ANALISIS PENGARUH MOTIVASI MANAJER DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT ANALYSIS OF MANAGER MOTIVATION AND INFORMATION ASYMMETRY TO EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES IN FOOD AND BEVERAGES COMPANIES WHICH WERE

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

By YESI SATRIA

The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of manager motivation and information asymmetry to earnings management

practices. According to Agency Theory, individuals are motivated by self-interest giving rise to a conflict of interest between principal and agent.

The population in this research is all company in food and beverages sector at the Indonesian Stock Exchange in 2009-2012. The data used in this research are secondary data and sample selection using purposive sampling method. Based on the results of purposive sampling, obtained 17 companies that presented 94.44% of population by 18 food and beverages companies. In this research, earnings management is measured by using Friedlan Model to calculate discretionary accruals. Manager motivation is measured by using debt covenants motivation. To identify the debt covenants is by using Debt to Equity Ratio, a proxy of leverage level. And for information asymmetry variable is measured by using cummulative abnormal return. Data are analyzed using multiple regression analysis with SPSS software version 17.00.

Empirically, results of statistical tests showed that manager motivation variable has significant effect on earnings management, while the information asymmetry variable has no effect on earnings management.

Keywords: earnings management, discretionary accruals, manager motivation, information asymmetry


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI MANAJER DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD

AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh YESI SATRIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh motivasi manajer dan asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba. Menurut teori Agency, masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri food and beverages tahun 2009-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil purposive sampling diperoleh 17 perusahaan yang mempresentasikan 94,44% dari populasi sebanyak 18 perusahaan food and beverages. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan model Friedlan untuk menghitung discretionary accruals. Motivasi manajerdiukurdengan menggunakan motivasi debt covenant. Untuk mengidentifikasi debt covenant adalah dengan menggunakan Debt To Equity Ratio, suatu proksi dari tingkat laverage. Dan untuk variabel asimetri informasi dilakukan pengukuran dengan menggunakan cummulative abnormal return. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan software SPSS versi17.00.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara empiris variabel motivasi manajer memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan variabel asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata kunci : Manajemen laba, discretionary accruals, motivasi manajer, asimetri informasi


(3)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI MANAJER DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD

AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh YESI SATRIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rantau Panjang, Sumatra Selatan pada tanggal 19 Desember 1992, dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Hermansyah dan Ibu Daheri.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 156 OKU pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 19 OKU lalu pindah ke SMP Negeri 13 OKU dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2007. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2010 di SMA Plus Negeri 4 OKU.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota aktif Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himakta) periode kepengurusan 2010/2011 dan 2011/2012 lalu menjabat sebagai wakil bendahara umum Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himakta) periode kepengurusan 2012/2013 .


(7)

MOTO

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya

berkata kepadanya “Jadilah!”

. Maka jadilah sesuatu itu.

(Q.S Yasin : 82)

Pelangi memang tidak selalu hadir di setiap hujan badai. Tapi paling tidak

langit akan cerah kembali setelahnya. Itu janji Allah..

(Ibuku, Ibu Daheri)

Do’a ibu bagi anaknya adalah do’a yang paling mujarab

(Abraham Samad)


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirrobbil’alamin

Kupersembahkan karya penuh perjuanganku ini kepada:

Allah SWT

Ayah dan Ibuku yang paling aku cintai

Terima kasih atas

do’a, bimbingan, dan kasih sayangnya

selama ini

Terima kasih untuk segalanya

Meski ini semua tidak akan cukup untuk membalas semua

jasa-jasa kalian. Tapi inilah salah satu tanda baktiku...


(9)

SANWACANA

Assalammualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Motivasi Manajer dan Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”dapat terselesaikan dengan optimal.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Utama atas bantuan, arahan, dan waktunya selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan;

5. Bapak Lego Waspodo, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Kedua atas bantuan, arahan dan waktunya selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan;


(10)

atas bantuan, saran, dan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt. selaku Dosen Pembimbing Akademik;

8. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah membantu penulis dalam

menempuh pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

9. Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung; 10. Rasa hormat dan terima kasih secara khusus saya hanturkan kepada kedua

orangtua tercinta, Bapak Hermansyah dan Ibu Daheri. Terima kasih atas limpahan do’a, bimbingan, kasih sayang, dan materi yang tidak terhitung mudah-mudahan kalian selalu diberi kesehatan;

11. Kedua kakak perempuan dan kakak iparku, cak Yuli Salina, kak Febriansyah, cik Risa Handayani, dan kak Adiansyah serta adikku satu-satunya Dina Lestari terima kasih atas dukungan, semangat, dan do’a senantiasa untukku;

12. Edo Akbar Yamin, partner terbaik yang pernah ada. Terima kasih untuk segala do’a, dukungan, semangat, dan motivasinya;

13. Sahabat terbaik semasa kuliah Rossy, Ira, Dwi, Mareta, Ririn, dan Fera terima kasih untuk segala dukungannya selama ini;

14. Teman-teman seperjuanganku Akuntasi 2010 Dianti, Ipeh, Frilly, Irvia, Arlenti, Citra, Ivonna, Echa, Eka, Egha, Farrah, Bella, Ayu, Devy, Dila, Nurul, Sisi, Andriani, Surya, Devri, Satria, Meiki, Febi, Mahmud, Iqbal, Irfan, Teja, dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu;

15. Teman berbagi kebahagiaan dan keluh kesah, Gadis, mbak Shelly, mbak Devia, Alawiyah, teh Betty, mbak Afrita, mbak Ira, Putri, Amy, Delta, Ayu, Yolanda, Umi terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang terjalin;

16. Ayah dan Mamah terima kasih sudah menjadi rumah kedua yang senantiasa memberikan do’a dan nasihatnya;


(11)

penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk orang yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam kehidupanku, dan orang-orang yang terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pentingnya bagi kehidupanku, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga karya ini bermanfaat dan membantu pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1 Teori Keagenan (Teori Agency) ... .. 8

2.1.2 Tinjauan Tentang Manajemen Laba ... .. 10


(13)

2.1.2.2 Motivasi Manajemen Laba ... 14

2.1.2.3 Teknik Manajemen Laba ... 17

2.1.2.4 Pola Manjemen Laba ... 19

2.1.3 Tinjauan Tentang Motivasi Manajer ... 22

2.1.3.1 Motivasi Manajer ... ... 22

2.1.4 Tinjauan Tentang Asimetri Informasi dan Teori ... Sinyal ... 25

2.1.4.1 Asimetri Informasi ... .. . 25

2.1.4.2 Teori Signal (Signaling Theory) ... . 27

2.2. Penelitian Terdahulu ... . 28

2.3. Model Penelitian ... ... . 32

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... .. 32

2.4. Pengembangan Hipotesis ... ... . 32

2.4.1 Motivasi Manajer dan Manajemen Laba ... 32

2.4.2 Asimetri Informasi dan Manajemen Laba ... . 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ... ... 37

3.2. Data Penelitian ... 39

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... ... 39

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... ... 39

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 40

3.3.1 Variabel Bebas (Independen) ... .. 40

3.3.2 Variabel Terikat (Dependen) ... . 43

3.4. Metode Analisis Data ... ... 45

3.4.1 Uji Statistik Deskriptif ... ... 46

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... .... 46

3.5. Pengujian Hipotesis ... 48


(14)

