PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR.

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

Oleh

NURLAELATI 1204755

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMBIMBING 1

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 19580712 198303 2 002

PEMBIMBING 2

Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed NIP. 19670919 199103 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan IPA

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 19580712 198303 2 002


(3)

PERNYATAAN

“Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA

PENJERNIHAN AIR” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya Saya sendiri, dan Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, Saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya Saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya Saya ini”.

Bandung, Maret 2014 Yang membuat pernyatan,

Ttd. Nurlaelati NIM. 1204755


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah disampaikan kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan dan kemampuan lahir dan batin sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan tesis ini sebagaimana yang diharapkan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, dan para sahabat, serta umatnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini merupakan salahsatu upaya penulis untuk memberikan gambaran dan alternatif bagi guru di sekolah yang sudah dituntut untuk melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu. Pembelajaran IPA terpadu yang disampaikan pada penelitian ini adalah model webbed dengan tema penjernihan air, selain itu pembelajaran dilengkapi dengan praktikum serta penayangan video yang diyakini penulis dapat meningkatkan literasi sains siswa, sehingga siswa termotivasi untuk terus mau belajar IPA.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri umumnya bagi guru-guru atau pembaca lainnya. Penulis yakin bahwa tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna, walaupun penulis telah berusaha secara maksimal dalam menulis tesis ini, namun penulis yakin masih banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menyempurnakan tesis ini.

Bandung, Maret 2014

Penulis


(5)

Puja dan puji syukur Saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah tesis dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model Webbed untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Tema Penjernihan Air” telah dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai fihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Suamiku tercinta Drs. Kahdipriatna, serta anak-anakku Yoga Pratama Nuradi,

Gina Driya Lugina, Ahmad Ma’aliyal Ulya, dan Lailatul Munawaroh atas

segala do’a, pengertian, pengorbanan, serta dukungan semangat yang begitu

besar dalam menyelesaikan studi ini

2. Seluruh keluarga besar Bandung terutama Ibunda tercinta, Hj. E. Rusmini Rachim dan adikku tersayang Nurhasanah, S.Pd beserta keluarga yang telah dengan sabar mendampingi dan memfasilitasi selama berlangsungnya studi. Juga seluruh keluarga besar Saketi yang sudah memberikan dukungan serta

do’anya.

3. Yang Terhormat Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. selaku pembimbing satu dan sebagai Kepala Program Studi IPA yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk membimbing, memotivasi, dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Yang Terhormat Dr. Hj. Diana Rochintaniawati, M.Ed. selaku pembimbing dua yang telah banyak memberikan arahan bimbingan, motivasi, saran, dan petunjuk dalam rangka menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak H. Tito Sutanto, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 2 Rangkasbitung, beserta seluruh guru dan staf TU, terutama Bapak Kimber Tanjung, S.Pd. selaku guru IPA serta seluruh siswa kelas VII B dan VII C yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Khotimi Abdurachman, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 1 Maja Kabupaten Lebak.

7. Seluruh staf dosen SPs UPI Bandung, khususnya dosen Program Studi IPA yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan sehingga menambah wawasan penulis.

8. Sahabat-sahabat mahasiswa Program Studi IPA P2TK, teman mahasiswa Prodi IPA reguler angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan pendidikan, penyelesaian penelitian sampai penyelesaian penulisan tesis.

9. Serta seluruh fihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik berupa moril, materil, tenaga maupun pikirannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Atas segala kebaikannya, penulis hanya dapat berdo’a semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.


(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman PERTNYATAAN ...

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

i ii iii iv v vii ix x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional ... F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ...

1 4 5 6 6 8

BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

A. Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed ... B. Literasi Sains ... C. Tinjauan Pembelajaran Tema Penjenihan Air ...

9 20 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... B. Subjek Penelitian ... C. Prosedur Penelitian ... D. Instrumen Penelitian ... E. Tehnik Pengolahan Data dan Hasil Analisis ...

52 52 53 57 63

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Seluruh aspek Di Kelas Eksperimen dan Di Kelas Kontrol ... B. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Masing-masing

aspek Di Kelas Eksperimen dan Di Kelas Kontrol ... C. Keterlaksanaan Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed

pada Tema Penjernihan Air ... D. Hasil Wawancara dengan Siswa ...

69 74 87 96


(8)

Halaman

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...

100 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(9)

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8

Kategori PISA tentang Ilmu IPA ... Kategori PISA tentang Pengetahuan Alam ... Kategori PISA tentang Konsep Aplikasi ... Penjelasan Penilaian Proses Sains oleh PISA ... Aspek Respon Sikap terhadap Isu Sains dalam PISA 2006 ... Deskripsi Enam Level Literasi Sains PISA ... Senyawa yang Terkandung dalam Air Hujan dan Mata Air ... Desain Penelitian ... SK dan KD yang Terkait ... Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran ... Instrumen Penelitian ... Kriteria Umum Penskoran ... Kisi-kisi Soal Literasi Sains ... Kriteria Validasi Item Butir Soal ... Kriteria Reliabilitas Seluruh Soal tes ... Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal ... Kriteria N-gain ...

Tafsiran Kategori Kemampuan ... Pemberian Skor Tanggapan Siswa ... Kriteria Persen Angket ... Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes, Postes, dan N-gain Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes, Postes, dan

N-gain ...

Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pretes, Postes, dan

N-gain di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks Aplikasi Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Sikap Siswa terhadap Isu-isu Sains ...

23 25 26 28 29 33 45 53 54 55 57 58 58 61 62 63 63 65 65 67 68 71 72 72 73 76 78 81 85


(10)

Halaman 4.9

4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Kontak ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Kontak ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Kuriositi ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Kuriositi ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Elaborasi ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Saat Praktikum ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada saat Diskusi ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Pengambilan Keputusan ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Pengambilan Keputusan ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Nexus ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Nexus ... Tahapan Kegaiatan pada Tahap Evaluasi ... Hasil Wawancara dengan Siswa tentang

Pembelajaran Terpadu Model Webbed ...

88 89 90 90 92 92 92 93 94 95 95 96 97


(11)

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4

Pemetaan dan Penyusunan RPP Pembelajaran Terpadu Model Webbed ... Kerangka Asesmen Sains PISA 2009 ... Pemisahan Campuran Pasir dengan Cara

Penyaringan ... Pemisahan Campuran Pasir dengan Cara Destilasi Contoh Zat Padat Bolpoin, Pensil, Pena, Batuan ... Model Partikel Zat Padat ... Bentuk Zat Cair Mengikuti Tempatnya ... Materi-materi yang Diwebbedkan ... Bagan Alur Penelitian ... Rata-rata Hasil Pretes, Postes, dan N-gain ... Rata-rata Nilai Postes Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Rata-rata Nilai Postes Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks Aplikasi Sains di Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Rata-rata Nilai Postes Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

16 32 38 38 39 41 42 54 57 71 75 77 80


(12)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A A.1 A.2 A.3.a A.3.b A.4 A.5 Peta Konsekuensi Struktur Makro.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Teks Bahan Ajar

Soal Tes Tertulis

1 2 3 10 15 29 Lampiran B B.1 B.2 B.3 B.4.

