Makalah Akuntansi Syariah

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1995 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjaman, pengertian pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar BMT dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.
Pembiayaan merupakan salah satu bentuk kegiatan utama dari suatu BMT
(Baitul Ma’al Tanwil) dalam menyalurkan dana yang telah dihimpun oleh BMT
tersebut, karena dari kegiatan pembiayaan dapat diperoleh pendapatan yang utama
dan menjadi penunjang kelangsungan usaha BMT. Maka dari itu, suatu BMT
dituntut untuk bertindak secara hati-hati dan menggunakan pertimbangan yang
cermat dalam memberikan kredit kepada nasabah yang ingin mengajukan
permohonan pembiayaan.
Disamping kegiatan menyalurkan dana, BMT juga memiliki kegiatan
berupa menghimpun dana dalam bentuk simpanan atau tabungan dan deposito.
Kegiatan inilah yang sebenarnya menentukan pertumbuhan suatu BMT, sebab

volume dana yang berhasil dihimpun tentunya akan menentukan volume dana
yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan. Hal inilah yang membuat setiap
BMT untuk selalu berusaha untuk meningkatkan produk dan pelayanan untuk
lebih baim agar masyarakat menjadi lebih tertarik dan percaya untuk menyimpan
uangnya di BMT.
Bagi dunia perbankan maupun itu perbankan syariah, pendapatan
mempunyai kedudukan yang sangat penting karena dengan adanya pendapatan
pihak bank atau BMT dapat menutupi biaya-biaya yang terjadi selama melakukan
usahanya. Untuk itu, bagi setiap BMT produk pembiayaan merupakan salah satu
kegiatan yang sangat menunjang dalam memperoleh pendapatan. Setiap
1

pembiayaan

yang

disalurkan

kepada


nasabah,

maka

nasabah

harus

mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan tersebut bersama margin
dengan jangka waktu tertentu sesuai akad perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya antara nasabah dengan pihak BMT.
Namun produk pembiayaan ini, tidak lepas dari risiko-risiko yang dapat
timbul di dalamnya. Setiap risiko yang muncul dapat mempengaruhi stabilitas
suatu BMT atau bahkan menyebabkan kerugian. Terlebih lagi, masyarakat dinilai
belum dapat menerima memehami ekonomi syariah. Kemudian dipengaruhi pula
oleh karakteristik masyarakat sekitar yang berbeda-beda. Bagi suatu lembaga
keuangan, risiko yang dapat menyebabkan kerugian seperti ini dapat menganggu
stabilitas dari BMT tersebut.
Dengan munculnya risiko seperti itu, maka diperlukan penaksiran atau
penentuan risiko dalam kegiatan penyaluran dana tersebut. Penentuan risiko atau

risk assessment ini merupakan suatu analisis dan identifikasi terhadap suatu risiko
serta membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko tersebut harus
dikelola. Sehingga dapat dilakukan pengawasan dan penangan terhadap risiko
produk pembiayaan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko tersebut
pada tingkat minimum, dengan mempetimbangkan biaya dan manfaat. Dengan
demikian, kemungkinan terjadinya pengaruh yang merugikan BMT akan menurun
dan kelangsungan usaha BMT tersebut akan tetap terjaga dengan baik.
Dalam produk pembiayaan terdapat beberapa prosedur yang harus
dipenuhi oleh nasabah agar permohonan pembiayaannnya dapat terlaksana dengan
baik. Diantaranya seperti dokumen-dokumen yang digunakan dan kelengkapankelengkapan lainnya harus terpenuhi sesuai dengan yang telah ditentukan, maka
berdasarkan bahan dan keterangan yang telah terkumpul tersebut kemudian
dilakukan analisa untuk dapat mengambil suatu keputusan. Prosedur ini juga
memerlukan pengawasan dalam prosesnya sehingga menghasilkan keputusan
pemberian pembiayaan kepada nasabah yang tepat.

2

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menganilisis tentang
risiko yang terjadi dalam pemberian pembiayaan dan dari hasil penelitian tersebut
penulis mengambil judul “ANALISIS RISK ASSESSMENT TERHADAP RISIKO

PRODUK PEMBIAYAAN PADA BMT (Baitul Ma’al Tanwil)”.

3

MANFAAT PENELITIAN
1)

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang objek yang
diteliti.

2)

Dapat digunakan sebagai bahan atau pengembangan untuk menyusun
laporan penelitian dikemudian hari khususnya mengenai pembiayaan lambaga
keuangan syariah.

3)

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam alternatif membuat suatu kebijakan-kebijakan berkaitan

dengan pembiayaan dan dapt memberikan informasi yang dapat digunakan
bahan pertimbangan dalam produk pembiayaan.

4)

Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
mengenai produk pembayaan dan lebih memperkenalkan ekonomi syariah.

5)

Sebagai bahan perbandingan antara yang diperoleh secara teoritis
dengan aplikasi yang terjadi di perusahaan mengenai gambaran hasil analisis
penentuan risiko dalam produk pembiayaan.

6)

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai risk assessment di lembaga keuangan syariah khusunya produk
pembiayaan.


4

KAJIAN TEORITIS
A.

Pengertian Risiko
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah ‘risiko’. Berbagai

macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko
terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita
menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.
Proses dan hasil dari suatu kegiatan juga jarang sekali dapat diperkirakan secara
sempurna. Pada umumnya terdapat risiko yang mungkin dapat terjadi meskipun
itu kecil.
B.

