Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk Jatigede.

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN ERECTION GIRDER
SERTA PEMODELAN 3D MENGGUNAKAN SOFTWARE
TEKLA STRUCTURE17 PADA SPILLWAY WADUK
JATIGEDE

RAUDHOTUL JANNAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektifitas
Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software
TEKLA Structure17 pada Spillway Waduk Jatigede adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Raudhotul Jannah
NIM F44110012

1

ABSTRAK
RAUDHOTUL JANNAH. Efektifitas
Pelaksanaan Erection Girder serta
Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk
Jatigede. Dibimbing oleh MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
Salah satu ruang lingkup yang dikerjakan dalam pembangunan waduk Jatigede ini adalah
pembangunan saluran pelimpah (Spillway). Tubuh pelimpah yang di bagian atasnya terdapat
mercu merupakan salah satu bagian konstruksi yang terdapat dalam pelaksanaan pembangunan

Spillway. Pada bagian atas mercu inilah nantinya akan dibuat bangunan (ruangan kontrol)
sebagai penghubung antara ruangan dan juga sekaligus menjadi tumpuan dari bangunan maka
diperlukan jembatan. Pelaksanaan konstruksi tersebut menggunakan dua metode yaitu metode
crawler crane dan metode launcher girder. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei
2015 di proyek pembangunan Waduk Jatigede, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten
Sumedang ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pekerjaan konstruksi pada proyek
pembangunan bangunan pelimpah Waduk Jatigede dibagi ke dalam 4 tahap, di antaranya
pekerjaan persiapan, sub struktur, struktur, dan super struktur.. Salah satu faktor yang
mempengaruhi erection girder adalah terjadi kecelakaan dalam penurunan girder di lapangan.
Setelah melihat kelebihannya maka dipilih metode launcher girder dikarenakan dari segi biaya,
kepresisian alat, cara operasi, dan resiko lebih baik dari crawler crane.Pemodelan 3D dilakukan
dengan program Tekla Structures 17 berdasarkan data Detail Engineering Design Spillway
Waduk Jatigede. Pemodelan secara 3D pada bangunan Spillway Waduk Jatigede dilakukan
dengan menggambar grid, kolom, dan balok. Kolom yang digunakan pada bangunan Spillway
Jatigede ini bermacam-macam ukuranya.
Kata kunci: crane, girder, Jatigede, launcher, Spillway

ABSTRACT
RAUDHOTUL JANNAH. The Effectiveness of The Erection Girder
Implementation and 3D Modeling Using Software TEKLA Structure17 at The

Spillway of Jatigede Dam. Supervised by MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
One of the scope that was done in this Jatigede dam construction is the construction of
Spillway. Spillway body that at the top there is a lighthouse construction parts contained in the
implementation of the Spillway construction. At the top of the lighthouse this will be made of the
building (room control) as a liaison between the room and also became a cornerstone of building
the necessary bridges. The construction is using two methods: the method of crawler cranes and
the method of girder launcher. The research, conducted in March-May 2015 in Jatigede Dam
construction project, Cijeungjing Village, District Jatigede, Sumedang District uses primary data
and secondary data. The Spillway construction of Jatigede dam project divided into four stages,
including the preparatory work, sub-structure, structure, and super structure. One of the factors
that affect erection girder is an accident in drop off a girder in the field. After seeing the benefits
then the method of girder launcher is chosen in terms of cost, precision tools, ways of operating,
and the risk is better than crawler cranes. 3D modeling is done with Tekla Structures program 17
based on Detail Engineering Design data Spillway Jatigede. 3D modeling in building Spillway
Jatigede done by drawing a grid, columns, and beams. Columns used in the building's Spillway
Jatigede assortment of size.
Keywords: crane, girder, Jatigede, launcher, Spillway

ii


iii

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN ERECTION GIRDER
SERTA PEMODELAN 3D MENGGUNAKAN SOFTWARE
TEKLA STRUCTURE17 PADA SPILLWAY WADUK
JATIGEDE

RAUDHOTUL JANNAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


iv

vi

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Mei 2015 ini ialah manajemen konstruksi,
dengan judul Efektifitas
Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D
Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk Jatigede
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Machmud Arifin Raimadoya, Msc. sebagai dosen pembimbing atas arahan
dan bimbingannya.
2. Pimpinan/Direksi Satuan Kerja Non Vertikal, Pembangunan Waduk Jatigede
yang telah memberikan kesempatan untuk mempelajari dan telah emmbantu
dalam proses pengumpulan data.
3. PT. Indra Kaya Konslutan beserta jajaran staf yang sangat membantu dan

memberikan perhatiannya selama pelaksanaan penelitian.
4. PT. Wijaya Karya Tbk beserta jajaran staf yang sangat membantu dan
memberikan prhatiannya selama pelaksanaan penelitian.
5. Mamah, Papah, Teteh, Mas, dan Keponakan (Kinara) yang telah
mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayangnya yang tulus serta
dukungan secara moril dan materil.
6. Rekan-rekan satu bimbingan (Risda Gustriani, Anugrah Susilowati, Fachru
Bahari J, dan Hasfan Limrah) atas segala bantuan dan kerjasaanya.
7. Jundi Naufaldito Nibras atas segala perhatian dan dukungan yang senantiasa
diberikan.
8. Rekan-rekan 17 (jundi, risda, marin, sisca, aulia, octa, briza, ulya, hafiz, ryan,
mora,aad, sukma, agy)dan seluruh SIL 48 yang selalu ada memberikan
dukungan.
9. Sisca Wulansari, Zella Aulia Anggriani, Ika Yuliani Fatma Hadi, dan Tika
Cahyanti yang selalu ada memberikan dukungan.
Penulis berterimakasih terhadap dukungan dan masukkan bermanfaat untuk
kesempurnaan penyusunan skipsi ini. Harapannya segenap pihak yang terkait
dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi agar laporan ini dapat berguna
bagi pihak yang membacanya.


