FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN MALARIA OLEH KEPALA KELUARGA DI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING THE PREVENTION OF MALARIA BY THE FAMILY HEAD IN THE DISTRICT RAJABASA

SOUTH LAMPUNG by

Gilang Yoghi Pratama

Malaria is one of the infectious disease remains a public health problem in Indonesia. Prevention and transmission of malaria have been carried out as gebrak malaria as a national movement to eradicate malaria in Indonesia, but the movement is not optimal, especially in malaria endemic areas. This study aims to determine the factors that affect malaria prevention by households in the District Rajabasa of South Lampung.

The method of this research is analytic descriptive by cross sectional approach. The variables studied were age, education level, occupation, income, history of malaria illness, knowledge, and attitudes. The study involved 397 respondents.

The results showed that factors related to the prevention of malaria by the head of the family is a history of malaria illness (p = 0.009) and employment (p = 0.005) with the most dominant factor is a history of malaria illness with p = 0.010, OR = 1.838 and 95 % CI = 1.156 to 2.924. Based on the analysis it can be concluded that if the head of the family has never been exposed to malaria and has the possibility of prevention work has a low risk of 60.6 %.

Government need to socialize community on a regular basis related District Rajabasa of Anopheles sp mosquito behavior, how to eradicate mosquitoes, malaria treatment and prevention of malaria, so that people know and want to prevent malaria consistently .


(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN MALARIA OLEH KEPALA KELUARGA DI KECAMATAN RAJABASA

LAMPUNG SELATAN Oleh

Gilang Yoghi Pratama

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Upaya pencegahan dan penularan penyakit malaria telah banyak dilakukan seperti gebrak malaria sebagai gerakan nasional pemberantasan malaria di Indonesia, namun gerakan ini belum optimal terutama di daerah-daerah endemik malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Variabel yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, riwayat sakit malaria, pengetahuan, dan sikap. Penelitian ini melibatkan 397 responden.

Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan terhadap pencegahan malaria oleh kepala keluarga yaitu riwayat sakit malaria (p = 0,009) dan pekerjaan (p = 0,005) dengan faktor yang paling dominan adalah riwayat sakit malaria dengan p = 0,010, OR = 1,838 dan CI 95% = 1,156 – 2,924. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa apabila kepala keluarga belum pernah terkena malaria dan memiliki pekerjaan beresiko memiliki kemungkinan pencegahan rendah sebesar 60,6 %.

Instansi kesehatan perlu melakukan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat Kecamatan Rajabasa terkait perilaku nyamuk Anopheles sp, cara pemberantasan nyamuk, pengobatan penyakit malaria dan pencegahan terhadap penyakit malaria, sehingga masyarakat tahu dan mau mencegah penyakit malaria secara konsisten. Kata Kunci : Kecamatan Rajabasa, malaria, pencegahan,


(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN MALARIA OLEH KEPALA KELUARGA DI KECAMATAN RAJABASA

LAMPUNG SELATAN

Oleh

GILANG YOGHI PRATAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rejobasuki, Kecamatan Kota Gajah, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 7 Juni 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Wardoyo dan Ibu Endang Triharningsih.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Sidomakmur pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Kalianda pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Al Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota pada organisasi PMPATD Pakis Rescue Team dan Forum Studi Islam (FSI) FK Unila.


(8)

Bismillahirrohmaanirrohiim

Kupersembahkan karya ini

Kepada bapak, ibu, adik,

sahabat, teman-teman dan


(9)

ii SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Malaria Oleh

Kepala Keluarga Di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

2. dr. TA Larasati, M.Kes, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. Beliau adalah orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini. 3. dr. Betta Kurniawan, M. Kes, selaku pembimbing kedua dan pembimbing

akademik yang selalu sabar atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, dukungan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini dan pembelajaran di Universitas. Beliau adalah orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini.


(10)

iii 4. dr. Hernowo AW, M. Kes, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan. Beliau juga adalah orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini.

5. Dr. Jimmy B. Hutapea, MARS, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan.

6. Kepala UPT Puskesmas Rajabasa, Camat Rajabasa, Kepala Desa Canti, Kepala Desa Banding, Kepala Desa Sukaraja, Kepala Desa Rajabasa, Kepala Desa Way Muli, Kepala Desa Way Muli Timur, Kepala Desa Kunjir dan seluruh masyarakat Kecamatan Rajabasa yang telah membantu dalam proses penelitian.

7. Bapakku Wardoyo, SKM, M. Kes dan ibuku Endang Triharningsih, S. Pd yang selalu menyebutkan nama saya dalam doanya, membimbing mendukung, dan memberikan yang terbaik. Adik-adik saya Ghozal Hidayatullah dan Galih Fathurrozi, yang selalu memberi doa, bantuan, semangat, dan terutama senyum keceriaan yang dapat menghilangkan kepenatan ketika tiba di rumah.

8. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita.

9. Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

10.Dek Rayi Lujeng P yang selalu memberi doa, bantuan, dan semangat yang luar biasa dalam keadaan suka maupun duka dari awal pengajuan judul sampai akhir proses skripsi.


(11)

iv 11.Sahabat-sahabat saya, Nur Amalina D dan Rama Rapina yang selalu membantu setiap kegiatan penelitian dan seminar, dengan senyum, keceriaan dan semangat. Semoga persahabatan ini tetap terjaga selamanya, amin.

12.Teman-teman PMPATD Pakis Rescue Team (yang sudah membantu memberikan semangat dan bahan-bahan untuk penelitian.

13.Teman-teman angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

14.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (angkatan 2008-2014) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 30 Januari 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penulisan ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Hipotesis ... 6

1.6Kerangka Pemikiran ... 8

2.2.1 Kerangka Teori ... 8

2.2.2 Kerangka Konsep ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria ... 10

2.1.1 Pengertian Malaria ... 10

2.1.2 Etiologi Malaria ... 10

2.1.3 Siklus Hidup Plasmodium sp... 11

2.1.4 Siklus Hidup Nyamuk ... 13

2.1.5 Patologi Malaria ... 15

2.1.6 Penularan Malaria ... 16

2.1.7 Gejala Penyakit Malaria ... 17

2.1.8 Pencegahan Penyakit Malaria ... 19

2.1.9 Perilaku Pencegahan Malaria ... 22

2.1.9.1 Pengetahuan ... 23


(13)

2.1.9.3 Umur ... 24

2.1.9.4 Tingkat Pendidikan ... 24

2.1.9.5 Pekerjaan ... 25

2.1.9.6 Riwayat Sakit ... 25

2.1.9.7 Penghasilan ... 26

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 35

3.5 Sumber Pengumpulan Data ... 36

3.6 Alat Penelitian ... 36

3.7 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 36

3.7.1 Uji Validitas ... 36

3.7.2 Uji Realibilitas ... 37

3.8 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 38

3.9 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 39

3.9.1 Identifikasi Variabel ... 39

3.9.2 Definisi Operasional ... 39

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 41

3.11 Etika Penelitian ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Analisis Univariat ... 46

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 46

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan .. 49

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Sakit Malaria ... 50

4.1.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan.. 51


(14)