BAB IV ANALISIS DATA

4.1. Hasil Penelitian ... . 50

4.1.1 Deskripsi Umum Penelitian ... .. 50

4.2. Analisis Data ... 52

4.2.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 52

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 55

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 55

4.2.2.2 Uji Multikolonieritas ... 57

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 58

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 60

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 61

4.3.1 Koefisien Determinasi ... … 61

4.3.2 Uji Kelayakan Model (Uji ANOVA)... . 61

4.3.3 Uji Hipotesis...……… .. 62

4.4 Pembahasan ... 64

4.4.1 Pengaruh Motivasi Manajer terhadap Manajemen Laba ... 64

4.4.2 Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 70

5.3. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Teknik-teknik manajemen laba ……….. 18

Tabel 3.1 Pemilihan sampel ... 38

Tabel 4.1 Sampel perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 ... 51

Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 52

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ……….…... 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji ANOVA ... 62


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

2.1 Kerangka pemikiran pengaruh motivasi manajer dan asimetri informasi pada praktik manajemen laba di perusahaan food and

beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia... 32 4.1 Normal Probability Plot... 56 4.2 Grafik Scatterplot ... 59


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan selama beberapa dekade terakhir ini adalah manajemen laba. Alasannya, pertama, manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikkan semua perusahaan di dunia. Kedua, sebab dan akibat yang ditimbulkan aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral (Anwar, 2011).

Menurut Karina (2013), praktik manajemen laba tidak dilarang selama itu dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Namun demikian, praktik manajemen laba juga mengikis kepercayaan masyarakat pada umumnya terhadap validitas informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan. Selain itu juga dapat merugikan para calon investor dan pemegang saham karena mereka tidak mendapatkan informasi tentang keadaan atau kondisi keuangan sebenarnya.

Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi secara legal maupun tidak legal (Rama, 2012). Praktik legal dalam manajemen laba berarti


(18)

usaha untuk mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan

pelaporan keuangan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Menurut Rama (2012), manajemen laba yang dilakukan secara ilegal (disebut juga dengan financial fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh Pedoman Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga akan

menghasilkan laba pada nilai/tingkat tertentu yang dikehendaki.

Cibro (2011) berpendapat bahwa manajemen laba timbul sebagai dampak dari masalah keagenan yaitu adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent), karena tidak bertemunya utilitas yang

maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).

Kehadiran motivasi dan peluang merupakan insentif bagi manajer untuk mengelola laba. Menurut Scott (2000), motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi rencana bonus, kontrak perjanjian utang, dan biaya politik. Manajer termotivasi mengelola laba untuk mencapai target kinerja dan kompensasi bonus, meminimalkan kemungkinan pelanggaran persyaratan


(19)

perjanjian utang, dan meminimalkan biaya politik karena intervensi pemerintah dan perlemen. Debt-covenant hypothesis menyatakan bahwa semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran persyaratan perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode masa yang akan datang ke periode saat ini (Lestari, 2011). Jadi sangat dimungkinkan manajer perusahaan mempengaruhi angka-angka akuntansi pada laporan keuangan dengan melakukan manajemen laba (Herawati dan Baridwan, 2007). Penelitian terdahulu mengenai pengaruh motivasi manajer terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh oleh Devi (2012), menunjukkan hasil bahwa peningkatan motivasi perjanjian utang (debt covenant) akan meningkatkan praktik manajemen laba.

Selain itu, manajer selaku agent juga mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Namun informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan informasi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk

melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Menurut Richardson (1998) dalam Firdaus (2013), keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earnings management).

Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mendukung pernyataan tersebut. Muliati (2011) mengatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif pada


(20)

praktik manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi semakin tinggi peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rahmawati, Suparno, dan Qomariyah (2006). Variabel yang diteliti yaitu asimetri informasi sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen, sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu varian, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan rata-rata kapitalisasi pasar. Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada variabel independen yang digunakan. Penulis menambahkan motivasi manajer sebagai variabel independen selain asimetri informasi. Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan perusahaan perbankan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai sampel sedangkan penulis menggunakan perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel.

Penelitian ini memilih perusahaan food and beverages sebagai objek penelitian dikarenakan berbagai alasan. Pertama, perusahaan food and beverages merupakan bagian dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan jumlah

perusahaan paling banyak yaitu 18 perusahaan dibandingkan dengan kategori perusahaan lain yang termasuk sektor manufaktur. Kedua, saham perusahaan food and beverages adalah saham-saham yangpaling tahan terhadap krisis dibanding dengan sektor lainnya, sebab dalam kondisi kritis ataupun tidak, produk


(21)

semacam ini akan terus tumbuh dan berkembang menjadi besar dan menarik banyak investor untuk menanamkan investasi terhadapnya (Susilo, 2012). Periode 2009-2012 dipilih karena menggambarkan kondisi yang relatif baru di pasar modal Indonesia. Selain itu, tahun 2009-2012 dipilih karena periode ini

merupakan tahun terkini yang memungkinkan untuk dijadikan populasi penelitian terkait ketersediaan dan kelengkapan data penelitian.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memberi judul “Analisis Pengaruh Motivasi Manajer dan Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Food and BeveragesYang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut

1. Apakah motivasi manajer berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012? 2. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba pada

perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh motivasi manajer terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012.


(22)

2. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh motivasi manajer dan asimetri informasi terhadap praktik

manajemen laba dan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding antar teori yang diterima selama di bangku kuliah dengan praktik yang dilakukan di perusahaan.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi perusahaan

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan bisnis yang rasional dimana nantinya dapat menciptakan suatu iklim bisnis yang memungkinkan bagi semua pihak yang berkepentingan.


(23)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai tambahan informasi bagi penentuan kebijakan khususnya tentang kebijakan manajemen laba.

