JUDUL INDONESIA: ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN JUDUL INGGRIS: THE INCOME AND HOUSEHOLD INCOME DISTRIBUTION OF VEGETABLE FARMERS IN JATI AGUNG SUBDISTRICT OF SOUT

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG

SELATAN

Oleh Anggi Nastiti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam sayuran, pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga, serta distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive). Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (statistik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga tipe pola tanaman sayuran di Kecamatan Jati Agung yaitu pola tanam I (Sawi, Bayam, dan Selada); pola tanam II (sawi dan Bayam); dan pola tanam III (Sawi dan selada). Rata-rata pendapatan rumah tangga petani sayuran pada pola tanam I, II dan III berturut-turut sebesar Rp14.719.534, Rp13.023.096 dan Rp11.274.800 per tahun. Berdasarkan indeks gini menurut Kriteria Oshima dan Kriteria Bank Dunia maka diperolah pola tanam I 0,19 dan 30,17 persen, pola tanam II 0,08 dan 21,72 persen dan pola tanam III 0,39 dan 23,55 persen. Angka-angka tersebut menunjukkan ketimpangan pendapatan rumah tangga petani sayuran dalam kategori rendah.


(2)

ABSTRACT

THE INCOME AND HOUSEHOLD INCOME DISTRIBUTION OF VEGETABLE FARMERS IN JATI AGUNG SUBDISTRICT OF SOUTH LAMPUNG REGENCY

By Anggi Nastiti

The purposes of this study were to analyze the cropping patterns of vegetables, the farm income and household income, and the distribution of household income of vegetable farmers in Jati Agung Subdistrict of South Lampung Regency. The research location was chosen purposively. The number of respondents in this study was 50 vegetable farmers. The data was analyzed using qualitative (descriptive) and quantitative (statistics). The result of this study showed that there were three types of cropping pattern of vegetables in Jati Agung Subdistrict. Type one was consisted of mustard green, spinach and lettuce; type two was mustard green and spinach; while type three was mustard green and lettuce. The average of years farm income of cropping pattern I, II and three were Rp14.719.534, Rp13.023.096 and Rp11.274.800 respectively. The Gini index based on criteria Oshima and world bank were as followed: cropping patterns I were 0,19 and 30,17 percent, cropping pattern II were 0,08 and 21,72 percent and cropping pattern III were 0,39 and 23,55 percent. These numbers showed that there were low equity income and income inequality of vegetable farmer households.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 September 1990 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Gempar Babarto, S.Sos. dan Ibu Winarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Sari Teladan pada tahun 1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Beringin Raya pada tahun 2002.

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 7 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) selama 30 hari di PTPN VII Unit Usaha pematang Kiwah Natar. Pada tahun yang sama penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKL) selama 40 hari di Desa Punjul Agung, Buay Bahuga, Way Kanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai anggota Bidang III (Pengabdian Masyarakat) pada Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian periode 2009-2010 .


(7)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Sayuran Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten lampung Selatan dengan baik. Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, kritik dan bantuannya selama proses penulisan skripsi.

2. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

3. Dr. Ir. Dyah Aring H.L, M.Si, selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis selama masa perkuliahan dan kritiknya selama penulisan skripsi.

4. Mb Iin, Pak Margono, Mas Bo, Mas Kardi, Mas Boim, yang telah membantu kelancaran administrasi selama ini.

5. Ayahanda Gempar Babarto, S.Sos. dan Ibunda Winarni tercinta, terima kasih untuk semua kasih sayang, perhatian yang tiada hentinya, kekuatan dan doa yang selalu berikan kepada penulis.


(8)

6. Saudara penulis Mas Angga, Mba ika dan Ica terima kasih untuk dukungan dan semangatnya.

7. Sahabat-sahabat penulis, Alin, Vient, Eka, Mae, Lika, Wibik, Bella, Handini, Ega, Devi, Oni, Nyoman, Rizky, Finko, Haris, Ebie, Ando, Ari, terima kasih untuk semangat, bantuan, dan keceriaan yang selalu kalian hadirkan. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berhasil.

8. Vitho Yerriandha,yang selalu memberikan semangat, bantuan, motivasi serta perhatiannya, terima kasih untuk waktu dan kesempatanya.

9. Teman-teman AGB’08, AGB’09, AGB’010 terima kasih untuk bantuan dan kekompakannya.

10.Almamater Tercinta dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Bandar Lampung, 5 Juni 2014


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Tinjauan Agronomis Komoditi Sayuran ... 10

2. Konsep Usahatani... 14

3. Konsep Pendapatan Usahatani ... 15

4. Konsep Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 18

5. Pendapatan Rumah Tangga ... 20

6. Distribusi Pendapatan... 20

B. Kerangka Pemikiran ... 26

III.METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 30

B. Lokasi Penelitian, Sampel dan Waktu Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 34

1. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran ... 34

2. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Sayuran ... 36


(10)

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan ... 40

B. Keadaan Umum Petani Responden... 40

1. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 46

2. Karakteristik Ekonomi ... 48

3. Luas Lahan ... 49

C. Keragaan Usahatani Sayuran ... 51

1. Pola Tanam... 51

2. Pelaksanaan Komoditi Sayuran ... 52

D. Penggunaan Sarana Produksi ... 56

1. Penggunaan Benih ... 58

2. Penggunaan Pupuk ... 59

3. Penggunaan Pestisida ... 61

E. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 63

1. Pendapatan Usahatani Sayuran ... 63

2. Pendapatan Usahatani di Luar Kegiatan Budidaya ... 68

3. Pendapatan Non Usahatani ... 61

F. Analisis Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 ... 2 2. Luas panen dan poduksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten

Lampung Selatan ... 4 3. Luas tanam dan produksi hortikultura di Kecamatan Jati Agung ... 4 4. Distribusi tingkat kesjahteraan keluarga di Kecamatan Jati Agung .. 5 5. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten

Lampung Selatan ... 40 6. Luas panen dan produksi padi dan palawija di Kabupaten

Lampung Selatan tahun 2011... 41 7. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten

Lampung selatan . ... 42 8. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin .. 43 9. Luas lahan pertanian di Kecamatan Jati Agung menurut desa dan

penggunaannya tahun 2010 ... 45 10.Sebaran petani sayuran responden menurut kelompok umur dan

desa ... 46 11.Sebaran petni menurut umur desa dan tingkat pendidikan ... 47 12.Sebaran responden di Kecamatan Jati Agung berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga tahun 2011 ... 49 13.Sebaran responden petani sayuran berdasarkan lama berusahatani ... 49 14.Sebaran luas lahan yang dimiliki petani sayuran ... 50 15.Penggunaan benih sawi, bayam dan selada oleh petani responden ... 57 16.Rata-rata penggunaan pupuk dalam budidaya tanaman selada oleh


(12)

17.Sebaran petani responden dalam budidaya sawi,bayam dan selada .. 60

18.Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani dan per pola tanam per luas lahan ... 62

19.Rata-rata penerimaan, biaya da pendapatan petani pola tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 64

20.Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan petani pola tanam II di Kecamatan Jati agung ... 65

21.Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan petani pola tanam III di Kecamatan Jati Agung ... 66

22.Rata-rata pendapatan usahatani petani sayuran per pola tanam ... 67

23.Rata-rata pendapatan petani sayuran dari kegiatan nonsayuran ... 68

24.Rata-rata pendapatan petani sayuran dari kegiatan nonfarm ... 70

25.Rata-rata pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 70

26.Distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran pada pola tanam I di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 73