4.1.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pencegahan .. 52

4.1.2 Analisis Bivariat 4.1.2.1 Hubungan Umur dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 53

4.1.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 54

4.1.2.3 Hubungan Pekerjaan dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 56

4.1.2.4 Hubungan Penghasilan dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 57

4.1.2.5 Hubungan Riwayat Sakit Malaria dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 58

4.1.2.6 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 59

4.1.2.7 Hubungan Sikap dengan Pencegahan Malaria oleh Kepala Keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 61

4.1.3 Analisis Multivariat ... 62

4.1.4 Model Terakhir ... 64

4.2 Pembahasan ... 65

4.2.1 Hubungan Umur dengan Pencegahan Malaria ... 65

4.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pencegahan Malaria.. 66

4.2.3 Hubungan Pekerjaan dengan Pencegahan Malaria ... 67

4.2.4 Hubungan Penghasilan dengan Pencegahan Malaria ... 69

4.2.5 Hubungan Riwayat Sakit dengan Pencegahan Malaria ... 71

4.2.6 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Malaria ... 72

4.2.7 Hubungan Sikap dengan Pencegahan Malaria ... 74


(15)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah sampel tiap desa ... 35 Tabel 2. Definisi Operasional ... 39 Tabel 3. Distribusi usia responden kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa

Lampung Selatan tahun 2014 ... 47 Tabel 4. Distribusi pendidikan responden kepala keluarga di Kecamatan

Rajabasa Lampung Selatan tahun 2014 ... 47 Tabel 5. Distribusi pekerjaan responden kepala keluarga di Kecamatan

Rajabasa Lampung Selatan tahun 2014 ... 48 Tabel 6. Distribusi penghasilan responden kepala keluarga di Kecamatan

Rajabasa Lampung Selatan tahun 2014 ... 49 Tabel 7. Distribusi riwayat sakit malaria responden kepala keluarga di

Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tahun 2014 ... 50 Tabel 8. Distribusi pengetahuan responden kepala keluarga di Kecamatan

Rajabasa Lampung Selatan tahun 2014 ... 51 Tabel 9. Distribusi sikap responden kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa

Lampung Selatan tahun 2014 ... 52 Tabel 10. Distribusi pencegahan responden kepala keluarga di Kecamatan

Rajabasa Lampung Selatan tahun 2014 ... 52 Tabel 11. Hubungan umur dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga

di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 53 Tabel 12. Analisis hubungan umur dengan pencegahan malaria ... 54 Tabel 13. Hubungan tingkat pendidikan dengan pencegahan malaria oleh

kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 55 Tabel 14. Analisis hubungan tingkat pendidikan dengan pencegahan malaria... 55


(17)

Tabel 15. Hubungan pekerjaan dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 56 Tabel 16. Analisis hubungan pekerjaan dengan pencegahan malaria ... 56 Tabel 17. Hubungan penghasilan dengan pencegahan malaria oleh kepala

keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 57 Tabel 18. Analisis hubungan penghasilan dengan pencegahan malaria ... 58 Tabel 19. Hubungan riwayat sakit dengan pencegahan malaria oleh kepala

keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 58 Tabel 20. Analisis hubungan riwayat sakit dengan pencegahan malaria ... 59 Tabel 21. Hubungan pengetahuan dengan pencegahan malaria oleh kepala

keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan... 60 Tabel 22. Analisis hubungan pengetahuan dengan pencegahan malaria ... 60 Tabel 23. Hubungan sikap dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga

di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 61 Tabel 24. Analisis hubungan umur dengan pencegahan malaria ... 61 Tabel 25. Variabel yang dimasukkan dalam seleksi bivariat faktor-faktor

yang mempengaruhi pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan... 62 Tabel 26. Hasil analisis multivariat faktor-faktor yang mempengaruhi

pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ... 63 Tabel 27. Hasil akhir analisis regresi logistik variabel independen dengan

pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan... 63 Tabel 28. Model akhir analisis regresi logistik variabel independen dengan

pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan... 64


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori, Modifikasi Teori Precede Proceed ... 8

Gambar 2. Kerangka Konsep ... 9

Gambar 3. Siklus hidup Plasmodium sp... 13


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Untuk Melakukan Penelitian Lampiran 2. Etik Penelitian

Lampiran 3. Inform Consent Kuesioner Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Analisis Univariat

Lampiran 7. Analisis Bivariat (Chi-Square)


(20)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes Lampung, 2012). Malaria ditemukan hampir diseluruh dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika (Prabowo, 2011).

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah dengan jenis yang berbeda-beda. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Placmodium ovale di Papua dan NTT (Widoyono, 2005). Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 % menurun dibanding tahun 2007 (2,9%). Insiden malaria di Provinsi Lampung menunjukan penurunan angka dari tahun 2007 sampai 2013 (Riskesda, 2013).

Gambaran insiden malaria di Provinsi Lampung sampai tahun 2010 menggunakan indikator AMI (Annual Malaria Incidens) yang berdasarkan pada kasus–kasus klinis namun sejak tahun 2012 telah menggunakan indikator


(21)

2

API. Jika dilihat selama 7 tahun (2004-2011) terakhir angka AMI cenderung fluktuatif. AMI Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 2,42 per 1.000 penduduk, angka ini telah berada di bawah target sebesar 5,5 per 1.000 penduduk dan jika dibandingkan dengan angka nasional (<50 ‰) AMI di Provinsi Lampung masih relatif rendah. Sedangkan untuk API per 1000 penduduk Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 0,22 per 1000 penduduk. Angka ini telah ada di bawah target yang ditetapkan yaitu kurang dari 1 per 1000 penduduk (Dinkes Lampung, 2012).

Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang endemis malaria. Data dua tahun terakhir di Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan kejadian malaria mengalami penurunan sampai pada tahun 2012. Pada tahun 2012 diukur dengan AMI jumlah kasus sebesar 2,13 ‰ dan diukur dengan API sebesar 0,32 ‰ penderita positif (Profil Dinkes Lampung, 2012). AMI di beberapa puskesmas di Kabupaten Lampung Selatan terlihat sangat bervariasi. Di Puskesmas Rajabasa AMI 53,19 ‰, Bakauheni 5,89 ‰, dan Banjar Agung 4,99 ‰. Berdasarkan data tersebut angka insiden malaria Kecamatan Rajabasa tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Selama tiga tahun terakhir angka insiden malaria kecamatan Rajabasa cenderung menurun. Tahun 2011 AMIsebesar 67,1 ‰. Tahun 2012AMI turun menjadi 29,32 ‰ dan pada tahun 2013 AMI meningkat menjadi 30,42 ‰ (Puskesmas Rajabasa, 2014).

Malaria merupakan salah satu dari target pembangunan milenium (MDGs) yang ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian malaria tahun 2015. Dalam rangka menghentikan dan mengurangi kejadian malaria banyak hal yang sudah maupun sedang dilakukan baik nasional


(22)

3

maupun global seperti program melepaskan ikan pemakan jentik nyamuk, penyemprotan dinding rumah, pembangunan SPAL sehat, promosi gerakan jumat bersih, motivasi penggunaan kelambu dan pemasangan kawat kasa ventilasi, peningkatan kerjasama lintas sektor, surveilens ACD/PCD, terapi radikal dan profilaksis kelompok rentan, kunjungan rumah untuk malaria laboratorium positif, monitoring pengobatan, dan penataan ruang tempat tinggal (Puskesmas Rajabasa, 2014).

