PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

HABIBIE SYAFRUDIN

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014, yakni 8 siswa (28,57%) tuntas dan 20 siswa (71,42%) belum tuntas dari KKM 66. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe example non example pada pembelajaran tematik.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observating), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri 2 pertemuan. Alat pengumpul data berupa lembar observasi untuk aktivitas siswa dan kinerja guru serta tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa siklus I 64,39 (kategori cukup), siklus II 67,63 (kategori aktif), dan siklus III 75,21 (kategori aktif). Ketuntasan hasil belajar siswa terdiri dari tiga aspek yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Nilai rata-rata afektif siswa siklus I 65,5 (kategori cukup), Siklus II 71,53 (kategori baik), dan siklus III 75,5 (kategori baik). Presentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa siklus I 62,49% (kategori cukup), siklus II 83,92% (kategori sangat baik), dan siklus III 94,63% (kategori sangat baik). Nilai rata-rata psikomotor siswa siklus I 66,54 (kategori baik), siklus II 74,51 (kategori baik), dan siklus III 83,92 (kategori sangat baik).


(2)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Penelitian ... 34

2. Alur Siklus PTK ... 37

3. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Guru ... 111

4. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Aktivitas Siswa... 113

5. Grafik Nilai Afektif Siswa ... 115

6. Grafik Nilai Kognitif Siswa ... 117


(3)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

HABIBIE SYAFRUDIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO

“Wahai or ang-or ang yang ber iman mintalah per tolongan melalui Sabar dan Shalat, sesungguhnya Allah bersama or ang-orang yang sabar . Dan benar -benar

akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelapar an, dan kekurangan buah-buahan, dan ber ilah kabar gembir a bagi orang-or ang yang sabar , (yaitu)

yang apabila mer eka ter timpa musibah mer eka mengatakan “ Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali”.”

(QS. Al-Baqar ah: 155-156)

“Kata Tidak Bisa Hanya Ber laku Bagi Or ang Yang Tidak M au” (penulis)


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, kuucapkan terimakasih tak bertepi, kepada Tuhan-ku, Allah S.W.T. Yang M aha Pengasih dan Penyayang , karena

dengan Rahmat-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan Ibuku tersayang, yang tak bosan memberikan nasehat, arahan serta dukungan dan do’anya selama ini.

Saudaraku tersayang, yang selalu menjadi motivasi untuk terus berjuang.

Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekaliku dengan Ilmu Pengetahuan yang bermanfaat.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 serta sahabat-sahabat terdekatku, yang selalu memotivasi sampai skripsi ini selesai.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Metro pada tanggal 29 Juli 1991,

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak

Syafrudin dan Ibu Yulinda.

Pendidikan peneliti dimulai dari TK Aisyiah pada tahun

1996. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah

Dasar (SD) Muhammadiyah Metro diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian

peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 06

Merto dan telah selesai pada tahun 2006, selanjutnya peneliti melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 02 Metro dan diselesaikan

pada tahun 2009.

Pada tahun 2010 peneliti tercatat sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri

Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program


(11)

i

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Coopetative Learning tipe Example Non Example Pada Pembelajaran Tematik Kelas IV B SDN 01 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini tersusun berkat adanya masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.


(12)

ii memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., Dosen Pembimbing Akademik dan juga Dosen Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, dan nasihat serta bantuan yang diberikan di sela kesibukannya.

7. Bapak Drs. Rapani, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti semala masa kuliah dan selama proses pembuatan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Nelly Astuti, M. Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Ibu Hj. Suyetti, S. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian.

11. Ibu Juahir, S.Pd., Wali kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat dan teman sejawat atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian dapat berjalan lancar.

12. Siswa-siswi Kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, khususnya kelas A terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

14. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang selalu ada disaat senang maupun susah.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu peneliti.


(13)

iii khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan amal dari Allah S.W.T.

Metro, November 2014 Peneliti


(14)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Model Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 10

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 11

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning ... 12

5. Model Cooperative Learning tipe Example Non-Example ... 14

6. Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe Example Non-Example ... 16

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning tipe Example Non-Example ... 18

B. Belajar ... 19

1. Pengertian Belajar ... 19

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 21

3. Pengertian Hasil Belajar ... 22

C. Pembelajaran Tematik ... 23

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 23

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 25

3. Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Tematik ... 28

4. Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Tematik ... 30

D. Kerangka Berpikir ... 32


(15)

v

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Alat Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Prosedur Penelitian ... 50

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 61

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A.Profil SD Negeri 01 Metro Pusat ... 62

B.Deskripsi Awal ... 62

C.Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I ... 64

2. Siklus II ... 83

3. Siklus III ... 97

D.Pembahasan ... 109

1. Kinerja Guru ... 110

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 111

3. Afektif Siswa ... 113

4. Kognitif Siswa ... 115

5. Psikomotor Siswa ... 118

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A.Kesimpulan ... 122

B.Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(16)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar Penilaian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Tematik Dengan

Pendekatan Saintifik ... 39

2. Lembar Obervasi Penilaian Aktivitas Siswa ... 41

3. Kriteria Skor untuk Aktivitas Siswa ... 42

4. Lembar Penilaian Afektif Siswa ... 42

5. Kriteria Skor untuk Afektif Siswa ... 43

6. Lembar Penilaian Kognitif Siswa ... 43

7. Lembar Penilaian Psikomotor Siswa ... 44

8. Kriteria Skor untuk Psikomotor Siswa ... 44

9. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai ... 45

10.Peringkat Aktivitas Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai .. 46

