiah,
dan tabungan mudharabah. Pada tahun 2010, jumlah deposito mudharabah yang
dihimpun oleh perbankan syariah sebesar Rp 44.07 triliun dan meningkat menjadi
Rp 135.6 triliun pada tahun 2014. Dalam rentang waktu lima tahun, jumlah deposito
mudharabah telah tumbuh sebesar 207.48%. Dilihat dari proporsinya terhadap total
DPK, proporsi deposito mudharabah mengalami peningkatan dari 57.9% pada
tahun 2010 menjadi 62.3% pada tahun 2014. Besarnya proporsi tersebut
menunjukkan bahwa fluktuasi pada perkembangan jumlah deposito mudharabah
setiap tahunnya, akan berpengaruh besar pada total DPK dan jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan syariah. Adapun data perkembangan DPK
perbankan syariah berdasarkan komposisinya selama periode 2010-2014 dapat
dilihat pada Gambar 1.
2
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 Pasal 11 Ayat (1) Bagian a dan b
dijelaskan bahwa (a) batas bawah LDR target sebesar 78% dan (b) batas atas LDR target sebesar
92%
3
komposisi DPK (Rp triliun)
160
135.6
140
120
107.8
100
84.7
70.8
80
57.2
60
40
20
63.6
45.1
44.1
32.6
22.9
9.1
17.7
12
18.7
18.5
0
2010
2011
Giro iB
2012
2013
Periode (tahun)
Tabungan iB
Deposito iB
2014
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)
Gambar 1 Perkembangan DPK perbankan syariah berdasarkan komposisi
periode 2010 – 2014
Dapat dilihat pada Gambar 1, deposito mudharabah mengalami tren
perkembangan yang positif selama periode 2010-2014 dengan jumlah terbesar
dibandingkan dengan produk DPK lainnya. Tren positif ini disebabkan salah
satunya oleh peningkatan jumlah rekening yang menunjukkan peningkatan jumlah
deposan (pemilik dana) yang menginvestasikan dananya pada produk deposito
mudharabah. Akan tetapi, berdasarkan laporan Statistik Perbankan Syariah,
peningkatan jumlah deposito mudharabah justru diiringi dengan penurunan jumlah
deposan pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah
nominal dana yang diinvestasikan oleh deposan semakin meningkat, sedangkan di
sisi lain banyak deposan yang menarik dananya dari produk deposito mudharabah.
Tabel 2 Perkembangan jumlah dana dan jumlah rekening deposito mudharabah
perbankan syariah periode 2010 – 2014
Periode (tahun)
Jumlah dana (Rp triliun)
Jumlah rekening (unit)
2010
2011
2012
2013
2014
44.07
70.81
84.73
107.81
135.63
186 400
224 217
317 864
356 422
269 619
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)
Deposito mudharabah sebagai alternatif sarana investasi yang menggunakan
sistem bagi hasil, dapat mendorong aktifitas ekonomi dan mengurangi spekulasi
serta idle money (dana mengendap). Adanya penghimpunan dana melalui deposito
mudharabah, dapat mengedukasi nasabah untuk menyimpan hartanya dalam
produk investasi sehingga kelebihan dana yang dimilikinya tidak mengendap (tidak
idle). Distribusi hasil usaha dari pengelolaan dana masyarakat juga menggunakan
sistem bagi hasil, sehingga tidak ada suatu pihak yang diuntungkan sementara pihak
4
yang lainnya dirugikan karena besarnya benefit sangat tergantung dari pendapatan
yang diperoleh oleh bank syariah sebagai mudharib atas pengelolaan dana
mudharabah tersebut (Wiroso 2005).
Deposito mudharabah sebagai produk penghimpunan dana yang memberikan
proporsi terbesar dalam komposisi DPK, perlu ditingkatkan agar ekspansi bank
syariah dalam menyediakan layanan keuangan khususnya pembiayaan dengan
skema syariah juga dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, penelitian mengenai faktorfaktor yang memengaruhi jumlah deposito mudharabah ini cukup relevan untuk
dilakukan.
Perumusan Masalah
Sebagai produk simpanan berjangka, penarikan dana deposito hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan bank dengan
nasabah (Dendawijaya 2001). Apabila sumber dana bank syariah didominasi oleh
dana yang berasal dari deposito berjangka, pengaturan likuiditas dana relatif tidak
sulit karena bank dapat mengendalikan jangka waktu pencairan dana. Bagi nasabah,
nisbah bagi hasil yang ditawarkan pada produk deposito mudharabah juga lebih
tinggi dibandingkan dengan produk DPK bank syariah lainnya.
Penghimpunan deposito mudharabah perbankan syariah mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif selama periode triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan I 2015. Berdasarkan Gambar 2, sepanjang tahun 2011, deposito
mudharabah yang dihimpun perbankan syariah mengalami pertumbuhan dengan
tren positif dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 19.30%.
Selanjutnya, pada triwulan II 2012, pertumbuhan jumlah deposito mudharabah
perbankan syariah melambat dan bahkan negatif terhadap periode triwulan I 2012
sebesar -4.43%.
25
19.3
Pertumbuhan (%)
20
15.27
13.87
15
13.79
11.08
9.88
10
5
7.63
6.63
6.7
4.14
1.8
3.38
0
3.55
3.87
2.57
-5
-3.03
-4.43
-10
periode (triwulan)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015 (diolah)
Gambar 2 Pertumbuhan deposito mudharabah perbankan syariah periode
triwulan I 2011 – triwulan I 2015
Pertumbuhan yang positif terjadi kembali sampai dengan triwulan IV 2012
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10.98% dan selanjutnya melambat kembali
sampai dengan triwulan II 2013 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8.59%.
5
Kemudian pada triwulan IV 2014, jumlah deposito mudharabah kembali
mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 11.08% dan mengalami penurunan
yang signifikan sebesar -3.03% pada triwulan I 2015. Data ini menunjukkan bahwa
penghimpunan deposito mudharabah oleh perbankan syariah belum dilakukan
secara optimal. Pertumbuhan yang negatif pada beberapa periode juga
menunjukkan bahwa jumlah deposito mudharabah yang dihimpun perbankan
syariah mengalami penurunan dari periode sebelumnya.
Penurunan jumlah deposito mudharabah yang dihimpun tersebut perlu
diantisipasi, mengingat deposito mudharabah memberikan proporsi terbesar
terhadap DPK yang merupakan sumber dana utama bagi bank syariah dalam
melaksanakan berbagai usaha keuangannya. Peningkatan jumlah deposito
mudharabah juga dilakukan sebagai upaya peningkatan market share DPK
perbankan syariah yang hingga tahun 2014 hanya sebesar 4.96% terhadap DPK
perbankan nasional yang jumlahnya mencapai Rp 4 395 triliun. Menurut Rivai dan
Arifin (2010), usaha bank dalam menghimpun dana dipengaruhi oleh faktor yang
datang dari luar bank (eksternal) dan faktor yang bersumber dari bank itu sendiri
(internal). Faktor eksternal yang memengaruhi usaha bank dalam menghimpun
dana antara lain kondisi perekonomian, kegiatan dan kondisi pemerintah, kondisi
atau perkembangan pasar uang dan pasar modal, kebijakan pemerintah serta
peraturan Bank Indonesia, sedangkan faktor internal antara lain produk bank,
kebijakan bagi hasil, kualitas layanan, suasana kantor bank, lokasi kantor dan
reputasi bank. Selain faktor-faktor tersebut, keamanan atas dana (uang) yang
dititipkan atau diinvestasikan di bank dan return atas uang yang diinvestasikan, juga
merupakan faktor yang menjadi pertimbangan bagi nasabah (Ismail 2011).
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, permasalahan yang akan
dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dan
faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah
perbankan syariah di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dan
mengidentifikasi faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penulis berharap adanya kontribusi positif dari penelitian ini dan diharapkan
daftar bermanfaat, yaitu:
1. Bermanfaat bagi semua pihak dalam memberikan informasi-informasi terbaru
mengenai perkembangan seputar bank syariah.
2. Memberi masukan bagi para pengambil keputusan (decision maker) sebagai
informasi dalam membuat strategi pengembangan bank syariah di masa depan
terutama dalam meningkatkan jumlah deposito mudharabah sesuai hasil
penelitian penulis.
6
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu di bidang
ekonomi Islam. Penelitian ini juga berdasarkan teori-teori dan penelitian
terdahulu sehingga penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Batasan Penelitian
Penelitian ini fokus pada pembahasan mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 Bank Umum Syariah (BUS)
yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan selama periode triwulan I 2011
sampai dengan periode triwulan I 2015.
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Perbankan syariah merupakan bank yang beroperasi berdasarkan prinsip yang
tertuang dalam fikih muamalah yang ditransformasikan dalam bentuk perundangundangan. Algaoud dan Lewis (2001) dalam Edy (2014), menyebutkan setidaknya
ada lima elemen yang terlibat dalam bank syariah, yaitu: 1) Riba dilarang dalam
semua transaksi; 2) Bisnis dan investasi dijalankan melalui aktivitas-aktivitas yang
halal; 3) Transaksi harus terbebas dari unsur gharar (spekulasi atau ketidakpastian
yang tidak masuk akal); 4) Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan
masyarakat; 5) Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, dengan
dewan syariah khusus sebagai penyelia dan memberikan nasihat kepada bank
mengenai kepatutan suatu transaksi. Namun, dari kelima elemen tersebut, elemen
pertama (riba) merupakan sentral dari bank syariah. Istilah riba, secara teknis
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio
2001).