27.Distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 74

28.Distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 76

29.Identitas responden ... 83

30.Rata-rata nilai penyusutan ushatani di Kecamatan Jati Agung ... 85

31.Rata-rata penggunaan benih dan pupuk di Kecamatan Jati Agung ... 86

32.Rata-rata penggunaan benih dan pupuk di Kecamatan Jati Agung ... 87

33.Pendapatan usahatani onfarm sayura pola tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 88

34.Pendapatan usahatani onfarm sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung ... 89

35.Pendapatan usahatani onfarm sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung ... 90

36.Rata-rata pendapatan usahatani nonsayuran di Kecamatan Jati Agung ... 91


(13)

37.Rata-rata pendapatan nonfarm di Kecamatan Jati Agung ... 91

38.Rata-rata pendapatan petani sayuran di Kecamatan Jati Agung ... 92

39.Total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 93

40.Total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung ... 94

41.Total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung ... 95

42.Gini ratio onfarm sayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung.... 96

43.Gini ratio nonsayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... . 97

44.Gini ratio offfarm pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... ... 98

45.Gini ratio nonfarm pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... . 99

46.Gini ratio total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... . 100

47.Gini ratio onfarm sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung.. ... 101

48.Gini ratio nonsayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... ... 102

49.Gini ratio offfarm pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... . 103

50.Gini ratio nonfarm pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... . 104

51.Gini ratio total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... 105

52.Gini ratio onfarm sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung. ... 106

53.Gini ratio nonsayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... ... 107

54.Gini ratio offfarm pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... .. 108

55.Gini ratio nonfarm pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... ... 109

56.Gini ratio total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... . 110


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan Indeks Gini (Gini Ratio) dengan Kurva Lorentz ... 22 2. Kerangka Pemikiran ... 29 3. Pola Tanam Petani Sayuran di Kecamatan Jati Agung ... 51 4. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sayuran Pola Tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 74 5. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sayuran Pola Tanam II di Kecamatan Jati Agung ... 75 6. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani


(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan teknologi guna meningkatkan produksi hasil pertanian. Produksi hasil pertanian berperan penting dalam pembangunan, terutama untuk memenuhi konsumsi pangan masyarakat.

Pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan produksi, namun juga diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan taraf hidup petani dan perluasan pasar produk pertanian, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemampuan sektor pertanian untuk

memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga petani tergantung pada tingkat pendapatan usahatani dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu sendiri, dengan

demikian tingkat pendapatan usahatani di samping merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani, juga menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu bangsa.


(16)

2 Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang banyak memproduksi hortikultura. Hal tersebut karena iklim tropis yang dimiliki Indonesia

mendukung tanaman apapun bisa tumbuh di Indonesia. Tanaman hortikultura mudah mengalami kebusukan, sementara produk hortikultura dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Dari pemanenan hingga pemasaran tanaman hortikultura diperlukan penanganan dengan cermat dan efisien karena

penanganan yang baik dapat meningkatkan kualitas dan harga pasar.

Sayuran termasuk komoditas penting yang mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi dan

konsumsi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah. Adapun perkembangan produksi sayuran di Indonesia tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 (ton)

Tahun Kubis Sawi Kangkung Bayam Buncis 2006 1,267,745 590,401 292,950 149,435 269,532 2007 1,288,740 564,912 335,087 155,862 266,790 2008 1.323.702 565,636 323,757 163,817 266.551 2009 1,358,113 562,838 360,992 173.750 290,993 2010 1,384,044 583,770 350,879 152,334 336,494

Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa sayuran yang memberikan kontribusi terhadap produksi nasional pada periode tahun 2006 hingga 2010. Kontribusi produksi terbesar diperoleh tanaman kubis, hal tersebut dapat dilihat dari produksinya dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Kemudian diikuti sawi, kangkung, buncis dan bayam. Komoditi bayam memiliki


(17)

3 perkembangan produksi yang paling rendah tiap tahun, hal itu dikarenakan bayam merupakan tanaman yang sensitif dan mudah mengalami kegagalan dalam penanaman.

Sektor pertanian merupakan salah satu tumpuan perekonomian di Lampung Selatan. Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi tanaman pangan dengan produk terbesarnya adalah padi dan jagung. Selain itu, tanaman hortikultura khususnya sayuran juga menjadi prioritas utama kerena merupakan komoditas unggulan di Lampung Selatan. Luas panen dan produksi sayuran di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 produksi tanaman sayuran tiga terbanyak di kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2011 adalah petai, kemudian di ikuti oleh ketimun dan kemudian sawi. Ketiga sayuran tersebut banyak diusahakan sebagai penopang kehidupan masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan. Salah satu kecamatan di Lampung Selatan yang dikenal sebagai penghasil sayuran adalah Kecamatan Jati Agung

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tanaman sayuran yang paling banyak di usahakan di Kecamatan Jati Agung adalah bayam dan sawi. Tanaman bayam dan sawi lebih dominan diusahakan diduga karena kedua tanaman tersebut mudah dibudidayakan dan lebih cepat menghasilkan sehingga cepat pula mempengaruhi pendapatan petani.


(18)

4 Tabel 2. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten

Lampung Selatan tahun 2011

Tabel 3. Luas tanam dan produksi berbagai jenis sayuran di Kecamatan Jati Agung tahun 2010

Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Produksi

Cabe 11 22

Kacang Panjang 6 18

Tomat 6 24

Kentimun 6 24

Terong 4 12

Katuk 4 4

Bayam 21 27

Sawi 22 29

Segala fasilitas yang ada di Bandar Lampung mudah dicapai dari Kecamatan jati Agung. Sehingga memungkinkan untuk Kecamatan Jati Agung

berkembang ddengan cepat seirig dengan pembangunan yang ada di Bandar

No Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 Bawang merah 37,0 353,3

2 Bawang putih - -

3 Bawang daun 238,0 2.414,7

4 Kentang - -

5 Lobak - -

6 Sawi 450,0 4.800,5

7 Cabai 403,0 2.981,8

8 Terung 202,0 2.337,6

9 Tomat 284,0 3.322,0

10 Ketimun 357,0 4.504.5

11 Kacang panjang 385,0 3.600,7

12 Buncis 216,0 2.287,0

13 Kangkung 372,0 3.149,3

14 Bayam 435,0 971,4

15 Labu siam 55,0 611,7

16 Melinjo 555,2 2.700.6


(19)

5 Lampung. Namun demikian di Kecamatan jati Agung masih banyak ditemui keluarga yang belum sejahtera sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi tingkat kesejahteraan keluarga di Kecamatan Jati Agung Menurut Desa 2011

Desa Keluarga Pra

Sejahtera

Keluarga Sejahtera I

Keluarga Sejahtera II

1 Wayhuwi 268 558 1.459

2 Jatimulyo 1.088 750 792

3 Banjar agung 202 78 126

4 Gedong harapan 57 31 29

5 Gedung agung 104 118 128

6 Sidodi asri 659 355 348

7 purwotani 269 137 26

8 Sumberjaya 430 255 247

9 Margodadi 210 184 200

10 Marga agung 835 122 36

11 Marga lestari 288 118 174

12 Sidoharjo 300 109 359

13 Rejomulyo 294 213 611

14 Karang anyar 696 741 1.077

15 Fajar baru 445 365 23

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2011)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa desa yang masih banyak memiliki keluarga prasejahtera yaitu Jatimulyo dan Marga Agung. Banyaknya jumah keluarga prasejahtera mempengaruhi pendapatan antarpetani dan oleh sebab itu pemilihan lokasi penelitian berada pada desa Jatimulyo dan Marga Agung.

