Isolasi Pati Dari Beberapa Jenis Kentang (Solanum tuberosum L.) Dan Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

(1)

ISOLASI PATI DARI BEBERAPA JENIS KENTANG (Solanum tuberosum

L.) DAN UJI SPESIFIKASI EKSIPIEN TABLET

SKRIPSI

OLEH:

ZAKIYAH DARAZAT NIM 060804007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ISOLASI PATI DARI BEBERAPA JENIS KENTANG (Solanum tuberosum

L.) DAN UJI SPESIFIKASI EKSIPIEN TABLET

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ZAKIYAH DARAZAT NIM 060804007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ISOLASI PATI DARI BEBERAPA JENIS KENTANG (Solanum tuberosum

L.) DAN UJI SPESIFIKASI EKSIPIEN TABLET

OLEH:

ZAKIYAH DARAZAT NIM 060804007

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Maret 2011

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt.) (Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt.)

NIP 195406081983031005 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, (Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt.) NIP 195406081983031005

(Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt.) (Dra. Fat Aminah, M.Sc.,Apt.)

NIP 195304031983032001 NIP 195011171980022001

(Dra. Herawati Ginting, M.Si, Apt.)

NIP 195112231980032002

Medan, Maret 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul:“Isolasi Pati dari Beberapa Jenis Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Uji Spesifikasi Eksipien Tablet”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Alm.Drs.Ismail Naim dan Ibunda Wan Ernawati bru Barus yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

2. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.Si., Apt dan bapak Drs. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan, staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.

4.Ibu Drs. Leli Sari Lubis, M.Si., Apt selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(5)

5. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6. Kakanda (Ihsanul Hidayatdan Irfan Syahputra) dan adik ku tercinta (Irmawati), serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

7. Spesial untuk sahabat-sahabat ku Mimil Ratnamila, Rico Aditya, Rafikasari Siti nurul Yakin, Marisa, Cyanita dan seluruh teman-teman angkatan 2006., Terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

8. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2011 Penulis,


(6)

ISOLASI PATI DARI BEBERAPA JENIS KENTANG (Solanum tuberosum

L) DAN UJI SPESIFIKASI EKSIPIEN TABLET

ABSTRAK

. Kentang ( Solanum tuberosum L ) termasuk family Solaneceae. Kentang dapat digolongkan menurut warna umbinya, yaitu: kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning memiliki kulit dan daging yang berwarna kuning. Kentang putih berkulit dan berdaging putih. Dan kentang lainya yaitu kentang merah yang kulitnya berwarna merah, tetapi dagingnya kuning.

Pembuatan pati kentang dengan cara mencucinya terlebih dahulu dan membuatnya menjadi bubur halus dengan menggunakan blender. Diperoleh masa seperiti bubur dab dilakukan pencucian bubur dengan mengganti airnya.Dan diperas ampas menggunakan kain belacu, filtrat dibiarkan selama 24 jam sambil diganti airnya metode dekantasi. Kemudian pati yang diperoleh ditentukan apakah memenuhi syarat yang tertera didalam Farmakope Indonesia.

Dari hasil uji spesifikasi eksipien tablet. Pati dari kentang merah yang memenuhi spesifikasi eksipien tablet, diantaranya bobot jenis benar 1,5057 g/cm3, bobot jenis nyata 0,6452 g/cm3, bobot jenis mampat 0,7700 g/cm3, viskositas pada suhu 300 C sebesar 2,4643 Poise dan pada suhu 600 C sebesar 9,9241 Poise, daya kompresibilitas sebesar 19,3424%, sudut angkat sebesar 26,980, faktor hausner sebesar 0,5113%.

Keyword : Kentang, Pati kentang dan Uji spesifikasi eksipien tablet


(7)

ISOLATION OF STARCH FROM SEVERAL VARIETIES OF POTATO (Solanum tuberosum L.) AND TABLET EXCIPIENT SPECIFICATION

TEST ABSTRACT

Potato (Solanum tuberosum L.) belongs to the Solanaceae family. Potato can be classified by the colour of the bulb to : yellow potato, white potato and red potato. Yellow potato has yellow skin and bulb. White potato has white skin and bulb. And red potato has red skin and yellow bulb.

The making of potato starch was done by washing the potatoes first and then potatoes were made into fine pulp using blender. The pulpy mass obtained was then washed and filtered. The filtrate was left for 24 hours while the water was changed with decantation. The resulting starch was then tested whether it fulfills the requirements in Famakope Indonesia.

From the result of the tablet exicipient specification test, it was found that the starch from the red potato fulfilled the tablet excipient specification, among it : true density 1,5057 g/cm3, virtual density 0,0,6452 g/cm3, pressured density 0,7700 g/cm3, viscosity in 300 C temperature 2,4643 Poise and in 600 C 9,9241 Poise, compresibility force 19,3424%, lifting angle 26,98%, hausner factor 0,5113%.


(8)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

BAB II.METODOLOGI PENELITIAN ... 6

2.1 Alat-alat ... 6

2.2 Bahan-bahan ... 6

2.3 Pemeriksaan karakteristik simplisia ... 7

2.3.1 Pemeriksaan makroskopi... 7

2.3.2 Pemeriksaan mikroskopik ... . 7

2.3.3 Penetapan susut pengeringan ... 7


(9)

2.4 Uji Spesifikasi Eksipien Tablet ... 8

2.5 Uji preformulasi ... 12

2.6 Uji evaluasi tablet ... 14

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

4.1 Kesimpulan ... 25

4.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Simplisia umbi kentang ( Solanum tuberosum L)... 28 2. Mikroskopik serbuk umbi kentang ( Solanum tuberosum L )………. 30 3. Gambar tablet Isoniazid ... 31


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formula tablet ……….. 12

2. Hasil karakterisasi simplisia ... 17

3. Hasil uji spesifikasi tablet ……… 18

4. Data hasil distribusi partikel ……… 21

5. Data hasil uji preformulasi tablet ……… 21


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar simplisia umbi kentang ( Solanum tuberosum L ) ... 28

2. Gambar mikroskopik pati kentang (Solanum tuberosum L.) ... 30

3. Gambar tablet Isoniazid ... 31

4. Perhitungan rendeman ……….. 32

5. Perhitungan susut pengeringan ………. 33

6. Perhitungan kadar abu ………... 34

7. Perhitungan bobot jenis nyata……… 35

8. Perhitungan bobot jenis benar ……….. 36

9. Perhitungan viskositas ……….. 37

10.Contoh perhitungan tablet Isoniazid ……… 38


(13)

ISOLASI PATI DARI BEBERAPA JENIS KENTANG (Solanum tuberosum

L) DAN UJI SPESIFIKASI EKSIPIEN TABLET

ABSTRAK

. Kentang ( Solanum tuberosum L ) termasuk family Solaneceae. Kentang dapat digolongkan menurut warna umbinya, yaitu: kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning memiliki kulit dan daging yang berwarna kuning. Kentang putih berkulit dan berdaging putih. Dan kentang lainya yaitu kentang merah yang kulitnya berwarna merah, tetapi dagingnya kuning.

Pembuatan pati kentang dengan cara mencucinya terlebih dahulu dan membuatnya menjadi bubur halus dengan menggunakan blender. Diperoleh masa seperiti bubur dab dilakukan pencucian bubur dengan mengganti airnya.Dan diperas ampas menggunakan kain belacu, filtrat dibiarkan selama 24 jam sambil diganti airnya metode dekantasi. Kemudian pati yang diperoleh ditentukan apakah memenuhi syarat yang tertera didalam Farmakope Indonesia.

Dari hasil uji spesifikasi eksipien tablet. Pati dari kentang merah yang memenuhi spesifikasi eksipien tablet, diantaranya bobot jenis benar 1,5057 g/cm3, bobot jenis nyata 0,6452 g/cm3, bobot jenis mampat 0,7700 g/cm3, viskositas pada suhu 300 C sebesar 2,4643 Poise dan pada suhu 600 C sebesar 9,9241 Poise, daya kompresibilitas sebesar 19,3424%, sudut angkat sebesar 26,980, faktor hausner sebesar 0,5113%.

Keyword : Kentang, Pati kentang dan Uji spesifikasi eksipien tablet


(14)

ISOLATION OF STARCH FROM SEVERAL VARIETIES OF POTATO (Solanum tuberosum L.) AND TABLET EXCIPIENT SPECIFICATION

TEST ABSTRACT

Potato (Solanum tuberosum L.) belongs to the Solanaceae family. Potato can be classified by the colour of the bulb to : yellow potato, white potato and red potato. Yellow potato has yellow skin and bulb. White potato has white skin and bulb. And red potato has red skin and yellow bulb.

The making of potato starch was done by washing the potatoes first and then potatoes were made into fine pulp using blender. The pulpy mass obtained was then washed and filtered. The filtrate was left for 24 hours while the water was changed with decantation. The resulting starch was then tested whether it fulfills the requirements in Famakope Indonesia.

From the result of the tablet exicipient specification test, it was found that the starch from the red potato fulfilled the tablet excipient specification, among it : true density 1,5057 g/cm3, virtual density 0,0,6452 g/cm3, pressured density 0,7700 g/cm3, viscosity in 300 C temperature 2,4643 Poise and in 600 C 9,9241 Poise, compresibility force 19,3424%, lifting angle 26,98%, hausner factor 0,5113%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Amilum merupakan salah satu bentuk bahan tambahan dalam pembuatan tablet sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur. Sebagai bahan penghancur amilum akan pecah dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian tablet akan hancur. Di indonesia terdapat bermacam-macam tanaman yang mengandung amilum yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan tambahan. Salah satu contohnya adalah tanaman kentang (Whestler, L. Roy, dkk. 1984).