Seperti halnya operasional bank pada umumnya, bank syariah melakukan tiga
jenis usaha yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank
lainnya. Menurut Kasmir (2004), pengertian menghimpun dana pada bank syariah
adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari
masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito, dengan
memberikan rangsangan berupa bagi hasil yang berdasarkan prinsip syariah. Jenis
usaha bank syariah yang kedua adalah menyalurkan dana, yaitu menyalurkan
kembali dana yang diperoleh melalui simpanan giro, tabungan, dan deposito ke
masyarakat dalam bentuk pembiayaan, sedangkan pengertian jasa lainnya
mencakup jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan yang diberikan
terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan pembiayaan
ataupun tidak langsung.
Menurut jenisnya, bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum
Syariah (BUS) adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta
pendiriannya, sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit kerja dari
7
kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Ismail
2011). Sementara, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut Soemitra
(2009) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran, melainkan hanya menghimpun dana dan menyalurkannya
dalam bentuk pembiayaan. Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Syariah,
sampai dengan Maret 2015, bank syariah di Indonesia terdiri dari 12 BUS, 22 UUS,
dan 162 BPRS.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Untuk mendukung aktivitas operasional dalam penyaluran dana, bank syariah
membutuhkan sumber dana yang cukup. Salah satu sumber dana yang dimiliki oleh
bank syariah adalah dana yang berasal dari masyarakat atau yang disebut dengan
Dana Pihak Ketiga (DPK). Menurut Soemitra (2009), DPK sebagai sumber
permodalan bank syariah merupakan dana masyarakat yang terhimpun dalam
bentuk simpanan (wadiah) dan investasi (mudharabah). Sebagian besar kegiatan
operasional bank syariah khususnya dalam penyaluran pembiayaan, bergantung
pada besarnya DPK yang terhimpun oleh bank syariah. Hal tersebut ditunjukkan
dari angka rasio pembiayaan terhadap total DPK atau Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan proporsi DPK terhadap total aktiva (aset) bank syariah yang dapat dilihat
dari publikasi laporan keuangan bank syariah.
Seperti halnya bank konvensional, penghimpunan dana di bank syariah dapat
berbentuk giro, tabungan, dan deposito (Karim 2009). Dalam bank syariah,
penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan tidak membedakan nama
produk, tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan
menghendakinya (Wiroso 2005). Bank syariah sebagai penerima titipan tidak
memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan dan bank syariah dapat
mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Namun, atas kebijakannya bank
syariah dapat memberikan “bonus” kepada penitip dengan syarat bonus merupakan
kebijakan hak prerogatif dari bank sebagai penerima titipan dan tidak disyaratkan
sebelumnya baik dalam persentase maupun nominal (Wiroso 2005). Dalam
praktinya, prinsip wadiah diterapkan dalam produk giro dan tabungan dengan
menggunakan prinsip wadiah yad-dhamanah, dimana bank syariah boleh
memanfaatkan dana yang dititipkan dalam proyek berjangka pendek, sementara
prinsip wadiah yad-amanah diterapkan pada produk safe deposit box yaitu jasa
penitipan barang atau uang tanpa boleh barang atau uang tersebut dimanfaatkan
oleh bank syariah.
Selain menggunakan prinsip wadiah, bank syariah menggunakan prinsip
mudharabah dalam menghimpun dana masyarakat. Mudharabah adalah perjanjian
atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (proporsi) bagi hasil yang
telah disepakati bersama sejak awal, termasuk jika bank syariah mengalami
kerugian, shahibul maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerja dan
managerial skill selama proyek berlangsung (Wiroso 2005). Dilihat dari segi kuasa
8
yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak penguasa diberi
kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun
urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu,
tempat, jenis, perusahaan, dan pelanggan. Investasi tidak terikat ini
diaplikasikan pada tabungan dan deposito.
2. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana
membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dananya,
sehingga pada prinsipnya kedudukan bank syariah hanya sebagai agen dan
atas kegiatannya tersebut bank syariah menerima imbalan berupa fee.
Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah merupakan investasi tidak terikat (mudharabah
muthlaqah) pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil usaha sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati di muka antara nasabah dengan bank syariah yang
bersangkutan (Wiroso 2005). Deposito mudharabah mempunyai jumlah minimal
tertentu, jangka waktu tertentu, dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan
(Arif 2010). Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan
jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan
dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi bagi hasil yang
ditawarkan jauh lebih tinggi daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana.
Oleh karena itu, deposito biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan
dana, tidak hanya untuk menyimpan dananya, melainkan juga sebagai sarana
berinvestasi (Arif 2010).
Menurut Wiroso (2005), sebagai deposito berjangka, deposito mudharabah
terdiri dari dua jenis yaitu deposito berjangka biasa dan deposito berjangka otomatis
(automatic roll over). Deposito berjangka biasa adalah deposito yang berakhir pada
jangka waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada
permohonan baru/pemberitahuan dari penyimpan, sedangkan deposito berjangka
otomatis (automatic roll over) secara otomatis pada saat jatuh tempo, akan
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan.
Dana deposito yang dihimpun bank syariah akan dikelola oleh bank syariah dalam
bentuk pembiayaan atau usaha-usaha tertentu sehingga menghasilkan keuntungan.
Deposan akan memperoleh bagian dari keuntungan tersebut sesuai nisbah yang
telah disepakati pada saat pembukaan rekening. Pembayaran keuntungan atau bagi
hasil kepada pemilik dana deposito mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dilakukan setiap ulang tanggal pembukaan deposito mudharabah dan/atau
dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa memperhatikan
tanggal pembukaan deposito mudharabah tersebut.
Hubungan Deposito Mudharabah dengan Variabel Independen
Produk Domestik Bruto Riil
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian suatu negara karena perhitungannya dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu dari pendapatan total setiap orang di dalam perekonomian atau pengeluaran
9
total atas output barang dan jasa perekonomian (Mankiw 2006). Tujuan PDB adalah
meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang suatu negara yang dihitung setiap
tiga bulan sekali. PDB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB riil, yaitu
nilai barang dan jasa pada periode tertentu yang diukur dengan menggunakan harga
konstan (Mankiw 2006). Penggunaan PDB riil dikarenakan PDB riil merupakan
ukuran kemakmuran ekonomi yang penghitungannya tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga, melainkan diukur dari jumlah barang dan jasa yang diproduksi
untuk memenuhi permintaan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
PDB riil menyatakan seberapa besar pendapatan nasional riil sehingga
semakin tinggi nilai PDB riil, maka tingkat pendapatan masyarakat juga semakin
tinggi. Dugaan Keynes dalam Mankiw (2006), ketika pendapatan seseorang naik,
maka rasio konsumsi terhadap pendapatan atau yang disebut kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) akan turun. Keynes
percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia menduga orang kaya
menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si
miskin (Mankiw 2006). Hal ini menunjukkan bahwa jika pendapatan masyarakat
tinggi, maka tingkat saving dan investasi masyarakat akan cenderung meningkat,
sedangkan jika pendapatan masyarakat turun, maka tingkat saving dan investasi
masyarakat juga akan cenderung menurun atau sebagian besar pendapatan yang
diterima dialokasikan untuk kebutuhan konsumsinya.
Inflasi
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi merupakan variabel
makroekonomi yang digunakan untuk menjelaskan kenaikan harga umum secara
terus-menerus dari suatu perekonomian (Huda, Idris, Nasution, dan Wiliasih 2009).
Mankiw (2006) menjelaskan bahwa menurut pandangan masyarakat awam pada
umumnya, inflasi merupakan masalah sosial karena perubahan tingkat harga
berkaitan dengan perubahan daya beli atau nilai uang. Jika tingkat harga naik, maka
daya beli masyarakat akan turun terutama daya beli terhadap kebutuhan konsumsi
sehingga alokasi pendapatan masyarakat untuk keperluan konsumsi meningkat.
Huda et.al (2009) menjelaskan bahwa salah satu dampak dari inflasi dirasakan oleh
para penabung. Dampak inflasi menyebabkan masyarakat khususnya para
penabung enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Jika
masyarakat enggan untuk menabung, maka dunia usaha dan investasi akan sulit
untuk berkembang, karena berkembangnya dunia usaha membutuhkan dana dari
masyarakat yang disimpan di bank.
Kondisi tersebut juga dijelaskan oleh Mankiw (2006) yang mendefinisikan
tabungan rumah tangga atau tabungan swasta (private saving) sebagai jumlah
pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga atau perusahaan membayar pajak dan
konsumsi mereka. Dalam hal ini, inflasi yang tinggi akan menyebabkan nasabah
menarik kelebihan dana yang mereka simpan. Dana tersebut selanjutnya akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka atau untuk diinvestasikan
pada aset riil (seperti real estate atau emas), yang biasanya bertahan nilainya di
masa-masa inflasi (Huda et.al 2009).
Bagi Hasil
Fungsi bank syariah adalah sebagai perantara dari pihak yang membutuhkan
dana dan pihak yang memiliki dana. Untuk menarik nasabah agar menanamkan
10
dananya dalam produk investasi, bank syariah menawarkan rangsangan berupa bagi
hasil atau bonus atas simpanan dari dana dari masyarakat tersebut (Ismail 2011).
Dalam menghimpun dana melalui produk deposito mudharabah, bank syariah
menawarkan bagi hasil yang merupakan nisbah (proporsi) yang dihitung dari
keuntungan yang akan diperoleh bank dalam mengelola dana tersebut sebagai
mudharib (pengelola dana).