Pendapatan petani sayuran yang ada di Kecamatan Jati Agung juga bersumber dari pendapatan lainnya, ada yang berasal dari usahatani lainnya ada pula yang berasal dari non usahatani. Pekerjaan sampingan di luar usahatani, seperti menjadi buruh bangunan, mengojek, dan wiraswasta. Berkaitan dengan hal


(20)

6 tersebut maka dapat dikatakan bahwa pendapatan bersih petani berasal dari banyak sumber.

Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu

sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan, misalnya bekerja di luar sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa. Hal ini sejalan dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa bekerja di luar sektor pertanian merupakan salah satu upaya petani untuk keluar dari belenggu kemiskinan atau setidaknya sebagai kiat kelangsungan hidup rumah tangga (Soeratno, 1996).

B.Perumusan Masalah

Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu daerah penghasil sayuran dengan produksi yang cukup tinggi di Kabupaten Lampung Selatan, namun masih memiliki banyak keluarga prasejahtera. Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian di daerah ini.

Rendahnya kualitas dan kuantitas sayuran yang dihasilkan oleh petani seringkali diakibatkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan dan sarana yang dimiliki petani. Selain itu budidaya dan teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, serta faktor lain yang melekat pada usahatani rakyat adalah skala usahataninya yang umumnya kecil dan tersebar. Oleh karena itu bila petani merasakan kurangnya pendapatan dari usahatani yang dilakukannya, mereka akan melakukan beberapa pekerjaan tambahan sebagai sumber pendapatan tambahan guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pada


(21)

7 akhirnya pendapatan petani berhubungan dengan kesejahteraan rumah

tangganya.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten yang memiliki potensi besar di bidang pertanian, sehingga menjadi sentra penghasil beberapa komoditas unggulan tanaman pangan dan sayuran. Namun, dalam perkembangan usahatani di Kabupaten Lampung Selatan masih banyak

mengalami kendala seperti rendahnya penggunaan sarana produksi, rendahnya penyerapan informasi dan teknologi dalam usahatani sayuran, rendahnya modal yang dimiliki dan rendahnya harga jual serta adanya alih fungsi lahan.

Alih fungsi terjadi akibat sejumlah lahan persawahan tidak berfungsi dengan baik, sehingga dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan nonpertanian. Alih fungsi lahan tersebut berdampak pada kemiskinan serta pendapatan petani dan mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan antara petani satu dan lainnya. ketidakmerataan (ketimpangan pendapatan) dapat disebabkan oleh

keberagaman faktor faktor produksi yang dimiliki oleh setiap orang dalam suatu daerah/wilayah. Semakin banyak faktor produksi yang dimiliki oleh seseorang, maka berkemungkinan besar ia akan memiliki pendapatan yang juga semakin besar. Apabila suatu daerah memiliki ketidakmerataan pendapatan atau ketimpangan yang besar, maka akan menyebabkan meningkatnya angka kriminalitas dan kesenjangan sosial.

Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan disuatu wilayah atau daerah. Permasalahan ekonomi yang umum dalam


(22)

8 masyarakat adalah kemiskinan, pengangguran dan penyediaan kesempatan kerja, serta inflasi dan lain-lainnya. Dariuraian yang telah dijelaskantersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu, (1) bagaimana pola tanam sayuran (2) berapakah besarnya pendapatan

usahatani sayuran (3) berapakahbesarnya pendapatan rumah tangga petani, serta (4) berapakah besarnyatingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Mengetahui pola tanam sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

(2) Menganalisis pendapatan usahatani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

(3) Menganalisis pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, dan

(4) Menganalisis tingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

D.Kegunaan Penelitian

(1) Sebagai salah satu sumber informasi bagi individu-individu ataupun lembaga-lembaga yang akan melakukan usahatani sejenis.


(23)

9 (2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membantu

mengembangkan dan meningkatkan produksi sayuran guna meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani.

(3) Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis atau kelanjutannya di masa yang akan datang


(24)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan agronomis dan produksi komoditi sayuran

Sayuran merupakan komoditi yang berprospek cerah, karena dibutuhkan sehari-hari sehingga permintaannya cenderung terus meningkat.

Sebagaimana jenis tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat dipahami sebab sayuran harus dikonsumsi setiap hari.

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan

pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun sedangkan laju

pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun

Jenis tanaman yang digunakan sebagai sayuran hanya sedikit, di antara ratusan ribu jenis yang diketahui, hanya beberapa ratus jenis saja yang digunakan sebagai sayuran. Namun, untuk mengelola informasi tentang berbagai tanaman tersebut diperlukan beberapa sistem klasifikasi, terutama yang dapat diterapkan secara luas. Klasifikasi berdasarkan iklim merupakan


(25)

11 cara mengelompokkan tanaman secara logis. Sayuran iklim dingin

menyukai suhu rata-rata 10-18°C selama sebagian besar masa

pertumbuhannya. Tanaman iklim panas adalah tanaman yang menyukai suhu rata-rata 18-30°C selama sebagian besar masa pertumbuhan dan perkembangannya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki peluang untuk

dikembangkan dan menguntungkan adalah sayuran. Tanaman sayuran dapat dibagi atas tiga jenis yang dipilah menurut bagian tanaman yang dipanen, yaitu: (1) sayuran daun yang dipanen bagian daunnya, seperti bayam, kangkung, katu, selada dan sawi, (2) sayuran biji dan polong, yang dipanen bagian polong dan bijinya seperti karpri, kacang hijau, kedelai, dan petai, dan (3) sayuran umbi dan buah yang dipanen bagian umbi dan

buahnya misalnya wortel, kentang, ubi jalar, tomat dan cabe.

Sawi (Brassica juncea L.) merupakan sayuran yang banyak memberikan manfaat pada masyarakat. Kebutuhan sawi segar sebagai bahan sayuran semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan sawi tersebut diperlukan pembudidayaan yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan produksinya banyak (Lingga, 1999)

Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis


(26)

12 Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu, umur panen sawi yang relatif singkat menghasilkan keuntungan yang memadai.

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta

menguatkan berdirinya batang tanaman. Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011).

Bayam (Amaranthus sp) adalah salah satu sayuran yang banyak

dibudidayakan, selain berguna sebagai bahan sayuran yang lezat, bayam juga kaya akan gizi dan berfungsi ganda. Saat ini Indonesia dihadapkan pada empat permasalahan utama yaitu kekurangan energi dan protein (KEP), kekurangan yodium, kekurangan vitamin A, dan kekurangan gizi. Bayam diprogramkan sebagai tanaman yang menunjang Usaha Perbaikan Gizi keluarga (UPGK) (Rukmana, 1994)

Bayam ditanam di berbagai jenis tanah terutama tanah gembur liat ringan dan tanah liat berpasir. Tanah yang kaya dengan bahan organik,


(27)

13 mempunyai saluran yang baik dan mempunyai kemasaman tanah di antara 5.5 – 6.5 adalah paling sesuai. Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25-35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20 cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011).

Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus (Rahardi, 1993)

2. Konsep Usahatani

Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenagakerja, modal, dan pengolahan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari

keuntungan (Soeharjo dan Patong, 1973).

Mubyarto (1989) menyatakan bahwa usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat dan diperlukan untuk produksi


(28)

14 pertanian seperti tanah, air, sinar matahari dan bangunan pertanian.

Pembagian bidang pertanian terdiri atas dua bagian yaitu usahatani pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Ditinjau dari segi ekonomi, pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga (pertanian subsisten atau setengah subsisten) yang umumnya memiliki luas lahan yang sempit, sedangkan perusahaan pertanian adalah usahatani yang sepenuhnya dijalankan secara komersial.

Hernanto (1991) menyatakan bahwa usahatani adalah setiap organisasi alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pelaksanaan organisasi itu sendiri dapat dilaksanakan oleh seseorang atau sekumpulan orang. Dalam hal ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk kebutuhan keluarga sampai kepada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan.

Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mosher (1974), bahwa usahatani atau farm adalah bagian dari permukaan bumi dimana pertanian


(29)

15 dilaksanakan baik petani sebagai pemilik, penyewa ataupun buruh tani. Dalam suatu usahatani, tanaman yang diusahakan tidak terbatas pada satu jenis saja, tetapi dapat terdiri dari berbagai macam tanaman. Begitu pula ternak yang diusahakan, ataupun kombinasi antara tanaman, ternak, dan pemeliharaan ikan. Berhasil atau tidaknya suatu usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola suatu

usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

3. Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama analis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dalam perencanan.

Menurut Soekartawi (1986), pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selain itu, pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga tani. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.


(30)

16 Analisis pendapatan dan keuntungan dari setiap cabang usaha memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahatani itu berhasil atau tidak. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat sebagai berikut : (1) cukup untuk membayar pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, dan (3) cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak dibayar.

Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y . Py Keterangan :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Sedangkan pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih

antarapenerimaan dengan semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC = Y . Py – (X . Px) – BTT

Keterangan :

π = Keuntungan (pendapatan) TR = Total penerimaan

TC = Total biaya Y = Harga produksi

P y = Harga satuan produksi X = Faktor produksi Px = Harga faktor produksi BTT = Biaya tetap total


(31)

17

Biaya usahatani berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung kepada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Selain itu biaya juga diklasifikasikan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dikeluarkan oleh petani. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada usahatani untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat pertanian, dan biaya imbangan sewa lahan serta digunakan untuk menghitung berapa besarnya keuntungan kerja petani jika sewa lahan dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan.

4. Konsep Teori Pendapatan Rumah Tangga

Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.

Umumnya pendapatan rumah tangga pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut di duga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani. Hernanto (1991) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang


(32)

18 mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja. Selain itu ada faktor eksternal yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.

Menurut Rodjak (2002), yang dimaksud dengan pendapatan petani adalah jumlah pendapatan petani dari usahatani dan dari luar usahatani, yang diperoleh dalam setahun. Rodjak (2002) menyatakan bahwa, tingkat pendapatan petani dapat dipengaruhi oleh berbagai sumber, antara lain dari pendapatan petani sebagai pengelola, pendapatan tenaga kerja petani, pendapatan tenaga kerja keluarga petani, dan pendapatan keluarga petani. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari

penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain.

Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek


(33)

19 dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya

pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.

Soekartawi (1986), menjelaskan bahwa pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,

pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut :

Prt = Pusahatani + Pofffarm + Pnonfarm Keterangan :

Prt = Pendapatan Rumah Tangga Petani per-tahun Pusahatani = Pendapatan usahatani

Pofffarm = Pendapatan usahatani diluar kegiatan budidaya Pnonfarm = Pendapatan di luar usahatani


(34)

20 5. Distribusi Pendapatan

Gini Ratio (Indeks Gini) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat secara global. Rumus yang digunakan untuk menghitung angka Gini adalah sebagai berikut :

G = 1 - Pi (Ii + Ii– 1)

Keterangan :

G = Bilangan Gini yang besarnya berkisar antara 0 sampai 1 ditulis sampai 4 angka dibelakang koma

Pi = Presentase kumulatif penerima pendapatan sampai kelompok ke-i

Ii = Presentase kumulatif pendapatan yang diterima sampai dengan

kelompok ke-i

k = Jumlah kelompok penerima pendapatan

1 = Konstanta

Untuk memberikan penilaian tinggi rendahnya ketimpangan distribusi

pendapatan tersebut dilakukan dengan kriteria sebagai berikut, (a) Indeks Gini kurang dari 0,4 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah, (b) Indeks Gini antara 0,4-0,5 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan sedang, (c) Indeks Gini lebih besar atau sama dengan 0,5 menunjukkan

ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi.

Nilai Gini ratio yang semakin mendekati nol berarti makin baik distribusinya, sebaliknya makin mendekati satu, distribusi pendapatan makin buruk atau timpang. Dari hasil perhitungan menggunakan Indeks Gini dapat digambarkan


(35)

21 sebuah metode grafis untuk melihat distribusi secara menyeluruh. Metode grafis berupa kurva tersebut disebut kurva Lorentz. Kurva Lorentz diperoleh dengan menghubungkan variabel frekuensi penerima pendapatan dan persen atau relatif yang terakumulasikan sebagai sumbu vertikal, dengan variabel pendapatan yang sudah dikelompokkan atau digolongkan dalam percentiles

sebagai sumbu horizontal.

Menurut Todaro dan Smith (1993), untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan Kurva Lorentz harus dipadu dengan kriteria Bank Dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2011) Bank Dunia mengelompokan penduduk pada tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi. Kategori ketimpangan ditentukan dengan mengunakan kriteria seperti berikut:

a) Jika proporsi jumlah pendapatan dari rumah tangga yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga kurang dari 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.

b) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga antara 12-17 % dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menegah.


(36)

22 c) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40%

terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga lebih dari 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.

Gambar 1. Hubungan Indeks Gini (Gini Ratio) dengan kurva Lorentz (Todaro, 1993)

6. Pengkajian Penelitian Terdahulu

Studi mengenai analisis pendapatan dan usahatani telah banyak dilakukan, baik di ruang lingkup perusahaan agribisnis maupun ruang lingkup kondisi pedesaan. Analisis ini telah banyak mengkaji berbagai komoditi, khususnya di bidang pertanian. Salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan Edy (2011) melakukan analisis pendapatan usahatani sayuran daun di Kabupaten Pidie pada hasil penelitian petani sayuran menunjukan bahwa usahatani

% Pendapatan kumulatif

A

C B

D E

F

% Penerimaan pendapatan

Keterangan :

- Kurva Lorentz: adalah kurva ABCDEF

- Garis pemerataan sempurna: adalah garis AF

- Garis Ketidakmerataan sempurna: adalah garis AGF


(37)

23 sayuran daun yang memberikan nilai produksi yang paling tinggi adalah

usahatani sawi. Hasil analisis data diperoleh nilai dari perhitungan rasio ROI (Return On Investment) untuk usahatani sawi, kangkung, bayam, dan selada masing-masing 112,03%, 99,58%, 93,24%, dan 92,94%. Rasio perolehan ROI sebagaimana diperlihatkan di atas, memberi makna bahwa kemampuan setiap Rp100,- biaya produksi yang telah dicurahkan dalam kegiatan usahatani tersebut dapat memberikan pendapatan usahatani (laba bersih) sebesar