Bogor, Juni 2015

Raudhotul Jannah

1

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

3

DAFTAR GAMBAR

3

DAFTAR LAMPIRAN

5

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian


3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Permodelan

3

Tekla Structures

6

Kelebihan Tekla Structure

7

Launchig


8

Pengertian Erection Girder

10

Alat dan Bahan

12

Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede

16

Data Proyek

17

METODE


19

Waktu dan Tempat

19

Bahan

19

Alat

20

Prosedur Analisis Data

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Pekerjaan Erection Girder

28

Erection Girder Metode Crawler Crane

29

Erection Girder Metode Launcher Giirder

38

Pemodelan 3D Menggunakan Tekla Structures 17

40

Faktor – Faktor Resiko yang Mempengauhi Erection Girder

41

SIMPULAN DAN SARAN

42

Simpulan

42

2

3

Saran

42

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

55

DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Lokasi Pemasangan Girder

14

2. Tabel 2. Spesifikasi Girder

15

3. Tabel 3. Data Umum Proyek

17

4. Tabel 4. Data Teknis Proyek

18

5. Tabel 5. Variabel Penelitian

21

6. Tabel 6. Jenis-Jenis Pekerjaan Persiapan

26

7. Tabel 7. Jenis-Jenis Pekerjaan Sub-struktur (Tahapan Pekerjaan Bored Pile) 27
8. Tabel 8 Kebutuhan Crane Erection Girder

29

9. Tabel 9 Spesifikasi Mobile Crane

30

10. Tabel 10 Rincian Biaya Erection Girder dengan Metode Crawler Crane

37

11. Tabel 11 Rincian Biaya Erection Girder dengan Metode Launcher Girder 39

DAFTAR GAMBAR
12. Gambar 1 Girder Tipe Balok I

4

13. Gambar 2 Girder Tipe Box Girder

5

14. Gambar 3 Girder Tipe Balok T

5

15. Gambar 4 Kolaborasi pihak yang terlibat dalam proyek (Tekla, 2011)

7

16. Gambar 5 Metode Launchig Frame

8

17. Gambar 6 Metode Span by Span

9

18. Gambar 7 Metode Balanced Cantilever

9

19. Gambar 8 Metode Launching Carrier

10

20. Gambar 9 Erection dengan Menggunakan Hidraulic Jack

11

21. Gambar 10 Erection dengan Menggunakan Crane

11

22. Gambar 11 Mobile Crane

12

23. Gambar 12 Crawler Crane

13

24. Gambar 13 Trailer Truck

14

4

5

25. Gambar 14 Sika Grout

16

26. Gambar 15 Lokasi Waduk Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 2013) 19
27. Gambar 16 Layout Bendungan Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung,
2013)

19

28. Gambar 17 Grid Bridge Spillway

22

29. Gambar 18 Permodelan Kolom Bridge Spillway

22

30. Gambar 19 Permodelan Balok Bridge Spillway

23

31. Gambar 20 Diagram Alir Prosedur Penelitian

24

32. Gambar 21. ( a ) & ( b ) Macam – Macam Contoh Alat Girder Launcher.

29

33. Gambar 22 Alur Erection Girder Paralel

30

34. Gambar 23 Layout Erectipn Girder

31

35. Gambar 24 Layout Erection Girder Zona 2

32

36. Gambar 25 Layout Erection Girder Zona 3

34

37. Gambar 26 Zona Penempatan Balok

41

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Denah Rencana Erection Girder (PT. WIKA, 2014)

46

2. Lampiran 2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Erction Girder Spillway (PT.
WIKA, 2014)
47
3. Lampiran 3 Denah Pemodelan Spillway

48

4. Lampiran 4 Pemodelan Spillway

49

5. Lampiran 5 Pemodela Spillway

50

6. Lampiran 6. Flow Chart Metode Crawel Crane

51

7. Lampiran 7. Flow Chart Metode Launcher

52

8. Lampiran 8 Dokumentasi Pelaksanaan Erection Girder di Spillway

53

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi seluruh
makhluk hidup di muka bumi ini. Sehingga perenungan atas segala perilaku
terhadap air dan sumber-sumbernya serta komitmen dalam pemulihan dan
pelestarian air dan sumber-sumbernya menjadi sangatlah penting, agar air dapat
diwariskan kepada generasi berikutnya dengan baik. Pengelolaan air yang
dilakukan dengan tidak bijaksana akan menimbulkan dampak yang buruk
terhadap kehidupan manusia, berupa bencana kekeringan dan banjir yang datang
silih berganti. Pengelolaan sumber daya air harus dapat memberikan manfaat
yang besar dan menekan kerugian yang dipicu daya rusak air hingga sekecil
mungkin serta pengelolaan tersebut dilaksanakan secara berkelanjutan. Salah satu
bentuk pengelolaan tersebut
adalah dengan melaksanakan pembangunan
bendungan atau waduk.
Berdasarkan kondisi yang ada dan permasalah yang timbul di Sungai
Cimanuk maka dibangunlah Waduk Jatigede dengan beberapa alasan yang
melatar belakanginya. Alasan tersebut diantaranya karena ratio perbandingan
antara debit banjir dengan debit kering yang besar dimana fluktuasi debit di
Sungai Cimanuk yang tercatat di Bendung Rentang (infrastruktur sumber daya air
yang telah ada di Sungai Cimanuk) sangat besar : Qmax = 1.004 m3/det; Qmin =
4 m3/det, Ratio = 251. Selain itu, lahan kritis DAS Cimanuk pada saat ini telah
mencapai lebih kurang 110.000 Ha atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk.
Kemudian potensi air Sungai Cimanuk di Bendung rentang rata-rata sebesar 4,3
milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan 28% saja, sisanya terbuang ke laut
karena belum ada waduk. Lalu sistem irigasi rentang seluas 90.000 Ha
sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (river runoff),
sehingga pada musim kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang
mengakibatkan kekeringan. Dan yang tidak kalah penting di wilayah hilir Sungai
Cimanuk (Pantura CIAYU) pada musim kemarau telah pula terjadi krisis
ketersediaan air baku untuk keperluan domestik, perkotaan dan industri. Oleh
karena itu, dihasilkan keputusan bahwa Waduk Jatigede perlu segera dibangun
guna mengatasi krisis air tersebut, baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi
Rentang maupun air baku untuk wilayah Pantura CIAYU.
Bendungan atau DAM adalah konstruksi untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kementrian Pekerjaan
Umum Indonesia mendefiniskan bendungan sebagai bangunan berupa tanah, batu,
beton atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung
air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur. Dalam
proses pembangunan sebuah bendungan, maka terdapat unsur-unsur penting yang
harus ada, diantarnya inti bendungan, bangunan pelimpah (Spillway) dan
terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain yang berfungsi
sebagai saluran irigasi.
Salah satu ruang lingkup yang dikerjakan dalam pembangunan waduk
Jatigede ini adalah pembangunan saluran pelimpah (Spillway). Bangunan

