Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat Multiwaktu Di Pt. Riau Andalan Pulp And Paper Sektor Cerenti

IDENTIFIKASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTIWAKTU DI PT.
RIAU ANDALAN PULP AND PAPER SEKTOR CERENTI

GALIH CITRA YOGYANTI

DEPARTEMEN MANAJAMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Perubahan
Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat Multiwaktu di PT. Riau Andalan
Pulp and Paper Sektor Cerenti adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Galih Citra Yogyanti
NIM E14110038

ABSTRAK
GALIH CITRA YOGYANTI. Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat Multiwaktu di PT. Riau Andalan Pulp and Paper
Sektor Cerenti. Dibimbing oleh Dr Ir Muhammad Buce Saleh MS.
Teknik sistem informasi geografis (SIG) menggunakan citra satelit Landsat
merupakan salah satu cara untuk mengetahui informasi yang akurat tentang
perubahan tutupan kelas hutan dalam upaya monitoring yang cepat dan efisien.
Penelitian ini dilaksanakan di Sektor Cerenti, PT RAPP, Provinsi Riau. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi laju perubahan tutupan kelas
hutan berdasarkan pengelolaan yang dilakukan HTI menggunakan citra beresolusi
sedang di Sektor Cerenti periode tahun 1996–2014. Hasil klasifikasi tutupan lahan
secara visual di Sektor Cerenti terdiri dari hutan tanaman muda, hutan tanaman
sedang, hutan tanaman tua, hutan alam, lahan kosong dan kebun sawit. Data
frekuensi ulang yang pendek bertujuan untuk memantau perubahan cepat pada

perubahan tutupan lahan akibat pengelolaan. Perubahan kelas tutupan lahan
berdasarkan umur terjadi karena adanya kegiatan penebangan dan permudaan
kembali yang rutin dilakukan di Sektor Cerenti. Sedangkan data dengan frekuensi
ulang jangka panjang bertujuan untuk melihat laju perubahan hutan alam ke hutan
tanaman. Penurunan luas hutan alam yang terjadi selama 18 tahun sebesar 20
535.88 ha. Dapat dikatakan bahwa penurunan luas hutan alam rata-rata antara
periode tahun 1996 sampai 2014 sebesar 1 140.28 ha/tahun.
Kata kunci: klasifikasi visual, perubahan tutupan lahan, SIG

ABSTRACT
GALIH CITRA YOGYANTI. Land Cover Change Identification Using
Multitemporal Landsat in PT. Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Cerenti.
Supervised by Dr Ir Muhammad Buce Saleh MS.
Geographic information system (GIS) with Landsat satellite is a method to
to find out accurate information on forest cover change for fast and efficient
monitoring. This research was conducted in Sektor Cerenti, PT RAPP, Provinsi
Riau. The purpose of this research are to get the results of land cover classification
changes using Landsat in Sector Cerenti within the period of 1996–2014. The
result of land cover classification trough visual classification of the study area is
able to distinguish in early plantation forest, middle plantation forest, old

plantation forest, natural forest, open land and oil palm. Data on the short
frequency aims to monitor the rapid changes in land cover changes as a result of
the management. Changes in land cover classes based on age occurs due to
logging and regrowth are routinely performed in Sector Cerenti. While data on the
long-term frequency aims to see the rate of change of natural forests to plantations
forest. The natural forest area was decrease 20 535.88 hectares during the 18
years. It means that the average of natural forest area decreasing between 1996 to
2014 period amounted to 1 140.28 hectares / year.
Keywords: visual classification, land cover change, GIS

IDENTIFIKASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTIWAKTU DI PT.
RIAU ANDALAN PULP AND PAPER SEKTOR CERENTI

GALIH CITRA YOGYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat
Multiwaktu di PT. Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Cerenti.
Nama
: Galih citra Yogyanti
NIM
: E14110038