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk family Solaneceae. Kentang dapat digolongkan menurut warna umbinya, yaitu: kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning memiliki kulit dan umbi yang berwarna kuning. Kentang putih berkulit dan berumbi putih. Dan kentang lainya yaitu kentang merah yang kulitnya berwarna merah, tetapi umbinya kuning (Sunardjono. R., 2004).

Eksipien berdasarkan fungsinya dapat digolongkan menjadi : a. Pengisi (Diluent)

Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif.


(16)

Pengikat atau perekat adalah zat yang digunakan untuk menaikkan kekompakkan atau sifat kohesif dari serbuk sehingga dapat membentuk granul.

c. Penghancur (Disintegran)

Penghancur atau disintegran adalah zat yang digunakan untuk memudahkan hancurnya tablet dalam cairan saluran cerna. Penghancur memiliki lima mekanisme sebagai berikut : penguatan efek kapiler, penarikan air ke dalam tablet, pelepasan gas (terutama CO2), yang dapat merusak struktur tablet,

pelelehan pada suhu tubuh, perusakan pengikat oleh reaksi enzimatik. d. Pelincin

Pelicin adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan antara granul dengan dinding cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah pati dari beberapa jenis kentang (Solanum tuberosum L.) yang

diperoleh dengan cara isolasi dapat memenuhi syarat didalam Farmakope Indonesia.

b. Apakah pati yang diisolasi dari beberapa jenis kentang (Solanum

tuberosum L) memenuhi uji spesifikasi sebagai eksipien pada tablet.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:


(17)

a. Pati yang diperoleh dari beberapa jenis kentang (Solanum tuberosum L.) dapat memenuhi syarat yang tertera didalam Farmakope Indonesia.

b. Pati kentang (Solanum tuberosum L.) dapat memenuhi spesifikasi sebagai eksipien pada tablet seperti Uji Sudut Angkat, Uji Bobot Jenis Nyata, Bobot Jenis Benar, Bobot Jenis Mampat, Uji Distribusi Partikel, Uji kekentalan dengan menggunakan Viskosimeter Bola Jatuh.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengisolasi pati dari beberapa jenis kentang (Solanum tuberosum L.) yang memenuhi syarat didalam Farmakope Indonesia.

b. Untuk mengetahui pati kentang, apakah dapat memenuhi uji spesifikasi sebagai eksipien tablet.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tumbuhan

Kentang mempunyai sifat menjalar, batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50 - 120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau kemerah- merahan atau keungu - unguan. Bunganya berwarna kuning keputihan atau ungu. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus ( Setiadi, F.Surya., 2000).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Dalam taksonomi tumbuhan, katuk diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. (Setiadi, F.Surya., 2000).

2.1.2 Nama Daerah

Luwi kumeli di Jawa barat, gantang di Aceh dan Minangkabau, gentang atau gadung lepar di Karo, gentang atau gadung lepar di Lampung, kentang atau


(19)

ubi mandira di Palembang, ubi kumaden dan di Sumba disebut keteki jawa (Setiadi, F.Surya., 2000).

2.1.3 Kandungan Kimia

Kandungan kimia dari kentang (Solanum tuberosum L.) antara lain : karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g. Lemak 0,1 g, protein 2 g, Air 75 g

(Anonim, 2010).

2.1.4 Indikasi

1.Menambah berat badan.

Kentang kaya akan karbohidrat dan sedikit protein. Sangat sesuai untuk mereka yang kurus dan ingin menambah bobot tubuh (Anonim, 2010).

2. Pencernaan.

Karena kaya akan karbohidrat, maka kentang juga mudah dicerna tubuh. Makanya kentang sering digunakan sebagai makanan bagi pasien, bayi dan mereka yang sulit mencerna tapi memerlukan energi (Anonim, 2010).

3.Kesehatan kulit.

Vitamin C dan B kompleks serta mineral seperti potassium, magnesium, fosfro dan seng sangat baik untuk kulit. Dan semuanya ada di kentang. Secara tradisional kentang juga sering digunakan untuk menghilangkan jerawat atau noda diwajah (Anonim, 2010).


(20)

.4.Rematik.

Vitamin, kalsium dan magnesium pada kentang dapat membantu mengurangi rematik. (Anonim, 2010)

5.Peradangan.

Kentang sangat efektif untuk penanganan radang, baik internal maupun eksternal karena sarat akan vitamin C, potassium dan vitamin B6 (Anonim, 2010).

6.Fungsi otak.

Baik buruknya fungsi kinerja otak sangat tergantung pada kadar glukosa, suplai oksigen, beberapa jenis vitamin B kompleks, beberapa hormon, asam amino dan asam lemak omega 3. Kesemua itu bisa didapatkan dengan mengonsumsi kentang. Umbi kentang berkhasiat sebagai obat luka bakar, terutama pada bagian kulitnya. Selain itu, kentang dijadikan pengganti nasi bagi penderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber karbohidrat dengan kalori yang rendah. Kentang biasanya diolah menjadi perkedel, keripik (Anonim, 2010).

2.2 Uraian Tentang Pati

Starch (pati) atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut

dalam air, serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Sumber pati utama di Indonesia adalah beras. Disamping itu dijumpai beberapa sumber pati lainnya


(21)

yaitu : jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan lain-lain. Hewan dan manusia juga mejadikan pati sebagai sumber energi penting (Whistler, L. Roy. dkk, 1984). Di Indonesia, pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi. Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk, keseragaman granula (Whistler, L. Roy. dkk, 1984).

Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan material antara seperti, protein dan lemak (Bank dan Greenwood, 1975). Umumnya pati mengandung 15 – 30% amilosa, 70 – 85% amilopektin dan 5 – 10% material antara. Struktur dan jenis material antara tiap sumber pati berbeda tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa pati biji-bijian mengandung bahan antara yang lebih besar dibandingkan pati batang dan pati umbi (Whistler, L. Roy.dkk, 1984).

Granula pati bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang berbentuk bulat, oval, atau bentuk tak beraturan demikian juga ukurannya, mulai kurang dari 1 mikron sampai 150 mikron ini tergantung sumber patinya.


(22)

Tabel 1. Karakteristik Granul Pati

SUMBER Diameter

Kisaran (µm) Rata-rata (µm)

Jagung 21 – 96 15

Kentang 15 – 100 33

Ubi jalar 15 – 55 25 – 50

Tapioka 6 – 36 20

Gandum 2 – 38 20 – 22

Beras 3 – 9 5

Sifat-sifat pati sangat tergantung dari sumber pati itu sendiri. Beberapa sifat dari pati singkong (tapioka), jagung, kentang, gandum yaitu :

Tabel 2. Sifat Granula Beberapa Jenis Pati

Pati Tipe Diameter Bentuk

Jagung Biji- bijian 15 µm Melingkar, Poligonal

Kentang Umbi-umbian 33 µm Oval, bulat

Gandum Biji-bijian 15 µm Melingkar

Tapioka Umbi- umbian 33 µm Oval

1.Amilosa

Menurut Wikipedia Indonesia, amilosa merupakan polisakarida, polimer yang tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Tiap-tiap monomer terhubung dengan ikatan 1,4- glikosidik. Amilosa merupakan polimer tidak bercabang yang bersama-sama dengan amilopektin menjadi komponen penyusun pati. Dalam masakan, amilosa memberi efek keras bagi pati atau tepung (Whistler, L. Roy.dkk, 1984).


(23)

Gambar 1. Rumus Struktur Amilosa 2. Amilopektin

Menurut Wikipedia Indonesia, amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer G-glukosa. Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan amilosa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara struktural, amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, sama dengan amilosa. Namun demikian, pada amilopektin terbentuk cabang-cabang (sekitar tiap 20 mata rantai glukosa) dengan ikatan 1,6-glikosidik. Amilopektin tidak larut dalam air. Dalam produk makanan amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras, karena proses mekarnya terjadi secara terbatas (Whistler, L. Roy.dkk, 1984).


(24)

Gambar 2. Rumus Struktur Amilopektin 2.3. Uraian Uji Spesifikasi Eksipien Tablet 1. Sudut Angkat

Metode sudut angkat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur kemampuan alir serbuk karena hubunganya dengan kohesi partikel. Banyak metode sering digunakan untuk menetapkan sudut angkat dan salah satunya sering digunakan adalah metode corong.

Serbuk seberat 100 g dilewatkan melalui corong, dan jatuh ke atas sehelai kertas grafik. Setelah onggokan serbuk membentuk kerucut stabil, sudut angkat di ukur. Metode ini desebut “uji sudut angkat”. Untuk kebanyakan serbuk farmasetik (massa tablet), nilai sudut angkat bberkisar dari 250 sampai 450, dengan nilai yang rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik.

Sudut serbuk yang tidak kohesif mengalir baik, menyebar, membentuk timbunan yang rendah. Bahan yang lebih kohesif membentuk timbunan yang


(25)

lebih tinggi yang kurang menyebar. Defenisi sudut istirahat adalah sudut permukaan bebas dari tumpukkan serbuk dengan bidang horizontal (Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa, S., 2010).

2. Bobot Jenis Nyata

Bobot jenis nyata ditetapkan sebagai massa suatu serbuk dibagi dengan volume. Bobot jenis nyat diperoleh dari pembagian bobot jenis sampel dalam gram dengan volume akhir sampel dalam cm3 yang berada dalam gelas takar.