Menurut Achmadi (2005), terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kejadian malaria yaitu nyamuk, manusia dan lingkungan (suhu, topografi, kelembaban). Banyaknya breeding place, kondisi saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak sehat, gerakan jumat bersih tidak berjalan, partisipasi dan kesadaran masyakarat tentang pencegahan malaria yang rendah merupakan kondisi yang banyak ditemukan terutama di 7 Desa dengan AMI tertinggi kecamtan Rajabasa yaitu desa Canti, Banding, Rajabasa, Sukaraja, Way Muli, Way Muli Timur dan Kunjir (Puskesmas Rajabasa, 2014).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penanggulangan malaria adalah faktor perilaku manusia (host) seperti perilaku pencegahan dan perilaku pengobatan. Orang akan sukarela melakukan upaya pemberantasan nyamuk malaria apabila ia mengetahui apa tujuan dan manfaat bagi kesehatan diri dan keluarganya, serta mengetahui bahaya jika tidak melakukannya. Hal ini merupakan bentuk perilaku yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam meningkatkan dan memelihara kesehatannya. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), merupakan respon seseorang untuk melakukan pencegahan diri dari penyaki malaria. Tingkat pengetahuan tentang pencegahan, cara penularan serta upaya pengobatan terhadap penyakit, sangat


(23)

4

berpengaruh terhadap perilaku yang selanjutnya terjadi manifestasi malaria (Notoatmodjo, 2007).

Harmendo (2008) menyatakan, terdapat hubungan perilaku dengan angka kejadian malaria. Rumah yang tidak memiliki kasa ventilasi memiliki risiko 6,5 kali dibanding rumah yang memiliki kasa ventilasi dan orang yang tidur dengan tidak menggunakan kelambu memiliki risiko 7,84 kali dibanding orang yang tidur menggunakan kelambu.

1.2 Rumusan Masalah

Malaria merupakan penyakit yang endemis di seluruh wilayah Indonesia dengan derajat endemisitas yang tinggi. Kecamatan Rajabasa yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung merupakan kecamatan dengan kejadian penyakit malaria tinggi dibanding kecamatan lainnya. Selama 3 tahun terakhir angka AMI di UPT Puskesmas Rajabasa menunjukan data fluktuatif, tercatat pada tahun 2011 sebesar 67,1 ‰; tahun 2012 AMI turun menjadi 29,32 ‰; dan pada tahun 2013 AMI meningkat menjadi 30,42 ‰. Dengan meningkatnya kejadian malaria beberapa tahun terakhir, kegiatan efektif yang dilakukan adalah dengan pencegahan. Namun program-program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah belum optimal karena masih kurangnya peran masyarakat untuk melakukan pencegahan malaria. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan?”.


(24)

5

1.3Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah

a. Mengetahui hubungan usia terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

b. Mengetahui hubungan pendidikan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

c. Mengetahui hubungan penghasilan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

d. Mengetahui hubungan pekerjaan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

e. Mengetahui hubungan riwayat sakit terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

f. Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.


(25)

6

g. Mengetahui hubungan sikap terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

h. Mengetahui faktor yang dominan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan

1. Bagi masyarakat sebagai bahan masukan dalam hal penanggulangan dan pencegahan penyakit malaria, sehingga malaria tidak menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat.

2. Bagi instansi kesehatan khususnya UPT Puskesmas Rajabasa sebagai bahan evaluasi dan masukan terhadap program pencegahan malaria. 3. Bagi peneliti untuk melatih penulisan karya ilmiah dan mengembangkan

ilmu yang telah diperoleh dan menerapkannya di masyarakat. 4. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ha

1. Ada hubungan usia terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.


(26)

7

2. Ada hubungan pendidikan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

3. Ada hubungan penghasilan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

4. Ada hubungan pekerjaan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

5. Ada hubungan riwayat sakit terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

6. Ada hubungan pengetahuan terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.

7. Ada hubungan sikap kepala keluarga terhadap tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga.


(27)

8

1.6 Kerangka Pemikiran

1.6.1 Kerangka Teori

`

Gambar 1. Kerangka Teori, modifikasi Teori Precede-Proceed. Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010).

Faktor-faktor predisposisi

(predisposing factors) a.Umur b.Pendidikan c.Pekerjaan d.Pendapatan e.Pengetahuan f. Sikap

g.Riwayat sakit h.Nilai

i. Kepercayaan j. Tradisi

Faktor memudahkan (enabling factors)

a. Fasilitas kesehatan b. Komitmen masyarakat c. Keterjangkauan sumber daya kesehatan Faktor Penguat (reinforcing factors)

a. Keluarga

b. Tokoh masyarakat c. Petugas kesehatan d. Informasi media

cetak, elektronik

Behavior and lifestyle (Pencegahan) a. Menggunakan

Kelambunisasi (Rosmeli, 2010) b. Memasang Kawat kasa

(Hayani, 2012) c. Keluar rumah

Menggunakan pakaian panjang (Rosmeli, 2010)

d. Tidak keluar malam (Harmendo, 2008) e. Menggunakan

Repelent (Rosmeli, 2010)

f. Tidak menggantung baju (Hayani, 2012) g. Membersihkan rumah

setiap hari (Hayani, 2012)

h. Mengeringkan genangan air (Harmendo, 2008) Envinronment

a. Kondisi rumah

(dinding, langit-langit, kasa ventilasi)

b. Keberadaan jentik nyamuk, tempat perindukan nyamuk, c. Pemeliharaan ternak d. Keberadaan genangan

air Sehat/sakit malaria Kualitas Hidup Edukasi Kesehatan a. Penyuluha n kesehatan (ceramah, seminar) b. Poster, leaflet Policy, regulation, organization a. Kelambu gratis b. Kawat kasa

gratis c. Peraturan

perundang an


(28)

9

1.6.2 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep. Variabel Bebas

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan - pendapatan - Pengetahuan - Sikap

- Riwayat sakit malaria

Variabel Terikat Tingkat Pencegahan


(29)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

2.1.1 Pengertian Malaria

Menurut Prabowo (2004), malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus Plasmodium sp, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (=buruk) dan area (=udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk.

2.1.2 Etiologi Malaria

Menurut Prabowo (2004) penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa darah yang termasuk genus Plasmodium sp) yang dibawa oleh nyamuk Anopheles sp. Plasmodium sp ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual


(30)

11

terjadi pada tubuh nyamuk yaitu nyamuk Anopheles sp betina (Sudoyo, 2009).

Ada empat spesies Plasmodium sp penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falcifarum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Masing-masing spesies Plasmodium sp menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax/tertiana, Plasmodium falcifarum menyebabkan malaria falcifarum/tropika, Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana, dan Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale (Prabowo, 2004).

2.1.3 Siklus Hidup Plasmodium sp

Infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk Anopheles sp betina menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah perkembangan aseksual (intrahepatic schizogony atau pre-erytrocytes schizogony). Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk Plasmodium falciparum dan 15 hari untuk Plasmodium malariae. Setelah sel parenki hati terinfeksi, terbentuk sizont hati yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah. Pada P. vivax dan ovale, sebagian parasit di dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai


(31)

12

bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relaps pada malaria (Sudoyo, 2009).

Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Pada P. vivax reseptor ini berhubungan dengan faktor antigen Duffy Fya atau Fyb. Hal ini menyebabkan individu dengan golongan darah Duffy negatif tidak terinfeksi malaria vivax. Reseptor unutk Plasmodium falciparum diduga suatu glycophorins, sedangkan pada Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale belum diketahui. Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit berubah menjadi bentuk ring, pada Plasmodium falciparum menjadi bentuk stereo – headphones, yang mengandung kromatin dalam intinya dikelilingi sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan dalam metabolismenya membentuk pigment yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara mikroskopik. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong, pada Plasmodium falciparum dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob yang nantinya penting dalam proses cytoadherence dan rosetting. Setelah 36 jam invasi kedalam eritrosit, parasit berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah akan mengeluarkan 6 – 36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium ovale ialah 48 jam dan pada Plasmodium malariae adalah 72 jam (Sudoyo, 2009). Di dalam darah betina sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina, dan bila nyamuk menghisap darah manuasia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan


(32)

13

akan terbentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia (Sudoyo, 2009).