Rancangan Instrumen Penelitian

Format Observasi Kegiatan Pembelajaran Format Observasi Kegiatan siswa

Pedoman Wawancara 44 48 49 52 Lampiran C C.1 C.2 C.3 C.4

Analisis Tes Obyektif Perolehan Nilai Tiap Aspek Distribusi Skala Sikap Siswa Perhitungan SPSS 53 63 100 101 Lampiran D D.1 D.2 D.3

Surat Izin Penelitian Dokumentasi Penelitian Riwayat Hidup

109 110 115


(13)

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model Webbed untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Tema Penjernihan Air” ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana model ini dapat meningkatkan literasi sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran tanpa integrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan Non-randomized

Subject Pretest Posttest Control-Group Design yang menggunakan dua kelompok

subjek penelitian kelas VII di salahsatu SMP Negeri di Rangkasbitung, Banten. Instrumen yang digunakan berupa tes tertulis, lembar observasi, LKS, angket, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu model Webbed dapat meningkatkan literasi sains siswa, lebih baik bila dibandingkan dengan peningkatan literasi sains pada kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu. Signifikansi ini ditunjukkan baik secara keseluruhan maupun pada setiap aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains siswa. Selain itu, pembelajaran IPA terpadu dapat pula membangun sikap positif siswa terhadap isu-isu sains.


(14)

APLICATION OF INTEGRATED SCIENCE BASED LEARNING WEBBED MODEL TO IMPROVE LITERACY SCIENCE STUDENT

AT THE THEME WATER PURIFICATION

ABSTRACT

The research, entitled”Aplication of Integrated Science Based Learning Webbed Model to Improve Literacy science Student at The Theme Water Purification”

aims to know how far this model can improve the scientific literacy of students compared to the learning without integration. The method used in the study is Quasi Experiment with NonRandomized Subject Pretest Posttest Control-Group that uses two group of research subject in class VII at Junir High School in Rangkasbitung, Banten. Instruments used in the form of written tests, observation sheets, worksheets, quetionnaires, and interview guides. The results showed that the integrated science learning webbed models can improve the scientific literacy of students, better when compared with increase in literacy in science class that does not implement an integrated science learning. Significance is shown both overall and in every aspect of content, aplication context, and the process of science students. In addition, an integrated science learning can also built

students’ positive attitudes toward science isues.

Keyword : integrated science learning webbed models, scientific literacy of students


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Hasil studi Program for

International Student Assessment (PISA) terhadap 75 negara pada tahun

2009 Indonesia menduduki peringkat 70 (Knighton, 2010: 32) dalam hal performa sains. PISA mengukur kemajuan pendidikan suatu negara melalui pemahaman peserta didik suatu negara terhadap Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dibandingkan secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di Indonesia belum mampu memahami isi bacaan apalagi mengaplikasikan dan menghubungkannya dengan kehidupan yang dialaminya sehari-hari.

Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka dunia pendidikan pun dituntut untuk mengikutinya, oleh karena itu maka siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah (Problem

Solving Skills), kemampuan teknologi (Tecnology Skills), kemampuan dasar

(Basic Skills), kemampuan berkomunikasi (Communication Skills), kemampuan berpikir kreatif dan kritis (Critical and Creative Thinking Skills), melek informasi digital (Information/Digital Literacy), kemampuan menemukan (Inquairy/Reasoning Skills), kemampuan interpersonal (Interpersonal Skills), dan melek berbagai budaya/berbagai bahasa (Multicultural/multilingual literacy) (Nuryani, 2012).

Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Permen 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Khususnya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA bahwa di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Salingtemas) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan


(16)

2

membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Penelusuran terhadap berbagai hasil penelitian dan pengamatan sebagai guru sains, umumnya kecenderungan pembelajaran IPA di sekolah adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum (Setiawan dalam Mulyitno, 2006 dan Nurhadi dalam Sumartati, 2009). Sementara itu, model pembelajaran yang digunakan para guru di lapangan masih menggunakan metode ceramah atau kadang demonstrasi, sehingga pembelajaran IPA cenderung dihafal dan membosankan. Akibatnya IPA sebagai proses, aplikasi, dan sikap kurang tersentuh dalam proses pembelajaran. Hal lain yang teramati adalah bahwa sampai saat ini, guru belum mempraktekkan model pembelajaran IPA terpadu dengan cara mengajar yang menyenangkan, meskipun kurikulum tahun 2006 menghendaki pembelajaran terpadu. Dampak dari semua ini menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian dengan hanya mengukur ranah kognitif.

Kurikulum tahun 2013 memperkuat kewajiban mengelola pembelajaran sains secara terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP). IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu (Kemendikbud, 2013: 2). Harapannya adalah dengan proses dan materi pembelajaran IPA yang disampaikan secara terpadu dan utuh dapat membangun tidak hanya pemahaman terhadap pengetahuan saja, melainkan juga keterampilan dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari terkait sains. Selain itu sebagai efek penyerta, pembelajaran IPA secara terpadu dapat membangun generasi yang berkarakter dan dapat bersikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab (Kemendikbud, 2013). Keterpaduan ini sangat direkomendasikan untuk diaplikasikan di setiap jenjang pendidikan, terutama pada jenjang Pendidikan Dasar. Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik


(17)

3

dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya (Trianto, 2012).

Sejalan dengan pernyataan Triyanto bahwa dengan memadukan mata pelajaran dapat dihasilkan pembelajaran yang; 1) relevan dengan kebutuhan siswa dan pengalamannya, 2) menekankan kepada kesatuan yang mendasar tentang ilmu pengetahuan, 3) meletakkan dasar yang memadai untuk pembelajaran spesialis berikutnya dan, 4) menambahkan dimensi budaya untuk pendidikan sains (Arbon dalam Opara, 2011).

Keterpaduan pembelajaran pada dasarnya sangat disarankan oleh banyak ahli pendidikan seperti Brown et.al. (1984) dan Perkins et.al (dalam Gardner, 2003) yang menyatakan bahwa seseorang dapat menerima informasi dengan baik kalau disajikan dalam konteks yang beragam dan terpadu. Sebaliknya siswa akan sulit untuk menerima informasi dari pelajaran atau definisi yang terpisah sehingga memungkinkan terjadinya keterampilan yang terisolasi hanya pada salah satu jenis masalah saja. Dengan kata lain pendekatan yang disatukan dapat dipikirkan sebagai suatu “metakurikulum” akan berfungsi sebagai jembatan antar kurikulum standar dan pemikiran di luar konteks atau kurikulum tentang belajar keterampilan yang bertujuan untuk dapat diterapkan pada lintas tema.

