Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.).

KARAKTERISASI 18 GENOTIPE TERUNG
(Solanum melongena L.)

ITA APRILIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi 18
Genotipe Terung (Solanum melongena L.) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Ita Aprilia
NIM A24100046

ABSTRAK
ITA APRILIA. Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.).
Dibimbing oleh SOBIR dan AWANG MAHARIJAYA.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
dengan satu faktor yaitu genotipe. Bahan tanaman yang diuji terdiri dari 16
genotipe tanaman terung (2013-059-2, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4,
2013-050, 2019-070-2, 2013-58-1, 2013-074-2, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013064-1, 2013-55-6, 2013-09-02, 2013-071-1, 2013-065-1, 2013-007) hasil
eksplorasi Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB dan 2 varietas pembanding
yang merupakan varietas hibrida (YUMI F1 dan KANIA F1). Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi dan daya hasil
dari genotipe tanaman terung yang diuji. Hasil pengujian karakter kualitatif pada
fase kecambah, pertumbuhan tanaman, batang, daun, bunga, dan buah
menunjukkan keragaman. Kulit buah saat masak panen dari 18 genotipe tanaman
yang diuji terdiri dari warna putih, ungu, dan hijau. Hasil pengujian tanaman pada
karakter kuantitatif menunjukkan adanya keragaman. Bobot per buah tertinggi
pada genotipe 2013-059-2 dan terendah pada genotipe 2013-074-2. Bobot per

tanaman tertinggi pada varietas YUMI F1 dan terendah pada genotipe 2013-0742. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 56% membagi genotipe
tanaman terung yang diuji kedalam dua kelompok besar.
Kata kunci: daya hasil, eksplorasi, genotipe, morfologi, Solanaceae

ABSTRACT
ITA APRILIA. Characterization of 18 Eggplant (Solanum melongena L.)
Genotypes. Supervised by SOBIR and AWANG MAHARIJAYA.
This research was done using Randomized Complete Block Design with
one factor that is genotype. Plant material consist of 16 eggplant genotypes (2013059-2, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4, 2013-050, 2019-070-2, 2013-58-1,
2013-074-2, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013-064-1, 2013-55-6, 2013-09-02,
2013-071-1, 2013-065-1, 2013-007) from previous exploration study by Center
for Tropical Fruit Study and two hybrid varieties (YUMI F1 and KANIA F1) as
control. The purpose of this experiment was to obtain information about the
morfological characteristics and the potential yield of eggplant genotypes. The
results of qualitative characterization on the sprout phases, plants growth, stems,
leaves, flowers, and eggplant fruits showed the present of diversity. The fruit skin
colour of 18 tested genotypes in the harvest maturity phase consist of white,
violet, and green. The results of plant testing on quantitative characterization also
revealed diversity. The highest weight per fruit for genotype 2013-059-2 and the
lowest for genotype 2013-074-2. The highest yield per plant for variety YUMI F1

and the lowest for genotype 2013-074-2. The cluster analysis on 56% similarity
level devided the eggplant genotypes into two large groups.
Keywords: exploration, genotype, morphological, potential yield, Solanaceae

KARAKTERISASI 18 GENOTIPE TERUNG
(Solanum melongena L.)

ITA APRILIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.)
Nama
: Ita Aprilia
NIM
: A24100046

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sobir, MSi
Pembimbing I

Dr Awang Maharijaya SP, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.). Penelitian ini
dilaksanakan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi dan daya hasil
dari 18 genotipe yang diuji. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB
Tajur II, Bogor pada bulan Januari-Juni 2014.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Awang Maharijaya SP, MSi sebagai
pembimbing penelitian, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
selama penelitian serta penulisan skripsi ini.
2. Prof Muhamad Syukur SP, MSi sebagai dosen penguji, yang telah
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini
3. Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS sebagai dosen pembimbing akademik,
yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendiddikan
sarjana di IPB.
4. Kedua orang tua dan keluarga atas do’a dan dorongan semangat yang selalu
dicurahkan.

5. Seluruh staf pegawai Kebun Percobaan PKHT Tajur II yang telah membantu
selama proses penelitian.
6. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan sarjana di IPB.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu serta seluruh teman-teman seperjuangan AGH 47.
Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Ita Aprilia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Tanaman Terung

2

Pemuliaan Tanaman Terung

3

Karakterisasi

3

METODE PENELITIAN

3

Bahan Peneleitian

3


Peralatan Penelitian

3

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

4

Prosedur Percobaan

4

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6


Kondisi Umum

6

Karakter Kualitatif

6

Karakter Kuantitatif

13

Analisis Korelasi

18

Analisis Gerombol

18


SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

20

DAFTAR LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Keragaman karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan
batang serta kerapatan bulu batang
2 Keragamaan karakter tipe tumbuh dan karakter pada bunga
3 Keragaman karakter pada helai daun
4 Keragaman karakter pada buah
5 Analisis ragam
6 Nilai pengamatan tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang,
7 Nilai pengamatan umur berbunga dan umur panen
8 Nilai pengamatan panjang buah, diameter maksimum, dan panjang
tangkai buah
9 Nilai pengamatan bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot
buah per tanaman
10 Korelasi linear antar karakter kuantitatif pada buah

7
8
9
11
13
14
15
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Keragaan pewarnaan antosianin pada batang
Keragaan karakter pada bunga
Keragaan karakter helai daun
Keragaan bentuk buah
Keragaan warna kulit buah masah fisiologis dan warna daging buah
Pengelompokan berdasarkan analisis gerombol

6
7
8
10
10
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Pengamatan karakter lekukan tepi daun
Pengamatan karakter bentuk ujung daun
Pengamatan karakter bentuk umum buah
Pengamatan karakter rasio panjang diameter buah-1
Pengamatan karakter lengkungan buah
Pengamatan karakter keberadaaan duri pada kelopak