Gambar 3. Siklus Hidup Plasmodium sp

Sumber : http://www.cdc.gov/dpdx/malaria, diakses 10 September 2014

2.1.4 Siklus Hidup Nyamuk

Menurut Sanjaka (2013), Nyamuk merupakan golongan serangga yang mempunyai siklus sempurna dan dikelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu :


(33)

14

a. Tingkatan dalam air

Siklus hidup nyamuk sangat tergantung pada keberadaan air, dimana manusia menjadi salah satu kontributor keberadaan tempat perindukan nyamuk untuk meletakkan telurnya.

Tingkatan hidup dalam air ada beberapa fase yaitu telur, jentik, pupa. Telur akan menetas setelah satu sampai 2 hari, telur akan diletakkan di permukaan air, ukuran telur 0,5 mm jumlah sekali bertelur 100 sampai 300 butir dengan frekuensi bertelur dua sampai tiga hari sekali, telur akan menetas dalam waktu 1-2 hari.

Telur berubah menjadi jentik sangat halus seperti jarum, pertumbuhan berikutnya akan mengalami empat kali pergantian kulit inilah yang disebut instar, dengan waktu yang dibutuhkan 6-11 hari dan akan berubah menjadi jentik. Kemudian jentik berubah menjadi pupa selama satu sampai dua hari, ketika menjadi pupa inilah terjadi perubahan bentuk alat-alat tubuh nyamuk dewasa tapi jenis kelamin belum dapat dibedakan.

b. Tingkatan di udara

Kepompong akan menjadi nyamuk dewasa dan keluar dari habitat air, untuk memulai kehidupan didaratnya, umumnya nyamuk jantan keluar terlebih dahulu menjadi nyamuk dewasa. Butuh waktu 1-2 hari kemudian bereproduksi, nyamuk betina kawin hanya satu kali selama hidupnya, dengan demikian nyamuk membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari untuk menjadi nyamuk dewasa.


(34)

15

2.1.5 Patologi Malaria

Studi Patologi malaria hanya dapat dilakukan pada malaria falsiparum karena kematian biasanya disebabkan oleh P. falciparum. Selain perubahan jaringan dalam patologi malaria yang penting ialah keadaan mikro-vaskular dimana parasit malaria berada. Beberapa organ yang terlibat antara lain otak, jantung, paru, hati, limpa, ginjal, usus, dan sumsum tulang. Pada otopsi dijumpai otak yang membengkak dengan perdarahan petekie yang multipel pada jaringan putih (white matter). Perdarahan jarang pada substansi abu-abu. Tidak dijumpai herniasi. Hampir seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh dengan parasit. Pada jantung dan paru selain sekuestrasi, jantung relatif normal, bila anemia tampak pucat dan dilatasi. Pada paru dijumpai gambaran edema paru, pembentukan membran hialin, adanya aggregasi leukosit. Pada ginjal tampak bengkak, tubulus mengalami iskhemia, sekuestrasi pada kapiler glomerulus, proliferasi sel mesangial dan endotel. Pada pemeriksaan imunifluorensen dijumpai deposisi imunoglobulin pada membran basal kapiler glomerulus. Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi perdarahan karena erosi, selain sekuenstrasi juga dijumpai iskemia yang menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang dijumpai dyserythropises, makrofag mengandung banyak pigmen dan erythrophagocytosis (Sudoyo, 2009)


(35)

16

2.1.6 Penularan malaria

Secara umum, setiap orang dapat terinfeksi malaria, tetapi ada beberapa orang yang memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, baik yang bersifat bawaan/alamiah maupun didapat. Orang yang paling berisiko terinfeksi malaria adalah anak balita, wanita hamil, serta penduduk nonimun yang mengunjungi daerah endemis malaria, seperti para pengungsi, transmigran, dan wisatawan.

Menurut Prabowo (2004), penyakit malaria ditularkan melalui dua cara, yaitu alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles sp yang mengandung parasit malaria dan nonalamiah jka bukan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Berikut beberapa penularan malaria secara nonalamiah.

a. Malaria bawaan (kongenital)

Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan dari ibu kepada bayinya yang dapat melalui tali pusat. Gejala pada bayi yang baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis/rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan/minum, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini harus dibedakan denga infeksi kongenital lainnya, seperti taxoplasma, rubella, sifilis kongenital dan anemia hemolitik.


(36)

17

Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi.

b. Penularan mekanik

Transfusi malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba, atau melalui transplantasi organ. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Parasit malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam darah donor. Biasanya, masa inkubasi transfusion malaria lebih singkat dibandingkan infeksi malaria secara alamiah.

2.1.7 Gejala Penyakit Malaria

Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium sp, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten. Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), (Harijanto, 2010) yaitu:

a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat


(37)

18

menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau

lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa

Didaerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil.

Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan dihidung, gusi


(38)

19

atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.

2.1.8 Pencegahan Penyakit Malaria

Menurut Depkes RI (1999) Pencegahan penyakit malaria secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan :

a. Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis atau pengobatan pencegahan.

1. Orang yang akan bepergian kedaerah-daerah endemis malaria harus minum obat anti malaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatan sampai empat minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.

2. Wanita hamil yang akan bepergian kedaerah endemis malaria diperingatkan tentang risiko yang mengancam kehamilannya. Sebelum bepergian, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi ke klinik atau rumah sakit dan mendapatkan obat anti malaria. 3. Bayi dan anak-anak berusia dibawah empat tahun dan hidup di

daerah endemis malaria harus mendapat obat anti malaria karena tingkat kematian bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi. b. Pencegahan terhadap gigitan nyamuk.


(39)

20

menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Maka dari itu disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah terutama pada malam hari, memasang kawat kasa dijendela dan ventilasi rumah, serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai minyak anti nyamuk saat tidur dimalam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, karena biasanya vektor malaria menggigit pada malam hari.

c. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

Menurut Prabowo (2004), untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan beberapa tindakan berikut

1. Penyemprotan rumah

Sebaiknya, penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria dengan insektisida dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan.

2. Larvaciding

Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

3. Biological control

Biological control adalah kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus reticulatus) genangan-genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.

d. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria


(40)

21

spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air bersih pegunungan. Di daerah endemis malaria, yaitu daerah yang langganan terjangkit penyakit malaria, masyarakatnya perlu menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara harus dibersihkan, parit-parit di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau harus ditutup dan persawahan dengan saluran irigasi airnya harus dipastikan mengalir dengan lancar (Prabowo, 2004).

Upaya pencegahan malaria lainnya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat dengan perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metode/cara, pendekatan dan teknik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor predisposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku. Strategi yang tepat agar masyarakat mudah dan cepat menerima pesan diperlukan alat bantu yang disebut peraga. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh.


(41)

22

2.1.9 Perilaku Pencegahan Malaria

Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor host, agent, dan environment yang merupakan dasar epidemiologi malaria (Bustan, 2012). Manusia/individu sebagai host memiliki pengaruh pada timbulnya suatu penyakit jika terjadi ketidakseimbangan interaksi antara ketiga faktor ini.

Kepatuhan dan keberhasilan dalam melaksanakan program pemberantasan dan pencegahan penyakit malaria dipengaruhi oleh perilaku dari individu. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Skinner dalam Notoatmodjo, 2003).

