Kemampuan Menghadapi Kesulitan Adversity Quotient Penyandang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kekurangan subyek. Yang menjadi hal menarik adalah kemampuan para difabel dalam menghadapi kesulitan yang difabel alami. Dalam menghadapi kesulitan yang para difabel alami, ia tidaklah pantang menyerah. Itu dibuktikan dengan tetap semangatnya para difabel dalam menjalani kehidupannya dan tetap bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah SWT. Para difabel tak pernah meninggalkan ibadah. Difabel selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya dengan keterbatasan kemampuan yang difabel miliki. Seperti subyek IS yang sudah melakukan pekerjaan apapun dan berpindah tempat satu ke tempat lainnya guna mendapatkan pekerjaan untuk menyambung kehidupannya dan yang dilakukan oleh subyek SS, subyek melakukan pekerjaan apapun sesuai kemampuannya. Dan juga subyek K yang tetap bekerja sebagai penjahit dengan keterbatasannya. Dalam bukunya “social Foundations of Thought and Action: A social Cognitive Theory ” Bandura 1986 mengatakan bahwa dalam teori kognitif sosial, teori ini mengakui asal usul sosial yang banyak pemikiran dan tindakan manusia. Aspek kognitifnya mengakui kontribusi kausal dari proses pemikiran terhadap motivasi, sikap, dan tindakan manusia. Menurut Bandura 1977, kemampuan masnusia untuk membuat simbol membuat mereka “bisa merepresentasikan kejadian, maenganalisis pengalaman sadarnya, berkomunikasi dengan orang lain yang dipisahkan oleh jarak dan waktu, merencanakan, menciptakan, membayangkan, dan melakukan tindakan yang penuh pertimbangan ” Olson, 2008. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut Bandura 1999 dalam teori kognitif sosial menekankan agen manusia, perencanaan secara sadar dan pelaksanaan tindakan yang diniatkan yang mempengaruhi masa depan. Menurut Bandura 2001 pikiran manusia adalah generatif, kreatif, proaktif, dan reflektif, tidak sekedar reaktif Olson, 2008. Menurut Bandura 2001 dalam skema kognisi, skema ini mencakup fokus pada tujuan yang direpresentasikan secara kognitif, antisipasi kejadian positif dan negatif yang mungkin terjadi, dan perilaku koreksi diri untuk mempertahankan kemajuan ke arah hasil yang diharapkan. Menurut Bandura 2001 ciri utama dari agen manusia ada empat, yaitu: 1 Intensionalitas intentionality yang di definisikan sebagai representasi arah tindakan yang akan dilakukan dimasa depan, dengan kata lain intensionalitas melibatkan perencanaan arah tindakan untuk tujuan tertentu. 2 Pemikiran ke depan forethought adalah sebagai antisipasi atau perkiraan konsekuensi dari niat seseorang. Orientasi ke masa depan ini memandu perilaku individu ke arah akuisisi hasil positif dan menjauhkan diri dari hasil negatif, dan karenanya bertindak sebagai fungsi motivasi. 3 Ke-reaktifan diri self reactiveness yang menghubungkan pikiran dan tindakan. Bandura 2001 mengatakan bahwa “orang melakukan hal-hal yang membuat seseorang puas, rasa bangga, dan bermartabat, dan tak mau berbuat sesuatu yang menimbulkan kekecewaan, merendahkan diri, dan mempermalukan diri”. Dalam teori kognitif sosial yang menjadi pemberi digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pedoman adalah faktor kecakapan, keyakinan, dan nilai. Dan dalam ke- reaktifan diri faktor memandu pelaksanaan perilaku aktual. 4 Ke-reflektifan diri self reflectiveness yaitu kemampuan metakognisi untuk merenungkan arah, konsekuensi, dan makna dari rencana dan tindakan seseorang. Usaha yang telah dilakukan subyek ini merupakan kemampuan menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Dan dijelaskan dalam teori kognitif sosial Bandura bahwa manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku. Dan titik pembelajaran terbaik dari semua adalah pengalaman-pengalaman tak terduga. Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri self-regulation, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan dengan menyimpan pengalaman dalam ingatan dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang akan mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 31 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada fokus permasalahan yang dikaji yaitu kemampuan menghadapi kesulitan adversity quotient penyandang difabel, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Menurut Moelong 2007 penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti. Misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan Moelong, 2007. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu Rahmat, 2009. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan angka-angka, akan tetapi menyangkut data deskriptif dan menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang dikaji. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti 31 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 32 peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu Rahmat, 2009.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pada penelitian ini, lokasi penelitian bertempat di toko dan rumah subyek. Yang bertempat di daerah Sidoarjo di desa Geluran. Selain melakukan penelitian di rumah subyek, peneliti juga dapat melakukan penelitian di tempat lain seperti bertemu di tempat yang telah peneliti dan subyek sepakati. Hal ini dijelaskan agar subyek dapat merasakan kenyamanan saat peneliti melakukan wawancara dan observasi pada subyek.

C. Sumber Data

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang memberi respon atau suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Di dalam penelitian kualitatif, istilah responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberikan informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan Idrus, 2009. Subyek penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling dengan teknik non-probability sampling yaitu: peneliti memilih subyek penelitian dan lokasi penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian Herdiansyah, 2011. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 33 Dalam sebuah penelitian untuk dapat mengungkapkan fenomena yang terjadi di lapangan diperlukan adanya subyek yang dapat mewakili dalam memberikan sumber data serta mampu memberikan gambaran yang nyata berkenaan dengan fokus masalah yang diteliti. Jumlah subyek yang akan diteliti sebanyak tiga orang serta beberapa orang yang bertindak sebagai significant other atau informan pendukung. Informan dalam penelitian ini berinisial IS, SS, dan K. Ketiga subyek tersebut berusia sekitar 35 tahun keatas, ketiganya memiliki kesamaan yaitu sebagai penyandang cacat fisik tuna daksa kaki dan salah satunya beserta tangan. Memilih ketiga subyek tersebut berdasarkan ciri-ciri difabel tuna daksa khususnya kelainan fisik kaki dan tangan, karena segala aktivitas kehidupan selalu menggunakan anggota tubuh tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran kemampuan menghadapi kesulitan adversity quotient penyandang difabel tuna daksa yang memiliki keterbatasan dalam bergerak dan melakukan hal karena ketidaksempurnaan anggota tubuh dan juga beban moral beserta sosial yang harus di tanggung oleh penyandang cacat difabel tuna daksa dalam kehidupan sehari-hari karena di bandingkan dengan tuna daksa lainnya seperti tuna netra, wicara, dan tuna rungu lebih terlihat tuna daksa cacat fisik karena ketidaksempurnaan bentuk anggota tubuhnya seperti tangan dan kaki. Subyek pertama berinisial IS berusia 40 tahun, seorang laki-laki yang berprofesi sebagai penjual masker dan jas hujan. Subyek kedua berinisial SS berusia 36 tahun, seorang laki-laki yang berprofesi sebagai tukang pijat. Dan