Salahsatu pembelajaran IPA terpadu yang dapat diterapkan yaitu model/tipe webbed. Pembelajaran IPA terpadu model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, sebagai contoh tema penjernihan air yang telah dicobakan melalui penelitian ini. Pengembangan tema-tema ini dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antar berbagai sub bidang ilmu yang relevan misalnya biologi, fisika, kimia, sosial, dan lingkungan. Dari tema-tema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.


(18)

4

Adapun kelebihan dari model webbed ini adalah 1) Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati. 2) relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman. 3) mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran. Dan 4) menyediakan sebuah media yang terlihat dan memotivasi siswa. Hal itu sangat mudah bagi mereka untuk melihat bagaimana kegiatan dan ide saling berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa penerapan model pembelajaran webbed dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Wuriyatmi, dkk, 2012).

Pada penelitian ini prinsip-prinsip dasar IPA Terpadu dalam pembelajaran berbasis Sains Teknologi Masyarakat (STM)) juga akan diterapkan dalam pembelajaran untuk memenuhi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) tertentu dalam mata pelajaran IPA. STM didefinisikan sebagai pengajaran dan pembelajaran IPTEK dalam konteks pengalaman manusia (American Association for the Advancement of Science, 1993; National Research Council, 1996; National Science Teachers

Association, 1990, 1990–91 dalam Lee dan Erdogan, 2007). Dengan menerapkan prinsip dasar pembelajaran IPA Terpadu model webbed kemampuan literasi sains (aspek yang diukur dalam PISA) siswa SMP khususnya penguasaan konten, konteks aplikasi, dan proses sains diharapkan dapat meningkat secara signifikan serta mengasah respon sikap siswa terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains pada kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model


(19)

5

webbed dengan kelas yang tidak menerapkan Pembelajaran IPA terpadu

model webbed pada tema penjernihan air ?”

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa SMP pada aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air ?

2. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konten di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model

webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu

model webbed pada tema penjernihan air ?

3. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konteks aplikasi di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air ?

4. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek proses di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model

webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu

model webbed pada tema penjernihan air ?

5. Bagaimanakah sikap siswa di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air ? 6. Bagaimanakah tahapan dan keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu

model webbed di kelas eksperimen ?

7. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed pada tema penjernihan air yang dilakukan ?


(20)

6

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan:

1. Memperoleh informasi tentang penguasaan literasi sains siswa SMP pada aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains pada tema penjernihan air. 2. Memperoleh informasi tentang sikap siswa terhadap isu-isu sains pada

tema penjernihan air.

3. Memperoleh informasi tentang tahapan dan keterlaksanaan penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed

4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru :

a. Memberikan wawasan dan informasi tentang tingkat literasi sains siswa SMP.

b. Memberikan wawasan dan pengalaman tentang penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed.

c. Menjadikan pembelajaran IPA terpadu model webbed sebagai alternatif penerapan model pembelajaran terpadu di sekolah.

2. Bagi siswa

a. Memiliki kemampuan literasi sains dengan melihat hubungan yang bermakna antar konsep

b. Meningkatkan kesadaran siswa dalam menyikapi pentingnya penjernihan air.

c. Meningkatkan minat dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.


(21)

7

Hasil penelitian dapat dijadikan masukkan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran dan tema yang berbeda.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi tentang istilah-istilah yang tertera dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed

Pembelajaran IPA terpadu model webbed merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. (Trianto, 2013). Tema yang dipilih harus relevan dengan kebutuhan siswa karena memaksakan pemaduan isi yang tidak logis atau tidak ilmiah akan menghilangkan nilai pembelajaran IPA terpadu (Sains, 2004: 21).

Tema dalam penelitian ini adalah penjernihan air yang terdiri dari subtema-tema zat cair (kimia), pemisahan campuran (fisika), pengelolaan air tawar (fisika), ekosistem dan saling ketergantungan (biologi), ancaman terhadap kualitas air (kimia), pencemaran air tanah (biologi), pengelolaan lingkungan air (biologi), dan pencemaran air (biologi).

Keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan tema penjernihan air diukur dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa

2. Literasi Sains

Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains siswa, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan


(22)

8

berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia pada tema penjernihan air. Dalam penelitian ini aspek literasi sains yang diukur meliputi aspek konten sains, konteks aplikasi sains, proses sains, dan aspek sikap terhadap isu-isu sains. Aspek konten sains diukur dengan menggunkan tes bentuk pilihan ganda beralasan dan LKS. Aspek konteks aplikasi sains diukur dengan menggunakan tes bentuk pilihan ganda beralasan dan LKS, dan Aspek proses sains diukur dengan menggunakan tes bentuk pilihan ganda beralasan. Sedangkan untuk aspek sikap terhadap isu-isu sains diukur dengan menggunakan angket.

F. Asumsi dan Hipotesa Penelitian 1. Asumsi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa dengan pembelajaran IPA terpadu mampu mendukung peningkatan literasi sains siswa, karena otak bekerja secara asimetris dan mengikutsertakan emosi pada setiap peristiwa dan pikiran, membentuk pola-pola makna untuk membangun gambaran yang lebih besar, dan memberikan kesimpulan tentang informasi yang dimiliki hal ini sejalan dengan kurikulum terpadu yang dapat mengembangkan sikap siswa dalam melakukan beberapa pekerjaan, dengan memadukan beberapa ilmu dalam satu kegiatan sehingga dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi di atas peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :


(23)

9

HA = Terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan antara

kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajan IPA terpadu. H0 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan

antara kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model

webbed dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajan IPA


(24)

52

Nurlaelati, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari perlakuan pembelajaran IPA terpadu model webbed terhadap peningkatan literasi sains siswa pada tema penjernihan air. dengan menggunakan

Pretest-Posttest Control-Group Design. Untuk keperluan pengolahan data digunakan

kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran IPA terpadu model webbed sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran IPA yang tidak terpadu. Desain penelitian ini tergambar pada Tabel 3.1 berikut ini

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen O X1 O1

Kontrol O X2 O1

Keterangan :

X1 = perlakuan berupa pembelajaran IPA terpadu model webbed

pada tema penjernihan air

X2 = perlakuan berupa pembelajaran IPA tidak terpadu

O = pretest (tes awal) O1 = posttest (tes akhir)