Untuk mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik dalam menyikapi penyakit malaria, seseorang harus memiliki pengetahuan dan sikap terlebih dahulu mengenai manfaat perilaku dalam menyikapi penyakit malaria bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan sukarela melakukan pemberantasan sarang nyamuk apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk tersebut. Selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, perilaku seseorang terhadap malaria juga dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan riwayat sakit.


(42)

23

2.1.9.1Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibanding yang tidak didasari oleh pengetahuan, termasuk diantaranya perilaku dalam upaya pencegahan malaria. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rooroh (2013) di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara tentang hubungan pengetahuan dengan malaria yaitu seseorang yang berpengetahuan buruk berisiko 2,8 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang berpengetahuan baik (p = 0,024).

2.1.9.2Sikap

Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo (1997) menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi sebagai predisposisi tindakan atau perilaku. Menurut Notoatmodjo (2008), sikap terdiri dari berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap


(43)

24

dengan partisipasi masyarakat dalam pencegahan malaria (p = 0,037).

2.1.9.3Umur

Umur memiliki pengaruh kepada produktivitas, semakin tua usia, semakin menurun kemampuan produktif seseorang. Namun dalam penelitian yang dilakukan Dalimunthe (2008), usia seseorang tidak berpengaruh terhadap partisipasi dalam program kesehatan khususnya pencegahan malaria, sehingga dalam program pencegahan malaria tidak perlu diprioritas pada kelompok tertentu, namun secara umum pada keseluruhan lapisan masyarakat.

2.1.9.4Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memadai untuk membuat tujuan dan rencana implementasi dalam pencegahan malaria dibandingkan dengan seseorang yang memiliiki tingkat pendidikan dasar. Menurut Budarja (2001), sebesar 85,2 % masyarakat yang berpendidikan dasar mempengaruhi perilaku dalam kejadian malaria.


(44)

25

2.1.9.5Pekerjaan

Aktivitas sehari-hari masyarakat dalam mencari nafkah tidak lepas dari risiko terkena penyakit. Aktivitas masyarakat sebagai nelayan sebagian besar dilakukan pada malam menjelang pagi dan pulang sore hari atau keesokan paginya menjadikan nelayan berisiko kontak dengan nyamuk malaria. Pekerjaan sebagai karyawan hetcry, pedagang malam, peronda, dan buruh, memiliki risiko yang sama dengan nelayan, karena aktifitas dilakukan saat nyamuk malaria aktif menggigit yaitu mulai dari sore hingga pagi hari. Dalam penelitian Rosmeli (2010) didapatkan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan berisiko, memiliki risiko 2,612 kali lebih besar terkena malaria dibanding orang dengan pekerjaan tidak berisiko (p = 0,024).

2.1.9.6Riwayat Sakit

Orang-orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Selain itu seseorang yg sudah pernah terkena malaria akan melakukan tindakan agar tidak terinfeksi ulang oleh penyakit malaria. Tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrayani (2009) menyatakan tidak ada hubungan antara riwayat sakit dengan penggunaan kelambu (p=0,343).


(45)

26

2.1.9.7Penghasilan

Malaria kembali muncul dan menjadi ancaman disejumlah tempat sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998. Krisis tersebut mengakibatkan meningkatnya penderita malaria khususnya di daerah endemis. Penghasilan tidak memiliki keterkaitan secara langsung, namun dalam aspek ekonomi akibat krisis ekonomi banyak penduduk yang mengalami masalah penghasilan dan pekerjaan, akibatnya upaya pencegahan penyakit malaria oleh masyarakat juga menurun. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe (2008) di Sumatera Utara, diketahui bahwa masyarakat yang mempunyai penghasilan sama dengan dan diatas Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara lebih besar 16 kali dibandingkan masyarakat yang penghasilannya dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara (p = 0,040).

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai kerangka PRECEDE (predisposing, reinforcing and enabling causes in Educational Diagnosis ang Evaluation. Kemudian disempurnakan pada tahun 1991 menjadi PRECEDE PROCEED (Policy, Regulatory Organizational Construct in Ediucationaland Environmental Development) yang dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan


(46)

27

tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut : (Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2010)

a. Faktor predisposisi (Predisposing) yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor kelompok predisposisi ini adalah :

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Nilai-nilai dan budaya, nilai dimasyarakat setempat juga menjadi mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

4. Kepercayaan dari orang tentang dan terhadap perilaku tertentu. 5. Beberapa karakteristik individu, misalnya umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, riwayat sakit. b. Faktor pemungkin (Enabling) yaitu faktor yang memungkinkan

untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut, terdiri atas : 1. Ketersediaan pelayanan kesehatan

2. Ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun biaya dan sosial.

3. Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tertentu tersebut.

c. Faktor penguat (Reinforcing) yaitu faktor yang memperkuat atau kadang-kadang justru dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku


(47)

28

tersebut. Yang termasuk faktor penguat antara lain : pendapat, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman-teman sekerja atau lingkungan, bahkan dari petugas kesehatan sendiri.

Banyak masyarakat dibeberapa daerah endemis malaria mengganggap masalah penyakit malaria sebagai masalah biasa yang tidak perlu dikhawatirkan dampaknya. Anggapan tersebut membuat mereka lengah dan kurang kontribusi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan malaria sehingga berpengaruh terhadap penularan malaria. Perilaku yang dapat dilakukan penduduk untuk mencegah penyakit malaria (DepKes RI, 2008)

a. Menghindari kebiasaan keluar rumah pada malam hari karena kebiasaan keluar rumah pada malam hari akan lebih berpeluang untuk terinfeksi malaria karena nyamuk Anopheles sp aktif menggigit pada sore hingga menjelang pagi hari. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Harmendo (2008) bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan keluar rumah pada malam hari berisiko 4,69 kali lebih besar daripada orang yang tidak keluar rumah pada malam hari. b. Penggunaan anti nyamuk dapat mengurangi kejadian malaria. Seperti yang dilakukakan oleh Rosmeli (2010) di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, bahwa orang yang tidak memakai anti nyamuk berisiko 1,903 kali daripada orang yang memakai anti nyamuk (p = 0,050).

c. Tidur menggunakan kelambu. Pada penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat


(48)

29

Kabupaten Bangka terhadap kebiasaan masyarakat menggunakan kelambu pada saat tidur didapatkan orang yang tidak tidur menggunakan kelambu berisiko 7,84 kali lebih besar dibanding orang yang tidur menggunakan kelambu (Harmendo, 2008).

d. Menggunakan pakaian panjang. Penggunaan pakaian panjang dapat mengurangi kontak dengan nyamuk malaria. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rosmeli (2010), bahwa seseorang yang keluar rumah tidak menggunakan pakaian panjang berisiko 2,102 lebih besar dibanding orang yang menggunakan pakaian panjang (p = 0,044). e. Memasang kawat kasa. Nyamuk selain memiliki kebiasaan

menggigit di luar rumah (eksofagik), juga memiliki kebiasaan menggigit di dalam rumah. Untuk menghalangi nyamuk masuk kedalam rumah, masyarakat dapat memasang kawat kasa di ventilasi. Hasil penelitian Hayani (2012) di wilayah Puskesmas Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penggunaan kawat kassa dengan kejadian malaria (p = 0,000).

f. Tidak menggantung pakaian yang telah digunakan. Salah satu tempat yang disukai oleh nyamuk untuk istirahat dan bersembunyi adalah tempat yang lembab dan gelap yaitu baju yang telah dipakai dan digantung. Penelitian yang dilakukan oleh Hayani (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gantungan baju dengan kejadian malaria (p = 0,000 dan R = 0,801). g. Membersihkan genangan air. Genangan air merupakan tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Ketika memasuki musim


(49)

30

penghujan banyak ditemukan genangan-genangan air. Pencegahan perkembangbiakan nyamuk dapat dilakukan dengan selalu mengeringkan genagan air yang ada disekitar kita. Dalam penelitian yang dilakukan Harmendo (2008) didapatkan keberadaan genangan air memiliki risiko 3,12 kali lebih besar dibanding jika tidak ada genangan air.

h. Membersihkan rumah setiap hari. Perumahan yang sehat adalah perumahan yang memenuhi persyaratan antara lain memenuhi kebutuhan psikologis, fisiologis, mencegah penularan dan kejadian kecelakaan. Salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat rumah yang tidak sehat adalah malaria yang erat kaitannya dengan kondisi sanitas rumah. Menjaga kebersihan rumah setiap hari sangat penting untuk kesehatan dan terhindar dari penyakit. Dalam penelitian Hayani (2012) menyebutkan bahwa membersihkan rumah setiap hari memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria (p = 0,000).