23
23
23
24
24
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terung (Solanum melongena L.) merupakan komoditas sayuran dari famili
Solanacea yang memiliki nilai ekonomi tinggi setelah cabai, tomat, dan kentang.
Terung telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan pangan.
Selain di Indonesia, hidangan terung juga populer di beberapa negara seperti
Italia, Prancis, Amerika Serikat, Mesir, Sudan, Cina, Filipina, dan Thailand
(Claudhary and Gaur 2009). Selain rasanya yang enak, terung juga kaya
kandungan gizi dan merupakan sayuran yang menyehatkan. Kandungan mineral
(mg 100 g-1) dalam terung ungu antara lain 2.57 Na, 6.32 Mg, 0.14 Zn, 254.26 K,
dan 0.23 Fe (Surahman dan Darmajana 2004). Terung juga merupakan sumber
vitamin C dan mineral potasium (USDA NRC 2014).
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan kesadaran untuk hidup sehat
berdampak terhadap peningkatan konsumsi sayuran termasuk terung. Data
konsumsi kalori (Kkal) per kapita per hari komoditas sayuran pada bulan Maret
2013 sebesar 34.96 dan meningkat menjadi 36.71 pada bulan September 2013
(SUSENAS BPS 2014). Selain itu, terung juga salah satu komoditas sayuran yang
memiliki nilai ekspor. Data ekspor menurut PKHT (2014) pada tahun 2013
sebesar 1 425.362 ton dengan nilai ekspor 1 565 228 (US$).
Sayangnya potensi tersebut tidak disertai dengan peningkatan produksi.
Produksi terung pada tahun 2012 sebesar 518.787 ton mengalami penurunan
sebesar 1.81 % pada tahun 2013 menjadi 509.380 ton (BPS dan DITJEN
Hortikultura 2014). Menurut data FAO (2012) produksi terung Indonesia
menempati posisi keenam di dunia dengan nilai produksi sebesar 518 827 ton,
jauh lebih rendah dibandingkan China yang mencapai produksi 28 800 000 ton
dan India 12 200 000 ton.
Rendahnya angka produksi dapat disebabkan karena penurunan luas area
tanam dan rendahnya produktivitas. Luas area tanam terung Indonesia menurut
FAO (2012) adalah 50 431 ha. Rata-rata produktivitas terung dunia sebesar 15 ton
ha-1. China mampu mencapai produktivitas 35 ton ha-1, sedangkan produktivitas
terung Indonesia masih lebih rendah dari produktivitas terung dunia yaitu 10 ton
ha-1 (FAO 2012).
Peningkatan produksi terung dapat dicapai melalui perluasan area tanam
atau peningktan produktivitas. Perluasan area tanam sangat sulit untuk dilakukan,
sehingga salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu peningkatan produktivitas.
Peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui perakitan varietas unggul. Peran
varietas unggul dalam meningkatkan produktivitas tanaman dapat mencapai 65%.
Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
varietas unggul dengan memperbaiki sifat-sifat genetik tanaman. Tahap pertama
dalam kegiatan pemuliaan tanaman adalah koleksi berbagai genotipe tanaman.
Koleksi digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan genotipe yang diinginkan
sesuai dengan tujuan pemuliaan tanaman. Koleksi dapat berasal dari plasma
nutfah lokal hasil eksplorasi, maupun introduksi dari luar negeri termasuk
genotipe liar dan eksotik (Syukur et al. 2012). Indonesia merupakan negara yang
kaya akan plasma nutfah tanaman terung. Hal tersebut merupakan sebuah potensi

2
untuk mencari sumber-sumber genetik tanaman yang diinginkan. Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT) IPB telah melakukan koleksi plasma nutfah terung
dari berbagai wilayah Indonesia. Tahap selanjutnya yaitu karakterisasi untuk
mengidentifikasi karakter-karatkter pada tanaman terung tersebut sebelum
dilakukan seleksi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi
dan daya hasil dari genotipe tanaman terung yang diuji

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Terung
Tanaman terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman setahun
berumur pendek di daerah tropika dan dibudidayakan sebagai tanaman setahun di
wilayah iklim sedang. Tinggi tanaman antara 0.5-2.5 cm dengan tipe pertumbuhan
indeterminate. Akar tunggang kuat, daun besar tunggal berselang-seling. Bunga
terung termasuk bunga sempurna, biasanya tumbuh berlawanan dengan daun,
bukan pada ketiak daun (Rubatzki dan Yamaguchi 1999). Terung merupakan
tanaman menyerbuk sendiri, namun dalam beberapa kondisi dapat menyerbuk
silang dengan persentase menyerbuk silang 20% hingga 48% (Choudhary and
Gaur 2009). Bentuk buah bervariasi dari hampir bulat atau bentuk telur sampai
panjang dan kurus (William et al. 1993).
Tanaman terung dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropika dan
wilayah iklim semi sedang. Suhu siang yang sesuai untuk tanaman terung berkisar
22-30oC dan suhu malam berkisar 18-24oC. Tanaman terung peka terhadap
genangan dan lebih toleran terhadap kekeringan dari pada cabai dan tomat
(Yamaguchi dan Rubatzki 1999). pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman antara 5.5-7.2 (Ashari 1995).
Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) merupakan penyakit
yang paling berbahaya pada tanaman terung. Kerugian akibat penyakit layu
bakteri tersebut dapat mencapai 60% pada kultivar dan hibrida unggul (William et
al. 1993). Penyakit lainnya yang banyak menyerang tanaman terung adalah busuk
buah antraknosa (Collectrichum melongenae), bercak cercospora (Cercospora
melongena), layu fusarium (Fusarium oxysporum), bercak daun/kudis buah
(Alternaria melongenae), hawar phomopsis (Phomopsis vexans), busuk buah
phytophthora (Phytophthora parsitica), dan embun tepung (Erysiphe polyphaga)
(Rubatzki dan Yamaguchi 1999). Hama yang banyak menyerang tanaman terung
di daerah tropik antara lain penggerek daun (Epilochna sp.), kutu wol dan tungau
merah (Tentranychus sp.)

3
Pemuliaan Tanaman Terung
Tujuan utama dari pemuliaan tanaman adalah untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan penyakit
tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk
mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu (Purwati 1997).
Tanaman terung merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Metode pemuliaan
tanaman menyerbuk sendiri yaitu metode seleksi massa, galur murni, seleksi
pedigree , silang balik (back-cross), dan SSD (single seed descent). Langkah awal
kegiatan pemuliaan tanaman adalah koleksi. Koleksi berbagai genotipe atau
plasma nutfah dapat berasal dari plasma nutfah lokal maupun yang
diintroduksikan dari luar negeri, termasuk genotipe liar dan eksotik (Syukur et al.
2012). Plasma nutfah merupakan hal yang paling penting dalam pemuliaan
tanaman. Tanpa adanya plasma nutfah, kegiatan pemuliaan tanaman tidak
mungkin untuk dilakukan (Acquaah 2007).

Karakterisasi
Tahapan dalam kegiatan pemuliaan tanaman yaitu koleksi plasma nutfah,
karakterisasi, seleksi, seleksi setelah perluasan keragaman genetik, evaluasi dan
pengujian, dan pelepasan varietas dan perbanyakan (Syukur et al. 2012). Tanaman
hasil koleksi perlu diketahui dan diadakan pencatatan asal, sifat adaptasi, dan sifat
penting lainnya (Poespodarsono 1988). Tahap kedua setelah koleksi dari kegiatan
pemuliaan tanaman adalah karakterisasi. Karakterisasi merupakan proses
identifikasi karakter-karatkter pada tanaman.

METODE PENELITIAN
Bahan Peneleitian
Bahan tanaman berupa 16 genotipe terung hasil eksplorasi yaitu 2013-059-2
(G3), 2013-078-1 (G4), 2013-070-1 (G5), 2013-016-4 (G6), 2013-050 (G7),
2019-070-2 (G8), 2013-58-1 (G9), 2013-074-2 (G10), 2013-057-1 (G11), 2013079-1 (G12), 2013-064-1 (G13), 2013-55-6 (G14), 2013-09-02 (G15), 2013-071-1
(G16), 2013-065-1 (G17), 2013-007 (G19) dan dua varietas hibrida sebagai
pembanding yaitu YUMI F1 (G0) dan KANIA F1 (G1).
Bahan lain yang digunakan adalah tray persemaian, mulsa plastik, media
semai, ajir, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl, pupuk NPK, pupuk daun,
pupuk bunga, kapur pertanian, pupuk hayati PGPR dan pestisida.