Bobot jenis nyata suatu serbuk terutama tergantung pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, dan kecendrunagn partikel menempel satu dengan yang lain. Partikel dapat dipadatkan untuk menghilangkan celah besar di antara permukaan – permukaanya, sehingga menghasilakan serbuk yang ringan atau serbuk dengan bobot jenis rendah. Partikel – partikel yang kecil dapat berpindah di antara partikel yang besar untuk membentuk serbuk berat atau serbuk dengan bobot jenis tertinggi (Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa,S., 2010).

3. Bobot Jenis Benar

Bobot jenis benar adalah suatu karakteristik bahan penting, yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian. Penetuan bobot jenis benar berlangsung dengan Piknometer. Untuk serbuk yang memiliki pori dan ruang rongga, maka bobot jenis tidak lagi terdefenisi jelas, lebih banyak harus dibedakan antara bobot jenis benar dengan bobot jenis nyata (Voight, 1994) .

4. Bobot Jenis Mampat

Bobot jenis mampat diperoleh melalui timbunan serbuk yang diisikan dalam keadaan longgar setelah berulang kali diketuk. Ini dilakukan didalam gelas ukur.


(26)

Dinyatakan dalam L/Kg. Jumlah ketukan dicatat melalui suatu alat penghitung. Contoh diketuk sebanyak 1250 kali yang diperoleh dari pernyataan 100 gr sebuk menempati suatu gelas ukur sebesar 50 ml, maka volume nyata sebesar 0,80 ml/g. Bobot mampat sebesar 100 g/80 ml= 1,25 g/ml. Hasil ketukan dibaca pada skala gelas ukur (Voight, 1994).

5. Faktor Hausner

Metode Hausner dinyatakan dengan membagi bobot mampat nyata dan bobot jenis benar.

Tabel 3. Hubungan Faktor Hausner dan Mampu Alir Serbuk

Semakin tinggi faktor Hausner, maka semakin buru sifat aliran serbuk (Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa,S., 2010).

6. Porositas

Porositas adalah celah suatu serbuk atau granul berpori – pori yang diperoleh dari volume antarcelah yang berhubungan dengan volume bobot jenis nyata, tidak termasuk pori – pori interpartikel. Porositas total serbuk berpori terdiri atas celah antarpartikel, dan juga pori – pori di dalam partikel (Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa,S., 2010).

% Faktor Hausner Sifat Aliran

5 – 15 Baik sekali

12 – 16 Baik

18 – 21 Agak baik

25 – 32 Buruk

33 – 38 Sangat buruk


(27)

7. Uji Kompressibilitas

Uji kompresibilitas dilakukan untuk menentukan apakah tablet dapat dicetak dengan metode cetak langsung dan pengaruh kekerasan daripada tablet apabila dilakukan dengan metode cetak langsung.

8. Uji Distribusi Partikel

Uji distribusi partikel ini dilakukan untuk menentukan seberapa besar dari serbuk tersebut yang apabila dicetak menjadi tablet dapat terdistribusi didalam tubuh.Dan dalam hal ini mempengaruhi daripada farmakodinamika dan Farmakokinetika obat didalam tubuh.

9. Uji Sudut Angkat

Uji Sudut angkat merupakan sudut yang terbentuk dari serbuk uji. Serbuk diuji dengan menggunakan corong, bidang datar dan kertas saring yang nantinya akan menentukan seberapa lebar dari diameter serbuk dan tinggi tumpukan dari tersebut. Dalam hal ini dapat menentukan eksipien tersebut sebagai pelicin dari tablet.

10. Uji Viskositas

Uji viskositas menetukan dalam waktu dan suhu berapa serbuk yang diuji membentuk gelatin. Ini dilakukan berdasarkan hukum Stoke’s :

n x = nair x ρx x tx

ρair x tair.


(28)

2.4. Bahan Tambahan Pada Tablet

Komposisi umum dari tablet adalah zat brkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang – kadang dapat ditambahkan bahan pewangii (flavouring agent), bahan pewarna (coloring

agent) dan bahan- bahan lainya (Ansel, 1989) .

a. Pengisi

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan mssa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologi, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voight, 1994). Bahan – bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk., 1987).

b. Pengikat

Untuk membrikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butiran granulat (Voight, 1994). Pengikat yang umum digunakan yaitu ; amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirilidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987).

c. penghancur

untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak denga cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman,dkk.,1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk., 1987).


(29)

d. Pelicin

Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul – granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antar butir – butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).

Metode Pembuatan Sediaan Tablet

1. Cetak Langsung

Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuranbahan obat bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk bahan-bahan tertentu saja yang berbentuk kristal/ butir-butir granul yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik.

Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan granulasi, tetapi dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian hanya sedikit bahan obat yang mampu dicetak secara langsung, seperti ammonium bromide, ammonium klorida, kalium bromide, kalium klorida, natrium bromide, natrium klorida, heksamin (Voigt, R., 1995).

2. Granulasi Kering

Disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat tepat untuk tabletasi zat-zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya air. Obat dan bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula dibuat tablet yang


(30)

cukup besar, yang massanya tidak tertentu. Selanjutnya terjadi penghancuran tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam hal yang sederhana dilakukan di atas sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan kemudian dicetak dengan takaran yang dikehendaki (Voigt, R., 1995).

3. Granulasi Basah

Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan, penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibantuk dengan suatu bahan pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.

Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung pada komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi lembab bukan basah seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak boleh berlebihan (Banker, G.S dan Anderson, N.R., 1994) .

Pada proses pengayakan, mengubah massa lembab menjadi kasar, gumpalan-gumpalan granul dengan melewatkan massa pada ayakan. Tujuannya agar granul lebih kompak, meningkatkan luas permukaan untuk memudahkan pengeringan. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Banker, G.S dan Anderson, N.R., 1994).


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik dari pati kentang ( Solanum

tuberosum L ) serta pengujian spesifikasi eksipien tablet.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang dinakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, pipet tetes, kertas saring, kaca objek, cawan porselen, Blender, eksikator, mikroskop (Olympus), oven listrik (Stork), neraca analitik (Vibra AJ), dan penangas air (Yenaco), Viskosimeter Oswold, Alat Uji Distribusi Partikel ( Shakker ).

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah, kentang kuning dan kentang putih, pati dari jenis kentang, Cornstarch, aquadest, Larutan Iodine.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Prosedur Isolasi Pati Kentang :

Cara kerjanya ;

Pati kentang dapat diperoleh dengan cara menimbang umbi kentang sebanyak 1 kg kemudian dikupas dan dicuci. Kentang dihaluskan dengan menggunakan blender sampai diperoleh masa seperti bubur. Masa seperti bubur tersebut direndam selama 24 jam dan dilanjutkan dengan memeras menggunakan kain blacu warna putih dan bersih. Fitrat diendapkan lebih kurang selama 24 jam, lalu


(32)

filtrat dibuang dan dilakukan pencucian dengan cara menambahkan aquadest secara berulang – ulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati yang diperoleh selanjutnya dikeringkan pada lemari pengering pada suhu 40 – 420C selama lebih kurang 24 jam.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar abu.

3.4.1. Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa pati dari beberapa jenis kentang.

3.4.2. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan aquadest kemudian ditutupi dengan cover glass (kaca penutup) setelah itu dilihat dibawah mikroskop.

Gambar mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2,halaman 41. 3.4.3. Susut Pengeringan

Cara kerja :

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam botol timbang bermulut lebar yang sudah konstan, keringkan pada bsuhu 1050 C dan didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Hal ini dilakukan sampai didapat berat yang konstan. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).


(33)

Hasil perhitungan susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 3,halaman 46.

3.4.4. Penetapan kadar abu total Cara kerja :

Sebanyak 5 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 - 600° C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (WHO, 1992).

Hasil perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 47. 3.5. Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

3.5.1. Pemeriksaan Sudut Angkat Cara Kerja :

Zat uji di masukkan ke dalam kaca silinder dengan tinggi dan diameter tertentu dan diketakkan diatas bidang datar yang telah dialasi. Zat uji di rataka, silinder kaca diangkat secara perlahan – lahan dan tegak lurus sampai semua zat uji tidak ada yang tertinggal. Kemudian di ukur puncak timbunan dan diameternya.

Sudut angkat ( α ) dihitung dengan persamaan ( Voight, 1994 ).

Tg ( α ) =

an jariTumpuk Jari

n cakTumpuka xTinggiPun


(34)

3.5.2. Bobot Jenis Nyata. Cara Kerja :

Zat uji di keringkan sampai diperoleh berat konstan, ditimbang sebanyak 10 g serbuk (W), dimasukkan ke dalam gelas ukur 20 ml yang terpasang pada Tap Volumeter, permukaan zat uji di ratakan, dicatat volume serbuk (V). Bobot jenis nyata dapat dihitung dengan persamaan ( Voight, 1994 ).

Bobot Jenis Nyata =

V W

3.5.3. Bobot Jenis Benar

Penentuan bobot jenis benar dilakukan dengan menggunakan Piknometer dan pelarut yang tidak melarutkan serbuk tersebut.

Piknometer kosong yang telah diketahui volumenya (a) dan ditimbang beratnya (b) kemudian diisi air dan ditimbang lagi (c) ( Voight,1994 ).

Bobot jenis air dapat dihitung dengan persamaan :

ρ

air =

a b c

Cara Kerja :

Serbuk sebanyak 2 g yang telah dikeringkan hingga berat konstan dimasukkan ke dalam Piknometer, kemudian ditimbang (d), lalu ditambahkan air ke dalam piknometer sampai penuh (e) ( Voight,1994 ).