(50)

31

Gambar 4. Teori Precede Proceed Lawrence Green (1980). Sumber : Notoatmodjo, 2010


(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik yang bersifat observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengauhi pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegitan penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 dengan mengambil tempat di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan dan dipilih 7 desa dengan angka AMI tertinggi di ambil dari data UPT Puskesmas Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan tahun 2013. Desa yang terpilih adalah desa Canti, desa Banding, desa Sukaraja, desa Rajabasa, desa Way Muli, desa Way Muli Timur, dan desa Kunjir.


(52)

33

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada di Kecamatan Rajabasa yang berjumlah 6.348 kepala keluarga.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010).

� = + � �

� = .

+ . ,

� = + . . ,

n = 376,2 = 377 kepala keluarga (pembulatan)

Keterangan

N = besar populasi n = besar sampel


(53)

34

Untuk menghindari tidak kembali dan tidak diisinya kuesioner oleh responden, maka sampel ditambahkan sebanyak 10 % dari jumlah minimal. Maka didapatkan hasil :

377 + 10% = 377 + 37,7 = 414,7

Dibulatkan menjadi 415 sampel kepala keluarga.

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan jumlah sampel minimal sebanyak 377 kepala keluarga dan ditambahkan 10% menjadi 415 sampel kepala responden. Sampel diambil dengan teknik proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel secara proporsional sebanding dengan jumlah populasi pada setiap strata. Dalam penelitian ini, yang menjadi strata adalah 7 dari 16 desa yang ada di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Penentuan 7 desa yang dipilih berdasarkan 7 peringkat tertinggi angka AMI UPT Puskesmas Rajabasa, Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tahun 2013. 7 (tujuh) desa tersebut adalah desa Canti, desa Banding, desa Sukaraja, desa Rajabasa, desa Way Muli, desa Way Muli Timur, dan desa Kunjir. Sampel diambil dengan perhitungan sebagai berikut

� = � � N1

n = Jumlah sampel tiap strata

N = Jumlah seluruh populasi kepala keluarga X = Jumlah populasi tiap strata


(54)

35

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing 7 desa tersebut adalah

Tabel 1. Jumlah sampel tiap desa

No Desa Populasi Kepala

Keluarga

Sampel tiap desa

1 Canti 501 62

2 Banding 502 63

3 Rajabasa 309 38

4 Sukaraja 681 85

5 Way Muli 504 63

6 Way Muli Timur 324 40

7 Kunjir 512 64

Total 3.333 415

3.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah

1. Kepala keluarga yang bersedia di wawancarai

2. Kepala keluarga yang menetap lebih dari 1 (satu) tahun disalah satu dari 7 desa

b. Kriteria Eksklusi

1. Kepala keluarga yang tidak bersedia diwawancarai


(55)

36

3.5 Sumber Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil kuesioner kepada masyarakat yang berdomisili di 7 desa kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan UPT Puskemas Rajabasa mengenai AMI dan jumlah kepala keluarga di wilayah kerja UPT Puskesmas Rajabasa.

3.6 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket dengan alat rating score dalam bentuk kuantitas score atau rangking dan disebar ke responden.

3.7 Uji Validitas dan Uji Realibilitas

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas item soal yang terdapat dalam


(56)

37

kuesioner, dilakukan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan software statistik. Dengan rumus Korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut :

� = �� − � �

√[�� − � ][�� − � ]

Keterangan

rxy = koefisien korelasi antara skor butir dan skor total

X = skor butir Y = skor total N = sampel uji

3.7.2 Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian menggunakan rumus alpha dengan menggunakan software statistik. Dengan rumus alpha sebagai berikut

� =

�−

(1-

��2�

�2

)

Keterangan

k = jumlah butir tes

�� � = varians skor total

Selanjutnya reliabilitas suatu tes/instrumen ditandai sesuai dengan kriteria sebagai berikut


(57)

38

Indeks 0,201 sampai 0,400 berarti reliabilitas instrumen rendah Indeks 0,401 sampai 0,600 berarti reliabilitas instrumen cukup Indeks 0,601 sampai 0,800 berarti reliabilitas instrumen tinggi Indeks 0,801 sampai 1,000 berarti reliabilitas instrumen rendah

3.8 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian

a. Meminta izin kepada Dinas Kesehatan Lampung Selatan, UPT Puskesmas Rajabasa dan perangkat desa untuk dilakukan penelitian melalui kuesioner terstruktur.

b. Penyusunan angket yang terstruktur dengan melalui uji validitas dan reliabilitas instrumen.

c. Kunjungan ke rumah warga untuk membagikan kuesioner penelitian. Kuesioner diisi sendiri oleh kepala keluarga

d. Pengumpulan data dari kuesioner

e. Analisis data dengan menggunakan tahapan editing, coding, entry, dan tabulating untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan


(58)

39

3.9 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.9.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat pencegahan penyakit malaria

b. Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, riwayat sakit malaria

3.9.2 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

operasional

Cara ukur & alat ukur

Skala Hasil Ukur

1 Umur Pernyataan

responden tentang lama hidup

yang dihitung sejak

lahir sampai ulang tahun terakhir

Wawancara dan

kuesioner

Rasio 1. 40 tahun 2. > 40 tahun

2 Tingkat

pendidikan Pernyataan responden tentang jenjang sekolah formal terakhir yang pernah dicapai oleh responden. Wawancara dan kuesioner

ordinal 1. Dasar (tidak sekolah, SD, SMP)

2. Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)

3 Pekerjaan Pernyataan

responden tentang


(59)

40

aktivitas sehari-hari

yang dilakukan secara

rutin dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan kuesioner berisiko malaria (Nelayan, Buruh, Karyawan Hetchery, Pedagang malam, peronda) 2. Pekerjaan Tidak berisiko malaria (PNS, petani, swasta, dll)

4 Penghasilan Penyataan

responden tentang jumlah

penghasilan dalam satu bulan. UMK Lampung selatan Rp. 1.402.500 Wawancara dan kuesioner Nomin al

1. Rendah ( Rp. 1.402.500) 2. Tinggi (> Rp.

1.402.500)

5 Pengetahua

n Pernyataan responden tentang pemahaman tanda-tanda, gejala, penyebab, dan cara pencegahan penyakit malaria. Menjawab benar 14 pernyataan yang diajukan Wawancara dan kuesioner

Ordinal Nilai Maksimal = 14

1. Kurang, bila jumlah skor jawaban

benar 7

(<55%) 2. Baik, bila

jumlah skor jawaban 8 (56% - 100%)

6 Sikap Respon seseorang

tentang penyakit malaria dan pencegahanya. Wawancara dan kuesioner

Nilai Maksimal = 30

1. Rendah, bila jumlah skor


(60)

41

jawaban 16 (< 55%) 2. Baik, jumlah

skor jawaban (56% - 100%)

7 Riwayat

Sakit Malaria Pernyataan responden pernah menderita malaria berdasarkan diagnosa petugas kesehatan Wawancara dan kuesioner

Ordinal 1. Belum pernah 2. Pernah sakit

8 Tingkat

pencegahan Pernyataan respoden melakukan tindakan pencegahan malaria Wawancara dan kuesioner

ordinal Nilai maksimal 8 1. Rendah,

melakukan 4 pencegahan (<55%) 2. Baik,

melakukan

5 pencegahan

(56% - 100%)

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan data

Data diolah dengan menggunakan komputer yang melalui beberapa tahap yaitu:

1. Editing

Hasil kuesioner yang telah dibagikan kerespon dan akan diedit terlebih dahulu, yaitu mengecek dan memperbaiki kembali isian kuesioner tersebut.


