PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN.

(1)

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI

DI BIDANG PRODUKSI PANGAN TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi IPA

Oleh

R. DUDI ROMDIANSAH 1204744

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

i

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI

DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Oleh

R. DUDI ROMDIANSAH S.Pd. IKIP Bandung 1996

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

© R. Dudi Romdiansah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

R. DUDI ROMDIANSAH

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Dr. Wawan Setiawan, M.Kom. NIP. 196601011991031005

Pembimbing II,

Dr. Yayan Sanjaya, M.Si. NIP. 197112312001121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan IPA SPs UPI

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 195812071983012002


(4)

iii PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

R. Dudi Romdiansah NIM. 1204744


(5)

ix R. Rudi Romdiansah, 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN HAK CIPTA ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C.Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E.Manfaat Penelitian ... 7

1. Bagi Peserta didik ... 7

2. Bagi Guru ... 8

3. Bagi Peneliti lain ... 8

F. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 10

A.Pengintegrasian TIK dalam Pembelajaran IPA ... 10

1. Modul Interaktif sebagai Media Pembelajaran ... 11

2. Multimedia dalam Pembelajaran ... 12

3. Komponen Multimedia ... 15


(6)

x R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

B.Literasi Sains ... 24

1. Definisi Literasi Sains ... 24

2. Arti Penting Literasi Sains ... 26

3. Tingkatan Literasi Sains ... 27

4. Aspek Literasi Sains ... 28

C.Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan ... 36

1. Pembelajaran IPA Terpadu ... 36

2. Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 44

1. Lokasi penelitian ... 44

2. Populasi dan sampel penelitian ... 44

B.Metode Penelitian ... 46

C.Prosedur Penelitian ... 47

1. Persiapan ... 48

2. Pelaksanaan ... 48

3. Penyusunan Laporan ... 50

D.Definisi Operasional ... 51

1. Modul interaktif ... 51

2. Literasi sains ... 51

3. Pembelajaran IPA Terpadu ... 51

E.Instrumen Penelitian ... 52

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 54

1. Lembar Observasi ... 54

2. Angket ... 54

3. Lembar Penilaian ... 55

G.Teknik Pengumpulan Data ... 55

H.Analisis Data ... 56


(7)

xi R. Rudi Romdiansah, 2014

A.Karakteristik Modul Interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi

Pangan ... 62

1. Karakteristik MIB2P2 sebagai Multimedia ... 62

2. Karakteristik Terkait Kandungan Literasi Sains ... 71

3. Karakteristik sebagai Media Pembelajaran IPA Terpadu ... 75

B.Perbaikan-perbaikan Terhadap MIB2P2 ... 75

1. Perbaikan Berdasarkan Hasil Uji Coba Terbatas ... 76

2. Perbaikan Berdasarkan Saran Teman Sejawat ... 77

3. Perbaikan Berdasarkan Saran Ahli ... 78

C.Analisis Terhadap Hasil Uji Coba Terbatas ... 80

1. Analisis Terhadap Data Tersimpan dalam MIB2P2 ... 80

2. Analisis Terhadap Tanggapan Peserta Didik ... 85

D.Validasi Terhadap MIB2P2 ... 92

1. Validasi Teman Sejawat ... 92

2. Validasi Ahli ... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 96

A.Simpulan ... 96

B.Saran ... 97


(8)

xii R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Konteks Literasi Sains dalam PISA ... 30

Tabel 2.2. Kompetensi Ilmiah dalam PISA ... 31

Tabel 2.3. Pengetahuan Sains dalam PISA ... 33

Tabel 2.4. Model Pembelajaran ... 36

Tabel 2.5. Materi dan KD Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan ... 42

Tabel 3.1. Matriks Instrumen Penelitian ... 53

Tabel 3.2. Kriteria Interpretasi r dan α ... 55

Tabel 3.3. Kriteria Interpretasi Mean Hasil Angket ... 58

Tabel 3.4. Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi Terhadap Data Aspek 1 dan Aspek 3 ... 60

Tabel 3.5. Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi Terhadap Data Aspek 1 dan Aspek 3 ... 60

Tabel 4.1. Rekapitulasi Kandungan Literasi Sains pada MIB2P2 ... 72

Tabel 4.2. Tests of Between-Subjects Effects Skor Pertama ... 82

Tabel 4.3. Multiple Comparisons Skor Pertama Kelompok Atas, Tengah, Bawah ... 82

Tabel 4.4. Tests of Between-Subjects Effects Waktu yang Digunakan ... 84

Tabel 4.5. Tests of Between-Subjects Effects Aspek 1 ... 86

Tabel 4.6. Multiple Comparisons Aspek 1 ... 87

Tabel 4.7. Tests of Between-Subjects Effects Aspek 2 ... 89


(9)

xiii R. Rudi Romdiansah, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemrosesan Informasi berdasarkan Model Teori Kognitif

Pembelajaran Multimedia ... 13

Gambar 2.2 Interaktivitas sebagai Pusat Aplikasi Multimedia ... 16

Gambar 2.3 Hubungan antar aspek-aspek literasi sains ... 35

Gambar 3.1 Alur penelitian ... 47

Gambar 4.1. Peta Konsep sebagai Menu ...63

Gambar 4.2. Bioteknologi Konvensional ...65

Gambar 4.3. Pembagian Area MIB2P2 ...66

Gambar 4.4. Pop up informasi ...67

Gambar 4.5. Layout video 1 ...68

Gambar 4.6. Layout video 2 ...68

Gambar 4.7. Konten Pengetahuan Konsep Sains ...73

Gambar 4.8. Membaca grafik Luas Global Tanaman Biotek ...74

Gambar 4.9. Halam “Menu” sebelum perbaikan ...77

Gambar 4.10. Halam “Menu” sesudah perbaikan ...77

Gambar 4.11. Halaman “Tujuan Pembelajaran” sebelum perbaikan ...79

Gambar 4.12. Halaman “Tujuan Pembelajaran” sesudah perbaikan ...79

Gambar 4.13. Halaman “Tanaman Transgenik 2” sebelum perbaikan ...80

Gambar 4.14. Halaman “Tanaman Transgenik 2” sesudah perbaikan ...80

Gambar 4.15. Grafik Skor Pertama yang Diperoleh Peserta Didik ...81

Gambar 4.16. Grafik Lamanya Waktu Peserta Didik Menggunakan MIB2P2 ....84

Gambar 4.17. Grafik mean Tanggapan Peserta Didik Terhadap Aspek 1 ...86

Gambar 4.18. Grafik mean Tanggapan Peserta Didik Terhadap Aspek 2 ... 88


(10)

xiv R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.20. Grafik Tanggapan Teman Sejawat Terhadap MIB2P2 ... 92 Gambar 4.21. Grafik Hasil Validasi Ahli Terhadap MIB2P2 ... 94

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A 1 ANALISIS KESENJANGAN PEMBELAJARN IPA

BERDASARKAN TUNTUTAN KURIKULUM 2013 ... 105 Lampiran A 2-1 TELAAH KI DAN KD DARI KONSEP BIOTEKNOLOGI

DI BIDANG PRODUKSI PANGAN DAN

KONSEP-KONSEP YANG TERKAIT DENGANNYA ... 106 Lampiran A 2-2 PETA KONSEP BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN ... 109 Lampiran A 3 ANALISIS KONTEKS LINGKUNGAN BELAJAR DAN

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SMPN 1

CIPEUCANG ... 110 Lampiran A 4 TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MODUL

INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN ... 114 Lampiran A 5 PEMETAAN FRAME PADA MODUL INTERAKTIF,

ASPEK LITERASI SAINS, DAN TUJUAN

PEMBELAJARAN ... 117 Lampiran B 1 LEMBAR OBSERVASI UJI COBA MODUL

INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN ... 121 Lampiran B 2 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN


(11)

xv R. Rudi Romdiansah, 2014

Lampiran B 3 ANGKET TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN ... 150 Lampiran B 4 ANGKET TANGGAPAN GURU TERHADAP

MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI

BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 152 Lampiran B 5-1 VALIDASI AHLI PADA ASPEK DESAIN

MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI

BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 155 Lampiran B 5-2 VALIDASI AHLI PADA ASPEK KONTEN

MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI

BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 156 Lampiran C 1 FLOWCHART MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI

DI BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 157 Lampiran C 2 STORYBOARD ... 158 Lampiran C 3 TEKS PADA MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI

DI BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 174 Lampiran D 1 REKAPITULASI TANGGAPAN PESERTA DIDIK

TERHADAP MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI

DI BIDANG PRODUKSI PANGAN ... 186 Lampiran D 2 REKAPITULASI MEAN HASIL UJI COBA TERBATAS ... 189 Lampiran D 3 REKAPITULASI TANGGAPAN GURU TERHADAP

MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN ... 190 Lampiran D 4 REKAPITULASI MEAN TANGGAPAN GURU

TERHADAP SETIAP ASPEK PADA MODUL INTERAKTIF BIOTEKNOLOGI DI BIDANG

PRODUKSI PANGAN ... 191 Lampiran D 5 UJI NORMALITAS ... 192 Lampiran D 6 ANOVA DUA JALUR ... 193


(12)

xvi R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Lampiran E 1 SURAT PERMOHONAN IZIN MELAKSANAKAN

PENELITIAN ... 201 Lampiran E 2 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN


(13)

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARA IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI

BIDANG PRODUKSI PANGAN

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menghasilkan media pembelajaran berbentuk modul interaktif yang memiliki kandungan literasi sains dan sesuai untuk pembelajaran IPA Terpadu. Metode yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dengan model Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan Sistem. Pengembangan modul interaktif dilakukan pada materi Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan dengan memperhatikan karakteristik isi, cara penyampaian, dan konteks. Modul interaktif yang dihasilkan diuji coba secara terbatas pada peserta didik, serta divalidasi oleh rekan sejawat dan dosen ahli. Data utama yang terkumpul berupa rekaman kegitan belajar peserta didik yang disimpan modul interaktif, tanggapan peserta didik, tanggapan rekan sejawat, dan nilai dari dosen ahli. Data mengenai tanggapan dikumpulkan menggunakan angket. Analisis yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan selama uji coba mengungkapkan bahwa modul interaktif yang dikembangkan mampu menjembatani perbedaan gender, gaya dan kemampuan belajar. Peserta didik beranggapan bahwa modul interaktif dapat meningkatkan motivasi belajar mereka, muatan literasi sainnya baik, dan dapat dioperasikan dengan mudah. Rekan sejawat beranggapan bahwa tujuan pembelajaran pada modul interaktif sangat sesuai, komponen-komponennya didesain dengan baik, kandungan literasi sainsnya baik, cukup mudah dioperasikan, dan memiliki potensi yang baik sebagai media pembelajaran.

Hasil validasi ahli menunjukkan bahwa aspek isi dan desain dari modul interaktif yang dikembangkan berada pada kategori baik.

Kata Kunci: TIK, Modul Interaktif, Literasi Sains, Pembelajaran IPA Terpadu, Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan.


(14)

v R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

SCIENTIFIC LITERACY INTERACTIVE MODULE DEVELOPMENT FOR INTEGRATED SCIENCE INSTRUCTIONAL ON THE THEME OF

BIOTECHNOLOGY IN FOOD PRODUCTION

ABSTRACT

This research was conducted with the aim of producing an instructional media which form of interactive module containing scientific literacy and suitable for integrated science instructional. The method used was the Education Research and Development with a Systematic Approach Design of Instruction model. Developing of interactive module was implemented on the theme of Biotechnology in Food Production that considering contents characteristic, delivery characteristic, and context characteristic. The resulting interactive module tested on a limited basis by students, and validated by science teachers and experts. Main data collected are learning activities recorded by interactive module, learner response, science teachers response, and score given by expert. The learner response and the science teachers response were collected using a questionnaire. Analysis of data collected during the trial revealed that the developed interactive module can facilitate individual differences in gender, learning modality and ability. Learners think that interactive module can enhance their learning motivation, containing good scientific literacy, and can be operated easily. Colleagues think that the learning objectives in interactive module are very appropriate, its components are well designed, the scientific literacy content are good, fairly easy to operate, and has a good potential as a instructional media. Experts validation results show that both content and design aspect of developed interactive module are good.

Keywords: ICT, Interactive Module, Scientific Literacy, Integrated Science Instructional, Biotechnology in Food Production.


(15)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan solawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak ada kata yang lebih pantas diucapkan selain syukur karena hanya atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Tesis yang berjudul “Pengembangan Modul Interaktif Literasi Sains untuk Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan” disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi IPA di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian untuk keperluan penyusunan tesis ini dilakukan untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang memiliki kandungan literasi sains dan sesuai untuk pembelajaran IPA Terpadu. Pemanfaatan multimedia interaktif dalam pembelajaran IPA Terpadu diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran dengan memfasilitasi proses belajar aktif peserta didik.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna. Untuk perbaikan dimasa yang akan datang, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Akhirnya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkannya.

Bandung, Agustus 2013


(16)

vii R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tesis ini banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada:

1. Istri tercinta (Titis Ariyani), anak-anak tersayang (R. Dianah Mulia, M. Ardine Fadlillah, dan M. Ayyasy Al-Kautsar), Orang tua, dan seluruh keluarga besar di Bandung, Tasikmalaya, dan Pandeglang yang senantiasa mencurahkan do’a, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan pendidikan S2.

2. Dr. Wawan Setiawan, M.Kom., selaku pembimbing I dan Dr. Yayan Sanjaya, M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, serta motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M. Si., selaku Ketua Prodi IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI) beserta staf yang telah memfasilitasi kelancaran penulisan tesis ini.

4. Dr. Riandi M.Si., selaku penguji I dan Prof. Dr. Hj. Hertien, M.Pd., selaku penguji II yang telah memberikan koreksi, saran, dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Riandi, M.Si., dan Dr. Ida Hamidah, M.Si., selaku dosen SPs UPI yang menjadi validator ahli dan telah memberikan saran serta masukan dalam pengembangan Modul Interaktif di Bidang Produksi Pangan (MIB).

6. Drs. Asep Suhendar, M.Pd., selaku Kepala SMPN 1 Cipeucang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan studi serta memfasilitasi pelaksanaan uji coba secara terbatas MIB2P2.

7. Nurus Sopyan, SE., selaku Kepala Laboratorium TIK SMPN 1 Cipeucang yang telah memfasilitasi pelaksanaan uji coba secara terbatas MIB2P2.

8. Musabikhin, S.Pd., M.T.; H. Dadi Mulyadi, S.Pd., M.M.Pd.; Mamad, S.Pd., M.Pd.; Mamat Rachmat, S.Pd., M.Pd.; Budi Hendratno, S.Pd.; Cicih Fajar Ningsih, S.Pd.; Endin Muhidin, M.Pd.; Lia Agustini, S.Pd.; Lia Siti Romlah,


(17)

S.Pd.; Lili Muslimah, S.Pd.; Muhamad Syafiq, S.Pd.; dan Tutik Handayani, S.Pd. yang telah meluangkan waktu untuk mencoba dan memberikan pendapat serta masukan mengenai MIB2P2.

9. Seluruh Dosen SPs UPI yang telah memberikan ilmu dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

10. Teman-teman S2 Prodi IPA SPs UPI (P2TK) atas kebersamaan dan bahu membantu dalam meraih cita-cita.

11. Dewan guru dan Staf TU SMP Negeri 1 Cipeucang yang senantiasa memberikan dukungan.

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Atas semua kebaikan yang telah penulis terima, penulis ucapkan jazakumullah khairan.


(18)

1 R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendidikan nasional Indonesia secara umum adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan diselenggarakan berbagai mata pelajaran dengan tujuan khusus yang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Salah satu contohnya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) (2013e, hlm. 97) dilaksanakan untuk mengembangkan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam berdasarkan perspektif biologi, fisika, dan kimia”.

Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2013. Pemaparan yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) (2014) menjelaskan skema rencana Kemdikbud untuk mencapai implementasi Kurikulum 2013 secara penuh di semua tingkatan sekolah pada tahun 2015. Rencana tersebut disertai dengan rencana persiapan semua komponen yang diperlukan baik personal maupun nonpersonal. Persiapan yang matang untuk menyongsong implementasi kurikulum 2013 harus dilakukan karena terdapat beberapa komponen yang berbeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah muatan literasi sains dalam pendidikan IPA, penekanan pembelajaran IPA sebagai pembelajaran terpadu, dan pengintegrasian TIK ke dalam semua mata pelajaran.

Literasi sains tidak dicantumkan secara eksplisit pada kurikulum 2013, tetapi dari kandungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dapat ditarik benang merah bahwa salah satu tujuan pendidikan IPA di SMP adalah untuk mengembangkan literasi sains peserta didik. Mendikbud pada berbagai


(19)

2

kesempatan sosialisasi Kurikulum 2013 selalu menyampaikan rendahnya pencapaian peserta didik di Indonesia pada Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sebagai salah satu latar belakang dikembangkannya Kurikulum 2013, dan menurut Sudiatmika (2010, hlm. 4) TIMSS maupun PISA merupakan studi internasional yang mengukur literasi peserta didik.