2. Bagi Pengguna Laporan Keuangan/Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam pengambilan keputusan investasi saham, terutama dalam menilai kualitas informasi laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005) yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Lupia & McCubbins (2000) menyatakan bahwa pendelegasian terjadi ketika seseorang atau satu kelompok orang (principal) memilih orang atau kelompok lain (agent) untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Menurut Ikhsan dan Ishak (2005), teori agensi didasarkan pada teori ekonomi. Dari sudut pandang teori agensi, prinsipal (pemilik atau manajer puncak)

membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Sedangkan Muliati (2011) berpendapat bahwa Agency Theory memiliki asumsi


(25)

bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk

memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu

meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh

investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi menimbulkan masalah mendasar dalam organisasi yaitu "perilaku mementingkan diri sendiri”. Manajer (selaku agent) sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham (principal). Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk

mengelola aset perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua kelompok.

Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan


(26)

kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earnings management (Richardson, 1998 dalam Tarigan, 2011).

Salno dan Baridwan (2000) menyatakan bahwa penjelasan tentang konsep manajemen laba tidak terlepas dari teori keagenan (agency theory). Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik tersebut dapat dipengaruhi kebijakan yang diputuskan manajemen. Masdupi (2005) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas.

2.1.2 Tinjauan Tentang Manajemen Laba 2.1.2.1Defenisi Manajemen Laba

Istilah manajemen laba muncul pada saat peneliti, khususnya peneliti akuntansi, mencoba mengkaitkan hubungan antara suatu variabel ekonomi tertentu dan


(27)

upaya-upaya manajer untuk mengambil manfaat atas variabel tesebut (Devi, 2012). Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Pada prinsipnya manajemen laba merupakan suatu cara dalam menyajikan informasi laba kepada publik yang sudah disesuaikan dengan interest atau kepentingan dari pihak manajer itu sendiri menguntungkan perusahaan (Indraswari, 2010).

Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi secara legal maupun tidak legal (Rama, 2012). Praktik legal dalam manajemen laba berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan

pelaporan keuangan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Menurut Rama (2012), manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh Pedoman Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga akan

menghasilkan laba pada nilai/tingkat tertentu yang dikehendaki.

Scott (2006) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.


(28)

Sedangkan Mulford dan Comiskey (2010) mendefinisikan manajemen laba sebagai manipulasi akuntansi dalam mempengaruhi angka laba dengan tujuan menciptakan kinerja perusahaan agar terkesan lebih baik dari yang sebenarnya. Dan menurut Tjahjono (2012), tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya tersebut dalam jangka panjang akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.

Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) membagi definisi earnings management menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit

Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini

didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.

2. Definisi luas

Earnings management merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan/mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan

peningkatan/penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemilik sehingga terjadi asimetri


(29)

orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang menyebabkankan adanya oportunistik manajemen sehingga membuat laba yang dilaporkan semu, dan pada akhirnya akan menyebabkan nilai perusahaan menjadi berkurang dimasa yang akan datang (Herawati dan Baridwan, 2007). Manajemen laba juga membawa dampak kehancuran pada tatanan ekonomi serta tatanan etika dan moral. Integritas laporan keuangan dipertanyakan publik karena informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tidak mampu menjadi sumber utama untuk mengetahui keadaan perusahaan sesungguhnya dan apa yang terjadi pada perusahaan dalam periode tertentu (Sulistyanto, 2008). Manajemen laba dapat mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat membuat pemakai laporan keuangan mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Sejauh ini belum terdapat kesepakatan mengenai defenisi manajemen laba.

Manajemen laba dapat diartikan bermacam-macam, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Walaupun banyak defenisi yang diberikan terhadap manajemen laba, namun terdapat banyak kesamaan yang disimpulkan dari defenisi-defenisi

tersebut, yaitu usaha campur tangan manajemen untuk menaikkan/menurunkan laba yang terdapat dalam laporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu (Devi, 2013). Namun upaya ini tentu saja di satu pihak akan menguntungkan manajemen, namun di pihak lain akan merugikan pihak lain yang menggunakan informasi dalam laporan keuangan tersebut karena apa yang tercantum didalamnya tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.


(30)

2.1.2.2Motivasi Manajemen Laba

Scott (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang

manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings

Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Menurut perspektif agency theory dalam penelitian Lestari (2011), dalam sebuah entitas terdapat dua pihak yang melakukan kontrak yaitu pihak

internal/manajemen (agent) dan pihak eksternal (principal). Agent selaku manajemen dari perusahaan, memiliki keinginan untuk meningkatkan laba, mendapatkan kredit, kemudahan dalam memperoleh sumber dana eksternal, mendapatkan bonus, menghemat pajak, dan lain-lain.

Stice et.al (2009) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:

1. Memenuhi target internal 2. Memenuhi harapan eksternal

3. Meratakan atau memuluskan laba (income smoothing)

4. Mempercantik laporan keuangan (window dressing) untuk keperluan

penjualan saham perdana (initial public offering-IPO) atau untuk memperoleh pinjaman dari bank. Adanya praktik manajemen laba membuat laporan


(31)

keuangan dan informasi akuntansi lainnya disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Laporan keuangan dengan angka-angka yang dimanipulasi bisa jadi berdampak pada kebijakan dividen yang akan diterapkan dan besarnya jumlah dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham.

Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman: 1986) dalam Rahmawati, Suparno, dan Qomariyah (2006) yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Penelitian Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan

memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap.

2. Debt Covenant Hypothesis

Debt covenant hypothesis memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah pinjaman atau utang yang ingin didapatkan oleh perusahaan, maka perusahaan berupaya menunjukkan kinerja yang baik kepada debtholders (Fatmariani, 2013). Perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya akan


(32)

mendapatkan penilaian kinerja yang baik dari debtholders. Ketika suatu perjanjian dilanggar maka sebaliknya, perusahaan akan mendapatkan penilaian kinerja yang buruk dari debtholders (Herawati dan Baridwan, 2007).

Sebagian besar perjanjian utang mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan peminjam mencakup kesediaan untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi dan batasan-batasan lain yang dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan (Nugrohohadi, 2013). Jika perjanjian tersebebut dilanggar, maka perusahaan akan dikenakan pembatasan atas penambahan utang. Laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian hutang. (Supono, 2010).

Upaya tersebut dilakukan dengan cara menyajikan aset dan laba setinggi mungkin, serta liabilitas dan beban serendah mungkin (Watts dan Zimmerman, 1986). Hal itu bertujuan agar debtholders yakin keamanan dananya terjamin, serta yakin bahwa perusahaan dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Jadi sangat dimungkinkan manajer perusahaan mempengaruhi angka-angka akuntansi pada laporan keuangan dengan melakukan manajemen laba ketika ia berupaya memperoleh dana yang besar dari debtholders (Herawati dan Baridwan, 2007).

3. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak


(33)

pendapatan perusahaan, dan lain-lain. Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai regulasi pemerintah.

Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik pelanggaran terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan (Cahan, 1992; Jogiyanto dan Na’im, 1998). 2.1.2.3Teknik Manajemen Laba

Secara sederhana, laba merupakan selisih lebih antara pendapatan (termasuk keuntungan) dengan beban (termasuk kerugian). Maka, secara umum, teknik untuk merekayasa laba dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu meningkatkan atau menurunkan pendapatan maupun menurunkan atau meningkatkan beban, atau gabungan dari keduanya.

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Muliati (2011), dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

2. Mengubah metode akuntansi

Perubahan metode akunatansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis.


(34)

3. Menggeser periode biaya atau pendapatan.

Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain :

mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

Teknik-teknik dalam manajemen laba seperti diuraikan Mulford dan Comiskey (2002 ) antara lain sebagai berikut:

No. Teknik Tujuan

1. Mengubah metode depresiasi. Perusahaan dapat mengurangi beban depresiasi

untuk menaikkan laba periode berjalan, misalnya dengan mengubah metode saldo menurun berganda ke metode garis lurus.

2. Mengubah umur harta. Perusahaan dapat memperkecil beban depresiasi dan

amortisasi untuk menaikkan laba periode berjalan dengan memperpanjang umur harta.

3. Mengubah nilai sisa harta. Perusahaan dapat memperkecil beban depresiasi

untuk menaikkan laba periode berjalan dengan memperbesar nilai sisa harta.

4. Menetapkan cadangan piutang

tak tertagih.

Perusahaan dapat memperkecil biaya piutang tak tertagih untuk menaikkan laba periode berjalan dengan menetapkan cadangan piutang tak tertagih yang kecil.

5. Menetapkan cadangan

kewajiban jaminan garansi.

Dengan menetapkan kecil cadangan kewajiban jaminan garansi, perusahaan dapat memperkecil biaya jaminan garansi unntuk menaikkan laba periode berjalan.

6. Menentukan adanya kerusakan

harta.

Perusahaan dapat membebankan kerugian pada periode berjalan untuk menyimpan laba periode berjalan sebagai simpanan laba periode-periode mendatang atau menangguhkan beban periode sebelumnya.


(35)

7. Mengestimasi tahap

penyelesaian kontrak dengan metode persentase penyelesaian.

Dengan menetapkan persentase penyelesaian yang besar, perusahaan dapat mengakui pendapatan lebih besar untuk menaikkan laba periode berjalan.

8. Mempertimbangkan jumlah

persediaan yang dihapus.

Dengan menurunkan jumlah persediaan yang seharusnya dihapuskan, perusahaan dapat

mengurangi beban tahun ini untuk menaikkan laba periode berjalan.

9. Mengakui pendapatan atas

pengiriman barang ke kantor perwakilan.

Dengan mengakui pendapatan atas pengiriman barang ke kantor perwakilan yang sebenarnya belum terjual, perusahaan mengakui pendapatan lebih besar untuk menaikkan laba periode berjalan.

10. Tidak menutup periode

akuntansi.

Dengan tetap membuka periode akuntansi, perusahaan masih tetap dapat mencatat penjualan periode berikutnya untuk menaikkan laba periode berjalan. Teknik ini biasanya dilakukan dengan memundurkan tanggal pada komputer.

11. Mengakui seluruh penjualan

yang pengirimannya tidak sekaligus.

Dengan mengakui penjualan barang yang belum dikirim, perusahaan mengakui pendapatan lebih besar untuk menaikkan laba periode berjalan.

12. Menilai terlalu tinggi persediaan

akhir.

Dengan menilai terlalu tinggi persediaan, perusahaan dapat mengurangi harga pokok penjualan untuk menaikkan laba periode berjalan.

13. Memalsukan umur piutang. Perusahaan dapat mengurangi beban piutang tak

tertagih tahun ini untuk menaikkan laba periode berjalan.

Tabel 2.1 Teknik-teknik Manajemen Laba

2.1.2.4Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba yang umum dilakukan oleh manajer adalah pola

peningkatan laba (income increasing), penurunan laba (income decreasing) dan perataan laba (income smoothing) (Dechow dan Skinner, 2000). Pola-pola manajemen laba tersebut dapat dicapai melalui strategi pemilihan keputusan


(36)

operasi, investasi dan pembelanjaan yang tepat, serta pemilihan teknik akuntansi yang dipandang srategis. Keputusan operasi, investasi dan pembelanjaan sering tidak mampu memberikan hasil sesuai dengan harapan manajer meskipun keputusan tersebut dipandang telah optimum. Oleh karena itu, manajer beralih untuk memusatkan perhatiannya pada pemilihan teknik akuntansi yang dianggap efektif untuk mempengaruhi angka laba (Teoh et al., 1998).

Pola manajemen laba menurut Scott (2000), dapat dilakukan dengan cara:

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

b. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.


(37)

d. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

Stice et.al (2009) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam manajemen laba, yaitu:

1. Pengaitan secara strategis

Perusahaan melalukan usaha-usaha untuk memastikan bahwa beberapa transaksi penting telah diselesaikan dengan cepat atau ditunda sehingga dapat diakui pada kuartal yang paling menguntungkan.

2. Perubahan pada metode atau estimasi dengan pengungkapan penuh Perusahaan mengganti estimasi akuntansinya yang berhubungan dengan piutang tak tertagih, retur atau dana pensiun, umur ekonomis aset, dan lain-lain. Meskipun perubahan ini merupakan suatu bagian yang rutin dari penyesuaian estimasi akuntansi untuk menampilkan informasi terkini yang tersedia, hal ini dapat digunakan untuk mengatur jumlah laba yang

dilaporkan.

3. Perubahan dalam metode atau estimasi dengan pengungkapan yang minimal atau tanpa pengungkapan sama sekali

Berlawanan dengan yang telah diuraikan pada poin kedua, beberapa perubahan akuntansi lain sering kali dibuat tanpa menggunakan


(38)

evaluasi dengan menggunakan asumsi yang tidak benar. Hal ini merupakan suatu tipu muslihat dalam akuntansi.

4. Akuntansi Non-GAAP

Pada rangkaian manajemen laba terdapat suatu alat manajemen laba yang disebut “Akuntansi non-GAAP”. Nama yang lebih deskriptif dalam banyak kasus adalah “pelaporan yang curang’, meskipun akuntansi non-GAAP sebenarnya dapat juga terjadi akibat kesalahan yang tidak disengaja atau kekuranghati-hatian.

5. Transaksi Fiktif

Salah satu contoh manajer Xerox Meksiko secara sembunyi-sembunyi

menyewa gudang yang digunakan untuk menyimpan barang-barang dagangan yang diretur untuk menghindari pencatatan retur penjualan.

