Analisis Pengaruh Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan di Kawasan ASEAN 5 Tahun 1998-2012

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI EXCHANGE RATE
TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DI KAWASAN
ASEAN 5 TAHUN 1998-2012

TRI ARIFIN DARSONO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan di Kawasan ASEAN 5
Tahun 1998-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
skripsi, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mai 2014
Tri Arifin Darsono
NIM H14100005

ABSTRAK
TRI ARIFIN DARSONO. Analisis Pengaruh Fluktuasi Exchange Rate terhadap
Neraca Perdagangan di Kawasan ASEAN 5 Tahun 1998-2012. Dibimbing oleh
DEDI BUDIMAN HAKIM.
Arus perdagangan dapat dipengaruhi oleh kebijakan exchange rate dalam
upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan menekan impor untuk mengurangi
defisit neraca perdagangan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
hubungan jangka pendek dan jangka panjang pengaruh exchange rate ASEAN 5
terhadap neraca perdagangan di kawasan ASEAN 5, dan mengidentifikasi faktorfaktor yang menentukan neraca perdagangan di kawasan ASEAN 5 dalam jangka
pendek dan jangka panjang. Penelitian ini menggunakan periode analisis dari
kuartal I tahun 1998 sampai kuartal IV tahun 2012 dengan menggunakan model
Vector Error Correction Model (VECM) dan menggunakan software E-views 6.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan fluktuasi exchange rate
terhadap neraca perdagangan di negara ASEAN 5, setiap variabel memiliki

hubungan satu arah terhadap neraca perdagangan ASEAN 5. Berdasarkan analisis
IRF dan VD pada jangka pendek dan jangka panjang di negara ASEAN 5 terlihat
variabel yang paling dominan dalam menjelaskan perubahan neraca perdagangan
itu adalah neraca perdagangan itu sendiri.
Kata Kunci: Fluktuasi Exchange Rate, Impuls Respon function, Neraca
Perdagangan, Variance Decomposition, dan VECM.

ABSTRACT
TRI ARIFIN DARSONO. The Effect of Exchange Rate Fluctuations Analysis
towards the Balance of Trade in ASEAN 5 Year 1998-2012. Supervised by DEDI
BUDIMAN HAKIM.
Trade flows can be affected by exchange rate policies in order to maintain the
competitiveness of exports and press imports to reduce the trade deficit. The
purposes of this research are to analyze the relationship of short-term and longterm effect of the exchange rate towards the balance of trade in ASEAN 5 in the
ASEAN 5 region and identify the factors that determine the balance of trade in the
ASEAN 5 region in the short-term and long-term. This research uses the analysis
period from the first quarter of 1998 to the fourth quarter of 2012 and analyzed
by Vector Error Correction Model ( VECM ) and using E-views 6 software.
Results from this research indicate that the relationship exchange rate
fluctuations on the trade balance in the ASEAN 5 countries, each variable has a

one-way relationship on the trade balance in the ASEAN 5 countries . Based on
the IRF and VD analysis in the short-term and long-term in the ASEAN 5
countries seen most dominant variable in explaining changes in the trade balance
is the trade balance itself.
Keywords : Exchange rate fluctuations, Impulse Response Function, trade
balance, Variance Decomposition, and VECM.

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI EXCHANGE RATE
TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DI KAWASAN
ASEAN 5 TAHUN 1998-2012

TRI ARIFIN DARSONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca
Perdagangan di Kawasan ASEAN 5 Tahun 1998-2012
Nama
: Tri Arifin Darsono
NIM
: H14100005

Disetujui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Fluktuasi
Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan di Kawasan ASEAN 5 Tahun 19982012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dedi Budiman Hakim, Ph.D
selaku pembimbing yang selalu memberikan motivasi, arahan dan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis, kepada Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku
dosen penguji, dan ibu Ranti Wiliansih, M.Si selaku perwakilan dari komisi
pendidikan atas kritik dan sarannya yang bermanfaat bagi penulis, serta kepada
Pratica Dewi yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongan untuk proses
penulisan skripsi ini, serta staf pegawai perpustakaan Bank Indonesia yang
membantu untuk mengumpulkan data dan memerikan masukan dalam pencarian
data untuk skripsi ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua Ayah
Djoko Sriyono, Ibu Samsani, serta kepada kedua kakak yang selalu mendukung
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman terdekat penulis

Alm. Aditya Mailandy, Luqman Aziz, Rifki, Anggo, Pangrio, Aki, Bramastyo,
Setiawan Hari Santoso, Shendy Dian Saputra, dan Khoerul Imam Fatwani,
keluarga 24, keluarga pohon sapta, rekan-rekan HMI, serta teman Ilmu Ekonomi
47 atas segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mai 2014
Tri Arifin Darsono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GRAFIK

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

7

Tujuan Penelitian


9

Manfaat Penelitian

9

Ruang Lingkup Penelitian

9

TINJAUAN PUSTAKA

10

Defenisi exchange rate

10

Konsep exchange rate


10

Sistem exchange rate

10

Neraca perdagangan

11

Model kurva J

13

Nilai tukar nominal, nilai tukar rill, dan hubungannya dengan neraca
perdagangan

14

Tinjauan penelitian terdahuluan


15

Kerangka pemikiran

16

Hipotesis

17

METODE PENELITIAN

17

Jenis dan Sumber Data

17

Metode Analisis dan Pengolahan Data


17

Vector Error Correction (VECM)

17

Pengujian Model Vector Autoregression (VAR)

19

Innovation Accounting

20

PEMBAHASAN

21

Menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang pengaruh fluktuasi
exchange rate terhadap neraca perdagangan di kawasan ASEAN 5
21
Uji Stasioner

21

Uji Stabilitas VAR

24

Uji Optimum Lag

24

Uji Kointegrasi

24

Uji Granger Causality

25

Impuls Respon Function (IRF)

28

Variance Decomposition

34

Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi exchange rate ASEAN 5 terhadap
neraca perdagangan di kawasan ASEAN 5
38
Model Jangka Pendek dan Jangka Panjang

38

KESIMPULAN

45

SARAN

46

DAFTAR PUSTAKA

48

LAMPIRAN

50

DAFTAR TABEL
1 Cadangan Devisa Negara Kawasan ASEAN 5 Tahun 2007-2012
2 Hasil Pengujian Unit Root untuk Indonesia
3 Hasil Pengujian Unit Root untuk Malaysia
4 Hasil Pengujian Unit Root untuk Singapura
5 Hasil Pengujian Unit Root untuk Thailand
6 Hasil Pengujian Unit Root untuk Filipina
7 Hasil Uji Stabilitas VAR
8 Uji Optimum Lag pada Negara di ASEAN 5
9 Uji Kointegrasi pada Negara di ASEAN 5
10 Uji Kausalitas Granger Indonesia
11 Uji Kausalitas Granger Malaysia
12 Uji Kausalitas Granger Singapura
13 Uji Kausalitas Granger Thailand
14 Uji Kausalitas Granger Filipina
15 Hasil estimasi VECM NP di Indonesia
16 Hasil estimasi VECM NP di Malaysia
17 Hasil estimasi VECM NP di Singapura
18 Hasil estimasi VECM NP di Thailand
19 Hasil estimasi VECM NP di Filipina