Disetujui oleh

Dr Ir Muhammad Buce Saleh MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman MSc F Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini ialah
perubahan tutupan lahan, dengan judul Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat Multiwaktu di PT. Riau Andalan Pulp and Paper
Sektor Cerenti.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Buce Saleh
MS selaku dosen pembimbing, keluarga besar Laboratorium GIS dan Remote
Sensing Departemen Manajemen Hutan yang selama ini telah membantu dalam
pengolahan data. Rekan-rekan UKF IPB, keluarga besar Manajemen Hutan 48,
teman-teman hidrologi yang memberikan motivasi dan dukungan. Selain itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada direksi beserta seluruh staf dan karyawan

PT. Riau Andalan Pulp and Paper, khususnya kepada Bapak Rudiyanto selaku
Manager Sektor Cerenti, Bapak Renda sinaga selaku Askep Perencanaan Hutan,
Bapak Fajar Dwi Sulistyanto selaku pembimbing lapang dan teman - teman satu
bimbingan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak dan seluruh Keluarga, serta
chws atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Galih Citra Yogyanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

3

Waktu dan Lokasi Penelitian

3

Bahan

3

Alat

4

Prosedur Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Keadaan Umum Lokasi

8

Identifikasi Objek di Lapangan

9

Analisis Separabilitas

10

Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi

11


Klasifikasi Tutupan Lahan pada Citra Landsat Multiwaktu

13

Analisis Perubahan Tutupan Lahan

17

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

20


DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

41

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

Karakteristik band citra Landsat 8
Matriks kesalahan (confusion matrix)
Kelas kelerengan Sektor Cerenti
Fungsi Hutan di areal kerja PT. Riau Andalan Pulp and Paper
berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan (SK.180/MenhutII/2013 pada tanggal 21 Maret 2013)
Perhitungan uji akurasi klasifikasi
Luas tutupan lahan periode 1996–2014
Perubahan tutupan lahan dari tahun 1996 hingga tahun 2000
Perubahan tutupan lahan dari tahun 2000 hingga tahun 2014
Perubahan tutupan lahan dari tahun 2013 hingga tahun 2014

5
7
8

9
12
13
17
17
19

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peta sebaran titik lokasi penelitian di Sektor Cerenti
Susunan hierarki unsur interpretasi citra (Estes et al. 1983)
Peta tutupan lahan Sektor Cerenti tahun 1996
Peta tutupan lahan Sektor Cerenti tahun 2000
Peta tutupan lahan Sektor Cerenti tahun 2013
Peta tutupan lahan Sektor Cerenti tahun 2014
Laju perubahan hutan alam ke HTI

3
11
15
15
16
16
18

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sembilan belas jenis tutupan lahan hasil pengamatan lapangan
Hasil Sparabilitas 22 kelas tutupan lahan
Hasil Sparabilitas 12 kelas tutupan lahan
Hasil Sparabilitas 6 kelas tutupan lahan
Proses re-group kelas tutupan lahan
Peta perubahan lahan tahun 1996 - 2000
Peta perubahan lahan tahun 2000 - 2014
Peta perubahan lahan tahun 2013 - 2014

