PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR
MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB
SD NEGERI 05 METRO TIMUR
(Skripsi)
Oleh
SRI SURANI KURNIAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(2)
PENERAPAN TEKNIK
EXAMPLE NON-EXAMPLE
UNTUK
MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB
SD NEGERI 05 METRO TIMUR
Oleh
Sri Surani Kurniawati
Penelitian
ini
dilatarbelakangi
oleh
kurangnya
kemampuan
siswa
mengkomunikasikan materi yang dipelajarinya kepada sesama teman dan hasil
belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar pada pembelajaran tematik kelas
IVB SD Negeri 05 Metro dengan menerapkan teknik
Example Non-Example
.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan
tahapan setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Alat pengumpul data penelitian adalah lembar observasi dan soal tes. Teknik
analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisisi kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan kemampuan berkomunikasi siswa
“
baik dan
sangat baik”
siklus I sebesar 50%, siklus II sebesar 57,14%, dan siklus III 77,78%.
Persentase hasil belajar sikap “baik dan sangat baik” siklus I sebesar 46,43%,
siklus II sebesar 64,28%, dan siklus III sebesar 85,18%. Persentase hasil belajar
keterampilan “baik dan sangat baik” siklus I sebesar 46,43%, siklus II sebesar
71,43%, dan siklus III sebesar 85,18%. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan
siklus I sebesar 59,25 dengan siswa yang mendapat kriteria baik dan sangat baik
sebanyak 15 siswa (53,57%). Pada siklus II, nilai rata-rata adalah 64,82 dengan
siswa yang mendapat kriteria baik dan sangat baik sebanyak 20 siswa (71,43%).
Dan nilai rata-rata pada siklus III sebesar 75,56 dengan siswa yang mendapat
kriteria baik dan sangat baik sebanyak 22 siswa (81,48%). Hal tersebut berarti
penerapan teknik
Example Non-Example
dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Penulis dilahirkan di Poncowarno Kecamatan Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 27 Juli 1992,
merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari
pasangan bapak Poniran Asror dan Ibu Martini.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 02
Poncowarno Tahun 2003, SMPN 1 Kalirejo pada Tahun 2007, dan SMAN 1
Kalirejo pada Tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Lampung.
(8)
“
Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah.
Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.
”
(9)
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah swt. dan
terima kasih serta bangga kepada :
Ayahanda Poniran Asror serta Ibunda Martini yang selalu memberi nasehat agar
selalu ingat kepada Allah SWT. dan selalu memberi semangat dalam
menyelesaikan
perkuliahan
semoga keberhasilan ini dapat memberikan
kebahagiaan dan kebanggaan bagi mereka.
Mamas dan Mbak ku yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang.
Keponakan-keponakanku yang selalu menjadi penghilang rasa penat disela-sela
kesibukan menyelesaikan studi.
(10)
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik
dan hidayahnya serta inayahnya sehingga skripsi penulis yang berjudul:
“
Penerapan Teknik Example Non-Example untuk Meningkatan Kemampuan
Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur
”
dapat penulis selesaikan. Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung, yang mengesahkan ijazah sarjana.
2.
Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah
memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Unila yang telah menyetujui skripsi ini.
4.
Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah
memberikan persetujuan dalam melakukan rangkaian penulisan skripsi.
5.
Ibu Dra. Asmaul Khair M.Pd., Ketua Unit Pelaksanaan Program PGSD Metro
dan sekaligus sebagai Pembimbing Utama
yang telah
memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
(11)
xi
Kedua atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
7.
Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan saran dan
masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
8.
Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Administrasi PGSD Metro yang telah
membantu sampai skripsi ini selesai.
9.
Kepala SD Negeri 05 Metro Timur Ibu Yuliana, S.Pd. yang telah memberikan
izin untuk melaksanakan penelitian dan Ibu Dian Anita Sari, S.Pd. selaku
Guru kelas IVB yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.
10. Roby Ansori yang selalu memberikan segala doa, bantuan, dukungan dan
semangat untukku. Indri, Titik, Wulan, Rosi, Catur, Nita, Yani, Mega, Putu,
dan Rimba serta Keluarga besar
di kost’an
yang selalu membantu dan
memberi semangat.
11. Teman-teman kelas 2010B yang selalu mendukung serta rekan-rekan PGSD
angkatan 2010 serta Almamater tercinta.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat
kekurangan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua .Aaaaaamiin.
Bandar Lampung, 1 Mei 2014
Penulis,
Sri Surani Kurniawati
1013053092
(12)
Halaman
COVER LUAR ...
i
ABSTRAK ...
ii
COVER DALAM ...
iii
HALAMAN PERSETUJUAN...
iv
HALAMAN PENGESAHAN...
v
HALAMAN PERNYATAAN ...
vi
RIWAYAT HIDUP...
vii
MOTO ...
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
ix
SANWACANA...
x
DAFTAR ISI...
xi
DAFTAR TABEL...
xv
DAFTAR GAMBAR ...
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...
xvii
BAB I
PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang Masalah ...
1
B. Identifikasi Masalah...
5
C. Rumusan Masalah...
5
D. Tujuan Penelitian ...
6
E. Manfaat Penelitian ...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ...
8
A. Pembelajaran Tematik
...
8
1. Pengertian Pembelajaran Tematik...
8
2. Kelebihan dan Manfaat Pembelajaran Tematik ...
9
3. Pendekatan Ilmiah (
Scientific Approach
)...
10
B. Belajar ...
12
1. Pengertian Belajar ...
12
2. Hasil Belajar...
13
3. Penilaian Autentik...
14
C. Kinerja Guru ...
14
D. Kemampuan Berkomunikasi...
17
1. Pengertian Komunikasi ...
17
2. Pengertian Kemampuan Berkomunikasi...
18
3. Jenis- Jenis Komunikasi...
19
(13)
BAB III METODE PENELITIAN ...
24
A. Jenis Penelitian ...
24
B. Setting Penelitian ...
25
C. Teknik Pengumpulan Data...
26
D. Alat Pengumpul Data...
26
E. Teknik Analisis Data ...
27
F. Prosedur Penelitian ...
29
G. Indikator Keberhasilan...
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN ...
34
A. Deskripsi Awal ...
34
B. Hasil Penelitian ...
35
1. Siklus I ...
35
a. Kinerja Guru...