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Lebak dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 33 siswa (kelas eksperimen) dan sebanyak 34 siswa (kelas kontrol). Penentuan sampel menggunakan Nonrandomized Subject atau menggunakan kelas-kelas


(25)

53

Nurlaelati, 2014

yang sudah ada dan diyakini oleh peneliti bahwa saat pembagian kelas diasumsikan dibagi secara acak.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan dan menyusun perangkat pembelajaran, adapun kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran IPA SMP

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran terpadu model

webbed.

c. Melakukan studi kepustakaan mengenai penilaian kemampuan literasi sains

d. Menentukan tema yang sesuai dengan SK dan KD. Tabel 3.2 SK dan KD yang Terkait

Standar Kompetesi Kompetensi Dasar

3. Memahami wujud zat dan perubahannya

3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari

4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia

4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia

7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem

7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan Tema yang ditentukan dalam penelitian ini adalah penjernihan air dan subtema terdiri dari zat cair, pemisahan campuran, pengelolaan air tawar, ekosistem dan saling ketergantungan, ancaman terhadap kualitas air, pencemaran air tanah, pengelolaan lingkungan air, pencemaran air. Sedangkan SK dan KD yang terkait dengan tema penjernihan air adalah


(26)

54

Nurlaelati, 2014

wujud zat, pemisahan campuran, dan ekosistem dan saling ketergantungan. Adapun materi-materi yang diwebbedkan terlihat dalam Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Materi-materi yang Diwebbedkan

e. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap terhadap isu-isu sains melalui telaah konteks, konten dan proses.

f. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan kompetensi

g. Membuat peta sekuensi pembelajaran

h. Membuat perangkat bahan ajar, berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.

i. Menguji coba butir soal instrumen penelitian dan menganalisis hasil uji coba soal instrumen penelitian.

j. Memperbaiki instrumen penelitian. k. Mempersiapkan surat izin penelitian.

l. Menghubungi Guru IPA yang bersangkutan untuk menentukan waktu penelitian.

m. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pemisahan campuran

KD 4.2 Zat cair

KD 3.1

Ancaman terhadap kualitas air

KD 7.4 Pencemaran air

KD 7.4

Pencemaran air tanah

KD 7.4

Pengelolaan air tawar KD 4.2 Penjernihan Air

Pengelolaan lingkungan air

KD 7.4

Ekosistem dan saling ketergantungan


(27)

55

Nurlaelati, 2014

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran terpadu model webbed. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Pertemuan pertama digunakan untuk pretes, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal literasi sains siswa pada tema penjernihan air.

b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model

webbed pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol selama 8 pertemuan.

c. Pertemuan terakhir dilakukan postes untuk melihat kemampuan literasi sains siswa pada tema penjernihan air.

d. Pengisian angket dan wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan tema penjernihan air.

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang observer untuk mengamati kegiatan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2013–29 Oktober 2013. Jadwal pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran

Pertemuan

ke Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1 Senin, 21

Oktober 2013

60 menit 20 menit

Pretest

Pembagian kelompok dan tugas

2 Selasa, 22

Oktober 2013

3 x 40 menit

Penyampaian materi, eksperimen, dan diskusi

kelompok

3 Senin, 28

Oktober 2013

2 x 40


(28)

56

Nurlaelati, 2014 Pertemuan

ke Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

4 Selasa, 29

Oktober 2013

3 x 40 menit

Pengisian angket Postest Wawancara

3. Tahap Analisis Data

a. Pengumpulan data.

b. Pengolahan data dengan menggunakan metode statistika. c. Menganalisis semua data penelitian.

d. Pembahasan hasil penelitian. e. Penarikan kesimpulan dan saran.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian seperti yang tertera pada Gambar 3.2 berikut ini:

Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPA

SMP

Studi Kepustakaan Pembelajaran dan Penilaian Literasi Sains

Studi Kepustakaan IPA Terpadu Model Webbed

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan kompetensi

tema penjernihan air

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap

materi melalui telaah konteks, konten dan sikap tema penjernihan air

Pembuatan peta konsekuensi pembelajaran tema penjernihan air Penyusunan teks bahan ajar, RPP dan Instrumen Penelitian tema

penjernihan air

Penentuan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji Coba Butir Soal Instrumen

Perbaikan Menentukan tema


(29)

57

Nurlaelati, 2014

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian. Dalam pengembangan instrumen ini, dilakukan penyusunan instrumen, validitas instrumen dan reliabilitas soal.

Pada penelitian ini instrumen yang disusun meliputi soal tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda beralasan yang digunakan pada pretes dan postes, pedoman wawancara dan angket sikap siswa terhadap isu-isu sains. Secara rinci instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian

No Instrumen Deskripsi Instrumen Target

1 Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja yang digunakan bertujuan untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam

Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

Implementasi

Pretes Kelas Eksperimen Pretes Kelas Kontrol

Postes

KBM dengan Pembelajaran pembelajaran IPA Terpadu Model webbed

KBM dengan Pembelajaran Konvensional

Postes

Wawancara, Angket, Skala Sikap

Analisis Data dan Pembahasan


(30)

58

Nurlaelati, 2014

No Instrumen Deskripsi Instrumen Target

kegiatan kelompok yang

dilakukan pada saat pembelajaran. Lembar kerja ini juga bertujuan untuk melihat kemampuan berkomunikasi dan kerja sama antar anggota dalam kelompok

kerja sama

terutama dalam memecahkan masalah secara berkelompok

2 Tes PG

beralasan

Jumlah soal yang digunakan adalah 20 buah soal. Distraktor yang digunakan berjumlah 4 buah (A, B, C dan D). Tes ini diberikan pada saat pretest dan postest

Mengukur

kemampuan literasi sains siswa

3 Lembar Observasi

Lembar observasi berisi pernyataan-pernyataan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas apakah sesuai dengan RPP yang dibuat atau tidak

Melihat kesesuaian antara RPP yang telah dibuat dengan pembelajaran yang terjadi di kelas

4 Pedoman

Wawancara

Wawancara dilakukan secara terstruktur dan dilakukan setelah pembelajaran

Menggali

kelemahan maupun keunggulan dari pembelajaran yang telah dilakukan 4 Angket

(skala Likert)

Jumlah pernyataan yang diberikan sebanyak 20 buah. Angket diberikan kepada siswa sebelum postes atau kegiatan setelah pembelajaran dilaksanakan

Mengetahui tanggapan/respon siswa mengenai isu-isu sains

dengan tema

penjernihan air.