22
33
35
36
37
38
39
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan
sumber kemakmuran rakyat, yang berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan serta lingkungan biotik maupun abiotik lainnya yang tidak
dapat dipisahkan. Namun, saat ini keadaan hutan cenderung menurun kondisinya,
oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal dan dijaga
daya dukungnya secara lestari. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
hutan terdapat beberapa stakeholder yang terlibat, baik masyarakat, pemerintah,
LSM maupun swasta.
Status pemanfaatan kawasan hutan produksi sampai dengan akhir 2010
melalui pemberian izin adalah sebesar 34 849 788 ha. Luas pemanfaatan ini terdiri
dari IUPHHK-HA seluas 24 503 875 ha (301 unit), IUPHHK-RE seluas 182 005
ha (3 unit), IUPHHK-HT seluas 9 432 835 ha (237 unit) Hutan Kemasyarakatan
dan Hutan Desa seluas 77 825 ha, pencadangan areal untuk izin HTR seluas 631
628 ha, dan IUPHH-BK seluas 21 620 ha (1 unit). Dengan mengacu dari data
tersebut kawasan hutan produksi seluas ± 59 juta ha, maka masih terdapat kurang
lebih 24.2 juta ha belum termanfaatkan dengan kondisi tidak seluruhnya berupa
hutan alam dan bebas konflik (Kemenhut 2011).
Dalam kepentingan pengelolaan hutan, dan pemanfaatan hutan telah ada
sejak tahun 2007 berbagai perusahaan swasta yang diberi izin melakukan
pemanfaatan hasil hutan, berkaitan pemanfaatan tersebut pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kehutanan No: P.19/Menhut–II/2007 mengatur mengenai
pemberian izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu kepada pihak swasta pada hutan
tanaman industri dalam hutan tanaman pada hutan produksi. Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman pada Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTI adalah
izin usaha untuk membangun hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun
oleh kelompok industri untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri.
Perkembangan hutan tanaman di sektor industri pulp dan kertas dari tahun
ke tahun dapat dikatakan konstan kecuali pada periode 2006–2007. Pada periode
ini target devisa yang diharapkan tidak tercapai karena adanya masalah hukum
dalam pembangunan hutan tanaman pada periode desentralisasi (2000–2003).
Disadari bahwa dengan adanya keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi,
pembangunan hutan tanaman industri dapat menjadi tumpuan devisa negara untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan industri kayu. Namun faktanya Data
Kementrian Kehutanan mencatat sampai dengan akhir tahun 2010 luas hutan
tanaman baru mencapai ± 4.3 juta ha dari izin yang telah terbit seluas ± 9.8 juta ha.
Praktek silvikultur sangat menentukan produktivitas hutan tanaman. Penyiapan
lahan yang banyak merusak lapisan permukaan tanah dan serasah memberikan
kontribusi yang sangat signifikan pada produktivitas hutan tanaman yang rendah. PT
Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) merupakan sebuah perusahaan atau
industri yang bergerak dalam bidang produksi bahan pembuat kertas dan pengolahan
kertas yang berdiri pada awal tahun 1992 yang berlokasi di Desa Pangkalan Kerinci,
Pekanbaru, Provinsi Riau. PT RAPP setiap tahun menanam lebih dari 100 000 ha

2

dengan berbagai macam jenis tanaman monokultur yang dikembangkan seperti
Acasia mangium, Acasia crassicarpa dan Eucalyptus pellita. Seiring perkembangan
Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia semakin meningkat, HTI tidak hanya
dapat memberikan keuntungan ekonomis namun dapat pula memberikan keuntungan
ekologis untuk lingkungan sekitar.
Kegiatan pengelolaan hutan menyebabkan perubahan pada kondisi hutan PT.
RAPP dari tahun ke tahun. Kegiatan tersebut meliputi pemanenan, pembukaan
wilayah hutan dan lain sebagainya, namun PT. RAPP berupaya tetap menjaga
keberadaan hutan dengan menjalankan program pembibitan serta penanaman. Adanya
kegiatan pengelolaan hutan sehingga diperlukan informasi yang akurat dan terkini
tentang perubahan tutupan kelas hutan di PT. RAPP untuk upaya monitoring yang
cepat dan efisien. Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
penginderaan jauh. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni dalam memperoleh
informasi mengenai objek, area, atau fenomena melalui analisis yang diperoleh
dengan alat tanpa kontak langsung (Lillesand et al. 1990). Penginderaan jauh dan
Sistem Informasi Geografis memiliki keunggulan dalam memberikan informasi
yang lengkap, efisien dan relatif akurat sehingga dapat mempermudah kegiatan
pengambilan data lapangan dengan biaya yang relatif murah. Menurut Lillesand et
al. (1990) aspek temporal alamiah penting untuk interpretasi foto karena faktor
pertumbuhan vegetasi dan kelembaban tanah bervariasi selama setahunnya, untuk
identifikasi tanaman, hasil yang lebih positif dapat diperoleh apabila menggunakan
foto udara pada berberapa kali pemotretan selama siklus pertumbuhannya.
Penggunaan citra multiwaktu yang dimanfaatkan dan dikombinasikan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memudahkan dalam proses monitoring baik
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang agar laju kerusakan lingkungan yang
dapat mengurangi produksi dapat dihindari. Seperti yang dikatakan Sutanto (1992),
data penginderaan jauh multitemporal merupakan data suatu daerah yang
menggambarkan kondisi dan saat perekaman yang berbeda, dengan adanya data
dengan frekuensi ulang yang pendek maka hal tersebut memungkinkan untuk
memantau perubahan yang cepat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi laju perubahan tutupan
kelas hutan berdasarkan pengelolaan yang dilakukan HTI menggunakan citra
beresolusi sedang pada PT. RAPP, Sektor Cerenti, Desa Munsalo Kopah,
Kecamatan Kuntan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau selama
periode 1996–2014. Khususnya perubahan pada periode pendek dan panjang.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data terbaru mengenai
perkembangan luasan hutan dan bentuk perubahan tutupan lahan di PT. Riau
Andalan Pulp and Paper, serta penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan untuk melakukan monitoring hutan Indonesia.