38
b. Kemampuan Berkomunikasi Siswa...
39
c. Hasil Belajar Sikap ...
40
d. Hasil Belajar Keterampilan ...
42
e. Hasil Belajar Pengetahuan...
43
2. Siklus II ...
45
a. Kinerja Guru...
48
b. Kemampuan Berkomunikasi Siswa...
49
c. Hasil Belajar Sikap ...
50
d. Hasil Belajar Keterampilan ...
52
e. Hasil Belajar Pengetahuan...
53
3. Siklus III...
55
a. Kinerja Guru...
57
b. Kemampuan Berkomunikasi Siswa...
58
c. Hasil Belajar Sikap ...
60
d. Hasil Belajar Keterampilan ...
61
e. Hasil Belajar Pengetahuan...
62
C. Pembahasan Penelitian ...
64
1. Kinerja Guru...
64
2. Kemampuan Berkomunikasi Siswa ...
66
3. Hasil Belajar Sikap...
67
4. Hasil Belajar Keterampilan ...
69
5. Hasil Belajar Pengetahuan ...
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
73
A. Kesimpulan ...
73
B. Saran ...
74
DAFTAR PUSTAKA ...
75
(14)
xiv
Tabel
Halaman
1.
Kategori Keberhasilan Kinerja Guru ...
27
2.
Kategori Tingkat Keberhasilan Kemampuan Berkomunikasi
28
3.
Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ...
29
4.
Kinerja Guru Siklus I...
38
5.
Kemampuan Berkomunikasi Siswa Siklus I ...
39
6.
Hasil Belajar Sikap Siklus I...
41
7.
Hasil Belajar Keterampilan Siklus I ...
42
8.
Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I ...
43
9.
Kinerja Guru Siklus II ...
48
10. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Siklus II ...
49
11. Hasil Belajar Sikap Siklus II ...
51
12. Hasil Belajar Keterampilan Siklus II...
52
13. Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II ...
53
14. Kinerja Guru Siklus III ...
58
15. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Siklus III...
59
16. Hasil Belajar Sikap Siklus III ...
60
17. Hasil Belajar Keterampilan Siklus III ...
61
18. Hasil Belajar Pengetahuan Siklus III...
63
19. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I,II,III ...
64
20. Rekapitulasi Kemampuan Berkomunikasi Klasikal
Siklus I,II,III ...
66
21. Rekapitulasi Hasil Belajar Sikap Klasikal Siklus I,II,III...
67
22. Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan Klasikal
Siklus I,II,III ...
68
23. Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Klasikal
Siklus I,II,III ...
70
(15)
xv
Gambar
Halaman
1.
Alur Siklus PTK ...
25
2.
Grafik Nilai Kinerja Guru Siklus I,II,III...
65
3.
Grafik Persentase Kemampuan Berkomunikasi Klasikal
Siklus I,II,III ...
66
4.
Grafik Persentase Hasil Belajar Sikap Klasikal
Siklus I,II,III ...
67
5.
Grafik Persentase Hasil Belajar Keterampilan Klasikal
Siklus I,II,III ...
68
6.
Grafik Persentase Hasil Belajar Pengetahuan Klasikal
(16)
xvi
Lampiran
Halaman
1.
Surat Keterangan dari Unila ...
78
2.
Surat Penelitian Pendahuluan dari Unila ...
79
3.
Surat Izin Penelitian dari Unila ...
80
4.
Surat Izin Penelitian dari SD ...
81
5.
Surat Pernyataan Teman Sejawat ...
82
6.
Surat Keterangan Penelitian dari SD ...
83
7.
Pemetaan Kompetensi Siklus I ...
84
8.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ...
85
9.
Pemetaan Kompetensi Siklus II...
96
10. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ...
97
11. Pemetaan Kompetensi Siklus III ...
106
12. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III...
107
13. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru ...
129
14. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Berkomunikasi ...
139
15. Rekapitulasi Hasil Belajar Sikap ...
144
16. Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan ...
149
17. Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan...
150
(17)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara universal pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk
mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan
dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik, tujuannya untuk
mengembangkan atau mengubah kepribadian dan pola fikir sesorang. Hal
tersebut sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan emosional
dan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
Bangsa dan Negara.
Seseorang
yang
ingin
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka ia harus menempuh
pendidikan. Peran pendidikan dalam upaya pembentukan generasi dimasa
mendatang menuntut guru sebagai bagian dari elemen pendidikan untuk
proaktif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada tujuan
pendidikan. Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
(18)
paling fundamental dalam pemberian konsep. Kurikulum 2013 mengarahkan
proses pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar menggunakan
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu
yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang diikat dalam tema-tema
tertentu (Prastowo, 2013: 126).
Pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 pada pelaksanaannya
menekankan pada penggunaan pendekatan ilmiah dan penilaian autentik.
Kemendikbud (2013: 208), bahwa langkah-langkah penerapan pendekatan
ilmiah (
scientific
approach)
dalam pembelajaran adalah mengamati
(
observing
), menanya (
questioning
), menalar (
associating
), mencoba
(
experimenting
), membentuk jaringan (
networking
).
Sedangkan yang
dimaksud penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013: 240).
Penerapan pembelajaran tematik menjadikan siswa dapat belajar dari
pengalaman maupun lingkungan sekitar. Upaya untuk menunjang tercapainya
pembelajaran tematik tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang
kondusif, dan iklim pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas sangat
berpengaruh akan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IVB SD
Negeri 05 Metro Timur pada tanggal 22-23 Januari 2014, diperoleh informasi
bahwa proses pembelajaran tematik belum dilaksanakan secara optimal dan
belum merujuk pada tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013.
Guru belum menggunakan teknik pembelajaran, khususnya teknik
Example
(19)
Non-Example
karena guru masih banyak menggunakan metode ceramah yang
menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau
teacher
centered
dan pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan materi
sebanyak-banyaknya
daripada pengalaman yang didapat saat proses
pembelajaran serta penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku
pelajaran yang digunakan, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum
menampakkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi
siswa.
Selain itu, kegiatan belajar lebih ditandai dengan budaya hapalan
sehingga siswa kurang mampu untuk mengkomunikasikan materi yang
dipelajarinya kepada sesama teman karena hanya terfokus pada hapalan
materi semata tanpa bisa menjelaskannya. Siswa pun kurang antusias dalam
mengikuti pelajaran yang mengakibatkan siswa lebih memilih mengobrol
dengan teman sebangkunya dan suasana kelas menjadi gaduh.