Peralatan Penelitian
Peralatan penelitian adalah alat-alat yang umum digunakan dalam
persemaian dan teknik budidaya terung berupa alat-alat pertanian umum, alat
tulis, alat-alat untuk pengamatan dan alat dokumentasi.

4
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur II dan
Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

Prosedur Percobaan
Penelitian dilaksanakan dengan menanam 18 genotipe terung dan dua
varietas pembanding. Penanaman dilaksanakan pada lahan berbentuk bedengan.
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu
faktor yaitu genotipe dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 54 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan terdapat 10 tanaman sehingga jumlah tanaman seluruh
satuan percobaan 540 tanaman.
Tahap pertama adalah persemaian yang dilaksanakan selama empat minggu.
Persemaian dilakukan dalam wadah tray menggunakan media semai. Persiapan
lahan dilaksanakan dua minggu sebelum proses penanaman. Persiapan lahan
meliputi proses penggemburan lahan, pembuatan bedengan, pemberian pupuk
kandang dengan dosis 240 kg/bedeng, pemberian pupuk NPK dasar dan
pemasangan mulsa plastik.
Penanaman dilaksanakan empat minggu setelah proses persemaian. Jarak
tanam yang digunakan adalah 50 cm x 70 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi
penyiraman, penyiangan, pemangkasan, pemupukan, serta pengendalian hama dan
penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari selama proses penyemaian dan
satu kali sehari setelah tanaman ditanam di lapangan. Penyiangan dilakukan pada
gulma yang tumbuh disekitar tanaman dengan cara manual menggunakan tangan.
Pemangkasan dilakukan pada tunas-tunas adventif. Tunas adventif adalah tunas
samping yang tidak produktif. Pemangkasan tunas adventif bertujuan untuk
mengoptimalkan penggunaan hasil fotosintat oleh cabang utama. Pemupukan
lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST. Pengendalian hama dan
penyakit tanaman dilakukan secara manual dan kimia.
Pemanenan dilaksanakan apabila buah terung telah siap panen sesuai
dengan kriteria pasar atau penen muda.
Pengamatan dilakukan terhadap lima tanaman contoh yang dipilih secara
acak. Karakter yang diamati berdasarkan panduan pengamatan individual (PPI)
yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Departemen
Pertanian Republik Indonesia (2007), IBPGR (1990), CPVO (2007). Karakterkarakter yang diamati terdiri dari karakter kuantitatif dan kualitatif.
Karakter Kuantitatif yang diamati antara lain:
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh
tertinggi tanaman.
2. Tinggi dikotomus (cm) diukur dari permukaan tanah hingga titik percabangan
utama.
3. Diameter batang (cm) diukur pada buku kedua dibawah percabangan
pertama.
4. Panjang dan lebar daun (cm) diukur pada daun pertama dibawah cabang
utama pada fase pembungaan.

5
5. Umur berbunga (HST) dihitung pada saat 50 % tanaman berbunga.
6. Umur panen (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dipanen.
7. Bobot buah per tanaman (g) selama lima kali panen.
8. Bobot per buah (g).
9. Jumlah buah per tanaman.
10. Panjang buah (cm) diukur dari batas tangkai buah hingga ujung buah.
11. Diameter maksimum buah (cm).
12. Pangjang tangkai buah (cm).
Karakter kualitatif yang diamati antara lain:
1. Pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada hipokotil.
2. Tipe tumbuh tanaman.
3. Pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada batang.
4. Kerapatan bulu batang.
5. Lekukan tepi helai daun, bentuk ujung daun, dan tonjolan pada permukaan
daun.
6. Intensitas warna hijau daun.
7. Jumlah, ukuran, dan warna bunga.
8. Karakter kualitatif pada buah: bentuk umum, lengkungan, ukuran bekas
tangkai putik, bentuk ujung buah, warna utama kulit buah masak panen,
kekilapan, garis-garis pada kulit buah, penampilan garis-garis dominan,
kepadatan garis-garis, pewarnaan antosianin dibawah kelopak, ukuran
kelopak, pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada kelopak,
keberadaan duri pada kelopak, kerutan kelopak, warna daging buah, dan
warna kulit buah masak fisiologis.

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model rancangan kelompok lengkap teracak
menurut Gomez dan Gomez (1995) yaitu
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan:
Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan genotipe ke-i
βj
= Pengaruh ulangan ke-j
εij
= Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j
i
= 1, 2, 3.….18
j
= 1, 2, 3
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F. Apabila hasil
yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan metode
Tukey’s Honestly Significant Diference (HSD/BNJ). Data kualitatif diambil
berdasarkan modus (data terbanyak dari pengamatan) kemudian dilakukan
pendeskripsian. Data yang diperoleh juga digunakan untuk analisis gerombol

6
untuk mengetahui tingkat kemiripan antar genotipe yang di uji menggunakan
software R.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kebun Percobaan IPB Tajur 2 memiliki ketinggian tempat + 250 m di atas
permukaan laut (dpl) dengan kondisi pH tanah 5.0 (Khasanah 2013). Menurut
Ashari (1995) pH tanah yang sesuai untuk tanaman terung berkisar 5.5 – 7.2 oleh
karena itu dilakukan pengapuran dengan dosis 0.5 kg m-2. Jarak tanam yang
digunakan yaitu 50 m x 70 m. Tanaman terung membutuhkan penyinaran penuh
karena tidak tahan terhadap naungan (Ashari 1995). Persemaian dilaksanakan
pada bulan Januari 2014 di dalam screen house. Penyakit yang menyerang pada
persemaian yaitu rebah kecambah yang disebabkan oleh fungi Phytium sp. dengan
gejala pangkal kecambah busuk berwarna coklat dan rebah.
Hama yang menyerang tanaman antara lain jangkrik, belalang, keong,
kumbang daun Epilachna sp., ulat keket Acherontia sp., kepik M. longicornis,
kutu daun, lalat buah, dan ulat penggerek buah. Penyakit yang banyak menyerang
yaitu layu bakteri yang disebabkan Ralstonia solanacearum, bercak daun, busuk
pangkal batang, daun menguning, busuk buah, dan antraknosa. Hama dan
penyakit tersebut sering dijumpai pada tanaman terung, hal tersebut dibuktikan
oleh penelitian Rizky (2013). Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan
secara kimiawi menggunakan pestisida.

Karakter Kualitatif
Karakter Pewarnaan Hipokotil Kecambah dan Batang, serta Kerapatan
Bulu Batang
Karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah, pewarnaan antosianin
batang, dan kerapatan bulu batang menunjukkan adanya keragaman (Tabel 1).
Keragaman pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan pewarnaan antosianin
pada batang hanya ditemukan pada genotipe 2013-074-2 yang ditandakan oleh
tidak adanya pewarnaan antosianin. Keragaman kerapatan bulu batang antara lain
banyak, sedikit, dan sangat sedikit.