1. Penyusunan Instrumen Penelitian a. Tes Tertulis

Tes tertulis yaitu kumpulan butir soal yang digunakan untuk mengukur aspek konten, konteks, proses dan sikap sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Butir soal yang disusun sebanyak 20 soal pilihan ganda beralasan (Lampiran A.5)

Kriteria penskoran untuk tes pilihan ganda beralasan dan tes uraian yang digunakan adalah kriteria penskoran yang dikembangkan oleh Archenhold (Dalam Priatna, 2009), yaitu sebagai berikut :


(31)

59

Nurlaelati, 2014

Tabel 3.5 Kriteria Umum Penskoran

Skor Jawaban siswa

2 Sangat baik, jawaban benar dan alasan benar sesuai dengan kunci

1 Jawaban benar tetapi alasan salah atau alasan tidak sesuai dengan kunci

0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah dan alasan salah

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Literasi Sains

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal

Konten

1 Sifat fisika 1,5,9,13,17

2 Sifat kimia 2,6,10,14,18

3 Perubahan fisika 3,7,11,15,19

4 Perubahan kimia 4,8,12,16,20

5 Sifat fisika, sifat kimia, perubahan fisika, dan perubahan kimia

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15,16,17,18,1 9,20

Konteks Aplikasi

1 Air Laut yang Dapat Diminum 1,2,3,4

2 Jenis-jenis polutan pada

pencemaran air

5,6,7,8 3 Kondisi Air Waduk Periode 1996

– 2010 di Indonesia

9,10,11,12 4 Pencemaran limbah cuci jins di

aliran irigasi sungai Layangan

13,14,15,16 5 Pencemaran limbah di Sungai

Ciujung

17,18,19,20

Proses

1 Berkaca pada implikasi sosial dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

1

2 Menerapkan pengetahuan sains dalam situasi tertentu

2,4 3 Menggambarkan atau menafsirkan

fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan

3,9

4 Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah

5,7


(32)

60

Nurlaelati, 2014

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal

penyelidikan ilmiah

6 Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan dibalik kesimpulan

8,20 7 Menafsirkan bukti ilmiah dan

menarik kesimpulan

10 8 Mengidentifikasi prediksi yang

tepat, penjelasan, dan prediksi

11,13,17,18 9 Menafsirkan bukti ilmiah dan

membuat kesimpulan serta mengkomunikasikan

14,19

Sikap/Nilai Terhadap Isu-isu Sains

1 Mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah

1,2,3,4

2 Menunjukkan rasa tanggung jawab secara personal untuk memelihara lingkungan

5,6,7,8

3 Menunjukkan rasa keingintahuan terhadap sains dan isu-isu yang berkaitan dengan sains

9,10,11,12

4 Menunjukkan kemauan untuk mengambil sikap menjaga sumber alam

13,14,15,16

5 Menunjukkan kepedulian pada dampak lingkungan akibat perilaku manusia

17,18,19,20

b. Rubrik Penilaian Kinerja

Dalam penelitian ini Rubrik Penilaian Kinerja berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) bertujuan untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam kegiatan kelompok yang dilakukan pada saat pembelajaran. Selain itu berfungsi sebagai data untuk memperkuat hasil penelitian, terutama untuk mengukur proses sains siswa (Lampiran A.4).


(33)

61

Nurlaelati, 2014

Lembar observasi adalah instrumen yang digunakan pada saat pembelajaran dan berisi pernyatan-pernyataan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas (Lampiran B.2 dan B.3).

d. Pedoman Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematik. Tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan informasi lain yang mendukung analisis data. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran (Lampiran B.4).

e. Angket

Penggunaan angket dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai tanggapan atau respon siswa isu-isu sains yang berhubungan dengan tema penjernihan air. Angket dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala Likert, yaitu penyajian suatu pernyataan kemudian siswa diminta pendapatnya dengan memberi tanda ceklist (√). Angket ini menggunakan empat kategori respon yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) (Lampiran A.5).

2. Validasi Instrumen Penelitian

Kehandalan instrumen diuji dengan uji validitas, uji reliabilitas, dan analisis tingkat kesukaran soal. Pengujian instrumen berdasarkan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas VIII yang berjumlah 115 siswa dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.


(34)

62

Nurlaelati, 2014

Menurut Darmadi (2012: 115) validitas merupakan tingkat dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Sejalan dengan pernyataan Arikunto (2012) bahwa sebuah tes dikatakan valid atau sahih apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Mengukur validitas item butir soal pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan Anates V4 Program. Kriteria validitas item butir soal tertera pada Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Validitas Item Butir Soal

Harga Koefisien Korelasi (rxy) Interpretasi

0,80 - 1,00 sangat tinggi

0,60 - 0,80 tinggi

0,40 - 0,60 cukup

0,20 - 0,40 rendah

0,00 - 0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2012) Hasil uji validitas dengan menggunakan Anates V4 Program diperoleh nilai koefisien korelasi 0,41. Menurut Tabel 3.7 validitas soal termasuk kategori cukup. Data serta pengolahannya disajikan pada Lampiran C.1.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi pengukuran. Menurut Jacobs (1992) suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2012). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Darmadi (2011) bahwa reliabilitas adalah tingkatan dimana suatu tes secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur.

Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas seluruh soal tes menggunakan Anates V4 Program.


(35)

63

Nurlaelati, 2014

Nilai r Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto dalam Priatna , 2009) Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan Anates

V4 Program diperoleh nilai reliabilitas 0,58. Menurut Tabel 3.8

kriteria reliabilitas soal yang digunakan termasuk kategori cukup. Data serta pengolahannya disajikan pada Lampiran C.1.

c. Taraf kesukaran

Menghitung taraf kesukaran soal yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal menggunakan Anates

V4 Program. Kriteria indeks kesukaran soal tertera dalam Tabel 3.9

berikut ini

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran Soal

(Zulaiha, 2007)

Hasil uji tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas butir soal pada uji coba secara keseluruhan dirangkum dalam Tabel 3.10 berikut ini :

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal

No Pokok Uji

Tingkat

Kesukaran Validitas Reliabilitas Tindak Lanjut

1 Sedang Valid Reliabel Digunakan

2 Mudah Valid Reliabel Digunakan

3 Sukar Valid Reliabel Digunakan

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang


(36)

64

Nurlaelati, 2014 No Pokok

Uji

Tingkat

Kesukaran Validitas Reliabilitas Tindak Lanjut

4 Mudah Valid Reliabel Digunakan

5 Mudah Valid Reliabel Digunakan

6 Mudah Valid Reliabel Digunakan

7 Mudah Valid Reliabel Digunakan

8 Sedang Valid Reliabel Digunakan

9 Mudah Valid Reliabel Digunakan

10 Sukar Valid Reliabel Digunakan

11 Sukar Valid Reliabel Digunakan

12 Sukar Valid Reliabel Digunakan

13 Sukar Valid Reliabel Digunakan

14 Sedang Valid Reliabel Digunakan

15 Sukar Valid Reliabel Digunakan

16 Sukar Valid Reliabel Digunakan

17 Mudah Valid Reliabel Digunakan

18 Sedang Valid Reliabel Digunakan

19 Sedang Valid Reliabel Digunakan

20 Sedang Valid Reliabel Digunakan

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar dalam bentuk skor atau nilai yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif merupakan data pendukung yang dianalisis dengan cara deskriptif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Pengolahan Data Pretes dan Postes

Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar berupa penguasaan konten, konteks, dan proses yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.