2

pelimpah merupakan bangunan pelengkap utama pada sebuah waduk yang
berfungsi umtuk mengalirkan atau melimpahkan kelebihan air pada saat terjadi
banjir besar apabila elevasi muka air di waduk sudah melebihi elevasi rencana
muka air maksimum. Oleh karena itu, proses pembangunan bangunan pelimpah
(Spillway) harus sangat diperhatkan. Elemen dalam pelaksanaan pembangunan
Spillway, tidaklah satu melainkan berbagai macam yang nantinya akan saling
berhubungan dan saling menopang. Bangunan pelimpah pada Waduk Jatigede
dibagi kedalam 5 bagian konstruksi yaitu, landasan muka (Apron), saluran
pengarah (Approach Channel), tubuh pelimpah (Spillway) yang dibagian atasnya
ada mercu (Crest), saluran peluncur (Chute Channel), dan kolam peredam
(Plunge Pool).
Salah satu bagian konstruksi yang terdapat dalam pelaksanaan
pembangunan bagunan pelimpah (Spillway) adalah tubuh pelimpah yang dibagian
atasnya terdapat mercu. Pada bagian atas mercu inilah nantinya akan dibuat
bangunan (ruangan kontrol). Sebagai penghubung antara ruangan dan juga
sekaligus menjadi tumpuan dari bangunan maka diperlukan jembatan. Dalam
perencanaan pembangunan jembatan terdapat rencana metode pelaksanaan
kontruksi (erection) untuk girder yang digunakan, dalam hal ini terdapat dua
rencana metode pelaksanaan kontruksi (erection) pada pembangunan jembatan
Bangunan Pelimpah Waduk Jatigede. Dua metode pelaksanaan kontruksi
(erection) tersebut yaitu dengan metode crawler crane dan metode launcher.
Pada awal rencana proyek, yang digunakan adalah metode launcher girder,
sedangkan untuk metode pembanding agar pilihan tersebut tepat dan efektif
adalah dengan metode crawler crane. Dari kedua metode tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan untuk metode erection girder mengunakan launcher
dari segi keamanan lebih baik dari pada erection menggunakan crawler crane
maka diperlukan tinjauan ulang untuk segi biaya dan waktu dari metode – metode
tersebut. Dalam proses pemasangan jembatan (erction girder) waduk Jatigede
dipilihlah metode girder launcher. Kedua metode inilah yang menjadi elemen
yang dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini menitik beratkan pada
perbandingan metode Crawler Crane dan Girder Launcher dalam proses erction
girder untuk mengetahui metode mana yang paling efektif dilihat dari segi biaya,
waktu, craa operasi, mutu, dan resiko. Selain itu peneliian ini juga akan
mmenggunakan software TEKLA stucture 17 untuk mengetahui dan mendapatkan
pemodelan dari bangunan jembatan yang akan dibangun pada bangunan pelimpah
(Spillway).
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang
merupakan objek dari penelitian ini, yaitu:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan
erection girder.
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
metode erction girder.
3. Bagaimana efektifitas metode laucher girder dan crawler crane
sebagai alternatif meode erction girder

3

4. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan erction girder Bangunan
Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui metode yang digunakan untuk pelaksanaan pemasangan
grider atau erection grider.
2. Mengetahui metode yang paling efektif dan cocok untuk pelaksanaan
pemasangan grider atau erection grider.
3. Melakukan pemodelan 3D menggunakan Program Tekla Structures17
untuk menampilkan tahapan pelaksanaan dan bentuk dari komponen
struktur.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
menganalisis dan mengevaluasi efektifitas metode launcher girder dan crawler
crane pelaksanaan pada proses erection girder suatu proyek pembangunan
jembatan, dan bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dalam hal
manajemen proyek khususnya dalam hal efektifitas metode laucher girder pada
pelaksanaan suatu proyek pembangunan serta bagaimana memodelkan struktur
bangunan dalam bentuk tiga dimensi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup atau batasan masalah penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap efektifitas metode launcher
girder dan crawler crane serta pemodelan 3D pada proses erection
girder Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede.
b. Efektifitas metode launcher girder dan crawler crane dianalisis
berdasarkan waktu, biaya, cara operasi, mutu, dan resiko.
c. Faktor-faktor resiko apa saja yang mempengaruhi keterlambatan proyek
d. Bagaimana mengantisipasi faktor-faktor risiko tersebut sehingga kinerja
waktu pelaksanaan proyek dapat tercapai.
e. Pemodelan 3D dilakukan menggunakan program Tekla Structures17.

TINJAUAN PUSTAKA
Girder
Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier
ataupun abutment pada suatu jembatan atau fly over (Supriadi, 2007). Umumnya
girder merupakan balok baja dengan profil I, namun girder juga dapat berbentuk
box (box girder), atau bentuk lainnya. Menurut material penyusunnya girder
dapat terdiri dari girder beton dan girder baja. Sedangkan menurut sistem
perancangannya, girder terdiri dari girder precast yaitu girder beton yang telah di

4

cetak di pabrik tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut di bawa ke
tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat pemasangan dapat
menggunakan girder crane. Selain girder precast, juga dikenal istilah on-site
girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan pembangunan jembatan,
girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya yaitu
dengan menggunakan bekisting sebagai cetakannya.
Sehingga yang disebut jembatan sistem girder adalah sebuah struktur
bangunan jembatan yang komponen utamanya (balok) berbentuk girder. Girder ini
dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau kayu. Panjang
bentang jembatan girder beton bertulang ini dapat sampai 25 m, dan untuk jenis
girder yang menggunakan beton prategang umumnya memiliki panjang bentang di
atas 20 m sampai 40 m. Contoh jembatan girder yang paling umum kita jumpai
adalah jembatan sungai.
Setiap bentuk girder memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Girder dengan profil balok I memiliki kelebihan pada pengerjaannya yang mudah
serta cepat dalam berbagai jenis kasus, namun jika jembatan yang akan dibangun
memiliki bentuk kurva, girder balok I menjadi lemah karena kurang kuat terhadap
kekuatan puntir/memutar, yang sering disebut sebagai torsi. Web kedua pada
balok I perlu ditambahkan dalam gelagar kotak untuk meningkatkan kekuatan
stabilitas untuk menahan torsi, Hal ini membuat gelagar kotak/box girder
merupakan pilihan yang tepat untuk jembatan dengan bentuk kurva.
Menurut bentuknya, jenis girder dapat dibedakan menjadi balok I, box
girder, balok T (Supoyo, 2007). Girder dengan bentuk balok I sering disebut
dengan PCI Girder (yang dibuat dari material beton). Girder ini dapat terbuat dari
bahan komposit ataupun bahan non komposit, dalam memilih hal ini perlu
dipertimbangkan berbagai hal seperti jenis kekuatan yang diperlukan dan biaya
akan akan dikeluarkan.

Gambar 1 Girder Tipe Balok I
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Box girder sangat cocok digunakan untuk jembatan bentang panjang.
Biasanya box girder didesain sebagai struktur menerus di atas pilar karena box
girder dengan beton prategang dalam desain biasanya akan menguntungkan untuk
bentang menerus. Box girder sendiri dapat berbentuk trapesium ataupun kotak.