A

B

Gambar 1 Keragaan pewarnaan antosianin pada batang (A). Terdapat pewarnaan
antosianin (B). Tidak terdapat pewarnaan antosianin

7
Table 1 Keragaman karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan
batang serta kerapatan bulu batang

YUMI F1

Pewarnaan
antosianin
hipokotil
kecambah
Ada

Intensitas
antosianin
hipokotil
kecambah
Kuat

Ada

Kuat

Banyak

KANIA F1

Ada

Sedang

Ada

Sangat lemah

Sangat sedikit

2013-059-2

Ada

Sedang

Ada

Sangat kuat

Banyak

2013-078-1

Ada

Kuat

Ada

Sedang

Banyak

2013-070-1

Ada

Sangat kuat

Ada

Sedang

Sedikit

2013-016-4

Ada

Sedang

Ada

Sedang

Sedikit

2013-050

Ada

Sedang

Ada

Sedang

Sedikit

2013-070-2

Ada

Lemah

Ada

Sedang

Sedikit

2013-58-1

Ada

Sangat lemah

Ada

Sangat lemah

Sedikit

2013-074-2

Tidak ada

Tidak ada

Tidak Ada

Tidak ada

Sangat sedikit

2013-057-1

Ada

Kuat

Ada

Sangat lemah

Banyak

2013-079-1

Ada

Kuat

Ada

Lemah

Banyak

2013-064-1

Ada

Sangat kuat

Ada

Sangat lemah

Sangat sedikit

2013-55-6

Ada

Kuat

Ada

Kuat

Sedikit

2013.-09-02

Ada

Sedang

Ada

Lemah

Banyak

2013-071-1

Ada

Sedang

Ada

Sedang

Sangat sedikit

2013-065-1

Ada

Kuat

Ada

Lemah

Sangat sedikit

2013-007

Ada

Sangat lemah

Ada

Lemah

Sedikit

Genotipe

Pewarnaan
antosianin
batang

Intensitas
antosianin
batang

Kerapatan
bulu batang

Karakter Tipe Tumbuh Tanaman dan Karakter pada Bunga
Karakter tipe tumbuh tanaman dan karakter pada bunga (warna, jumlah, dan
ukuran) menunjukkan adanya keragaman (Tabel 2). Karakter warna bunga
ditemukan keragaman hanya pada genotipe 2013-074-2 yaitu bunga berwarna
putih, sedangkan genotipe yang lain memiliki bunga berwarna ungu. Keragaman
ukuran bunga antara lain besar, sedang, dan kecil. Keragaman jumlah bunga
hanya ditemukan pada varietas YUMI F1 yaitu satu sampai tiga bunga.

Gambar 2

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

N

O

P

Q

R

Keragaan karakter pada bunga (A). YUMI F1 (B). KANIA F1
(C).2013-059-2 (D). 2013-078-1 (E). 2013-070-1 (F). 2013-016-4
(G). 2013-050 (H). 2013-070-2 (I). 2013-58-1 (J). 2013-074-2 (K).
2013-057-1 (L). 2013-079-1 (M). 2013-064-1 (N). 2013-55-6 (O).
2013-09-02 (P). 2013-071-1 (Q). 2013-065-1 (R). 2013-007

8
Table 2 Keragamaan karakter tipe tumbuh dan karakter pada bunga
Genotipe

Bunga

Tipe tumbuh

Warna

YUMI F1

Semi Tegak

Ungu

KANIA F1

Semi Tegak

Ungu

Jumlah
Satu sampai
tiga
Lebih dari tiga

Ukuran

2013-059-2

Semi Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Besar

2013-078-1

Semi Tegak

Ungu

Lebih dari tiga

Besar

2013-070-1

Semi Tegak

Ungu terang

Lebih dari tiga

Besar

2013-016-4

Semi Tegak

Ungu

Lebih dari tiga

Kecil

2013-050

Semi Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Sedang

2013-070-2

Semi Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Sedang

2013-58-1

Semi Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Sedang

2013-074-2

Tegak

Putih

Lebih dari tiga

Kecil

2013-057-1

Semi Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Besar

2013-079-1

Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Sedang

2013-064-1

Semi Tegak

Ungu terang

Lebih dari tiga

Kecil

2013-55-6

Semi Tegak

Ungu gelap

Lebih dari tiga

Sedang

2013.-09-02

Tegak

Ungu terang

Lebih dari tiga

Besar

2013-071-1

Semi Tegak

Ungu terang

Lebih dari tiga

Sedang

2013-065-1
2013-007

Semi Tegak
Tegak

Ungu
Ungu terang

Lebih dari tiga
Lebih dari tiga

Kecil
Sedang

Sedang
Sedang

Karakter Kualitatif pada Helai Daun
Karakter kualitatif pada helai daun (ukuran, lekukan, dan bentuk ujung
daun) menunjukkan adanya keragaman (Tabel 3). Keragaman ukuran daun antara
lain besar dan sedang. Keragaman lekukan tepi daun antara lain kuat, sedang, dan
lemah dengan ujung daun runcing, sedang, dan tumpul.

A

B

C

Gambar 3 Keragaan karakter helai daun (A). Lekukan tepi daun kuat ujung daun
runcing (B). Lekukan tepi daun sedang ujung daun sedang (C).
Lekukan tepi daun lemah ujung daun tumpul