8
21
22
22
23
23
24
24
25
26
26
27
27
28
39
40
42
43
44

DAFTAR GAMBAR
1 Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan Indonesia
Kuartal 2008-2013
2 Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan Malaysia
Kuartal 2008-2013
3 Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan Singapura
Kuartal 2008-2013

2
3
4

4 Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan Thailand
Kuartal 2008-2013
5 Fluktuasi Exchange Rate terhadap Neraca Perdagangan Filipina
Kuartal 2008-2013
6 Kurva J
7 Kerangka Pemikiran
8 Impuls Respons Function of LNNP ASEAN 5
9 Variance Decomposition of LNNP ASEAN 5

5
5
13
16
29
35

DAFTAR LAMPIRAN
1 Indonesia
2 Malaysia
3 Singapura
4 Thailand
5 Filipina

50
62
66
70
75

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap negara tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
walaupun bisa akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Melalui perdagangan
dengan negara-negara lain, setiap negara bisa mencapai economic of scale dan
selanjutnya dapat menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh
konsumen di dalam negeri. Kelebihan produksi ini bisa diekspor. Devisa yang
diperoleh dan ekspor inilah yang digunakan untuk membiayai impor sehingga
dapat memenuhi berbagai kebutuhannya tanpa harus memproduksi seluruh barang
dan jasa yang menjadi kebutuhkan bagi setiap negara yang melakukan
perdagangan internasional (Basri dan Munandar 2010).
Adanya keterbukaan perekonomian memiliki dampak pada neraca
perdagangan suatu negara yang menyangkut arus barang ekspor dan impor. Arus
perdagangan dapat dipengaruhi oleh kebijakan exchange rate (nilai tukar) dalam
upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan menekan impor untuk mengurangi
defisit neraca perdagangan. Pengaruh kebijakan exchange rate terhadap
perekonomian dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi permintaan dan penawaran
(Santosa 2012).
Dilihat dari sisi permintaan jika terjadinya depresiasi nilai tukar maka
jumlah barang yang diminta oleh luar negeri akan lebih tinggi dibandingkan
jumlah permintaan impor, hal ini di sebabkan oleh harga barang-barang ekspor
lebih murah di bandingkan dengan harga impor. Dilihat dari sisi penawaran,
apabila terjadi depresiasi nilai tukar maka jumlah barang yang ditawarkan di luar
negeri akan semakin meningkat karena terjadinya peningkatan permintaan
sedangkan penawaran di dalam negeri akan menurun karena jumlah permintaan
didalam negeri mengalami penurunan yang disebabkan oleh tingginya harga
produk impor.
Exchange rate adalah salah satu indikator ekonomi yang sangat dibutuhkan
khususnya sebagai daya saing ekonomi internasional karena mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, perdagangan
luar negeri dan neraca modal yang didalamnya ada instrumen investasi portofolio
dan investasi langsung luar negeri atau Foreign Direct Invesment (FDI). Selain
itu, pergerakan nilai tukar berdampak kepada para pelaku ekonomi termasuk
pedagang, investor, manajer portofolio, perusahaan multinasional atau
Multinational Corporation (MNC), dan pembuat kebijakan seperti pemerintah.
Pergerakan nilai tukar dan hubungan yang penting antara teori yang berlaku
dengan kenyataannya.
Fluktuasi exchange rate tidak hanya berpengaruh terhadap nilai mata uang
dalam negeri terhadap masuknya mata uang dari luar negeri dan sebagai alat
pembayaran dalam kegiatan perdagangan international dan pembayaran hutang
luar negeri, tetapi fluktuasi exchange rate juga berdampak kepada nilai mata uang
luar negeri dengan mempengaruhi volume dan nilai dari aliran perdagangan di
masa yang akan datang. Secara umum, besaran pergerakan nilai tukar berasal dari
beberapa faktor yang dominan pada fundamental makroekonomi sebuah negara

2
seperti: tingkat inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi, jumlah uang yang
beredar, intervensi politik dan struktur birokrasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran barang dan jasa antar negara
adalah exchange rate mata uang domestik terhadap nilai mata uang asing. Tingkat
harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan disebut kurs (exchange rate) (Mankiw 2007). Jika nilai mata uang
domestik terapresiasi, maka harga barang-barang domestik lebih mahal daripada
harga barang luar negeri dan akan berimplikasi pada menurunnya nilai ekspor.
Sebaliknya, jika nilai mata uang domestik melemah atau terdepresiasi, maka harga
barang dalam negeri akan lebih murah dibandingkan dengan harga barang luar
negeri. Sehingga akan menyebabkan meningkatnya nilai volume ekspor dan
berimplikasi pada membaiknya nilai neraca perdagangan (Batiz 1994). Oleh
karena itu, exchange rate (nilai tukar) sangat penting dalam menentukan daya
saing (competitiveness) ekspor suatu negara.
Pergerakan exchange rate negara di kawasan ASEAN 5 setiap tahun
terhadap mitra dagang cenderung mengalami fluktuatif, hal ini dapat
mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia dan negara di kawasan ASEAN
dilihat dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa luar negeri terhadap
barang dan jasa. Bisa dilihat pada Gambar 6-10, pergerakan exchange rate
terhadap neraca perdagangan di kawasan ASEAN 5.

Exchange Rate
Sumber:

Mar-13

Nop-12

Jul-12

-4000
Mar-12

-2000

0 00
Nop-11

2000 00
Jul-11

0

Mar-11

4000 00

Nop-10

2000

Jul-10

4000

6000 00

Mar-10

8000 00

Jul-09

6000

Nop-09

10000 00

Mar-09

8000

Nop-08

12000 00

Jul-08

10000

Mar-08

14000 00

Neraca Perdagangan

Trade Map dan Bank Indonesia diolah (2013)

Gambar 1 Fluktuasi Exchange Rate (Rp/USD) terhadap Neraca Perdagangan
(Juta USD) Indonesia pada Kuartal I Tahun 2008 sampai Kuartal I
Tahun 2013
Secara umum pergerakan nilai tukar Rp/USD pada kuartal ketiga tahun
2008 mengalami depresisasi hal ini di sebabkan oleh krisis yang melanda
perekonomian Amerika. Berdasarkan Gambar 1 memperlihatkan keterkaitan
antara nilai tukar dan inflasi akan semakin jelas ketika terjadi perubahan sistem
nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating
exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange
rate). Fluktuasi neraca perdagangan lebih tampak ketika periode free floating
exchange rate dibandingkan periode sebelumnya. Neraca perdagangan tampak