Rp112,03 untuk usahatani sawi, Rp99,58 untuk usahatani kangkung, Rp93,24 untuk usahatani bayam, dan sebesar Rp92,94 untuk usahatani selada. Dengan demikian, hasil penelitian membuktikan bahwa usahatani sayuran sawi

merupakan jenis usahatani yang memiliki kemampuan untuk memberikan pendapatan yang paling besar dari setiap biaya produksi yang dicurahkan, kemudian secara berturut-turut diikuti usahatani kangkung, bayam, dan selada. Laba bersih sebagaimana digambarkan di atas dinilai relatif besar, karena jarak waktu yang diperhitungkan antara pengeluaran-pengeluaran yang harus

dilakukan dengan penerimaan hasil penjualan yang diperoleh untuk semua komoditi sayuran daun tersebut diasumsikan memiliki rentang waktu yang sama yaitu selama 60 hari atau 2 bulan. Demikian pula hasil penelitian

Sunawirawan (2010) tentang efesiensi produksi dan pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar Lampung. Menyimpulkan bahwa usahatani sawi merupakan usahatani yang menguntungkan. Tingkat pendapatan sebesar Rp1.640.004,00 per1.851, 43 m2 memiliki R/C ratio atas biaya tunai yaitu sebesar 2,58,

sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp749.333,40 per 1.851,43 m2 persegi per musim dengan R/C ratio sebesar 1,39. Pada kondisi optimal dengan


(38)

24 kendala lahan seluas 1851,43 m2 diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp1.618.015,48 dengan R/C ratio sebesar 3,23, sedangkan atas biaya total adalah sebesar 1.017.648,14 dengan R/C ratio sebesar 1,77.

Pada penelitian usahatan tani sayuran di atas, belum mencakup mengenai distribusi pendapatan pada rumah tangga petani sebagaimana yang telah dilakukan oleh Endah (2004) yang melakukan penelitian tentang pengaruh status penguasaan lahan pertanian terhadap distribusi pendapatan petani padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasilpenelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan garapanpetani penggarap 0,50 per ha dengan pendapatan usahatani sebesar Rp 4.171.537per ha. Kemudian nilai Koefisian Gini (Rasio Gini) sebesar 0,59. Hal inimenunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan tinggi yaitu lebih besar dari 0,50.

Menurut Agus (2009) yang melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani padi anorganik di Kabupaten Klaten yaitu sebesar Rp1.168.090 setiap usahatani atau mencapai Rp1.946.817 setiap hektar. Distribusi

pendapatan usahatani padi anorganik di Kabupaten Klaten dalam Kurva Lorenz tergambar terjadi ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini terjadi karena jumlah petani tinggi tetapi pendapatan petani rendah. Distribusi pendapatan usahatani padi anorganik di KabupatenKlaten dalam Koefisien Gini sebesar 0,512. Hal ini menunjukkan terjadiketimpangan distribusi pendapatan tinggi menurut Bank Dunia.

Afriyanti (2012) melakukan penelitian mengenai pendapatan rumah tangga petani dan distribusi pendapatan petanikakao di Desa Pesawaran Indah


(39)

25 Kecamatan Padang Cermin berasal dari berbagai kegiatan usaha, yaitu

usahatani kakao, luar usahatani kakao, dan dari kegiatan usaha nonusahatani. Besarnya rata-rata pendapatan rumah tangga petani kakao adalah

Rp20.944.667,36/tahun. Persentase berbagai sumber pendapatan adalah sebesar 53,12 persen pendapatan rumah tangga diperoleh dari usahatani kakao dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp11.614.140,16/tahun, sebesar 27,88 persen pendapatan rumah tangga diperoleh dari kegiatan usahatani selain kakao dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp5.838.371,17/tahun, dan sebesar 19,00 persen pendapatan rumah tangga diperoleh dari kegiatan nonusahatani dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp3.979.094,20/tahun. Distribusi pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin tidak merata, hal ini dikarenakan angka Gini Rasio dari hasil perhitungan distribusi pendapatan adalah sebesar 0,41 dengan arti bahwa distribusi pendapatan rumah tangga masih berada pada ketimpangan yang sedang.

Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu, banyak yang melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani dengan berbagai macam komoditi. Untuk penelitian mengenai sayuran, penelitian sebelumnya adalah mengenai pendapatan usahatani sayuran daun. Pada penelitian ini, selain dilakukan penelitian mengenai pendapatan rumah tangga petani sayuran, juga dilakukan penghitungan tingkat distribusi pendapatan petani guna mengetahui

ketimpangan pendapatan rumah tangga petani sayuran yang masih jarang diterapkan pada penelitian pada petani sayuran sebelumnya. Dengan demikian, dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pendapatan dan distribusi


(40)

26 pendapatan rumah tangga petani sayuran yang dapat berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

B. Kerangka Pemikiran

Petani dalam melakukan usahataninya menggunakan beberapa faktor produksi seperti lahan, modal / sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan) serta tenaga kerja untuk memperoleh hasil dan keuntungan. Dalam usahatani kepemilikan lahan yang merupakan salah satu faktor produksi umumnya sangat mendukung untuk perkembangan usahatani tersebut. Hal ini dikarenakan, semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin besar potensi petani untuk mengembangkan usahataninya.

Modal juga berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama untuk pengadaan sarana produksi. Modal di dalam usahatani biasanya digunakan untuk pembelian berbagai sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah tenaga kerja di dalam produksi akan sangat berpengaruh pada proses produksi, karena suatu proses produksi membutuhkan input produksi. Input atau korbanan ini semula berupa fisik, kemudian dinilai dalam bentuk uang atau rupiah, yang disebut dengan total biaya produksi. Dalam usahatani sayuran diperoleh produksi di mana jika dikalikan dengan harga jualnya akan menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani disebut dengan pendapatan usahatani.

Komoditi sayuran termasuk komoditi yang diunggulkan di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Sejak dahulu hingga saat ini, sebagian


(41)

27 besar petani mengandalkan usahatani ini sebagai usaha pokok dalam

menunjang perekonomian keluarga selain tanaman pangan. Upaya yang perlu dilakukan dalam rangka peningkatan pendapatan petani adalah sistem

usahatani pada setiap tingkat usahatani, memperkuat kelembagaan pada tingkat petani, serta membangun kerjasama yang sinergis antar stakeholder. Selain itu, faktor lain yang perlu diketahui dalam pengusahaan usatani sayuran ini adalah penggunaan input produksi agar petani bisa memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan.

Tingkat pendapatan usahatani sayuran erat kaitannya dengan jumlah produksi sayuran, dan jumlah produksi sayuran dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukungnya. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan faktor produksi selama kegiatan usahatani dilaksanakan, secara langsung akan berdampak pada hasil penerimaan petani sayuran yang bergantung pada harga sayur di tingkat petani.

Distribusi Pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan nonpertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh tani, menyewakan lahan, dan bagi hasil. Sumber pendapatan petani dari sektor nonpertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh nonpertanian, serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).

Kegiatan nonusahatani akan meningkatkan penerimaan tambahan petani sehingga diharapkan akan menambah penghasilan petani sayuran di luar


(42)

28 usahatani. Kegiatan yang dilakukan nonusahatani diharapkan dapat

meningkatkan ekonomi rumah tangga yang tercermin dari peningkatan pendapatan rumah tangga. Dengan diketahuinya pendapatan rumah tangga petani sayuran akan dapat digunakan untuk menghitung tingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani. Berdasarkan uraian di atas, maka disusun paradigma penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 2.