(61)

42

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data kedalam bentuk angka/bilangan, terutama pada pertanyaan-pertanyaan yang belum sesuai dengan kode yang ada pada definisi operasional berdasarkan hasil ukur. Kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan pada saat analisis dan juga mempercepat pada saat memasukan data keprogram komputer.

3. Entry

Setelah semua lembaran kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah dilakukan pengkodean, selanjutnya data diproses dengan cara memasukan hasil jawaban yang diperoleh dari kuesioner ke dalam program computer.

4. Tabulating

Yaitu mengelompokkan data sesuai variable yang akan diteliti agar mudah dijumlah, disusun, dan didata untuk disajikan dan dianalisis. b. Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan program komputer pengolah statistik. Untuk analisis data digunakan analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel (karakteristik responden) yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan tentang malaria, sikap tentang malaria, dan riwayat sakit malaria.

2. Analisis Bivariat


(62)

43

bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X2). Untuk menguji kemaknaan, digunakan batas

kemaknaan sebesar 5% (Ƚ = 0,05). Hasil uji dikatakan bermakna bila nilai p Ƚ (p 0,05). Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna apabila p > Ƚ (p > 0,05).

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang paling dominan terhadap variabel terikat yang dilakukan secara bersama dengan menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter pada tingkat kemaknaan 95%. Tahapan analisis mulivariat adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan variabel kandidat

Dilakukan dengan cara memilih variabel yang telah dilakukan uji bivariat, variabel yang menghasilkan nilai p<0,25 selanjutnya dipilih untuk dianalisis secara multivariat.

b. Pemilihan variabel model

Dari semua variabel terpilih dengan p<0,25, kemudian di lakukan analisis bersama-sama, pemilihan variabel dilakukan secara hierarki terhadap semua variabel bebas yang terpilih. Semua variabel yang tidak signifikan dikeluarkan, selanjutnya dipertimbangkan variabel yang signifikan dengan nilai p< 0,05 sampai memperoleh model yang terbaik.


(63)

44

c. Perhitungan persamaan regresi logistik

Hasil analisis logistik ganda selanjutnya dianalisis bersama kedalam persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

P : peluang terjadinya efek

e : bilangan natural (nilai e = 2,7182818)

Ƚ : konstanta

Ⱦ : koefisien regresi x : variabel bebas

Pengambilan keputusan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, ditentukan dengan kriteria sebagai berikut 1. Jika p > 0,05 berarti tidak terdapat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat

2. Jika p < 0,05 berarti terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

a b x b x bkxk

e

P

...

2 2 1 1

1


(64)

45

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah mendapatkan surat keterangan lolos kaji etik dengan nomor: 2238/UN28/8/DT/2014.


(65)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Umur responden berkisar antara 23 – 86 tahun dan tidak ada hubungan umur dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga (p = 0,317).

2. Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah rendah dengan pendidikan SMP terbanyak (35,8%). Berdasarkan analisis bivariat tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga (p = 0,654).

3. Pekerjaan responden sebagian besar tidak beresiko malaria (73,3%) dan terdapat hubungan pekerjaan responden dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga (p = 0,005).

4. Penghasilan responden sebagian besar masih tergolong rendah (< Rp. 1.402.500,-)(85,6%) dan tidak terdapat hubungan yang signifikasn dengan pencegahan malaria oleh kepala keluarga (p = 0,144).

5. Sebagian besar responden pernah menderita malaria (69,5%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat sakit malaria dengan pencegahan malaria (p = 0,009).


(66)

77

6. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria dikategorikan baik (85,4%). Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pencegahan malaria (p = 0,204). 7. Sikap masyarakat tentang penyakit malaria dikategorikan baik (97,7%).

Pada hasil analisis didapatkan hasil yang tidak signifikan antara sikap dengan pencegahan malaria (p = 0,745).

8. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan adalah riwayat sakit malaria.

5.2 Saran

Adapun yang penulis sarankan setelah melihat hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Perlu meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang pencegahan penyakit malaria secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan yang dilaksanakan secara lintas program, lintas sektoral dan didukung oleh pemerintah kecamatan maupun desa khususnya kepada masyarakat yang memiliki pekerjaan beresiko terkena malaria dan pernah terkena malaria. 2. Diharapkan masyarakat lebih berpartisipasi dalam meningkatkan upaya

pencegahan penyakit malaria dengan menggunakan kelambu ketika tidur, memasang kawat kasa ventilasi, selalu menggunakan pakaian panjang atau tertutup jika keluar rumah, tidak keluar rumah pada malam hari,


(67)

78

menggunakan repelent, tidak menggantung baju, membersihkan rumah setiap hari, dan selalu mengeringkan genangan air.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap upaya pencegahan malaria.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta

Anonim 1. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No 293/Menkes/ SK/2009/. Ditjen P2PL. Depkes RI. Jakarta.

Anonim 2. 2010. Evaluasi Subdi P2PL Dinas Kesehatan Lampung Selatan tahun 2009. Dinas Kesehatan Kab. Lampung Selatan, Lampung Selatan.

Anonim 3. 2011. Pedoman Penggunaan Kelambu Berinsektisida Menuju Eliminasi Malaria. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Anonim 4. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung

Babba, I. 2007. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria. Tesis. Program Studi Epidemiologi. Program Pascasarjana Universitas Dipenogoro. Semarang.

Budarja, I. 2001. Kajian Terhadap Lingkungan Dan Perilaku Perkerja Agraris Dan Non Agraris Di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis Pascasarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Badriah, D. L. 2009. Metodelogi Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan. Multazam.

Bandung

Budiman, R. A. 2014. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Bustan, M. N. 2012. Pengantar Epidemiologi. PT Rineka Cipta. Jakarta

Chin, J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. CV. Infomedika. Jakarta Dahlan, M. S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Edisi 5. Salemba Medika. Jakarta.

Dalimunthe, L. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Tesis. Program Studi Administrasi dan


(69)

Kebijakan Kesehatan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Medan

Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Pedoman Penatalakasanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Harijanto, P. N. 2000. Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. EGC. Jakarta

Harmendo. 2008. Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamtan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tesis. Program Pascasarjana FKM UNDIP Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan. Semarang.

Hasmi. 2012. Metode Penelitian Epidemiologi. CV. Trans Info Media. Jakarta Hayani, E. Putranto, AM. Harsono, P. 2012. Hubungan Antara Kasus Malaria

Dengan Kondisi Sanitasi Rumah Tempat Tinggal Di Puskesmas Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Naturalis Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Volume 1 Nomor 1, Juni 2012.