“Literasi sains dianggap sebagai hasil belajar kunci dalam pendidikan ... “ (Toharudin dkk., 2011, hlm. 12), dan menurut Ogunkola (2013) semua orang sepakat akan pentingnya literasi sains. Uni Eropa (dalam Okada, 2013) menganggap literasi sains penting karena merupakan kompetensi kunci dalam keikutsertaan dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Sebagai hasil belajar kunci seharusnya semua aspek literasi sains terkandung pada setiap komponen pembelajaran IPA, termasuk bahan ajar yang digunakan. Sayangnya penelitian Adisenjaja (2008) menemukan bahan ajar IPA lebih banyak mengandung aspek pengetahuan (82%) dibandingkan dengan kandungan penyelidikan hakikat sains (2%), sains sebagai cara berpikir (8%), serta interaksi sains, teknologi, dan masyarakat (8%). Toharudin (2010) menilai lemahnya muatan literasi sains pada pembelajaran IPA di tingkat pendidikan dasar menjadi penyebab buruknya hasil yang dicapai peserta didik Indonesia pada TIMSS dan PISA. Indonesia menduduki peringkat 40 dari 42 negara peserta pada TIMSS 2011, (Martin dkk., 2012, hlm. 40) dan menduduki peringkat 64 dari 65 negara peserta pada PISA 2012 (OECD, 2013e, hlm. 5).

Di tingkat satuan pendidikan, rendahnya literasi sains peserta didik sangat terasa. Pengalaman penulis sebagai guru mata pelajaran IPA di SMPN 1 Cipeucang Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu menunjukkan kompetensi sains. Mereka diantaranya sering mengalami kesulitan ketika mengambil kesimpulan dan menginterpretasikan data yang disajikan dalam bentuk grafik. Keadaan ini harus segera di atasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan bahan ajar yang memiliki kandungan literasi sains yang seimbang antara pengetahuan, kompetensi sains, dan sikap yang disajikan pada konteks yang tepat.


(20)

3

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Komponen Kurikulum 2013 yang juga harus mendapat perhatian adalah proses pembelajaran IPA di tingkat SMP yang dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran IPA terpadu harus mendapat perhatian karena hal itu sudah dinyatakan secara eksplisit pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006 tetapi pelaksanaanya masih belum optimal. Berbagai diskusi yang dilaksanakan dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA di Kabupaten Pandeglang sering menyimpulkan bahwa kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu diantaranya disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor latar belakang pendidikan guru dan faktor kurangnya bahan ajar yang mendukung pembelajaran IPA Terpadu.

Faktor pertama adalah latar belakang pendidikan guru IPA di SMP yang kebanyakan berlatar belakang pendidikan Biologi atau pendidikan Fisika. Guru IPA yang berlatar belakang pendidikan Biologi biasanya mengalami kesulitan ketika menyampaikan konsep-konsep Fisika, dan sebaliknya guru IPA berlatar belakang pendidikan Fisika biasanya mengalami kesulitan ketika menyampaikan konsep-konsep Biologi. Faktor kedua adalah kurangnya bahan ajar yang benar-benar mendukung pembelajaran IPA Terpadu. Bahan ajar yang tersedia dalam bentuk buku paket, meskipun disampulnya tertulis Buku Mata Pelajaran IPA Terpadu, sering dinilai oleh sebagian guru IPA hanya merupakan gabungan dan bukan perpaduan konsep.

Kurikulum 2013 kembali menegaskan bahwa pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan secara tematik dan terpadu (Kemdikbud, 2013d). “Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik” (Depdikbud dalam Kemdikbud, 2013d, hlm. 171). Pembelajaran terpadu tersebut dilaksanakan dengan memadukan KI dan KD-KD yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Showalter (1979) berpendapat bahwa pembatasan seputar pemisahan berbagai bidang kajian IPA harus diusahakan terjadi sesedikit mungkin dengan cara merancang tujuan pembelajaran yang mencakup semua bidang kajian IPA. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik akan mendapatkan


(21)

4

proses pembelajaran yang lebih bermakna dengan mengaitkan berbagai konsep yang diterima dalam pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kurniawan (2011) menilai pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kebermaknaan pembelajaran. Meningkatnya kebermaknaan melalui pembelajaran terpadu terjadi karena peserta didik dapat melihat dan merasakan manfaat dari materi-materi yang mereka pelajari. Terkait dengan upaya mengembangkan literasi sains, penelitian yang dilakukan di tingkat SMP menemukan bahwa Pembelajaran IPA terpadu dapat meningkatkan literasi sains peserta didik (Priatna, 2009; Sumartati, 2009). Mengingat hal tersebut maka faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran IPA secara terpadu harus dihilangkan, salah satu caranya adalah dengan menyediakan bahan ajar yang mendukung pembelajaran IPA Terpadu.

Faktor lain yang menarik perhatian dari Kurikulum 2013 adalah tidak dimasukkannya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri pada pendidikan di tingkat SMP. Dilihat sepintas, kebijakan tersebut kontra produktif mengingat TIK memegang peranan pada hampir semua aspek kehidupan manusia. Begitu pentingnya peranan TIK dalam kehidupan manusia sehingga kecakapan di bidang TIK menjadi prasyarat bagi seseorang untuk dapat berperan serta secara efektif dalam kehidupan sosial dan dunia kerja (Mabry dkk., 2010). Memberikan kecakapan dibidang TIK bagi peserta didik ketika TIK diberikan secara terintegrasi di dalam mata pelajaran lain merupakan tantangan tersendiri. Tantangan ini lebih terasa bagi guru mata pelajaran IPA karena secara jelas dikatakan bahwa “Guru IPA seharusnya mampu membantu peserta didik untuk menyiapkan penyajian pengetahuan dengan bantuan TIK” (Kemdikbud, 2013d, hlm. 4). Hal ini mengharuskan guru-guru IPA terampil menggunakan TIK dalam pembelajaran yang dikelolanya.

Dunia pendidikan harus dapat mengimbangi dan merespon tantangan yang muncul dari pesatnya perkembangan TIK dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. TIK harus diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran (Sharma, dkk., 2011; Su, 2011). Di era teknologi digital, mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran merupan suatu keniscayaan


(22)

5

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

(Rusman, 2012). Pembelajaran yang mengintegrasikan TIK di dalamnya diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang selama ini sering ditemui. Peserta didik dapat mengambil berbagai manfaat sebab melalui pembelajaran yang menggunakan media berbasis TIK stimulus yang diterima mereka tidak hanya berupa stimulus verbal tetapi juga stimulus visual. Penggabungan stimulus verbal dan stimulus visual dalam satu media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kapasitas belajar peserta didik.

Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis komputer, misalnya dalam bentuk modul interaktif. Modul interaktif merupakan media pembelajaran yang dikembangkan dengan memanfaatkan multimedia yang mengandung teks, suara, gambar, video, dan animasi yang memiliki fasilitas tertentu sehingga penggunanya dapat melakukan interaksi secara aktif. Beberapa penelitian menemukan bahwa kandungan multimedia dalam pembelajaran IPA di SMP memberikan hasil positif. Dengan menggunakan multimedia interaktif (MMI) dalam pembelajaran IPA, Retmana (2010) berhasil meningkatkan literasi sains peserta didik dengan N-Gain sebesar 0,34 dan Widyariani (2011) berhasil meningkatkan literasi sains peserta didik dengan N-Gain sebesar 0,39. Walaupun begitu perlu diperhatikan bahwa upaya mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran dalam bentuk pemanfaatan MMI harus didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Retmana (2010) mengemukakan bahwa guru menghadapi kendala ketika menggunakan MMI karena komputer yang digunakan dalam pembelajaran jumlahnya terbatas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mencoba mengembangkan sebuah media pembelajaran IPA Terpadu berbentuk modul interaktif yang disusun dengan memperhatikan kandungan literasi sains. Tema yang dipilih adalah Bioteknologi. Tema bioteknologi menjadi pilihan karena memiliki kaitan dengan beragam konsep IPA sehingga memiliki potensi yang besar untuk dipadukan. Alasan lainnya adalah karena Bioteknologi merupakan konsep yang diberikan di kelas IX semester 2 ketika peserta didik diharapkan


(23)

6

telah memiliki kecakapan menggunakan komputer yang memadai untuk dapat menggunakan media pembelajaran berbasis komputer yang bersifat interaktif. B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang disampaikan di latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Literasi sains peserta didik masih rendah

2. Kandungan aspek-aspek literasi sains pada bahan ajar tidak seimbang karena lebih cenderung menonjolkan aspek pengetahuan dibanding aspek-aspek lain. 3. Penyampaian IPA secara terpadu dalam pembelajaran masih rendah.

4. Media pembelajaran yang mengandung materi IPA secara terpadu masih belum banyak tersedia.

5. Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran IPA masih rendah.

Alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan adalah dengan mengembangkan suatu bahan ajar yang mengandung muatan literasi sains seimbang dan memadukan beberapa konsep IPA terkait dengan menggunakan media berbasis TIK. Salah satu bentuk media yang memungkinkan untuk tujuan itu adalah media pembelajaran berbentuk modul interaktif.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang disampaikan pada latar belakang, pada penelitian ini dirumuskan pertanyaan pokok sebagai berikut: “Bagaimana modul interaktif berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan?” Pertanyaan pokok tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan?

2. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan?


(24)

7

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

3. Bagaimana tanggapan guru terhadap modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Menghasilkan media pembelajaran berbentuk modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan.

2. Memperoleh informasi mengenai tanggapan peserta didik terhadap pemanfaatan modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan.

3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan guru terhadap pemanfaatan modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta didik

Peserta didik memperoleh kesempatan belajar dengan memanfaatkan modul interaktif yang dikembangkan dengan berdasarkan literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu. Selain motivasi peserta didik meningkat, interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar juga akan meningkat sehingga pembelajaran berlangsung dengan lebih bermakna yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan hasil pembelajaran dalam bentuk literasi sains.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian menyediakan alternatif media pembelajaran bagi guru berupa modul interaktif berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu dengan tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan dan informasi mengenai


(25)

8

karakteristiknya. Informasi yang berhasil dikumpulkan pada penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan guru ketika merencanakan pembelajarannya.

3. Bagi Peneliti lain

Bukti empirik yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti dalam pengembangan media pembelajaran yang berupa modul interaktif berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu. Peneliti lain dapat menindak lanjuti hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian lanjutan atau dengan mengembangkan modul interaktif untuk tema yang lain. F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab memiliki beberapa subbab. Berikut ini diberikan deskripsi singkat untuk setiap bab.

1. Bab satu disusun untuk memberikan gambaran mengenai alasan penetapan masalah dan pentingnya masalah ini untuk diteliti. Pada bab ini dikemukakan beberapa kesenjangan yang harus dicari pemecahannya, alternatif pemecahan yang ditawarkan, dan hasil-hasil penelitian yang mendukung keberhasilan dari alternatif yang ditawarkan tersebut. Bab satu tersusun dari enam subbab yaitu Latar Belakang Penelitian, Indentifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Tesis.

2. Bab dua disusun dengan tujuan memberikan landasan teoretis terhadap penelitian yang dilakukan. Di bab dua ini terdapat tiga subbab, yaitu Pengintegrasian TIK dalam Pembelajaran IPA, Literasi Sains, dan Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan.

3. Penjabaran rinci mengenai metode penelitian disampaikan pada bab tiga. Bab ini memiliki delapan subbab yaitu Lokasi, Populasi, dan Pampel Penelitian, Metode Penelitian, Prosedur Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisi Data.


(26)

9

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

4. Bab empat menyajikan analisis data untuk menghasilkan temuan penelitian dan pembahasan atau analisis terhadap temuan itu. Bab empat pada tesis ini tersusun dari empat subbab, yaitu Karakteristik Modul Interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan (MIB2P2), Perbaikan-perbaikan Terhadap MIB2P2, Analisis Terhadap Hasil Uji Coba Terbatas, dan Penilaian Terhadap MIB2P2.

5. Simpulan dan saran yang berhubungan dengan penelitian disampaikan pada bab lima. Pada subbab Simpulan disampaikan simpulan hasil penelitian dan pada subbab Saran disampaikan saran-saran mengenai pemanfaatkan dan penelitian mengenai modul interaktif dalam pembelajaran IPA Terpadu.


(27)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Cipeucang. SMPN 1 Cipeucang merupakan sekolah Rintisan Standar Nasional (RSN) yang berlokasi di Desa Curugbarang, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Sekolah ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan tempat tugas dari peneliti sehingga akan mudah dalam mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian. Pengetahuan peneliti mengenai karakteristik peserta didik di SMPN 1 Cipeucang juga berperan dalam memperlancar penelitian.

2. Populasi dan sampel penelitian a. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan individu yang memiliki karakteristik sama (Creswell, 2012, hlm. 142) yang menjadi pusat perhatian peneliti dimana hasil penelitian akan digeneralisasikan (Fraenkel, dkk., 2012, hlm. 92). Selanjunya Fraenkel dkk. dan Gall dkk. (2003, hlm. 167) mengelompokkan populasi menjadi dua kelompok yaitu populasi target (target population) dan target yang dapat dijangkau (accessible population). Populasi target merupakan populasi aktual untuk menggeneralisasi hasil penelitian. Adakalanya karena berbagai keterbatasan populasi aktual ini harus dipersempit sehingga dapat dijangkau oleh peneliti sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Populasi target dari penelitian ini adalah semua peserta didik kelas IX di SMPN 1 Cipeucang pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 282 orang. Karena populasi target relatif kecil dan dapat dijangkau, maka populasi target tersebut sama dengan populasi yang dapat dijangkau.


(28)

45

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu b. Sampel penelitian

Sampel merupakan sub kelompok dari populasi target yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Creswell, 2012, hlm. 142). Dari sampel inilah peneliti memperoleh informasi yang diperlukan (Fraenkel, 2012, hlm. 91). Agar hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi target, penentuan sampel harus dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga dapat mewakili populasi target serta sesuai dengan tujuan dan metode penelitian. Salah satu teknik pengambilan sampel (sampling) adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasari oleh pengetahuan akan karakteristik populasi dan tujuan dari penelitian (Fraenkel, 2012, hlm. 100). Teknik pengambilan sampel ini sangat berguna dalam penelitian yang berkaitan dengan sikap dan opini (Ari, dkk., 2010, hlm. 156). Purposive sampling digunakan pada penelitian ini karena alasan-alasan sebagai berikut:

1. Peneliti cukup memiliki informasi mengenai karakteristik dari populasi target. 2. Teknik purposive sampling dengan mengambil perwakilan dari kelompok di

atas rata-rata, sekitar rata-rata, dan di bawah rata-rata merupakan teknik pengambilan sampel yang sesuai dalam penelitian pengembangan pendidikan dengan model pendekatan sistem (Dick, dkk., 2005, hlm. 283-289).

3. Penelitian ini bertujuan menghasilkan modul interaktif dan mengetahui tanggapan peserta didik terhadap modul tersebut. Proses pembelajaran dengan menggunakan modul interaktif sangat dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam mengoperasikan komputer.

Sampel pada penelitian ini diambil dari tiga sub kelompok dari populasi target yaitu kelompok yang memiliki prestasi akademik di atas rata-rata (Atas), sekitar rata-rata (Tengah), dan di bawah rata-rata (Bawah). Setiap kelompok terdiri dari delapan orang peserta didik putra dan delapan orang peserta didik putri sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 48 orang. Besarnya sampel disesuaikan dengan sarana komputer yang tersedia di ruang multimedia SMPN 1 Cipeucang.


(29)

46

B.Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menghasilkan sebuah bahan ajar berbentuk modul interaktif yang dikembangkan dengan memperhatikan kandungan literasi sains. Modul interaktif dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013 untuk pendidikan IPA di tingkat SMP pada tema bioteknologi di bidang produksi pangan. Penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk atau prosedur tertentu di bidang pendidikan dikategorikan sebagai Penelitian dan Pengembangan Pendidikan/ Educational Research and Development (Gall dkk., 2003, hlm. 569). Lebih lanjut Gall dkk. mengemukakan bahwa salah satu model penelitian dan pengembangan pendidikan yang digunakan secara luas adalah Model Pendekatan Sistem (Systems Approach Model) yang kembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey, dan James O. Carey.

Dick dkk. (2005, hlm. 3) mengemukakan bahwa penelitian pengembangan pendidikan dengan model pendekatan sistem memiliki lima komponen utama yaitu analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Ke lima komponen utama tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 10 tahapan penelitian yang meliputi identifikasi tujuan, analisis pembelajaran, analisis konteks dan peserta didik, penyusunan tujuan pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan bahan ajar, pengembangan evaluasi formatif, perbaikan, dan pengembangan evaluasi sumatif. Penelitian dan pengembangan pendidikan memerlukan sumber daya yang besar, oleh karenanya pada tingkatan tertentu sebaiknya dilakukan secara terbatas dengan hanya mencakup beberapa aspek atau beberapa langkah dari siklus penelitian (Gall dkk., 2003, hlm. 572), dan Dick dkk. (2005, hlm. 5) menyarankan agar peneliti menggunakan model pendekatan proses sesuai dengan konteks. Berdasarkan keterbatasan sumber daya dan konteks penelitian inilah maka penelitian dan pengembangan pendidikan ini dilaksanakan secara terbatas.