Menurut Ali, Hassan, dan Kasim (2012), faktor utama yang menjadi
pertimbangan nasabah dalam menginvestasikan dananya pada deposito
mudharabah adalah tingkat bagi hasil atau rate of return (ROR). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat bagi hasil, maka jumlah investasi
deposito mudharabah yang dihimpun bank syariah akan semakin tinggi. Sebaliknya,
jika tingkat bagi hasil bank syariah semakin rendah, maka nasabah akan cenderung
mengalihkan dana yang mereka investasikan kepada jenis investasi lain yang dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar.
Likuiditas
Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai
(Antonio 2001). Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnis
sehari-sehari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan
nasabah terhadap pembiayaan, dan memberikan fleksibilitas dalam meraih
kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas adalah Financing to Deposit Ratio (FDR).
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
pihak ketiga yang dihimpun oleh bank (Antonio 2001). Jika nilai FDR semakin
tinggi, maka kemampuan bank dalam menyediakan dana likuid semakin rendah.
Menurut Mirza (2015), nilai FDR yang tinggi merupakan risiko likuiditas yang
biasanya dihindari bagi nasabah penabung. Jika proses pencairan dana semakin sulit,
maka nasabah akan cenderung menarik dananya dan menginvestasikanya pada
produk bank lain yang risiko likuiditasnya lebih rendah.
Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikan (Ismail 2011). Pembiayaan bermasalah akan berakibat pada kerugian
bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan
ataupun pendapatan marjin atau bagi hasil yang tidak dapat diterima. Artinya, bank
kehilangan kesempatan mendapatkan marjin atau bagi hasil, yang berakibat pada
penurunan pendapatan secara total (Ismail 2011). Penyebab utama terjadinya risiko
pembiayaan bermasalah adalah terlalu mudahnya bank memberikan pembiayaan
atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan
likuiditas (Antonio 2001).
Pembiayaan bermasalah pada bank syariah ditunjukkan dari rasio NonPerforming Financing (NPF) pembiayaan. Berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 17/19/DPUM, rasio Non-Performing Financing (NPF)
pembiayaan adalah penjumlahan pembiayaan dengan kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet yang disalurkan bank syariah. Dalam penelitian ini, NPF yang
digunakan adalah NPF netto yang hanya membandingkan pembiayaan dengan
11
status macet terhadap total pembiayaan yang disalurkan bank syariah. Bank berada
pada kondisi sehat jika besar NPF total pembiayaan tidak melebihi batas maksimum
5%.
Deposan (pemilik dana) menyimpan dananya pada bank syariah karena motif
rasa aman dan untuk memperoleh return dari pendapatan yang diperoleh bank
syariah atas pengelolaan dana tersebut (Ismail 2011). Atas dasar motif tersebut,
rasio NPF menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh deposan dalam
menginvestasikan dananya. Rasio NPF yang tinggi menunjukkan kesehatan bank
yang rendah karena banyak sekali terjadi pembiayaan bermasalah di dalam kegiatan
bank syariah tersebut. Rasio NPF yang semakin tinggi akan meningkatkan risiko
pembiayaan yang dialami bank syariah, sehingga deposan akan menarik dana yang
mereka investasikan karena khawatir dananya tidak dapat dikembalikan oleh bank
syariah akibat terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Muttaqiena (2013) menganalisis pengaruh Produk
Domestik Bruto (PDB), inflasi IHK, suku bunga deposito bank umum konvensional,
dan nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah, terhadap Dana Pihak Ketiga perbankan
syariah di Indonesia periode 2008-2012. Penelitian tersebut dilatarbelakangi karena
adanya tren perlambatan pertumbuhan DPK yang identik dengan memburuknya
indikator makro. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia, hal tersebut
mengindikasikan bahwa nasabah cenderung menggunakan perbankan syariah untuk
menyimpan dana jangka pendek atau sebagai tempat transit dana-dana yang bisa
ditarik setiap saat. Inflasi IHK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK
perbankan syariah di Indonesia, hal tersebut mengindikasikan bahwa pada saat
inflasi, masyarakat akan menarik dana lebih banyak dari simpanannya untuk
memenuhi kebutuhan mereka serta nflasi mengakibatkan ketidakpastian bagi
masyarakat, sehingga mereka akan mengambil keputusan untuk memindahkan
dana-dananya ke aset riil agar nilai kekayaan mereka tidak merosot.
Suku bunga deposito 1 bulan bank umum berpengaruh positif signifikan
terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia, hal tersebut mengindikasikan bahwa
basis nasabah perbankan syariah adalah nasabah emosional/spiritual, walaupun
keputusan-keputusan rasional masih akan mempengaruhi DPK perbankan syariah.
Bagi nasabah emosional, kenaikan bunga di bank umum tidak membuat mereka
tergoda untuk memindahkan dananya. Sebaliknya, dengan keyakinan bahwa bank
pilihannya lebih baik, maka mereka bisa jadi menambah simpanan dengan
mengharapkan imbalan yang sama dengan atau lebih tinggi daripada imbalan yang
diberikan bank konvensional. Kurs tengah Dollar AS terhadap Rupiah berpengaruh
negatif signifikan terhadap DPK perbankan syariah, hal tersebut mengindikasikan
bahwa pada saat nilai Rupiah melemah, nasabah individu maupun nasabah
korporasi akan cenderung menarik dana-dananya dari perbankan syariah.
Mardiansyah (2004) menganalisis faktor-faktor penentu penghimpunan dan
penyaluran dana perbankan syariah beserta peramalannya. Dari hasil pengujian
statistik terhadap model regresi penghimpunan DPK perbankan syariah, faktor
12
internal, nisbah laba per DPK buan sebelumnya dan tingkat pembiayaan bermasalah
(NPF), serta faktor eksternal seperti pendapatan nasional riil (GDP), tingkat inflasi,
dan rata-rata suku bunga deposito riil perbankan konvensional secara signifikan
berpengaruh terhadap jumlah DPK yang dapat dihimpun perbankan syariah. Faktor
yang berpengaruh paling sedikit adalah variabel nisbah laba per DPK perbankan
syariah. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan syariah masih didominasi oleh
nasabah emosionalnya daripada nasabah rasionalnya. Berdasarkan model
persamaan peramalan DPK, maka diramalkan pada akhir tahun 2005, DPK yang
dapat dihimpun perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar 65.17%
dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
Abduh dan Sukmana (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku nasabah deposito bank syariah di Indonesia. Beberapa variabel penjelas
diuji yaitu suku bunga, tingkat bagi hasil deposito mudharabah, inflasi, indeks
produksi industri (IPI), serta krisis keuangan. Uji kointegrasi dan Impuls Response
Function (IRF) digunakan untuk menganalisis hubungan jangka panjang dan jangka
pendek antar variabel. Periode penelitian antara lain dari bulan Desember 2000
sampai dengan Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis tidak
berdampak signifikan terhadap volatilitas deposito bank syariah. Hal ini
menunjukkan bahwa ekspansi bank syariah terhadap kegiatan ekonomi riil bank
syariah 'melalui kontrak kemitraan merupakan salah satu praktik terbaik. Deposan
memiliki kepercayaan yang kuat terhadap ketahanan bank syariah ketika terjadi
krisis keuangan tahun 2008, sehingga mereka tidak menarik uang mereka secara
berlebihan selama krisis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat suku
bunga dan pendapatan (IPI) masih mendominasi keputusan masyarakat untuk
menyimpan dana mereka di bank syariah. Pada gilirannya, hal ini menunjukkan
bahwa efektivitas kampanye anti-riba di Indonesia masih rendah dan diperlukan
perencangan ulang terhadap strategi edukasi keuangan syariah. Hasil penelitian
lainnya menunjukkan bahwa inflasi juga berpengaruh negatif terhadap volatilitas
deposito bank syariah di Indonesia.
Ali et al. (2012) meneliti tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap
investasi deposito mudharabah di Malaysia. Penelitian tersebut dilakukan untuk
menguji hubungan dan pengaruh signifikan antara PDB, tingkat bagi hasil (rate of
return), dan tingkat inflasi terhadap investasi deposito mudharabah dengan studi
kasus Bank Negara Malaysia periode 2003-2011. Metode yang digunakan adalah
metode regresi linier berganda dengan tiga model (enter, forward, dan backward).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROR berpengaruh positif dan signifikan,
sedangkan PDB dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap investasi
deposito mudharabah di Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil
masih menjadi faktor utama sebagian besar nasabah untuk menginvestasikan
dananya pada produk perbankan syariah di Malaysia.
Mirza (2015) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi tabungan
anggota BMT (studi kasus anggota Inkopsyah BMT). Variabel yang digunakan
antara lain aset, utang, FDR, dan PDRB sebagai variabel bebas, dan tabungan
anggota BMT sebagai variabel terikat. Sampel penelitian sebanyak 34 BMT yang
terdaftar sebagai anggota Inkopsyah dan menyerahkan laporan keuangan tahun
2011-2012. Metode yang digunakan adalah metode regresi data panel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel aset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tabungan anggota BMT, variabel utang dan FDR berpengaruh negatif dan
13
signifikan terhadap tabungan anggota BMT, sedangkan variabel PDRB tidak
berpengaruh signifikan terhadap anggota BMT.
Rachmawati dan Syamsulhakim (2004) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi deposito mudharabah di Indonesia. Variabel penelitian yang
digunakan antara lain total PDB, jumlah kantor cabang, tingkat bagi hasil, serta
inflasi sebagai variabel bebas dan deposito mudharabah sebagai variabel terikat.
Data yang digunakan adalah data deret waktu berupa data triwulan periode 19932003. Metode yang digunakan adalah metode kointegrasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah kantor cabang dan tingkat bagi hasil berpengaruh
positif dan signifikan terhadap total deposito mudharabah pada jangka panjang,
sedangkan PDB dan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan.