Bobot jenis dihitung dengan persamaan : Rumus: BJ benar =

) ( ) ( ) ( e c b d b d − +


(35)

3.5.4. Bobot Jenis Mampat Cara Kerja :

Zat uji di keringkan hingga konstan sebanyak 10 g serbuk (W) dimasukkan ke dalam gelas ukur 20 ml, permukaan zat uji di ratakan kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 1250 kali. Catat volumenya (Vt) kemudian ulangi hentakkan sebanyak 1250 kali catat volume ( Vt I). Jika selisih Vt I dan Vt tidak lebih dari 2ml, maka dipakai Vt (Voight, 1994).

Bobot jenis mampat di hitung dengan persamaan : Bj Mampat (g/ml) =

Vt W

3.5.5. Penentuan Faktor Hausner ( FH )

Merupakan perbandingan Bobot jenis mampat dengan Bobot jenis nyata ( Voight, 1994 ).

Penentuan Faktor Hausner dapat dihitung dengan persamaan : fH =

BJBenar BJmampat

X 100% 3.5.6. Porositas

Porositas (E) dihitung dengan persamaan (Voight, 1994) : E =

BjBenar BjNyata

1

X 100%

3.5.7. Kompresibilitas

Kompresibilitas zat uji dapat di uji dengan persamaan (Voight, 1994): Kompresibilitas = Bj Mampat – Bj Nyata X 100% Bj Nyata


(36)

3.5.8. Uji Viskositas Cara Kerja :

Sebanyak 5% (b/v) serbuk disuspensikan dalam air. Kemudian di panaskan diatas penangas air pada suhu masing – masing 300C dan 600C. Suspensi pada temperature tersebut di biarkan selama 5 menit sambil diaduk. Viskositas diukur dengan Viskosimeter Bola Jatuh (Voight, 1994).

3.5.9. Uji Iodine

Uji ini untuk menentukan kandungan pati secara kualitatif. Cara Kerja :

Sebanyak 0,5 g serbuk dimasukkan ke dalam cawan poeselin, di tetesi dengan larutan iodine dan diencerkan dengan aquadest sebanyak 2 ml. Dalam hal ini apabila berwarna biru tua mengandung amilosa dan berwarna violet maka mengandung amilopektin (Whistler, L. Roy. dkk, 1984).

3.6. Pembuatan Tablet Isoniazid

Pembuatan tablet dilakukan secara granulasi basah dan bobot tablet adalah 250 mg. Dilakukan amilum solani sebagai pengembang pada konsentrasi 5% dan sebagai pembandingnya adalah cornstrach dengan konsentrasi 5%.


(37)

Formula tablet Isoniazid :

R/ Isoniazid 100 mg Amilum solani x % Talkum 1 % Magnesium stearat 1 % Musilago amili 10% qs

Laktosa qs ad 250 mg m.f. tab dtd No. C

Tabel 4. Formula Tablet Isoniazid

Keterangan :

F1 = Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum solani 5% F2 = Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Cornstarch 5% 3.6.2. Pembuatan Granul Isoniazid

Tablet dibuat dengan cara granulasi basah. Sebagai bahan pengembang digunakan cornstarch dan bahan pengikat digunakan mucilago amilum manihot 10%. Isoniazid, amilum solani (pengembang dalam), dan laktosa dimasukkan ke dalam lumpang lalu digerus homogen, ditambahkan bahan pengikat sedikit demi sedikit

Komposisi F1 F2

Isoniazid (g) 10 10

Amilum solani (g) 1,25 -

Talcum (g) 0,25 0,25

Mg Stearat (g) 0,25 0,25

Mucilago amili 10% (g) 0,75 0,75

Corn starch (g) - 1,25


(38)

sampai diperoleh massa yang kompak kemudian digranulasi dengan ayakan mesh 12. Granulat basah dikeringkan pada suhu 40°C - 60°C dalam lemari pengering. Setelah kering, granul diayak dengan ayakan mesh 14 lalu ditimbang. Kemudian ditambahkan talkum, magnesium stearat dan pengembang luar, diaduk homogen. 3.6.3.Uji Preformulasi

Uji preformulasi dilakukan terhadap massa yang telah menjadi granul dan telah ditambah pelicin dan pengembang luar.

3.6.4. Sudut Diam

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup bawah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus :

tg θ = 2h/D Keterangan : θ = sudut diam

h = tinggi kerucut (cm) D = diameter (cm) Syarat: 20° < α < 40° (Cartensen, 1977) 3.6.5. Waktu alir

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan.


(39)

Stopwatch dihentikan jika seluruh granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya.

Syarat : talir < 10 detik (Cartensen, 1977) 3.6.6. Indeks tap

Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan diukur volume awalnya (V1) lalu dihentakkan sehingga diperoleh volume akhirnya (V2) yang konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus :

I = 1

2 1

V V

V

x 100% Keterangan :

V1 = volume sebelum hentakan

V2 = volume setelah hentakan Syarat : I ≤ 20% (Guyot, 1978)

3.7. Evaluasi Tablet

3.7.1. Pemeriksaan Bentuk dan Rupa

Tablet diperiksa bentuk dan rupanya secara visual. 3.7.2. Pemeriksaan Waktu Hancur

Alat : Disintegration tester

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Satu buah tablet dimasukkan ke dalam masing-masing tabung dari keranjang. Masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air bersuhu 37°C ± 2°C sebagai media. Kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu sejak dinaikturunkan sampai dengan tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal pada kawat kasa.


(40)

Syarat: Waktu hancur tablet Isoniazid tidak boleh lebih dari 15 menit (Ditjen POM, 1979).

3.7.3. Pemeriksaan Kekerasan Tablet Alat : Strong Cobb Hardness Tester.

Sebuah tablet diletakkan di antara anvil dengan punch, lalu tablet tersebut dijepit dengan cara mengatur skrup pemutar sampai tanda stop menyala. Knop ditekan sampai tablet pecah. Pada saat tersebut, angka yang ditunjukkan jarum skala menunjukkan kekerasan tablet. Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan sebanyak 5 tablet dan dihitung rata-ratanya.

Syarat : Kekerasan tablet 4 – 8 kg (Parrot, 1971). 3.7.4. Pemeriksaan Friabilitas

Alat : Roche Friabilator

Sebanyak 20 tablet ditimbang, misalkan beratnya ‘a’ g. Dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu tekan tombolnya sehingga alat berputar selama 4 menit (100 kali putaran). Tablet dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang beratnya, misalnya ‘b’ g. Maka friabilitas tablet adalah :

a b

a


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik dari pati kentang ( Solanum

tuberosum L ) serta pengujian spesifikasi eksipien tablet.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang dinakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, pipet tetes, kertas saring, kaca objek, cawan porselen, Blender, eksikator, mikroskop (Olympus), oven listrik (Stork), neraca analitik (Vibra AJ), dan penangas air (Yenaco), Viskosimeter Oswold, Alat Uji Distribusi Partikel ( Shakker ).

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah, kentang kuning dan kentang putih, pati dari jenis kentang, Cornstarch, aquadest, Larutan Iodine.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Prosedur Isolasi Pati Kentang :

Cara kerjanya ;

Pati kentang dapat diperoleh dengan cara menimbang umbi kentang sebanyak 1 kg kemudian dikupas dan dicuci. Kentang dihaluskan dengan menggunakan blender sampai diperoleh masa seperti bubur. Masa seperti bubur tersebut direndam selama 24 jam dan dilanjutkan dengan memeras menggunakan kain blacu warna putih dan bersih. Fitrat diendapkan lebih kurang selama 24 jam, lalu


(42)

filtrat dibuang dan dilakukan pencucian dengan cara menambahkan aquadest secara berulang – ulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati yang diperoleh selanjutnya dikeringkan pada lemari pengering pada suhu 40 – 420C selama lebih kurang 24 jam.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar abu.

3.4.1. Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa pati dari beberapa jenis kentang.

3.4.2. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan aquadest kemudian ditutupi dengan cover glass (kaca penutup) setelah itu dilihat dibawah mikroskop.

Gambar mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2,halaman 41. 3.4.3. Susut Pengeringan

Cara kerja :

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam botol timbang bermulut lebar yang sudah konstan, keringkan pada bsuhu 1050 C dan didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Hal ini dilakukan sampai didapat berat yang konstan. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).


(43)

Hasil perhitungan susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 3,halaman 46.

3.4.4. Penetapan kadar abu total Cara kerja :

Sebanyak 5 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 - 600° C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (WHO, 1992).

Hasil perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 47. 3.5. Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

3.5.1. Pemeriksaan Sudut Angkat Cara Kerja :

Zat uji di masukkan ke dalam kaca silinder dengan tinggi dan diameter tertentu dan diketakkan diatas bidang datar yang telah dialasi. Zat uji di rataka, silinder kaca diangkat secara perlahan – lahan dan tegak lurus sampai semua zat uji tidak ada yang tertinggal. Kemudian di ukur puncak timbunan dan diameternya.

Sudut angkat ( α ) dihitung dengan persamaan ( Voight, 1994 ).

Tg ( α ) =

an jariTumpuk Jari

n cakTumpuka xTinggiPun


(44)

3.5.2. Bobot Jenis Nyata. Cara Kerja :

Zat uji di keringkan sampai diperoleh berat konstan, ditimbang sebanyak 10 g serbuk (W), dimasukkan ke dalam gelas ukur 20 ml yang terpasang pada Tap Volumeter, permukaan zat uji di ratakan, dicatat volume serbuk (V). Bobot jenis nyata dapat dihitung dengan persamaan ( Voight, 1994 ).

Bobot Jenis Nyata =

V W

3.5.3. Bobot Jenis Benar

Penentuan bobot jenis benar dilakukan dengan menggunakan Piknometer dan pelarut yang tidak melarutkan serbuk tersebut.