3
mempunyai trend fluktuatif ketika terjadi penguatan nilai tukar rupiah jelas sekali
terlihat antar tahun 2009 (Simarmata 2011).
Depresiasi rupiah kembali menarik perhatian sejak tahun 2005 ketika
Rupiah menembus level 9.830 per dolar. Kondisi ini mendorong Bank Indonesia
juga menaikan SBI dari 7.40% menjadi 9.16% untuk memperkuat rupiah.
Apresiasi nilai tukar pada tahun 2009 sampai 2010 telah membuat BI menurunkan
juga suku bunga SBI dari 7.49% menjadi 6.54% (Bank Indonesia 2013).
Kenyataan lain akibat depresiasi rupiah mengakibatkan barang-barang modal
yang dibutuhkan industri dalam negeri mengalami lonjakan harga, yang membuat
perusahaan mengurangi kapasitas produksi barang yang mempunyai kandungan
impor tinggi. Penurunan kapasitas produksi ini menandai telah terjadi fluktuasi
gross domestik product (GDP). Dengan demikian depresiasi rupiah telah
menyebabkan terjadinya penurunan PDB. Pergerakan nilai tukar Rupiah ini juga
ternyata merubah posisi neraca peradagangan Indonesia. Neraca perdagangan
Indonesia yang defisit pada tahun 2012, dimana total ekspor Indonesia pada
Januari sampai November 2012 mencapai 174 76 miliar USD atau turun 6 25 %,
sementara nilai impor pada periode yang sama adalah 176 09 miliar USD (BPS
2013). Adanya perubahan pengaruh nilai tukar terhadap pergerakan neraca
perdagangan, consumer price index (CPI), dan GDP setelah adanya perubahan
manajemen nilai tukar menunjukkan adanya keterkaitan yang kuat antara variabelvariabel tersebut (Simarmata 2011).
14000

4 00
3 50
3 00
2 50
2 00
1 50
1 00
0 50
0 00

12000
10000
8000
6000
4000
2000

Neraca Perdagangan
Sumber:

Mar-13

Nop-12

Jul-12

Mar-12

Nop-11

Jul-11

Mar-11

Nop-10

Jul-10

Mar-10

Nop-09

Jul-09

Mar-09

Nop-08

Jul-08

Mar-08

0

Exchange Rate

Trade Map dan Bank Indonesia diolah (2013)

Gambar 2 Fluktuasi Exchange Rate (MYR/USD) terhadap Neraca Perdagangan
(Juta USD) Malaysia pada Kuartal I Tahun 2008 sampai Kuartal I Tahun
2013
Secara umum pergerakan nilai tukar MYR/USD terhadap dolar Amerika
pada kuartal ketiga tahun 2008 mengalami apresiasi menyebabkan terjadinya
penerimaan ekspor dan impor Malayasia meningkat. Berdasarkan Gambar 2
memperlihatkan stabilnya nilai tukar Malaysia terhadap dolar berdampak pada
pada penerimaan ekspor dan impor Malaysia yang cendrung fluktuatif. Seiring
pergerakan ekonomi dunia yang tidak stabil menyebabkan penerimaan ekspor dan

4
impor Malaysia yang
perdagangan mengalami
nilai tukar MYR/USD
mengalami fluktuatif hal
belum stabil.

fluktuatif, namun pada tahun 2011-2012 neraca
surplus. Diakhir tahun 2012 pertengahan tahun 2013
cenderung stabil namun pada neraca perdagangan
ini disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia yang

1 60
1 40
1 20
1 00
0 80
0 60
0 40
0 20
0 00

Neraca Perdagangan
Sumber:

Jun-13

Mar-13

Des-12

Jun-12

Sep-12

Mar-12

Des-11

Sep-11

Jun-11

Des-10

Mar-11

Sep-10

Jun-10

Mar-10

Sep-09

Des-09

Jun-09

Mar-09

Des-08

Sep-08

Jun-08

Mar-08

14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

Exchange Rate

Trade Map dan Bank Indonesia diolah (2013)

Gambar 3 Fluktuasi Exchange Rate (SGD/USD) terhadap Neraca Perdagangan
(Juta USD) Singapura pada Kuartal I Tahun 2008 sampai Kuartal I
Tahun 2013
Secara umum pergerakan nilai tukar SGD/USD terhadap dolar Amerika
pada kuartal I tahun 2008 mengalami depresisasi hal ini di sebabkan oleh krisis
yang melanda perekonomian Amerika namun pada kuartal III tahun 2008 nilai
tukar Singapura terhadap dolar Amerika mengalami depresiasi. Berdasarkan
Gambar 3 memperlihatkan stabilnya nilai tukar Singapura berdampak pada pada
penerimaan ekspor dan impor Singapura yang menurun pada kuartal III tahun
2008 dan mengalami kenaikan pada kuartal selanjutnya.
Seiring pergerakan ekonomi dunia yang tidak stabil menyebabkan
penerimaan ekspor dan impor Singapura yang fluktuatif, namun pada tahun 20112012 neraca perdagangannya sebesar 12.000.000 SGD/ USD, menunjukan kinerja
perdagangan Singapura stabil walaupun kondisi perekonomian dunia yang sedang
dilanda krisis.

5

Mar-13

Nop-12

Jul-12

Mar-12

Nop-10

-4000

Jul-10

-2000

Nop-11

32 00
Jul-11

0

Mar-11

33 00
Mar-10

2000
Nop-09

34 00

Jul-09

4000

Mar-09

35 00

Nop-08

6000

Jul-08

36 00

Mar-08

8000

31 00
30 00

-6000

29 00

-8000

28 00

-10000

27 00
Neraca Perdagangan

Sumber:

Exchange Rate

Trade Map dan Bank Indonesia diolah (2013)

Gambar 4 Fluktuasi Exchange Rate (THB/USD) terhadap Neraca Perdagangan
(Juta USD) Thailand pada Kuartal I Tahun 2008 sampai Kuartal I Tahun
2013
Secara umum pergerakan nilai tukar THB/USD pada kuartal I-IV tahun
2008 mengalami depresiasi hal ini di sebabkan oleh krisis yang melanda
perekonomian Amerika. Berdasarkan Gambar 4 memperlihatkan depresiasi nilai
tukar Thailand berdampak pada pada penerimaan ekspor dan impor Thailand yang
berfluktuatif.
Seiring pergerakan ekonomi dunia yang tidak stabil menyebabkan
penerimaan ekspor dan impor Thailand yang fluktuatif, namun pada tahun 20112012 neraca perdagangan Thailand mengalami defisit. Diakhir tahun 2012
pertengahan tahun 2013 nilai tukar THB/USD mengalami fluktuatif menyebabkan
neraca perdagangan Thiland defisit. Kondisi pergerakan neraca perdagangan
Thailand yang cendrung defisit walaupun terjadinya depresiasi pada nilai tukar
Thailand, hal ini menandakan ada faktor lain yang mempengaruhi kondisi neraca
peradagangan negara Thailand tersebut, seprti yang dialami oleh Indonesia.