3

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan September
2015. Tahap pra-pengolahan citra dilaksanakan pada bulan Januari sampai
Februari 2015 yang bertempat di Laboratorium Remote Sensing dan GIS,
Departemen Manajemen Hutan. Tahap Pengambilan data lapang dilaksanakan
pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di PT. RAPP, Sektor Cerenti, Desa
Munsalo Kopah, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau. Secara geografis terletak pada 0o34’0’’–0o43’30’’ Lintang Selatan
dan 101o 35’0’’–101o51’0’’ Bujur Timur. Pengolahan data, analisis data, dan
penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Mei samapi dengan September 2015
yang berlokasi di Laboratorium Remote Sensing dan GIS, Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Peta lokasi penelitian disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Peta sebaran titik lokasi penelitian di Sektor Cerenti
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu data citra Landsat 5 perekaman bulan Juni
1996 dan Mei 2000 serta citra Landsat 8 (OLI) perekaman bulan Juni 2013 dan
Juni 2014 dengan path/row 126/60, peta batas kawasan Sektor Cerenti PT. RAPP,
serta peta batas administrasi, peta jaringan jalan dan jaringan sungai Kabupaten
Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

4

Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Global Positioning
System (GPS), kamera digital, alat tulis, tally sheet, dan seperangkat laptop yang
dilengkapi dengan software ERDAS Imagine 9.1, ArcGis 9.3, Microsoft Excel
2007, dan Microsoft Word 2007.
Prosedur Analisis Data
Pengumpulan data sekunder berupa literatur yang berkaitan dengan topik
penelitian, yaitu data Citra Landsat multitemporal. Data citra satelit diperoleh
melalui alamat situs: http://earthexplorer.usgs.gov/. Selain itu, data yang
digunakan untuk memperoleh kondisi umum dan jumlah tutupan lahan di Sektor
Cerenti yaitu peta batas administrasi dan peta jaringan jalan Kabupaten Kuantan
Singingi, Provinsi Riau.
Prapengolahan Citra
Prapengolahan citra merupakan langkah awal sebelum dilakukan
pengolahan citra lebih lanjut. Pada tahapan ini terdiri proses Pembuatan Citra
Komposit,Georeferencing, Pansharpening dan Pemotongan Citra.
1. Pembuatan Citra Komposit
Citra yang digunakan pada penelitian ini yaitu citra Landsat 5 tahun
perekaman 1996 dan 2000 serta Landsat 8 tahun perekaman 2013 dan 2014 yang
masih berbentuk format TIFF. Langkah awal dalam pengolahan citra satelit
adalah merubah format data mentah dari format TIFF menjadi format yang dapat
diolah oleh perangkat lunak pengolah citra dengan format img. Proses selanjutnya
yaitu layer stack. Proses ini merupakan proses penggabungan beberapa band pada
citra sehingga terbentuk band citra komposit. Citra gabungan pada citra Landsat 8
merupakan gabungan dari band 1 sampai 7 dan band 9, sedangkan citra gabungan
pada citra Landsat 5 merupakan gabungan dari band 1 sampai 7. Kombinasi band
yang digunakan untuk pengolahan data pada citra komposit Landsat 8 adalah
kombinasi band 7–5–4. Komposit ini dibuat dengan menggunakan panjang
gelombang atau spektrum SWIR–2 ( 2.11–2.1λ m), spektrum NIR ( 0.85–0.88
m) dan spektrum merah ( 0.64–0.67) secara berturut-turut pada bidang warna
red, green, blue pada saat menampilkan citra. Menurut Wahyuni (2014)
Kombinasi band 7–5–4 merupakan gabungan dari band 7 (SWIR–2), band 5 (NIR)
dan band 4 (red). Kombinasi band ini dapat dipilih karena hasil kenampakan secara
visual citra lebih mendekati warna alam dan informasi kenampakan tutupan lahan
yang ada cukup banyak. Kombinasi band yang digunakan untuk pengolahan data
pada citra komposit Landsat 5 adalah kombinasi band 5–4–3. Komposit ini dibuat
dengan menggunakan panjang gelombang atau spektrum infra merah sedang (
1.2~3.2 m), infra merah dekat ( 0.7~0.λ m) dan spektrum merah atau hijau (
0.6~0.7 m atau 0.5~0.6 m) secara berturut-turut pada bidang warna red,
green, blue pada saat menampilkan citra (Jaya 2010).
2. Georeferencing
Georeferencing merupakan proses pemberian koordinat peta pada citra.
Sistem proyeksi citra yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator

5

(UTM). Kawasan hutan Sektor Cerenti, PT. RAPP termasuk wilayah Riau yang
terletak pada zona 48S dan datum yang digunakan adalah World Geographic
System 84 (WGS 84).
3. Pansharpening
Pansharpening merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mempertajam kenampakan objek pada citra dalam melakukan analisis visual.
Penajaman objek ini dilakukan dengan menggabungkan citra multiband
(1,2,3,4,5,6,7 dan 9) yang memiliki resolusi 30 meter x 30 meter dan band
pankromatik (band 8) yang memiliki resolusi spasial 15 meter x 15 meter.
Karakteristik band landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 1.
Proses penggabungan ini menghasilkan citra yang memiliki banyak warna
dengan resolusi spasial yang lebih tinggi yaitu 15 meter x 15 meter. Metode
penggabungan citra yang digunakan adalah metode Brovey Transform atau
Transformasi Brovey. Metode ini merupakan metode yang paling populer untuk
memadukan dua macam citra yang berbeda resolusi spasial (Danoedoro dalam
Wahyuni 2014). Metode Brovey Tranform dapat diketahui dengan rumus:

Saluran_MP =
Saluran_HP =
Saluran_BP =
Keterangan :
M = saluran merah
B = saluran biru
H = saluran hijau
P = saluran pankromatik
Tabel 1 Karakteristik band citra Landsat 8
Saluran
1 Coastal blue
2 Blue
3 Green
4 Red
5 NIR
6 SWIR 1
7 SWIR 2
8 PANKROMATIK
9 Cirrus
10 TIRS 1
11 TIRS 2

Panjang gelombang ( m)
0.43–0.45 m
0.45–0.51 m
0.53–0.5λ m
0.64–0.67 m
0.85–0.88 m
1.57–1.65 m
2.11–2.2λ m
0.50–0.68 m
1.36–1.38 m
10.6–11.1λ m
11.5–12.51 m

Resolusi spasial (m)
30 m
30 m
30 m
30 m
30 m
30 m
30 m
15 m
30 m
100 m
100 m

Sumber : USGS (2014)

4 . Pemotongan Citra atau Cropping
Pemotongan citra atau cropping merupakan proses pemotongan citra sesuai
dengan batas kawasan lokasi penelitian. Pemotongan citra dilakukan dengan
tujuan untuk memperkecil daerah yang dikaji sesuai dengan daerah yang menjadi