5

Namun bentuk trapesium lebih digemari penggunaannya karena akan memberikan
efisiensi yang lebih tinggi dibanding bentuk kotak.

Gambar 2 Girder Tipe Box Girder
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Balok T ekonomis untuk bentang 40-60 ft. Namun pada struktur jembatan miring,
perancangan balok T memerlukan rangka kerja yang lebih rumit. Perbandingan
tebal dan bentang struktur pada balok T yang dianjurkan adalah sebesar 0,07
untuk struktur bentang sederhana dan 0,065 untuk struktur bentang menerus.

Gambar 3 Girder Tipe Balok T
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

6

Permodelan
Pemodelan adalah rencana, representasi atau deskripsi yang menjelaskan
suatu objek, sistem, konsep yang seringkali berupa penyederhanaan atau
idealisasi. Model yang akan dibuat dapat digolongkan menjadi pemodelan dua
dimensi (2D), pemodelan tiga dimensi (3D) dan pemodelan empat dimensi (4D)
(Harganusel, 2011).
Pemodelan dua dimensi merupakan bentuk dari benda yang memiliki
panjang dan lebar. Penggambarannya hanya pada titik koordinat sumbu x dan
sumbu y. Pemodelan 3D adalah prosedur pengembangan model tiga dimensi
menggunakan perangkat lunak khusus. Prosedur ini dilakukan sebagai proses
untuk menciptakan sebuah model yang mewakili objek sebenarnya secara tiga
dimensi. Objek yang dibuatkan modelnya bisa berupa objek hidup ataupun benda
mati. Menurut Mehmet Hergunsel (2011) Penggambaran 3D merupakan
pengembangan lebih lanjut dari penggambaran 2D. Sebuah model tiga dimensi
dibuat dengan menggunakan sejumlah titik dalam ruang 3D, yang dihubungkan
dengan berbagai data geometris seperti garis, bidang datar, dan permukaan
melengkung yang menghasilkan bentuk tiga dimensi utuh menyerupai objek yang
dijadikan model.
Pemodelan 4D memberikan cara yang lebih cepat dan lebih efektif
menyampaikan informasi antar pihak proyek yang berkepentingan. Salah satu
informasi yang disampaikan adalah scheduling (jadwal pelaksanaan) konstruksi,
sehingga informasi bangunan akan dibangun hari demi hari dapat terlihat.
Program aplikasi 4D diantaranya Tekla Structures dan Autodesk Revit.
Pemodelan 4D merupakan pemodelan 3D dengan penambahan informasi
berupa waktu pelaksanaan proyek. Kelebihan pemodelan 4D diantaranya yaitu
menghasilkan desain dan jadwal yang lebih baik, perkiraan biaya yang lebih baik,
mengurangi CO (Change Orders), meningkatkan produktivitas dan mengurangi
pengerjaan ulang, komunikasi dari owner ke subkontraktor dan suplier menjadi
lebih baik (Rizki Aniendhita, 2010).
Tekla Structures
Tekla Corporation didirikan di Finlandia pada tahun 1966 dan memiliki
kantor pusat di Espoo, Finlandia, sedangkan kantor cabang dari Tekla
Corporation berada di Swedia, Denmark, Jerman dan Amerika Serikat. Tekla
memiliki penjualan bersih sebesar hampir 58 juta euro pada tahun 2010.
Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 500 orang dan memiliki pelanggan di
sekitar 100 negara (Tekla 2012). Tekla corporation memiliki empat jenis software
berdasarkan fungsi pekerjaan yang dihadapi, diantaranya Tekla Stuctures untuk
pekerjaan struktur, Tekla XCity untuk arsitektur, Tekla XPipe untuk perpipaan,
dan Tekla XPower untuk bagian elektrikal.
Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel di pertengahan
tahun 1990 (Jiang Xinan 2011). Tekla adalah aplikasi Building Information
Modelling yang dikembangkan oleh Tekla Corporation untuk keperluan
perhitungan dan rekayasa struktur termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang
bisa digunakan bagi para detailer, fabricator, manufaktur dan constructor. Modul

7

untuk keperluan manajemen konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini
(Khemlani 2008).

Gambar 4 Kolaborasi pihak yang terlibat dalam proyek (Tekla, 2011)
Software ini merupakan program bantu yang sangat canggih dan mampu
mempersingkat proses pendetailan, proses manufaktur atau fabrikasi dan
manjemen konstruksi, dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa Tekla merupakan
program yang dapat membantu penyelesaian suatu proyek mulai dari proses
perencanaan (pemodelan, analisa struktur, pendetailan), hingga proses
pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi) (Yanuwarini, 2011).
Kelebihan Tekla Structure
Keuntungan menggunakan Tekla Structure pada konstruksi adalah kualitas
tinggi dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen
konstruksi, meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor,
memungkinkan pra-fabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk
meminimalkan kesalahan (Roginski, 2011).
Tekla Structure adalah representasi evolusi digital dari model 2D menjadi
model 3D dan bahkan menjadi model 4D (penjadwalan) dan model 5D (estimasi
biaya) dengan menggunakan database yang tersedia selama siklus bangunan.
Model 3D merupakan perwakilan dari lebar, panjang dan tinggi suatu benda.
Model 4D, menambahkan dimensi keempat yaitu jadwal proyek dengan model
3D. Sebuah model 4D Tekla Structure menghubungkan elemen 3D dengan
timeline pengiriman proyek untuk memberikan sebuah simulasi virtual 4D. Model
5D, menghubungkan data biaya dengan daftar kuantitas yang dihasilkan dari
model 3D, sehingga memberikan estimasi biaya yang lebih akurat.
Manajer konstruksi dapat menggunakan Tekla Structure untuk
menghasilkan laporan, koordinat, rencana, jadwal dan perkiraan biaya. Manajer
konstruksi juga dapat menggunakan Tekla Structure untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dengan subkontraktor, seperti memperbarui jadwal dan biaya dengan
Tekla Structure. Tekla Structure berbasis jadwal diintegrasikan dengan model 4D.
Pada penelitian ini, penjadwalan dikerjakan pada Tekla Structures17. Perbedaan
penjadwalan pada Tekla Structures17 dengan Microsoft Office Project adalah
pada Tekla Structures17 dapat dilakukan penjadwalan perencanaan dan
pelaksanaan sedangkan pada Microsoft Office Project hanya salah satu saja