Mar-13

Nop-12

Jul-12

Mar-12

Nop-11

Jul-11

Mar-11

Nop-10

Jul-10

Mar-10

Nop-09

-2000

Jul-09

-1000

Mar-09

48 00
Nop-08

0
Jul-08

50 00
Mar-08

1000

46 00
44 00

-3000

42 00

-4000

40 00

-5000

38 00

-6000

36 00
Neraca Perdagangan

Sumber:

Exchange Rate

Trade Map dan Bank Indonesia diolah (2013)

Gambar 5 Fluktuasi Exchange Rate (PHP/USD) terhadap Neraca Perdagangan
(Juta USD) Singapura pada Kuartal I Tahun 2008 sampai Kuartal I
Tahun 2013

6

Secara umum pergerakan nilai tukar PHP/USD pada kuartal ke III tahun
2008 mengalami depresisasi hal ini di sebabkan oleh krisis yang melanda
perekonomian Amerika, untuk memperbaiki kondisi neraca perdagangannya,
pemerintah Filipina menurunkan nilai tukar mata uang Peso, walaupun terjadinya
depresiasi kondisi neraca perdagangan tetap defist, hal ini menandakan adanya
variabel lain yang mempengaruhi neraca perdagangan Filipina, seperti yang
dialami oleh Indonesia dan Thailand. Berdasarkan Gambar 5, memperlihatkan
depresiasi nilai tukar Peso berdampak pada pada penerimaan ekspor dan impor
Filipina yang fluktuatif. Seiring pergerakan ekonomi dunia yang tidak stabil
menyebabkan penerimaan ekspor dan impor Filipina yang fluktuatif, namun pada
tahun 2011-2013 neraca perdagangan Filipina tetap defisit.
Trend exchange rate negara di kawasan ASEAN 5 seperti: Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand mengalami tren yang fluktuatif. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan kondisi makroekonomi masing-masing negara, tiap
negara menetapkan kebijakan sistem exchange rate yang berbeda-beda. Seperti di
negara Indonesia menetapkan rezim exchange rate mengambang bebas juga
mendasari perekonomian Indonesia, dimana variabilitas exchange rate nominal
menjadi cukup tinggi dan membuat exchange rate riil tidak stabil. Fluktuasi dan
ketidakpastian mengenai gerakan nilai tukar Rupiah menjadi tinggi. Akibatnya
peranan ekspektasi pelaku ekonomi dan masyarakat akan menjadi lebih penting
dalam memengaruhi gerakan nilai tukar. Real effective exchange rates (harga
relatif) juga akan semakin berfluktuasi dan berpengaruh terhadap kinerja ekspor
dan impor, dan oleh karena itu adanya dampak yang ditimbulkan perlu
diperhitungkan terhadap permintaan agregat. Laju pertumbuhan ekonomi juga
dapat terpengaruh. Dengan demikian, fluktuasi exchange rate yang lebih tinggi
bisa memengaruhi sasaran-sasaran yang ingin dicapai seperti laju inflasi, laju
pertumbuhan, dan keseimbangan neraca perdagangan yang hendak dicapai oleh
kebijakan makro (Fauzi 2009).
Negara-negara yang berada dikawasan ASEAN merupakan negara yang
masih sedang berkembang, kecuali Singapura. Market size ASEAN 591 juta dan
80% penduduk nya berusia di bawah 45 tahun. GDP growth 4.4% pada tahun
2008 dan 1.3% pada tahun 2009, total GPD perkapita meningkat 960 USD tahun
1998 menjadi 2521 USD pada tahun 2009, dan total GDP 1.5 trilyun pada 2009.
Potensi ini menjadi bargaining bagi negara-negara di ASEAN untuk
meningkatkan perekonomian untuk menjadi kawasan regional yang maju di
perdagangan internasional (Kemendag 2013).
Pada tahun 2009 kondisi neraca perdagangan negara ASEAN 5 mengalami
defisit dan pada tahun 2010 neraca perdagangan setiap negara cenderung
mengalami peningkatan. Aktifitas perdagangan antar negara pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi 3 kondisi, yaitu trade surplus, trade deficit, dan balance trade.
Suatu negara dikatakan mengalami surplus perdagangan (trade surplus) jika nilai
ekspornya lebih besar dari pada nilai impornya. Sedangkan jika nilai impor suatu
negara lebih besar dari pada nilai ekspornya maka negara tersebut mengalami
defisit perdagangan atau trade deficit. Perdagangan berimbang atau balance trade
terjadi jika nilai impor sama dengan nilai ekspor (Mankiw 2007).
Ketika nilai ekspor suatu negara lebih besar dari nilai impornya maka akan
berimplikasi pada meningkatnya penerimaan devisa negara, dengan demikian