6

fokus penelitian, yaitu Sektor Cerenti, PT. RAPP dan mereduksi volume data citra
supaya proses kerja pada komputer dapat lebih ringan.
Pengambilan Data Lapangan (Ground Check)
Pengambilan data lapangan atau ground check dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai keadaan tutupan lahan yang sebenarnya di
lapangan dan titik-titik koordinat dari tutupan lahan. Pengambilan titik-titik
dengan menggunakan GPS. Kegiatan yang dilakukan adalah pengambilan titiktitik jenis tutupan lahan yang telah diidentifikasi pada citra untuk dibandingkan
dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Jumlah titik untuk kegiatan ground
check sebanyak 163 titik koordinat.
Klasifikasi Tutupan Lahan
Klasifikasi citra merupakan suatu proses penyusunan, pengurutan, atau
pengelompokan semua piksel yang terdapat didalam band citra ke dalam beberapa
kelas berdasarkan kriteria sehingga menghasilkan peta tematik (Prahasta 2008).
Penafsiran citra Landsat pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode
analisis visual. Pembuatan batas setiap kelas tutupan lahan dilakukan dengan
deliniasi dilayar komputer (on-screen digitation). Klasifikasi dilakukan dengan
bantuan unsur interpretasi seperti rona atau warna (tone), tekstur, bentuk, pola,
ukuran, bayangan, asosiasi, dan situs.
Penentuan Area Contoh (Training Area)
Penentuan area contoh dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil pengambilan titik obyek di lapangan. Pengambilan titik obyek di lapangan
harus mewakili satu kelas atau kategori tutupan lahan. Titik yang menjadi area
contoh (Training area) diambil ke dalam beberapa piksel dari setiap kelas
tutupan lahannya dan ditentukan lokasinya pada citra komposit untuk
menganalisis informasi statistik yang diperoleh dari lapang. Training area (area
contoh) diperlukan pada setiap kelas yang akan dibuat, dan diambil dari areal
yang cukup homogen. Secara teoritis jumlah piksel yang harus diambil per kelas
adalah sebanyak jumlah band yang digunakan plus satu (N+1). Akan tetapi pada
prakteknya, jumlah piksel yang harus diambil dari setiap kelas biasanya 10 sampai
100 kali jumlah band yang digunakan (10N~100N) (Jaya, 2010).
Analisis Separabilitas
Analisis separabilitas adalah analisis kuantitatif yang memberikan informasi
mengenai evaluasi keterpisahan area contoh (training area) dari setiap kelas,
apakah suatu kelas layak digabung atau tidak dan juga kombinasi band terbaik
untuk klasifikasi.
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode
Transformed Diverfegence (TD), metode ini digunakan untuk mengukur tingkat
keterpisahan antar kelas. TD akan berkisar antara 0 sampai dengan 2000. Semakin
kecil nilai semakin jelek separabilitasnya. Nilai nol sama dengan tidak bisa
dipisahkan, sedangkan nilai maksimum menunjukkan keterpisahan yang sangat
baik (excellent) (Jaya 2010).
Hasil analisis separabilitas diukur berdasarkan beberapa kriteria yang
dikelompokkan ke dalam lima kelas, setiap kelasnya mendeskripsikan kuantitas

7

keterpisahan tiap tutupan lahan. Kelima kelas yang diklasifikasikan menurut Jaya
(2010) yaitu:
1. Tidak terpisah
: < 1600
2. Kurang terpisah
: 1600 ≤ 1800
3. Cukup terpisahannya
: 1800 ≤ 1λ00
4. Baik keterpisahannya
: 1900 ≤ 2000
5. Sangat baik keterpisahannya
: 2000
Uji akurasi klasifikasi
Uji akurasi dilakukan untuk melihat besarnya kesalahan klasifikasi area
contoh sehingga dapat ditentukan besarnya presentase ketelitian pemetaan.
Analisis akurasi dilakukan dengan menggunakan matriks kesalahan (confusion
matrix) atau disebut juga matriks kontingensi. Ketelitian tersebut meliputi jumlah
piksel area contoh yang diklasifikasikan dengan benar atau salah, pemberian nama
kelas secara benar, presentase banyaknya piksel dalam masing-masing kelas serta
presentase kesalahan total. Adapun bentuk dari matriks kesalahan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Matriks kesalahan (confusion matrix)
Kelas referensi
A
B
C
Total piksel
Akurasi pengguna

Jumpah piksel
A
X11
X21
X31
X+1
X11/X+1

B
X12
X22
X32
X+2
X22/X+2

C
X13
X23
X33
X+3
X33/X+3

X1+
X2+
X3+
N

Akurasi pembuat
Total piksel
X11/X1+
X22/X2+
X33/X3+

Sumber: Jaya 2010
Akurasi yang bisa dihitung dari tabel di atas antara lain: User’s accuracy,
Producer’s accuracy, Overall accuracy dan Kappa accuracy. Secara matematis
jenis-jenis akurasi di atas dapat dinyatakan (Jaya 2010) sebagai berikut:








Keterangan:
N = jumlah piksel yang digunakan dalam contoh
r = jumlah baris atau kolom pada matriks kesalahan (jumlah kelas)
Xi+ = jumlah piksel dalam baris ke-i
X+i = jumlah piksel dalam kolom ke-i
Xii = nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i.
Xii = nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i.