8

Tekla Structure dapat mempermudah pihak konstruksi untuk mengakses
informasi-informasi yang terkandung dalam proyek konstruksi, sehingga
meningkatkan koordinasi antara anggota. Sifat kolaboratif Tekla Structure
memungkinkan mendeteksi bentrokan dalam perancangan. Deteksi bentrokan
dapat memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk membangun permodelan.
Salah satu contoh deteksi bentrokan atau kesalahan pemodelan dengan Tekla
Structure yaitu mengidentifikasi unsur-unsur pada objek model (Jiang Xinan,
2011). Pada penelitian ini pendeteksian bentrokan pada model bangunan dengan
menggunakan “Clash Check Manager” yang ada pada software Tekla Structures.
Dengan Clash Check Manager bentrokan pada pemodelan secara otomatis
terdeteksi. Sehingga mempermudah tim desain dalam melakukan pemodelan
bangunan.
Launching
Launching girder adalah pekerjaan untuk memindahkan baik segmental
girder atau girder utuh ke posisi terdekat dengan leveling mortar untuk
selanjutnya dilakukan erection (Asiyanto, 2008). Untuk itu banyak metode yang
dapat dipakai dalam pekerjaan launching ini sendiri. Baik menggunakan bantuan
crane atau lainnya. sehingga dari sini dapat dipertimbangkan cara apakah yang
tepat dalam suatu proyek untuk pekerjaan launching girder ini sendiri. Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan adalah biaya, waktu, dan tempat atau keadaan
lapangan.
Untuk itu perlu dilihat apakah pekerjaan launching ini membutuhkan jenis
atau tipe launching seperti apa. Yang sering kita lihat dan perhatikan adalah
dengan menggunakan frame. Baik digunakan sebagai landasan atau sebagai
cantilever untuk mengangkut segmental girder atau girder. Beberapa jenis
launching diantaranya frame, span by span overslung, balanced cantilever,
launching girder, dan launchig carier full span.
Metode frame adalah meteode yang paling sering digunakan untuk
membangun jembatan bentang pendek, karena dengan membuat jembatan
sementara atau frame yang mampu menahan berat dari segmental girder
(Peurofoy, 2002). Dengan menghitung beban yang dapat dipikul dari segmental
girder maka dapat dipilih dimensi dari frame tersebut.

Gambar 5 Metode Launchig Frame
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

9

Metode span by span overslung adalah metode yang cara operasinya adalah
dengan mengangkat bagian per bagian dari segmental girder dengan cara lifting
(Peurofoy, 2002). Lalu kemudian setting ke tumpuan bearing pad. Metode ini
sangat mudah dilakukan dan sangat cepat karena dapat mempersingkat waktu.
Kekurangannya adalah sangat mahal bila digunakan di Indonesia.

Gambar 6 Metode Span by Span
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Metode balanced ini dapat digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan
ruangan yang terbatas untuk konstruksinya sehingga dapat memaksimalkan ruang
yang ada (Peurofoy, 2002). Metode ini juga me-lifting segmental girder, yang
harus diperhitungkan adalah momen tahanan yang dapat dipikul dari jembatan
tersebut.

Gambar 7 Metode Balanced Cantilever
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolioasp?id=765

Metode launching carrier, metode ini menggunakan carrier sebagai
launching-nya dan biasanya digunakan untuk pada box girder yang besar

10

(Peurofoy, 2002). Karena box girder mempunyai berat yang lebih besar dari I
girder dari itu digunakan metode ini untuk mencapai efisiensi dari pekerjaan.

Gambar 8 Metode Launching Carrier
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolioasp?id=765

Hampir sama dengan metode launching carrier, hanya saja pada metode
launching carrier full span peralatannya lebih mudah dikerjakan. Seperti yang
telah dijelaskan diatas, beberapa contoh diatas merupakan contoh dari sistem
launching girder, yang ternyata banyak sekali sistem dalam launching girder dari
yang sederhana sampai yang kompleks (Peurofoy, 1998). Ini semua tergantung
bagaimana lokasi dan metode pelaksanaan apakah yang akan dilakukan. Maka
dari itu efektifitas dari launching girder ini sendiri haruslah sesuai dengan
kebutuhan, jangan sampai menggunakan sistem launching yang tidak sesuai
maka akan menimbulkan kerugian pada kontraktor itu sendiri. Maka pemilihan
pada saat tender sangat berpengaruh pada kinerja proyek nantinya. Dan launching
sendiri juga harus memperhitungkan kemampuan untuk produktivitas. Dalam
sehari pekerjaan launching sendiri harus dapat mengerjakan produktivitas
maksimal agar hasil yang dicapai juga maksimal.
Pengertian Erection Girder
Erection pada girder adalah pekerjaan untuk memindahkan girder ke tempat
yang sudah direcanakan. Atau dengan kata lain erection girder adalah suatu
kegiatan pemasangan balok girder keatas tumpuannya, dalam hal ini titik tumpu
yang digunakan pada proyek pembangunan Waduk Jatigede adalah berupa rubber
bearing atau yang lebih dikenal dengan nama elastomeric bearing pad. Erection
ini dapat dilakukan dengan menggunakan crane atau dengan alternatif lainnya
seperti menggunakan hidraulic jack. Penempatan erection ini tergantung pada
lokasi proyek itu sendiri. Apakah tersedia lahan yang luas ataukah tidak. Untuk
lahan yang terbatas biasanya digunakan hidraulic jack, tetapi bila lahan yang ada
luas maka dapat dipakai crane untuk mengangkat girder ke tempatnya.
Pertimbangan penting yang perlu diperhatikan adalah metode pemasangan yang
bagaimana yang dapat diterapkan secara mudah sesuai dengan kondisi lapangan,

11

karena penentuan metode ini secara langsung akan berkaitan erat dengan biaya
operasi yang dikeluarkan, waktu yang digunakan serta kemudahan dalam
pelaksnaannya.

Gambar 9 Erection dengan Menggunakan Hidraulic Jack
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Gambar 10 Erection dengan Menggunakan Crane
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Pada gambar 10 dapat dilihat penempatan girder menjadi lebih cepat dan
efisien sehingga waktu pelaksanaan pun lebih cepat dan praktis. Tetapi untuk
melakukan erction ini diperlukan biaya yang besar pula. Adapun cara lain yaitu
dengan menggunakan gantry seperti alat pengangkut pada pelabuhan. Sistem ini
juga dapat dipakai sebagai alternatif pilihan pekerjaan erection. Pada proyek
pembangunan Waduk Jatigede khusunya pembuatan jembatan dibagian atas