11.Peringkat Sikap (Afektif) Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 47

12.Peringkat Hasil Kognitif Siswa Per Individu Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 47

13.Peringkat Psikomotor Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 48

14.Peringkat Hasil Kognitif Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 49

15.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus I ... 70

16.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus I... 72

17.Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus I... 75

18.Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus I ... 75

19.Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus I ... 77

20.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus II. ... 89

21.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus II ... 91

22.Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus II ... 92

23.Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus II ... 93

24.Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus II ... 94

25.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus III. ... 102

26.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus III ... 105

27.Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus III ... 106

28.Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus III ... 106

29.Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus III ... 108

30.Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Guru ... 110

31.Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... 112

32.Rekapitulasi Afektif Siswa ... 114

33.Rekapitulasi Kognitif Siswa ... 116


(17)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran Surat-surat ... 127

2. Lampiran Perangkat Pembelajaran ... 132

3. Lampiran Kinerja Guru ... 180

4. Lampiran Aktivitas Belajar Siswa ... 182

5. Lampiran Hasil Belajar Afektif Siswa ... 195

6. Lampiran Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 208

7. Lampiran Hasil Belajar Psikomotor Siswa... 209


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kunci keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan juga

menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia

internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang

tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi, pendidikan

memberi bekal ilmu pengetahuan bagi siswa, mengembangkan potensi

mereka, sehingga menjadi manusia yang bermanfaat untuk dirinya sendiri,

orang lain, bangsa, dan negaranya.

Berdasarkan permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa visi pendidikan nasional adalah terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Menurut Wardhani dkk (2007: 2), salah satu untuk memujudkan visi

pendidikan nasional tersebut adalah dengan membekali siswa agar mampu

dan mau berfikir logis, analitis, sistematis, kreatif serta dapat menerapkan

ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga untuk mendukung tercapainya visi pendidikan maka harus

didukung oleh kegiatan belajar mengajar yang baik. Model pembelajaran


(19)

terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa. Kualitas

dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan

ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Oleh

karena itu, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai

sehingga dapat mengkondisikan siswa agar proses pembelajaran menjadi

lebih kondusif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pada saat ini pendidikan di Indonesia tengah dalam proses menerapkan

kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini pelajaran

disajikan secara tematik. Pembelajaran tematik tidak hanya diterapkan pada

kelas rendah, namun juga di kelas tinggi. Maka dari itu, guru dituntut untuk

dapat menerapkan kurikulum baru di Indonesia dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011: 139).

Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar

yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan

secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik siswa

akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam

antar mata pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada bulan

Januari 2014 dengan guru kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat, diketahui


(20)

diketahui juga bahwa aktivitas belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB

SD Negeri 01 Metro Pusat masih tergolong rendah dan pada proses

pembelajarannya yaitu pada kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa tidak

membuat seluruh siswa ikut aktif dalam diskusi, hanya beberapa siswa saja

yang terlihat aktif, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam

kegiatan pembelajaran, pembelajaran masih bersifat teacher centred atau pembelajaran yang berpusat pada guru, dalam proses pembelajaran siswa

cenderung pasif, masih banyak diantara siswa yang mengobrol dengan

temannya ketika guru sedang menyampaikan materi, siswa kurang antusias

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, siswa belum kritis

dalam menganalisis gambar dan belum semua siswa diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya, guru belum menggunakan metode yang

bervariasi dan media pembelajaran secara maksimal saat pembelajaran, serta

guru belum menggunakan model ccooperative learning tipe example non-example dalam pembelajaran di kelas.

Keadaan aktivitas di kelas IVB yang dijabarkan di atas berpengaruh pada

hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas IVB tergolong rendah, yakni

hanya 8 siswa (28,57%) yang telah mencapai kriteria ketuntasan dan yang

belum mencapai kriteria ketuntasan yakni 20 siswa (71,42%) dari jumlah 28

siswa dengan rata-rata kelas yang belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu

71,42% dari nilai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 66.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk

mengatasi masalah-masalah yang timbul di kelas pada kegiatan pembelajaran,


(21)

model pembelajaran yang dianggap tepat untuk digunakan adalah model

cooperative learning tipe example non-example. Model ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang

disajikan (Huda, 2013: 211).

Hal ini mendorong peneliti untuk menggunakan model cooperative learning tipe example non-example. Dimana model cooperative learning tipe

example non-example ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa

akan lebih tertarik, dan bergairah, serta akan cenderung aktif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Gambar yang digunakan dalam model pembelajaran

ini dapat ditampilkan melalui poster, OHP, proyektor atau LCD. Dengan

menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran

akan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang

disajikan. Model pembelajaran ini juga menitikberatkan pada kerjasama

dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Huda, 2013: 234)

Stanic & Klipatrik (dalam Ashari, 2011: 3) menyatakan bahwa

pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar,

akan berdampak positif terhadap hasil belajar, akibatnya hasil belajar yang

diraih siswapun menjadi optimal dan begitu juga sebaliknya pembelajaran

yang tidak menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar maka berdampak


(22)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka perlu diadakan

perbaikan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

PTK merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan

dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperlukan penelitian

tentang penerapan model cooperative learning tipe example non-example

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

tematik kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat, sehingga diharapkan melalui

penerapan model cooperative learning tipe example non-example, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat dapat

meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi

permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD

Negeri 01 Metro Pusat.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD

Negeri 01 Metro Pusat.

3. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi secara maksimal.

4. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered.

6. Guru belum menggunakan media gambar untuk menyampaikan


(23)

7. Siswa terlihat kurang tertarik dan kurang bergairah serta cenderung

pasif dalam kegiatan pembelajaran.

8. Kerjasama siswa dalam pembelajaran kelompok belum optimal.

9. Siswa belum kritis dalam mengamati gambar.

10.Siswa belum mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

11.Masih sedikit siswa yang diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya.

12.Pembelajaran di kelas IVB belum menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe example non-example.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran

2013/2014?

2. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran


(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan

kelas ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro

Pusat melalui penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik tahun pelajaran 2013/2014. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro

Pusat melalui penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik tahun pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan

di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran tematik melalui penerapan model cooperative learning

tipe examplenon-example pada siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

2. Bagi Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru pada

pembelajaran tematik di SD Negeri 01 Metro Pusat mengenai model

cooperative learning tipe example non-example sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan


(25)

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan dan memberikan kontribusi yang

berguna bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran di SD Negeri 01 Metro Pusat, sehingga memiliki output

yang berkualitas dan kompetitif.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan penguasaan dalam menerapkan

model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik, sehingga akan tercipta guru yang profesional


(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi adalah sebagai

suatu proses dalam rangka mencapai tujuan penmbelajaran. Guru dengan

sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak

didiknya. Dengan seperangkat teori pengalaman yang dimiliki, guru

gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan

baik dan sistematatis. Salah satu usaha yang harus guru lakukan dan terus

dikembangkan adalah bagaimana memahami kedudukan model

pembelajaran sebagai salah satu komponen yang menjadi bagian yang

sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar. Memahami definsi atau

apa yang disebut dengan model pembelajaran adalah hal yang penting

sebelum guru menerapkan model pembelajaran di kelas.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 41) model pembelajaran

merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan

perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model

pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik

(learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching).


(27)

Menurut Komalasari (2011: 57) menyatakan bahwa model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Sedangkan menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah suatu rencana dalam kegiatan pembelajaran

yang disajikan oleh guru untuk mengorganisasikan pengalaman belajar

dan merancang pengajaran yang bermakna sehingga dapat mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Dalam mengajar guru harus memperhatikan model pembelajaran

yang cocok agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang di ajarkan.

Ada banyak model pembelajaran yang berkembang saat ini yang dapat

membantu guru dalam pembelajaran,

Menurut Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2011: 55) model-model pembelajaranmemiliki banyak tipenya, diantaranya:

a. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning) adalah strategi belajar yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu

b. Pembelajaran berbasis proyek (projek-based-learning) adalah pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin pembelajaran

c. Pembelajaran pelayanan (service learning) adalah model

yang menyediakan suatu aplikasi praktis suatu


(28)

d. Pembelajaran berbasis kerja (work-based-learning) adalah dimana tempat kerja terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam memahami dunia terkait

e. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di

atas maka penulis memilih model pembelajaran cooperative learning

yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok

belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan

pembelajaran

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperatif learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompokmya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja

sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. (Isjoni,

2013: 11-12)

Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2013: 17)

cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Sedangkan Slavin (dalam Isjoni, 2013: 17) mengemukakan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong siswa untuk melakukan kerja


(29)

sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengejaran oleh teman sebaya (peer teaching).

Ada banyak alasan mengapa cooperative learning tersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang

masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa

berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan

kemampuan dan keahlian. Walaupun memang pendekatan ini akan

berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya

kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan

pendekatan ini. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan

kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan

sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian siswa yang

lebih akan semakin terasah pemahamannya (Isjoni, 2013: 17).

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

model cooperative learning adalah model pembelajaran model pembelajaran yang mengelompokkan siswa di kelas ke dalam suatu

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda agar siswa

dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki

untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Ada beberapa tipe model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun

prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah, tipe-tipe model


(30)

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat

orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru

memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai

pelajaran tersebut (Rusman, 2012: 213).

b. Jigsaw

Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang

menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun sebuah gambar (Rusman, 2012: 217).

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan

menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh

siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok

bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan

diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan

kelompok (Rusman, 2012: 220).

d. Example non-example

Example non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi

pelajaran. Model ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir

kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat


(31)

e. Make a match

Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh

mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas

waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin

(Rusman, 2012: 223).

f. Teams Games Tournaments (TGT)

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang

ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan

mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk

menjawab pertanyaan yang sesuain dengan angka tersebut (Rusman,

2012: 224).

Berdasarkan model-model yang telah dijelaskan di atas maka penulis

memilih model cooperative learning tipe example non-example yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan

memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam

contoh-contoh gambar yang disajikan.

5. Model Cooperative Learning Tipe Example Non-Example

Example non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi

pelajaran. Model ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir

kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat

dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Huda, 2013: 234).

Menurut Komalasari (2011: 61) example non-example membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui


(32)

analisis cotoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan

masalah. Sedangkan Hamdani (2011: 94) mengemukakan example non-example adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.

Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis

gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi

dari sebuah gambar. Dengan demikian, model ini menekankan pada

konteks analisis siswa. Gambar yang digunakan dalam model ini dapat

ditampilkan melalui OHP, proyektor, atau yang paling sederhana, yaitu

poster. Gambar ini haruslah jelas terlihat meski dari jarak jauh, sehingga

siswa yang berada di bangku belakang dapat juga melihatnya dengan

jelas. Model pembelajaran example non-example juga ditujukan untuk mengajarkan siswa dalam belajar memahami dan menganalisis sebuah

konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara: pengamatan

dan definisi. example non-example adalah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep (Huda, 2013: 234).

Menurut Buehl (Huda, 2013: 235), model cooperative learning tipe

example non-example melibatkan siswa untuk:

1) Menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih kompleks; 2) Melakukan prosesi discovery(penemuan), yang mendorong

mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari;

3) Mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan

mempertimbangkan bagian non-example yang

memungkinkan masih memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Jadi berdasarkan uaraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa


(33)

pembelajaran yang menggunakan contoh berupa gambar sebagai media

untuk menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat menganalisis

gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi

dari sebuah gambar.

6. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Example Non-Example

Menurut Huda (2013: 235) langkah-langkah penerapan cooperative learning tipe example non-example dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri

dari 2-3 orang siswa.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap

kelompok untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar.

5. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil

diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

8. Penutup.

Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 41)

langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model coopertavie learning tipe


(34)

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui

OHP atau in focus.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi

dari analisa gambar tersebut dicatat.

5. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar hasil diskusi peserta didik, guru mulai

menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. kesimpulan

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam penelitian ini

akan menggunakan langkah-langkah/sintaks model coopertavie learning

tipe example non-example dari teori yang dikemukakan oleh Huda dan Hanafiah & Suhana. Langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri

dari 2-3 orang siswa.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap

kelompok untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar.


(35)

6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan

hasil diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa

memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

8. Penutup.

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Example Non-Example

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Termasuk model cooperative learning tipe example non-example. Huda (2013: 236) menyatakan bahwa kelebihan model

cooperative learning tipe example non-example adalah: 1) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar;

2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar;

3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Sementara itu, model ini juga memiliki kelemahan karena tidak

semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, selain

karena persiapannya yang terkadang membutuhkan waktu lama.

Berdasarkan kajian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa

model cooperative learning tipe example non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk

menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat menganalisis

gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal

isi dari sebuah gambar. Penerapan cooperative learning tipe


(36)

(1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran, (2) Guru menempelkan gambar di papan tulis atau

ditayangkan lewat OHP, ( 3 ) Guru membentuk kelompok-kelompok

yang masing-masing terdiri dari 2-3 orang, (4) Guru memberi petunjuk

dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan

dan menganalisis gambar, (5) Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar

pada kertas, (6) Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk

membacakan hasil diskusinya, (7) Berdasarkan komentar atau hasil

diskusi siswa, guru bersama siswa memantapkan materi sesuai tujuan

yang ingin dicapai, dan (8) Penutup.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses

perubahan tingkah laku seseorang secara menyeluruh sebagai hasil dari

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan sebagai hasil belajar itu sendiri dapat ditimbulkan dalam

berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, sikap dan tingkah laku,

serta kecakapan atau keterampilan.

Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005: 20), belajar adalah

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara

stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk


(37)

stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia

dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Sedangkan menurut Syaefudin Sa’ud (2006: 3) menyatakan belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai

hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti

berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

kecakapan serta kemampuan.

Menurut Thorndike (dalam Budiningsih, 2005: 21), belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi,

sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para

ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai

filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri

dalam membelajarkan para peserta didiknya. Muhamad Ali (Hanafiah

dan Suhana, 2009: 5) menyatakan, pengertian belajar maupun yang

dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya terdapat

perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan

maupun teori yang dipegang.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka penulis


(38)

laku. Dengan belajar setiap individu akan mengalami perubahan sebagai

hasil dari interaksi antara stimulus dan respon.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran akan selalu berkaitan dengan aktivitas belajar,

dengan segala bentuk aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran baik

aktivitas yang bersifat positif maupun aktivitas yang bersifat negatif.

Karena belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas di

dalam proses pembelajaran. Sardiman (2011: 100) bahwa aktivitas

belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam

kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait.

Kunandar (2010: 277) menjelaskan bahwa aktivitas siswa dalam

belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian

dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek

psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi

perubahan prilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar,

baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor

Hanafiah & Suhana (2010: 23).

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat penulis

simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan aktif siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran. Dimana aktivitas yang diharapkan dapat

dilakukan oleh siswa diantaranya yaitu melakukan semua tahapan


(39)

pembelajaran, melaksanakan perintah guru, dan mengidentifikasi

masalah.

3. Pengertian Hasil Belajar

Akibat dari proses belajar yang di dalamnya terdapat berbagai

macam aktivitas adalah hasil belajar. Hasil belajar siswa akan tercapai

dengan baik apabila guru dapat menyampaikan materi pembelajaran

secara efektif, efisien, dan kondusif. Hasil belajar yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

afektif, kognitif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar

(Susanto, 2013: 5).

Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola

perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Sedangkan Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar

adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik afektif, kognitif

maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah

mengikuti proses belajar mengajar.

Ranah Afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi, atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat

dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin,

komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan

kemampuan mengendalikan diri (Kunandar, 2013: 100). Ranah kognitif

adalah pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek

pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan


(40)

Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan atau kemampuan

bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu (Kunandar,

2013: 249).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengambil

kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dikuasai

peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar sehingga terjadi

perubahan-perubahan pada diri siswa baik di bidang afektif, kognitif, dan

psikomotorik. Indikator hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari

hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes yang diberikan oleh guru.

Indikator hasil belajar ranah afektif adalah melaksanakan tugas yang

diberikan, menaati tata tertib sekolah, menjaga kebersihan lingkungan

sekolah, dan berani menyatakan pendapat. Indikator hasil belajar pada

ranah psikomotor adalah terampil menganalisis gambar yang ditampilkan

oleh guru, aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi, dan terampil dalam

menyajikan data hasil diskusi.

C. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Dalam kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan,

pembelajaran tematik, tidak hanya di kelas rendah saja yang

menggunakan model pembelajaran tematik tetapi semua kelas dari kelas

1 sampai 6.

Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang

penuh makna dan berwawasan multikurikulum, yaitu pembelajaran


(41)

bahan (materi) ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa serta

pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar

dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan (Prastowo, 2013:

125).

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam

pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa siswa, baik secara

individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep

serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan autentik

(Rusman, 2012: 254).

Mulyasa (2013: 170) Menjelaskan dalam implementasi kurikulum

2013, murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari masing-masing mata

pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses

belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata

pelajaran lainnya

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada

beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan menurut Trianto

(2011: 154) yaitu: 1) pengalian tema, 2) pengelolaan pembelajaran, 3)

evaluasi, dan 4) reaksi. Penjelasannya sebagai berikut.

1. Panggilan tema merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan cada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.

2. Pengelolaan pembelajaran yaitu guru dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.


(42)

3. Evaluasi, pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi.

4. Reaksi yaitu dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan

materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang

disebut tema sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang

bermakna kepada peserta didik.

2. Kelebihandan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dalam kenyataannya memilik sejumlah

kelebihan dan kelemahan.

Menurut Rusman (dalam Prastowo, 2013: 150-151) pembelajaran tematik memiliki 6 kelebihan yaitu:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar;

b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;

c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;

d. Membantu mengembangkan ketrampilan berpikir siswa;

e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan f. Mengembangan ketrampilan sosial siswa, seperti kerja sama,

toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Kelemahan pembelajaran tematik menurut Prastowo (2013:


(43)

a. Keterbatasan pada aspek guru

Untuk menciptakan pembelajaran tematik, guru harus berawasan

luas, memiliki kreativitas tinggi, ketrampilan metodologis yang

andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta

mengembangkan materi.

b. Keterbatasan pada aspek siswa

Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar siswa yang

relative “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun

kreativitas.

Keterbatasan pada aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran tematik membutuhkan bahan bacaan atau sumber

informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin jga fasilitas

internet.

c. Keterbatasan pada aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes dan berorientasi pada pencapaian

ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target

penyampaian materi). Guru perlu di beri kewenangan dalam

mengembangkan materi, metode, dan penilaian keberhasilan

pembelajaran siswa.

d. Keterbatasan pada aspek penilaian

Pembelajaran tematik memerlukan cara penilaian yang

menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan


(44)

e. Keterbatasan pada aspek suasana pembelajaran

Pembelajajaran tematik cenderung mengutamakan salah satu

bidang kajian dan tenggelamnya (hilangnya) bidang kajian

lainnya. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah tema,

guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan

substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera,

dan latar belakang pendidikan guru tersebut.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang harus digunakan dalam

implementasi kurikulum 2013 yaitu pendekatan scientific (pendekatan ilmiah). Perubahan yang sangat nyata dalam kurikulum 2013 adalah

model pendekatan yang digunakan dan penerapan penilaian autentik

(autentic assesment). Penulis akan mengulas tentang apa itu pendekatan

scientific dan penilaian autentik serta bagaimana penerapannya dalam pembelajaran tematik di tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa

pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan

pembelajaran tematik diantaranya yaitu pengalaman dan kegiatan

belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya, kegiatan yang

dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, dan kegiatan belajar

bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama. Sedangkan

kekurangan pembelajaran tematik diantaranya yaitu dilihat dari aspek

guru, pembelajaran tematik menuntut tersedianya peran guru yang

memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas


(45)

akademik yang tinggi, berani untuk mengemas dan mengembangkan

materi. Dan dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik menuntut

kemampuan belajar siswa yang relatif “baik” baik dalam aspek

intelegensi maupun kreatifitasnya.

3. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern

dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan scientific (ilmiah). Penjelasan Prof. Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) tentang

pendekatan scientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan

penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses

pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,

prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika

memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat


(46)

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Menurut Hendi (http://hendisuhendi2012.wordpress.com /2013/07/

18/pendekatan-pembelajaran-scientific-di-kurikulum-2013) pendekatan

merupakan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan,

dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran

diterapkan berdasarkan teori tertentu. Pendekatan ilmiah merupakan

konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan

metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.