8

Analisis Perubahan Tutupan Lahan
Penelitian ini menggunakan cara menumpangtindihkan (overlay) data
tutupan lahan pada periode waktu tahun 1996–2000, 2000–2014, dan 2013–2014.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui perubahan lahan adalah Thematic
Change
dengan
menggunakan
formula
sebagai
berikut
[Tuplah_λ6]++“_”++[Tuplah_00] yang artinya perubahan tutupan hutan dan
lahan dari tahun 1996 ke tahun 2000, sehingga data perubahan tutupan lahan
akibat pengelolaan hutan dan laju perubahan hutan alam ke hutan tanaman dapat
diketahui.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi
Letak Geografis
Secara administrasi pemerintahan areal kerja Sektor Cerenti dari PT. Riau
andalan Pulp and Paper terletak dalam wilayah Desa Munsalo Kopah, Kecamatan
Kuntan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Sedangkan secara
geografis areal kerja tersebut terletak pada 0o34’0’’–0o43’30’’ Lintang Selatan
dan 101o 35’0’’–101o51’0’’ Bujur Timur. Batas-batas areal kerja perusahaan
terdiri dari:
a. Sebelah utara berbatasan dengan areal kerja PT. Duta Palma Nusantara dan PT
Cerenti subur
b. Sebelah timur berbatasan dengan areal kerja PT. Cerenti Subur, dan Kabupaten
Indra Giri Hulu
c. Sebelah selatan berbatasan dengan areal kerja PT. Tri Bakti Sarimas dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan areal kerja PT. Tri Bakti Sarimas dan PT.Duta
palma nusantara
Luasan areal kerja PT. Riau Andalan Pulp and Paper sebesar 30 040 Ha
ditetapkan melalui persetujuan dari Menteri Kehutanan SK.180/Menhut–II/2013
pada tanggal 21 Maret 2013.
Iklim dan Topografi
Menurut klasifikasi Koppen, tipe iklim Kabupaten Kuantan Singingi adalah
tipe AFA (tropika basah) dengan curah hujan tahunan di atas 1500 mm dengan
temperatur maksimum rata-rata 32° C–33° C. Sementara itu, topografi Kabupaten
Kuantan Singingi secara keseluruhan berupa daratan. Kelas kelerengan di Sektor
Cerenti dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kelas kelerengan Sektor Cerenti
Kelas
0-3%
4-8%
9-15%
16-30%
Sumber : Sektor Cerenti

Luas (ha)
600.8
2 703.6
8 110.8
18 624.8

9

Kategori Kelas Hutan dan Lahan
Berdasarkan SK.180/Menhut–II/2013 pada tanggal 21 Maret 2013 tentang
penetapan kawasan hutan dan perairan Provinsi Riau, areal kerja PT. Riau
Andalan Pulp and Paper berdasarkan fungsi hutan sebagaimana disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 4 Fungsi Hutan di areal kerja PT. Riau Andalan Pulp and Paper berdasarkan
peta kawasan hutan dan perairan (SK.180/Menhut-II/2013 pada tanggal 21
Maret 2013)
Fungsi hutan
Tanaman Kehidupan
Tanaman Pokok
Hutan Alam
Sarana dan Prasarana
Tanaman Unggulan
Jumlah