Novianto dan Hadiwidjojo (2013) menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi penghimpunan deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
Variabel penelitian yang digunakan antara lain jumlah penghimpunan deposito
mudharabah sebagai variabel terikat dan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi,
jumlah kantor, dan tingkat bagi hasil sebagai variabel bebas. Data yang digunakan
adalah data triwulan tahun 2005 sampai dengan 2013. Analisis data yang digunakan
adalah vector auto regression (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB
berpengaruh negatif signifikan terhadap deposito mudharabah, hal tersebut
mengidikasikan bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi
masyarakat sehingga mengakibatkan menurunnya keinginan masyarakat untuk
menempatkan dananya pada bank syariah. Jumlah kantor berpengaruh positif
signifikan terhadap deposito mudharabah, hal tersebut mengindikasikan bahwa
semakin banyak jumlah kantor maka semakin dekat bank syariah dengan
masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada kemudahan akses keuangan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat inflasi dan tingkat bagi hasil tidak
berpengaruh terhadap deposito mudharabah.
Penelitian ini melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Novianto dan
Hadiwidjojo (2013). Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya antara lain sampel penelitian, variabel yang digunakan, dan periode
waktu penelitian. Penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah (BUS) sebagai
sampel penelitian karena memiliki aset yang besar yang diharapkan mampu
menjelaskan pengaruh dari variabel makroekonomi khususnya terhadap jumlah
deposito mudharabah yang dihimpun. Penelitian ini menambahkan variabel
likuiditas (FDR) dan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) sebagai rasio keuangan
bank yang dianggap berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah. Periode
waktu yang digunakan mulai dari kuartal I 2011 sampai dengan kuartal 2015
sehingga jumlah data observasi lebih banyak. Hal ini diharapkan mampu
menginterpretasikan pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen secara lebih baik.
Kerangka Pemikiran
Deposito mudharabah merupakan simpanan berjangka yang penarikan
dananya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
kesepakatan bank dengan nasabah, sehingga bank dapat lebih mudah
mengendalikan likuiditas dana. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah
diketahui bahwa deposito mudharabah merupakan produk penghimpunan dana
14
yang memberikan proporsi terbesar terhadap total DPK perbankan syariah
dibandingkan dengan produk giro dan tabungan, yaitu sebesar 62.3% pada tahun
2014. Hal ini mengindikasikan bahwa fluktuasi pada jumlah deposito mudharabah
akan berpengaruh besar pada jumlah modal yang dimiliki bank syariah yang
nantinya dapat disalurkan dalam bentuk pembiayaan.
Pada triwulan I 2015, jumlah deposito mudharabah yang dihimpun oleh
perbankan syariah mengalami penurunan dari periode sebelumnya yaitu triwulan
IV 2014. Penurunan jumlah deposito mudharabah juga pernah terjadi pada triwulan
II 2012. Penurunan pada beberapa periode tersebut menunjukkan bahwa
performance bank-bank syariah dalam menghimpun dana mengalami penurunan
sehingga perlu dikaji kembali faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Hal
tersebut dilakukan agar perbankan syariah dapat meningkatkan share layanan
keuangan khususnya pembiayaan skema syariah yang masih relatif kecil
dibandingkan dengan layanan keuangan yang ditawarkan perbankan konvensional.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah. Berdasarkan kajian literatur dan
penelitian-penelitian terdahulu, usaha bank dalam menghimpun dana dipengaruhi
oleh faktor eksternal (indikator makroekonomi) dan faktor internal (karakteristik
bank). Secara ringkas, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.
Deposito mudharabah memberikan proporsi
terbesar terhadap DPK perbankan syariah
Deposito mudharabah mengalami pertumbuhan
yang melambat dan terjadi penurunan jumlah pada
triwulan I 2012 dan triwulan I 2015
Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah
deposito mudharabah
Faktor internal
Faktor eksternal
PDB riil
Inflasi
Bagi hasil
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
Likuiditas
(FDR)
Pembiayaan bermasalah (NPF)
15
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu
tentang pengaruh faktor eksternal (makroekonomi) dan faktor internal (karakteristik
bank) terhadap jumlah deposito mudharabah, maka hipotesis yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. PDB riil berpengaruh positif dan signifikan.
2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan.
3. Bag
DEPOSITO MUDHARABAH: STUDI KASUS BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
ABDULLAH SYAFI’IE
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah di
Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Abdullah Syafi’ie
NIM H54110033
ABSTRAK
ABDULLAH SYAFI’IE. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh
TANTI NOVIANTI dan RANTI WILIASIH.
Deposito mudharabah merupakan produk penghimpunan dana yang
memberikan proporsi terbesar dalam komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada
bank syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah dengan studi kasus Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7
BUS yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan I 2015. Hasil estimasi dengan menggunakan regresi data panel
menunjukkan jumlah deposito mudharabah periode triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan I 2015 dipengaruhi oleh PDB riil, inflasi, bagi hasil, FDR, dan NPF secara
simultan. Secara parsial, variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah. Variabel PDB riil dan bagi hasil berpengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, sedangkan variabel FDR dan
NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah,
ceteris paribus. Faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah adalah PDB riil dan berikutnya diikuti oleh variabel bagi hasil, NPF,
dan FDR.
Kata kunci: bank umum syariah, data panel, deposito mudharabah
ABSTRACT
ABDULLAH SYAFI’IE. Factors That Affect The Amount of Deposits
Mudharabah: A Case Study of Sharia Commercial Banks in Indonesia. Supervised
by TANTI NOVIANTI and RANTI WILIASIH.
Deposits mudharabah fund is a product that provides the largest proportion in
the composition of third party funds (DPK) in Islamic banks. The purpose of this
study is to analyze the factors that influence the amount of deposits mudharabah
with case studies Sharia Commercial Banks (BUS) in Indonesia. The sample used
in this study is 7 BUS which publishes financial reports first quarter 2011 to the
first quarter of 2015. The results of the estimation using panel data regression
indicates the amount of deposits mudharabah period first quarter 2011 to the first
quarter of 2015 was influenced by real GDP, inflation, revenue sharing, FDR, and
NPF simultaneously. Partially, variable inflation does not affect the amount of
deposits mudharabah. Real GDP variable and revenue sharing positive and
significant impact on the amount of deposits mudharabah, while variable FDR and
NPF negative and significant effect on the amount of deposits mudharabah, ceteris
paribus. The most influential factor on the amount of deposits mudharabah is real
GDP and next followed by variable of revenue sharing, NPF, and FDR.
Keywords: sharia commercial banks, panel data, deposits mudharabah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JUMLAH
DEPOSITO MUDHARABAH: STUDI KASUS BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
ABDULLAH SYAFI’IE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Sklipsi: Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Depo sito J\!!udharabah:
Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia
Nama
: Abdullah Syafi 'ie
NIM
: H54110033
Disetujui oleh
セ
Dr Tanti Novianti, S.P ., M.Si
Pembimbing I
·, ')
'·
Ranti Wiliasih, S.P .. M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
'
セwanj@
..
.Dr Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec
'· G G オセᄋG@
-' .Ketua Departemen
''046
Tanggal Lulus:
1 . ヲNセᄋェ@
2015
ᄋ@
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini adalah produk deposito
mudharabah, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah: Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia. Penulis berharap
hasil dari penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait,
khususnya bank-bank syariah di Indonesia sebagai referensi dalam meningkatkan
jumlah deposito mudharabah yang dihimpun.
Ungkapan terima kasih tidak henti penulis ucapkan untuk ibu penulis yaitu
Ibu Titin Patimah, Risa Amelia Putri (adik), dan Achmad Zulfikar (kakak) serta
sekeluarga atas do’a, nasihat, dan motivasi untuk penulis. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Ibu Dr Tanti Novianti, S.P., M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P.,
M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan
serta saran yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA dan Bapak Ustad
Romli selaku dosen serta guru spiritual (murabbi) dan kepada seluruh dosen
program studi Ilmu Ekonomi yang telah mengajarkan berbagai ilmu yang
bermanfaat selama masa perkuliahan. Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada rekan-rekan satu bimbingan, rekan-rekan Ekonomi Syariah 48 IPB,
keluarga Dzikrullah, santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Inayah, ANB 48,
Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB, Statistic Center, dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Abdullah Syafi’ie
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Batasan Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Perbankan Syariah
6
Dana Pihak Ketiga (DPK)
7
Deposito Mudharabah
8
Hubungan Deposito Mudharabah dengan Variabel Independen
8
Penelitian Terdahulu
11
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
15
METODE PENELITIAN
15
Ruang Lingkup Penelitian
15
Jenis dan Sumber Data
15
Metode Analisis
15
Pemilihan Model Regresi Data Panel
18
Metode Evaluasi Model
19
Variabel dan Definisi Operasional
23
GAMBARAN UMUM
24
Perkembangan Jumlah dan Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan
Syariah di Indonesia
24
Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Riil di Indonesia
27
Laju Inflasi
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Pemilihan Model Estimasi
29
Hasil Pengujian Validitas
29
Hasil Estimasi Model
30
Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah
31
Pengaruh Efek Individu (Masing-masing Sampel) terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah
33
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
43
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang diberikan (PYD) perbankan
syariah periode 2010-2014
Perkembangan jumlah dana dan jumlah rekening deposito
mudharabah perbankan syariah periode 2010 – 2014
Ketentuan Durbin – Watson
Variabel dan definisi operasional
Jumlah deposito mudharabah pada 7 sampel BUS periode triwulan I
2011 – triwulan I 2015
Bagi hasil deposito mudharabah pada 7 sampel BUS periode
triwulan I 2011 – triwulan I 2015
Hasil estimasi variabel yang memengaruhi jumlah deposito
mudharabah menggunakan model FEM dengan pembobotan crosssection SUR
Keragaman individu model deposito mudharabah
2
3
21
23
25
27
30
34
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Perkembangan DPK perbankan syariah berdasarkan komposisi
periode 2010 – 2014
Pertumbuhan deposito mudharabah perbankan syariah periode
triwulan I 2011 – triwulan I 2015
Kerangka Pemikiran
Perkembangan deposito mudharabah periode triwulan I 2011 –
triwulan I 2015
Perkembangan PDB riil di Indonesia periode triwulan I 2011 –
triwulan I 2015
laju inflasi di Indonesia periode triwulan I 2011 – triwulan I 2015
3
4
14
24
28
28
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Hasil estimasi data panel menggunakan pooled least square
Hasil estimasi data panel menggunakan fixed effect model dengan
pembobotan cross-section SUR
Hasil estimasi data panel menggunakan random effect model
Hasil uji Chow terhadap fixed effect model
Hasil uji Hausman terhadap random effect model
Hasil uji multikolineartis
Hasil uji normalitas
Hasil cross section effect pada fixed effect model
38
39
40
41
41
41
41
42
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bank merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling
lengkap (Soemitra 2009). Selain melakukan usaha keuangan dengan menyalurkan
dana dalam bentuk pembiayaan atau kredit, bank juga melakukan usaha
penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan dan investasi.