9
Table 3 Keragaman karakter pada helai daun
Helai daun
Genotipe
YUMI F1

Sedang

Lekukan tepi
helai
Kuat

Runcing

Tonjolan
permukaan
Sangat kuat

KANIA F1

Besar

Kuat

Runcing

Sedang

Sedang

2013-059-2

Besar

Kuat

Sedang

Sangat kuat

Gelap

2013-078-1

Besar

Sedang

Sedang

Lemah

Sedang

2013-070-1

Besar

Kuat

Sedang

Lemah

Terang

2013-016-4

Besar

Sedang

Sedang

Sedang

Gelap

2013-050

Besar

Sedang

Sedang

Lemah

Sedang

2013-070-2

Besar

Sedang

Sedang

Sedang

Gelap

2013-58-1

Sedang

Sedang

Sedang

Lemah

Sedang

2013-074-2

Sedang

Lemah

Sedang

Sedang

Sedang

2013-057-1

Besar

Sedang

Tumpul

Lemah

Sedang

2013-079-1

Besar

Sedang

Sedang

Lemah

Terang

2013-064-1

Sedang

Kuat

Sedang

Sedang

Terang

2013-55-6

Besar

Sedang

Sedang

Kuat

Gelap

2013.-09-02

Sedang

Kuat

Sedang

Lemah

Gelap

2013-071-1

Besar

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

2013-065-1

Besar

Kuat

Sedang

Sedang

Terang

2013-007

Besar

Sedang

Sedang

Kuat

Gelap

Ukuran

Ujung

Intensitas warna
hijau
Gelap

Karakter Kualitatif pada Buah
Karakter kualitatif pada buah menunjukkan adanya keragaman (Tabel 4).
Keragaman bentuk umum buah antara lain silindris, bulat telur, bundar, dan lainlain dengan keragaman warna kulit buah saat masak panen ungu, hijau, dan putih.
Bentuk umum buah lain-lain merupakan bentuk umum buah yang tidak terdapat
dalam tabel pengamatan pengujian individual (PPI) PPVT (2007). Keragaman
rasio panjang/diameter buah antara lain sangat besar, besar, kecil, sangat kecil
dengan ujung buah bulat, datar, dan runcing. Karakter lengkungan pada buah
menunjukkan keragaman pada genotipe 2013-016-4 dan 2013-070-2 dengan
karakter buah agak melengkung, sedangkan genotipe lainnya tidak memiliki
lengkungan buah.
Keragaman warna daging buah yaitu keputih-putihan dan kehijauan.
Keragaman warna kulit buah masak fisiologis yaitu oranye coklat dan kuning.
Keragaman intensitas kekilapan kulit buah antara lain kuat, sedang, dan lemah.
Keragaman karakter pewarnaan antosianin kelopak hanya pada varietas YUMI
F1, genotipe 2013-059-2, dan 2013-55-6 yaitu ditemukan adanya pewarnaan
antosianin, sedangkan genotipe yang lain tidak ada perwarnaan antosinin pada
kelopak. Keragaman ukuran kelopak antara lain sangat kecil, kecil, dan sedang.
Ukuran kelopak dihitung berdasarkan nisbah panjang kelopak terhadap panjang
buah. Keragaman keberadaan duri pada kelopak buah antara lain tidak ada, lemah,
dan sedang. Karakter kerutan kelopak buah menunjukkan keragaman lemah,
sedang, kuat, dan sangat kuat.

10

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

N

O

P

Q

R

Gambar 4 Keragaan bentuk buah (A). YUMI F1 (B). 2013-070-2 (C). 2013-0164 (D). 2013-55-6 (E). 2013-078-1 (F). 2013-050 (G). 2013-58-1 (H).
2013-057-1 (I). 2013-079-1 (J). 2013-064-1 (K). 2013-071-1 (L).
2013-065-1 (M). 2013-070-1 (N). KANIA F1 (O). 2013-074-2 (P).
2013-09-02 (Q). 2013-007 (R). 2013-059-2

A

B

C

D

Gambar 5 Keragaan warna kulit buah masah fisiologis dan warna daging buah
(A). Warna kulit buah masak fisiologis oranye coklat (B). Warna kulit
buah masak fisiologis kuning (C). Warna daging buah kehijau-hijauan
(D). Warna daging buah keputih-putihan

11
Table 4 Keragaman karakter pada buah
Genotipe
YUMI F1
KANIA F1
2013-059-2
2013-078-1
2013-070-1
2013-016-4
2013-050
2013-070-2
2013-58-1
2013-074-2
2013-057-1
2013-079-1
2013-064-1
2013-55-6
2013.-09-02
2013-071-1
2013-065-1
2013-007

Bentuk
umum
Silindris
Silindris
Lain-lain
Lain-lain
Lain-lain
Silindris
Silindris
Silindris
Lain-lain
Bulat telur
Lain-lain
Lain-lain
Silindris
Silindris
Bulat telur
Silindris
Silindris
Bundar

Rasio panjang
diameter-1
Sangat besar
Sangat besar
sangat kecil
Besar
Besar
Sangat besar
Sangat besar
Sangat besar
Besar
Kecil
Besar
Besar
Sangat besar
Sangat besar
Kecil
Sangat besar
Sangat besar
sangat kecil

Buah
Warna masak
panen
Ungu
Putih
Ungu
Hijau
Putih
Ungu
Hijau
Ungu
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Ungu
Hijau
Hijau
Hijau
Ungu

Lengkungan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Agak berlekuk
Tidak ada
Agak berlekuk
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Ujung
buah
Bulat
Bulat
Datar
Bulat
Runcing
Bulat
Bulat
Bulat
Runcing
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Datar

Tabel 4 (Lanjutan)
Buah
Genotipe
YUMI F1

Warna daging
buah
Keputih-putihan

Warna kulit
masak fisiologis
Oranye coklat

Tidak ada

Penampilan garisgaris dominan
Tidak ada

KANIA F1

keputih-putihan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-059-2

Kehijauan

Oranye coklat

Tidak ada

Tidak ada

2013-078-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-070-1

Keputih-putihan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-016-4

Keputih-putihan

Oranye coklat

Tidak ada

Tidak ada

2013-050

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-070-2

Keputih-putihan

Oranye coklat

Tidak ada

Tidak ada

2013-58-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-074-2

Kehijauan

Kuning

Ada

Lemah

2013-057-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-079-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-064-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-55-6

Kehijauan

Oranye coklat

Tidak ada

Tidak ada

2013.-09-02

Kehijauan

Kuning

Ada

Kuat

2013-071-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-065-1

Kehijauan

Kuning

Tidak ada

Tidak ada

2013-007

Kehijauan

Oranye coklat

Ada

Lemah

Garis-garis

12
Tabel 4 (Lanjutan)
Buah
Genotipe

Intensitas warna
utama kulit
Sangat gelap

Kekilapan

Tambalan

Ukuran kelopak

YUMI F1

Ukuran
bekas putik
Sedang

Kuat

Tidak ada

Sangat kecil

KANIA F1

Kecil

Putih

Kuat

Tidak ada

Kecil

2013-059-2

Sangat besar

Sangat gelap

Kuat

Tidak ada

Kecil

2013-078-1

Besar

Sedang

Sedang

Tidak ada

Kecil

2013-070-1
2013-016-4
2013-050

Sedang
Kecil
Kecil

Putih
Sedang
Sedang

Lemah
Sedang
Sedang

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Kecil
Kecil
Kecil

2013-070-2

Kecil

Sedang

Sedang

Ada

Kecil

2013-58-1

Kecil

Terang

Lemah

Tidak ada

Kecil

2013-074-2

Kecil

Sedang

Lemah

Tidak ada

Sedang

2013-057-1

Besar

Sedang

Sedang

Tidak ada

Kecil

2013-079-1

Sedang

Gelap

Lemah

Tidak ada

Sangat kecil

2013-064-1

Kecil

Sedang

Kuat

Tidak ada

Kecil

2013-55-6
2013-09-02
2013-071-1
2013-065-1
2013-007

Sedang
Sedang
Kecil
Kecil
Sangat besar

Gelap
Gelap
Sedang
Sedang
Gelap

Kuat
Lemah
Kuat
Kuat
Lemah

Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Kecil
Sedang
Sangat kecil
Sangat kecil
Sangat besar

Tabel 4 (Lanjutan)
Genotipe
YUMI F1
KANIA F1
2013-059-2
2013-078-1
2013-070-1
2013-016-4
2013-050
2013-070-2
2013-58-1
2013-074-2
2013-057-1
2013-079-1
2013-064-1
2013-55-6
2013-09-02
2013-071-1
2013-065-1
2013-007

Antosianin
kelopak
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Intensitas
antosianin
kelopak
Kuat
Tidak ada
Kuat
Tidak ada
Tidak ada
Lemah
Tidak ada
Lemah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Buah
Antosianin
dibawah
kelopak
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Duri pada
kelopak

Kerutan
kelopak

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Tidak ada
Sedang
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Lemah
Tidak ada

Lemah
Lemah
Kuat
Kuat
Kuat
Sedang
Kuat
Sedang
Sangat kuat
Kuat
Kuat
Sangat kuat
Lemah
sedang
Kuat
Sedang
Sedang
Kuat