2.1.3 Tinjauan Tentang Motivasi Manajer 2.1.3.1Motivasi Manajer

Menurut Devi (2013), motivasi dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang

menggerakkan atau mengarah pada tujuan seseorang dalam melakukan tindakan-tindakannya baik secara positif maupun negatif. Muliati (2011) berpendapat bahwa Agency Theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.


(39)

Scott (2006) mengemukakan beberapa motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Bonus Purposes

Manajer memiliki informasi mengenai laba bersih sebelum dilaporkan dalam laporan keuangan. Manajer akan berusaha untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus berdasarkan compensation plans perusahaan. Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh oleh manajer dalam mengendalikan laba, yaitu : mengendalikan accruals, yaitu meliputi penghasilan (revenue) dan beban (expense) dalam rugi yang tidak

mempengaruhi cash flows dan dengan merubah kebijakan akuntansi.

2. Motivasi Politik (Political Motivations)

Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. Pada periode kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka. Contoh hasil penelitian yang lain pada industri perbankan, yaitu tingkat manajemen laba dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah regulasi perbankan tentang tingkat kesehatan, regulasi perbankan tentang kehati-hatian serta adanya asimetri informasi yang merupakan peluang untuk dapat


(40)

3. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations)

Hasil penelitian Achmad, Subekti, dan Atmini (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian utang (debt covenant) meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum. Ada pandangan bahwa manajemen laba dianggap sebagai sesuatu yang pantas dilakukan oleh manajer, karena dimotivasi untuk mencari pendanaan perusahaan dan terkesan bahwa perusahaan kesulitan menjual sahamnya di pasar modal.

4. Motivasi Perpajakan (taxation motivation)

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah. Sebagai contoh, cara yang dilakuan misalnya merubah metode pencatatan persediaan menjadi LIFO agar laba bersih yang dihasilkan rendah.

5. Pergantian Direksi (CEO)

Beragam motivasi timbul disekitar waktu pergantian direksi sebagai contoh, direksi yang mendekati masa akhir penugasan atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian juga dengan direksi yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya.


(41)

6. Penawaran Perdana (initial public offering)

Ketika perusahaan dinyatakan telah go public, informasi keuangan yang ada didalam prospektus merupakan sumber informasi penting. Informasi ini dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor, maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Selain itu, motivasi pasar modal juga mempengaruhi dalam tindakan manajemen laba. Penggunaan informasi secara luas oleh investor dan analisi keuangan untuk melindungi nilai

sekuritasnya, dapat menciptakan dorongan manajer untuk memanipulasi laba dalam usahanya untuk mempengaruhi kinerja sekuritas jangka pendek.

2.1.4 Tinjauan Tentang Asimetri Informasi dan Teori Sinyal 2.1.4.1 Asimetri Informasi

Manajer (agen) memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Ujiyantho dan Bambang (2007), situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry), yaitu suatu kondisi di mana ada

ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Firdaus (2013) menyatakan bahwa asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka


(42)

akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.

Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat

mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk

kepentingan sendiri. Jensen dan Meckling (1976) menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya

memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang.


(43)

2.1.4.2Teori Sinyal (Signaling Theory)

Menurut Teori Sinyal, manajemen mempunyai informasi akurat mengenai nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya peristiwa tertentu yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan (Wahyuningsih, 2007). Informasi yang disampaikan manajemen perusahaan tersebut dapat berupa laporan keuangan.

Informasi laba yang dilaporkan manajemen merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang, oleh karena itu pengguna laporan keuangan dapat membuat prediksi atas laba perusahaan di masa yang akan datang (Assih dan Gudono, 2000). Jika informasi laba tersebut relevan bagi para pelaku pasar modal, maka informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya akan terjadi reaksi pasar berupa perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan ke harga

ekuilibrium yang baru.

Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2000). Reaksi pasar atas informasi yang disampaikan oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman laba yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar.

Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar (Jogiyanto, 2000).


(44)

Menurut Jogiyanto (2000), abnormal return merupakan kelebihan dariimbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasilnormal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return)atau imbal hasil yang

diharapkan oleh investor. Dengan demikian imbal hasiltidak normal (abnormal

return) adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnyayang terjadi dengan imbal

hasil ekspektasi.Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2000) mengestimasi

return ekspektasi menggunakan model mean-adjusted model, market model,dan

market adjusted model.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh motivasi manajer dan asimetri informasi terhadap praktek manajemen laba. Beberapa hasil penelitian terdahulu memberikan bukti empiris tentang pengaruh motivasi debt covenant terhadap manajemen laba yang menunjukkan hasil bahwa peningkatan motivasi debt covenant berpengaruh dan akan

meningkatkan praktik manajemen laba. Beberapa hasil penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi pula praktek manajemen laba.

Motivasi manajer dianggap sebagai penyebab terjadinya manajemen laba. Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh motivasi manajer terhadap praktik manjemen laba. Penelitian mengenai pengaruh motivasi manajer terhadap manajemen laba dilakukan oleh Achmad, Subekti, dan Atmini (2007). Penelitian ini menguji pengaruh motivasi dan strategi terhadap praktik manajemen laba. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa peningkatan motivasi debt covenant


(45)

dan motivasi biaya politik akan meningkatkan praktik manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wimboweni (2007) dengan menggunakan dua variabel independen, yaitu variabel motivasi manajemen laba meliputi hipotesis rencana bonus, hipotesis biaya politik, hipotesi perjanjian hutang dan variabel kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rencana bonus, biaya politik, dan leverage tidak terbukti berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Sedangkan variabel kualitas audit terbukti berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.

Penelitian selanjutnya mengenai pengaruh antara motivasi dan strategi terhadap praktik manajemen laba di industri perbankan Indonesia dilakukan oleh Supono (2009). Motivasi manajemen laba diproksikan oleh rencana bonus, debt covenant, dan biaya politik, sedangkan strategi manajemen laba diproksikan oleh strategi pemilihan metoda akuntansi. Hasil penelitiannya kembali menunjukkan hasil bahwa variabel rencana bonus, debt covenant, dan biaya politik berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Manajer yang mendapat kompensasi bonus yang tinggi, debt covenant yang rendah, dan biaya politik yang tinggi akan termotivasi untuk melakukan praktik manajemen laba. Variabel strategi

manajemen laba juga berpengaruh signifikan positif terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian Supono (2009) tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012) dengan hasil bahwa peningkatan motivasi debt covenant berpengaruh dan akan meningkatkan praktik manajemen laba. Namun hasil penelitian terbaru oleh Nugrohohadi (2013) kembali mendukung hasil penelitian dari Wimboweni (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapat


(46)

perjanjian hutang, dan variabel biaya politik terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) pada saham utama tahun 2008-2012.