12

bangunan pelimpah (Spillway), metode yang telah disepakati adalah metode
launcher dengan menggunakan gantry launcher.
Alat dan Bahan
Dalam proses atau metode erection girder terdapat beberapa alat yang
digunakan diantarnya adalah mobile crane, crawler crane, trailer truck dan
boogie, girder, sika grout 215, dan launcher.
Mobile crane biasanya digunakan untuk mengangkat beton precast pada
konstruksi gedung dan jembatan. Perlu diperhatikan bahwa kemampuan mobile
crane akan berkurang jika alat tersebut bekerja tanpa dibantu oleh kaki
penyeimbangnya (Rasyid, 2008). Oleh sebab itu pada saat pengangkatan balok
girder kaki penyeimbang sangatlah berperan dalam menentukan kestabilan posisi
mobile crane teresebut. Sebagai tambahan, mobile crane yang akan digunakan
pada saat sebelum dioperasikan haruslah dapat dipastikan berada dalam kondisi
permukaan yang rata dan cukup kuat, apalagi bila beban yang ditahan mendekati
kemampuan maksimal alat tersebut. Pada pelaksanaan erection girder bangunan
pelimpah (Spillway) di proyek pembangunan Waduk Jatigede, mobile crane yang
digunakan sebanyak satu unit mobile crane dengan kapasitas 360 ton, dengan
memperhitungankan bahwa masing-masing girder yang akan diangkat
mempunyai variasi bobot yaitu 18 ton, 35 ton 40 ton dan 45 ton sehingga mobile
crane tersebut mampu bekerja dengan optimal. Fungsi kerja dari mobile crane
sendiri adalah untuk menaikkan girder dari stressing bed (stock yard) keatas
trailer truck dan boggie, selanjutnya girder diangkut kelokasi dengan
menggunakan trailer truck dan boggie.

Gambar 11 Mobile Crane
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765
Crawler crane dengan kapasitas yang besar kadangkala juga digunakan
untuk menarik beton pracetak. Crawler crane apabila digunakan pada daerah yang
luas biasanya lebih banyak menghabiskan biaya dan susah diterapkan karena
untuk memindahkannya dari satu lokasi ke lokasi yang lain harus menggunakan
alat bantu berupa trailer. Alat ini mampu bekerja pada kemampuan yang
mendekati maksimum seperti mobile crane, namun juga dengan syarat harus pada
kondisi permukaan yang cukup rata dan kuat (Mulyono, 2012). Pada pelaksanaan

13

erection girder bangunan pelimpah (Spillway) di proyek pembangunan Waduk
Jatigede, crawler crane yang digunakan adalah sebanyak dua unit, satu unit
crawler crane dengan kapasitas 70 ton, satu unit lagi crawler crane dengan
kapasitas 50 ton. Fungsi kerja dari crawler crane adalah untuk menerima girder
yang diangkut oleh trailer truck dan boggie, kemudian mengangkut girder
tersebut menuju titik-titik tumpu yang telah disediakan.

Gambar 12 Crawler Crane
Trailer truck digunakan untuk mengangkut girder yang telah siap untuk di
erection dari stock yard menuju lokasi pier head jembatan (Rochmanhadi, 2000).
Dalam pelaksanaan pengangkutannya trailer truck dilengkapi dengan boggie,
yaitu semacam alat bantu yang dilengkapi dengan roda karet yang berfungsi
sebagai pengangkut girder sekaligus menghubungkannya dengan trailer truck.
Boggie diperlukan karena girder tidak mungkin diangkut hanya dengan
menggunakan trailer, mengingat panjang dari girder yang melebihi panjang dari
trailer trucknya sendiri. Dalam pelaksanaan pengangkutannya ujung bagian depan
girder menumpu pada trailller truck sedang pada ujung bagian belakangnya
menumpu pada boggie. Boggie juga dilengkapi dengan alat kemudi power
steering, hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan dalam pengangkutan girder
agar tidak terjadi perubahan konstruksi pada balok girder akibat tidak
seimbangnya antara kemudi depan (trailer truck) dengan kemudi belakang
(boggie).

14

Gambar 13 Trailer Truck
Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Girder yang digunakan dalam pelaksanaan erection gider bangunan
pelimpah (Spillway) pada proyek pembangunan waduk Jatigede sendiri bervariasi.
Terdapat dua macam tipe girder yang berbeda yang digunakan dalam pelaksanaan
erection girder bangunan pelimpah (Spillway) pada proyek pembangunan waduk
Jatigede. Dua macam tipe girder itu adalah girder dengan tipe void dan tipe balok
biasa. Girder dengan tipe void mempnuyai berat 18 ton. Sedangkan girder tipe
balok sendiri terbagi menjadi 3 kategori yang masing-masing berbeda beratnya.
Berat masing-masing girder tipe balok adalah 35 ton, 40 ton, dan 45 ton.
Keseluruhan girder juga terbagi kedalam empat tipe, yaitu tipe A, tipe D, tipe E,
dan Tipe F. Keempat tipe ini dipaang pada lokasi yang berbeda di bangunan
pelimpah (Spillway), lokasi pemasangannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Lokasi Pemasangan Girder
Tipe
Bentang
Lokasi
Jumlah
Girder
(meter)
(unit)
12,96
Bridge 5
4
Gate I
17
A
Gate II
17
13,96
Gate III
17
Gate IV
22
Gate I
2
Gate II
2
D
14,36
Gate III
2
Gate IV
2
Gate I
2
Gate II
2
E
13,96
Gate III
2
Gate IV
2
F
13,96
Gate IV
2

15

Tabel 2. Spesifikasi Girder
Girder bentang 12,96 meter Girder bentang 13,96 meter
Tipe :
Tipe :
Voided slab 970 x 740
Voided slab 970 x 740
L =12,96 meter
L =13,96 meter
Mutu Beton :
Mutu Beton :
SAAT service : min fc’ 50
SAAT service : min fc’ 60
MPa
MPa
SAAT release : min fci’ 25
SAAT release : min fci’ 33
MPa
MPa
Besi Tulangan
Besi Tulangan
Mutu besi
Mutu besi
DIA. ≥ 10 mm : B.ITD 40
DIA. ≥ 10 mm : B.ITD 40
DIA.< 10 mm : B.ITP 24
DIA.< 10 mm : B.ITP 24
Baja Prategang
Baja Prategang
PC standar Ø 12,7 mm
PC standar Ø 12,7 mm
UTS : 18700 kgf
UTS : 18700 kgf
Jacking force : 75% UTS
Jacking force : 75% UTS
Desain Standar
Desain Standar
Berdasarkan :
Berdasarkan :
RSNI T-02-2005
RSNI T-02-2005
Pembebanan untuk
Pembebanan untuk
Jembatan
Jembatan
SNI T-12-2004
SNI T-12-2004
Perencanaan Struktur Beton Perencanaan Struktur Beton
untuk Jembatan
untuk Jembatan