13
Karakter Kuantitatif
Analisis Ragam

Analisis ragam pada peubah-peubah kuantitatif menunjukkan bahwa
perbedaan
genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata (Tabel 5).
Pengaruh yang sangat nyata tersebut menunjukkan bahwa delapan belas genotipe
terung yang diuji memiliki karakter kuantitatif yang beragam. Nilai koefien
keragaman pada peubah-peubah yang diamati berkisar 3.49 – 21.47 %.
Tabel 5 Analisis ragam
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Peubah
Umur berbunga (HST)
Umur panen (HST)
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi dikotomus (cm)
Diameter batang (cm)
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Panjang buah (cm)
Diameter maksimum buah (cm)
Panjang tangkai buah (cm)
Bobot buah pertanaman (g)
Bobot per buah (cm)
Jumlah buah per tanaman

kk (%)
6.95
6.44
7.90
7.99
7.23
7.59
7.74
6.39
3.49
6.94
17.71
17.15
21.47

F hitung
6.95**
8.63**
5.13**
21.91**
3.98**
3.83**
5.05**
148.08**
257.48**
32.74**
14.37**
28.53**
35.40**

Pr>F
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0003
0.0004
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000

**Berpengaruh nyata pada taraf uji 1%

Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, Diamater Batang, Panjang Helai Daun, dan
Lebar Daun

Nilai tengah pengatamatan tinggi tanaman berkisar 71.07 – 107.20 cm
(Tabel 6). Menurut penduan pengamatan individual (PPI) PPVT (2007), genotipe
terung 2013-059-2, 2013-09-02, dan 2013-007 tergolong tipe tinggi dengan nilai
tengah tinggi tanaman lebih tinggi dari 100 cm. Genotipe terung 2013-09-02
memiliki nilai tengah tinggi tanaman paling tinggi yaitu 107.20 cm. Genotipe
terung YUMI F1, KANIA F1, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4, 2013-050,
2013-070-2, 2013-58-1, 2013-074-2, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013-064-1, 201355-6, 2013-071-1, dan 2013-065-1 termasuk terung dengan tinggi tanaman tipe
sedang yaitu berkisar 600 – 100 cm. Genotipe terung 2013-58-1 memiliki nilai
tengah tinggi tanaman paling rendah yaitu 71.07 cm. Tanaman terung diharapkan
memiliki tinggi bertipe sedang. Hal tersebut karena tanaman bertipe tinggi mudah
mengalami rebah.
Nilai tengah tinggi dikotomus dari delapan belas genotipe terung yang di uji
berkisar 19.38 – 36.83 cm (Tabel 6). Genotipe terung 2013-057-1 memiliki nilai
tengah tinggi dikotomus tertinggi yaitu 36.83 cm. Genotipe terung 2013-064-1
memiliki nilai tengah tinggi dikotomus terendah yaitu 19.83 cm. Nilai tengah
diameter batang yang diuji berkisar 1.72-2.32 cm. Nilai tengah diameter batang
tertinggi pada genotipe 2013-059-2 yaitu sebesar 2.32 cm. Nilai tengah diameter

14
terendah pada genotipe 2013-58-1 yaitu sebesar 1.72 cm. Tinggi dikotomus
tanaman diharapkan pendek dan diameter batang tanaman terung diharapkan
bernilai tinggi karena terkait dengan kekokohan tanaman. Hasil pengujian
terhadap panjang helai daun dan lebar daun juga menunjukkan keragaman. Nilai
tengah panjang helai daun berkisar 23.51-34.33 cm. Nilai tengah lebar daun
berkisar 18.33-26.40 cm. Panjang helai daun dan lebar daun berkontribusi
terhadap luas daun.

Tabel 6 Nilai pengamatan tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang,
panjang helai daun, lebar daun
Tinggi
Diameter
Panjang helai Lebar daun
dikotomus
batang (cm)
daun (cm)
(cm)
(cm)
YUMI F1
77.20cd
21.73ef
1.86abc
28.94abc
20.14bc
bcd
f
abc
ab
KANIA F1
82.87
21.03
2.09
31.16
25.13ab
2013-059-2
100.33ab
35.30a
2.32a
31.20ab
22.13abc
abcd
bcde
abc
ab
2013-078-1
86.47
28.23
2.10
32.50
25.61ab
2013-070-1
88.57abcd
36.00a
1.87abc
34.33a
24.90ab
abc
ef
abc
ab
2013-016-4
97.60
24.30
2.09
32.33
25.99a
2013-050
81.93bcd
26.40cdef
1.83bc
31.55ab
23.52abc
abcd
ef
abc
ab
2013-070-2
85.47
22.20
2.08
31.22
24.40ab
2013-58-1
71.07d
24.13ef
1.72c
25.69bc
18.33c
2013-074-2
87.20abcd
23.80ef
1.96abc
23.51c
20.13bc
abcd
a
ab
ab
2013-057-1
88.50
36.83
2.27
32.11
26.28a
2013-079-1
90.40abcd
31.50abcd
1.95abc
31.64ab
25.73ab
bcd
f
abc
abc
2013-064-1
81.60
19.83
2.02
28.44
24.23ab
2013-55-6
84.67bcd
25.83def
1.97abc
32.63ab
25.79ab
a
abc
ab
abc
2013-09-02
107.20
33.03
2.22
29.82
22.86abc
2013-071-1
93.60abc
23.20ef
2.14abc
31.58ab
25.73ab
bcd
f
ab
abc
2013-065-1
84.13
20.40
2.28
30.04
26.40a
2013-007
103.13ab
34.40ab
1.89abc
32.52ab
25.79ab
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf uji α=5%
Genotipe

Tinggi
tanaman (cm)

Umur Berbunga dan Umur Panen
Umur berbunga dari 18 genotipe terung yang diuji berkisar 40-60 HST dan
umur panen berkisar 61.33-88 HST (Tabel 7). Genotipe terung 2013-059-2
memiliki umur berbunga dan umur panen paling lama. Genotipe terung 2013-0711 memiliki umur berbunga dan umur panen paling cepat/genjah dibandingkan
dengan genotipe yang lain. Umur berbunga dan umur panen pada tanaman terung
menentukan waktu berproduksi, sehingga diharapkan berumur cepat atau genjah.