(43)

29

Gambar 2. Paradigma pemikiran analisis pendapatan dan distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. On Farm Off Farm Non utama: perkebunan, peternakan, perikanan dll Utama: Sayuran sawi,bayam ,selada. Produksi Sayuran x1,x2,x3 Non Farm -mengojek, berdagang Biaya produksi Penerimaan Usahatani Sayuran Pendapatan Usahatani Sayuran Pendapatan Rumah Tangga Petani Analisis Distribusi Pendapatan

Pendapatan Pendapatan

Usahatani Non Usahatani

Harga

Input

Faktor produksi - Benih - Pupuk - Tenagakerja - Pestisida - Biaya angkut


(44)

30

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi pertanian dengan mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Tanaman sayuran semusim adalah tanaman yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang berumur kurang dari satu tahun.

Petani adalah seorang atau sekelompok orang yang mengusahakan komoditas pertanian atas risiko sendiri ataupun bagi hasil dengan tujuan untuk dijual baik sebagian atau seluruhnya pada pertanian tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Petani sayuran adalah sekelompok orang atau individu yang melakukan usahatani sayuran guna memenuhi kebutuhan hidupnya.


(45)

31 Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk melakukan usahatani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap/variabel dalam satuan rupiah per tahun (Rp).

Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani sayuran di atas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha) dan digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan data lapangan.

Biaya saprotan adalah banyaknya nilai saprotan yang digunakan petani dalam berusahatani per musim, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Harga benih (Px1) diukur dalam satuan Rp/kg, harga pupuk kandang (Px2) diukur dalam satuan Rp/kg, harga pupuk urea (Px3) diukur dalam satuan Rp/kg, harga pupuk KCL (Px5) diukur dalam satuan Rp/kg, harga obat-obatan (Px6) diukur dalam satuan Rp/L.

Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses pengolahan usahatani mulai penanaman hingga pemanenan per musim, yang terdiri dari tenaga kerja pria yang diukur dalam setara hari orang kerja (HOK).

Harga jual sayur adalah harga yang diterima oleh petani atas penjualan hasil panen berdasarkan umur tanaman yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah bahan tanam yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman yang dapat berupa biji tanaman atau bagiannya yang diukur dalam satuan kilogram (kg) per musim tanam.


(46)

32

Produksi adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu musim tanam (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (Kg).

Penerimaan usahatani sayuran merupakan jumlah hasil perkalian antara total produksi usahatani sayuran dengan harga jual

Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya pembelian pupuk, benih, upah tenaga kerja, sewa lahan, pajak lahan, dan biaya penyusutan alat-alat pertanian dalam satu kali musim tanam diukur dalam satuan rupiah per rotasi pola tanam kemudian dionversikan ke dalam satu tahun dalam rupiah.

Pendapatan luar usaha pertanian lain merupakan penerimaan yang diperoleh petani berasal dari kegiatan luar usaha pertanian yang diukur dalam satuan rupiah.

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani sayuran, usaha pertanian lain dan usaha nonpertanian dikurangi dengan biaya pengeluaran, diukur dengan satuan rupiah per tahun.

Distribusi pendapatan adalah pemerataan pendapatan yang diukur dengan angka yang menunjukkan besarnya ketimpangan antara tingkat pendapatan rumah tangga satu dengan lainnya, berdasarkan kriteria Oshima dan Bank Dunia.


(47)

33

B. Lokasi, Sampel, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang mewakili komoditi sayuran yang cukup diandalkan. Selain itu, di kecamatan ini masih banyak rumah tangga yang masih tergolong belum sejahtera.

Sampel penelitian adalah petani yang membudidayakan komoditi hortikultura sayuran. Petani-petani tersebut berada di dua desa yaitu Desa Jatimulyo dan Desa Marga Agung. Kedua desa ini dipilih secara purposive karena kedua desa ini mewakili daerah di mana lahannya cukup banyak ditanami sayuran serta memiliki kondisi keluarga pra sejahtera yang cukup banyak.

Metode pangambilan sampel dilakukan dengan cara sensus, yaitu semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian. Menurut Arikunto (2002). Apabila subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jumlah populasi petani yang mengusahakan tanaman sayuran di kedua desa berjumlah 50 orang, yaitu Desa Jatimulyo berjumlah 27 orang dan dari Desa Marga Agung berjumlah 23 orang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2012.


(48)

34

C. Pengumpulan Data dan Batasan Penelitian

Penelitian dilakukan secara sensus dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan data primer. Data primer

dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung kepada petani sayuran dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Pada penelitian tanaman sayuran yang diteliti merupakan tanaman sayuran semusim yang yang rata-rata memiliki umur panen yang singkat. Sayuran yang ditanam petani memiliki 2-3 jenis tanaman sayuran dengan masa tanam per tahun 2-3 kali tergantung penerapan pola rotasinya.

Kelemahan penelitian ini adalah dalam setiap musim tanam pengambilan data usahatani yang berbeda-beda, namun peneliti hanya menanyakan bagaimana pelaksanaan usahatani dalam satu kali musim tanam per jenis tanaman atau per rotasi tanam dalam pola tanam. Selanjutnya, setiap pelaksanaan usahatani dalam satu kali musim dikonversikan per tahun dengan diasumsikan setiap musim tanam data usahataninya sama.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(1) Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani sayuran. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan


(49)

35 yang diterima dari hasil usahatani sayuran dengan biaya produksi yang

dikeluarkan dalam satu tahun, dirumuskan :

Keterangan :

= Pendapatan (Rp) Y = Produksi (kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp/kg)

∑Xi = Jumlah faktor produksi ke-i (i = 1,2,3,...n) Pi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

Analisis dilanjutkan dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dan biaya total dengan menggunakan R/C rasio (Revenue Cost Ratio). R/C rasio digunakan untuk mengetahui rasio keuntungan petani terhadap biaya yang dikeluarkan pada usahatani sayuran, yang secara matematis dapat ditulis (Soekartawi, 1995) :

R/C rasio Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya PT = Penerimaan total

BT = Biaya total yang dikeluarkan oleh petani Py = Harga Output (Rp/kg)

Y = Output (kg) FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel


(50)

36 Jika R/C >1, maka usahatani yang diusahakan menguntungkan karena

penerimaan lebih besar dari biaya total. Jika R/C = 1, maka usahatani sayuran yang dilakukan berada pada titik impas (break even point). Jika R/C <1, maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan karena penerimaan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

(2) Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani sayuran bukan saja dilakukan dari penerimaan pendapatan dari sektor pertanian sayuran, namun ada beberapa tambahan pendapatan dari usaha sampingan di luar pertanian. Misalnya sebagai tukang bangunan, sebagai pegawai, atau dari hasil usahatani komoditi lain.

Pendapatan rumah tangga petani dihitung dengan menjumlahkan penerimaan total hasil usahatani sayuran dari lahan yang diusahakannya dan penerimaan non usahataninya, hal ini dilakukan karena pada lahan pertanaman sayuran tidak hanya ada satu tanaman monokultur (sayuran) yang diusahakan oleh petani, namun juga beberapa tanaman lainnya. Sebagai penerimaan nonusahatani didapatkan dari kegiatan sampingan mereka selain sebagai petani, yaitu sebagai buruh tani, atau dari luar pertanian seperti pedagang, pegawai, atau tukang bangunan.