7
pendapatan nasional negara tersebut akan meningkat. Peningkatan pendapatan
nasional pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi negara
ASEAN 5. Pentingnya perdagangan internasional menyebabkan beberapa negara
berupaya untuk meningkatkan nilai ekspornya dengan melakukan promosi ekspor
bagi komoditas unggulan yang dihasilkan oleh negara ASEAN 5 .
Perumusan Masalah
Fenomena hubungan antara nilai tukar dengan neraca perdagangan menjadi
salah satu subyek yang menarik untuk diamati dan dianalisis. Beberapa ahli
ekonomi berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara nilai tukar dengan
neraca perdagangan. Depresiasi merupakan solusi terbaik bagi negara yang
mengalami resesi dan defisit perdagangan. Karena depresiasi akan menstimulasi
ekspor dan akan menurunkan nilai impor (Batiz 1994). Dengan terstimulasinya
nilai ekspor dan nilai impor yang menurun maka akan memperbaiki nilai neraca
perdagangan, ada fakta lain menyatakan bahwa depresiasi tidak mampu
meningkatkan nilai neraca perdagangan (Agbola 2004).
Exchange rate ASEAN 5 pada tahun 1997 dan 1998 secara simultan
mendapat tekanan yang cukup berat karena besarnya capital outflow sebagai
dampak dari hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek
perekonomian ASEAN 5. Pergerakan exchange rate semakin sulit untuk
diprediksi dengan sistem nilai tukar mengambang bebas ini karena pergerakan
nilai tukar yang berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing di
pasar tanpa ada campur tangan dari otoritas moneter. Hal ini berdampak pada nilai
exchange rate yang langsung turun drastis, baik terhadap USD maupun terhadap
Euro, pada tahun 1997 dan 1998 sehingga menyebabkan negara-negara di
kawasan ASEAN mengalami krisis moneter dimana depresiasi mata uang tidak
dapat dihindarkan.
Hal tersebut bisa mengindikasikan bahwa harga barang di kawasa ASEAN 5
di luar negeri menjadi lebih rendah namun harga barang impor lebih tinggi.
Bahkan, saat itu masyarakat cendrung lebih memilih untuk memegang uang dollar
dari pada mata uang negaranya sendiri. Kemudian, sepanjang tahun 2002 hingga
tahun 2011, nilai tukar mata uang dikawasan ASEAN 5 terhadap USD secara
perlahan namun pasti cenderung meningkat dan stabil sebagai bentuk recovery
dari pasca krisis moneter dan pasca krisis keuangan global dimana hal tersebut
memang membuat perekonomian melambat.
Kestabilan nilai tukar mata uang dikawasan ASEAN 5 terhadap USD dan
Euro, ternyata, krisis keuangan Eropa sempat membuat posisi exchange rate di
kawasan ASEAN 5 terhadap Dollar terdepresiasi sepanjang tahun tahun 20082009 karena adanya pelepasan portfolio investasi pada saham dan surat berharga
negara (SBN). Bisa dilihat di Tabel 1 cadangan devisa negara kawasan ASEAN 5
tahun 2007-2012 sebagai berikut.

8
Tabel 1 Cadangan Devisa Negara Kawasan ASEAN 5, 2007-2012 (Miliar USD)
NO TAHUN
INDONESIA

KELOMPOK NEGARA
MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA THAILAND

1

2007

50,722.92

95,240.67

28,197.17

146,941.58

75,386.25

2

2008

56,352.17

113,977.75

36,474.58

171,751.42

104,713.33

3

2009

58,539.58

92,262.67

40,948.67

175,438.50

124,619.83

4

2010

80,669.50

98,661.08

51,090.75

205,753.83

153,939.33

5

2011

112,454.17

127,891.00

70,841.25

239,420.08

182,227.58

6

2012

110,769.25

136,210.00

79,272.92

247,920.67

202,168.17

Sumber: diolah dari BI (2013)

Nilai cadangan devisa masing-masing negara di kawasan ASEAN 5 yang
terlihat pada Tabel 1, cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2007-2012, hal
ini disebabkan oleh kegiatan perdagangan negara kawasan ASEAN 5 bergerak
aktif dalam perdagangan internasional. Cadangan devisa yang tinggi dapat
menutupi kegiatan impor untuk berapa bulan kedepan, hal ini disebabkan devisa
dapat digunakan untuk pembiayan atau pembayaran impor. Perekonomian dunia
pada tahun 2005 terjadi krisis ekonomi diakibatkan oleh guncangan akibat
naiknya harga minyak dunia dan disusul pada pertengahan 2007 terjadinya krisis
perumahan (subprime mortage) yang melanda Amerika Serikat dengan cepat
berubah menjadi krisis keuangan global yang meluas hampir seluruh belahan
dunia dan pada pertengahan tahun 2010 terjadi krisis keuangan di kawasan Eropa
yang disebabkan oleh tingginya hutang publik, hal ini berdampak pada
ketidakstabilan perekonomian di kawasan ASEAN terutama di Indonesia. Kondisi
neraca perdagangan Indonesia pergerakannya fluktuatif dari tahun 2003-2012 hal
ini dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran barang dan jasa yang di
perdagangan dengan situasi perekonomian dunia yang dilanda krisis (Kemendag
2013).
Berdasarkan Tabel 1 sejak terjadinya krisis, komponen dari neraca
perdagangan menunjukkan pergerakan searah. Kenaikan ekspor juga diikuti
kenaikan impor, namun demikian kenaikan ekspor masih lebih besar
dibandingkan dengan kenaikan impor. Fenomena tersebut menarik untuk dilihat
bahwa ternyata tidak semata-mata nilai tukar yang mempengaruhi nilai neraca
perdagangan di kawasan ASEAN 5, terdapat faktor lain yang mempengaruhi nilai
neraca perdagangan, yaitu penerimaan devisa, consumer price index (CPI), dan
GDP suatu negara. Pasca krisis ekonomi negara ASEAN 5, perekonomian setiap
negara belum sepenuhnya stabil (Krugman dan Obstfeld 2005). Dampak dari
perubahan sistem nilai tukar akan mempengaruhi perekonomian negara di
kawasan ASEAN 5.
Dengan demikian, kestabilan exchange rate (nilai tukar) menjadi prasyarat
demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya mampu
mensejahterakan rakyat. Hal ini juga menjadi landasan yang kokoh bagi
pelaksanaan dan perekonomian masyarakat ASEAN 5 di tengah-tengah semakin

9
kompetitif dan terintegrasinya perekonomian dunia sehingga peningkatan
pendapatan riil masyarakat dapat tercapai serta menguatkan daya saing
perekonomian Indonesia dan negara di kawasan ASEAN 5 di mata dunia.
Berdasarkan dari data dan pemaparan diatas dapat disusun perumusan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana hubungan jangka pendek dan jangka panjang pengaruh
exchange rate ASEAN 5 terhadap neraca perdagangan di kawasan
ASEAN 5 ?
b. Faktor-faktor apa saja yang menentukan neraca perdagangan di kawasan
ASEAN 5 dalam jangka pendek dan jangka panjang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan perumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan
dari penelitian ini antara lain:
a. Menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang pengaruh
exchange rate ASEAN 5 terhadap neraca perdagangan di kawasan
ASEAN 5.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan neraca perdagangan di
kawasan ASEAN 5 dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat dar penelitian mengenai analisis pengaruh exchange
rate terhadap neraca perdagangan di kawasan ASEAN 5 tahun 2007-2012 antara
lain:
a. Bagi pemerintah selaku pengambil keputusan, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi dan dasar pengambilan kebijakan ekonomi
dalam merencanakan strategi pembangunan yang bertujuan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan exchange rate dan
peningkatan arus perdagangan memalui integrasi ekonomi antar negara.
b. Bagi akademisi dan peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan
mampu menjadi acuan dan sumber referensi untuk penelitian lebih
mendalam mengenai pengaruh exchange rate terhadap neraca
perdagangan ASEAN 5.
c. Bagi pembaca, penelitian mampu membuka wawasan makro pembaca
serat dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh exchange rate
terhadap neraca perdagangan ASEAN 5.
d. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi sasaran
penerapan dan peningkatan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan
wawasan di bidang ekonomi yang selama ini di pelajari oleh penulis.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh exchange
rate untuk kawasan ASEAN 5 yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand, pada kuartal I tahun 1998 sampai kuartal IV tahun 2012. Selain itu