(30)

47

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

C.Prosedur Penelitian

Kegiatan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur berikut ini.

Gambar 3.1 Alur penelitian (diadaptasi dari Dick dkk., 2005) identifikasi

tujuan

menganalisis pembelajaran

menyusun tujuan pembelajaran menganalisis

konteks dan peserta didik

melaksanakan evaluasi formatif mengembangkan

instrumen penilaian

mengembangkan strategi pembelajaran

mengembangkan bahan ajar

melaksanakan evaluasi

sumatif Persiapan

Pelaksanaan perbaikan

Tahap analisis Tahap perancangan dan pengembangan Tahap implementasi dan evaluasi


(31)

48

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Melakukan studi kepustakaan mengenai literasi sains.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran IPA terpadu.

c. Melakukan studi kepustakaan mengenai standar pengembangan media pembelajaran berbentuk modul interaktif.

d. Melakukan studi kepustakaan mengenai berbagai hal mengenai metodologi penelitian pendidikan.

2. Pelaksanaan a. Tahap analisis 1) Identifikasi tujuan

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan pada Bab I, ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran berbentuk modul interaktif. Modul interaktif dikembangkan dengan memperhatikan muatan literasi sains dan keterpaduan berbagai konsep IPA. Tabel analisis kesenjangan dapat dilihat di Lampiran A 1.

2) Menganalisis pembelajaran

Analisis pembelajaran yang dilakukan meliputi telaah mengenai KI dan KD. Pada tahap ini ditetapkan tema dan konsep-konsep yang akan disampaikan dengan memperhatikan konteks pembelajaran dan peserta didik. Pada tahap ini ditelaah juga mengenai kemungkinan memadukan konsep utama dengan konsep-konsep IPA lain yang terkait. Tabel keterkaitan KI dan KD dapat dilihat di Lampiran A 2-1.

3) Menganalisis konteks dan karakteristik peserta didik

Konteks pembelajaran dan karakteristik peserta didik dianalisa untuk mengetahui kemungkinan terlaksananya rencana yang akan disusun. Tabel analisa konteks dan karakteristik peserta didik dapat dilihat di Lampiran A 3.


(32)

49

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu b. Tahap perancangan dan pengembangan

4) Menyusun tujuan pembelajaran

Berdasarkan hasil analisa pembelajaran, konteks, dan karakteristik peserta didik, disusun tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan dapat dilihat di Lampiran A 4.

5) Mengembangkan instrumen penilaian

Instrumen penilaian yang disusun meliputi instrumen dalam modul interaktif yang berupa aktivitas peserta didik dan instrumen penilaian modul interaktif yang dikembangkan dalam bentuk angket untuk peserta didik, guru, dan lembar penilaian ahli. Pengembangan instrumen disampaikan pada bagian berikutnya pada bab ini.

6) Mengembangkan strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran dikembangkan dalam bentuk aktivitas peserta didik ketika menggunakan modul interaktif. Pemetaan antara aktivitas peserta didik ketika menggunakan modul interaktif dengan tujuan pembelajaran dapat di lihat di Lampiran A 5.

7) Mengembangkan bahan ajar

Pada tahap pengembangan bahan ajar dilakukan pembuatan flowchart (Lampiran C 1), storyboard (Lampiran C 2), pemilihan materi, dan pembuatan media.

c. Tahap evaluasi

8) Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif

Evaluasi formatif yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai uji coba setelah modul interaktif selesai dibuat. Uji coba yang dilaksanakan untuk mengetahui kerbacaan visual, kejelasan pesan yang disampaikan baik dengan suara atau teks, kesesuaian animasi, dan kesesuaian materi dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas (Darmawan, 2012, hlm. 44). Melalui kegiatan ini dikumpulkan data yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin diperoleh peserta didik ketika menggunakan modul interaktif (Dick, dkk., 2005, hlm. 334). Data diperoleh


(33)

50

melalui observasi dan setiap masalah yang ditemui langsung dicari solusinya setelah sesi uji coba berakhir, sehingga masalah yang sama tidak terjadi pada sesi berikutnya. Instrumen yang digunakan merupakan hasil dari tahap pengembangan instrumen yang dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain bab ini.

Evaluasi formatif dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan pada satu kelompok kecil (8 orang) dengan tujuan terutama untuk mengetahui apabila terdapat error dalam pembuatan modul interaktif. Angket yang diberikan kepada kelompok ini dimaksudkan juga sebagai uji coba untuk mengetahui realibilitas dan validitasnya. Setelah dilakukan perbaikan terhadap error yang ditemukan dan perbaikan pada angket berdasarkan analisis hasil uji coba, dilakukan evaluasi formatif tahap dua. Pada evaluasi ini dilibatkan sejumlah 48 peserta didik yang mencoba modul interaktif secara bergelombang (setiap gelombang 8 orang peserta didik). Selama evaluasi formatif tahap dua ini disebarkan angket yang telah diperbaiki dan dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap error pada modul interaktif yang masih ditemukan.

9) Merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif terhadap modul interaktif yang dikembangkan diberikan oleh 12 orang guru IPA yang telah berpengalaman dan dua orang ahli di bidang media pembelajaran IPA. Evaluasi sumatif dari guru IPA dilaksanakan secara simultan dengan evaluasi formatif tahap dua, dan masukan-masukan yang diberikan digunakan untuk memperbaiki modul interaktif. Penilaian akhir diberikan oleh dua orang ahli yang kompeten di bidang mutimedia dalam pembelajaran dan konten IPA Terpadu yang bermuatan literasi sains. Instrumen yang digunakan merupakan hasil dari tahap pengembangan instrumen yang dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain bab ini.

Satu langkah yang dilakukan secara simultan selama penelitian berlangsung adalah langkah perbaikan pada modul interaktif yang dikembangkan. Perbaikan selalu dilakukan pada setiap tahapan yang dilalui berdasarkan informasi yang diperoleh.


(34)

51

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu a. Analisis dan pengolahan data

Analisis dan pengolahan data dijelaskan di bagian berikutnya dari bab ini. b. Penulisan laporan

Laporan penelitian disampaikan dalam bentuk penulisan tesis dan artikel karya tulis ilmiah yang dipublikasikan.

D.Definisi Operasional 1. Modul interaktif

Modul interaktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berbentuk software komputer yang mengandung teks, suara, gambar, video, dan animasi mengenai topik Bioteknologi dengan tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan. Materi pembelajaran dikembangkan agar mengandung berbagai konsep yang berkaitan dengan Bioteknologi khususnya di bidang produksi pangan. Keterpaduan konsep-konsep IPA dan fenomena sosial disajikan dalam bentuk pemaparan, simulasi, atau game yang dapat diakses peserta didik dengan mengedepankan prinsip belajar tuntas. Materi pembelajaran yang terkandung dalam media diupayakan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan literasi sains peserta didik. Modul interaktif dalam penelitian ini dikembangkan dengan mengikuti kaidah-kaidah penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan tetapi dilakukan secara terbatas.

2. Literasi sains

Literasi sains merupakan kemampuan untuk terlibat dalam berbagai isu dan ide yang berhubungan dengan sains sebagai warga negara yang bertanggungjawab, serta kompetensi untuk menjelaskan gejala alam secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penelitian ilmian, dan menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah (OECD, 2013a, hlm. 7). Pada penelitian ini aspek-aspek literasi sains akan dijadikan dasar dalam mengembangkan modul interaktif yang berupa multimedia. Adapun aspek-aspek literasi sains tersebut adalah konteks, pengetahuan, kompetensi, dan sikap.


(35)

52

Pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran yang mengupayakan agar peserta didik mempelajari konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan secara terintegrasi dan holistik. Diharapkan melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat belajar secara lebih bermakna dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Keterpaduan IPA pada penelitian ini diupayakan dengan cara menghubungkan beberapa konsep yang ada kaitannya dengan bioteknologi di bidang produksi pangan.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan dan mengetahui karakteristik media pembelajaran berbentuk modul interaktif serta mengetahui bagaimana tanggapan peserta didik dan guru terhadap modul interaktif tersebut. Untuk keperluan pengumpulan informasi digunakan instrumen berupa lembar observasi, angket dalam bentuk Skala Likert, dan lembar penilaian ahli. Lembar observasi digunakan untuk mencatat penggunaan modul interaktif oleh peserta didik, Skala Likert digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik dan guru, dan lembar penilaian ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan modul interaktif yang dihasilkan sebagai bahan ajar. Skala Likert digunakan untuk mengumpulkan tanggapan peserta didik dan guru karena merupakan bentuk yang umum digunakan dalam penelitian pendidikan (Fraenkel dkk., 2012, hlm. 126). Rentang skala yang digunakan terdiri dari lima point yaitu “Sangat Setuju”, Setuju”, “Kurang Setuju”, Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”. Tabel 3.1 memperlihatkan matrik instrumen penelitian yang dipergunakan.