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut :


(51)

37

Prt = Pusahatani (on farm) + Pnonusahatani (off farm) + Pnonfarm

Keterangan :

Prt = Pendapatan rumah tangga petani per-tahun Pusahatani = Pendapatan usahatani

Poff farm = Pendapatan usahatani di luar budidaya Pnonfarm = Pendapatan non usahatani

Pendapatan tersebut diperoleh dengan menghitung selisih antara total penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun. Perhitungan mengenai pendapatan usaha selain usahatani sayuran sama dengan perhitungan pada pendapatan usahatani sebelumnya. Perhitungan mengenai kontribusi pendapatan yang diperoleh dari usahatani sayuran terhadap pendapatan total rumah tangga petani diperoleh dengan persamaan :

pPs % = (Ps / Prt) x 100% Keterangan :

pPs % = Persentase pendapatan usahatani sayuran Ps = Pendapatan usahatani sayuran

Prt = Pendapatan total rumah tangga per tahun

Perhitungan persentase tersebut juga berlaku bagi usaha yang lain guna mengetahui besarnya kontribusi usaha yang bersangkutan terhadap pendapatan total rumah tangga petani.

(3) Analisis Distribusi Pendapatan

Untuk mengetahui pemerataan pendapatan digunakan analisis distribusi pendapatan Gini Ratio yang dihitung dengan menggunakan rumus :


(52)

38

Keterangan :

G = Gini Ratio (0 < GR < 1)

Pi = Persentase kumulatif penerima pendapatan sampai kelompok i Ii = Persentase kumulatif pendapatan yang diterima sampai dengan

kelompok ke i

K = Jumlah kelompok penerima pendapatan 1 = konstanta

Menurut Oshima, jika (a) Indeks Gini Ratio kurang dari 0,4 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah; (b) Indeks Gini antara 0,4-0,5 menunjukkan ketimpangan distribusi sedang; (c) Indeks Gini Ratio lebih besar atau sama dengan 0,5 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi. Adapun menurut Todaro dan Smith (1993), untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan Kurva Lorentz harus dipadu dengan kriteria Bank Dunia dan Kuznet Indeks (KI).

BPS (2011) Bank Dunia mengelompokan penduduk pada tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang pendapatannya 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan dengan mengunakan kriteria seperti berikut.


(53)

39 a) Jika proporsi jumlah pendapatan dari rumah tangga yang masuk kategori

40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga kurang dari 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.

b) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga antara 12-17 % dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menegah.

c) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga lebih dari 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.


(54)

78

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Pola tanam sayuran yang dilakukan oleh petani dilakukan secara bergilir atau rotasi tanaman. Pola tanam komoditi sayuran yang diusahakan petani yaitu pola tanam 1 (sawi, bayam dan selada) sebanyak 28 persen, pola tanam 2 (sawi dan bayam) sebanyak 28 persen dan pola tanam 3 (sawi dan selada) sebanyak 44 persen.

2. Rata-rata pendapatan usahatani sayuran per tahun menurut pola tanam yaitu pada pola tanam 1 sebesar Rp5.183.820,14, sedangkan pola tanam II sebesar Rp5.014.005,68 dan pola tanam III sebesar Rp5.080.514,57.

3. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani sayuran per tahun yang

melakukan pola tanam I sebesar Rp14.719.534,00 per tahun, pola tanam II sebesar Rp13.023.096,59 per tahun dan pola tanam III sebesar

11.274.800,29 per tahun.

4. Distribusi pendapatan rumah tangga petani menurut Oshima dan Bank Dunia berdasarkan pola tanaman yaitu Pola Tanam I yaitu sebesar 0,19 dan 30,17% dalam katagori rendah sedangkan pola tanam II sebesar 0,08


(55)

79 dan 21,72% dalam katagori rendah dan pola tanam III sebesar 0,39 dan 23,55% dalam katagori rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi petani, hendaknya mengoptimalkan dalam pemeliharaan tanaman sayuran sesuai anjuran agar memperoleh keuntungan yang tinggi

2. Bagi peneliti lain, disarankan agar meneliti lebih lanjut mengenai pendapatan rumah tangga petani pada semua musim dalam satu tahun.


(56)

80

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti. 2011. Analisis pendapatan dan distribusi pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Agus. 2009. Analisis pendapatan usahatani padi anorganik di Kabupaten Klaten. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Alda. 2010. Analisis distribusi pendapatan karyawan PTPN di Sumatera Utara. http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-distribusi-pendapatan-karyawan.html Diakses pada 18 Juni 2012

Ashary. 2011. Disparitas Distribusi Pendapatan Nasional Bagaimana Mendistribusikan Pendapatan Nasional Secara Merata.

http://akholilashari.blogspot.com/2011/06/jurnal-distribusi-pendapatan-nasional.html Diakses pada 18 Juni 2012

Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan Hortikultura. 2007. Budidaya Tanaman Sayuran. Agro Inovasi. Jakarta

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Bandar Lampung.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2011. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Bandar Lampung.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Jati Agung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Bandar Lampung.

Edy, M. 2011. Analisis pendapatan usahatani sayuran di Kabupaten Pidie. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Hasanudin. Fakultas Pertanian. Sulawesi.

Endah. 2004. Analisis pengaruh status penguasaan lahan pertanian terhadap distribusi pendapatan petani padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Skripsi.Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Surabaya. Jawa Timur


(57)

81

Krisnamurthi, Bayu. 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Makalah pada Seminar Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Strategi Revitalisasi Perekonomian Indonesia. CSIS- Bina Swadaya, Jakarta 21 Februari 2001; telah pula dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Rakyat (online, www.ekonomi-rakyat.org)

Lingga P. 1999. Bertanam Petsai Dan Sawi. Penebar Swadaya. Jakarta

Lipsey, G. Richard. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa oleh Jaka Wasana dan Kirbrandoko. Binarupa Aksara. Jakarta. Mosher, A. T. 1985. Menggerakkan dan membangun pertanian. Penerbit CV

Rajawali. Jakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 305 hlm Novy, T. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan

pendapatan hortikultura Leatherleaf di Desa Tegallega Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian.Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung Nurmanaf, A.R. 1985. Pola Kesempatan Kerja dan Sumber Pendapatan

Rumahtangga di Pedesaan Jawa Barat. Forum Agro Ekonomi 4(I): 1-7. Pusat Penelitian Sosial Pertanian. Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2011. Budidaya Sawi.

Jakarta.

Rahardi, F. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Rodjak, Abdul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Usahatani. Bandung. Faperta.

Unpad. Bandung.

Rubatzky, Vincent E. Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi ke 2. Penerbit ITB. Bandung.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Bayam dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta

Rukmana, R. 2005. Kangkung . Kanisius, Yogyakarta.

Soeharjo, A. & D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.


(58)

82 Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B., 1986. IlmuUsaha Tani

dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Grafindo Persada.

Jakarta

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Khusus Fungsi produksi Cobb-Douglas. Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia-Press. Jakarta. Soeratno. 1996. Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP

AMP

Sunawirawan. 2010. Analisis efesiensi produksi dan pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutanty. 2006. Analisis ekonomi dan kesempaan kerja pada usahatani bayam. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Todaro, MP dan Smith, Stephen C, 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta

Wikipedia.org. 2012. Selada. http://id.wikipedia.org/wiki/Selada. Diakses pada 5 Mei 2012.