Luas (ha)
1 953
20 115
5 995
700
1 277
30 040

Persen (%)
6.50
66.96
19.96
2.33
4.25
100

Sumber : Sektor Cerenti

Tanaman pokok yang ada dalam wilayah kawasan hutan PT. Riau Andalan
Pulp and Paper, Sektor Cerenti adalah Acacia mangium, Acacia crassicarpa,
Eucalyptus sp. Acacia crassicarpa, selain itu terdapat pula hutan alam (MHW /
Mix Hard Wood) dengan 150 spesies diantaranya Melaluca leucadendron, meranti
dan juga tanaman hutan lindung untuk rehabilitasi. Pohon yang dilindungi antara
lain sialang (sebutan masyarakat untuk jenis pohon yang menjadi tempat
bersarangnya lebah) seperti ramin dan kempas.
Identifikasi Objek di Lapangan
Kegiatan interpretasi secara visual merupakan kegiatan identifikasi citra
melalui kemampuan interpreter mengenali elemen elemen interpretasi citra, yang
tentunya perlu didukung data acuan lapangan untuk referensi agar mengetahui
gejala dan proses yang terjadi pada objek interpretasi. Menurut Roscoe diacu
dalam Sutanto (1992) dalam melaksanakan pengambilan data lapangan
(groundcheck) diperlukan peta kerja untuk memudahkan pengambilan data
lapangan terarah lebih baik dan pelaksanaan yang lebih singkat, setelah dilakukan
pengambilan data lapangan tak jarang dilakukan interpretasi citra kembali untuk
mengembangkan informasi baru yang diperoleh melalui pengamatan langsung.
Pengambilan data lapangan dilakukan untuk menjaga ketelitian hasil
interpretasi, disamping itu hal ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran hasil
interpretasi citra dan koreksi bila perlu, selain itu pengambilan data lapangan juga
diperlukan untuk menambahkan data yang diperlukan yang tidak dapat dilihat
melalui citra (Sutanto 1992).
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan ditemukan 19 jenis
tutupan lahan dan lahan kosong yang berupa lahan siap tanam (ready for plant)
dan hutan tanaman dalam proses penebangan (harvesting in progress) serta badan
air dan sarana prasarana dari 163 titik pengamatan. Kategori kelas tutupan hutan
dan lahan terdapat pada Lampiran 1.

10

Analisis Separabilitas
Didalam menyimpulkan hasil interpretasi diperlukan unsur–unsur yang
mendukung dalam pengenalan objek. Pengenalan objek ini dilakukan untuk
dimanfaatkan kemudian hari sesuai disiplin ilmu yang mebutuhkannya. Menurut
Estes et al. (1983) diacu dalam Sutanto (1992) mengatakan dalam menyimpulkan
objek atau kondisi suatu daerah yang tergambar pada citra digunakan lebih dari
satu unsur yang masing masing mengarah ke satu kesimpulan, dan tidak ada yang
bertentangan. Asas inilah yang disebut konvergensi bukti. Lebih jauh Jaya (2010)
menjelaskan kegiatan penafsiran citra secara visual memiliki elemen elemen dasar
diagnostik penafsiran yang mencakup tone atau warna, tekstur, bentuk, pola,
ukuran, bayangan, lokasi dan asosiasi (Jaya 2010).
Analisis separabilitas merupakan analisis kuantitatif keterpisahan antar kelas
secara statistik yang didapatkan dari kelas yang dibuat pada saat penentuan
training area. Selain melihat keterpisahan antar kelas, analisis separabilitas ini
juga digunakan untuk mengetahui kombinasi band-band yang dipakai pada
penggabungan citra. Analisis separabilitas dilakukan untuk mengetahui suatu jenis
objek dapat teridentifikasi atau terdiskriminasi secara statistik sekaligus untuk
mengetahui kombinasi band yang baik (Jaya 2002). Dalam penelitian ini penulis
melakukan analisis separabilitas sebagai alat bantu pemisahan objek berdasarkan
warna atau rona objek.
Proses yang dilakukan sebelum analisis separabilitas yaitu pembuatan
training area. Pembuatan training area ini menggunakan 22 kelas tutupan lahan
yang ditemukan di lapangan dengan kombinasi 8 band. Dari 22 kelas tutupan
lahan yang dijadikan training area ternyata belum dapat memberikan hasil
keterpisahan antar kelas yang baik. Berdasarkan data hasil analisis separabilitas 20
kelas tutupan lahan, ditemukan beberapa kelas yang nilai separabilitasnya