(37)

65

Nurlaelati, 2014

Analisis data yang diuji dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes c. Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:

Nilai Siswa (%) = ∑ � �

∑ X 100%

d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa Nilai rata-rata = � �

� ℎ �

e. Menentukan peningkatan literasi sains siswa dengan cara menghitung

Normalized Gain (%) pada keseluruhan literasi sains dan tiap aspek

(konten, konteks, dan proses) untuk keseluruhan siswa, dengan rumus: N – gain = % − % − � % %

Keterangan :

� � % = skor tes awal � % = skor tes akhir � ��� % = skor maksimal ideal

Tabel 3.11 Kriteria N-gain

N-gain

Keterangan

Angka (%)

0.00 – 0.30 0 - 30 Rendah

0.31 – 0.70 31 - 70 Sedang

0.71 – 1.00 71 - 100 Tinggi

f. Menilai tingkat penguasaan semua aspek literasi sains siswa berdasarkan kategori kemampuan berikut:


(38)

66

Nurlaelati, 2014

Tabel 3.12 Tafsiran Kategori Kemampuan (Arikunto, 2010)

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat kurang

g. Melakukan analisis statistik skor pretes dan postes untuk menguji signifikansi. Tahap-tahap analisis sebagai berikut:

1) Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorof-Smironov program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai

berikut:

Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.

2) Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program

SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas > 0,05 maka data homogen. Jika nilai signifikansinya < 0,05 maka data tidak homogen.

3) Data yang terdistribusi normal dialakukan uji nonparametik dengan menggunakan Independent Sample t – Test pada program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan

dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0

ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


(39)

67

Nurlaelati, 2014

4) Data yang tidak terdistribusi normal, dilakukan uji nonparametrik berupa U Mann Whitney menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan

dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas eksperimen dengan kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0

ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dengan kontrol 5) Melakukan analisis statistik untuk menguji signifikansi perbedaan

penguasaan setiap aspek literasi sains (konten, konteks aplikasi, dan proses) berdasarkan kategori kelompok siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dengan menggunakan uji z, karena sampel yang digunakan > 30, kemudian penelitian ini membandingkan 2 perlakuan, yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu dan kelas yang menerapkan pembelajaran IPA tidak terpadu. Program SPSS versi 16.0 menggunakan uji nonparametrik berupa U Mann Whitney dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan

dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak

dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


(40)

68

Nurlaelati, 2014

Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi, angket, dan wawancara. Data hasil observasi diperoleh ketika siswa mengikuti pembelajaran, yaitu ketika melalukan praktikum, diskusi, dan menyimak video pembelajaran yang telah dicatat kemudian dideskripsikan dalam bentuk tulisan.

Angket digunakan untuk menganalisis tanggapan siswa terhadap isu-isu sains dengan tema penjernihan air. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase masing-masing jawaban untuk setiap pernyataan dalam angket.

Pemberian skor kepada setiap pernyataan siswa dengan ketentuan seperti pada Tabel 3.13 berikut ini

Tabel 3.13 Pemberian Skor Tanggapan Siswa

Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (SS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif menggunakan perhitungan persentase (%) untuk setiap pernyataannya.

Angket tanggapan siswa dipersentasekan dengan menggunakan rumus:

Persentase = �

ℎ � � × %

Untuk menentukan kriteria persentase dari angket yang diolah, peneliti menggunakan aturan yang dikemukakan oleh Budiarti (Solihat, 2010) pada Tabel 3.12 berikut ini

Tabel 3.14 Kriteria Persen Angket

R (%) Kriteria


(41)

69

Nurlaelati, 2014

R (%) Kriteria

0 < R < 25 Sebagian Kecil

25 < R < 50 Hampir Setengahnya

R = 50 Setengahnya

50 < R < 75 Sebagian Besar

75 < R < 100 Hampir Seluruhnya

R = 100 Seluruhnya

R adalah persentase responden yang menjawab alternatif jawaban untuk item pernyataan.

Data hasil wawancara yang diperoleh dari siswa di kelas eksperimen. Hasil wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan yaitu pembelajaran IPA terpadu model webbed.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, m aka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konten di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air karena nilai untuk seluruh aspek konten sains Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konteks aplikasi di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air karena nilai seluruh aspek konten sains Asymp. Sig.

(2-tailed) < 0,05

3. Pada aspek proses sains dari 9 aspek proses sains 8 aspek memiliki nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air, sedangkan aspek proses “Menafsirkan bukti ilmiah dan

membuat kesimpulan serta mengkomunikasikan” memiliki nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 sehingga tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan pada 2 proses sains antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

4. Pada umumnya siswa sudah dapat menentukan sikap terhadap isu-isu dengan tema penjernihan air karena siswa dapat memilih mana sikap yang positif dan mana yang negatif mengenai tema penjernihan air.


(43)

101

5. Secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil belajar pada aspek literasi sains (konten, konteks, dan proses sains) baik di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed (kelas eksperimen) dengan kelas yang menerapkan pembelajaran IPA tidak terpadu (kelas kontrol). 6. Seluruh tahapan pembelajaran IPA terpadu model webbed di kelas

eksperimen terlaksana mulai dari fase kontak, fase kuriositi, fase elaborasi, fase pengambilan keputusan, fase nexus, sampai pada fase penilaian.

7. Secara umum siswa merasa senang mempelajari tema penjernihan air dengan menggunakan pembelajaran IPA terpadu model webbed. Pemberian tugas dan kegiatan diskusi perlu dilakukan dalam setiap pembelajaran karena dapat membantu siswa dalam memahami konsep IPA. Sebagian besar siswa setuju bahwa pembelajaran yang dilakukan bermanfaat karena berhubungan erat dengan kehidupan di sekitar mereka, baik itu di lingkungan keluarga maupun sosial mereka.

B. Rekomendasi

Penelitian ini menekankan pada aktivitas siswa tetapi dampaknya berpengaruh pada penampilan dan sikap siswa. Berkaitan dengan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pembelajara IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP. 2. Guru dapat mengembangkan pembelajaran IPA terpadu dengan model

yang lain, karena secara umum bahwa pembelajaran dengan IPA terpadu dapat melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotornya.

3. Melalui pembelajaran IPA terpadu model webbed guru dapat melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan emosional dan sosialnya,


(44)

102

karena pemebelajaran diawali dengan mangangkat tema yang ada disekitar kehidupan siswa.