Masalah-masalah tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi
standar keberhasilan belajar yakni minimal mendapat nilai 66 atau minimal
masuk dalam kriteria baik. Hal ini terlihat dari nilai ulangan semester ganjil
siswa kelas IVA dan IVB. Dari 28 siswa kelas IVA yang mencapai standar
keberhasilan sebanyak 9 siswa (32,14%) dan yang belum mencapai standar
keberhasilan belajar sebanyak 19 siswa (67,86%). Sedangkan nilai ulangan
kelas IVB yakni dari 28 siswa, sebanyak 14 siswa (50%) sudah mencapai
standar keberhasilan belajar, sedangkan 14 siswa (50%) belum tuntas atau
belum mencapai standar keberhasilan belajar (data hasil ulangan semester
ganjil pembelajaran tematik). Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian
(20)
tindakan kelas IVB perlu dilakukan karena hasil belajar dan kemampuan
berkomunikasi siswa kelas IVB masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.
Penggunaan cara yang tepat akan mempengaruhi suasana pembelajaran,
untuk itu perlu digunakan teknik yang dapat membuat siswa benar-benar
fokus dalam pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh siswa untuk aktif
dalam pembelajaran. Salah satu teknik pembelajaran yang memungkinkan
adalah teknik
Example Non-Example
. Karena dengan menggunakan teknik
tersebut dapat mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh
yang disajikan dan siswa harus mampu menyampaikan hasil pemecahan
permasalahan kepada siswa lain (Huda, 2013: 234).
Kelebihan menggunakan teknik
Example Non-Example
salah satunya
adalah siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar
melalui kegiatan analisis contoh dan siswa diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapat. Sehingga kegiatan belajar akan menjadi kondusif
karena masing-masing siswa akan fokus dengan tugasnya masing-masing.
Pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa mengalami proses pencarian
konsep secara langsung dan akan tertanam di benaknya sehingga konsep itu
tidak cepat hilang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini difokuskan pada
penerapan teknik
Example Non-Example
untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur,
khususnya dalam pembelajaran tematik. Oleh karena itu, penulis melakukan
penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “
Penerapan Teknik
(21)
Example Non-Example
untuk Meningkatan Kemampuan Berkomunikasi dan
Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran tematik belum dilaksanakan secara optimal.
2. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru (
teacher centered
) dengan
didominasi oleh penggunaan metode ceramah.
3. Belum digunakannya teknik
Example Non-Example
.
4. Penyampaian materi ajar dilakukan secara formal dan terpaku pada buku
pelajaran, sehingga penerapan proses konstruktivis belum optimal.
5. Siswa kurang mampu untuk mengkomunikasikan materi
yang
dipelajarinya kepada siswa lain.
6. Hasil belajar siswa rendah, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada
nilai semester pertama yakni dari 28 siswa, sebanyak 14 siswa (50%)
sudah mencapai standar keberhasilan belajar, sedangkan 14 siswa (50%)
belum tuntas atau belum mencapai standar keberhasilan belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
melalui
penerapan teknik
Example Non-Example
dalam pembelajaran tematik
siswa kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur?
(22)
2. Apakah
melalui
penerapan
teknik
Example Non-Example
dalam
pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB
SD Negeri 05 Metro Timur?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran tematik
melalui penerapan teknik
Example Non-Example
pada siswa kelas IVB SD
Negeri 05 Metro Timur.
2. Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran tematik melalui penerapan
teknik
Example Non-Example
pada siswa kelas IVB SD Negeri 05 Metro
Timur.
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat
berharga pada perkembangan ilmu pendidikan khususnya bidang ke-SD-an
berkaitan dengan penerapan teknik
Example Non-Example
untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, melalui penerapan
teknik
Example Non-Example
diharapkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas
IVB SD Negeri 05 Metro Timur pada pembelajaran tematik dapat
meningkat.
(23)
b. Bagi guru, dapat memperluas pengetahuan guru mengenai penggunaan
teknik
Example Non-Example
sehinga dapat digunakan untuk
meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru
dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai kurikulum.
c. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam
upaya meningkatkan mutu pembelajaran sebagai referensi bagi tenaga
pendidik di sekolah.
(24)
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 yang saat ini sudah mulai diterapkan pada jenjang
sekolah dasar, tidak hanya dilaksanakan di kelas rendah saja akan tetapi di
kelas tinggi juga. Kurikulum 2013 telah menerapkan pembelajaran tematik
sehingga pemisah antar mata pelajaran tidak terlalu tampak.
Pembelajaran tematik membantu siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Prastowo (2013:117) mengemukakan bahwa pembelajaran
tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi
pengalaman bermakna pada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Rusman (dalam Prastowo, 2013:118) bahwa model pembelajaran tematik
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
Pengemasan pembelajaran tematik harus dirancang dengan tepat agar
pengalaman belajar yang didapat siswa benar-benar bermakna. La Iru dan
Arihi (dalam Prastowo, 2013: 119) mengemukakan bahwa model
(25)
pembelajaran tematik memiliki sejumlah arti penting dalam membangun
kompetensi siswa, yaitu:
a. pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran secara aktif, sehingga siswa
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya;
b. pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (
learning by
doing
).
Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran dengan
menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali pembelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa.