15
Tabel 7 Nilai pengamatan umur berbunga dan umur panen
Genotipe
Umur berbunga (HST)
Umur panen (HST)
YUMI F1
45.33bcd
62.00d
KANIA F1
43.67bcd
62.67d
a
2013-059-2
60.00
88.00a
2013-078-1
45.33bcd
73.00bcd
bcd
2013-070-1
48.00
69.00cd
2013-016-4
43.00bcd
66.00cd
2013-050
42.67cd
63.67d
cd
2013-070-2
42.00
63.67d
2013-58-1
49.67bcd
71.33bcd
bcd
2013-074-2
47.67
66.00cd
2013-057-1
53.00ab
83.00ab
abc
2013-079-1
51.00
67.67cd
2013-064-1
41.33cd
62.67d
bcd
2013-55-6
46.67
67.00cd
2013-09-02
44.33bcd
79.00abc
d
2013-071-1
40.00
61.33d
2013-065-1
46.67bcd
67.00cd
2013-007
46.67bcd
66.00cd
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji α=5%
HST=hari setelah tanam

Panjang Buah, Diamater Maksimum Buah, dan Panjang Tangkai Buah

Karakter panjang buah yang diuji menunjukkan keragaman (Tabel 8). Nilai
tengah pengamatan karakter panjang buah dari 18 genotipe terung antara 2.9331.83 cm. Menurut penduan pengujian individual PPVT (2007) panjang buah
terung berdasarkan nilai panjang buah dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu
sangat pendek apabila nilai panjang lebih kecil dari 1 cm. Tipe pendek apabila
berkisar 1-2 cm. Tipe sedang apabila nilai panjang berkisar 2-5 cm. Tipe panjang
apabila nilai panjang berkisar 5-10 cm, dan tipe sangat panjang apabila memiliki
nilai panjang buah lebih tinggi dari 10 cm. Nilai panjang buah yang besar bukan
berarti selalu bernilai positif. Begitu juga dengan nilai panjang buah yang kecil
tidak berarti selalu bernilai negatif. Nilai panjang buah dipengaruhi oleh bentuk
buah. Genotipe terung yang tergolong kedalam tipe buah sangat panjang
umumnya memiliki bentuk buah yang silindris dan bentuk lain-lain. Genotipe
terung yang tergolong kedalam buah tipe panjang memiliki bentuk buah lain-lain.
Genotipe terung yang tergolong kedalam buah tipe pendek merupakan jenis
terung kecil yang memiliki bentuk buah bundar untuk genotipe 2013-007, dan
bentuk buah bulat telur untuk genotipe 2013-074-2 dan 2013-09-02.
Nilai tengah diameter buah yang diuji berkisar 2.84-10.93 cm (Tabel 8).
Buah terung genotipe 2013-074-2 tergolong ke dalam buah berdiameter kecil
dengan nilai diameter sebesar 2.84 cm. Varietas KANIA F1, Genotipe 2013-0902, 2013-071-1, 2013-065-1, dan 2013-007 tergolong ke dalam buah berdiameter
tipe sedang dengan diameter maksimum berkisar 3-5 cm. Varietas YUMI F1,
genotipe 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4, 2013-050, 2013-070-2, 2013-58-

16
1, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013-079-1, 2013-064-1, dan 2013-55-6 tergolong ke
dalam buah berdiameter besar dengan diameter maksimum berkisar 5-10 cm.
Buah yang tergolong ke dalam tipe diameter sangat besar adalah buah yang
memiliki diameter maksimum lebih tinggi dari 10 cm yaitu pada genotipe 2013059-2 dengan diameter maksimum 10.93.
Nilai tengah panjang tangkai buah yang diuji berkisar antara 3.71-9.61 cm
(Tabel 8). Hasil pengujian panjang tangkai buah menunjukkan semua genotipe
memiliki tipe panjang tangkai buah pendek. Kecuali genotipe 2013-074-2, 201309-02, dan 2013-007 yang memiliki panjang tangkai buah tipe sangat pendek.

Tabel 8 Nilai pengamatan panjang buah, diameter maksimum, dan panjang
tangkai buah
Diameter maksimum
Panjang tangkai
buah (cm)
buah (cm)
YUMI F1
29.46abc
5.41efg
6.31defg
a
h
KANIA F1
31.83
4.77
7.46bcd
2013-059-2
10.36g
10.93a
5.80efg
bcde
c
2013-078-1
26.46
6.52
7.23cde
2013-070-1
22.97ef
6.10cd
8.83ab
2013-016-4
23.93def
5.18fgh
6.41def
bcde
gh
2013-050
26.90
5.05
6.29defg
2013-070-2
26.10cde
5.16gh
7.96bc
f
cde
2013-58-1
19.72
5.94
6.23defg
2013-074-2
2.76h
2.84k
4.18hi
f
b
2013-057-1
20.69
7.85
7.03cde
2013-079-1
23.46ef
5.77def
9.61a
ef
gh
2013-064-1
23.55
5.15
5.54fgh
2013-55-6
26.64bcde
5.13gh
7.85bc
2013-09-02
4.23h
3.99ij
4.93ghi
ab
hi
2013-071-1
30.63
4.58
6.83cdef
2013-065-1
27.89abcd
4.60h
5.85efg
h
jk
2013-007
2.93
3.43
3.71i
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf uji α=5%
Genotipe

Panjang buah (cm)

Bobot per Buah, Jumlah Buah, dan Bobot Buah per Tanaman
Nilai bobot per buah sangat dipengaruhi oleh nilai panjang buah dan dimater
buah. Nilai tengah bobot per buah dari 18 genotipe yang diuji berkisar 9.84401.78 gram (Tabel 9). Nilai tengah bobot per buah berdasarkan hasil yang diuji
dapat dikatagorikan menjadi sangat tinggi (angka yang diikuti huruf a), tinggi
(angka yang diikuti huruf b), sedang (angka yang diikuti huruf bc, bcd, cd),
rendah (angka yang diikuti huruf c), dan sangat rendah (angka yang diikuti huruf
d dan e). Nilai tengah jumlah buah per tanaman berkisar 3-51 (Tabel 9). Nilai
tengah jumlah buah per tanaman terbanyak berturut-turut pada genotipe 2013-007,
2013-074-2, dan 2013-09-02 yang merupakan jenis terung kecil. Nilai tengah

17
jumlah buah per tanaman paling sedikit yaitu 3.27 pada genotipe 2013-059-2
dengan ukuran buah yang besar.
Bobot buah per tanaman yang diuji dihitung selama lima kali panen. Bobot
buah per tanaman dipengaruhi oleh bobot per buah dan jumlah buah per tanaman.
Nilai tengah bobot buah per tanaman berkisar antara 236.28-1 898.53 g (Tabel 9).
Nilai tengah bobot buah per tanaman tertinggi pada varietas KANIA F1 yang
merupakan varietas hibrida yaitu 1 898.53 g. Varietas hibrida lain yang digunakan
dalam pengujian adalah varietas YUMI F.
Varietas hibrida merupakan generasi F1 yang mempunyai karakter unggul
karena adanya sifat heterosis (Syukur et al. 2012). Menurut Wijaya et al. (2012)
nilai heterosis yang tinggi karena banyaknya gen yang terlibat dalam peubah hasil.
Namun nilai tengah bobot per buah varietas Hibrida yang diuji menunjukkan nilai
lebih rendah dari potensi hasil yang sebenarnya. Varietas hibrida YUMI F1
memiliki potensi hasil bobot per buah 250-300 gram. Hal tersebut disebabkan
banyaknya serangan hama dan penyakit serta kondisi yang kurang optimum
sehingga mengakibatkan penurunan potensi hasil. Genotipe terung yang lain
kemungkinan memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dari hasil pengujian jika
dalam kondisi lingkungan yang optimum.