Pendekatan pembelajaran ilmiah merupakan bagian dari pendekatan

pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi

penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa

dalam melakukan eksperimen, namun bagaimana mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung

aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Pembelajaran ilmiah

mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan

siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara

ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi.

Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan

kemampuan siswa.

Pendekatan Scientific (Scientific Approach) berisikan materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan


(47)

disebut dengan pendekatan ilmiah ini mendorong dan menginspirasi

siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi,

memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi

pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan Permendikbud No. 67 tahun

2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar,yaitu

kurikulum 2013 dikembangkan melalui penyempurnaan pola pikir

pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran

siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran

pendekatan sains/ilmiah).

Proses pembelajaran pada pendekatan ini meliputi tiga ranah yaitu

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan siswa

yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terpadu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

pendekatan scientific adalah pendekatan dimana siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran, pendektan ini lebih menekankan pada

pembelajaran secara ilmiah meliputi mengamati, menanya, mencoba,

mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua

mata pelajaran.

4. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

Penilaian autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk

pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai

macam pendekatan untuk memecahkan masalah dengan alternatif


(48)

memonitor dan mengukur semua aspek hasil belajar yang mencakup

kognitif, sikap, serta keterampilan. Baik yang tampak sebagai hasil

akhir maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan

perolehan selama proses pembelajaran (Komalasari, 2011: 148).

Penilaian Autentik (Authentic Assesment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Secara konseptual penilaian autentik

lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan

jamak terstandar sekalipun (Kemendikbud, 2013: 221).

Sedangkan menurut Muller (Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian

autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk

menunjukan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan

penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini

sesuai dengan Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang Standar

Penilaian Pendidikan pada Bab II dijelaskan Penilaian autentik

merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk

menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan

hasil belajar siswa baik dalam rangka mengobservasi, menalar,

mencoba, mengkomunikasikan, membuat jejaring dll. Selain itu,

penilaian ini juga relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam


(49)

Penilaian ini harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan,

dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki siswa, bagaimana

mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka mampu

menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, seorang

guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan.

Penilaian autentik juga memonitor dan mengukur semua aspek

hasil belajar yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, sikap, serta

keterampilan, baik yang tampak sebagai hasil akhir maupun berupa

perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan selama proses.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan

bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan selama

proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk memperlihatkan

kemampuan dan keterampilannya dalam memecahkan suatu masalah

yang terjadi dengan pengetahuan yang dimilikinya.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah berupa input, tindakan dan

output. Input merupakan masalah-masalah yang ada pada saat proses pembelajaran tematik berlangsung, yaitu: (1) Rendahnya aktivitas belajar

siswa. (2) Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD

Negeri 01 Metro Pusat. (3) Guru belum menggunakan metode yang bervariasi

secara maksimal. (4) Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

(5) Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered. (6) Guru belum menggunakan media gambar untuk menyampaikan materi pelajaran secara


(50)

cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. (8) Kerjasama siswa dalam

pembelajaran kelompok belum optimal. (9) Siswa belum kritis dalam

mengamati gambar. (10) Siswa belum mengetahui aplikasi dari materi berupa

contoh gambar. (11) Masih sedikit siswa yang diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya. (12) Pembelajaran di kelas IVB belum

menggunakan model cooperative learning tipe example non-example. Dari permasalahan-permasalahan di atas, peneliti akan mengatasinya dengan

menerapkan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik di kelas IVB SDN 01 Metro Pusat, dengan output yang diharapkan adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa meningkat.


(51)

Gambar 1. Kerangka Penilitian

Masukkan (input)

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

3. Guru belum menggunakan variasi metode yang menarik secara maksimal. 4. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered.

6. Guru belum menggunakan media gambar untuk menyampaikan materi pelajaran secara maksimal.

7. Siswa terlihat kurang tertarik dan kurang bergairah serta cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.

8. Kerjasama siswa dalam pembelajaran kelompok belum optimal. 9. Siswa belum kritis dalam mengamati gambar.

10. Siswa belum mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 11. Masih sedikit siswa/hanya beberapa siswa yang diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya.

12. Pembelajaran di kelas IVB belum menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe example non-example.

Proses (Procces)

Penerapan model cooperative learning tipe example non-example

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 2-3 orang siswa.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar.

5. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.\

8. Penutup

Produk (Product)

1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa setiap siklusnya dengan ketuntasan mencapai ≥ 75% dari seluruh jumlah siswa

2. Meningkatanya hasil belajar siswa dengan ketuntasan mencapai ≥ 75% dari seluruh jumlah siswa . dengan KKM 66.


(52)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas ialah “Apabila dalam pembalajaran tematik guru menerapkan

model cooperative learning tipe example non-example dengan

memperhatikan langkah-langkahnya secara tepat, maka dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat tahun


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Fungsi penelitian adalah mencarikan

penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif

bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah

(Daryanto, 2012: 1).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK).

Metode penelitian yang istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR). Arikunto (2006: 58) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan

tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini

tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan

yang diharapkan dalam pembelajaran tematik di kelas. Daur ulang dalam

penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan (planning), tindakan

(action), mengobservasi (observation), serta melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.