Selain motivasi manajer, keberadaan asimetri informasi juga dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba telah dilakukan oleh Rahmawati, Suparno, dan Qomariyah (2006). Variabel yang diteliti yaitu: asimetri informasi sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen, sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu: varian, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan rata-rata kapitalisasi pasar. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi sederhana. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba.

Berdasarkan data sampel, diperoleh hasil pengujian oleh Agusti dan Pramesti (2009) yang juga menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode pengamatan 2005-2007. Demikian juga dengan hasil penelitian oleh Meliyana (2009) yang secara empiris menunjukkan secara parsial, variabel independen asimetri informasi, variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.

Penelitian serupa mengenai Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba juga dilakukan oleh


(47)

Tarigan (2011) yang menunjukkan hasil bahwa Asimetri informasi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat diartikan jika asimetri informasi mengalami peningkatan, maka manajemen laba juga akan mengalami peningkatan. Menurut Muliati (2011), asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi semakin tinggi peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Hasil penelitian tersebut kemudian didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Restuwulan (2013) mengenai pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dengan hasil positif signifikan.

Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati, Shinta, dan Rina (2013) mengenai Pengaruh Asimetri Informasi Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Praktik Earnings Management menunjukkan bahwa asimetri informasi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan keberadaan komite audit, tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap praktik manajemen laba di perusahaan dengan hubungan positif. Hasil penelitian tersebut kemudian

didukung oleh hasil penelitian terbaru oleh Firdaus (2013), yang menunjukkan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba


(48)

2.3 Model Penelitian

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

Sumber: Data Diolah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Motivasi manajer dan

Asimetri Informasi Pada Praktik Manajemen Laba di

Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Motivasi manajer dan praktik manajemen laba

Manajer selaku agent juga mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Rahmawati, Supono, dan Qomariyah (2006) menyebutkan bahwa informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan informasi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung termotivasi untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya.

Motivasi Manajer

Asimetri Informasi

Praktik Manajemen Laba Debt Covenant

Abnormal Return


(49)

Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa adanya insentif untuk

melakukan manajemen laba yang timbul karena perjanjian utang, disebut dengan hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis). Debt covenant hypothesis memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah pinjaman atau utang yang ingin didapatkan oleh perusahaan, maka perusahaan berupaya menunjukkan kinerja yang baik kepada debtholders (Fatmariani, 2013).

Debt covenant hypothesis dalam Lestari (2011) menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas tinggi cenderung termotivasi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan agar kinerja keuangan perusahaan terlihat baik misalnya dengan melaporkan penjualan lebih besar dari yang sesungguhnya, akibatnya laba perusahaan yang dilaporkan terlalu tinggi dari seharusnya. Tindakan ini dilakukan untuk meyakinkan kreditur agar mau memberi kucuran dana lagi ke perusahaan. Jadi atas dasar untuk meyakinkan kreditur manajer melakukan rekayasa laba perusahaan (Tarjo, 2009).

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh motivasi manajer terhadap manajemen laba dilakukan oleh Achmad, Subekti, dan Atmini (2007). Penelitian ini menguji pengaruh motivasi dan strategi terhadap praktik manajemen laba. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa peningkatan motivasi debt covenant dan motivasi biaya politik akan meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum. Ada pandangan bahwa manajemen laba dianggap sebagai sesuatu yang pantas dilakukan oleh manajer, karena dimotivasi untuk mencari pendanaan perusahaan dan terkesan bahwa perusahaan kesulitan menjual sahamnya di pasar modal.


(50)

Penelitian selanjutnya mengenai pengaruh antara motivasi dan strategi terhadap praktik manajemen laba di industri perbankan Indonesia dilakukan oleh Supono (2009). Motivasi manajemen laba diproksikan oleh rencana bonus, debt covenant, dan biaya politik, sedangkan strategi manajemen laba diproksikan oleh strategi pemilihan metoda akuntansi. Hasil penelitiannya kembali menunjukkan hasil bahwa variabel rencana bonus, debt covenant, dan biaya politik berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Manajer yang mendapat kompensasi bonus yang tinggi, debt covenant yang rendah, dan biaya politik yang tinggi akan termotivasi untuk melakukan praktik manajemen laba. Variabel strategi

manajemen laba juga berpengaruh signifikan positif terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian Supono (2009) tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012) dengan hasil bahwa peningkatan motivasi debt covenant berpengaruh dan akan meningkatkan praktik manajemen laba. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa koefisien Debt Covenant bernilai positif sebesar 0,188 dan memiliki signifikansi sebesar 0,043 terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Motivasi manajer berpengaruh terhadap praktik manajemen laba

2.4.2 Asimetri informasi dan praktik manajemen laba

Teori keagenan (Agency Theory) dalam Muliati (2011) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer


(51)

lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya (Rahmawati, Supono, dan Qomariyah: 2006). Ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna

memaksimalisasi nilai saham perusahaan. Menurut Mawarti (2007), penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai signal mengenai kinerja manajemen.

Seorang investor yang rasional akan membuat prediksi terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan mengamati sinyal yang di berikan perusahaan. Praktek yang terjadi, investor sering memusatkan perhatiannya hanya pada informasi laba, tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, hal ini mendorong manajer untuk

melakukan manajemen atas laba (earning management) dalam usahanya membuat entitas tampak bagus secara finansial (Mawarti, 2007). Salah satu tindakan

manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah tindakan income smoothing (perataan laba).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Assih dan Gudono (2000), disebutkan bahwa dengan adanya perataan laba tersebut dapat menimbulkan reaksi pasar (earning response) yang ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas di pasar modal (sekunder) pada saat pengumuman laba perusahaan. Reaksi pasar ini tercermin dengan adanya abnormal return di sekitar tanggal pengumuman informasi laba. Reaksi pasar terhadap praktek manajemen laba akan positif jika manajemen laba mengisyaratkan kondisi perusahaan yang lebih baik, dan


(52)

sebaliknya, pasar akan memberikan reaksi negatif jika manajemen laba mengisyaratkan kondisi perusahaan yang lebih buruk (Wahyuningsih, 2007).

Beberapa peneliti sebelumnya telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat mempengaruhi manajemen laba. Hasil penelitian oleh Meliyana (2009), secara empiris menunjukkan secara parsial, variabel independen asimetri informasi, variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Begitu juga hasil penelitian oleh Agusti dan Pramesti (2009), menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2005-2007.

Berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu tersebut, penulis ingin menguji kembali mengenai pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan food and beverages, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi Dan Sampel

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang bergerak dalam sektor industri food and beverages yang terdatar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan dilakukan dari tahun 2009-2012. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 18 perusahaan di sektor industri food and beverages.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang memiliki kriteria tertentu. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana pengambilan perusahaan sampel dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode 2009 sampai dengan 2012

2. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan auditor dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 3. Perusahaan menerbitkan data saham bulanan perusahaan yang dipublikasikan

selama tahun pengamatan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 sampai 31 Desember 2012.


(54)

4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. 5. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan

merger selama tahun 2009 sampai dengan 31 Desember 2012.

Tabel 3.1 berikut ini menyajikan hasil pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling.

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode 2009 sampai dengan 2012.

18  Pelanggaran kriteria I

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan auditor dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember

(0)

 Pelanggaran kriteria II

Perusahaan yang tidak menerbitkan data saham bulanan perusahaan yang dipublikasikan selama tahun pengamatan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 sampai 31 Desember 2012.

(1)

 Pelanggaran kriteria III

Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah

(0)  Pelanggaran kriteria IV

Perusahaan yang melakukan transaksi akuisisi dan merger selama tahun 2009 sampai dengan 31 Desember 2012.

(0)

Jumlah sampel terseleksi yang digunakan 17 Sumber: Indonesian Capital Market Directory

Jumlah sampel akhir yang terpilih sebanyak 17 perusahaan yang merupakan 94,44% dari seluruh perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI sealama tahun 2009 sampai dengan 2012.


(55)

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan food and beverages yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data Indonesian Capital Market Directory yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Data laporan keuangan perusahaan tahun 2009-2012 diperoleh dari pojok Bursa Efek Indonesia maupun dari situs resmi BEI seperti www.idx.co.id 2. Data harga saham perusahaan menggunakan data harga saham bulanan dan

data Indonesian Capital Market Directory (ICMD) untuk tahun 2009-2012 yang diperoleh melalui Pusat Informasi Pasar Modal

3. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan IHSG bulanan tahun 2009-2012 yang diperoleh dari situs www.yahoofinance.com.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua cara untuk mengumpulkan data yang akan diperlukan untuk melakukan analisis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari buku-buku, literatur, jurnal akuntansi, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi untuk memperoleh data-data yang diperlukan terutama mengenai laporan keuangan perusahaan-perusahaan


(56)

food and beverages. Penulis memperoleh data dari dari pojok Bursa Efek

Indonesia maupun dari situs resmi BEI dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD), seperti www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

3.3.1 Variabel Bebas (Independen) 1. Motivasi Manajer

Motivasi manajemen laba menggunakan motivasi debt covenant. Untuk

mengidentifikasi debt covenant adalah dengan menggunakan proksi dari tingkat laverage. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt To Equity Ratio, yaitu suatu perbandingan antara nilai seluruh hutang (total debt) dengan total ekuitas.

Debt covenant hypothesis dalam Lestari (2011) menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas tinggi cenderung termotivasi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan agar kinerja keuangan perusahaan terlihat baik. Tindakan ini dilakukan untuk meyakinkan kreditur agar mau memberi kucuran dana lagi ke perusahaan. Jadi atas dasar untuk meyakinkan kreditur manajer melakukan rekayasa laba perusahaan (Tarjo, 2009). Pengkuran motivasi debt covenant dengan proksi dari tingkat laverage yaitu Debt To Equity Ratio, selaras dengan penelitian yang dilakukan Nughrohohadi (2013).


(57)

Dengan demikian rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Debt To Equity Ratio adalah:

2. Asimetri Informasi

Penelitian ini mengukur asimetri informasi dengan menggunakan cummulative abnormal return. Pengumuman laba yang mempunyai kandungan informasi akan memicu timbulnya reaksi pasar berupa abnormal return. Sehingga untuk

mengukur adanya reaksi pasar dapat menggunakan variabel abnormal return. Karena tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, informasi laba yang mengandung praktek manajemen laba dianggap tidak akurat, sehingga mempunyai kandungan informasi yang lebih rendah daripada informasi laba yang tidak mengandung praktek manajemen laba (Wahyuningsih, 2007). Dengan demikian, reaksi pasar terhadap pengumuman laba yang mengandung praktek manajemen laba juga akan lebih rendah, sehingga abnormal return yang timbul juga akan lebih kecil. Dapat dilihat bahwa semakin rendah tingkat abnormal return, menunjukkan semakin rendah reaksi pasar terhadap pengumuman laba karena semakin tinggi indikasi terjadinya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2000), abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian imbal hasil tidak normal


(58)

(abnormal return) adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi dengan imbal hasil ekspektasi.

Adapun langkah-langkah dalam menghitung cummulative abnormal return mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan olehWahyuningsih (2007) adalah sebagai berikut:

a. Menghitung return realisasi (actual return)

Rit = (Pit - Pit-1) / Pit-1 Keterangan:

Rit : return saham perusahaan i pada periode t Pit : harga saham perusahaan i pada periode t Pit-1 : harga saham perusahaan i pada periode t-1

b. Menghitung return ekspektasi (expected return)

Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2000) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model mean-adjusted model, market model, dan market adjusted model. Dalam penelitian ini akan digunakan market adjusted model (model penyesuaian pasar) karena dianggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Komarudin, Imam Subekti, dan Sari Atmini, 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Ikatan Akuntan Indonesia. Makassar. Agusti, Restu Dan Tyas Pramesti. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran

Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi. Pekanbaru: Universitas Riau.

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control Systems Buku 2. Salemba Empat: Jakarta.

Anwar, Khairil. 2011. Kasus permasalahan manajemen laba. Diakses pada20 Januari 2014. http://khairilanwarsemsi.blogspot.com/2011/10/kasus-permasalahan- manajemen-laba.html.

Assih, Prihat., dan M. Gudono. 2000. Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang

Terdapat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Januari, Hal 35-53

Belkoui dan Ahmed Riahi. 2000. Accounting theory, 4th Edition, Thomson Learning.

Cahan, S.F. 1992. The Effect A Antitrust Investigations on Discretionary Accruals A Refined Test of the Political Cost Hipotesis. The Accounting Review. Vol. 67 No. 1. January, hal. 77-95.

Cibro, Roma Anaria. 2010. Pengaruh Asimetri Informasi, Konsentrasi Kepemilikan Institusional, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Dechow, P. M., & Skinner, D. J. 2000. Earnings management: Reconciling the views of accounting academics, practitioners, and regulators. Accounting Horizons, 14(2), 235-250.


(2)

Devi, Chyntia. 2012. Analisis pengaruh motivasi manajer terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi.

Lampung: Universitas Lampung.

Fatmariani. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant Dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Firdaus, Ilham. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang. Fisher, Marilyn, dan Kenneth Rosenzweigh. 1995. Attitudes of Students and

accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics, Volume 14, hal. 443-444. Friedlan, J.. 1994. Accounting Choices by Issuers of Initial Public Offerings.