Tabel 9 Nilai pengamatan bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot
buah per tanaman
Jumlah buah per
Bobot buah per
tanaman
tanaman (g)
YUMI F1
211.80bcd
11.73cd
1 648.70ab
bcd
bc
KANIA F1
210.15
17.67
1 898.53a
2013-059-2
401.78a
3.27d
914.59bc
2013-078-1
287.24bc
8.33cd
1 662.21a
bcd
cd
2013-070-1
228.35
10.47
1 676.39a
2013-016-4
137.55d
16.27bc
1 290.12ab
cd
cd
2013-050
189.08
11.13
1 267.54ab
2013-070-2
183.52d
18.13bc
1 584.15ab
d
cd
2013-58-1
158.78
11.47
1 301.63ab
2013-074-2
9.84e
49.87a
236.28c
b
cd
2013-057-1
290.97
7.40
1 748.08a
2013-079-1
209.92bcd
10.20cd
1 249.02ab
cd
bc
2013-064-1
191.87
16.73
1 646.02ab
2013-55-6
190.55cd
12.87cd
1 449.83ab
2013-09-02
23.98e
26.53b
410.80c
bcd
bc
2013-071-1
204.82
19.07
1 845.54a
2013-065-1
167.72d
17.27bc
1 825.61a
e
a
2013-007
16.31
51.67
422.32c
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf uji α=5%
Genotipe

Bobot per buah (g)

18
Analisis Korelasi
Koefisien korelasi menggambarkan keeratan hubungan linear antar dua
peubah atau lebih (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Hasil pengujian analisis
korelasi antar karakter kuantitatif pada buah tersaji dalam Tabel 10. Karakter
bobot per buah berkorelasi positif nyata terhadap panjang buah dan panjang
tangkai buah, serta berkorelasi positif sangat nyata terhadap diameter buah.
Jumlah buah per tanaman berkorelasi negatif sangat nyata terhadap panjang buah,
diameter buah, dan bobot per buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa genotipe
tanaman dengan nilai jumlah buah yang tinggi memiliki kecenderungan nilai
panjang buah, diameter buah, dan bobot per buah rendah.
Umur berbunga dan umur panen berkorelasi positif sangat nyata terhadap
diameter buah. Umur berbunga berkorelasi positif sangat nyata terhadap umur
panen. Hasil yang sama dibuktikan oleh penelitian Wahyuni (2013) yang
menyatakan bahwa umur berbunga berkorelasi posistif sangat nyata terhadap
umur panen. Bobot buah per tanaman berkorelasi positif sangat nyata terhadap
panjang buah dan nyata terhadap bobot per buah, namun berkorelasi negatif
sangat nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hasil pengujian terhadap 18
genotipe terung menunjukkan bahwa genotipe tanaman yang memiliki nilai
jumlah buah per tanaman tinggi memiliki kecenderungan nilai bobot buah per
tanaman rendah. Hal tersebut karena jumlah buah pertanaman berkorelasi negatif
sangat nyata terhadap bobot per buah. Selain hal tersebut, genotipe dengan nilai
jumlah buah tinggi memiliki ukuran buah kecil dan bobot per buah rendah. Hasil
yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kalloo (1988) yang menyatakan hasil
berkorelasi positif terhadap jumlah buah per tanaman. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan perbedaan bahan genetik yang digunakan.
Tabel 10 Korelasi linear antar karakter kuantitatif pada buah
PB

DBU

PJTK

DBU

0.097

PJTK

0.665**

0.304 tn

BPB

0.499*

0.886**

0.536*

JBT

-0.652**

-0.724**

-0.673*

UB
UP

BPB

JBT

UB

UP

tn

-0.388

tn

-0.462

tn

0.728**
0.717**

0.041

tn

-0.088

tn

-0.848**
0.453 tn
0.397

tn

-0.244 tn
-0.29 tn

0.787**

BPT
0.900**
0.182 tn
0.566*
0.541*
-0.006**
-0.238 tn
-0.294 tn
**=berkorelasi sangat nyata *=berkoresi nyata tn=sangat nyata PB=panjang buah
DBU=diameter buah PJTK=panjang tangkai buah BPB=bobot per buah JBT=jumlah buah per
tanaman UB=umur berbunga UP=umum panen BPT=bobot per tanaman

Analisis Gerombol
Analisis gerombol (Gambar 6) berdasarkan karakter-karakter kualitatif dan
kuantitatif. Karakter kualitatif menggunakan data scoring berdasarkan panduan
pengujian individual PPVT (2007).

19
Analisis gerombol membagi 18 genotipe yang diuji kedalam beberapa
kelompok berdasarkan tingkat kemiripan atau kedekatan genetik. Hasil analisis
gerombol pada tingkat kemiripan 56% membagi genotipe terung menjadi dua
kelompok besar. Kelompok I terdiri dari varietas YUMI F1, KANIA F1, genotipe
2013-016-4, 2013-050, 2013-070-2, 2013-064-1, 2013-55-6, 2013-071-1, 2013065-1, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013- 58-1, 2013-057-1, 2013-079-1, dan 2013059-2. Kelompok II terdiri dari genotipe 2013-09-02, 2013-007, dan 2013-074-02.
Kelompok I merupakan genotipe terung yang memiliki ukuran buah besar
dengan bentuk buah silindris pada varietas YUMI F1, KANIA F1, genotipe 2013016-4, 2013-050, 2013-070-2, 2013-064-1, 2013-55-6, 2013-071-1, 2013-065-1
dan bentuk buah lain-lain pada genotipe 2013-059-2, 2013-078-1, 2013-070-1,
2013-057-1, 2013-079-1, 2013-58-1. Kelompok II merupakan genotipe terung
yang memiliki ukuran buah kecil dengan bentuk bulat telur pada genotipe 2013074-2 dan 2013-09-02 serta bundar pada genotipe 2013-007.
Perbedaan kelompok menunjukkan jarak genetik yang jauh. Menurut Singh
et al. (2008) genotipe yang berbeda kelompok dengan jarak genetik yang jauh
dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan
keragaman yang luas pada generasi bersegregasi. Menurut Surahman (2009),
perbedaan karakter antar aksesi yang besar akan memberikan peluang yang baik
dalam kegiatan seleksi.

Gambar 6 Pengelompokan berdasarkan analisis gerombol (G0). YUMI F1 (G1).
KANIA F1 (G3). 2013-059-2 (G4). 2013-078-1 (65). 2013-070-1
(G6). 2013-016-4 (G7). 2013-050 (G8). 2013-070-2 (69). 2013-58-1
(G10). 2013-074-1 (G11). 2013-057-1 (G12). 079-1 (G13). 2013-0641 (G14). 2013-55-6 (G15). 2013-09-02 (G16). 2013-071-1 (G17).
2013-065-1 (G19). 2013-007

20

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pengujian karakter kualitatif pada fase kecambah, pertumbuhan
tanaman, batang, daun, bunga dan buah menunjukkan keragaman. Hasil pengujian
karakter kuantitatif juga menunjukkan adanya keragaman. Bobot per buah
tertinggi pada genotipe 2013-059-2 dan terendah pada genotipe 2013-074-2.
Bobot buah per tanaman tertinggi pada varietas YUMI F1 dan terendah pada
genotipe 2013-074-2. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 56%
membagi genotipe tanaman terung yang diuji kedalam dua kelompok. Kelompok I
merupakan genotipe terung dengan buah berukuran besar. Kelompok II
merupakan genotipe terung dengan