(54)

Gambar 1. Alur Siklus PTK

(Arikunto, 2004: 16)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Metro Pusat

Kota Metro Jl. Brigjend. Sutiyoso No. 44 Kecamatan Metro Pusat Kota

Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2013/2014 selama kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Perencanaan 1

Pelaksanaan 1

SIKLUS 1

Pengamatan 1 Refleksi 1

Perencanaan II

SIKLUS II Pelaksanaan II Refleksi II

dst Pengamatan II

Perencanaan III

Pelaksanaan III

SIKLUS III

Refleksi III


(55)

dengan bulan April. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai

penulisan hasil penelitian.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif

antara peneliti dengan guru SD Negeri 01 Metro Pusat. Dalam penelitian

tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan seorang

guru Kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jumlah siswa sebanyak 28 orang siswa, dengan rincian 13 orang siswa

laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu teknik non tes dan tes

1. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap

pembelajaran tematik dengan menerapkan model cooperative learning

tipe example non-example berupa lembar pengamatan siswa (observasi). 2. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data siswa yang berupa

nilai-nilai hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan

siswa dalam pembelajaran tematik. Teknik ini berupa tes hasil belajar


(56)

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi

dan tes.

1. Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti untuk mengamati

penilaian aktivitas siswa, penilaian kognitif. penilaian afektif, penilaian

psikomotors, dan penelaian aktivitas kinerja guru.

a) Lembar Penilaian Kinerja Guru

Lembar penilaian kinerja guru digunakan dengan tujuan

memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam

melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.

Tabel 1. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Scientific

Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

Kegiatan pendahuluan Apersepsi dan motivasi

1. Mengaitkan materi pembelajaran dengan penggalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya

2. Mengajukan pertanyaan menantang

3. Menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran 4. Mendemonstrasikan sesuatu yang berkaitan dengan

tema.

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1. Menyampaiakan kemampuan yang akan dicapai peserta didik

2. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran

2. Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan iptek dan kehidupan nyata

3. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat

4. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak)

Penerapan Model cooperative learning tipe example non-example yang Mendidik

1. Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan lewat OHP.


(57)

terdiri dari 2-3 orang siswa.

4. Memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan menganalisis gambar.

5. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas. 6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk

membacakan hasil diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Penerapan Pendekatan Scientific

1. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana 2. Memancing peserta didik untuk bertanya 3. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba 4. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati 5. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis 6. Memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk

menalar berpikir logis dan sistematik

7. Menyajikan kegiatan agar peserta didik mampu berkomunikasi

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Menyajikan pembelajaran sesuai tema

2. Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam setiap subtema

3. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu

4. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan

Pemanfaatan Sumber Belajar/ MediaGrafis dalam pembelajaran

1. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar

2. Pemilihan media grafis yang tepat sesuai dengan materi pelajaran

3. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media grafis

4. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar

5. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media grafis

Pelibatan Peserta Didik Dalamm Pembelajaran 1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam

diskusi kelompok

2. Merespon positif partisipasi peserta didik 3. Menunjukan sikap terbuka terhadap respon peserta

didik

4. Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif 5. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik


(58)

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar Kegiatan Penutup

Penutup Pembelajaran

1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik

2. Memberikan tes lisan atau tertulis 3. Mengoreksi dan mengumpulkan hasil kerja

4. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas di rumah.

Jumlah Nilai

(Kemendikbud, 2013: 123)

b) Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Siswa

Lembar observasi penilaian aktivitas siswa ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Tabel 2. Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Siswa

No. Nama

Aspek yang diamati

Skor Skor

mak N K

A B C D

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.

2.

3.

4.

5.

Jumlah nilai

Nilai rata-rata klasikal


(59)

Keterangan:

A.= Melakukan semua tahapan pembelajaran dengan baik B.= Antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran C.= Melaksanakan perintah guru

D.= Mengidentifikasi masalah

Tabel 3. Kriteria Skor untuk Aktivitas Siswa

Skor Keterangan Indikator

4 Sangat

Aktif

Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan sangat Aktif, dan siswa melakukannya terus menerus selama proses pembelajaran.

3 Aktif Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan Aktif, siswa melakukannya terus-menerus tetapi sesekali tidak

2 Cukup Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan cukup Aktif, siswa melakukannya imbang dengan tidak melakukannya selama proses pembelajaran

1 Kurang Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan kurang Aktif, siswa lebih sering tidak melakukannya namun sesekali melakukannya selama proses pembelajaran

(Kemendikbud, 2013: 47) c) Lembar Penilaian Afektif Siswa

Lembar penilaian afektif ini digunakan untuk mengetahui

karakter setiap siswa selama proses pembelajaran.

Tabel 4. Lembar Penilaian Afektif Siswa

No Nama siswa

Aspek yang di amati

Skor Skor

maksimal Nilai K

A B C D

1. 2. 3. 4. 5. Jumlah nilai

Nilai rata-rata klasikal


(60)

Keterangan :

A = Melaksanakan tugas yang diberikan B = Menaati tata tertib sekolah

C = Menjaga kebersihan lingkungan sekolah D`= Berani menyatakan pendapat

(Mulyasa, 2013: 147)

Tabel 5. Kriteria Skor untuk Afektif Siswa

Skor Keterangan Indikator

4 Sangat Baik Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan sangat baik, dan siswa melakukannya terus menerus selama proses pembelajaran. 3 Baik Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa

dengan baik, siswa melakukannya terus-menerus tetapi sesekali tidak

2 Cukup Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan cukup baik, siswa melakukannya imbang dengan tidak melakukannya selama proses pembelajaran

1 Kurang Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan kurang baik, siswa lebih sering tidak melakukannya namun sesekali melakukannya selama proses pembelajaran

(Kemendikbud, 2013: 47)

d) Lembar Penilaian Kognitif Siswa

Lembar penilaian kognitif ini digunakan untuk mengetahui

pengetahuan setiap siswa dalam proses pembelajaran.

Tabel 6. Lembar Penilaian Kognitif Siswa

No Nama Siklus I Jumlah

Rata-rata Ket. P I P II

1 2 3 4 Jumlah Rata-rata

e) Lembar Penilaian Psikomotor Siswa

Lembar penilaian psikomotor ini digunakan untuk mengetahui


(1)

menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe

Example Non Example dalam pembelajaran tematik dapat

meningkatkan kognitif siswa.

Menurut Susanto (2013: 5) Akibat dari proses belajar yang di dalamnya terdapat berbagai macam aktivitas adalah hasil belajar. Hasil belajar siswa akan tercapai dengan baik apabila guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif, efisien, dan kondusif. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hal di atas jika dikaitkan dengan hasil belajar kognitif siswa dalam proses pembelajaran tematik dengan menerapkan model

cooperative learning tipe Example Non Example menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa setiap siklusnya.

Untuk memperjelas dan mempermudah melihat peningkatan yang terdapat pada tabel dapat digambarkan dalam bentuk grafik dibawah ini sebagai berikut:

Gambar 6. Grafik Nilai Kognitif Siswa 0

20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II Siklus III


(2)

5. Psikomotor Siswa

Rekapitulasi psikomotor siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 34. Rekapitulasi Psikomotor Siswa

Siklus I Siklus II Siklus II

P1 P2 P1 P2 P1 P2

61,66 71,42 71,42 77,61 82,38 85,47

Rata-rata Rata-rata Rata-rata

66,54 74,51 83,92

Peningkatan siklus I ke II 7,97

Peningkatan siklus II ke III 9,41

Keterangan:

a. Pada siklus I, psikomotor siswa dalam proses pembelajaran tematik dengan menerapkan model cooperative learning tipe Example Non Example menunjukkan rata-rata klasikal sebesar 66,54. Kriteria keberhasilan psikomotor siswa pada siklus I menunjukkan kriteria ”baik”.

b. Pada siklus II, psikomotor siswa dalam proses pembelajaran tematik dengan menerapkan model cooperative learning tipe Example Non Example menunjukkan rata-rata klasikal sebesar 74,51. Kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat psikomotor siswa ”baik”. Rata-rata klasikal psikomotor siswa pada siklus I dan II terjadi peningkatan sebanyak 7,97.

c. Pada siklus III, psikomotor siswa dalam proses pembelajaran tematik dengan menerapkan model cooperative learning tipe Example Non Example menunjukkan rata-rata klasikal sebesar 83,92. Kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat psikomotor siswa ”sangat baik”.


(3)

Rata-rata klasikal psikomotor siswa pada siklus I dan II terjadi peningkatan sebanyak 9,41. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap hasil belajar psikomotor siswa, menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe Example Non Example dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan psikomotor siswa.

Hasil belajar siswa akan tercapai dengan baik apabila guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif, efisien, dan kondusif. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Hal di atas jika dikaitkan dengan hasil belajar psikomotor siswa dalam proses pembelajaran tematik dengan menerapkan model cooperative learning tipe Example Non Example

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar psikomotor siswa setiap siklusnya

Untuk memperjelas dan mempermudah melihat peningkatan yang terdapat pada tabel dapat digambarkan dalam bentuk grafik dibawah ini sebagai berikut:

Gambar 7. Grafik Nilai Psikomotor Siswa 0

20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Rata-rata Peningkatan


(4)

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan diatas, diperoleh keterangan bahwa indikator keberhasilan tindakan yang ditetapkan telah tercapai, yaitu tingkat keberhasilan aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya dan secara klasikal ketuntasan belajar siswa minimal mencapai 75%. Dengan demikian, penelitian pada siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014 ini selesai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

_________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Budiningsih, C.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto. 2012. Panduan Operasional Penelitian Tindakan Kelas. Prestasi

Pustaka. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar PT Bumi Aksara. Jakarta. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung

Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hendi. 2013. Pendekatan Pembelajaran Scientific di Kurikulum 2013.

(http://hendisuhendi2012.wordpress.com /2013/07/ 18/pendekatan-pembelajaran-scientific-di-kurikulum-2013). Diakses tanggal 01-02-2014. @21.00 WIB.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Badan Standar Nasional Pendidikan.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.


(6)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo. Jakarta.

________ .2013. Penilaian Autentik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2010. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro. Nurgiyanto, Burhan. 2011. Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Pranowo, Ashari. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) pada Siswa Kelas IV B SDN 05 Metro Barat Tahun Pelajaran 2010/2011. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsipdan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Syaefudin Sa’ud, Udin, dkk., 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI PRESS. Bandung.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia DiniTK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SDN 6 METRO PUSAT TAHUN 2013/2014

0 11 97

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 9 71

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD N 8 METRO TIMUR TP. 2013/2014

1 16 238

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 88

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 70

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101