Piknometer kosong yang telah diketahui volumenya (a) dan ditimbang beratnya (b) kemudian diisi air dan ditimbang lagi (c) ( Voight,1994 ).

Bobot jenis air dapat dihitung dengan persamaan :

ρ

air =

a b c

Cara Kerja :

Serbuk sebanyak 2 g yang telah dikeringkan hingga berat konstan dimasukkan ke dalam Piknometer, kemudian ditimbang (d), lalu ditambahkan air ke dalam piknometer sampai penuh (e) ( Voight,1994 ).

Bobot jenis dihitung dengan persamaan : Rumus: BJ benar =

) ( ) ( ) ( e c b d b d − +


(45)

3.5.4. Bobot Jenis Mampat Cara Kerja :

Zat uji di keringkan hingga konstan sebanyak 10 g serbuk (W) dimasukkan ke dalam gelas ukur 20 ml, permukaan zat uji di ratakan kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 1250 kali. Catat volumenya (Vt) kemudian ulangi hentakkan sebanyak 1250 kali catat volume ( Vt I). Jika selisih Vt I dan Vt tidak lebih dari 2ml, maka dipakai Vt (Voight, 1994).

Bobot jenis mampat di hitung dengan persamaan : Bj Mampat (g/ml) =

Vt W

3.5.5. Penentuan Faktor Hausner ( FH )

Merupakan perbandingan Bobot jenis mampat dengan Bobot jenis nyata ( Voight, 1994 ).

Penentuan Faktor Hausner dapat dihitung dengan persamaan : fH =

BJBenar BJmampat

X 100% 3.5.6. Porositas

Porositas (E) dihitung dengan persamaan (Voight, 1994) : E =

BjBenar BjNyata

1

X 100%

3.5.7. Kompresibilitas

Kompresibilitas zat uji dapat di uji dengan persamaan (Voight, 1994): Kompresibilitas = Bj Mampat – Bj Nyata X 100% Bj Nyata


(46)

3.5.8. Uji Viskositas Cara Kerja :

Sebanyak 5% (b/v) serbuk disuspensikan dalam air. Kemudian di panaskan diatas penangas air pada suhu masing – masing 300C dan 600C. Suspensi pada temperature tersebut di biarkan selama 5 menit sambil diaduk. Viskositas diukur dengan Viskosimeter Bola Jatuh (Voight, 1994).

3.5.9. Uji Iodine

Uji ini untuk menentukan kandungan pati secara kualitatif. Cara Kerja :

Sebanyak 0,5 g serbuk dimasukkan ke dalam cawan poeselin, di tetesi dengan larutan iodine dan diencerkan dengan aquadest sebanyak 2 ml. Dalam hal ini apabila berwarna biru tua mengandung amilosa dan berwarna violet maka mengandung amilopektin (Whistler, L. Roy. dkk, 1984).

3.6. Pembuatan Tablet Isoniazid

Pembuatan tablet dilakukan secara granulasi basah dan bobot tablet adalah 250 mg. Dilakukan amilum solani sebagai pengembang pada konsentrasi 5% dan sebagai pembandingnya adalah cornstrach dengan konsentrasi 5%.


(47)

Formula tablet Isoniazid :

R/ Isoniazid 100 mg Amilum solani x % Talkum 1 % Magnesium stearat 1 % Musilago amili 10% qs

Laktosa qs ad 250 mg m.f. tab dtd No. C

Tabel 4. Formula Tablet Isoniazid

Keterangan :

F1 = Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum solani 5% F2 = Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Cornstarch 5% 3.6.2. Pembuatan Granul Isoniazid

Tablet dibuat dengan cara granulasi basah. Sebagai bahan pengembang digunakan cornstarch dan bahan pengikat digunakan mucilago amilum manihot 10%. Isoniazid, amilum solani (pengembang dalam), dan laktosa dimasukkan ke dalam lumpang lalu digerus homogen, ditambahkan bahan pengikat sedikit demi sedikit

Komposisi F1 F2

Isoniazid (g) 10 10

Amilum solani (g) 1,25 -

Talcum (g) 0,25 0,25

Mg Stearat (g) 0,25 0,25

Mucilago amili 10% (g) 0,75 0,75

Corn starch (g) - 1,25


(48)

sampai diperoleh massa yang kompak kemudian digranulasi dengan ayakan mesh 12. Granulat basah dikeringkan pada suhu 40°C - 60°C dalam lemari pengering. Setelah kering, granul diayak dengan ayakan mesh 14 lalu ditimbang. Kemudian ditambahkan talkum, magnesium stearat dan pengembang luar, diaduk homogen. 3.6.3.Uji Preformulasi

Uji preformulasi dilakukan terhadap massa yang telah menjadi granul dan telah ditambah pelicin dan pengembang luar.

3.6.4. Sudut Diam

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup bawah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus :

tg θ = 2h/D Keterangan : θ = sudut diam

h = tinggi kerucut (cm) D = diameter (cm) Syarat: 20° < α < 40° (Cartensen, 1977) 3.6.5. Waktu alir

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan.


(49)

Stopwatch dihentikan jika seluruh granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya.

Syarat : talir < 10 detik (Cartensen, 1977) 3.6.6. Indeks tap

Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan diukur volume awalnya (V1) lalu dihentakkan sehingga diperoleh volume akhirnya (V2) yang konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus :

I = 1

2 1

V V

V

x 100% Keterangan :

V1 = volume sebelum hentakan

V2 = volume setelah hentakan Syarat : I ≤ 20% (Guyot, 1978)

3.7. Evaluasi Tablet

3.7.1. Pemeriksaan Bentuk dan Rupa

Tablet diperiksa bentuk dan rupanya secara visual. 3.7.2. Pemeriksaan Waktu Hancur

Alat : Disintegration tester

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Satu buah tablet dimasukkan ke dalam masing-masing tabung dari keranjang. Masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air bersuhu 37°C ± 2°C sebagai media. Kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu sejak dinaikturunkan sampai dengan tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal pada kawat kasa.


(50)

Syarat: Waktu hancur tablet Isoniazid tidak boleh lebih dari 15 menit (Ditjen POM, 1979).

3.7.3. Pemeriksaan Kekerasan Tablet Alat : Strong Cobb Hardness Tester.

Sebuah tablet diletakkan di antara anvil dengan punch, lalu tablet tersebut dijepit dengan cara mengatur skrup pemutar sampai tanda stop menyala. Knop ditekan sampai tablet pecah. Pada saat tersebut, angka yang ditunjukkan jarum skala menunjukkan kekerasan tablet. Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan sebanyak 5 tablet dan dihitung rata-ratanya.

Syarat : Kekerasan tablet 4 – 8 kg (Parrot, 1971). 3.7.4. Pemeriksaan Friabilitas

Alat : Roche Friabilator

Sebanyak 20 tablet ditimbang, misalkan beratnya ‘a’ g. Dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu tekan tombolnya sehingga alat berputar selama 4 menit (100 kali putaran). Tablet dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang beratnya, misalnya ‘b’ g. Maka friabilitas tablet adalah :

a b

a


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeriksaan Makroskopik

Hasil isolasi yang dilakukan terhadap beberapa jenis kentang berupa pati. Dilakukan dengan cara menghaluskan kentang, kemudian direndam selama 24 jam. Dan hasil rendaman diperas dengan kain belacu, dibiarkan selama 24 jam sambil diganti airnya.

Hasil pemeriksaan secara makroskopik terhadap Amilum solani berupa pati ynag berwarna putih , tidak berbau dan tidak berasa.

4.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil pemeriksaan secara mikroskopik terhadap amilum solani terlihat pati yang berbentuk lonjong, mengandung hilum pada bagian dalam dari pati. Pati dari kentang kuning terlihat hilum yang sangat jelas, ukuran patinya kecil - kecil dan lebih seragam. Demikian halnya dengan pati dari kentang merah yang memiliki ukuran pati yang kecil-kecil dan hilumnya terlihat jelas. Ini berbeda untuk kentang kuning yang memiliki ukuran pati yang sangat besar dan hilum tidak begitu jelas. Pati yang berukuran besar diakibatkan kandungan air yang sangat banyak.

Tabel 5: Hasil karakterisasi simplisia.

No. Karakteristik Simplisia Jenis Kentang

Merah Putih Kuning

1. Kadar air 3,2744% 16,6568% 13,0871%


(52)

4.2.1. Pemerikssan Susut Pengeringan

Hasil pemeriksaan pati dari beberapa jenis kentang diperoleh kadar air yang paling tinggi 16,6568% terdapat pada kentang putih 13,0871% untuk kentang kuning dan 3,2744% kentang merah tetapi dalam hal ini masih memenuhi persyaratan yang tidak lebih dari 20%.

4.2.2. Pemeriksaan Kadar Abu

Kadar abu 1,0579% terdapat pada pati kentang kuning, 0,6814% kentang merah dan 0,6556% kentang putih dengan persyaratan tidak lebih dari 0,6% untuk tiap 1gr sampel, dan dalam hal ini sampel yang diuji dalam 5 gr. Sehingga dapat dikatakan masih memenuhi syarat dari Materia Medika.

Tabel 6: Uji Spesifikasi Eksipien Tablet.

No. Uji Spesifikasi Eksipien K.Kuning K.Merah K.Putih Cornstarch 1. Bobot Jenis Benar (g/cm3). 1,5045 1,5057 1,4785 1,478 2. Bobot Jenis Nyata (g/cm3). 0,6250 0,6452 0,6510 0,462

3. Bobot Jenis Mampat

(g/cm3).