(36)

53

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1.

Matriks Instrumen Penelitian Data yang Diperlukan Sumber

Data Bentuk Data

Teknik Pengambilan

Data

Jenis Instrumen Pelaksanaan

Aktivitas peserta didik selama menggunakan modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

Peserta didik

Catatan kegiatan

Tulis Lembar obsevasi Selama

Peserta didik mencoba modul interaktif Tanggapan peserta didik

mengenai modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

Skor Hasil Angket

Angket tanggapan peserta didik mengenai modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan Setelah peserta didik mencoba modul interaktif Tanggapan guru mengenai

modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

Guru Skor Hasil Angket

Tulis Angket tanggapan guru mengenai modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

Simultan dengan pelaksanaan Uji Coba Terbatas Tanggapan deskriptif Penilaian ahli mengenai modul

interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

Ahli Skor

Penilaian dari Ahli

Tulis Lembar Penilaian modul interaktif Sesudah Uji Coba Terbatas Penilaian deskriptif


(37)

54

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Lembar Observasi

Lembar observasi dikembangkan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan aktivitas peserta didik dan fungsionalitas multimedia dalam modul interaktif ketika digunakan. Bentuk lembar observasi diadaptasi dari bentuk yang digunakan dalam prosedur ”frequency-count recording” (Gall dkk., 2003, hlm. 258; Dick dkk., 2005, hlm. 161). Format lembar observasi dapat dilihat di Lampiran B 1.

2. Angket

Pengembangan angket dimulai dengan menentukan aspek-aspek pokok yang akan diukur. Kemudian untuk setiap aspek dikembangkan beberapa pernyataan yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sikap peserta didik atau guru terhadap aspek tersebut. Setelah aspek yang diukur dan pernyataan-pernyataan untuk mengukurnya ditetapkan, dibuat kisi-kisi untuk menentukan penyebaran dari setiap pernyataan. Pernyataan-pernyataan untuk mengukur aspek yang sama tidak disusun berurutan tetapi disebar merata dalam angket. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa jenuh responden karena dihadapkan pada pernyataan yang hampir mirip. Karena alasan yang sama, pada kuisioner disertakan juga beberapa pernyataan negatif.

Validasi isi dari angket dilakukan secara kualitatif dengan melakukan konsultasi dengan pembimbing. Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan saran dari pembimbing, angket diuji coba untuk mengetahui reliabilitas dan validitas itemnya (Brinkman, 2009). Indikator yang digunakan untuk menentukan reliabilitas angket adalah Cronbach’s alpha coefficient (α) (Pallant, 2005, hlm. 90) dan indikator yang digunakan untuk menentukan validitas angket adalah koefisien korelasi Pearson (r) (Riduwan, 2013, hlm. 109; Pallant, 2005, hlm. 114). Nilai r dan α dicari menggunakan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 16.0. Nilai r dan α yang diperoleh dicocokkan dengan kriteria yang dikemukakan George dan Mallery (dalam Gliem & Gliem, 2003) seperti diperlihatkan pada tabel 3.2 berikut ini.


(38)

55

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2.

Kriteria Interpretasi r dan α

Nilai r /α Interpretasi

0,90 < r /α Sangat Baik

0,80 < r /α ≤ 0,90 Baik

0,70 < r /α ≤ 0,80 Cukup

0,60 < r /α ≤ 0,70 Meragukan 0,50 < r /α ≤ 0,60 Jelek

r /α < 0,50 Sangat jelek

Langkah demi langkah pengembangan angket dapat dilihat di Lampiran B 2. Angket untuk peserta didik yang sudah diperbaiki dapat dilihat di Lampiran B 3 dan angket untuk guru yang sudah diperbaiki dapat dilihat di Lampiran B 4.

3. Lembar Penilaian

Lembar penilaian digunakan untuk menilai kelayakan MMI yang telah dikembangkan. Dibuat dua jenis penilaian untuk dua orang ahli yang berbeda. Masing-masing penilaian menitikberatkan pada dua aspek yang berbeda, yaitu kualitas modul interaktif dilihat dari aspek penyajian dan aspek kandungan materi. Lembar penilaian yang digunakan dapat dilihat di Lampiran B 5-1 dan B 5-2.

G.Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka, observasi, penyebaran angket, dan penyimpanan data perkembangan hasil belajar peserta didik dengan modul interaktif. Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui karakteristik modul interaktif yang baik. Hasil studi pustaka tersebut digunakan untuk mengembangkan modul interaktif berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema bioteknologi di bidang produksi pangan. Modul interaktif yang dikembangkan dirancang untuk dapat menyimpan data perkembangan hasil belajar peserta didik ketika menggunakannya dalam bentuk skor yang pertama diperoleh, skor akhir, dan durasi penggunaan modul interaktif oleh yang bersangkutan.


(39)

56

Tanggapan peserta didik setelah menggunakan modul interaktif diperoleh melalui angket. Angket berbentuk skala Likert dikembangkan dengan tujuan mengumpulkan informasi mengenai motivasi terkait penggunaan modul interaktif sebagai media untuk belajar (Aspek 1), materi yang terkandung di dalam modul interaktif (Aspek 2), dan kemudahan mengoperasikan modul interaktif untuk belajar (3) berdasarkan sudut pandang peserta didik. Angket dalam bentuk skala Likert juga digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai tanggapan guru mengenai modul interaktif yang dikembangkan. Informasi mengenai tanggapan guru terkait tujuan pembelajaran pada modul interaktif, keharmonisan perpaduan komponen multimedia pada modul interaktif, kandungan literasi sains dalam modul interaktif, kemudahan mengoperasikan modul interaktif, dan potensi yang dimiliki modul interaktif dalam mendukung pembelajaran IPA Terpadu.

H.Analisis Data

Penelitian ini menghasilkan beberapa macam data yaitu data yang berasal dari hasil observasi, data yang disimpan oleh modul interaktif, data yang berasal dari angket (tanggapan peserta didik dan guru), dan data berupa hasil penilaian ahli. Data-data tersebut dianalisa sesuai dengan karakterisriknya agar dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis secara deskriptif. Observasi yang dilakukan ketika peserta didik menggunakan modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan menghasilkan informasi mengenai interaksi antara peserta didik dengan modul interaktif, cara peserta didik mengakses informasi pada modul interaktif, dan fungsionalitas modul interaktif.

Tanggapan peserta didik mengenai modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan diperoleh melalui angket. Terdapat tiga aspek yang diukur yaitu potensi modul interaktif dalam meningkatkan motivasi belajar, kandungan literasi sains, dan kemudahan mengoperasikannya. Masing-masing aspek diukur dengan beberapa item yang saling berkorelasi seperti dapat dilihat di lampiran B 2.


(40)

57

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Data yang berasal dari beberapa item dalam suatu angket digolongkan sebagai data interval dan dianalisa menggunakan pendekatan statistik seperti Mean, standar deviasi, koefisien korelasi Pearson (r), uji t, ANOVA, atau regresi (Boone, 2012). Berdasarkan pendapat Boone tersebut untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, tanggapan peserta didik yang diperoleh melalui angket dianalisa secara kuantitatif menggunakan pendekatan statistik yang sesuai.

Pendekatan statistik juga digunakan untuk melakukan analisis terhadap data yang tersimpan di komputer yang digunakan peserta didik. Data tersebut berupa skor yang pertama diperoleh oleh peserta didik (Skor Pertama) dan lamanya waktu yang digunakan peserta didik untuk menggunakan modul interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi pangan sampai selesai (Waktu). Analisa data tanggapan peserta didik dan data yang tersimpan di komputer diarahkan untuk melihat perbedaan antara peserta didik laki-laki dan perempuan, dan perbedaan antara kelompok peserta didik yang berasal dari kelompok yang memiliki prestasi akademik di atas rata-rata (Atas), disekitar rata-rata (Tengah), dan di bawah rata-rata (Bawah). Dari analisa tersebut diperoleh gambaran mengenai karakteristik modul interaktif mengenai kelompok peserta didik yang sesuai untuk menggunakannya.

Berikut ini langkah demi langkah analisa data tanggapan peserta didik dan data yang tersimpan di komputer:

1. Melakukan pengkodean terhadap data.

Data tanggapan peserta didik yang berasal dari angkat berbentuk data ordinal yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk keperluan analisis, data tersebut dikodekan ke dalam angka yaitu SS=5, S=4, KS=3, TS=2, dan STS=1. Untuk item dengan pernyataan negatif dilakukan pengkodean terbalik, yaitu SS=1, S=2, KS=3, TS=4, dan STS=5.