10
variabel yang digunakan adalah neraca perdagangan, nominal exchange rate,
consumer price index (CPI), GDP, cadangan devisa.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Exchange Rate
Exchange Rate adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara lain
atau mata uang suatu negara dinyatakan dalam mata uang negara lain. Nilai tukar
merupakan salah satu variabel yang penting dalam suatu perekonomian terbuka,
karena variabel ini berpengaruh pada variabel lain seperti harga, tingkat bunga,
neraca pembayaran, dan transaksi berjalan (Batiz 1994). Peranan tersebut
berkaitan dengan tingkat harga relatif dari barang dalam negeri dan barang luar
negeri dalam suatu hubungan perdagangan internasional. Suatu perekonomian
dapat memiliki tingkat nilai tukar yang berubah-berubah setiap waktu.
Konsep Exchange Rate
Exchange rate didasari oleh dua konsep. Pertama, konsep nominal,
merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan
berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna untuk memperoleh
suatu mata uang dari negara lain. Kedua, konsep rill yang digunakan untuk
mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran international
(Halwani 2002).
Spot exchange rate adalah tingkat nilai tukar dimana penyerahan barang
dilakukan bersamaan dengan saat transaksi disetujui. Forward exchange rate
adalah tingkat nilai tukar yang dipakai dimana penyerahan barang yang dilakukan
kemudian setelah transaksi tetapi harga yang dipakai pada saat terjadinya
transaksi. Spot exchange rate dibedakan antara tingkat nilai tukar atau kurs jual
dan kurs beli. Kedua jenis nilai tukar atau kurs tersebut menimbulkan perbedaan
yang disebut spread. Besar kecilnya spread ditentukan oleh efisiensi dan aktivitas
dari lembaga perantara di pasar valuta asing.
Sistem Exchange Rate
Sistem Exchange Rate secara sederhana dapat diartikan sebagai seperangkat
kebijakan institusi, praktek, peraturan, dan mekanisme yang menentukan tingkat
dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lainnya. Sebagai dasar
pertukaran mata uang suatu negara, maka setiap negara harus menetapkan
kerangka atau sistem nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara lainnya.
Secara umum sistem nilai tukar yang diterapkan saat ini dapat dibagi atas 2 sistem
yaitu, fixed exchange rate dan floating exchange rate (Hamdy 2004).
A. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu nilai tukar tertentu
atas mata uangnya. Untuk mempertahankan nilai tukarnya, pemerintah
melaluibank sentral melakukan jual beli valuta asing. Nilai tukar biasanya

11
tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sempit. Pada sistem
ini, otoritas moneter tidak memiliki keleluasaan dalam mengendalikan
kondisi moneter domestik. Kebaikan dari sistem nilai tukar tetap ini adalah
adanya kepastian akan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang
negara lain. Sehingga para eksportir dan importir dapat memperhitungkan
transaksi perdagangan dengan pihak luar negeri (Hamdy 2004).
B. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating
Exchange Rate)
Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan oleh
mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilitas oleh otoritas moneter.
Dalam arti, pemerintah atau otoritas moneter tidak berhak melakukan
intervensi pasar,kecuali pada keadaan tertentu.
Sitem pengambangan nilai tukar secara teoritis dibedakan menjadi dua
hal. Pertama, nilai tukar mengambang dimana pemerintah mempengaruhi
tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing atau yang
disebut dirty float. Kedua, dimana pemerintah tidak mencampuri tingkat
nilai tukar sama sekali, sehingga nilai tukar diserahkan kepada penawaran
dan permintaan valuta asing atau yang disebut clean float (Hamdy 2004).
C. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Manage Floating
Exchange Rate)
Pada sistem ini, otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan
nilaitukar pada tingkat tertentu. Pada keadaan demikian biasanya cadangan
devisa dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valuta asing dipasar untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Seberapa
besar fluktuasi nilai tukar dalam sistem ini tergantung pada kemauan
otoritas moneter untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing, serta
tersedianya cadangan devisa yang dimiliki negara tersebut lebih banyak
persediaan cadangan devisa, maka lebih besar kemungkinan nilai tukar
dapat distabilkan (Hamdy 2004).
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan atau trade balance menunjukkan perbedaan antara nilai
ekspor barang-barang domestik dengan nilai impor (Krugman dan Obstfeld 2005).
Secara matematis,bentuk persamaan neraca perdagangan nominal dapat ditulis
sebagai berikut :
TN = XN – MN
TN = PM* - eP*M.....................................................................................(1)
Dimana TN menyatakan posisi neraca perdagangan, XN menyatakan nilai
ekspor domestik, dan MN menyatakan nilai impor dari luar negeri. Fungsi dari
XN adalah P dikali dengan M*, dimana M* menyatakan jumlah fisik dari barang
domestik yang diekspor dan dikalikan dengan harga barang domestik P sehingga
akan menghasilkan nilai ekspor sebesar P dikalikan dengan M*. Sedangkan fungsi
dari impor adalah e merupakan nominal exchange rate dikalikan dengan P*
merupakan harga barang luar negeri dan dikalikan dengan M, dimana M