Dana yang dihimpun dari masyarakat atau yang dikenal dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK), menjadi sumber modal (selain modal inti) yang digunakan oleh bank dalam
menjalankan usaha keuangannya. Usaha bank lainnya adalah memberikan jasa-jasa
keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana.
Seperti halnya bank konvensional, penghimpunan DPK oleh bank syariah
dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito (Karim 2009). Perbedaan produk
DPK antara bank konvensional dan bank syariah terletak pada prinsip yang
digunakan yaitu tidak berbasiskan bunga (riba) atau sesuai dengan prinsip syariah.
Prinsip atau akad operasional syariah yang diterapkan dalam produk DPK bank
syariah berupa akad titipan (wadiah) dan investasi (mudharabah) 1 . Dalam
aplikasinya, akad wadiah diterapkan pada produk giro dan tabungan, sedangkan
akad mudharabah diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Akad wadiah
yang diterapkan pada produk giro dan tabungan adalah akad wadiah yad al
dhamanah, dimana bank syariah sebagai penerima titipan diberi izin untuk
menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut (tidak idle), sedangkan
akad mudharabah yang mayoritas diterapkan pada produk tabungan dan deposito
adalah akad investasi tidak terikat (mudharabah mutlaqah), dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam pengelolaan
investasinya (Wiroso 2005).
Berdasarkan data yang dilaporkan dalam Statistik Perbankan Syariah, DPK
yang dihimpun perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Selama periode 2010 sampai dengan 2014, jumlah DPK perbankan
syariah mengalami peningkatan dari Rp 76.04 triliun menjadi Rp 217.86 triliun atau
rata-rata tumbuh sebesar 33.64% per tahun (lihat Tabel 1). Pertumbuhan DPK
tertinggi (year on year) terjadi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 51.79%,
akan tetapi pada periode selanjutnya, pertumbuhan DPK cenderung melambat
hingga mencapai angka pertumbuhan dibawah 20%.
Peningkatan jumlah DPK berpengaruh pada meningkatnya jumlah
pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah. Selama periode 2010 sampai
dengan 2014, jumlah pembiayaan yang diberikan (PYD) oleh perbankan syariah
juga mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 34.55%. Sama
halnya dengan DPK, jumlah PYD mengalami pertumbuhan tertinggi (year on year)
1
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, akad
wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan
barang atau uang, sedangkan akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pihak pertama dan
pihak kedua dalam pengelolaan harta dengan membagi keuntungan usaha sejalan dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
2
pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 50.57% dan pada periode selanjutnya,
pertumbuhan PYD cenderung melambat bahkan hingga mencapai angka dibawah
10%.
Tabel 1 Pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang diberikan (PYD) perbankan
syariah periode 2010-2014
DPK
Periode
(tahun)
PYD
Jumlah
(Rp triliun)
Pertumbuhan
(yoy)
Jumlah
(Rp triliun)
Pertumbuhan
(yoy)
FDR
2010
76.04
45.48%
68.18
45.40%
89.66%
2011
115.42
51.79%
102.66
50.57%
88.95%
2012
147.51
27.80%
147.50
43.68%
99.99%
2013
183.53
24.42%
184.12
24.83%
100.32%
2014
217.86
18.70%
199.33
8.26%
91.49%
34.55%
94.08%
Rata-rata yoy
33.64%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)
Meskipun pertumbuhan DPK dan pembiayaan cenderung melambat, namun
selama periode 2010-2014, rata-rata rasio pembiayaan terhadap total DPK atau
Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah, melebihi batas maksimum
Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu sebesar 92%2. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pada
periode 2012 dan 2013, angka FDR mendekati atau bahkan melebihi angka 100%,
artinya pada periode-periode tersebut DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah
telah tersalurkan sepenuhnya dalam bentuk pembiayaan. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa secara umum, perbankan syariah telah berupaya untuk
menggerakkan roda perekonomian masyarakat melalui penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan komposisinya, deposito mudharabah merupakan produk DPK
yang memberikan proporsi terbesar dibandingkan giro wadiah, tabungan wadiah,
dan tabungan mudharabah. Pada tahun 2010, jumlah deposito mudharabah yang
dihimpun oleh perbankan syariah sebesar Rp 44.07 triliun dan meningkat menjadi
Rp 135.6 triliun pada tahun 2014. Dalam rentang waktu lima tahun, jumlah deposito
mudharabah telah tumbuh sebesar 207.48%. Dilihat dari proporsinya terhadap total
DPK, proporsi deposito mudharabah mengalami peningkatan dari 57.9% pada
tahun 2010 menjadi 62.3% pada tahun 2014. Besarnya proporsi tersebut
menunjukkan bahwa fluktuasi pada perkembangan jumlah deposito mudharabah
setiap tahunnya, akan berpengaruh besar pada total DPK dan jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan syariah. Adapun data perkembangan DPK
perbankan syariah berdasarkan komposisinya selama periode 2010-2014 dapat
dilihat pada Gambar 1.
2
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 Pasal 11 Ayat (1) Bagian a dan b
dijelaskan bahwa (a) batas bawah LDR target sebesar 78% dan (b) batas atas LDR target sebesar
92%
3
komposisi DPK (Rp triliun)
160
135.6
140
120
107.8
100
84.7
70.8
80
57.2
60
40
20
63.6
45.1
44.1
32.6
22.9
9.1
17.7
12
18.7
18.5
0
2010
2011
Giro iB
2012
2013
Periode (tahun)
Tabungan iB
Deposito iB
2014
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)
Gambar 1 Perkembangan DPK perbankan syariah berdasarkan komposisi
periode 2010 – 2014
Dapat dilihat pada Gambar 1, deposito mudharabah mengalami tren
perkembangan yang positif selama periode 2010-2014 dengan jumlah terbesar
dibandingkan dengan produk DPK lainnya. Tren positif ini disebabkan salah
satunya oleh peningkatan jumlah rekening yang menunjukkan peningkatan jumlah
deposan (pemilik dana) yang menginvestasikan dananya pada produk deposito
mudharabah. Akan tetapi, berdasarkan laporan Statistik Perbankan Syariah,
peningkatan jumlah deposito mudharabah justru diiringi dengan penurunan jumlah
deposan pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah
nominal dana yang diinvestasikan oleh deposan semakin meningkat, sedangkan di
sisi lain banyak deposan yang menarik dananya dari produk deposito mudharabah.
Tabel 2 Perkembangan jumlah dana dan jumlah rekening deposito mudharabah
perbankan syariah periode 2010 – 2014
Periode (tahun)
Jumlah dana (Rp triliun)
Jumlah rekening (unit)
2010
2011
2012
2013
2014
44.07
70.81
84.73
107.81
135.63
186 400
224 217
317 864
356 422
269 619
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)
Deposito mudharabah sebagai alternatif sarana investasi yang menggunakan
sistem bagi hasil, dapat mendorong aktifitas ekonomi dan mengurangi spekulasi
serta idle money (dana mengendap). Adanya penghimpunan dana melalui deposito
mudharabah, dapat mengedukasi nasabah untuk menyimpan hartanya dalam
produk investasi sehingga kelebihan dana yang dimilikinya tidak mengendap (tidak
idle). Distribusi hasil usaha dari pengelolaan dana masyarakat juga menggunakan
sistem bagi hasil, sehingga tidak ada suatu pihak yang diuntungkan sementara pihak
4
yang lainnya dirugikan karena besarnya benefit sangat tergantung dari pendapatan
yang diperoleh oleh bank syariah sebagai mudharib atas pengelolaan dana
mudharabah tersebut (Wiroso 2005).
Deposito mudharabah sebagai produk penghimpunan dana yang memberikan
proporsi terbesar dalam komposisi DPK, perlu ditingkatkan agar ekspansi bank
syariah dalam menyediakan layanan keuangan khususnya pembiayaan dengan
skema syariah juga dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, penelitian mengenai faktorfaktor yang memengaruhi jumlah deposito mudharabah ini cukup relevan untuk
dilakukan.