4. Pembelajaran yang dikembangkan pada tema penjernihan air ini hanya satu dari berbagai tema yang dapat digunakan oleh guru atau peneliti yang lain.

5. Kerjasama diantara guru IPA baik yang berlatar belakang pendidikan fisika, biologi, ataupun kimia sangat diperlukan agar implementasi pembelajaran terpadu di SMP semakin berjalan dengan baik.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Asniar. (2012). Software Pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model

Connected untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII pada Tema Rokok dan Kesehatan. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Bahriah, E.S. (2012). Literasi Sains. [Online]. Tersedia http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/05/literasi-sains/ [7 Juli 2012)

Bustami, Yacobus. (2009). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan berpikir Kritis siswa SMA pada Subtopik Pencemaran Air. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Campbell. et al. (2000). Biologi. Jilid 1 (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar. Konsep-konsep Inti. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dahar, Ratna. W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains.

Buku 1 Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Buku 4 Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Buku1 Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Contoh/Model Silabus Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Penerbit Direktorat Pembinaan SMP :

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional. Drechsel, Barbara, Carstensen, Claus and Prenzel, Manfred. (2011). “The Role Of

Content And Context In PISA Interest Scales: A Study Of The Embedded Interest Items In The PISA 2006 Science Assessment”. International


(46)

104

Echols, J.M dan Hassan Shadily. (1998). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Fensham, Peter. (1979). Strategies And Implementation Of Integrated Science

Education At The Post-Secondary Level. Volume V. UNESCO.

Fogarty. R. (1991). The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine Illinois. IRI/Skylight Publishing, Inc.

Fong. et al. (2012). Science Matters. Lower Secondary. Vol. A. Singapore: marshall Cavendish Education

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How To Design And Evaluate Research In

Education, 6thEdition. Singapore: McGrawHill.

Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) : Teori dalam

Praktek. Terjemahan. Batam: Penerbit Lenteraksara.

Gasden T, Beclit P and Dawson G. (1979). The Design And Content Of Integrated

Science Courses. Volume V. UNESCO

Hendrajaya, L. Dkk. (2011). Filsafat Sains. Geliat Sains Dasar Membangun

Bangsa. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Holbrook, J. (1998). A Source Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO Holbrook. et al. (2007). “The Nature of Science Education for Enhancing

Scientific Literacy”. International Journal of Science Education, 29: (11), 1347-1362, First published on: 03 April 2007 (iFirst)

Indrawati. (2009). Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Penerbit PPPPTK IPA

Jacobs, L.C and Chase, C.I. (1992). Developing and Using Test Effectively. A

Guide For Faculty. San Fransisco. USA: Jossey-Bass Publishers.

Jensen, Eric. (2008). Brain-Based Learning : Pembelajaran Berbasis Kemampuan

Otak. Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Pelajar.

Kaniawati, Ida. (2013). Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. Slide Show. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(47)

105

Knighton T, Brochu P, Tomasz G. (2010). Measuring Up: Canadian Results of the OECD PISA Study The Performance of Canada’s Youth in Reading, Mathematics and Science 2009 First Results for Canadians Aged 15.

Statistics Canada, Council of Ministers of Education, Canada.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Ilmu Pengetahuan Alam : Buku

Guru Kelas VII. Jakarta: Penerbit Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lee. et al. (2007). “The Effect of Science Technology–Society Teaching on

Students’Attitudes toward Science and Certain Aspects of Creativity”. International Journal of Science Education. 29, (11), 1315–1327.

Lokan, Jan. (2001). 15-up and counting, reading, writing, reasoning: how literate

are Australian students?: the PISA 2000 survey of students’ reading, mathematical and scientific literacy skills. Australia: National Library of

Australia.

Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.

Muijs, D and Reynolds, D. (2008). Effective Teaching Theori dan Aplikasi. Edisi kedua. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Mulyitno. (2010). Pembelajaran Tematik Pengaruh Zat Aditif Makanan Terhadap

Kesehatan dengan Pendekatan STL (Science Technology Literacy) untuk Meningkatkan Literasi Sains. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Nurdin, A. (2012). Model Pembelajaran Webbed. [Online] tersedia : http://www.ahmatnurdin.com/model-pembelajaran-terpadu-tipe-webbed. html [3 Maret 2013]

Nurdiyanti, Dewi. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Sampah dan

Usaha Penanggulangannya untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Nuryani. (2012). Litersi Sains Untuk Generasi Muda. Slide Show. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nuryani. (2012). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Makalah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(48)

106

OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading,

Mathematic and Science.

OECD. (2007). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World

Executive Summary.

OECD (2009). Pisa 2009 Assessment Framework – Key Competencies In Reading, Mathematics And Science.

Opara, J.A. (2011). “Baja’s Model and The Teaching and Learning of Integrated Science in Nigerian High School System”. International Journal of

Academic Research in Business and Social Sciences. (1)

Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tentang Standar Proses. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Pinto. et al. (2009). “ Scientific Processes in PISA Tests Observed for Science Teachers”. International Journal of Science Education, 31, (16),

2137-2159.

Priatna. D.R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Topik Perubahan Materi

untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI

Bandung: Tidak diterbitkan

Prihantoro, dkk. (1986). Buku Materi Pokok IPA Terpadu. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta Universitas Terbuka

.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Paduan Pengembangan Pembelajaran

IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta : Penerbit Pusat Kurikulum, Balitbang

Depdiknas.

Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011), Seminar PISA : Analisis Trend

Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009. Jakarta: Penerbit

PUSLITBANG KEMENDIKBUD.

Pusat Pengembangan Kurikulum. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran

IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Penerbit Puskur Balitbang Depdiknas.

Rahmadiati, dkk. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi SAINS. Buku 2 dan 3. Jakarta: Penerbit Depdiknas Dirjen Dikdas Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


(49)

107

Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Parametik. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.

Setiawan, W. Dkk. (2001). Biologi Lingkungan 1C. Bandung: Penerbit Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Solihat, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Sains. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suanda, Dedi. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema

Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.

Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Sumartati, Losarini. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Makanan dan

Pengaruhnya terhadap Kerja Ginjal untuk Meningkatkan Literasi sains Siswa MTs. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Tim IPA terpadu. (2011). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Penerbit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Trianto. (2012). Model Pembelajatran Terpadu : Konsep, strategi, dan

Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia.

Wartono. Dkk. (2004). Tema Pelatihan Terintegrasi. SAINS. Buku 4. Jakarta: Penerbit Depdiknas.