12
menyatakan jumlah fisik barang luar negeri yang diimpor (Krugman dan Obstfeld
2005).
Bentuk persamaan neraca perdagangan antara ekspor dan impor yang
dinyatakan dalam mata uang domestik dapat dilihat dalam persamaan (1). Untuk
menyatakan neraca perdagangan secara riil, maka persamaan (1) dibagi dengan
tingkat harga domestik. Sehingga akan menghasilkan persamaan sebagai berikut :
TN=M* - qM..............................................................................................(2)
Persamaan eP* menyatakan harga impor dalam mata uang domestik,dimana
P* adalah harga barang luar negeri yang diukur dalam nilai mata uang asing dan e
adalah nilai tukar mata uang domestik. Jika harga impor ini (eP*) dibagi dengan
harga barang domestik, P, maka akan diperoleh q. Sehingga dapat dijelaskan
bahwa variabel q merupakan rasio antara harga barang impor dengan harga barang
ekspor yang diukur dalam mata uang domestik. Dalam analisis ekonomi terbuka,
hubungan ini merupakan konsep nilai tukar riil. Jika q meningkat hal tersebut
berarti harga barang impor lebih mahal dibandingkan dengan harga barang
domestik, sehingga akan meningkatkan daya saing barang domestik di pasar
internasional. Sebaliknya, penurunan pada q berarti harga barang domestik lebih
mahal daripada harga barang luar negeri sehingga daya saing barang domestik di
pasar internasional akan turun (Krugman dan Obstfeld 2005). Dengan
mensubstitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (2) maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut :
TN = M*(q,Y*) – qM(q,Y)
T N= T(q,Y*,Y)
TN=T(Y*) – mY + ø...................................................................................(3)
Dari persamaan diatas dapat diketahui beberapa variabel yang
mempengaruhi neraca perdagangan. Tiga faktor penentu tersebut terdiri dari
pendapatan luar negeri, pendapatan domestik, dan nilai tukar riil. Komponen
pertama yang mempengaruhi neraca perdagangan adalah T yang tergantung pada
pendapatan luar negeri, Y*, yang diasumsikan sebagai variabel eksogen.
Meningkatnya pendapatan luar negeri akan mendorong permintaan
terhadap barang domestik. Peningkatan ekspor akan meningkatkan neraca
perdagangan. Hal ini berarti neraca perdagangan meningkat ketika pendapatan
luar negeri meningkat. Komponen kedua adalah pendapatan domestik. Variabel m
menyatakan marginal propensity to impor yang didefinisikan sebagai bagian dari
tambahan pendapatan yang digunakan untuk impor. Komponen yang terakhir
adalah nilai tukar riil, q. Parameter ø menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari
perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan. Nilai parameter ini bisa
bernilai positif, negatif, atau nol. Jika bernilai positif, dengan meningkatnya nilai
tukar riil maka akan meningkatkan neraca perdagangan. Sebaliknya jika bernilai
negatif meningkatnya nilai tukar riil akan merusak nilai neraca perdagangan.
Sehingga pengaruh perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan tergantung
dari tanda dan besaran parameter ø (Krugman dan Obstfeld 2005).

13
Model Kurva J
Dampak perubahan nilai tukar mata uang suatu negara akibat depresiasi atau
devaluasi terhadap neraca pembayaran melalui transaksi berjalan dapat
digambarkan oleh kurva yang menyerupai huruf J dan disebut efek kurva – J.
Neraca transaki perdagangan akan turun untuk beberapa periode setelah devaluasi
atau depresiasi mata uang domestik (Krugman dan Obstfeld 2005).
Perubahan dalam harga terjadi lebih cepat daripada perubahan dalam
kuantitas perdagangan. Pada awalnya, perubahan kuantitas perdagangan adalah
kecil karena pembeli memerlukan waktu dalam mengubah perilaku mereka.
Perjanjian kontrak sebelum depresiasi berakhir dan dilakukan negoisasi ulang
sehingga dapat dilakukan identifikasi alternatif produk. Pada akhirnya respon
kuantitas menjadi lebih besar, karena pembeli akan melakukan penggantian pada
produk yang lebih murah harganya (Pugel 2004). Dampak perubahan kuantitas
yang lebih besar menghasilkan keseimbangan neraca transaksi perdagangan.
Pola perilaku neraca transaksi perdagangan sebagai akibat perubahan nilai
tukar disebut kurva J. Hal ini karena bentuk beberapa periode pertama dari respon
terhadap depresiasi, neraca perdagangan memburuk untuk kemudian mulai
membaik. Penjelasan ini menegaskan bahwa perlu waktu bagi depresiasi mata
uang suatu negara agar mempunyai dampak positif terhadap neraca transaksi
perdagangan, bisa dilihat pada Gambar 6.

Sumber:

Krugman & Maurice Obseltfeld (2005)

Gambar 6 Kurva J
Kurva J yang dijelaskan pada Gambar 6, dimana garis vertikal menjelaskan
posisi neraca perdagangan (NTB) dalam satuan unit per output domestik
sedangkan pada garis horizontal menjelaskan periode (t). Efek kurva J dalam
periode jangka pendek, yakni periodenya kurang dari setahun. Ekspansi moneter
dapat meberikan tekanan pada tingkat output yang mengakibatkan nilai mata uang
suatu negara mengalami depresiasi. Dalam kasus ini, diperlukan beberapa lama
sebelum kenaikan penawaran uang tersebut dapat memberikan imbalan berupa
membaiknya posisi neraca perdagangan yang selanjutnya berdampak pada
membesarnya permintaan agregat (Krugman dan Obstfeld (2005).
Jangka panjang depresiasi mempunyai dampak terhadap perbaikan neraca
transaksi perdagangan melalui peningkatan daya saing internasional yang
berakibat pada kenaikan nilai ekspor. Depresiasi juga berdampak pada penurunan

14
impor sebagai akibat pengalihan pengeluaran penduduk domestik serta
meningkatnya permintaan agregat oleh penduduk luar negeri terhadap produk
domestik sehingga pada akhirnya meningkatkan ekspor (Krugman dan Obstfeld
2005).
Nilai Tukar Nominal, Nilai Tukar Riil, dan Hubungannya dengan
Neraca Perdagangan
Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan
nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara
(Mankiw 2007). Nilai tukar rill adalah harga relatif dari barang-barang antar dua
negara yang menyatakan tingkat, dimana pelaku ekonomi dapat
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara dari suatu barang-barang dari
negara lain
Perhitungan nilai tukar rill diantara kedua negara bisa dihitung dari nilai
tukar nominal dikalikan dengan rasio tingkat harga di kedua negara tersebut.
Hubungan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal, dapat dilihat pada persamaan
berikut:

Dimana:
RER
ER
PF
PD

= Real Exchange Rate,
= Nominal Exchange Rate yang dinyatakan dalam direct
term ataupun indirect term,
= Indeks harga mitra dagang (foreign),
= Indeks Harga domestik.

Pada persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya daya saing
perdagangan luar negeri ditentukan oleh dua hal, yaitu nominal exchange rate
(ER) dan rasio harga kedua Negara. Jika ER (direct term) meningkat
(terdepresiasi), dengan asumsi rasio harga konstan, maka ada hubungan positif
dengan neraca perdagangan. Hal ini disebabkan ER yang lebih tinggi akan
memberikan indikasi rendahnya harga produk domestik relatif terhadap asing,
maka daya saing sangat ditentukan oleh kemampuan suatu negara atau otoritas
moneter dalam mengendalikan laju harga dengan berbagai instrumen yang
menjadi kewenangannya. Indeks yang digunakan dapat berbagai macam
diantaranya: PPP, CPI, ataupun GDP deflator harus diperhatikan (Mankiw 2007).
Nilai tukar riil suatu negara akan berpengaruh pada kondisi perekonomian
makro suatu negara khususnya dengan ekspor netto atau neraca perdagangan.
Pengaruh ini dapat dirumuskan menjadi suatu hubungan antara nilai tukar riil
dengan ekspor netto atau neraca perdagangan (Mankiw 2007).