Perumusan Masalah
Sebagai produk simpanan berjangka, penarikan dana deposito hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan bank dengan
nasabah (Dendawijaya 2001). Apabila sumber dana bank syariah didominasi oleh
dana yang berasal dari deposito berjangka, pengaturan likuiditas dana relatif tidak
sulit karena bank dapat mengendalikan jangka waktu pencairan dana. Bagi nasabah,
nisbah bagi hasil yang ditawarkan pada produk deposito mudharabah juga lebih
tinggi dibandingkan dengan produk DPK bank syariah lainnya.
Penghimpunan deposito mudharabah perbankan syariah mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif selama periode triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan I 2015. Berdasarkan Gambar 2, sepanjang tahun 2011, deposito
mudharabah yang dihimpun perbankan syariah mengalami pertumbuhan dengan
tren positif dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 19.30%.
Selanjutnya, pada triwulan II 2012, pertumbuhan jumlah deposito mudharabah
perbankan syariah melambat dan bahkan negatif terhadap periode triwulan I 2012
sebesar -4.43%.
25
19.3
Pertumbuhan (%)
20
15.27
13.87
15
13.79
11.08
9.88
10
5
7.63
6.63
6.7
4.14
1.8
3.38
0
3.55
3.87
2.57
-5
-3.03
-4.43
-10
periode (triwulan)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015 (diolah)
Gambar 2 Pertumbuhan deposito mudharabah perbankan syariah periode
triwulan I 2011 – triwulan I 2015
Pertumbuhan yang positif terjadi kembali sampai dengan triwulan IV 2012
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10.98% dan selanjutnya melambat kembali
sampai dengan triwulan II 2013 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8.59%.
5
Kemudian pada triwulan IV 2014, jumlah deposito mudharabah kembali
mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 11.08% dan mengalami penurunan
yang signifikan sebesar -3.03% pada triwulan I 2015. Data ini menunjukkan bahwa
penghimpunan deposito mudharabah oleh perbankan syariah belum dilakukan
secara optimal. Pertumbuhan yang negatif pada beberapa periode juga
menunjukkan bahwa jumlah deposito mudharabah yang dihimpun perbankan
syariah mengalami penurunan dari periode sebelumnya.
Penurunan jumlah deposito mudharabah yang dihimpun tersebut perlu
diantisipasi, mengingat deposito mudharabah memberikan proporsi terbesar
terhadap DPK yang merupakan sumber dana utama bagi bank syariah dalam
melaksanakan berbagai usaha keuangannya. Peningkatan jumlah deposito
mudharabah juga dilakukan sebagai upaya peningkatan market share DPK
perbankan syariah yang hingga tahun 2014 hanya sebesar 4.96% terhadap DPK
perbankan nasional yang jumlahnya mencapai Rp 4 395 triliun. Menurut Rivai dan
Arifin (2010), usaha bank dalam menghimpun dana dipengaruhi oleh faktor yang
datang dari luar bank (eksternal) dan faktor yang bersumber dari bank itu sendiri
(internal). Faktor eksternal yang memengaruhi usaha bank dalam menghimpun
dana antara lain kondisi perekonomian, kegiatan dan kondisi pemerintah, kondisi
atau perkembangan pasar uang dan pasar modal, kebijakan pemerintah serta
peraturan Bank Indonesia, sedangkan faktor internal antara lain produk bank,
kebijakan bagi hasil, kualitas layanan, suasana kantor bank, lokasi kantor dan
reputasi bank. Selain faktor-faktor tersebut, keamanan atas dana (uang) yang
dititipkan atau diinvestasikan di bank dan return atas uang yang diinvestasikan, juga
merupakan faktor yang menjadi pertimbangan bagi nasabah (Ismail 2011).
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, permasalahan yang akan
dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dan
faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah
perbankan syariah di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dan
mengidentifikasi faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penulis berharap adanya kontribusi positif dari penelitian ini dan diharapkan
daftar bermanfaat, yaitu:
1. Bermanfaat bagi semua pihak dalam memberikan informasi-informasi terbaru
mengenai perkembangan seputar bank syariah.
2. Memberi masukan bagi para pengambil keputusan (decision maker) sebagai
informasi dalam membuat strategi pengembangan bank syariah di masa depan
terutama dalam meningkatkan jumlah deposito mudharabah sesuai hasil
penelitian penulis.
6
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu di bidang
ekonomi Islam. Penelitian ini juga berdasarkan teori-teori dan penelitian
terdahulu sehingga penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Batasan Penelitian
Penelitian ini fokus pada pembahasan mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 Bank Umum Syariah (BUS)
yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan selama periode triwulan I 2011
sampai dengan periode triwulan I 2015.
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Perbankan syariah merupakan bank yang beroperasi berdasarkan prinsip yang
tertuang dalam fikih muamalah yang ditransformasikan dalam bentuk perundangundangan. Algaoud dan Lewis (2001) dalam Edy (2014), menyebutkan setidaknya
ada lima elemen yang terlibat dalam bank syariah, yaitu: 1) Riba dilarang dalam
semua transaksi; 2) Bisnis dan investasi dijalankan melalui aktivitas-aktivitas yang
halal; 3) Transaksi harus terbebas dari unsur gharar (spekulasi atau ketidakpastian
yang tidak masuk akal); 4) Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan
masyarakat; 5) Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, dengan
dewan syariah khusus sebagai penyelia dan memberikan nasihat kepada bank
mengenai kepatutan suatu transaksi. Namun, dari kelima elemen tersebut, elemen
pertama (riba) merupakan sentral dari bank syariah. Istilah riba, secara teknis
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio
2001).
Seperti halnya operasional bank pada umumnya, bank syariah melakukan tiga
jenis usaha yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank
lainnya. Menurut Kasmir (2004), pengertian menghimpun dana pada bank syariah
adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari
masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito, dengan
memberikan rangsangan berupa bagi hasil yang berdasarkan prinsip syariah. Jenis
usaha bank syariah yang kedua adalah menyalurkan dana, yaitu menyalurkan
kembali dana yang diperoleh melalui simpanan giro, tabungan, dan deposito ke
masyarakat dalam bentuk pembiayaan, sedangkan pengertian jasa lainnya
mencakup jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan yang diberikan
terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan pembiayaan
ataupun tidak langsung.
Menurut jenisnya, bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum
Syariah (BUS) adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta
pendiriannya, sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit kerja dari
7
kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Ismail
2011). Sementara, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut Soemitra
(2009) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran, melainkan hanya menghimpun dana dan menyalurkannya
dalam bentuk pembiayaan. Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Syariah,
sampai dengan Maret 2015, bank syariah di Indonesia terdiri dari 12 BUS, 22 UUS,
dan 162 BPRS.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Untuk mendukung aktivitas operasional dalam penyaluran dana, bank syariah
membutuhkan sumber dana yang cukup. Salah satu sumber dana yang dimiliki oleh
bank syariah adalah dana yang berasal dari masyarakat atau yang disebut dengan
Dana Pihak Ketiga (DPK). Menurut Soemitra (2009), DPK sebagai sumber
permodalan bank syariah merupakan dana masyarakat yang terhimpun dalam
bentuk simpanan (wadiah) dan investasi (mudharabah). Sebagian besar kegiatan
operasional bank syariah khususnya dalam penyaluran pembiayaan, bergantung
pada besarnya DPK yang terhimpun oleh bank syariah. Hal tersebut ditunjukkan
dari angka rasio pembiayaan terhadap total DPK atau Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan proporsi DPK terhadap total aktiva (aset) bank syariah yang dapat dilihat
dari publikasi laporan keuangan bank syariah.
Seperti halnya bank konvensional, penghimpunan dana di bank syariah dapat
berbentuk giro, tabungan, dan deposito (Karim 2009). Dalam bank syariah,
penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan tidak membedakan nama
produk, tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan
menghendakinya (Wiroso 2005). Bank syariah sebagai penerima titipan tidak
memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan dan bank syariah dapat
mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Namun, atas kebijakannya bank
syariah dapat memberikan “bonus” kepada penitip dengan syarat bonus merupakan
kebijakan hak prerogatif dari bank sebagai penerima titipan dan tidak disyaratkan
sebelumnya baik dalam persentase maupun nominal (Wiroso 2005). Dalam
praktinya, prinsip wadiah diterapkan dalam produk giro dan tabungan dengan
menggunakan prinsip wadiah yad-dhamanah, dimana bank syariah boleh
memanfaatkan dana yang dititipkan dalam proyek berjangka pendek, sementara
prinsip wadiah yad-amanah diterapkan pada produk safe deposit box yaitu jasa
penitipan barang atau uang tanpa boleh barang atau uang tersebut dimanfaatkan
oleh bank syariah.
Selain menggunakan prinsip wadiah, bank syariah menggunakan prinsip
mudharabah dalam menghimpun dana masyarakat. Mudharabah adalah perjanjian
atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (proporsi) bagi hasil yang
telah disepakati bersama sejak awal, termasuk jika bank syariah mengalami
kerugian, shahibul maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerja dan
managerial skill selama proyek berlangsung (Wiroso 2005). Dilihat dari segi kuasa
8
yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak penguasa diberi
kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun
urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu,
tempat, jenis, perusahaan, dan pelanggan. Investasi tidak terikat ini
diaplikasikan pada tabungan dan deposito.
2. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana
membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dananya,
sehingga pada prinsipnya kedudukan bank syariah hanya sebagai agen dan
atas kegiatannya tersebut bank syariah menerima imbalan berupa fee.
Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah merupakan investasi tidak terikat (mudharabah
muthlaqah) pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil usaha sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati di muka antara nasabah dengan bank syariah yang
bersangkutan (Wiroso 2005). Deposito mudharabah mempunyai jumlah minimal
tertentu, jangka waktu tertentu, dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan
(Arif 2010). Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan
jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan
dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi bagi hasil yang
ditawarkan jauh lebih tinggi daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana.