(1)

39 a) Jika proporsi jumlah pendapatan dari rumah tangga yang masuk kategori

40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga kurang dari 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.

b) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga antara 12-17 % dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menegah.

c) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga lebih dari 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.


(2)

78

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Pola tanam sayuran yang dilakukan oleh petani dilakukan secara bergilir atau rotasi tanaman. Pola tanam komoditi sayuran yang diusahakan petani yaitu pola tanam 1 (sawi, bayam dan selada) sebanyak 28 persen, pola tanam 2 (sawi dan bayam) sebanyak 28 persen dan pola tanam 3 (sawi dan selada) sebanyak 44 persen.

2. Rata-rata pendapatan usahatani sayuran per tahun menurut pola tanam yaitu pada pola tanam 1 sebesar Rp5.183.820,14, sedangkan pola tanam II sebesar Rp5.014.005,68 dan pola tanam III sebesar Rp5.080.514,57.

3. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani sayuran per tahun yang

melakukan pola tanam I sebesar Rp14.719.534,00 per tahun, pola tanam II sebesar Rp13.023.096,59 per tahun dan pola tanam III sebesar

11.274.800,29 per tahun.

4. Distribusi pendapatan rumah tangga petani menurut Oshima dan Bank Dunia berdasarkan pola tanaman yaitu Pola Tanam I yaitu sebesar 0,19 dan 30,17% dalam katagori rendah sedangkan pola tanam II sebesar 0,08


(3)

79 dan 21,72% dalam katagori rendah dan pola tanam III sebesar 0,39 dan 23,55% dalam katagori rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi petani, hendaknya mengoptimalkan dalam pemeliharaan tanaman sayuran sesuai anjuran agar memperoleh keuntungan yang tinggi

2. Bagi peneliti lain, disarankan agar meneliti lebih lanjut mengenai pendapatan rumah tangga petani pada semua musim dalam satu tahun.


(4)

80

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti. 2011. Analisis pendapatan dan distribusi pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Agus. 2009. Analisis pendapatan usahatani padi anorganik di Kabupaten Klaten. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Alda. 2010. Analisis distribusi pendapatan karyawan PTPN di Sumatera Utara. http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-distribusi-pendapatan-karyawan.html Diakses pada 18 Juni 2012

Ashary. 2011. Disparitas Distribusi Pendapatan Nasional Bagaimana Mendistribusikan Pendapatan Nasional Secara Merata.

http://akholilashari.blogspot.com/2011/06/jurnal-distribusi-pendapatan-nasional.html Diakses pada 18 Juni 2012

Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan Hortikultura. 2007. Budidaya Tanaman Sayuran. Agro Inovasi. Jakarta

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Bandar Lampung.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2011. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Bandar Lampung.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Jati Agung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Bandar Lampung.

Edy, M. 2011. Analisis pendapatan usahatani sayuran di Kabupaten Pidie. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Hasanudin. Fakultas Pertanian. Sulawesi.

Endah. 2004. Analisis pengaruh status penguasaan lahan pertanian terhadap distribusi pendapatan petani padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Skripsi.Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Surabaya. Jawa Timur


(5)

81

Krisnamurthi, Bayu. 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Makalah pada Seminar Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Strategi Revitalisasi Perekonomian Indonesia. CSIS- Bina Swadaya, Jakarta 21 Februari 2001; telah pula dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Rakyat (online, www.ekonomi-rakyat.org)

Lingga P. 1999. Bertanam Petsai Dan Sawi. Penebar Swadaya. Jakarta

Lipsey, G. Richard. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa oleh Jaka Wasana dan Kirbrandoko. Binarupa Aksara. Jakarta. Mosher, A. T. 1985. Menggerakkan dan membangun pertanian. Penerbit CV

Rajawali. Jakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 305 hlm Novy, T. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan

pendapatan hortikultura Leatherleaf di Desa Tegallega Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian.Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung Nurmanaf, A.R. 1985. Pola Kesempatan Kerja dan Sumber Pendapatan

Rumahtangga di Pedesaan Jawa Barat. Forum Agro Ekonomi 4(I): 1-7. Pusat Penelitian Sosial Pertanian. Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2011. Budidaya Sawi. Jakarta.

Rahardi, F. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Rodjak, Abdul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Usahatani. Bandung. Faperta.

Unpad. Bandung.

Rubatzky, Vincent E. Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi ke 2. Penerbit ITB. Bandung.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Bayam dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta

Rukmana, R. 2005. Kangkung . Kanisius, Yogyakarta.

Soeharjo, A. & D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.


(6)

82 Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usaha Tani

dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Grafindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Khusus Fungsi produksi Cobb-Douglas. Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia-Press. Jakarta. Soeratno. 1996. Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP

AMP

Sunawirawan. 2010. Analisis efesiensi produksi dan pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutanty. 2006. Analisis ekonomi dan kesempaan kerja pada usahatani bayam. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Todaro, MP dan Smith, Stephen C, 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta

Wikipedia.org. 2012. Selada. http://id.wikipedia.org/wiki/Selada. Diakses pada 5 Mei 2012.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

1 9 87

JUDUL INDONESIA: ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN JUDUL INGGRIS: THE INCOME AND HOUSEHOLD INCOME DISTRIBUTION OF VEGETABLE FARMERS IN JATI AGUNG SUBDISTRICT OF SOUT

2 13 58

JUDUL INDONESIA: PERAN KELOMPOKTANI DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI DESA NEGARA RATU KECAMATAN NATAR KEBUPATEN LAMPUNG SELATAN JUDUL INGGRIS: THE ROLE OF FARMERS GROUP ON IMPROVEMENT OF RICE FARMERS’ INCOME AND PROS

3 30 123

Analysis of Income and Walfare of the Smallholder Rubber Farmers in Bumi Agung Subdistrict, Way Kanan District ANALISIS PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN WAY KANAN

1 15 58

PERAN WANITA TANI DI ATAS USIA PRODUKTIF DALAM USAHATANI SAYURAN ORGANIK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BATU THE ROLE OF WOMEN FARMERS OVER IN PRODUCTIVE AGE IN ORGANIC VEGETABLE FARMING AT HOUSEHOLD INCOME

0 0 11

DIVERSIFIKASI USAHA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI LEBAK (BUSINESS DIVERSIFICATION AND ITS IMPACT ON HOUSEHOLD INCOME OF FARMERS IN SWAMPY LOWLAND AREAS)

0 0 10

Pola Usahatani, Pendapatan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Lahan Rawa Lebak di Sumatera Selatan Farming Pattern, Income and Household Food Security Level of Lowland Rice Farmers on South Sumatra Indonesia

0 0 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA PETANI KAKAO DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Analysis of Household Income and Poverty Level of Cocoa Farmers in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Subdistrict, Pesawaran Regency) Si

0 0 8

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DESA SUKAJAWA, KECAMATAN BUMIRATU NUBAN, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analysis of Household Income and Expenditure of Rice Farmers in Sukajawa Village Bumiratu Nuban Subdistrict Central Lampung Reg

0 0 9

KINERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Performance and Household Income of Pineapple Farmer Group Members in Astomulyo Village, Punggur Subdistrict, Lampung Tengah Dist

0 0 9