15
Tinjauan Penelitian Terdahulu
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN adalah asumsi
nilai tukar rupiah terhadap USD. Asumsi besaran nilai tukar rupiah terhadap USD
sangat berpengaruh terhadap penerimaan, pengeluaran serta pembiayaan dalam
APBN. Mengingat pentingnya asumsi nilai tukar rupiah sebagai indikator makro
dalam penyusunan APBN, diperlukan indentifikasi variabel-variabel terkait yang
berpengaruh serta model yang tepat untuk memprakirakan besarnya nilai tukar
rupiah yang mendekati kenyataan. Hal ini terfokus pada identifikasi variabelvariabel penentu besarnya nilai tukar rupiah tersebut, serta pemilihan model yang
terbaik untuk prakiraan nilai tukar rupiah dimasa yang akan datang. Pengujian
atas beberapa model menghasilkan model terbaik bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi besaran nilai tukar rupiah terhadap USD adalah selisih pendapatan
riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat
suku bunga Indonesia dan Amerika, serta nilai tukar rupiah terhadap USD satu
bulan sebelumnya (lag -1). Dengan model tersebut, nilai tukar rupiah terhadap
USD pada tahun 2006 diprakirakan berada pada kisaran Rp9.430/USD (batas
bawah) sampai dengan Rp10.204/USD (batas atas), dengan nilai rata-rata sebesar
Rp9.809/USD (Imamudin Yuliadi 2006).
.
b. Analisis Nilai Tukar Rupiah dan Implikasinya pada Perekonomian
Indonesia : Pendekatan Error Correction Model (ECM)
Persoalan yang sedang dihadapi perekonomian Indonesia sekarang cukup
kompleks menyangkut berbagai dimensi ekonomi baik sistem maupun
kelembagaannya. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia diawali dengan
timbulnya krisis nilai tukar Rupiah sebagai konsekuensi dari sistem keuangan
yang semakin terintegrasi secara global. Membaiknya perekonomian Indonesia
dan ditunjang dengan stabilitas politik yang mantap dan kecenderungan
penurunan suku bunga di negara maju mendorong masuknya aliran dana ke
Indonesia dalam jumlah cukup besar pada tahun 1990-an.
Masuknya aliran modal ke dalam negeri disamping membawa berkah dapat
mendorong laju investasi juga menimbulkan kekhawatiran kemungkinan
terjadinya penarikan dana dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang
singkat dipicu oleh berbagai faktor domestik atau luar negeri (contagion effect)
sehingga akan menggoyahkan fundamental ekonomi yang sudah terbina selama
ini. Di samping itu yang menjadi pemicu utama krisis ekonomi di Indonesia
adalah besarnya utang luar negeri swasta yang sebagian besar berjangka waktu
pendek tapi di investasikan pada sektor ekonomi untuk jangka waktu panjang dan
tingkat resikonya tinggi seperti sektor properti dan tidak dilindungi dari resiko
pergerakan kurs (currency mismatching).
Neraca pembayaran internasional merupakan suatu catatan sistematis yang
menunjukkan nilai aktivitas ekonomi suatu negara terhadap negara atau pihak
asing selama satu periode tertentu. Sampai dengan triwulan IV 2003 neraca
pembayaran Indonesia menunjukkan angka surplus sebesar 1.432 juta USD turun
dibandingkan dengan waktu yang sama tahun 2002 sebesar 2.217 juta USD.
Secara total nilai neraca pembayaran tahun 2003 mengalami surplus sebesar 3.654

16
juta USD turun dibandingkan tahun 2002 sebesar 5.029 juta USD. Fluktuasi nilai
tukar Rupiah terhadap USD dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan stabil, hal ini terutama dipengaruhi oleh besarnya surplus neraca
pembayaran yang disebabkan oleh penurunan defisit transaksi modal dan padasisi
lain meningkatnya surplus transaksi berjalan (Tri Wibowo dan Hidayat Amir
2006)
Kerangka Pemikiran
Peran perdagangan internasional negara dikawasan ASEAN 5 ditentukan
dengan kondisi neraca perdagangan masing-masing negara. Kondisi neraca
perdagangan ASEAN 5 dilihat dari nilai ekspor dan impor. Pergerakan dari nilai
ekspor dan impor setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pertama
dari pergerakan nilai tukar, besarnya GDP, tingkat consumer price index (CPI),
dan cadangan devisa, selain itu juga dipengaruhi subtitusi impor dan eksport
orientation.
Hubungan neraca perdagangan dengan pergerakan nilai tukar, GDP, CPI,
dan cadangan devisa dilihat dengan mengunakan analisis model VECM, yang
nantinya akan mentukan analsis model neraca perdagangan pada jangka pendek
dan jangka panjang. Setelah mengetahui analisis model pada jangka pendek dan
jangka panjang, selanjutnya dapat menjadi referensi dalam menentukan suatu
kebijakan pemerintah yang tepat dan akurat dalam meningkatkan kinerja
perdagangan yang diharapkan. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini dapat
dijelaskan pada bagan kerangka pemikiran dibawah ini:
 Exchange rate
negara kawasan
ASEAN 5.
 GDP negara ASEAN
5
 Consumer Price
Index (CPI) negara
kawasan ASEAN 5
 Cadangan devisa
negara kawasan
ASEAN 5

Neraca Perdagangan
(X-M)

a.Subtitusi
impor,
b.Orentasi
ekspor.

Analisis Model VECM

Analisis model neraca perdagangan
pada jangka pendek

Analisis model neraca perdagangan
pada jangka panjang

Aplikasi Kebijakan Pengaruh Fluktuasi exchange rate terhadap
Neraca Perdagangan di kawasan ASEAN 5
Gambar 7. Kerangka Pemikiran

17
Hipotesis
Dalam penelitian ini ada hipotesis yang akan diuji, antara lain:
1.Nilai tukar yang terdepresiasi memiliki hubungan positif dengan neraca
perdagangan Negara kawasan ASEAN 5.
2.Tingkat pendapatan nasional memiliki hubungan positif terhadap neraca
perdagangan negara kawasan ASEAN 5.
3.Tingkat cadangan devisa memiliki hubungan positif terhadap neraca
perdagangan negara kawasan ASEAN 5.
4.Tingkat consumer price index memiliki hubungan negatif terhadap neraca
perdagangan negara kawasan ASEAN 5.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data

Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
time series dan data sekunder. Data time series yang digunakan adalah data
kuartalan dengan sampel negara kawasan ASEAN 5 yaitu : Indonesia, Malaysia,
Singapura, Thailand dan Piliphina dari kuartal I tahun 1998 sampai kuartal IV
tahun 2012.
Pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu : exchange rate,
Current Acount (CA) suku bunga, inflasi, Gross Domestik Product (GDP). Semua
variabel yang digunakan dalam bentuk logaritma kecuali tingkat