Oleh karena itu, deposito biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan
dana, tidak hanya untuk menyimpan dananya, melainkan juga sebagai sarana
berinvestasi (Arif 2010).
Menurut Wiroso (2005), sebagai deposito berjangka, deposito mudharabah
terdiri dari dua jenis yaitu deposito berjangka biasa dan deposito berjangka otomatis
(automatic roll over). Deposito berjangka biasa adalah deposito yang berakhir pada
jangka waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada
permohonan baru/pemberitahuan dari penyimpan, sedangkan deposito berjangka
otomatis (automatic roll over) secara otomatis pada saat jatuh tempo, akan
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan.
Dana deposito yang dihimpun bank syariah akan dikelola oleh bank syariah dalam
bentuk pembiayaan atau usaha-usaha tertentu sehingga menghasilkan keuntungan.
Deposan akan memperoleh bagian dari keuntungan tersebut sesuai nisbah yang
telah disepakati pada saat pembukaan rekening. Pembayaran keuntungan atau bagi
hasil kepada pemilik dana deposito mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dilakukan setiap ulang tanggal pembukaan deposito mudharabah dan/atau
dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa memperhatikan
tanggal pembukaan deposito mudharabah tersebut.
Hubungan Deposito Mudharabah dengan Variabel Independen
Produk Domestik Bruto Riil
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian suatu negara karena perhitungannya dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu dari pendapatan total setiap orang di dalam perekonomian atau pengeluaran
9
total atas output barang dan jasa perekonomian (Mankiw 2006). Tujuan PDB adalah
meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang suatu negara yang dihitung setiap
tiga bulan sekali. PDB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB riil, yaitu
nilai barang dan jasa pada periode tertentu yang diukur dengan menggunakan harga
konstan (Mankiw 2006). Penggunaan PDB riil dikarenakan PDB riil merupakan
ukuran kemakmuran ekonomi yang penghitungannya tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga, melainkan diukur dari jumlah barang dan jasa yang diproduksi
untuk memenuhi permintaan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
PDB riil menyatakan seberapa besar pendapatan nasional riil sehingga
semakin tinggi nilai PDB riil, maka tingkat pendapatan masyarakat juga semakin
tinggi. Dugaan Keynes dalam Mankiw (2006), ketika pendapatan seseorang naik,
maka rasio konsumsi terhadap pendapatan atau yang disebut kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) akan turun. Keynes
percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia menduga orang kaya
menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si
miskin (Mankiw 2006). Hal ini menunjukkan bahwa jika pendapatan masyarakat
tinggi, maka tingkat saving dan investasi masyarakat akan cenderung meningkat,
sedangkan jika pendapatan masyarakat turun, maka tingkat saving dan investasi
masyarakat juga akan cenderung menurun atau sebagian besar pendapatan yang
diterima dialokasikan untuk kebutuhan konsumsinya.
Inflasi
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi merupakan variabel
makroekonomi yang digunakan untuk menjelaskan kenaikan harga umum secara
terus-menerus dari suatu perekonomian (Huda, Idris, Nasution, dan Wiliasih 2009).
Mankiw (2006) menjelaskan bahwa menurut pandangan masyarakat awam pada
umumnya, inflasi merupakan masalah sosial karena perubahan tingkat harga
berkaitan dengan perubahan daya beli atau nilai uang. Jika tingkat harga naik, maka
daya beli masyarakat akan turun terutama daya beli terhadap kebutuhan konsumsi
sehingga alokasi pendapatan masyarakat untuk keperluan konsumsi meningkat.
Huda et.al (2009) menjelaskan bahwa salah satu dampak dari inflasi dirasakan oleh
para penabung. Dampak inflasi menyebabkan masyarakat khususnya para
penabung enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Jika
masyarakat enggan untuk menabung, maka dunia usaha dan investasi akan sulit
untuk berkembang, karena berkembangnya dunia usaha membutuhkan dana dari
masyarakat yang disimpan di bank.
Kondisi tersebut juga dijelaskan oleh Mankiw (2006) yang mendefinisikan
tabungan rumah tangga atau tabungan swasta (private saving) sebagai jumlah
pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga atau perusahaan membayar pajak dan
konsumsi mereka. Dalam hal ini, inflasi yang tinggi akan menyebabkan nasabah
menarik kelebihan dana yang mereka simpan. Dana tersebut selanjutnya akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka atau untuk diinvestasikan
pada aset riil (seperti real estate atau emas), yang biasanya bertahan nilainya di
masa-masa inflasi (Huda et.al 2009).
Bagi Hasil
Fungsi bank syariah adalah sebagai perantara dari pihak yang membutuhkan
dana dan pihak yang memiliki dana. Untuk menarik nasabah agar menanamkan
10
dananya dalam produk investasi, bank syariah menawarkan rangsangan berupa bagi
hasil atau bonus atas simpanan dari dana dari masyarakat tersebut (Ismail 2011).
Dalam menghimpun dana melalui produk deposito mudharabah, bank syariah
menawarkan bagi hasil yang merupakan nisbah (proporsi) yang dihitung dari
keuntungan yang akan diperoleh bank dalam mengelola dana tersebut sebagai
mudharib (pengelola dana).
Menurut Ali, Hassan, dan Kasim (2012), faktor utama yang menjadi
pertimbangan nasabah dalam menginvestasikan dananya pada deposito
mudharabah adalah tingkat bagi hasil atau rate of return (ROR). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat bagi hasil, maka jumlah investasi
deposito mudharabah yang dihimpun bank syariah akan semakin tinggi. Sebaliknya,
jika tingkat bagi hasil bank syariah semakin rendah, maka nasabah akan cenderung
mengalihkan dana yang mereka investasikan kepada jenis investasi lain yang dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar.
Likuiditas
Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai
(Antonio 2001). Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnis
sehari-sehari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan
nasabah terhadap pembiayaan, dan memberikan fleksibilitas dalam meraih
kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas adalah Financing to Deposit Ratio (FDR).
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
pihak ketiga yang dihimpun oleh bank (Antonio 2001). Jika nilai FDR semakin
tinggi, maka kemampuan bank dalam menyediakan dana likuid semakin rendah.
Menurut Mirza (2015), nilai FDR yang tinggi merupakan risiko likuiditas yang
biasanya dihindari bagi nasabah penabung. Jika proses pencairan dana semakin sulit,
maka nasabah akan cenderung menarik dananya dan menginvestasikanya pada
produk bank lain yang risiko likuiditasnya lebih rendah.
Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikan (Ismail 2011). Pembiayaan bermasalah akan berakibat pada kerugian
bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan
ataupun pendapatan marjin atau bagi hasil yang tidak dapat diterima. Artinya, bank
kehilangan kesempatan mendapatkan marjin atau bagi hasil, yang berakibat pada
penurunan pendapatan secara total (Ismail 2011). Penyebab utama terjadinya risiko
pembiayaan bermasalah adalah terlalu mudahnya bank memberikan pembiayaan
atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan
likuiditas (Antonio 2001).
Pembiayaan bermasalah pada bank syariah ditunjukkan dari rasio NonPerforming Financing (NPF) pembiayaan. Berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 17/19/DPUM, rasio Non-Performing Financing (NPF)
pembiayaan adalah penjumlahan pembiayaan dengan kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet yang disalurkan bank syariah. Dalam penelitian ini, NPF yang
digunakan adalah NPF netto yang hanya membandingkan pembiayaan dengan
11
status macet terhadap total pembiayaan yang disalurkan bank syariah. Bank berada
pada kondisi sehat jika besar NPF total pembiayaan tidak melebihi batas maksimum
5%.
Deposan (pemilik dana) menyimpan dananya pada bank syariah karena motif
rasa aman dan untuk memperoleh return dari pendapatan yang diperoleh bank
syariah atas pengelolaan dana tersebut (Ismail 2011). Atas dasar motif tersebut,
rasio NPF menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh deposan dalam
menginvestasikan dananya. Rasio NPF yang tinggi menunjukkan kesehatan bank
yang rendah karena banyak sekali terjadi pembiayaan bermasalah di dalam kegiatan
bank syariah tersebut. Rasio NPF yang semakin tinggi akan meningkatkan risiko
pembiayaan yang dialami bank syariah, sehingga deposan akan menarik dana yang
mereka investasikan karena khawatir dananya tidak dapat dikembalikan oleh bank
syariah akibat terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Muttaqiena (2013) menganalisis pengaruh Produk
Domestik Bruto (PDB), inflasi IHK, suku bunga deposito bank umum konvensional,
dan nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah, terhadap Dana Pihak Ketiga perbankan
syariah di Indonesia periode 2008-2012. Penelitian tersebut dilatarbelakangi karena
adanya tren perlambatan pertumbuhan DPK yang identik dengan memburuknya
indikator makro. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia, hal tersebut
mengindikasikan bahwa nasabah cenderung menggunakan perbankan syariah untuk
menyimpan dana jangka pendek atau sebagai tempat transit dana-dana yang bisa
ditarik setiap saat. Inflasi IHK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK
perbankan syariah di Indonesia, hal tersebut mengindikasikan bahwa pada saat
inflasi, masyarakat akan menarik dana lebih banyak dari simpanannya untuk
memenuhi kebutuhan mereka serta nflasi mengakibatkan ketidakpastian bagi
masyarakat, sehingga mereka akan mengambil keputusan untuk memindahkan
dana-dananya ke aset riil agar nilai kekayaan mereka tidak merosot.