Girder bentang 14,36 meter
Tipe :
Voided slab 970 x 740
L =14,36 meter
Mutu Beton :
SAAT service : min fc’ 700
MPa
SAAT release : min fci’ 42
MPa
Besi Tulangan
Mutu besi
DIA. ≥ 10 mm : B.ITD 40
DIA.< 10 mm : B.ITP 24
Baja Prategang
PC standar Ø 12,7 mm
UTS : 18700 kgf
Jacking force : 75% UTS
Desain Standar
Berdasarkan :
RSNI T-02-2005
Pembebanan untuk
Jembatan
SNI T-12-2004
Perencanaan Struktur Beton
untuk Jembatan

Selain alat-alat diatas dibutuhkan bahan tambahan berupa semen sika grout
215. Sika grout adalah semen grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik
tidak menyusut dengan waktu kerja yang sesuai untuk temperatur lokal, dapat
mengalir sangat baik dan memenuhi standar internasional. Sika grout 215 sendiri
mempunyai spesifikasi sebagai berikut yaitu semen untuk mengisi rongga struktur
beton yang kropos dan penambahan coran akibat pengecoran tidak sempurna,
dapat digunakan dalam berbagai macam aplikasi, mortar fillet (pinggulan sudut)
untuk pondasi mesin, sebagai dudukan mesin ,dudukan bearing pondasi jembatan,
pengisi rongga atau celah dan penghentian semetara, perbaikan beton dengan
metode kerja grouting dan injeksi sistem, aplikasi perbaikan jembatan, atau
dramaga, pembuatan beton pracetak dan aplikasi dry pack , pemasangan angkur,
penutup retak yang besar, tentunya semen grouting siap pakai yang mempunyai
karakteristik tidak susut dan dapat mengalir sangat baik, memenuhi persyaratan
standar corps of engineering CDR C-621 dan ASTM C-1107. Keuntungan dari
penggunaan sika grout 215 sendiri adalah mudah penggunaanya, karakteristiknya
mudah mengalir, konsistensi dapat diatur, kekuatan awal sangat cepat, tahan
terhadap penyusutan dan kekuatan tahan tiggi, dan tidak korosi juga tidak beracun
(Rachmanhadi, 1992). Dan yang terakhir adalah launcher, launcher adalah alat
berat yang berfugsi untuk mengangkut benda-benda berat. Salah satuya juga
berfungsi untuk mengangkat girder pada proses erection girder.

16

Gambar 14 Sika Grout
Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede
Bendungan merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan laju
air menjadi waduk, danau, maupun tempat rekreasi. Bendungan Jatigede adalah
contoh bendungan tipe batuan mengisi bendungan yang berupa timbunan batu
partikel baru lapisan inti tanah kedap udara tegak. Bendungan Jatigede memiliki
beberapa bagian penting, antara lain inti bendungan, bangunan pelimpah
(spillway) dan terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain
yang berfungsi sebagai saluran irigasi. Banguan pelimpah (Spillway) merupakan
bangunan pelengkap utama pada sebuah waduk yang berfungsi untuk mengalirkan
atau melimpahkan air kelebihan pada saat terjadi banjir besar apabila elevasi
muka air di waduk sudah melebihi elevasi rencana muka air maksimum. Pada
umumnya posisi bangunan Spillway ini dibuat di ujung bendungan yaitu terjepit
diantara tebing batuan asli dan urugan bendungan, namun pada waduk Jatigede
Spillway dibuat ditengah bendungan karena setelah dilakukan studi secara
mendalam diputuskan bahwa kondisi geologi dibagian tepi bendungan tidak
cukup baik untuk pondasi Spillway, sehingga kedua sisi bangunan Spillway
bersandar pada urugan bendungan tidak bersandar pada tebing batuan asli.

17

Data Proyek
Tabel 3. Data Umum Proyek
1

Pemilik Proyek

2

Nama Proyek

3

Lokasi Proyek

4
5
6
7
8

Sumber Dana
No Kontrak
Tanggal Kontrak
Nilai Kontrak
Surat Perintah Kerja
Konsultan DED untuk
9 Dam , Spillway , dan
PWW
Konsultan Supervisi dan
10 DED untuk Diversion
Tunnel

11 Kontraktor Pelaksana

Penanggung Jawab
Pekerjaan
13 Waktu Pelaksanaan
12

Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai
Cimanuk
Pembangunan Bendungan Jatigede
Desa Cijeunjing Kecamatan jatigede kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat
APBN & Pinjaman dari Exim Bank China
KU.08.08/BBWS 05-10/01
30-Apr-07
Rp. 2.180.114.626.642,00
15-Nov-07
SWHI (Sichuan Water Resources Hydroelectric
Investigation & Desain Institute )
Konsultan Nasional (PT.Indra Karya, PT
Wiratman, PT. Tata Guna Patria, PT. Indah Karya,
PT. Mettana)
Sinohydro Coorporation JO CIC (Joint
Operation Consorsium of Indonesian
Contractors ), CIC : PT. Wijaya Karya, PT.
Waskita Karya, PT. Pembangunan Perumahan, PT.
Hutama Karya.
Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)
Pembangunan Waduk Jatigede
65 bulan (1950 hari kalender)

18

Tabel 4. Data Teknis Proyek
Data Hidrologi
1

Luas DAS

1462 km2

2,5 x 109 m3
Data Waduk
Muka Air Banjir Maksimum
EL.+262
Muka Air Operasi Maksimum
EL.+260
(FSL)
Volume Aliran Air Tahunan

2

Muka Air Operasi Minimum (MOL) EL.+230
Luas Permukaa Waduk )EL.+262)

3

4

5

6

7

41,22 km2

6
3
Volume Total (gros) (EL.+260)
980 x 10 m
Volume Efektif (antara EL.+221 dan
6
3
877 x 10 m
EL.+260)
Data Bendungan
Elevasi Mercu Bendungan
EL.+265
Panjang Bendungan
1715 m
Lebar Mercu Bendungan
12 m
Tinggi Bendungan Maksimum
110 m
Volume Timbunan
6,7 x 106 m3
Data Bangunan Pelimpah (Spillway )
Lokasi
Di Tubuh Bendungan
Tipe
Tipe Chute dengan 4 pintu radial
Lebar Puncak
52 m (4 x 13 m) EL.+247
Dimensi Radial Gates
4 bh (W=13 m; H=14, m)
Q PMF
11000 m3 /detik
Data Intake Irigasi
Lokasi
Di bawah Spillway
Elevasi Lantai Depan
EL.+221
Tipe Bangunan
Conduit , beton bertulang
Dimensi Conduit
b=3,9 m; h=4,1 m; L=400 m
Data Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel )
Lokasi
Di bawah Spillway
Elevasi Inlet
EL.+164
Tipe
Circular , beton bertulang
Debit Rencana (Q100)
3200 m3 /detik
Dimensi Terowongan
D=10 m; L=533 m
Data PLTA
Lokasi
Sebelah Kanan Bendungan Utama
Lantai Inlet
EL.+221
Terowngan Penyalur Air
d=4,5; L=3095 m
Tinggi Terjun
170 m
Tipe Turbin
Francis
Kapasitas Terpasang
2 x 55 MW = 110 MW
Produksi Rata-rata
690 GWH/tahun

19

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2015, pada Proyek
Pembangunan Waduk Jatigede di daerah jalan raya Bendungan Jatigede Km 15,
Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Sedangkan
pengolahan dan analisis data dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian
Bogor.