Contemporary Accounting Research, Summer. Retrieved: January 28th , 2007, from Emerald Insight database.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Halim, Julia, Carmel Meiden, dan Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh

Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk pada LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi SNA VIII. Solo.

Harris, Milton and Artur Raviv. 1990. Capital Structure and the Informational Role of Debt. The Journal o f Finance Vol. XLV, No. 2.

Healy, Paul. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics. 7, hal. 85-107

Healy, Paul M. and J.M. Wahlen. (1999). A Review Of The Earnings Management Literature And Its Implications For Standard Setting. Accounting Horizons 13, 365-383.

Herawati, Nurul & Zaki Baridwan. 2007. Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Melanggar Perjanjian Utang. Simposium Nasional Akuntansi X. Ikatan Akuntan Indonesia. Makasar.

Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat: Jakarta.

Indraswari, Ratih. 2010. Pengaruh Status Internasional, Diversifikasi Operasi dan Legal Origin terhadap Manajemen Laba ( Studi Perusahaan Asia yang


(3)

Terdaftar di NYSE). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII. Purwokerto.

Janes, Troy D. 2003. Accruals, Financial Distress, and Debt Covenants. Dissertation at the University of Michigan Business School.

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. hal. 305-360.

Jogiyanto, H.M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. BPFE, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Jogiyanto Hartono dan Ainun Na’im. 1998. The Effect of A legal Process on Management of Accruals: Further Evidences on Management of Earnings. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 13 (2).

Jones, J. J. 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting Research 29 (2): 193‐228.

Karina, Emi. 2013. Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2009–2011.Skripsi. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Komalasari, Puput T. 2001. Asimetri Informasi dan Cost of equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi III.

Kustinah, Siti, dkk. 2011. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. The Journal Of Accounting Finance. Volume 16 No 2. Lampung: Universitas Lampung.

Kusumawati, Eny, Shinta Permata Sari, dan Rina Trisnawati. 2013.Pengaruh Asimetri Informasi Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Praktik Earnings Management. Jurnal Akuntansi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lasdi, Lodovicus. 2009. Pengujian Determinan Konservatisma Akuntansi. Jurnal akuntansi kontemporer vol1 no.1. Surabaya: Unika Widya Mandala.

Lestari, Ni Made Dewi. 2011. Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Melanggar Perjanjian Utang. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Lupia, Arthur & Mathew McCubbins. 2000. Representation or abdication? How citizens use institutions to help delegation succeed. European Journal of Political Research 37: 291-307.


(4)

Masdupi, Erni. 2005. Analisis dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang dalam mengontrol konflik keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 20, No.1, 2005.

Meliyana. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. ___.

Miranti, Senja. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Go Public di BEI. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Mulford, Charles and Eugene Comiskey. 2002. The Financial Numbers Game Detecting Creative Accounting Theory. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Mulford, Charless W, dan Eugene E. Comiskey. Penerjemah Aurolla S. Harahap, dan Yudith D. Anggraeni. 2010. Deteksi Kecurangan Akuntansi, The Financial Numbers Game. Penerbit PPM. Jakarta.

Muliati, Ni ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi Dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba Di Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa E fek Indonesia. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Mursalim. 2005. Income Smoothing Dan Motivasi Investor: Studi Empiris Pada Investor Di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI.

Nugrohohadi, Pradipto Tri. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Initial Public Offering. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanudin.

Rahmawati, Yacob Suparno dan Nurul Qomariah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi X. IAI.

Rama, Radian Sri. 2012. Manajemen Laba (Earning Management) Dalam Perspektif

Etika Hedonisme. Skripsi.Malang: Universitas Brawijaya.

Restuwulan. 2013. Penagruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Bandung: Universitas Widyatama. Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management:

Some Evidence. Diakses pada 20 Januari 2014. http /www.ssrn.com. Salno, H.M. dan Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (income


(5)

Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1):17-34.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory.Second edition. Canada: Prentice Hall.

Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. Edisi Keempat. USA: Prentice Hall.

Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4, 424-441.

Stice, E. K., Stice, J. D., & Skousen, K. F. (2009). Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Subali dan Diana, Z. 2002. Analisis Pengaruh Transaction Cost terhadap Holding Period Saham Biasa (Studi Kasus pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2000). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5. No.2, Hal.193-213.

Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiri, Slamet. 1998. Earning Management: Teori, Modal dan Bukti

Empiris.Telaah Bisnis; 1-8.

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. PT. Grasindo. Jakarta.

Supono, Mirahandayani. 2010. Pengaruh Motivasi Dan Strategi Terhadap Praktik Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Susilo, Petrus Dwi Edi. 2012. Pengaruh Laba Kotor, Total Arus Kas, Dan Size Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok: Universitas Gunadarma.

Tarigan, Theresia Christina. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba.Skripsi.Jawa Timur: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Tarjo. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage

terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII Padang.

Teoh, S. H., Welch, I., & Wong, T. J. 1998.Earnings management and the underperformance of seasoned equity offerings. Journal of Financial economics, 50(1), 63-99.


(6)

Tjahjono, Mazda Eko Sri. 2012. Manajemen laba. Diakses pada 8 Desember 2013. http://mazda4education.wordpress.com.

Ujiyantho, Moh. Arief dan Bambang Agus P. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X.

Utomo, R Moelyo., dan Bachruddin. (2005). Analisis Manajemen Laba Pada Penawaran Perdana Saham di Bursa Efek Jakarta. Sinergi, edisi khusus on finance, ISSN: 1410-9018, halaman 17-34.

Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta.Tesis. Seamarang: Universitas Diponegoro. Wasilah. 2005. Hubungan Asimetri Informasi dan Praktik Perataan Laba di

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2, No. 1. Hal. 1-23. Watts, R.L and Zimmerman, J.L.1986. Positive Accounting Theory. New York:

Pratice Hall.

Widyaningdyah. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, Nopember 2001: 89 – 101. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Wimboweni, Pora Retno. 2007. Pengaruh Kualitas Audit Dan Motivasi

Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Initial Public Offering (IPO). Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Wisnumurti, Andhika. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan Asimetri Informasi Dengan Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Mawarti, Yuliana. 2007. Pengaruh Income Smoothing (Perataan Laba) Terhadap Earning Response (Reaksi Pasar) Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. ____. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Edisi

Revisi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. www.idx.co.id

www.google.com www.yahoofinance.com


Dokumen yang terkait

Leverage Dan Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba (Survey Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 11 1

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

7 50 87

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012.

0 1 16

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 99

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BEI.

2 3 101

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 15

AKPM09. PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

5 14 28

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN MOTIVASI MANAJEMEN LABA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

0 0 11

Skripsi Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11