Data tersimpan di komputer berbentuk skor yang pertama diperoleh dikonversi menjadi skor dengan skala 100 dengan rumus:


(41)

58

� = � � � ℎ

� � � � � � ℎ 100 ... ( 1 )

Data yang tersimpan dikomputer berbentuk lamanya waktu menggunakan MMI dalam format jam : menit : detik dikonversi menjadi menit dengan rumus:

�� = � 60 + + (

60 ) ... ( 2 )

2. Mengelompokkan data berdasarkan kelompok peserta didik dan aspek yang diukur.

Setelah data dikodekan dan dikonversi, langkah selanjutnya adalah pengelompokkan data-data tersebut berdasarkan aspek yang diukur dan kelompok peserta didik. Pengelompokkan dilakukan dengan membuat rekap data dalam bentuk tabel. Tabel hasil rekapitulasi dapat dilihat di lampiran D 1.

3. Mencari Mean dari setiap kelompok data.

Mean kelompok untuk setiap aspek dari data yang berasal dari angket diperoleh setelah mean masing-masing individu pada aspek tersebut dihitung. Tujuannya agat asumsi bahwa instrumen yang digunakan berbentuk Likert scale dan bukan Likert-type items terpenuhi dan data yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai data interval (Boone, 2012). Mean dicari dengan menggunakan software Microsoft Excel memakai fungsi “=AVERAGE( number1;number2;...)”. Rekapitulasi hasil perhitungan mean dapat dilihat di lampiran D 2.

4. Menvisualisasi data dalam bentuk grafik.

Data dalam bentuk mean kemudian divisualisasikan dalam bentuk grafik batang. Pada grafik disertakan juga informasi mengenai nilai minimal dan nilai maksimal pada kelompok tersebut. Visualisasi data dalam bentuk grafik akan disajikan di Bab IV dan yang bertujuan memudahkan analisis secara deskriptif. Mean yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kriteria dari George dan Mallery (dalam Gliem & Gliem, 2003) yang dimodifikasi menjadi berskala lima seperti tabel 3.3. berikut.


(42)

59

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3.

Kriteria Interpretasi Mean Hasil Angket

Nilai mean Interpretasi

4,50 < mean Sangat Baik

4,00 < mean ≤ 4,50 Baik

3,50 < mean ≤ 4,00 Cukup

3,00 < mean ≤ 3,50 Meragukan 2,50 < mean ≤ 3,00 Jelek

mean < 2,50 Sangat jelek

Kriteria interpretasi Mean pada tabel 3.3. berkesesuaian dengan pendekatan penilaian terhadap desain yang dianjurkan Dick dkk. Menurut Dick dkk (2005: 329) apabila mean dari skor pada aspek yang diukur kurang atau sama dengan tiga maka aspek tersebut memiliki kelemahan dalam desain.

5. Melakukan Uji Statistik.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini memungkinkan data dapat dikelompokkan dengan dua cara, yaitu berdasarkan jenis kelamin (Laki-laki-Perempuan) maupun berdasarkan prestasi akademik (Atas-Tengah-Bawah). Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap suatu variabel terikat, dimana masing-masing variabel bebas tersebut memiliki beberapa subvariabel digunakan Anova Dua Jalur (Usman dan Akbar, 2006, hlm. 158-177; Pallant. 2005, hlm. 229-238). Anova Dua Jalur dapat dilakukan menggunakan SPSS melalui Menu Analyze  General Linear Model

Univariate ... (Santoso. 2012, hlm. 179).

Anova Dua Jalur termasuk kelompok uji statistik parametrik yang mensyaratkan terpenuhinya asumsi-asumsi tertentu. Dua dari asumsi tersebut diantaranya adalah data memiliki distribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Untuk asumsi bahwa kelompok-kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen menurut Pallant (2005, hlm. 234) dapat diabaikan dengan jalan memperkuat taraf signifikansi dari 0,05 menjadi 0,01. Sedangkan syarat asumsi data berdistribusi normal diupayakan dengan melakukan transformasi terhadap data-data yang tidak berdistribusi normal (Pallant, 2005, hlm. 82-85). Tabel 3.3 memperlihatkan hasil uji normalitas


(43)

60

sebelum dilakukan transformasi terhadap data Aspek 1 dan Aspek 3. Pada tabel 3.3 terlihat bahwa nilai Sig. untuk Aspek 1 adalah 0,003 dan nilai Sig. untuk Aspek 3 adalah 0.033. Karena nilai-nilai tersebut kurang dari 0,05 berarti data Aspek 1 dan Aspek 2 tidak berdistribusi normal.

Tabel 3.4.

Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi Terhadap Data Aspek 1 dan Aspek 3

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Aspek1 .162 48 .003

Aspek2 .112 48 .174

Aspek3 .133 48 .033

SkorPertama .088 48 .200*

Waktu .104 48 .200*

Agar diperoleh data berdistribusi normal maka dilakukan transformasi terhadap data Aspek 1 dan Aspek 2. Aspek 1 ditransformasikan menjadi Aspek1Trans dan Aspek 3 menjadi Aspek3Trans. Tabel 3.4 memperlihatkan hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi terhadap data Aspek 1 dan Aspek 3. Pada tabel 3.4 terlihat bahwa semua nilai Sig. sudah lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 3.5.

Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi Terhadap Data Aspek 1 dan Aspek 3

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Aspek1Trans .123 48 .065

Aspek2 .112 48 .174

Aspek3Trans .101 48 .200*


(44)

61

R. Rudi Romdiansah, 2014

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Waktu .104 48 .200*

Prosedur pengujian normalitas dan transformasi data menggunakan SPSS 16 selengkapnya dapat dilihat di Lampiran D 5.

Setelah dilakukan transformasi terhadap data Aspek 1 dan Aspek 3 diperoleh data yang berdistribusi normal semua. Anova Dua Jalur untuk membandingkan kelompok-kelompok yang ada dilakukan terhadap data hasil transformasi tersebut. Lampiran D 6 memperlihatkan prosedur Anova Dua Jalur menggunakan SPSS 16 untuk variabel bebas jenis kelamin (Laki-laki dan Perempuan) dan prestasi akademik (Atas, Tengah, Bawah) dan variabel terikat secara terpisah masing-masing Aspek1Trans, Aspek 2, Aspek3Trans, Skor Pertama, dan Waktu.

Data yang diperoleh dari angket tanggapan guru mengenai MMI Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan sampai tahap visualisasi diperlakukan sama dengan data tanggapan peserta didik. Data ini melalui tahap pengkodean, pengelompokkan, penghitungan mean, dan visualisasi dengan grafik. Setelah tahap visualisasi, data dianalisis secara deskriptif dengan dukungan data yang diperoleh dari tanggapan terbuka yang diberikan guru. Rekapitulasi tanggapan guru dapat dilihat di Lampiran D 3 dan Lampiran D 4.

Data terakhir adalah penilaian ahli. Penilaian yang diberikan oleh ahli dipergunakan untuk mengetahui bagaimana kualitas MMI Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan. Skor yang diberikan ahli dicari mean-nya kemudian diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan (tabel 3.3.).


(45)

96 R. Rudi Romdiansah, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Penelitian yang telah dilaksanakan berhasil mengembang sebuah media pembelajaran yaitu Modul Interaktif Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan (MIB2P2). MIB2P2 sebagai media pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Karakteristik isi MIB2P2

 Mengandung materi IPA Terpadu yang disederhanakan dengan cara membagi konsep utama menjadi beberapa subkonsep.

 Konsep-konsep terkait dipadukan secara Connected yaitu mengaitkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep-konsep yang telah dipelajari secara eksplisit.

 Memiliki kandungan literasi sains terkait aspek pengetahuan, keterampilan, konteks, dan sikap yang disampaikan secara terintegrasi.

2. Karakteristik penyampaian MIB2P2

 Informasi disampaikan dengan mengintegrasikan gambar, video, teks, animasi, dan/atau narasi secara interaktif.

 Penyampaian informasi dikontrol peserta didik. 3. Karakteristik konteks MIB2P2

 Memfasilitasi proses belajar aktif dengan mengaktifkan struktur pengetahuan relevan yang telah dimiliki peserta didik melalui penyajian peta konsep.

 Memfasilitasi perbedaan individu terkait gender, preferensi gaya belajar, dan prestasi belajar, sehingga dapat digunakan dengan baik oleh peserta didik Laki-laki, Perempuan, bergaya belajar visual, auditorial, maupun berprestasi tinggi, sedang, atau rendah.

Peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap MIB2P2. Mereka berpendapat bahwa MIB2P2 dapat meningkatkan motivasi belajar dengan baik,


(1)

Darmawan, D. (2012). Teknologi Pembelajaran. Cetakan kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

DeBoer, G.E. (2000). Scientific literacy: Another look at its historical and contemporary meanings and its relationship to science education reform. Journal of Research in Science Teaching, 20 (6), hlm. 582– 601.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of Instruction. Edisi keenam. Boston: Allyn and Bacon.

Evagorou, M. (2009). An investigation of the potential of interactive simulations for developing system thinking skills in elementary school: a case study with fifthgraders and sixth-graders. International Journal of Science Education, 31 (5), hlm. 655–674.

Fogarty, R. (2009). How to Integrate the Curricula. Edisi ketiga. Singapura: Sage Asia-Pacific Pte.

Food and Agriculture Organization. (2011). E-learning Methodologies: A Guide for Designing and Developing E-learning Courses. Roma: FAO. Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate

Research in Education. Edisi kedelapan. New York: McGraw Hill. Gaden, E.L.Jr. dkk. (1992). Ahlmlications of Biotechnology in Traditional

Fermented Foods. Washington: National Academy Press.

Gall, M.D., Gall, J.Pj., & Borg, W.R. (2003). Educational Research: An Introduction. Edisi ketujuh. United States: Pearson Education, Inc. Gliem, J.A. & Gliem, R.R. (2003). Calculating, Interpreting, and Reporting

Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales.

Makalah pada Midwest Research to Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education. [Online]. Tersedia di:

https://scholarworks.iupui.edu/bitstream/handle/1805/344/Gliem%20 &%20..?sequence=1. Diakses 22 Maret 2014.

Hennessy, S.D, R. & Ruthven, K. (2006). Situated expertise in integrating use of multimedia simulation into secondary science teaching. International Journal of Science Education, 28 (7), hlm. 701–732.


(2)

R. Rudi Romdiansah, 2014

Hodson, Derek. (2008). Towards Scientific Literacy: A Teachers’ Guide to the History, Philosophy and Sociology of Science. Rotterdam: Sense Publishers.

Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). Special issue on scientific literacy.

International Journal of Environmental & Science Education, 4 (3), hlm. 275-288.

Indriyanti, N.Y. & Susilowati, E. (2010). Pengembangan Modul. Materi Pelatihan Pembuatan e-module bagi Guru-guru IPA Biologi SMP se-Kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Malang: Tidak diterbitkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013a). Buku Guru Ilmu Pengetahuan

Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013b). Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 SMP, Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013c). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013d). Peraturan Menteri Pendidikan Dan KebudayaanRepublik IndonesiaNomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar DanMenengah. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013e). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kemdikbud.

Koumi, J. (2006). Designing Video and Multimedia for Open and Flexible Learning. New York: Routledge.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Laugksch, R.C. (2000). Scientific literacy: A conceptual overview. Science Education, 84, hlm. 71-94. John Wiley & Sons, Inc.

Mabri, J.S., Radlick, M., & Doane, W. (2010). Can you hear me now? Student voice: High school & middle schoolstudents’ perceptions of teachers, ICT and learning. International Journal of Education and


(3)

Development using Information and Communication Technology, 6

(4), 64-82.

Martin, M.O. dkk. (2012). TIMSS 2011 International Results in Science. International Association for the EvaluationAchievement (IEA). TIMSS & PIRLS International Study Center. Lynch School of Education. Boston:Boston College.

Mayer, R.E. (2001). Multimedia Learning: Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Terj. Utomo, T.W (2009). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Press Workshop: Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Munir, (2012). Multimedia; Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

National Committee on Science Education Standards and Assessment. (1996).

National Science Education Standards. National Academy of Sciences. [Online] Tersedia di: http://www.nap.edu/catalog/496.html. Diakses 22 Juli 2013.

Newby, T.J. dkk. (2011). Educational Technology for Teaching and Learning. Edisi keempat. New Jersey: Pearson Education.

Next Generation Science Standard. (2013). AHLMENDIX H – Understanding the Scientific Enterprise: The Nature of Science in the Next Generation Science Standards. [Online] Tersedia di: http://www.nextgenscience. org/. Diakses 12 Desember 2013.

OECD. (2013a). PISA 2015: Draft Science Framework. [Online]. Tersedia di:

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Draft%20PISA%202015%20 Science%20Framework%20.pdf. Diakses 3 Desember 2013.

OECD. (2013b).PISA 2012 Results in Focus: What 15-year-olds know and what they can dowith what they know. [Online]. Tersedia di:

http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. Diakses 4 Desember 2013.

Ogunkola, B.J. (2013). Scientific literacy: Conceptual overview, importance and strategies for improvement. Journal of Educational and Social Research, 3 (1), hlm. 265-274.

Okada, A. (2013). Scientific literacy in the digital age: Tools, environments and resources for co-inquiry. European Scientific Journal, 4, hlm.


(4)

263-R. Rudi Romdiansah, 2014

Pallant, J. (2005). SPSS Survival Manual: A Step By Step Guide To Data Analysis Using SPSS For Windows (Version 12). Edisi kedua. Sydney: Allen & Unwin.

Park, H.R. Khan, S. dan Petrina, S. (2009). ICT in Science Education: A quasi-experimental study of achievement, attitudes toward science, and career aspirations of Korean middle school students. International Journal of Science Education, 31 (8), hlm. 993–1012.

Permanasari, A., Riandi. & Rusdiana, D. (2013). Pengembangan Praktikum IPA. Materi Kuliah Pengembangan Praktikum IPA. Jurusan Pendidikan IPA SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Priatna, D.R. (2009). Pembelajaran IPA terpadu pada Topik Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Reece, J.B. dkk. (2012). Campbell Biology; Concepts and Connections. Edisi ke tujuh. San Francisco: Pearson.

Retmana, R.T. (2010). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sians Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan kesembilan.

Bandung: Alfabeta.

Riyana, Cepi. (2007). Pedoman Pengembangan Multimedia Interaktif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Roblyer, M.D. (2006). Integrating Educatiobal Technology into Teaching. Edisi keempat. New Jersey: Pearson Education.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.

Russel, L. (1999). The Accelerated Learning Fieldbook. San Francisco: Jossey-Bass. Terj. Zakkie, M.I. (2011). Bandung: Nusa Media.

Samsudin, A. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) Optika Geometri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(5)

SEG Research. (2008). Understanding Multimedia Learning: Integrating multimedia in the K-12 classroom. Vennsylvania: SEG Research Setiawan, W. (2010). Inovasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Multimedia:

Konsep dan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Multimedia. [Online] Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_ KOMPUTER/196601011991031-WAWAN_SETIAWAN/1._Inovasi _Pembelajaran.pdf. Diakses 14 Februari 2014.

Sharma, A. et al. (2011). Role of ICT in the process of teaching and learning.

Journal of Education and Practice, 2 (5), 1-6.

Showalter, V. (1979). The case for teaching science as a unit. New Trends In Integrated Science Teaching, 5, hlm. 22-25.

Siegel, M.A. & Davis, D.M. (1986). UnderstandingComputer-Based Education.

New York: Random House.

Smaldino, S.E. dkk. (2008). Instructional Technology & Media For Learning. Edisi kesembilan.Terj: Rahman, A. (2011). Jakarta: Kencana Prenada Media.

Su, K.D. et al. (2011). An intensive ICT-integrated environmental learning strategy for enhancing student performance. International Journal of Environmental & Science Education, 6 (1), hlm 39-58.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudiatmika, A.A.I.R. (2010). Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa SMP Dalam Konteks Budaya Bali. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumartati, L. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Makanan dan Pengaruhnya terhadap Kerja Ginjal untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa MTs. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Susanto, A.H. (2008). Membuat Modul Sebagai Bahan Ajar. [online] Tersedia di

http://www.docstoc.com/docs/2652960/MEMBUAT-MODUL-SEBAGAI. Diakses 15 Agustus 2014.

Toharudin, U. (2010). Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains Untuk Pendidikan Dasar. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(6)

R. Rudi Romdiansah, 2014

Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Tausend, J.Y. (2008). Effects of Interactive Multimedia in E-Learning on Learners and Developers. Papers from the 5th Annual Conference for Undergraduate Research in Communication. [Online] Tersedia di:

http://julietausend.com/2012/02/12/effects-of-interactive-multimedia-in-e-learning-on-learners-and-developers/. Diakses 14 Februari 2014. Unesco. (2005) Unesco-Regional_guidelines on Theacher Development for

Pedagogy-Technology Integration. Bangkok: Unesco.

Usman, H.U., & Akbar, R.P.S. (2006). Pengantar Statistika. Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Widyariani, S. (2011). Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif pada Tema Perubahan Iklim untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wenning, C.J. (2006). Assessing Nature of Science Literacy as One Component of Scientific Literacy. Journal of Physics Teacher Education, 3, No. 4, hlm. 1-12.