Suku bunga deposito 1 bulan bank umum berpengaruh positif signifikan
terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia, hal tersebut mengindikasikan bahwa
basis nasabah perbankan syariah adalah nasabah emosional/spiritual, walaupun
keputusan-keputusan rasional masih akan mempengaruhi DPK perbankan syariah.
Bagi nasabah emosional, kenaikan bunga di bank umum tidak membuat mereka
tergoda untuk memindahkan dananya. Sebaliknya, dengan keyakinan bahwa bank
pilihannya lebih baik, maka mereka bisa jadi menambah simpanan dengan
mengharapkan imbalan yang sama dengan atau lebih tinggi daripada imbalan yang
diberikan bank konvensional. Kurs tengah Dollar AS terhadap Rupiah berpengaruh
negatif signifikan terhadap DPK perbankan syariah, hal tersebut mengindikasikan
bahwa pada saat nilai Rupiah melemah, nasabah individu maupun nasabah
korporasi akan cenderung menarik dana-dananya dari perbankan syariah.
Mardiansyah (2004) menganalisis faktor-faktor penentu penghimpunan dan
penyaluran dana perbankan syariah beserta peramalannya. Dari hasil pengujian
statistik terhadap model regresi penghimpunan DPK perbankan syariah, faktor
12
internal, nisbah laba per DPK buan sebelumnya dan tingkat pembiayaan bermasalah
(NPF), serta faktor eksternal seperti pendapatan nasional riil (GDP), tingkat inflasi,
dan rata-rata suku bunga deposito riil perbankan konvensional secara signifikan
berpengaruh terhadap jumlah DPK yang dapat dihimpun perbankan syariah. Faktor
yang berpengaruh paling sedikit adalah variabel nisbah laba per DPK perbankan
syariah. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan syariah masih didominasi oleh
nasabah emosionalnya daripada nasabah rasionalnya. Berdasarkan model
persamaan peramalan DPK, maka diramalkan pada akhir tahun 2005, DPK yang
dapat dihimpun perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar 65.17%
dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
Abduh dan Sukmana (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku nasabah deposito bank syariah di Indonesia. Beberapa variabel penjelas
diuji yaitu suku bunga, tingkat bagi hasil deposito mudharabah, inflasi, indeks
produksi industri (IPI), serta krisis keuangan. Uji kointegrasi dan Impuls Response
Function (IRF) digunakan untuk menganalisis hubungan jangka panjang dan jangka
pendek antar variabel. Periode penelitian antara lain dari bulan Desember 2000
sampai dengan Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis tidak
berdampak signifikan terhadap volatilitas deposito bank syariah. Hal ini
menunjukkan bahwa ekspansi bank syariah terhadap kegiatan ekonomi riil bank
syariah 'melalui kontrak kemitraan merupakan salah satu praktik terbaik. Deposan
memiliki kepercayaan yang kuat terhadap ketahanan bank syariah ketika terjadi
krisis keuangan tahun 2008, sehingga mereka tidak menarik uang mereka secara
berlebihan selama krisis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat suku
bunga dan pendapatan (IPI) masih mendominasi keputusan masyarakat untuk
menyimpan dana mereka di bank syariah. Pada gilirannya, hal ini menunjukkan
bahwa efektivitas kampanye anti-riba di Indonesia masih rendah dan diperlukan
perencangan ulang terhadap strategi edukasi keuangan syariah. Hasil penelitian
lainnya menunjukkan bahwa inflasi juga berpengaruh negatif terhadap volatilitas
deposito bank syariah di Indonesia.
Ali et al. (2012) meneliti tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap
investasi deposito mudharabah di Malaysia. Penelitian tersebut dilakukan untuk
menguji hubungan dan pengaruh signifikan antara PDB, tingkat bagi hasil (rate of
return), dan tingkat inflasi terhadap investasi deposito mudharabah dengan studi
kasus Bank Negara Malaysia periode 2003-2011. Metode yang digunakan adalah
metode regresi linier berganda dengan tiga model (enter, forward, dan backward).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROR berpengaruh positif dan signifikan,
sedangkan PDB dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap investasi
deposito mudharabah di Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil
masih menjadi faktor utama sebagian besar nasabah untuk menginvestasikan
dananya pada produk perbankan syariah di Malaysia.
Mirza (2015) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi tabungan
anggota BMT (studi kasus anggota Inkopsyah BMT). Variabel yang digunakan
antara lain aset, utang, FDR, dan PDRB sebagai variabel bebas, dan tabungan
anggota BMT sebagai variabel terikat. Sampel penelitian sebanyak 34 BMT yang
terdaftar sebagai anggota Inkopsyah dan menyerahkan laporan keuangan tahun
2011-2012. Metode yang digunakan adalah metode regresi data panel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel aset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tabungan anggota BMT, variabel utang dan FDR berpengaruh negatif dan
13
signifikan terhadap tabungan anggota BMT, sedangkan variabel PDRB tidak
berpengaruh signifikan terhadap anggota BMT.
Rachmawati dan Syamsulhakim (2004) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi deposito mudharabah di Indonesia. Variabel penelitian yang
digunakan antara lain total PDB, jumlah kantor cabang, tingkat bagi hasil, serta
inflasi sebagai variabel bebas dan deposito mudharabah sebagai variabel terikat.
Data yang digunakan adalah data deret waktu berupa data triwulan periode 19932003. Metode yang digunakan adalah metode kointegrasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah kantor cabang dan tingkat bagi hasil berpengaruh
positif dan signifikan terhadap total deposito mudharabah pada jangka panjang,
sedangkan PDB dan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan.
Novianto dan Hadiwidjojo (2013) menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi penghimpunan deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
Variabel penelitian yang digunakan antara lain jumlah penghimpunan deposito
mudharabah sebagai variabel terikat dan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi,
jumlah kantor, dan tingkat bagi hasil sebagai variabel bebas. Data yang digunakan
adalah data triwulan tahun 2005 sampai dengan 2013. Analisis data yang digunakan
adalah vector auto regression (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB
berpengaruh negatif signifikan terhadap deposito mudharabah, hal tersebut
mengidikasikan bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi
masyarakat sehingga mengakibatkan menurunnya keinginan masyarakat untuk
menempatkan dananya pada bank syariah. Jumlah kantor berpengaruh positif
signifikan terhadap deposito mudharabah, hal tersebut mengindikasikan bahwa
semakin banyak jumlah kantor maka semakin dekat bank syariah dengan
masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada kemudahan akses keuangan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat inflasi dan tingkat bagi hasil tidak
berpengaruh terhadap deposito mudharabah.
Penelitian ini melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Novianto dan
Hadiwidjojo (2013). Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya antara lain sampel penelitian, variabel yang digunakan, dan periode
waktu penelitian. Penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah (BUS) sebagai
sampel penelitian karena memiliki aset yang besar yang diharapkan mampu
menjelaskan pengaruh dari variabel makroekonomi khususnya terhadap jumlah
deposito mudharabah yang dihimpun. Penelitian ini menambahkan variabel
likuiditas (FDR) dan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) sebagai rasio keuangan
bank yang dianggap berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah. Periode
waktu yang digunakan mulai dari kuartal I 2011 sampai dengan kuartal 2015
sehingga jumlah data observasi lebih banyak. Hal ini diharapkan mampu
menginterpretasikan pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen secara lebih baik.
Kerangka Pemikiran
Deposito mudharabah merupakan simpanan berjangka yang penarikan
dananya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
kesepakatan bank dengan nasabah, sehingga bank dapat lebih mudah
mengendalikan likuiditas dana. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah
diketahui bahwa deposito mudharabah merupakan produk penghimpunan dana
14
yang memberikan proporsi terbesar terhadap total DPK perbankan syariah
dibandingkan dengan produk giro dan tabungan, yaitu sebesar 62.3% pada tahun
2014. Hal ini mengindikasikan bahwa fluktuasi pada jumlah deposito mudharabah
akan berpengaruh besar pada jumlah modal yang dimiliki bank syariah yang
nantinya dapat disalurkan dalam bentuk pembiayaan.
Pada triwulan I 2015, jumlah deposito mudharabah yang dihimpun oleh
perbankan syariah mengalami penurunan dari periode sebelumnya yaitu triwulan
IV 2014. Penurunan jumlah deposito mudharabah juga pernah terjadi pada triwulan
II 2012. Penurunan pada beberapa periode tersebut menunjukkan bahwa
performance bank-bank syariah dalam menghimpun dana mengalami penurunan
sehingga perlu dikaji kembali faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Hal
tersebut dilakukan agar perbankan syariah dapat meningkatkan share layanan
keuangan khususnya pembiayaan skema syariah yang masih relatif kecil
dibandingkan dengan layanan keuangan yang ditawarkan perbankan konvensional.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah. Berdasarkan kajian literatur dan
penelitian-penelitian terdahulu, usaha bank dalam menghimpun dana dipengaruhi
oleh faktor eksternal (indikator makroekonomi) dan faktor internal (karakteristik
bank). Secara ringkas, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.
Deposito mudharabah memberikan proporsi
terbesar terhadap DPK perbankan syariah
Deposito mudharabah mengalami pertumbuhan
yang melambat dan terjadi penurunan jumlah pada
triwulan I 2012 dan triwulan I 2015
Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah
deposito mudharabah
Faktor internal
Faktor eksternal
PDB riil
Inflasi
Bagi hasil
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
Likuiditas
(FDR)
Pembiayaan bermasalah (NPF)
15
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu
tentang pengaruh faktor eksternal (makroekonomi) dan faktor internal (karakteristik
bank) terhadap jumlah deposito mudharabah, maka hipotesis yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. PDB riil berpengaruh positif dan signifikan.
2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan.
3. Bag