Wasis, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Sekolah Menengah Pertama. Kelas VII. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wei, Bing. (2009). ” In Search Of Meaningful Integration: The Experiences Of Developing Integrated Science Curricula In Junior Secondary Schools In China”. International Journal of Science Education, 31, (2), 259-277


(50)

108

Wilujeng, I. (2011). Pengembangan Program IPA Terintegrasi Guna Membekali

Kompetensi Pendidik Calon Guru IPA SMP. Disertasi pada SPs.

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Wuriyatmi, dkk. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajran IPA Terpadu

dengan Menggunakan Pendekatan Guided Inquairy Model Webbed di SMP Negeri 3 Depok dan SMP Negeri 2 Tempel. FPMIPA UNY. Tidak

diterbitkan.

Zulaiha, R. ( 2007). Analisis Butir Soal Secara Manual. Jakarta: Penerbit Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.


(51)

(1)

Echols, J.M dan Hassan Shadily. (1998). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Fensham, Peter. (1979). Strategies And Implementation Of Integrated Science

Education At The Post-Secondary Level. Volume V. UNESCO.

Fogarty. R. (1991). The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine Illinois. IRI/Skylight Publishing, Inc.

Fong. et al. (2012). Science Matters. Lower Secondary. Vol. A. Singapore: marshall Cavendish Education

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How To Design And Evaluate Research In

Education, 6thEdition. Singapore: McGrawHill.

Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) : Teori dalam

Praktek. Terjemahan. Batam: Penerbit Lenteraksara.

Gasden T, Beclit P and Dawson G. (1979). The Design And Content Of Integrated

Science Courses. Volume V. UNESCO

Hendrajaya, L. Dkk. (2011). Filsafat Sains. Geliat Sains Dasar Membangun

Bangsa. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Holbrook, J. (1998). A Source Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO Holbrook. et al. (2007). “The Nature of Science Education for Enhancing

Scientific Literacy”. International Journal of Science Education, 29: (11), 1347-1362, First published on: 03 April 2007 (iFirst)

Indrawati. (2009). Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Penerbit PPPPTK IPA

Jacobs, L.C and Chase, C.I. (1992). Developing and Using Test Effectively. A

Guide For Faculty. San Fransisco. USA: Jossey-Bass Publishers.

Jensen, Eric. (2008). Brain-Based Learning : Pembelajaran Berbasis Kemampuan

Otak. Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Pelajar.

Kaniawati, Ida. (2013). Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. Slide Show. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(2)

Knighton T, Brochu P, Tomasz G. (2010). Measuring Up: Canadian Results of

the OECD PISA Study The Performance of Canada’s Youth in Reading, Mathematics and Science 2009 First Results for Canadians Aged 15.

Statistics Canada, Council of Ministers of Education, Canada.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Ilmu Pengetahuan Alam : Buku

Guru Kelas VII. Jakarta: Penerbit Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lee. et al. (2007). “The Effect of Science Technology–Society Teaching on Students’Attitudes toward Science and Certain Aspects of Creativity”. International Journal of Science Education. 29, (11), 1315–1327.

Lokan, Jan. (2001). 15-up and counting, reading, writing, reasoning: how literate

are Australian students?: the PISA 2000 survey of students’ reading, mathematical and scientific literacy skills. Australia: National Library of

Australia.

Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.

Muijs, D and Reynolds, D. (2008). Effective Teaching Theori dan Aplikasi. Edisi kedua. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Mulyitno. (2010). Pembelajaran Tematik Pengaruh Zat Aditif Makanan Terhadap

Kesehatan dengan Pendekatan STL (Science Technology Literacy) untuk Meningkatkan Literasi Sains. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Nurdin, A. (2012). Model Pembelajaran Webbed. [Online] tersedia : http://www.ahmatnurdin.com/model-pembelajaran-terpadu-tipe-webbed. html [3 Maret 2013]

Nurdiyanti, Dewi. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Sampah dan

Usaha Penanggulangannya untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Nuryani. (2012). Litersi Sains Untuk Generasi Muda. Slide Show. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nuryani. (2012). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Makalah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(3)

OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading,

Mathematic and Science.

OECD. (2007). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World

Executive Summary.

OECD (2009). Pisa 2009 Assessment Framework – Key Competencies In Reading, Mathematics And Science.

Opara, J.A. (2011). “Baja’s Model and The Teaching and Learning of Integrated Science in Nigerian High School System”. International Journal of

Academic Research in Business and Social Sciences. (1)

Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tentang Standar Proses. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Pinto. et al. (2009). “ Scientific Processes in PISA Tests Observed for Science Teachers”. International Journal of Science Education, 31, (16),

2137-2159.

Priatna. D.R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Topik Perubahan Materi

untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI

Bandung: Tidak diterbitkan

Prihantoro, dkk. (1986). Buku Materi Pokok IPA Terpadu. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta Universitas Terbuka

.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Paduan Pengembangan Pembelajaran

IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta : Penerbit Pusat Kurikulum, Balitbang

Depdiknas.

Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011), Seminar PISA : Analisis Trend

Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009. Jakarta: Penerbit

PUSLITBANG KEMENDIKBUD.

Pusat Pengembangan Kurikulum. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran

IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Penerbit Puskur Balitbang Depdiknas.

Rahmadiati, dkk. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi SAINS. Buku 2 dan 3. Jakarta: Penerbit Depdiknas Dirjen Dikdas Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


(4)

Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Parametik. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.

Setiawan, W. Dkk. (2001). Biologi Lingkungan 1C. Bandung: Penerbit Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Solihat, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Sains. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suanda, Dedi. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema

Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.

Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Sumartati, Losarini. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Makanan dan

Pengaruhnya terhadap Kerja Ginjal untuk Meningkatkan Literasi sains Siswa MTs. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Tim IPA terpadu. (2011). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Penerbit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Trianto. (2012). Model Pembelajatran Terpadu : Konsep, strategi, dan

Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia.

Wartono. Dkk. (2004). Tema Pelatihan Terintegrasi. SAINS. Buku 4. Jakarta: Penerbit Depdiknas.

Wasis, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Sekolah Menengah Pertama. Kelas VII. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wei, Bing. (2009). ” In Search Of Meaningful Integration: The Experiences Of Developing Integrated Science Curricula In Junior Secondary Schools In China”. International Journal of Science Education, 31, (2), 259-277


(5)

Wilujeng, I. (2011). Pengembangan Program IPA Terintegrasi Guna Membekali

Kompetensi Pendidik Calon Guru IPA SMP. Disertasi pada SPs.

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Wuriyatmi, dkk. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajran IPA Terpadu

dengan Menggunakan Pendekatan Guided Inquairy Model Webbed di SMP Negeri 3 Depok dan SMP Negeri 2 Tempel. FPMIPA UNY. Tidak

diterbitkan.

Zulaiha, R. ( 2007). Analisis Butir Soal Secara Manual. Jakarta: Penerbit Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.


(6)