0,7692 0,7700 0,7407 0,658

4. Factor Hausner (%). 0,5112 0,5113 0,5019 0,4451

5. Kompressibilitas (%). 23,072 19,3428 13,770 42,424

6. Sudut Angkat (0) 28,21 26,98 24,44 33,85

7. Viskositas (Poise).

T = 300 1,7567 2,4643 1,5773 1,4863

T = 600 9,5809 9,9241 9,0243 6,4823

8. Porositas (%) 24,9252 23,5638 24,4312 36,4005

Keterangan:


(53)

4.3.1. Bobot Jenis Benar

Dari hasil perlakuan bobot jenis benar yang untuk kentang kuning 1,5045 g/cm3, kentang merah 1,5057 g/cm3, kentang putih 1,4785 g/cm3 dan Cornstarch 1,4780 g/cm3. Ini dikarenakan pada kentang merah mengandung banyak karbohidrat dan hanya berbanding sedikit terhadap kentang kuning sedangkan pada kentang putih tersusun atas kandungan air yang tingggi. Untuk Cornstarch disamping mengandung karbohidrat, lemak juga mengandung banyak serat pangan (Sunarjono. H. Hendro, 2004)

Syarat dari bobot jenis benar untuk pati kentang 1,50 +_ 0,01 g/cm3. Dan dalam

hal ini bobot jenis benar pati dari beberapa jenis kentang tersebut masih memenuhi persyaratan (Whistler, L. R. dkk, 1984).

4.3.2. Bobot Jenis Nyata

Bobot jenis nyata merupakan bobot yang diperoleh dengan cara sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur dan kemudian di lakukan perbandingan antara volume serbuk dengan berat serbuk yang diuji. Dan diperoleh bobot nyata yang paling besar terdapat pada kentang putih 0,6510 g/cm3, kentang merah 0,6452 g/cm3, kentang kuning 0,6250 g/cm3 dan yang paling kecil terdapat pada jagung sebesar 0,462 g/cm3. Berdasarkan teori seharusnya kadar pati 79,64% pati kentang dan 84,14% pati jagung, hal ini terjadi karena pada jagung memerlukan perlakuan yang sangat banyak terutama pada saat penghalusan sampai menjadi pati.


(54)

4.3.3. Bobot Jenis Mampat

Didapat bobot jenis mampat pada kentang merah 0,7700 g/cm3, kentang kuning 0,7692 g/cm3, kentang putih 0,7407 g/cm3 dan untuk cornstarch 0,658 g/cm3.

4.3.4. Uji Faktor Hausner

Faktor Hausner dilakukan untuk menentukan aliran atau sifat freeflowing dari suatu serbuk. Indeks Faktor Hausner yang mendekati angka satu merupakan serbuk yang aliranya baik. Dari data diatas Faktor Hausner yang paling mendekati angka satu adalah 0,5113% kentang merah, 0,5112% kentang kuning, 0,5009% kentang putih sedangkan yang paling kecil terdapat pada jagung sebesar 0,4451%.

4.3.5. Uji Porositas

Dari hasil uji porositas didapat nilai yang paling besar pada Cornstarch sebesar 36,4005 %, kentang kuning sebesar 24,9252 %, kentang putih sebesar 24,4312 %, dan kentang merah sebesar 23,5638 %.

4.3.6. Uji Kompressibilitas

Uji kompresibilitas dilakukan untuk menentukan apakah serbuk atau granul yang sebagai eksipien tablet dapat dicetak dengan metode cetak langsung dan apakah ada pengaruh kekerasan dari pada tablet apabila dilakukan dengan metode cetak langsung bila menggunakan pati kentang ini. Ternyata pada kentang kuning


(55)

sebesar 23,072%, kentang merah 19,3428%, kentang putih 13,7700%, 42,4240%

Cornstarch. Ini berarti dapat dikatankan pati kentang bersifat kompressibilitas.

4.3.7. Uji Sudut Angkat

Dalam hal ini dapat menentukan eksipien tersebut sebagai pelicin dari tablet. Sudut angkat pati kentang putih 24,440, pati kentang merah 26,980, pati kentang kuning 28,610 yang paling besar 33,850 terdapat pada pati Cornstarch. Ini menandakan Cornstarch tersebut tidak bagus apabila digunakan sebagai pelicin pada pembuatan tablet.

4.3.8. Uji Viskositas

Uji viskositas menentukan dalam waktu dan suhu berapa serbuk yang diuji membentuk gelatin dan pada suhu berapa proses gelatinisasinya turun.

Gambar 1. Grafik antara Viskositas dengan Suhu pati membentuk gelatin.


(56)

Dari grafik diatas dapat diamati bahwa viskositas pada suhu 300C pada pati kentang merah 2,4643 Poise, pati kentang kuning 1,7667 Poise, kentang putih 1,5773 poise dan Cornstarch 1,4863 Poise.

Viskositas pada suhu 600C pada pati kentang merah sebesar 9,9241 Poise, pati kentang kuning 9,50809 Poise, pati kentang putih 9,0243 Poise, dan Cornstarch 6,4823 Poise.

4.3.9. Uji Distribusi Partikel

Uji distribusi partikel ini dilakukan untuk menentukan seberapa besar dari serbuk tersebut yang apabila dicetak menjadi tablet dapat terdistribusi didalam tubuh.Dan dalam hal ini mempengaruhi daripada farmakodinamika dan Farmakokinetika obat didalam tubuh.

Tabel 7. Uji Distribusi Partikel (gr).

No Jenis Kentang Distribusi Partikel (gr)

Mesh 16 Mesh 20 Mesh 60 Mesh 100

1. Kentang kuning 0,33 18,76 1,17 35,89

2. Kentang merah 4,50 16,75 6,44 12,78

3. Kentang putih 7,88 21,44 1,70 18,29

Dari tablet diatas pati dari kentang merah terdistribusi secara merata, pada pati kentang putih tidak ada perbedaan yang begitu jelas sedangkan pada pati kentang kuning hanya pada mesh 100 yang paling banyak terdistribusi.


(57)

Gambar 2. Grafik antara beberapa jenis kentang dan Uji Distribusi Partikel (gr) Tabel 8. Uji Distribusi Partikel (%).

No Distribusi Partikel (%)

Mesh 16 Mesh 20 Mesh 60 Mesh 100

1. Kentang kuning 0,50 28,79 1,79 55,08

2. Kentang merah 11,11 41,38 15,91 34,04

3. Kentang putih 15,98 43,48 39,44 37,09


(58)

4.3.10. Uji dengan Larutan Iodine

Uji dengan larutan iodine ini dilakukan untuk menentukan kadar amilosa dan amilopektin yang terdapat dari pati beberapa jenis kentang dan Cornstarch. Dalam hal ini pati kentang merah, kentang kuning maupun kentang putih memberikan warna biru tua sedangkan Cornstarch memberikan warna violet. Dan dengan kata lain pati dari kentang mengandung amilosa yang dalam jumlah yang banyak sedangkan Cornstarch mengandung amilopektin yang dalam jumlah banyak. Ini menandakan amilum solani dapat digunakan sebagai pengembang pada pembuatan tablet karena sifat dari pada amilosa mudah larut dalam air sedangkan amilopektin sukar larut dalam air.

Tabel 9. Hasil Uji Preformulasi Tablet

Formula Uji Preformulasi

Waktu Alir ( Detik )

Sudut Diam (0)

Indeks Tap ( % )

F1 2,06 24,68 14,54

F2 2,51 30,22 11,68

4.1.1 Uji Sudut Diam

Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa sudut diam dari pati kentang dan cornstarch. Hal ini menunjukkan bahwa pati kentang bila dibandingkan dengan cornstarch yang digunakan sebagai bahan pengembang maka aliran granul pati kentang yang lebih baik ( free flowing) sehingga sudut diamnya kecil. Hal ini terjadi karena pati kentang yang ditambahkan akan mengakibatkan granul yang terbentuk semakin sedikit sehingga meningkatkan kelincirannya dan mengakibatkan sudut diamnya menjadi kecil. .Sudut diam yang lebih tinggi mengakibatkan granul susah mengalir dari hopper ke die pada waktu proses pencetakan tablet sehingga


(59)

menyebabkan ketidakseragaman bobot tablet. Menurut Voigt (1994), sudut diam antara 25° dan 45° memiliki aliran yang baik pada waktu pencetakan tablet. 4.1.2 Uji Waktu Alir

Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat bahwa waktu alir pati kentang lebih cepat bila dibandingkan dengan cornstarch yang digunakan sebagai bahan pengembang. Hal ini disebabkan karena pati kentang yang digunakan dapat meningkatkan kelinciran, sehingga waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir dari corong akan semakin kecil. Menurut Cartensen (1977), partikel yang lebih besar memiliki waktu alir yang lebih kecil, dan akan menghasilkan tablet yang baik dalam hal keseragaman bentuk dan bobot

4.1.3 Uji Indeks Tap

Indeks tap dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kekerasan granul. Dari tabel 4 di atas. diperoleh data indeks tap dari F1 dan F2 adalah sebesar 14,54% dan 11,68%. Indeks tap berperan penting dalam menentukan granul tersebut layak dicetak menjadi tablet atau tidak, di mana indeks tap menunjukkan daya tahan granul terhadap daya kompressi dari alat pencetak tablet. Menurut Guyot (1978), granul yang memiliki sifat alir yang baik mempunyai indeks tap ≤ 20%.

Tabel 10.Tabel Evaluasi Tablet

Formula Evaluasi Tablet

Kekerasan Tablet (kg)

Friabilitas (%)

Waktu Hancur (Menit)

F1 5,5 0,2351 5,07

F2 4,5 0,3957 9,39


(60)

Hasil uji kekerasan seperti yang terlihat pada tabel 6. menunjukkan bahwa kekerasan besar terdapat pada pati kentang bila dibandingkan dengan Cornstarch. Hal ini disebabkan karena kuatnya ikatan granul membentuk tablet sehingga tablet menjadi keras pada pati kentang dan sangat rapuh pada Cornstarch. Pada uji kekerasan yang dilakukan pada pati kentang, hasil yang diperoleh adalah 5,5 sedangkan pada Cornstarch sebesar 4,5, karena menurut Parrot (1971), kekerasan tablet akan memenuhi syarat pada rentang 4-8 kg. Kekerasan tablet yang diperoleh tidak lah sama, hal ini terjadi karena kandunagan pati dari amilum solanit dan Cornstarch tidaklah sama.

4.2.4 Waktu Hancur

Berdasarkan data dari tabel 6, maka hasil pengujian waktu hancur terhadap tablet dapat diketahui di mana pada pati kentang dari amilum solani lebih mudah larut karena mengandung amilosa yang paling besar sekitar 97-98%, sedangkan

Cornstach hanya mengandung amilosa sebesar 81-88%. Pada grafik terlihat

bahwa waktu hancur dari F1 dan F2 memiliki nilai yang tidak sama, F1 memiliki kekerasan 5,5 dan F2 memiliki kekerasan 4,5 dimana keduanya memiliki kekerasan yang hampir sama. Hal ini terjadi karena tablet dengan bahan pengembang amilum solani akan segera pecah menjadi partikel kasar sedangkan dengan bahan pengembang Cornstarch akan terkikis sedikit demi sedikit pada waktu pengujian dan selanjutnya melarut. Menurut Parrot (1971), waktu hancur tablet dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia dari bahan tambahan yang digunakan, kekerasan dan porositas dari tablet.


(61)

4.2.5 Friabilitas

Dari tabel 6 di atas juga dapat diketahui bahwa semakin meningkat konsentrasi cornstarch maka friabilitas tablet semakin meningkat hingga pada F6. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa friabilitas berbanding terbalik dengan kekerasan tablet. Dengan kata lain, semakin meningkat kekerasan tablet maka friabilitas tablet akan semakin kecil. Menurut Lachman dkk.(1994) friabilitas F1 0,2351% dan F2 0,3957%. Dalam hal ini memenuhi persyaratan baik pada F1 maupun F2 karena syaratnya harus tidak lebih dari 0,8%. Friabilitas suatu tablet dipengaruhi oleh kekerasan dan kandungan air dari granul dan tablet.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

a. .Pati dari berbagai jenis kentang diperoleh dengan cara isolasi sehingga pati kentang kuning 77,2435 g, pati kentang merah 80,2512 g, pati kentang putih 58,1971 g. Memenuhi syarat yang tertera di Farmakope Indonesia dengan kadar abu untuk kentang merah sebesar 0,68145%, kentang kuning sebesar 0,6556%, kentang putih sebesar 1,0579%. Dan susut pengeringan yang diperoleh untuk kentang kuning sebesar 3,2744%, kentang merah sebesar 16,6568%, kentang putih sebesar 13,0871%.

b. Pati dari beberapa jenis kentang yang diuji, dimana yang paling memenuhi syarat dari uji eksipien tablet. Pengujianya antara lain Bobot jenis benar, Bobot jenis nyata, Bobot jenis mampat, Uji Faktor Hausner, Uji distribusi partikel, Uji Kompresibilitas, Uji viskositas, dan Uji sudut angkat. Dari uji tersebut yang paling memenuhi adalah pati dari kentang merah, sehingga untuk pembuktianya dilakukan pencetakan tablet dan membandingkanya dengan cornstarch.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti jenis pati lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengembang tablet secara granulasi basah, atau dengan memodifikasi pati kentang secara fisika atau kimia.


(63)

DAFTAR PUSTAKA Anonima. Starch (Pati). Tanggal Akses 8 Desember 20

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI Press. Halaman 96 ; 244-272

Bailliere,Tindal and Cox, (1952). A Text Book of Pharmacognosy. 6th Edition. London. Halaman 732-739.

Cartensen, J.T. (1973). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms. New York: John Wiley and Sons. A Wiley Interscience Publication. Pages

210-217

Collison,G.K.,et.al.,(1968). Sweeling and Gelation of Starch,Starch and it’s

Devirates.London: Chapman and Hall Ltd.Pages 171-171.

Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman 516, 518, 522.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4, 108, 649-650, 925, 1000, 1043, 1085 dan 1124

Goeswin Agoes,DR.,(1984). Pertimbangan untuk Menyusun Formula Tablet

Secara Cetak Langsung. Bandung: Seksi Teknologi Farmasi FMIPA ITB.

Halaman 2-3.

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 654 dan 697

Lewis,W.(19740. Sprowl’s American Pharmacy an Introduction to

Pharmaceutical Techniques and Dosage Form.7th Edition. Pennsyvania:

Jd.Lippincott Company. Halaman 369-374.

Raymond C Rowe; Paul J Sheskey; Siaˆn C Owen,(2006). Handbook Of Pharmaceutical Exipients. Fifth edition. Washington. Pages 731-732.

Voigt, R., (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 200

Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Cetakan II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 13-31.

Soekemi,R.A.,Yuanita,T.,Fat Aminah, dan Salim Usman. (1987). Tablet. Madan: P.T. Mayang Kencana. Halaman 5-54.


(64)

Sunarjono.H.Hendro.,(2004). Bertanam 30 Jenis Sayur. Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 35-45.

Whistler,L.R; Bemiller,N.James: Paschall,F.Eugene.,(1984). Starch: Chemistry

And Technology. New York, London. Page 220.

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medicinal


(65)

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang

Kentang Putih

Kentang Kuning


(66)

Lampiran 2. Gambar Mikroskopik Pati Kentang

Pati Kentang Kuning dengan perbesaran 10x10 Keterangan;

Lamela tampak jelas Hilus tipe konsentrik

Pati Kentang Putih dengan perbesaran 10x10 Keterangan:

Lamela tidak jelas Hilus tidak jelas


(67)

Lampiran 2.(Lanjutan )

Pati dari Kentang Merah dengan perbesaran 10x10. Keterangan:

Hilus tidak nampak begitu jelas Lamela tidak nampak dengan jelas.


(68)

Lampiran 3. Gambar Tablet

Keterangan ;

Tablet isoniazid dengan diamter 9 Berat tablet 250 mg.


(69)

Lampiran 4. Perhitungan kadar karakteristik simplisia 1.Perhitungan Rendemen Pati Kentang

Berat Kentang Kuning Segar = 1000,0 g. Pati kentang Kuning Kering = 77,2435 g. Rendemen = g g 1000 24 , 77

X 100% = 7,7243%

Berat Kentang Putih Segar = 1000 g. Pati Kentang Putih Kering = 58,1971 g. Rendemen = g g 1000 19 , 58

X 100% = 5,8197%.

Berat Kentang Merah Segar = 1000 g. Pati Kentang Merah Kering = 80,2512 g. Rendemen =

g g 1000 25 , 80

X 100%. = 8,0252%.

Rendemen = pati kentang kering X 100% Berat Kentang Segar


(70)

Lampiran 4. ( Lanjutan )

1. Perhitungan Susut Pengeringan

Berat Awal Pati Kentang Kuning = 4,9690 g. Berat Akhir Pati Kentang Kuning = 4,3187 g. Susut Pengeringan =

g g g 9690 , 4 3187 , 4 9690 , 4 − X 100%

= 13,0871%.

Berat Awal Pati Kentang Putih = 4,9349 g. Berat Akhir Pati Kentang Putih = 4,1129 g. Susut Pengeringan =

9349 , 4 1129 , 4 9349 ,

4 gg

X 100%

= 16,6568%.

Berat Awal Pati Kentang Merah = 4,8650 g. Berat Akhir Pati Kentang Merah = 4,7057 g. Susut Pengeringan =

g g g 7057 , 4 7057 , 4 8650 , 4 − X 100%

= 3,2744%.


(71)

Lampiran 4. (Lanjutan)

3.Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total % 100 x sampel Berat hasil sisa g Berat abu total

Kadar =

Berat Pati Kentang Kuning = 4,2250 g Berat abu = 0,0277 g Kadar abu =

g g 2250 , 4 0277 , 0

X 100%

= 0,6556 g.

Berat Pati Kentang Putih = 4,1021 g. Berat Abu = 0.0252 g. Kadar Abu =

g g 1021 , 4 0252 , 0 X 100%

= 1,0579 %.

Berat Pati Kentang Merah = 3,6925 g. Berat Abu = 0,0434 g. Kadar Abu =

g g 6925 , 3 0434 , 0

= 0,6824 %.


(72)

Lampiran 5. Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

1. Bobot Jenis Nyata

Rumus : Bobot Jenis Nyata =

V W

Keterangan :

W = Berat Pati Kentang.

V = Volume Pati Dalam Gelas Ukur. Syaratnya :

Bobot Jenis Nyata tidak lebih dari 0,617 lebih kurang 0,05

Sebagai Contoh Perhitungan dari Bobot Jenis Nyata :

Pati Kentang Merah :

Volume (V) = 15,5 ml. Berat (W) = 10 g. Bj Nyata =

ml g

5 , 15

10


(73)

Lampiran 5.( Lanjutan ) 2. Bobot Jenis Benar

Terlebih dahulu menentukan Massa jenis air Rumus :

ρ

air =

a b c

Tentukan Berat Benar Rumus: BJ benar =

) ( ) ( ) ( e c b d b d − +

− − X

ρ

air

Keterangan :

a = Volume dari Piknometer kosong b = Berat Piknometer yang kosong

c = Berat Piknometer yang telah diisi dengan air. d = Berat sampel uji didalam Piknometer kosong

e = Berat sampel yang telah dicampur larutan didalam piknometer kosong. Sebagai contoh perhitungan dari Bobot Jenis Benar :

Pati kentang merah

ρ

air =

ml g g 10 2015 , 16 8750 , 26 −

= 1,0674 g/ml.

BJ Benar =

) 4783 , 27 8750 , 26 ( ) 2015 , 16 2745 , 18 ( 2015 , 16 2745 , 18 − +

g

g

g g

X 1,0674 g/ml

= 4695 , 1 0730 , 2 g

X 1,0647 g/cm3


(74)

Lampiran 5. ( Lanjutan ) 3. Perhitungan Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan berdasarkan Hukum Stokes ; Rumus : nx = nair X ρx X tx

ρair X t air

Dimana

nair = 0,8975 X 10-2 Poise. ρair = 1 g/ml.

Sebagai contoh perhitungan dari Uji viskosita adalah : Pada Pati Kentang merah

Pada T= 300C.

nx = 0,8975 X 10-2 Poise X

dtk mlx g dtk mlx g 33 , 7 / 1 367 , 13 / 5057 , 1

= 2,4643 X 10-2 Poise. Pada T= 600C

nx = 0,8975 X 10-2 Poise X

dtk mlx g dtk mlx g 33 , 7 / 1 83 , 53 / 5057 , 1


(75)

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 5% (Formula 2). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 250 mg dan diameter tablet 9 mm.

Berat 100 tablet = 100 x 0,250 g = 25 g

Berat Isoniazid dalam tablet = 100 x 100 mg = 10000 mg = 10 g Dengan menggunakan bahan pengembang Pati kentang 2,5 %: a. Pengembang dalam = 2,5% x 25 g = 0,625 g

b. Pengembang luar = 2,5% x 25 g = 0,625 g c. Mg stearat = 1% x 25 g = 0,25 g

d. Talkum = 1% x 25 g = 0,25 g

e. Pengikat :

i. Bahan pengikat yang digunakan dalam formula adalah musilago amili 10% yang dibuat sebanyak 30% = 30% x 25 g = 7,5 g

ii. Amilum manihot yang ditimbang = 10% x 7,5 g = 0,75 g f. Laktosa = 25 g – ( 10 + 0,312 + 0,312 + 0,25 + 0,25 + 0,75 )g = 12,5 g

. Cara Kerja : metode granulasi basah

1. Isoniazid + laktosa + Pati kentang (pengembang dalam), digerus homogen. 2. Ditambahkan musilago amili sedikit demi sedikit sampai diperoleh massa yang kompak. Musilago amili 10% yang terpakai adalah 6,050 g yang mengandung amilum manihot 0,7400 g.

3. Digranulasi dengan ayakan mesh 12. 4. Dikeringkan pada temperatur 40°C - 60°C.


(76)

5. Setelah kering, diayak lagi dengan ayakan mesh 14. a. Berat massa secara teoritis :

= (bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi) = (10 + 0,625 + 0,7400 + 12,5)g = 23,875 g

= 25 875 ,

23 g

X 100% = 95,5%.

b. Granulat kering ditimbang beratnya = 20,,49 g c. Massa tablet seluruhnya =

% 5 , 95

% 100

X 20,49 g

= 21,4554 g

d. Amilum solani (pengembang luar) = 2,5/100 x 21.4554 g = 0,53 g e. Talkum = 1/100 x 21,4554 g = 0,2145 g

f. Mg stearat = 1/100 x 21,4554 g = 0,2145 g

6. Ditambahkan Pati kentang (pengembang luar), talkum, Mg stearat lalu diaduk hingga homogen.


(77)

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet A - B

Rumus : F = x 100%

A Keterangan : F = Friabilitas

A = Bobot tablet sebelum diputar dalam alat friabilator B = Bobot tablet setelah diputar dalam alat friabilator Syarat Friabilator tablet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8% (F ≤ 0,8%)

Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati kentang 5%: Bobot 20 tablet sebelum diputar = 5,097 g

Bobot 20 tablet setelah diputar = 5,095 g (5,097-5,085)g

Friabilitas tablet = x 100% 5,097g


(1)

Lampiran 5. Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

1. Bobot Jenis Nyata

Rumus : Bobot Jenis Nyata =

V W

Keterangan :

W = Berat Pati Kentang.

V = Volume Pati Dalam Gelas Ukur. Syaratnya :

Bobot Jenis Nyata tidak lebih dari 0,617 lebih kurang 0,05

Sebagai Contoh Perhitungan dari Bobot Jenis Nyata :

Pati Kentang Merah :

Volume (V) = 15,5 ml. Berat (W) = 10 g.

Bj Nyata =

ml g

5 , 15

10


(2)

61 Lampiran 5.( Lanjutan )

2. Bobot Jenis Benar

Terlebih dahulu menentukan Massa jenis air

Rumus :

ρ

air = a

b c

Tentukan Berat Benar

Rumus: BJ benar =

) ( ) ( ) ( e c b d b d − +

− − X

ρ

air

Keterangan :

a = Volume dari Piknometer kosong b = Berat Piknometer yang kosong

c = Berat Piknometer yang telah diisi dengan air. d = Berat sampel uji didalam Piknometer kosong

e = Berat sampel yang telah dicampur larutan didalam piknometer kosong. Sebagai contoh perhitungan dari Bobot Jenis Benar :

Pati kentang merah

ρ

air =

ml g g 10 2015 , 16 8750 , 26 −

= 1,0674 g/ml.

BJ Benar =

) 4783 , 27 8750 , 26 ( ) 2015 , 16 2745 , 18 ( 2015 , 16 2745 , 18 − +

g

g

g g

X 1,0674 g/ml

= 4695 , 1 0730 , 2 g

X 1,0647 g/cm3

= 1,5057 g/cm3


(3)

Lampiran 5. ( Lanjutan )

3. Perhitungan Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan berdasarkan Hukum Stokes ; Rumus : nx = nair X ρx X tx

ρair X t air

Dimana

nair = 0,8975 X 10-2 Poise. ρair = 1 g/ml.

Sebagai contoh perhitungan dari Uji viskosita adalah : Pada Pati Kentang merah

Pada T= 300C.

nx = 0,8975 X 10-2 Poise X

dtk mlx

g

dtk mlx

g

33 , 7 / 1

367 , 13 / 5057 , 1

= 2,4643 X 10-2 Poise.

Pada T= 600C

nx = 0,8975 X 10-2 Poise X

dtk mlx

g

dtk mlx

g

33 , 7 / 1

83 , 53 / 5057 , 1


(4)

63

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 5% (Formula 2). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 250 mg dan diameter tablet 9 mm.

Berat 100 tablet = 100 x 0,250 g = 25 g

Berat Isoniazid dalam tablet = 100 x 100 mg = 10000 mg = 10 g Dengan menggunakan bahan pengembang Pati kentang 2,5 %: a. Pengembang dalam = 2,5% x 25 g = 0,625 g

b. Pengembang luar = 2,5% x 25 g = 0,625 g

c. Mg stearat = 1% x 25 g = 0,25 g

d. Talkum = 1% x 25 g = 0,25 g

e. Pengikat :

i. Bahan pengikat yang digunakan dalam formula adalah musilago amili 10% yang dibuat sebanyak 30% = 30% x 25 g = 7,5 g

ii. Amilum manihot yang ditimbang = 10% x 7,5 g = 0,75 g f. Laktosa = 25 g – ( 10 + 0,312 + 0,312 + 0,25 + 0,25 + 0,75 )g = 12,5 g

. Cara Kerja : metode granulasi basah

1. Isoniazid + laktosa + Pati kentang (pengembang dalam), digerus homogen.

2. Ditambahkan musilago amili sedikit demi sedikit sampai diperoleh massa

yang kompak. Musilago amili 10% yang terpakai adalah 6,050 g yang mengandung amilum manihot 0,7400 g.

3. Digranulasi dengan ayakan mesh 12.

4. Dikeringkan pada temperatur 40°C - 60°C.


(5)

5. Setelah kering, diayak lagi dengan ayakan mesh 14.

a. Berat massa secara teoritis :

= (bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi) = (10 + 0,625 + 0,7400 + 12,5)g = 23,875 g

= 25 875 ,

23 g

X 100% = 95,5%.

b. Granulat kering ditimbang beratnya = 20,,49 g

c. Massa tablet seluruhnya =

% 5 , 95

% 100

X 20,49 g

= 21,4554 g

d. Amilum solani (pengembang luar) = 2,5/100 x 21.4554 g = 0,53 g e. Talkum = 1/100 x 21,4554 g = 0,2145 g

f. Mg stearat = 1/100 x 21,4554 g = 0,2145 g

6. Ditambahkan Pati kentang (pengembang luar), talkum, Mg stearat lalu diaduk hingga homogen.


(6)

65

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet

A - B

Rumus : F = x 100%

A Keterangan : F = Friabilitas

A = Bobot tablet sebelum diputar dalam alat friabilator B = Bobot tablet setelah diputar dalam alat friabilator Syarat Friabilator tablet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8% (F ≤ 0,8%)

Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati kentang 5%: Bobot 20 tablet sebelum diputar = 5,097 g

Bobot 20 tablet setelah diputar = 5,095 g (5,097-5,085)g

Friabilitas tablet = x 100% 5,097g

= 0,235 %