2. Kelebihan dan Manfaat Pembelajaran Tematik
Kelebihan pembelajaran tematik menurut Kemendikbud (2013: 184)
adalah:
a. menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat
mengkonseptualisasi dan mensintesis;
b. relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar;
c. menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar; dan
d. memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan
model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta
didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (
higher
levels of thinking
) atau keterampilan berpikir dengan
mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills),
sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
Sedangkan manfaat pembelajaran tematik menurut Kemendikbud
(2013: 188) adalah:
(26)
b. menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok
belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong
peserta didik untuk memecahkan masalah;
c. mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang
ramah otak (
brain-friendly classroom
);
d. peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu
memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh
dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi
konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan
pengetahuan secara siap;
e. proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada
dalam format ramah otak;
f. materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
diaplikasikan
langsung
oleh
peserta
didik
dalam
kehidupannya sehari-hari;
g. peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk
menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan
cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip
belajar tuntas; dan
h. program
pembelajaran
yang
bersifat
ramah
otak
memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar
dengan menerapkan variasi cara penilaian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik memiliki kelebihan dan manfaat yang sangat banyak sehingga
sangat baik untuk digunakan dalam kurikulum 2013 karena memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
3. Pendekatan Ilmiah (
Scientific Approach
)
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SD dan
sederajat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pendekatan ilmiah (
scientific appoach
) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran (Sudarwan dalam Kemendibud, 2013: 200). Dengan demikian,
(27)
proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,
prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah
jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
a. substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata;
b. penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis;
c. mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis,
analistis,
dan
tepat
dalam
mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran;
d. mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari substansi atau materi pembelajaran;
e. mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau
materi pembelajaran;
f. berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan; dan
g. tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya. (Kemendikbud, 2013:
200).
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pendekatan ilmiah (
scientific approach)
merupakan salah satu pendekatan
yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk merangsang
kemampuan berfikir siswa dalam memperoleh pengetahuan bermakna
melalui pembelajaran berbasis kaidah ilmiah yang meliputi kegiatan
mengamati (
observing
), menanya (
questioning
), menalar (
associating
),
mencoba (
experimenting
), membentuk jaringan (
networking
).
(28)
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam
pengetahuan, keterampilan, sikap. Artinya tujuan kegiatan belajar
mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman James O. whittaker (dalam Djamarah
2000: 12). Sedangkan menurut Slameto (dalam Djamarah 2000: 12)
merumuskan tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Kegiatan belajar mengajar
seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil
belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian
hasil belajar siswa.
Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa
perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun
perubahan sementara karena suatu hal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah serangkaian proses kegiatan jiwa raga untuk memproleh
ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman serta perubahan tingkah
(29)
laku dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
2. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar
dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam
upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar) faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang
mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis,
antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan
dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian
tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor
dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
mendapatkan
pengetahuan,
penanaman
konsep
dan
keterampilan, dan pembentukan sikap (http://id.shvoong.com/).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2012: 5).
Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan keterampilan yang
dimiliki siswa setelah ia mendapatkan aktivitas belajar, hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan dari
(30)
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental berupa kognitif, afektif dan psikomotor yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Gagne dalam
Kosasih dan Angkowo, 2007: 54).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki siswa akibat
proses penyampaian informasi melalui kegiatan belajar. Data tentang hasil
belajar diperoleh melalui penilaian autentik.
3. Penilaian Autentik
Setiap proses pembelajaran
diakhiri dengan
penilaian untuk
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pada kurikulum
2013 dituntut untuk menggunakan penilaian yang autentik. Penilaian
autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(Kemendikbud, 2013: 240).
Penilaian autentik merupakan penilaian yang cocok digunakan dalam
pembelajaran tematik karena dianggap mampu untuk menggambarkan
hasil belajar peserta didik baik dalam rangka mengobservasi, menalar,
mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
C. Kinerja Guru
Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Kinerja guru yang dimaksud
(31)
adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Sistem penilaian kinerja
guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain
untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka
mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan
prestasi peserta didik (Kemendikbud, 2012: 5). Sistem ini merupakan bentuk
penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam
melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Pada
dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan:
1. menentukan tingkat kompetensi seorang guru;
2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah;
3. menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam
mekanisme penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja
guru;
4. menyediakan
landasan
untuk
program
pengembangan
keprofesian berkelanjutan bagi guru;
5. menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan
tanggung-jawabnya serta mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam
mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai
prestasinya; dan
6. menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir
guru serta bentuk penghargaan lainnya (Kemendikbud, 2012: 6).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru (Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru
dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.
(32)
2. Kompetensi Kepribadian
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan
menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru
dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri,
belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi
aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan
berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari.
Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan
berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan para orang tua
siswa, guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial tersebut
meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul,
simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
4. Kompetensi Profesional
Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan
kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
(33)
itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemampuan
profesional tersebut adalah: (1) penyampaian pembelajaran, yaitu guru
sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses
pembelajaran, (2)
-
pelaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus selalu
mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode/strategi yang tepat,
menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep
yang benar menggunakan multimedia, (3)
-
dalam proses pembalajaran,
yaitu guru harus memerhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai
ilmu keguruan, seperti cara menerapkan apersepsi, perhatian, kerja
kelompok, korelasi, dan sebagainya, dan (4) dalam hal evaluasi, yaitu
secara teori dan praktik guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin diukurnya, maka alat ukur tersebut harus benar dan
tepat.
Berdasarkan uraian di atas, kinerja guru dalam penelitian ini digunakan
sebagai acuan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kualitas
pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
D. Kemampuan Berkomunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam
sebuah aktivitas. Wiryawan & Noorhadi (dalam Solihatin, 2012: 35-36)
mendefinisikan komunikasi sebagai (1) proses penyampaian informasi, (2)
(34)
proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain, dan (3)
proses penciptaan arti terhadap gagasan yang disampaikan.
Solihatin (2012: 36) mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses, bukan hal yang statis. Komunikasi menghasilkan perubahan dalam
usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama serta melibatkan suatu
kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses menerima dan menyampaikan informasi yang didapat dari
seseorang kepada orang lain.
2. Pengertian Kemampuan Berkomunikasi
Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran
karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata kemampuan berasal dari kata “mampu” yang
berarti “bisa, sanggup melaksanakan sesuatu”, sedangkan kata
“kemampuan” berarti “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”.
Menurut Robbin (dalam Yusdi, milmanyusdi.blogspot.com, 2011)
kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut kemampuan (ability)
adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Berdasarkan uraian tentang pengertian kemampuan dan komunikasi di
atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan
berkomunikasi dalam penelitian ini adalah kecakapan seseorang untuk
menerima dan menyampaikan informasi yang didapat dari seseorang
kepada orang lain.
(35)
3. Jenis- Jenis Komunikasi
Komunikasi digolongkan dalam dua jenis yakni komunikasi verbal
(komunikasi dengan kata-kata) dan komunikasi nonverbal (komunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh). Dalam proses komunikasi yang
bersifat langsung yaitu terjadi kontak langsung antara pengirim dengan
penerima pesan, kedua jenis komunikasi tersebut biasanya digunakan
secara bersama-sama.
a. Aspek- aspek komunikasi verbal
Menurut
Harianto (2012: 29-30) komunikasi verbal sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut:
1) Perbendaharaan kata yaitu kemampuan mengelola kata dan
banyaknya kata yang diketahui;
2) Kecepatan (
racing
) yaitu kecepatan berbicara;
3) Intonasi atau tekanan suara;
4) Singkat dan jelas yaitu isi pesan yang disampaikan singkat dan jelas;
dan
5) Waktu yang tepat yaitu kemampuan mengelola waktu saat
menyampaikan pesan sehingga tidak membuang-buang waktu.
b. Aspek-aspek komunikasi nonverbal
Menurut Harianto (2012: 30-31) aspek-aspek komunikasi nonverbal
sangat meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Ekspresi wajah yaitu kemampuan mengendalikan ekspresi wajah
sesuai dengan pesan yang disampaikan;
(36)
3) Suara; dan
4) Gerak isyarat.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi
digolongkan dalam komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal
adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata sedangkan komunikasi
nonverbal adalah komunikasi menggunakan bahasa tubuh. Dalam
penelitian ini kemampuan berkomunikasi diukur dengan komunikasi
verbal dan nonverbal. Dalam pembelajaran menggunakan teknik
Example
Non-Example
, kemampuan berkomunikasi siswa dilatih melalui diskusi
kelompok kecil.
E.
Teknik
Example Non-Example
1. Pengertian Teknik
Example Non-Example
Teknik
Example Non-Example
merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hamdani (2011: 94)
mengemukakan bahwa
Example Non-Example
adalah teknik belajar yang
menggunakan contoh-contoh.
Menurut Huda (2013: 215) pendekatan pembelajaran yang berbasis
komunikasi memungkinkan siswa untuk mampu menerima dan
menyampaikan informasi. Salah satu teknik yang termasuk pendekatan
berbasis komunikasi adalah
Example Example. Example
Non-Example
merupakan teknik pembelajaran yang menggunakan gambar
sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran, Huda (2013: 234).
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
(37)
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam gambar.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara: pengamatan dan
definisi.
Teknik
Example Non-Example
dapat digunakan untuk
mengajarkan definisi konsep. Teknik ini bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat mempelajari definisi konsep dengan menggunakan 2
hal yang terdiri dari
Example
dan
Non-Example
.
Example
memberikan
gambaran akan sesuatu yang menjadi suatu contoh yang berkaitan dengan
materi yang dibahas, sedangkan
Non-Example
memberikan gambaran akan
sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang dibahas. Penerapan
teknik
Example Non-Example
melatih siswa untuk menganalisis sebuah
contoh sehingga mendapat sebuah definisi konsep sesuai materi yang
diajarkan. Dengan demikian dalam teknik
Examples Non Examples
tercakup teori belajar
konstruktivisme
. Trianto (2011: 28) mengemukakan
bahwa teori
konstruktivisme
memiliki satu prinsip yang paling penting
yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa,
melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik
Example Non-Example
adalah teknik pembelajaran yang diambil dari
sebuah contoh, kasus, atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.
Siswa diberikan kesempatan dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan
contoh gambar yang diberikan oleh guru dan mempresentasikannya
dihadapan teman-temannya.
(38)
2. Kelebihan dan Kelemahan Teknik
Example Non-Example
a. Kelebihan Teknik
Example Non-Example
Menurut Hamdani (2011: 94) kelebihan dari teknik
Example
Non-Example
antara lain:
1) siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar;
2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; dan
3) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kelemahan teknik
Example Non-Example
Menurut Hamdani (2011: 94) ada beberapa kelemahan dalam
menggunakan metode
Example Non-Example,
diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar; dan
2) memakan waktu yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa teknik
Example Non-Example
memilki kelebihan yaitu dapat merangsang siswa
memberdayakan segala kemampuan dan potensinya dalam setiap
pembelajaran. Siswa diajarkan untuk belajar berkomunikasi dengan baik
untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengkomunikasikannya kepada
teman-teman yang lain saat diskusi kelompok.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Teknik
Example Non-Example
Menurut Hamdani (2011: 94) langkah-langkah dalam menggunakan
teknik
Example Non-Example
adalah sebagai berikut:
a. guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran;
(39)
b. guru menempalkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
OHP;
c. guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk memerhatikan atau menganalisis gambar;
d. melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil
diskusinya;
f. mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai; dan
g. kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan teknik
Example Non-Example
adalah memberikan contoh, meminta siswa untuk mengamati, membagi
kelompok, siswa melaksanakan diskusi kelompok, mempresentasikan hasil
kerja kelompok
.
Secara umum penyelenggaraan teknik
Example
Non-Example
dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan kemampuan
siswa dalam menerima informasi dan menyampaikan informasi.
F.
Hipotesis penelitian
Berdasarkan kajian teori, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“jika
penerapan teknik
Example Non-Example
dalam pembelajaran tematik
dengan memperhatikan
langkah-langkah secara tepat, maka dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas IVB
SD Negeri 05 Metro Timur”.
(40)
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang
difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan
classroom
action research (CAR).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2007: 1.4).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai strategi pemecahan
masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian melakukan refleksi
terhadap hasil tindakan. Hasil tindakan dan refleksi tersebut dijadikan sebagai
langkah pemilihan tindakan berikutnya sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam pelaksanaan penelitian ini
mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan
tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap
perencanaan (
planning
), tindakan (
acting
), pengamatan (
observing
), dan
refleksi (
reflecting
).
(41)
Gambar 1: Alur Siklus PTK (Wardhani,2007: 2.4)
B.
Setting
Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri
05 Metro Timur dengan jumlah 28 siswa yang terdiri dari 14 siswa
laki-laki dan 14 siswa perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Metro Timur yang
beralamatkan di Jln. Tongkol No. 18 Yosodadi Kecamatan Metro Timur,
Kota Metro.
SIKLUS I
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan
SIKLUS III
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
(42)
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, dimulai bulan Februari
sampai Agustus 2014 yang dimulai dari tahap persiapan (penyusunan
perangkat) sampai tahap penyusunan laporan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik non tes
(observasi) dan tes.
1. Teknik Non Tes
Teknik nontes digunakan untuk mengukur variabel berupa kinerja
guru, kemampuan berkomunikasi siswa dan keterampilan serta sikap
melalui lembar observasi.
2. Teknik Tes
Teknik tes dilakukan dengan memberikan soal-soal tes untuk
memperoleh data hasil belajar.
D. Alat Pengumpul Data
1. Panduan Observasi, instrumen ini dirancang
oleh peneliti yang
berkolaborasi dengan guru kelas untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kemampuan berkomunikasi siswa dan kinerja guru selama
pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama
berlangsungnya proses pembelajaran dicatat dalam lembar observasi yang
telah disediakan.
2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai hasil belajar guna mengetahui peningkatan setiap siklusnya,
(43)
khususnya mengenai penguasaan materi yang diajarkan melalui penerapan
teknik
Example Non-Example
.
E.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang didapat dianalisis dengan menggunakan
analisis kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kinerja guru dan
kemampuan berkomunikasi siswa. Data ini diperoleh dari data non tes
yaitu observasi.
Analisis dan pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk
mengungkapkan semua prilaku siswa dan perubahannya selama proses
pembelajaran dari siklus I, siklus II dan siklus III.
a. Kinerja guru
Tingkat pencapaian kinerja guru dapat diperoleh dengan rumus:
Nilai
=
× 100
Nilai tersebut dikategorikan dalam kategori keberhasilan guru dalam
menerapkan teknik
Example Non-Example
sebagai berikut.
Tabel 1. Kategori Keberhasilan Kinerja Guru
Nilai
Kategori
90
≤ AB ≤ 100
Sangat Baik
75
≤ B < 90
Baik
60
≤ C < 75
Cukup
K < 60
Kurang
(44)
a. Kemampuan berkomunikasi
NA =
100
Keterangan:
NA = Nilai kemampuan berkomunikasi yang dicari atau diharapkan
JS = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
1.
= Bilangan tetap
(Aqib, dkk., 2009: 41)
Tabel 2. Kategori Tingkat Keberhasilan Kemampuan Berkomunikasi
Konversi Nilai Predikat Kategori Skala 0-100 Skala 1-486-100 4,00 A Sangat Baik
81-85 3,66
A-76-80 3,33 B+ Baik
71-75 3,00 B
66-70 2,66
B-61-65 2,33 C+ Cukup
56-60 2,00 C
51-55 1,66
C-46-50 1,33 D+ Kurang
0-45 1,00 D
(sumber : Kemendikbud, 2013:313)
Untuk menghitung persentase kemampuan berkomunikasi siswa secara
klasikal:
kemampuan berkomunikasi klasikal =
100%Sumber: (Purwanto, 2008 : 102).
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai
dinamika kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya
dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif diperoleh
dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III.
(45)
Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai
rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.
a. Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa secara individual digunakan
rumus:
Nilai individu =
100
Tabel 3. Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Konversi Nilai
Predikat
Kategori
Skala 0-100
Skala 1-4
86-100
4,00
A
Sangat Baik
81-85
3,66
A-76-80
3,33
B+
Baik
71-75
3,00
B
66-70
2,66
B-61-65
2,33
C+
Cukup
56-60
2,00
C
51-55
1,66
C-46-50
1,33
D+
Kurang
0-45
1,00
D
(Kemendikbud, 2013: 131)
b. Untuk menghitung persentase keberhasilan belajar siswa secara klasikal
Keberhasilan belajar klasikal =
100%
Sumber: (Purwanto, 2008 : 102)
F.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur
penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur
siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan
berkesinambungan yaitu (1) perencanaan (
planning
), (2) pelaksanaan
(46)
(
acting
), (3) pengamatan (
observing
), dan (4) refleksi (
reflecting
) (Wardhani,
dkk., 2007: 2.4).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara fleksibel, maksudnya
penelitian ini tidak terikat dengan berapa siklus yang direncanakan. Penelitian
ini akan dihentikan apabila indikator yang diharapkan telah tercapai atau
penelitian ini telah sampai pada titik jenuhnya. Yang dimaksud dengan titik
jenuh penelitian ini adalah apabila hasil yang didapat selalu berada pada
kisaran persentase yang sama meskipun telah dilakukan refleksi
berulang-ulang.
Siklus I
Pada siklus I dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti bersama guru membuat rencana pembelajaran
yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Adapun
langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:
a. membuat perangkat pembelajaran (pemetaan kompetensi dan rencana
perbaikan pembelajaran);
b. menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan
media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran;
c. menyiapkan instrumen nontes dan tes. Instrumen nontes berupa lembar
observasi. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya.
(47)
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari Rencana Pembelajaran
(RP) yang telah dibuat. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran
tematik melalui penerapan teknik
Example Non-Example
pada siklus I
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakan.
2) Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang
akan ditempuh melalui penerapan teknik
Example Non-Example
.
3) Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa
sebelum memulai pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan menempalkan di papan tulis.
2) guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk menganalisis gambar.
3) melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas.
4) setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil
diskusinya dan siswa yang lain diperbolehkan memberikan komentar
atau saran atau pertanyaan.
5) mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
(48)
6) Guru memberi soal tes.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati
kemampuan berkomunikasi, kinerja guru menggunakan lembar observasi
dan hasil belajar afektif serta psikomotor menggunakan lembar penilaian
proses.
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus
pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses
pembelajaran melalui penerapan teknik
Example Non-Example
. Analisis
hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.
Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.
Siklus II
Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui
penerapan teknik
Example Non-Example
. Hasil pembelajaran pada siklus II
ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I.
Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I. Hasil
analisis pada tahap refleksi siklus II digunakan sebagai bahan perencanaan
pada siklus selanjutnya dan seterusnya.
(49)
Siklus III
Siklus ke III ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui
penerapan teknik
Example Non-Example
. Hasil pembelajaran pada siklus III
ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus II.
Siklus III ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I dan II.
Hasil analisis pada tahap refleksi siklus III digunakan sebagai pertimbangan
apakah penelitian ini masih harus dilanjutkan atau diberhentikan karena sudah
mencapai indikator keberhasilan penelitian.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain
sebagai berikut:
1. Kemampuan berkomunikasi siswa meningkat setiap siklusnya dan siswa
yang berada pada nilai
≥
2,66 atau minimal berada pada kategori baik
secara klasikal mencapai 75%.
2. Hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya dan siswa yang berada pada
nilai
≥
66 atau minimal berada pada kategori baik secara klasikal mencapai
75%.
(50)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan teknik
Example Non-Example
pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 05
Metro Timur dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan teknik
Example Non-Example
dalam pembelajaran tematik
dengan tepat dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase kemampuan
berkomunikasi klasikal. Kemampuan berkomunikasi siswa yang berada
pada kategori baik dan sangat baik secara klasikal pada siklus I yaitu 50%.,
pada siklus II yaitu 57,14%, dan siklus III yaitu 77,78%.
2. Penerapan teknik
Example Non-Example
dalam pembelajaran tematik
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar ini terdiri dari hasil
belajar sikap, keterampilan dan pengetahuan. Persentase ketuntasan hasil
belajar sikap pada siklus I sebesar 46,43%, siklus II sebesar 64,28%, dan
siklus III sebesar 85,18%. Persentase ketuntasan hasil belajar keterampilan
pada siklus I sebesar 46,43%, siklus II sebesar 71,43%, dan siklus III
sebesar 85,18%. Untuk hasil belajar pengetahuan, rata-rata nilai pada
siklus I adalah 59,25 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar
(51)
53,57%. Pada siklus II nilai rata-rata adalah 64,28 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 71,43%. Dan pada siklus III nilai rata-rata
adalah 75,56 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 81,48%.
B. Saran
1. Kepada Siswa
Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menyampaikan
materi pelajaran yang didapat kepada teman yang kurang memahami
materi pelajaran sehingga mereka sama-sama dapat mempermudah
memahami materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
2. Kepada Guru
Guru dapat
meningkatkan atau mengembangkan kemampuan
profesionalnya dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas sesuai
kurikulum dengan mengaitkan materi pembelajaran siswa dengan dunia
nyata atau benda-benda yang ada di lingkungan siswa, sehingga lebih
mudah dipahami oleh siswa. Guru dapat menggunakan berbagai teknik
yang relevan dengan tema, subtema dan materi pembelajaran.
3. Kepada Sekolah
Sekolah dapat mengembangkan teknik
Example Non-Example
sebagai
inovasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran sesuai dengan tema, subtema dan materi pembelajaran.
(52)
Angga, Kadek. 2012.
Contoh kisi-kisi
. http://anggagocill.blogspot.com /2011
/12/contoh-kisi-kisi.html. Diakses pada tangga 14 Maret 2013 @14.00.
Aqib, dkk. 2009.
Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB dan TK
.
Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas
. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2000.
Psikologi Belajar
. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani. 2010.
Strategi Belajar Mengajar
. Bandung: Pustaka Setia.
Harianto, Nanang. 2012.
Efektivitas Penggunaan Model Think Pair Share
Terhadap Minat Belajar dan Komunikasi Siswa Kelas V Mata Pelajaran
IPA Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 03 Salahtiga Semester Genap
Tahun Pelajaran 2011/2012
. (Online) Hal 29-31. Tersedia di
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/941/T1_292
008220_BAB%20II.pdf?sequence=3. Diakses pada Senin 10 Maret 2013 @
17:26. Skripsi diterbitkan.
Http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktivitas-belajar/ diakses tanggal
28 januari 2014.
Huda, Miftahul. 2013.
Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Kemendikbud. 2012.
Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru
. Jakarta:
Badan PSDMP dan PMP.
(53)
Dikti.
. 2013.
Tema 7: Cita-citaku Buku Guru SD/MI Kelas IV
. Jakarta:
Lazuardi GIS.
. 2013.
Tema 7: Cita-citaku Buku Siswa SD/MI Kelas IV
. Jakarta.:
Lazuardi GIS.
Komalasari, Kokom. 2010.
Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Kosasih dan Angkowo. 2007.
Optimalisai Media Pembelajaran
. Jakarta: PT
Grasindo.
Mulyasa. 2013.
Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013
. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi. 2013.
Pengembangan Bahan Ajar Tematik
. Yogyakarta: Diva
Press.
Purwanto, Ngalim. 2008.
Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2012.
Model- Model Pembelajaran.
Bandung: Rajagrafindo Persada.
Solihatin, Etin. 2012.
Strategi Pembelajaran PPKN
. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2012.
Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM
.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun. 2010.
Format Penulisan Karya Ilmiah
. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Trianto. 2011.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya
. Jakarta: Kencana.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2009. Jakarta: Sinar
Grafika.
Wardani, I.G.A.K, dkk. 2007.
Penelitian Tindakan Kelas
. Jakarta: Universitas
Terbuka.
(54)
http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html.
diakses tanggal 28 januari 2014.
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
PEMETAAN KOMPETENSI DASAR
(Siklus I)
Tema 7 SubTema 3:
Giat Berusaha Meraih
Cita-cita
Pembelajaran Ke-1
IPS3.4.
Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi4.4.
Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomiIndikator:
Berdoa sebelum memulai belajar Membiasakan bersyukur atas karunia
Tuhan YME yang telah diberikan membiasakan untuk menghargai
pendapat teman dalam kehidupan sehari-hari
Membuat daftar cita-cita dan usaha yang perlu diraih untuk mencapai cita-cita Menceritakan interaksi yang
dilakukannya dengan lingkungan sosial yang berkaitan dengan cita-citanya.
Bahasa Indonesia
3.5.
Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku4.5.
Menyajikan teks cerita petualangan tentanglingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:
Bersyukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan berdoa khusyuk
menunjukkan perilaku peduli terhadap lingkungna dengan menggunakan bahasa yang sopan
Menjawab dan membuat pertanyaan tentang teks cerita petualangan
Menulis cerita petualangan dengan menggunakan kosakata baku
PPKn
3.3.
Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat4.3.
Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakatIndikator:
Menghargai perbedaan antar teman
Membiasakan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tugasnya Menyebutkan manfaat keberagaman sifat individu di sekolah Menunjukkan kerja sama dengan teman dalam kegiatan belajar
(62)
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
(Siklus I)
Satuan Pendidikan
:
SDN 05 Metro Timur
Kelas/Semester
: IV/2
Tema
: Cita-citaku
Subtema
:
Giat Berusaha Meraih Cita-cita
Pembelajaran Ke
: 1
Alokasi Waktu
: 6 x 35 menit
A.