Indrayani, R. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Kelambu Sebagai Upaya Mencegah Penyakit Malaria Di Puskesmas Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Tahun 2009. Tesis. Program Pascasarjana FKM Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Depok.

Laihad, F. 2005. Malaria di Indonesia dalam Malaria Epidemiologi Patogenesis Manifestasi Klinis dan Penanganan, Editor Harijanto, PN. EGC. Jakarta. Ma’ruf, A. 2012. Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di

Desa Tunggulo Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Gorontalo.

Media, Y. Trinabasilih. Sofyan, S. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kaitannya dengan Penularan dan Pencegahan Malaria Dikepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 10 No. 3 September 2011 187-195.

Mustika, P. 2007 . Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Hanura Lampung Selatan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Bandarlampung


(70)

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Imu dan Seni. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan – Ed. Rev. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi – Ed Rev 2010. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sastroasmoro, S. Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta.

Setia, O. 2008. Hubungan Penggunaan Kelambu Celup Dengan Angka Kejadian Penyakit Malaria Di Puskesmas Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Periode Januari – Oktober 2007. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandarlampung.

Setyaningrum, E. Rosa, E. Murwani, S. dkk. 2008. Studi Ekologi Perindukan Nyamuk Vektor Malaria Di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Prosiding Seminar Hasil dan Pengabdian Kepada Masyarakat Karya Peneliti Universitas Lampung. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandarlampung

Prabowo, A. 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Cetakan 1. Puspa Swara. Jakarta.

Prabowo, A. 2011. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Cetakan 5. Puspa Swara. Jakarta.

Puskesmas Rajabasa. 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Rajabasa Tahun 2013. Lampung Selatan.

Rooroh, R. M. 2013. Hubungan Antara Keluar Malam Dan Pengetahuan Tentang Malaria Pada Masyarakat Di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013. Artikel. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Rosmeli. 2010. Faktor Resiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Bandarlampung

Sutisna, P. 2004. Malaria Secara Ringkas dari Pengetahuan Dasar sampai Terapan. EGC. Jakarta

Widoyono. 2005. Epidemiologi, Penyakit Tropis, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Erlangga Medical Series. Jakarta.


(71)

Yanita, L. 2009. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Kunjir Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandarlampung.


(1)

77

6. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria dikategorikan baik (85,4%). Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pencegahan malaria (p = 0,204). 7. Sikap masyarakat tentang penyakit malaria dikategorikan baik (97,7%).

Pada hasil analisis didapatkan hasil yang tidak signifikan antara sikap dengan pencegahan malaria (p = 0,745).

8. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pencegahan malaria oleh kepala keluarga di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan adalah riwayat sakit malaria.

5.2 Saran

Adapun yang penulis sarankan setelah melihat hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Perlu meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang pencegahan penyakit malaria secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan yang dilaksanakan secara lintas program, lintas sektoral dan didukung oleh pemerintah kecamatan maupun desa khususnya kepada masyarakat yang memiliki pekerjaan beresiko terkena malaria dan pernah terkena malaria. 2. Diharapkan masyarakat lebih berpartisipasi dalam meningkatkan upaya

pencegahan penyakit malaria dengan menggunakan kelambu ketika tidur, memasang kawat kasa ventilasi, selalu menggunakan pakaian panjang atau tertutup jika keluar rumah, tidak keluar rumah pada malam hari,


(2)

78

menggunakan repelent, tidak menggantung baju, membersihkan rumah setiap hari, dan selalu mengeringkan genangan air.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap upaya pencegahan malaria.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta

Anonim 1. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No 293/Menkes/ SK/2009/. Ditjen P2PL. Depkes RI. Jakarta.

Anonim 2. 2010. Evaluasi Subdi P2PL Dinas Kesehatan Lampung Selatan tahun 2009. Dinas Kesehatan Kab. Lampung Selatan, Lampung Selatan.

Anonim 3. 2011. Pedoman Penggunaan Kelambu Berinsektisida Menuju Eliminasi Malaria. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Anonim 4. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung

Babba, I. 2007. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria. Tesis. Program Studi Epidemiologi. Program Pascasarjana Universitas Dipenogoro. Semarang.

Budarja, I. 2001. Kajian Terhadap Lingkungan Dan Perilaku Perkerja Agraris Dan Non Agraris Di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis Pascasarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Badriah, D. L. 2009. Metodelogi Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan. Multazam.

Bandung

Budiman, R. A. 2014. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Bustan, M. N. 2012. Pengantar Epidemiologi. PT Rineka Cipta. Jakarta

Chin, J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. CV. Infomedika. Jakarta Dahlan, M. S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Edisi 5. Salemba Medika. Jakarta.

Dalimunthe, L. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Tesis. Program Studi Administrasi dan


(4)

Kebijakan Kesehatan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Medan

Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Pedoman Penatalakasanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Harijanto, P. N. 2000. Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. EGC. Jakarta

Harmendo. 2008. Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamtan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tesis. Program Pascasarjana FKM UNDIP Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan. Semarang.

Hasmi. 2012. Metode Penelitian Epidemiologi. CV. Trans Info Media. Jakarta Hayani, E. Putranto, AM. Harsono, P. 2012. Hubungan Antara Kasus Malaria

Dengan Kondisi Sanitasi Rumah Tempat Tinggal Di Puskesmas Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Naturalis Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Volume 1 Nomor 1, Juni 2012.

Indrayani, R. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Kelambu Sebagai Upaya Mencegah Penyakit Malaria Di Puskesmas Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Tahun 2009. Tesis. Program Pascasarjana FKM Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Depok.

Laihad, F. 2005. Malaria di Indonesia dalam Malaria Epidemiologi Patogenesis Manifestasi Klinis dan Penanganan, Editor Harijanto, PN. EGC. Jakarta. Ma’ruf, A. 2012. Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di

Desa Tunggulo Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Gorontalo.

Media, Y. Trinabasilih. Sofyan, S. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kaitannya dengan Penularan dan Pencegahan Malaria Dikepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 10 No. 3 September 2011 187-195.

Mustika, P. 2007 . Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Hanura Lampung Selatan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Bandarlampung


(5)

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Imu dan Seni. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan – Ed. Rev. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi – Ed Rev 2010. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sastroasmoro, S. Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta.

Setia, O. 2008. Hubungan Penggunaan Kelambu Celup Dengan Angka Kejadian Penyakit Malaria Di Puskesmas Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Periode Januari – Oktober 2007. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandarlampung.

Setyaningrum, E. Rosa, E. Murwani, S. dkk. 2008. Studi Ekologi Perindukan Nyamuk Vektor Malaria Di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Prosiding Seminar Hasil dan Pengabdian Kepada Masyarakat Karya Peneliti Universitas Lampung. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandarlampung

Prabowo, A. 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Cetakan 1. Puspa Swara. Jakarta.

Prabowo, A. 2011. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Cetakan 5. Puspa Swara. Jakarta.

Puskesmas Rajabasa. 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Rajabasa Tahun 2013. Lampung Selatan.

Rooroh, R. M. 2013. Hubungan Antara Keluar Malam Dan Pengetahuan Tentang Malaria Pada Masyarakat Di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013. Artikel. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Rosmeli. 2010. Faktor Resiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Bandarlampung

Sutisna, P. 2004. Malaria Secara Ringkas dari Pengetahuan Dasar sampai Terapan. EGC. Jakarta

Widoyono. 2005. Epidemiologi, Penyakit Tropis, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Erlangga Medical Series. Jakarta.


(6)

Yanita, L. 2009. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Kunjir Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandarlampung.