TANGGAP TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP INDUKSI PEMBUNGAAN DINI AKIBAT JARAK WAKTU PENYIRAMAN

Roni Alexsander Samosir

ABSTRAK
TANGGAP TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP
INDUKSI PEMBUNGAAN DINI AKIBAT JARAK WAKTU
PENYIRAMAN

Oleh

RONI ALEXSANDER SAMOSIR

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas pertanian
jenis umbi-umbian yang memiliki kegunaan sebagai bahan makanan manusia,
bahan pakan ternak, dan bahan industri. Kenaikan kebutuhan bahan baku ubi kayu
tidak diiringi dengan pertambahan jumlah lahan yang dapat ditanami ubi kayu.
Varietas baru yang berproduksi dan berkadar pati tinggi dibutuhkan untuk
mengembangkan tanaman ubi kayu. Kendala dalam mengembangkan tanaman ubi
kayu adalah induksi pembungaannya yang tidak seragam. Pemulia tanaman akan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk menyilangkan tanaman yang berbeda
umur induksi berbunganya. Cekaman air melalui jarak waktu penyiraman dapat
merangsang induksi pembungaan tanaman. Hal ini dikarenakan pertumbuhan

vegetatif terhambat dan beralih ke fase generatif. Penelitian ini bertujuan untuk
menjawab masalah bagaimanakah jarak waktu terbaik untuk menginduksi
pembungaan. Penelitian ini menggunakan stek ubi kayu klon Thailand berukuran
25 cm yang berumur 8 – 12 bulan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak

Roni Alexsander Samosir

lengkap (RAL), dengan lima perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari tiga
ulangan dan dua sub sampel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)

Cekaman air belum dapat menginduksi pembungaan dini dan mempertahankan
bunga tanaman ubi kayu tetapi dapat menghambat fase vegetatif tanaman ubi
kayu yang ditunjukkan melalui perbedaan tinggi tanaman, jumlah daun dan
jumlah buku. (2) Perlakuan dengan jarak waktu 10 hari sekali penyiraman dapat
menghambat pertumbuhan vegetatif dan mengarahkan ke pembungaan tanaman
ubi kayu yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah
daun antara H10 dan H2 sebesar 9,12 cm dan 5,17 helai daun.
Kata kunci: Bunga, cekaman air, jarak waku penyiraman, ubi kayu


TANGGAP TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP
INDUKSI PEMBUNGAAN DINI AKIBAT JARAK WAKTU
PENYIRAMAN

(Skripsi)

Oleh
RONI ALEXSANDER SAMOSIR

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

Roni Alexsander Samosir

ABSTRAK
TANGGAP TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP
INDUKSI PEMBUNGAAN DINI AKIBAT JARAK WAKTU

PENYIRAMAN

Oleh

RONI ALEXSANDER SAMOSIR

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas pertanian
jenis umbi-umbian yang memiliki kegunaan sebagai bahan makanan manusia,
bahan pakan ternak, dan bahan industri. Kenaikan kebutuhan bahan baku ubi kayu
tidak diiringi dengan pertambahan jumlah lahan yang dapat ditanami ubi kayu.
Varietas baru yang berproduksi dan berkadar pati tinggi dibutuhkan untuk
mengembangkan tanaman ubi kayu. Kendala dalam mengembangkan tanaman ubi
kayu adalah induksi pembungaannya yang tidak seragam. Pemulia tanaman akan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk menyilangkan tanaman yang berbeda
umur induksi berbunganya. Cekaman air melalui jarak waktu penyiraman dapat
merangsang induksi pembungaan tanaman. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
vegetatif terhambat dan beralih ke fase generatif. Penelitian ini bertujuan untuk
menjawab masalah bagaimanakah jarak waktu terbaik untuk menginduksi
pembungaan. Penelitian ini menggunakan stek ubi kayu klon Thailand berukuran
25 cm yang berumur 8 – 12 bulan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak


Roni Alexsander Samosir

lengkap (RAL), dengan lima perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari tiga
ulangan dan dua sub sampel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)

Cekaman air belum dapat menginduksi pembungaan dini dan mempertahankan
bunga tanaman ubi kayu tetapi dapat menghambat fase vegetatif tanaman ubi
kayu yang ditunjukkan melalui perbedaan tinggi tanaman, jumlah daun dan
jumlah buku. (2) Perlakuan dengan jarak waktu 10 hari sekali penyiraman dapat
menghambat pertumbuhan vegetatif dan mengarahkan ke pembungaan tanaman
ubi kayu yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah
daun antara H10 dan H2 sebesar 9,12 cm dan 5,17 helai daun.
Kata kunci: Bunga, cekaman air, jarak waku penyiraman, ubi kayu

TANGGAP TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP
INDUKSI PEMBUNGAAN DINI AKIBAT JARAK WAKTU
PENYIRAMAN


Oleh
Roni Alexsander Samosir

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mancapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Damson
Samosir dan Ibu Betty Tambunan. Penulis dilahirkan di Tangerang, Bantenpada 9
Juni 1993. Penulis menjalani pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Mawar

Saron sebelum melanjutkan pendidikan dasar di SD Mawar Saron,Tangerang.
Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Strada Santa Maria2,
Tangerangdan diselesaikan pada tahun 2008, kemudian dilanjutkan di SMA
Negeri, 11Tangerang dan diselesaikan pada tahun 2011.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampungpada tahun 2011. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif
dalam kegiatan akademik dan organisasi. Penulis pernah terdaftar sebagaianggota
bidang pengabdian masyarakat di Perhimpunan Mahasiswa Agroteknologi
(PERMA AGT) dan anggota bidang persekutuan umum di Persekutuan Oikumene
Mahasiswa Fakultas Pertanian (POMPERTA). Selain itu penulis juga pernah
menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Klimatologi, Teknologi Benih, dan
Agama Kristen.
Pada Bulan Juli 2014, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) yang
merupakan kegiatan wajib pada semua jurusan di Fakultas Pertanian di Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor.

Kemudian pada bulan Januari - Februari 2014 penulis melaksanakan program
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung di desa Labuhan Batin
Kecamatan Way Serdang, Mesuji.


“As for me, I would seek God, and to God would I commit my cause”
(Job 5;8)

You Will Never Walk Alone (YNWA)
(Liverpool F.C.)

PERSEMBAHAN

Puji Tuhan

Dengan Ketulusan Hati dan Rasa Penuh Syukur, Kupersembahkan Karya ini
Kepada:

Orang Tuaku Tercinta
“Bapak Damson Samosir dan Ibu Betty Tambunan” untuk Kasih Sayang,
Pengorbanan dan Doa yang Tiada Henti

Kakak dan Adikku
“Roland Samosir dan Roy Samosir” yang Menjadi Kebanggaanku


Para Sahabat yang Selalu Menemani dalam Suka Duka

Almamater Tercinta, Universitas Lampung

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia
dan anugerahnya yang senantiasa menyertai maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Tanggap Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Terhadap Induksi Pembungaan Dini Akibat Jarak Waktu Penyiraman” sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan
Agroteknologi Universitas Lampung.

Dengan selesainya skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada:
(1) Ir. Ardian, M.Agr., selaku Ketua Tim Pembimbing atas bimbingan, saran,
motifasi dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis;
(2) Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku Sekertaris Tim Pembimbing atas
bimbingan, kritik dan saran juga dukungan yang diberikan kepada penulis;
(3) Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku Penguji atas saran dan dukungan yang

diberikan kepada penulis;
(4) Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;

i

(5) Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
yang telah memberikan saran dan membantu penyempurnaan skripsi ini;
(6) Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya
Pertanian yang telah memberikan saran dan membantu penyempurnaan
skripsi;
(7) Ir. Sarno, M.S., selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan selama
melaksanakan kegiatan perkuliahan;
(8) Bapak Damson Samosir dan Ibu Betty Tambunan, abangku Roland Samosir,
dan adikku Roy Samosir, serta seluruh keluarga besarku yang senantiasa
memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, doa, dan dukungan baik moril
maupun materi bagi penulis;
(9) DressaViginita Glory Tobing yang selalu menemani penulis dan terimakasih
atas cinta, kasih sayang, semangat, serta dukungan yang diberikan kepada
penulis;

(10) Teman-teman POMPERTA, Guru Sekolah Minggu (GSM) HKBP Tanjung
Karang, Juliana Sihombing, Meydi Sagala, Rio Simarmata, dan Ryan Sitorus
serta teman-teman lainnya dalam kegiatan pelayanan penulis yang mendukung
penulis menyelesaikan skripsi;
(11) Teman-Teman Agroteknologi 2011,kelas D, dan AK yang telah mengisi harihari penulis selama berada di kampus.
Bandar Lampung, April 2016

RONI ALEXSANDER SAMOSIR

ii

DAFTAR ISI

Halaman
SANWACANA ...........................................................................................
DAFTAR ISI

..........................................................................................

i

iii

.................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

vii

DAFTAR TABEL

I.

II.

PENDAHULUAN ..........................................................................

1

1.1

Latar Belakang ........................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ...................................................................

4

1.3

Tujuan Penelitian ....................................................................

4

1.4

Kerangka Pemikiran ................................................................

5

1.5

Hipotesis .................................................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

6

Botani Ubi Kayu .....................................................................

6

2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4

Sistematika Tanaman Ubi Kayu .................................
Morfologi Tanaman Ubi Kayu ....................................
Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Kayu ...........................
Bunga Tanaman Ubi Kayu ..........................................

6
6
7
8

2.2 Cekaman Air..... ........................................................................

10

2.3

Cekaman Air dan Pembungaan .............................................

11

METODOLOGI PENELITIAN ...................................................

13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................

13

3.2 Alat dan Bahan .........................................................................

13

3.3

Metode Penelitian ...................................................................

14

3.4

Pelaksanaan Penelitian ...........................................................

14

3.5

Pengamatan

.........................................................................

16

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

19

2.1

III.

IV.

iv

4.1 Hasil Penelitian .........................................................................
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.1.8
4.1.9

V.

Tinggi Tanaman.........................................................
Jumlah Daun ..............................................................
Jumlah Buku ..............................................................
Bobot Basah Daun dan Bobot
basah Ubi dan Akar ...................................................
Bobot Basah Batang ..................................................
Bobot Kering Daun....................................................
Bobot Kering Batang .................................................
Bobot Kering Ubi dan Akar ......................................
Jumlah Cabang, Waktu Pembungaan,
Jumlah Rangkain Bunga, Jumlah
Bunga, Jumlah Bunga Jantan dan
Betina,danJumlah Bunga Gugur ................................ .....

19
20
21
23
24
26
27
28
29

31

4.2 Pembahasan.................. ..............................................................

31

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

37

5.1 Kesimpulan ................................................................................

37

5.2

Saran .......................................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

38

LAMPIRAN ....................................................................................

40

iv

DAFTAR TABEL

Tabel
1.

Halaman
Rekaptulasi hasil analisis ragam pengaruh jarak waktu
penyiraman terhadap induksi pembungaan dini pada
tanaman ubi kayu umur muda. ......................................................

19

Pengaruh perlakuan jarak waktu penyiraman pada
rata-rata tinggi tanaman ubi kayu umur 8 dan 16
minggu setelah tanam (MST). ..................................................

20

Pengaruh perlakuan jarak waktu penyiraman pada
rata-rata jumlah daun tanaman ubi kayu umur 8 dan 16
minggu setelah tanam (MST). ...................................................

21

Pengaruh perlakuan jarak waktu penyiraman pada
rata-rata jumlah buku tanaman ubi kayu umur 8 dan 16
minggu setelah tanam (MST). ...................................................

23

Pengaruh perlakuan jarak waktu penyiraman pada
bobot basah daun dan bobot basah ubi dan akar tanaman
ubi kayutanaman ubi kayu. ......................................................

24

Pengaruh perlakuan jarak waktu penyiraman pada
bobot kering ubi dan akar tanaman ubi kayu. ...........................

27

Analisis ragam tinggi tanaman pada tanaman
ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. .......................................

41

Analisis ragam jumlah daun pada tanaman
ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam.
.................................

41

Analisis ragam jumlah buku pada tanaman
ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. .......................................

41

Analisis ragam tinggi tanaman pada tanaman
ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam. ................................

41

Analisis ragam jumlah daun pada tanaman
ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam. .....................................

42

Analisis ragam jumlah buku pada tanaman
ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam. .....................................

42

13.

Analisis ragam bobot basah daun tanaman ubi kayu. ..................

42

14.

Analisis ragam bobot kering daun tanaman ubi kayu.

.............

42

15.

Analisis ragam bobot basah batang tanaman ubi kayu. ................

43

16.

Analisis ragam bobot kering batang tanaman ubi kayu. ...............

43

2.

3.

4.

5.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

vi

17.

Analisis ragam bobot basah ubi dan akar tanaman ubi kayu. .......

43

18.

Analisis ragam bobot kering ubi dan akar tanaman ubi kayu. ...

43

19.

Rata-rata tinggi tanaman pada tanaman ubi kayu
umur 8 minggu setelah tanam. ......................................................

44

Rata-rata jumlah daun pada tanaman ubi kayu
umur 8 minggu setelah tanam. ..................................................

44

Rata-rata jumlah buku pada tanaman ubi kayu
umur 8 minggu setelah tanam. ..................................................

44

Rata-rata tinggi tanaman pada tanaman ubi kayu
umur 16 minggu setelah tanam. ...............................................

45

Rata-rata jumlah daun pada tanaman ubi kayu
umur 16 minggu setelah tanam. ................................................

45

Rata-rata jumlah buku pada tanaman ubi kayu
umur 16 minggu setelah tanam. ................................................

45

25.

Rata-rata bobot basah daun tanaman ubi kayu..............................

46

26.

Rata-rata bobot kering daun tanaman ubi kayu. ...........................

46

27.

Rata-rata bobot basah batang tanaman ubi kayu.

.....................

46

28.

Rata-rata bobot kering batang tanaman ubi kayu.

.....................

47

29.

Rata-rata bobot basah ubi dan akar tanaman ubi kayu.

.............

47

30.

Rata-rata bobot kering ubi dan akar tanaman ubi kayu.

. ..........

47

20.
21.
22.
23.
24.

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.

2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Halaman

Rata-rata tinggi tanaman ubi kayu pada
perlakuan jarak waktu penyiraman pada pengamatan
umur 8 - 16 minggu setelah tanam. ..................................................

21

Rata-rata jumlah daun tanaman ubi kayu pada
perlakuan jarak waktu penyiraman pada pengamatan
umur 8 - 16 minggu setelah tanam. ..................................................

22

Rata-rata jumlah buku tanaman ubi kayu pada
perlakuan jarak waktu penyiraman pada pengamatan
umur 8 - 16 minggu setelah tanam. ..............................................

24

Rata-rata bobot basah daun tanaman ubi kayu
padaperlakuan jarak waktu penyiraman. ......................................

25

Rata-rata bobot basah batang tanaman ubi kayu
pada perlakuan jarak waktu penyiraman. .....................................

26

Bobot basah ubi dan akar tanaman ubi kayu
pada pengaruh perlakuan jarak waktu penyiraman.

....................

27

Bobot kering daun tanaman ubi kayu di setiap
perlakuan jarak waktu penyiraman. .............................................

28

Bobot kering batang tanaman ubi kayu
di setiap perlakuan jarak waktu penyiraman.

...............................

29

Bobot kering ubi dan akar tanaman ubi kayu
di setiap perlakuan jarak waktu penyiraman.

..............................

31

Kondisi tanaman ubi kayu di rumah kaca
pada 8 Minggu Setelah Tanam (MST). ........................................

48

Aplikasi cekaman air melalui jarak waktu
penyiraman pada tanaman ubi kayu di rumah kaca ...........................

48

Aplikasi paklobutrazol melalui daun
tanaman ubi kayu di rumah kaca. .................................................

49

(a) tanaman yang diberi perlakuan H2;
(b) tanaman H4; (c) tanaman H6; (d) tanaman H8;
(e) tanaman H10 pada umur 16 MST.
.........................................

49

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas pertanian jenis
ubi-ubian yang memiliki kegunaan sebagai bahan makanan manusia, bahan pakan
ternak, dan bahan industri. Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang berdaya
guna di dunia ditunjukkan dengan fakta bahwa setiap tahun dibutuhkan 300 juta
ton ubi-ubian. Ubi kayu juga merupakan bahan campuran pakan ternak yang
cukup baik. Selain itu, di bidang industri ubi kayu dapat mendukung program
pemerintah untuk menyediakan biodiesel dan bioetanol sebagai sumber energi
alternatif (Rukmana, 1997).

Kenaikan kebutuhan bahan baku ubi kayu tidak diiringi dengan pertambahan
jumlah lahan yang dapat ditanami ubi kayu. Pada tahun 2015, luas lahan untuk
ditanami ubi kayu adalah 252.984 ha dengan jumlah produksi 8.038.963 ton
dengan produktivitas lahan sekitar 26,647 ton per ha. Sedangkan luas lahan panen
ubi kayu dari tahun 2010 sampai dengan 2015 mengalami penurunan sebesar
12,86% (BPS Lampung, 2015). Berdasarkan data tersebut, dibutuhkan varietas
baru yang berproduksi dan berkadar pati tinggi terus-menerus. Kendala dalam
meningkatkan keragaman genotipe ubi kayu adalah tanaman ubi kayu yang

2

berbunga pada umur 6-18 bulan setelah tanam, sementara yang lain mungkin
berbunga pada umur 24 bulan setelah tanam tergantung genotipe dan lingkungan
tumbuh (Alves, 2002). Mengingat pemulia tanaman memerlukan bunga dari
setiap tanaman sebagai langkah awal merakit tanaman unggul baru, maka
keseragaman waktu berbunga dan kesiapan bunga untuk disilangkan merupakan
masalah utama yang harus dicari solusinya. Pemulia tanaman akan memerlukan
waktu yang relatif lama untuk menyilangkan genotipe yang berbeda umur
berbunganya.

Waktu pembungaan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang meliputi fotoperiod,
kualitas cahaya, kuantitas cahaya, vernalisasi, dan ketersediaan nutrisi dan air.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi waktu pembungaan dapat dijadikan solusi
untuk mengatasi lamanya induksi pembungaan tanaman melalui cekaman air atau
stres air. Pembungaan dapat diinduksi oleh stres salah satunya melaui stres air
(Bermawie, 2010).

Cekaman air adalah salah satu cara untuk merangsang induksi pembungaan dini
pada tanaman. Beberapa jenis tanaman memerlukan kondisi kering untuk
merangsang pembungaan. Fahmi (2004) melaporkan bahwa perlakuan cekaman
air dapat menyebabkan induksi pembungaan dini pada tanaman jeruk keprok siam
(Citrus reticulata B.). Boamah (2010) melaporkan bahwa dengan jarak waktu
penyiraman dapat menginduksi bunga pada tanaman tomat. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan vegetatif pada tanaman terhambat dan beralih ke pertumbuhan
generatif.

3

Terhambatnya pertumbuhan vegetatif pada tanaman karena terjadinya
peningkatan asam absisat (ABA). Cekaman air dapat meningkatkan produksi
ABA. Meningkatnya produksi ABA di akar merupakan isyarat bagi daun apabila
air tanah mulai habis (Bahrun, 2002). ABA yang meningkat juga dapat
menghambat aliran air di dalam tanaman dengan cara menghambat kerja xilem di
akar, akibatnya fotosintat yang dihasilkan tidak digunakan untuk pertumbuhan
vegetatif melainkan dialihkan ke pertumbuhan generatif (pembungaan).

Meningkatnya ABA dapat menyebabkan hormon etilen meningkat pada kondisi
tanaman yang diberi cekaman air. Meningkatnya etilen karena banyaknya
oksigen di sekitar akar yang dapat digunakan oleh tanaman untuk mengubah ACC
(1-amino cycloprpane 1 corboxylic acid) yang merupakan bahan awal dari etilen.
Perubahan ini dikatalis oleh enzim oksidatif yang disebut enzim pembentukan
etilen, keadaan ini terjadi pada akar yang kekurangan air. Efek etilen adalah
mempercepat pemasakan buah, menghambat pemanjangan batang dan daun, dan
induksi pembungaan tanaman. Etilen sangat mendorong pembentukan bunga
pada tumbuhan jenis timun-timunan (Salisbury dan Ross, 1995).

Perlakuan cekaman air pada tanaman ubi kayu untuk menginduksi terjadinya
pembungaan dini diduga memiliki keterkaitan antara umur tanaman dan jarak
waktu penyiraman. Jarak waktu penyiraman yang tepat akan mengakibatkan stres
air pada tanaman yang berdampak terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman,
menurunnya hormon giberelin, merangsang induksi pembungaan melalui
peningkatan asam absisat (ABA) dan hormon etilen. Oleh karena itu, penelitian

4

ini dilakukan untuk menjawab masalah bagaimanakah jarak waktu penyiraman
yang mampu menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu terbaik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan sebagai berikut
1. Apakah cekaman air dapat menginduksi pembungaan dan mempertahankan
bunga tanaman ubi kayu di usia muda?
2. Adakah jarak waktu penyiraman yang terbaik dalam induksi pembungaan dini
tanaman ubi kayu?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian tentang pengaruh cekaman air terhadap induksi
pembungaan dini ubi kayu adalah sebagai berikut:
1.

Mengetahui pengaruh cekaman air terhadap induksi pembungaan dini
tanaman ubi kayu.

2.

Mengetahui jarak waktu penyiraman yang terbaik dalam induksi pembungaan
dini tanaman ubi kayu.

5

1.4. Kerangka Pemikiran
Salah satu kendala dalam merakit tanaman unggul baru adalah permasalahan
keseragaman waktu berbunga dan kesiapan bunga. Hal ini terjadi pada tanaman
ubi kayu yang berbunga pada umur 6-18 bulan setelah tanam dan yang lain
mungkin berbunga pada tanaman berumur 24 bulan setelah tanam. Permasalahan
ini perlu dicarikan solusinya mengingat pemulia tanaman memerlukan bunga
untuk merakit tanaman unggul baru.

Induksi dini pembungaan pada tanaman ubi kayu diduga dapat dilakukan dengan
memberikan cekaman air pada tanaman melalui jarak waktu penyiraman. Boamah
(2010) melaporkan dengan jarak waktu enam hari penyiraman adalah jarak waktu
penyiraman yang terbaik dalam menginduksi bunga pada tanaman tomat. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan vegetatif pada tanaman terhambat dan beralih ke
pertumbuhan generatif (pembungaan). Cekaman air yang diberikan pada tanaman
ubi kayu melalui jarak waktu penyiraman diharapkan dapat memacu induksi
pembungaan.

1.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Cekaman atau stress air dapat menginduksi pembungaan dini dan
mempertahankan bunga tanaman ubi kayu.
2. Jarak waktu penyiraman enam hari sekali dapat menginduksi pembungaan dini
dan mempertahankan bunga tanaman ubi kayu.

6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Ubi Kayu

2.1.1. Sistematika Tanaman Ubi Kayu

Sistematika tanaman ubi kayu dapat dijelaskan dalam klasifikasi tanaman ubi
kayu sebagai berikut:
kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

sub divisi

: Agiospermae (berbiji tertutup)

kelas

: Dycotiledonae (biji berkeping dua)

ordo

: Euphorbiales

famili

: Euphorbiaceae

genus

: Manihot

spesies

: Manihot esculenta Crantz

2.1.2. Morfologi Tanaman Ubi Kayu

Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas, dan panjang, yang ketinggiannya
dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi, tergantung kulit
luar, tetapi batang yang masih muda pada umumnya erwarna hijau dan setelah tua

7

berubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu atau coklat kelabu.
Empulur batang berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus.
Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan cangap 5-9 helai.
Daun ubi kayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru, terutama
daun yang masih muda (pucuk). Tanaman ubi kayu bunganya berumah satu dan
proses penyerbukan bersifat silang. Penyerbukan tersebut akan menghasilkan
buah yang berbentuk agak bulat, di dalamnya terkotak-kotak berisi 3 butir biji. Di
dataran rendah, tanaman ubi kayu jarang berbuah. Biji ubi kayu dapat digunakan
sebagai bahan perbanyakan generatif, terutama dalam skala penelitian atau
pemuliaan tanaman. Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk
dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi
biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap
atau kuning gelap, dan tiap tanaman dapat menghasilkan 5-10 ubi. Ubi
mengandung asam sianida berkadar rendah sampai tinggi (Rukmana, 1997).

2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang pengembangaannya berada pada
30o LU dan 30o LS. Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18 o -35 oC.
kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu adalah 65%. Untuk produksi yang
maksimum, ubi kayu membutuhkan kondisi seperti dataran rendah tropis, dengan
ketinggian 150 m di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata antara 25-27 oC
(Titik Sundari, 2010).

8

Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi
tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun
tinggi (5.000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 7601.015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya
serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang
baik (Titik Sundari, 2010).

Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana jagung dan
padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu
berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya. Sebagian
besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol,
Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran,
Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubi kayu
minimum 5. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk
pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan
pupuk organik (Titik Sundari, 2010).

2.1.4. Bunga Tanaman Ubi Kayu

Tanaman ubi kayu memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah pada tanaman
yang sama, sehingga disebut berumah satu. Waktu berbunga pada umur 6-18
bulan setelah tanam, sementara yang lain mungkin berbunga pada umur 24 bulan
setelah tanam tergantung genotipe dan lingkungan tumbuh (Alves, 2002). Bunga
jantan dan betina berada di satu malai bercabang tunggal, dengan bunga betina di
dasar, dan bunga jantan di bagian ujung. Bunga ubi kayu berukuran kecil, dengan

9

bunga jantan berukuran sekitar 0,5 cm, dan bunga betina sedikit lebih besar dari
pada bunga jantan. Bunga biasanya mulai membuka sekitar tengah hari, dan tetap
terbuka untuk sekitar satu hari. Pada cabang tertentu, bunga betina buka pertama
dan bunga jantan mengikuti 1 atau 2 minggu kemudian, karakteristik yang disebut
protogyny. Pada saat bunga jantan terbuka, bunga betina di cabang yang sama
telah dibuahi atau telah gugur. Namun, karena berbunga pada tanaman tunggal
dapat berlangsung selama lebih dari dua bulan, baik penyerbukan sendiri dan
silang dapat terjadi, dengan proporsi masing-masing tergantung pada genotipe,
lingkungan, dan adanya serangga penyerbuk (Halsey, 2005).

Studi mengenai tahapan pembungaan tanaman ubi kayu dilaporkan oleh Centro
International De Agricultura Tropical CIAT (1984). Tahapannya adalah sebagai
berikut:
1. Percabangan mulai sejak 2 bulan setelah tanam, akan tetapi pada
umumnya pembungaan muncul 6 bulan setelah tanam.
2. Pembungaan tunas (perbungaan sangat muda) biasanya diamati pada titik
percabangan dalam waktu 1 minggu bercabang.
3. Bunga betina siap untuk penyerbukan 15 hari setelah inisiasi bunga.
Sebuah indikasi penerimaan adalah adanya setetes nektar dalam bunga.
4. Bunga jantan pada cabang yang sama membuka 20 sampai 30 hari
kemudian.
5. Buah-buahan menjadi matang dan siap untuk membuka (pecah) dalam 2,5
sampai 3 bulan pembuahan.

10

2.2. Cekaman Air

Air bagi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting. Air memiliki
fungsi yang vital bagi tanaman. Air dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Air merupakan bagian dari semua sel, jumlahnya
bervariasi tergantung dari jaringannya. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air,
karena air adalah matrik dari kehidupan.

Cekaman air merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami
kekurangan air akibat keterbatasan air dari media tanamnya. Cekaman air ini
disebabkan oleh tingginya kebutuhan air pada tanaman namun kekurangan suplai
air di daerah perakaran. Hal ini terjadi apabila kecepatan absorpsi tidak dapat
mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi (Danapriatna, 2010).

Cekaman air mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada
kondisi kekeringan tekanan turgor menurun dan terjadi penurunan perpanjangan
sel akibiat berkurangannya tekanan antar sel. Cekaman air menyebabkan reduksi
pembelahan sel dan pembesaran sel (elongasi). Cekaman air mengakibatkan
penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun, peningkatan penuaan dan
perontokan daun, atau keduanya serta mengakibatkan terbatasnya perkembangan
akar. Hal ini akan berdampak pada menurunnnya laju fotosintesis dan
mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Danapriatna, 2010).

11

Cekaman air pada tanaman akan menyebabkan penurunan aktivitas fotosintesis.
Menurut Islami dan Utomo (1995) terdapat tiga mekanisme yang meyebabkan
mengapa cekaman air menurunkan fotosintesis, yaitu:
1. Berkurangnya luas permukaan daun,
2. Menutupnya stomata, dan
3. Berkurangnya aktivitas protoplasma yang telah mengalami dehidrasi

2.3. Cekaman Air dan Pembungaan

Seperti pada pembahasan sebelumnya dikemukakan bahwa cekaman air dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif pada
tanaman karena terjadinya peningkatan asam absisat (ABA). Cekaman air dapat
menyebabkan hilangnya turgor dan mengaktifkan gen mengatur sintesis ABA.
Meningkatnya produksi ABA di akar merupakan isyarat bagi daun apabila air
tanah mulai habis (Bahrun, 2002). ABA yang meningkat juga dapat menghambat
aliran air di dalam tanaman dengan cara menghambat kerja xilem di akar,
akibatnya fotosintat yang dihasilkan tidak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
melainkan dialihkan ke pertumbuhan generatif (pembungaan) (Salisbury dan
Ross, 1995).

Meningkatnya ABA dapat menyebabkan hormon etilen meningkat pada kondisi
tanaman yang diberi cekaman air. Meningkatnya etilen karena banyaknya
oksigen di sekitar akar yang dapat digunakan oleh tanaman untuk mengubah ACC
(1-amino cycloprpane 1 corboxylic acid) yang merupakan bahan awal dari etilen
menjadi etilen. Perubahan ini dikatalis oleh enzim oksidatif yang disebut enzim

12

pembentukan etilen, keadaan ini terjadi pada akar yang kekurangan air. Efek
etilen adalah mempercepat pemasakan buah, menghambat pemanjangan batang
dan daun, dan induksi pembungaan tanaman. Etilen sangat mendorong
pembentukan bunga pada tumbuhan jenis timun-timunan (Salisbury dan Ross,
1995).

13

III.

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung yang terletak di Laboratorium Terpadu Universitas Lampung dari bulan
Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sendok plastik, wadah
air mineral 240 ml, ember, gelas ukur 1000 ml alat tulis, dan kamera.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah sebagai media
tanam, polibag, stek ubi kayu klon Thailand, air, paclobutrazol, pupuk KCl,
pupuk SP-36, pupuk Urea, kertas plastik label.

14

3.3. Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan pada perumusan masalah dan menguji hipotesis,
maka penelitian ini disusun secara monofaktor yang diterapkan dalam rancangan
acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari tiga
ulangan dan dua sub sampel. Perlakuan yang diterapkan dalam satuan percobaan
adalah intensitas waktu penyiraman, yaitu setiap 2 hari (H2), 4 hari (H4), 6 hari
(H6), 8 hari (H8), dan 10 hari (H10) sekali penyiraman dengan jumlah air yang
disiramkan sebanyak 1.000 ml.

Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas data di
uji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi ini terpenuhi, dilanjutkan dengan
analisis ragam dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan penanaman bahan tanam berupa stek batang tanaman
ubi kayu klon Thailand yang telah berumur 7 bulan dengan ukuran panjang 20 cm
pada media tanam berupa polibag. Masing-masing polibag yang telah diisi media
tanam ditimbang dengan berat yang sama, yaitu 12 kg. Stek ditancapkan di dalam
polibag dengan posisi tegak dan 1/3 bagian berada di dalam tanah. Polibagpolibag tersebut disusun di dalam rumah kaca dengan jarak tanam segitiga. Setiap
stek diberi label sebagai penanda sub sample perlakuan dan ulangan dengan
menggunakan lembar atau plastik transparan. Label setiap perlakuan berbeda
warna untuk memudahkan dalam penyiraman. Warna kuning (H2), warna ungu

15

(H4), warna merah (H6), warna biru (H8), dan warna putih (H10). Pada saat
penanaman, seluruh media tanam disiram sampai penuh hingga air meluber.
Penyiraman berikutnya disesuaikan dengan perlakuan.

Pemupukan diberikan sebanyak 2 kali pada tiap polibag diberikan melalui tugal.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik berupa pupuk Urea, pupuk SP-36,
dan pupuk KCl dengan dosis pupuk yang diberikan 2 minggu setelah tanam
(MST) adalah 1 gram Urea/polibag, 1 gram SP-36/polibag, dan 2 gram
KCl/polibag. Pemupukan kedua dilakukan pada 6 minggu setelah tanam (MST)
dengan dosis 2 gram KCl/polibag.

Untuk membantu memacu induksi pembungaan ditambahkan paclobutrazol yang
dibuat 2 hari sebelum waktu aplikasi pertama. Pembuatan paclobutrazol dengan
konsentrasi 500 ppm dilakukan dengan cara mencampurkan 0,20 gram bubuk
paclobutrazol ke dalam 160 ml alkohol 90% dan digoyang-goyangkan hingga
larut. Campuran bubuk paclobutrazol dan alkohol kemudian di waterbath pada
suhu 60oC – 70oC sebelum akhirnya ditambahkan air dengan suhu ± 60oC
sebanyak 250 ml. Paclobutrazol diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada 30 hari
setelah tanam (HST) sebanyak 10 ml dan 37 hari setelah tanam (HST) sebanyak
15 ml.

Perlakuan penyiraman dilakukan 28 hari setelah tanam (HST) dengan jarak waktu
berbeda-beda berdasarkan hari. Jarak waktu penyiraman tersebut adalah sebagai
berikut:

16

1. 2 hari sekali (H2) dengan kapasitas lapang
2. 4 hari sekali (H4) dengan kapasitas lapang
3. 6 hari sekali (H6) dengan kapasitas lapang
4. 8 hari sekali (H8) dengan kapasitas lapang
5. 10 hari sekali (H10) dengan kapasitas lapang

Penyiraman dilakukan sampai dengan kapasitas lapang polibag 10 Kg tercapai.
Pengukuran kapasitas lapang dilakukan dengan cara menuangkan air hingga air
mengalir keluar dari bawah polibag. Kemudian didiamkan sejenak sampai air
keluar dari polibag yang berarti kondisi dalam air polibag sudah mencapai
kapasitas lapang. Kemudian dicatat jumlah air yang dibutuhkan. Berdasarkan
beberapa kali percobaan kalibrasi, didapat jumlah air untuk mencapai kapasitas
lapang yaitu sebanyak 1.000 ml air.

3.5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan sejak tanaman berumur 21 HST hingga 4 bulan setelah
tanam. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
induksi pembungaan dini tanaman ubi kayu.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah tunas. Jumlah tunas yang tumbuh pada stek diseragamkan menjadi 2
tunas/tanaman.
2. Tinggi tanaman. Menghitung panjang tunas yang diukur dari batas antara
cabang batang utama sampai ujung batang (titik tumbuh). Pengukuran

17

dilakukan dengan menggunakan meteran dan dinyatakan dalam satuan
sentimeter (cm).
3. Jumlah daun segar. Menghitung jumlah daun segar dan dalam keadaan terbuka
dan masih melekat pada dahan. Penghitungan dilakukan dari tanaman 8
minggu setelah tanam (MST) sampai 16 MST, secara manual dan dinyatakan
dalam satu per satuan daun (helaian) pada masing-masing tunas tanaman.
4. Jumlah buku. Menghitung jumlah buku (tempat tumbuh daun) yang muncul
pada tiap tunas. Penghitungan dilakukan dari tanaman 8 minggu setelah tanam
(MST) sampai 16 MST, secara manual dan dinyatakan dalam satu persatuan
buku pada masing-masing tunas tanaman.
5. Jumlah cabang. Menghitung jumlah cabang dimulai dari pertama kali
munculnya cabang-cabang baru yang keluar pada tanaman setelah dilakukan
cekaman air.
6. Waktu pembungaan. Mengamati dan mencatat waktu pemunculan bunga pada
pertanaman setelah perlakuan cekaman air.
7. Jumlah rangkaian bunga. Menghitung secara manual terhadap jumlah
rangkaian bunga yang terbentuk setelah perlakuan cekaman air.
8. Jumlah bunga. Menghitung secara manual banyaknya bunga yang keluar dari
masing-masing tanaman setelah perlakuan cekaman air.
9.

Jumlah bunga jantan dan betina. Menghitung banyaknya bunga jantan dan
bunga betina dari seluruh bunga yang muncul. Penghitungan dilakukan secara
manual dengan cara mengamati ciri morfologi bunga.

10. Jumlah bunga gugur. Menghitung banyaknya bunga yang gugur dari seluruh
bunga yang muncul setelah perlakuan cekaman air. Penghitungan dilakukan

18

secara manual dengan cara mencatat banyaknya bunga yang ditemukan gugur
atau terlepas dari tangkainya.
11. Bobot basah. Menimbang seluruh bagian tanaman yaitu daun, batang, dan
akar atau akar yang telah berubah menjadi ubi secara terpisah di akhir
penelitian dengan umur tanaman 4 bulan. Penghitungan dilakukan dengan
menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (g).
12. Bobot kering. Mengeringkan dan menimbang seluruh bagian tanaman yaitu
daun, batang, dan akar atau akar yang telah berubah menjadi ubi secara
terpisah dalam oven dengan suhu 70oC selama 3 hari setelah dilakukannya
pengukuran bobot basah. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan
timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (g)

37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian yang berjudul Tanggap Tanaman Ubi
Kayu Terhadap Induksi Pembungaan Dini Akibat Jarak Waktu Penyiraman adalah
sebagai berikut:
1. Cekaman air belum dapat menginduksi pembungaan dini dan mempertahankan
bunga tanaman ubi kayu tetapi dapat menghambat fase vegetatif tanaman ubi
kayu yang ditunjukkan melalui perbedaan tinggi tanaman, jumlah daun dan
jumlah buku.
2. Perlakuan dengan jarak waktu 10 hari sekali penyiraman dapat menghambat
pertumbuhan vegetatif dan mengarahkan ke pembungaan tanaman ubi kayu
yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun
antara H10 dan H2 sebesar 9,12 cm dan 5,17 helai daun.

5.2. Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jarak
waktu penyiraman 10 hari sekali yang digunakan sebagai perlakuan cekaman air
dan dikombinasikan dengan perlakuan paklobutrazol.

38

DAFTAR PUSTAKA

Alves, A.A.C. 2002. Cassava Botany and Physiology. In Cassava : Biology,
Production and Utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti,
A.C., New York CAB International, pp. 67-89.
Badan Pusat Statistik. 2015. Lampung Dalam Angka 2015. www.bps.go.id.
Diakses Nopember 2015.
Bahrun, Andi. 2002. Deteksi Dini Tanaman Yang Mengalami Kekurangan Air
Untuk Menentukan Waktu Pengairan. Buletin Agronomi. (30) (3) 75-81.
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari Kampus Bumi Tridarma
Anduonuhu Kendari.
Bermawie, Nurliani. 2010. Induksi Pembungaan Dan Studi Fenologi Bunga Pada
Tanaman Jahe Putih Besar (Zinngiber officinale rosc.) Var Cimanggu 1.
Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010 Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik
Boamah , P.O. 2010. Effect of Irrigation Interval on Growth and Development of
Tomato under Sprinkler Asian Journal of Agricultural Research, 4: 196-203.
CIAT. 1984. Morphology of the Cassava Plant: Study Guide. Centro
Internacional de Agricultura Tropical, Cali, Colombia.
Danapriatna, Nana. 2010. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Serapan
Nitrogen Dan Pertumbuhan Tanaman. REGION volume 2. No. 4 Maret
2010.
Djumali dan Sri Mulyaningsih. 2013. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Karakter
Fisiologis Tembakau Temanggung dan Kaitannya dengan Hasil dan Kadar
Nikotin Rajangan Kering. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak
Industri 5(2), Oktober 2013:78−90 ISSN: 2085-6717.
Fahmi, M. 2005. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Induksi Pembungaan Jeruk
Keprok Siam ( Citrus reticulata B.). Skripsi Mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 32 hlm.

39

s
Hasley, M.E., K.M. Olsen., N.J. Taylor and P.C. Aguirre. 2008. Reproductive
Biology of Cassava (Manihot esculenta Crantz.) and Isolation of
Experimental Field Trials. Crop. Sci. 48 : 49-58.
Islami, Titiek dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.
Semarang:IKIP Semarang Press.
Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) MerrilI). J. Floratek 4:
55 – 64.
Prabawardani Saraswati. 2008. Tanggap Klon Lokal Ubi Jalar Papua terhadap
Cekaman Kekeringan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol.
27 No.2 2008.
Prihastanti, Erma. 2010. Kandungan Klorofil Dan Pertumbuhan Semai Kakao
(Theobroma cacao L.) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan Yang Berbeda.
ISSN: 1410-8801 Vol. 12, No. 2, Hal. 35-39.
Rukmana. 1997. Budidaya Dan Pasca Panen Ubi Kayu. Yogjakarta:Kanisius
Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Diterjemahkan oleh Diah R Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB.
Bandung. 315 hlm.
Samanhudi. 2006. Studi Pembungaan dan Isolasi Gen Apetala 1 Pada Kakao
(Theorbrama cacao L.) [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor: 24 hal.
Titik, Sundari. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi
Kayu. Report No. 55. STE. Final.