Kompetensi Inti
1.
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3.
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B.
Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.4.
Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan
sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.4.
Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya
alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan
memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:
(63)
Menulis cerita petualangan dengan menggunakan kosakata baku
IPS
3.5.
Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,
sosial, budaya, dan ekonomi
4.5.
Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan
alam, sosial, budaya, dan ekonomi
Indikator:
Membuat daftar cita-cita dan usaha yang perlu diraih untuk mencapai
cita-cita
Menceritakan interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan sosial
yang berkaitan dengan cita-citanya
PPKn
3.3.
Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah,
sekolah dan masyarakat
4.3.
Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah,
sekolah, dan masyarakat
Indikator:
Menyebutkan manfaat keberagaman sifat individu di sekolah
Menunjukkan kerja sama dengan teman dalam kegiatan belajar
C.
Tujuan Pembelajaran
1.
Melalui diskusi kelompok, siswa mampu menghargai pendapat dan kerja
sama setiap individu.
2.
Setelah membaca teks, siswa mampu menjawab pertanyaan dan membuat
pertanyaan lain tentang teks cerita petualangan dengan benar.
3.
Dengan bekerja sama, siswa mampu bermain peran tentang teks cerita
petualangan dengan menggunakan kosakata baku dengan benar.
4.
Setelah melakukan wawancara, siswa mampu membuat daftar cita-cita
(64)
5.
Dengan kegiatan diskusi, siswa mampu menyebutkan manfaat
keberagaman sifat individu di sekolah dengan benar.
6.
Dengan kegiatan diskusi, siswa mampu menunjukkan sikap bekerja sama
dengan teman dengan benar.
D.
Materi Pembelajaran
1.
Wawancara tentang cita-cita
2.
Kerjasama dalam sebuah cita-cita
3.
Interaksi di lingkungan sekitar berkaitan dengan cita-cita
E.
Teknik dan Metode Pembelajaran
Pendekatan
:
Scientific
Teknik
:
Example Non-Example
Metode
: Tanya Jawab, Bermain Peran, Diskusi kelompok,
Ceramah dan Penugasan
F.
Langkah-langkah Pembelajaran
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan
Guru memberikan salam guru dan mengkondisikan siswa agar siap belajar
Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa yang mempunyai cita-cita? bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita?”
Menginformasikan subtema yang akan dibelajarkan yaitu tentang Giat Berusaha Meraih Cita-cita
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, yaitu bagaimana usaha untuk meraih cita-cita
15 menit
Inti 1. Siswa mengamati gambar tentang cita-cita di papan tulis yang telah ditempelkan guru.
Tanyakan pendapat siswa mengenai gambar yang ditunjukkan oleh guru.
2. Siswa dibagi teks bacaan.
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang untuk mengerjakan tugas kelompok.
4. Siswa diminta untuk mendeskripsikan tentang gambar cita-cita dan bagaimana usaha untuk meraih cita-cita
(65)
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU
sesuai gambar dan teks bacaan yang ditempel di papan tulis.
5. Siswa dibimbing untuk menganalisis gambar, Langkah-langkahnya:
Berdasarkan gambar yang telah diberikan guru, siswa memperhatikan gambar.
Siswa menganalisis gambar tersebut (gambar apa?)
Siswa menulis dan menyusun cerita berdasarkan hasil analisisnya.
6. Masing-masing kelompok diminta untuk menceritakan/ mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
7. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk mendengarkan dan memberikan pendapatnya.
8. Setelah selesai diskusi, secara individu siswa mencari tahu tentang cita-cita teman di kelas. Ia akan bertindak sebagai wartawan yang akan mewawancarai teman-temannya
9. Siswa membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada temannya dalam wawancara tersebut.
10. Siswa membuat cerita berdasarkan hasil wawancara. 11. Siswa menuliskan contoh kerja sama yang dilakukan
dalam cita-cita atau pekerjaan tersebut nantinya. Siswa menuliskannya di dalam bagan yang tersedia. 12. Siswa mengerjakan tes yang diberikan guru
Penutup
1.
Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari2.
Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)3.
Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran) Mengamati sikap siswa dalam berdo’a (sikap duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya dsb)
Apabila ada siswa yang kurang benar dan kurang sempurna dalam berdo’a, maka setelah selesai kegiatan berdo’a, langsung diberi nasehat agar besok kalau berdoa lebih disempurnakan
4.
Guru mengucapkan salam pada siswa.15 menit
G.
Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
a.
Sumber Belajar
Buku Guru Kelas 4 Tema Cita-citaku Subtema Giat Berusaha Meraih
Cita-Cita, halaman 103-107
Buku Siswa Kelas 4 Tema Cita-citaku Subtema Giat Berusaha Meraih
Cita-Cita, halaman 70
–
74
(66)
b.
Media Pembelajaran
LKS
Media Grafis
H.
Penilaian Hasil Pembelajaran
1.
Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian sikap
(terlampir)
2.
Penilaian Pengetahuan
Penilaian Pengetahuan dilakukan dengan memberikan soal tes (terlampir)
3.
Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian
keterampilan
Metro, 7 April 2014
Guru Kelas,
Peneliti,
Dian Anita Sari, S.Pd.
Sri Surani Kurniawati
(67)
Media
(68)
Nama Kelompok: Anggota:
Lembar Kerja Kelompok
Amati Gambar dan baca cerita di halaman 70!
I.
Tuliskan hasil analisis yang kalian dapat di bawah ini!
1.
Cita-cita tentang
:
2.
Alasan bercita-cita
:
3.
Sikap yang harus dimiliki jika cita-citanya terwujud:
4.
Usaha apa saja yang dilakukan:
(69)
Nama:
Tugas Individu
1.
Buatlah 3 kalimat pertanyaan untuk wawancara kepada temanmu tentang
cita-citanya!
2.
Tuliskan hasil wawancara!
3.
Buatlah cerita berdasarkan hasil wawancara kepada temanmu!
(1)
siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
(2)
Siklus II
Guru menempalkan gambar untuk kegiatan pengamatan siswa
(3)
Siswa berdiskusi mengamati dan menganalisis gambar
(4)
siswa mempresentasikan hasil diskusi
(5)
Siklus III
siswa mengamati gambar
(6)
presentasi kelompok