Gambar 15 Lokasi Waduk Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 2013)

Gambar 16 Layout Bendungan Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung,
2013)
Bahan
Bahan penelitian merupakan data skunder yang diperoleh dari PT.
Indrakarya Konsultan dan PT. Wijaya Karya tbk pada proyek pembangunan
Waduk Jatigede di daerah jalan raya Bendungan Jatigede Km 15, Desa
Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang yaitu berupa data

20

rancangan anggaran biaya, spesifikasi girder, diagram alur metode launcher
girder, serta data Detail Engineering Design (DED).
Alat

1.
2.
3.
4.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Seperangkat komputer yang dilengkapi dengan program Microsoft Excel
2013.
Program Microsoft Word 2013.
Program Tekla Structures17.
Program Tekla BimSight.
Prosedur Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian yang membandingkan penggunaan metode
pelaksanaan erection girder. Pada awal rencana proyek menggunakan metode
launcher girder dan dibandingkan dengan metode lain yaitu metode crawler
crane. Kedua metode pelaksanaan ini dibandingkan dari beberapa variabel seperti
dijelaskan pada tabel 5.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain:
1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian pertama yang dilakukan adalah penentuan lokasi
penelitian dan data-data yang dibutuhkan agar mempermudah dalam
pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan penginstalan Tekla
Structures17.
2. Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data skunder yang didapat dalam penelitian ini adalah berupa tahapan
kegiatan proyek pembangunan dan data Detail Engineering Design (DED).
Data ini diperoleh dari Proyek Pembangunan Waduk Jatigede di daerah jalan
raya Bendungan Jatigede Km 15, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede,
Kabupaten Sumedang. Selain data-data skunder yang didapat, pada penelitian
ini juga didapat data primer berupa cara pemasangan serta resiko yang dapat
terjadi pada prores erection girder bangunan pelimpah (Spillway) Waduk
Jatigede.

21

Tabel 5. Variabel Penelitian
Tujuan

Variabel

Teknik
Sumber Data Pengumulan
Data

Indikator
Biaya material

Biaya

Waktu

Mutu

Upah
Biaya alat
Produktivitas
Durasi
pelaksanaan

Menmbandingkan
Dua Metode
Erection

Cara
Operasi

pengukkuan
langsung

Data Skunder
Data skunder
Data primer

Pengamatan
Data primer,
Langsung,
data skunder
studi pustaka

Kepresisian
Mobilisasi
proyek

harga satuan
PT. Wijaya
Karya

ke

Pengamatan
Tumpuan
Langsung,
Cara
studi pustaka
menstabilkan
alat
Pergerakan Alat

Data primer,
data skunder

Pemindahan
girder dari stok
area ke atas
bogie truck

Resiko

Pemindahan
balok girder ke
atas trolley

Pengamatan
Langsung,
studi pustaka

Data primer,
data skunder

Pergerakan
menuju bentang
Pergerakan
transversal
gantry
.
3. Pemodelan 3D menggunakan tekla structures17
a. Pembuatan grid
Sebelum dilakukan pemodelan objek kolom, balok, dan objek struktur
lainnya dengan menggunakan Tekla Structure17, hal yang perlu
dilakukan pertama kali adalah pembuatan garis grid. Langkah-langkah
yang dilakukan yaitu:
 Pada tab modeling, kemudian dipilih create grid.
 Diklik dua kali pada grid untuk memunculkan kotak dialog
properties yang berfungsi untuk memodifikasi karakteristik grid.

22



Definisikan koordinat X, Y,dan Z sesuai shop drawing. Perlu
diketahui bahwa koordinat X dan Y bersifat relatif dan Z bersifat
mutlak. Gambar Grid Bridge Spillway disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Grid Bridge Spillway
4.

Pemodelan kolom
 Tahap-tahap pemodelan kolom beton yaitu :
 Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete column.
 Ditentukan column pada posisi yang diinginkan.
 Kemudian dirubah karakteristik kolom, klik 2 kali pada kolom agar
muncul kotak dialog concrete column properties. Gambar permodelan
kolom beton bridge Spillway disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Permodelan Kolom Bridge Spillway
5 Pemodelan balok
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
 Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete beam.
 Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir.

23



Kemudian dirubah karakteristik balok, klik 2 kali pada balok agar
muncul kotak dialog concrete beam properties. Gambar permodelan
balok beton bridge Spillway disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Permodelan Balok Bridge Spillway
6 Perhitungan Kebutuhan Material / Alat
Perhitungan kebutuhan material dan alat pada masing-masing komponen
pelaksanaan erection kedua metode yaitu crawler crane dan launcher.
7 Analisa Produktivitas dan Durasi
Analisa produktivitas dan durasi launcher girder di dapat dari literatur
buku, brosur alat dan wawancara di lapangan, dan untuk analisa crawler
crane menganalogi dari produktivitas dan durasi pada proses erection girder
jembatan kali Surabya-Mojokerto.
8 Analisa Biaya
Perhitungan estimasi biaya mulai dari kebutuhan material,alat dan tenaga
kerja yang mendukung pekerjaan erection pada kedua metode yaitu metode
launcher girder dan metode crawler crane.
9 Analisa Data
Gambar yang diperoleh dari proyek digunakan untuk menghitung volume
pekerjaan erection yang selanjutnya juga akan dihitung produktivitas
pekerjaan erection pada masing-masing metode. Dari hasil perhitungan
volume dan produktivitas dapat dihitung biaya dan waktu pekerjaan
pelaksanaan yang optimal.
10 Analisa Perhitungan Kebutuhan Material (Volume)
Untuk metode erection dengan metode launcher perhitungan volume
meliputi perhitungan jumlah girder, alat berat yang dipakai dan material –
material pendukung pada saat pelaksanaan. Sedangkan untuk metode
erection crawler crane perhitungan volume meliputi perhitungan jumlah
girder, alat berat dan material – material pendukung pada saat pelaksanaan.
11 Analisa Produktivitas dan Durasi Pekerjaa Erection Girder
Pada metode erection dengan metodelauncher waktu pekerjaan erection
ditentukan berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan serta
produktivitas alat. Durasi = Volume / produktivitas. Sedangkan pada metode
erection dengan m