Macam-macam Risiko
Menurut sifatnya risiko dibedakan tiga macam, yaitu:
1. Risiko murni, adalah risiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian
dan terjadinya tanpa sengaja. Contohnya, kebakaran, bencana alam,

pencurian dan penggelapan.
2. Risiko spekulatif, adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang
bersangkutan agar menguntungkan bagi pihak tertentu. Contohnya, utang
piutang dan perdagangan berjangka.
3. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang karena bukan ditimbulkan oleh individu
tetapi memiliki dampak yang sangat luas. Contohnya, banjir, gempa bumi
5

dan angin topan. Risiko ini dibagi menjadi dua, yaitu risiko khusus dan
risiko dinamis. Risiko khusus merupakan risiko yang bersumber pada
peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya,
seperti kapal kandas dan pesawat jatuh. Sedangkan risiko dinamis
merupakan risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan
masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti risiko
penerbangan luar angkasa.
Sedangkan menurut sumber atau penyebab timbulnya, terdiri dari:
1. Risiko intern, adalah yang berasal dalam suatu perusahaan itu sendiri,
seperti kerusakan aktiva karena kesalahan karyawan dan kecelakaan kerja.
2. Risiko eksten, adalah risiko yang berasal dari luar suatu perusahaan,

seperti pencurian, persaingan dalam bisnis, fluktuasi harga, dan
sebagainya.
C.

Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2002;180), terdapat konsep dasar dari pengendalian

internal, diantaranya:
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian internal merupakan suatu
rangkaian tindakan dan menjadi bagian tidak terpisah, bukan hanya
sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.

6

2. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain.
3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakian memadai,
bukan keyakian mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.

Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan
pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan
pengendalian menyebabkan pengendalian internal tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak.
4. Pengendalian internal ditunjukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Adapun pengertian pengendalian internal yang dikutip oleh Soekrisno
Agoes(2004:75) dari IAI (2001:319.2) sebagai berikut:
Pengendalian internal merupakan ”suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memedai tentang pencapaian tiga golongan
berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan
efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Dari definisi yang diungkapkan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa,
pengendalian internal merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam
unsur dengan tujuan

untuk melindungi harta benda, meneliti ketetapan dan
7


seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi, mendorong efisien operasi dan
menunjang dipatuhinya kebijaksanaan pimpinan.

D.

Tujuan Pengendalian Internal
Dengan adanya danya sistem pengendalian internal, kemungkinan-

kemungkinan pemborosan dan penyelewengan dapat ditekan seminimal mungkin.
Tujuan utama dari pengendalian internal adalah:
1. Mengamankan harta perusahaan.
2. Menjamin terhadap terjadinya hutang yang tidak layak
3. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan.
4. Meningkatkan efisiensi operasi perusahaan.
5. Mendorong ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan
pimpinan perusahaan.
Adapun tujuan sistem pengendalian internal menurut Warren, Reeve, &
Fees (www.wordpress.com) adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

8

E.

Unsur-unsur Pengencalian Internal
Unsur-unsur

pengendalian

internal

sebagaimana

dijelaskan

oleh

Mulyadi(1998:175-185) terdapat lima unsur, yaitu;
1.

Lingkungan

Pengendalian

(Control

Environment)
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu
organisasi

dan

mempengaruhi

kesadaran

personel

organisasi

tentang

pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur
pengendalian internal, yang membentuk disiplin dan struktur.
2.

Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,

analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan
keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansiyang diterima umum.
Penaksiran risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
penaksiran risiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan
dan desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk
mengurangi risiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat.
3.

Informasi dan Komunikasi

9

Sistem

akuntansi

diciptakan

untuk

mengidnetifikasi,

merakit,

menggolongkan, mengalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas,
serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan utang entitas tersebut.
Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan
memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah:
 Sah.
 Telah diotorisasi.
 Telah dicatat.
 Telah dinilai secara wajar.
 Telah digolongkan secara wajar.
 Telah dicatat dalam periode yang seharusnya.


Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah
diringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel

yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka
berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar
organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada
pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi
dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan memo juga merupakan bagian dari
komponen informasi dan komunikasi dalam struktur pengendalian internal.
4.

Aktivitas Pengendalian
10

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan

keyakinan

bahwa

petunjuk

yang

dibuat

oleh

manajemen

dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan
yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian
tujuan entitas.
5.

Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian

internal sepanjang waktu. Pemantuan dilaksanakan oleh personel yang semestinya
melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian
pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah struktur
pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk
menentukan apakah struktur pengendalian internal tersebut telah memerlukan
perubahan krena terjadinya perubahan keuangan.
F.

Pengertian Risk Assessment
Menurut Sukrisno Agoes(2004:75), menjelaskan bahwa risk assessment

atau penaksiran risiko adalah “identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola”.
Sedangkan menurut Mulyadi(1998:215), risk assessment merupakan
“proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur sruktur

11

pengendalian internal entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah
saji material di dalam laporan keuangan”.
Risiko yang relevan dengan laporan keuangan mencakup peristiwa dan
keadaaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan
malaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan.
Kemudian Mulyadi(1998:179) menjelaskan bahwa penaksiran risiko harus
mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan
keadaan, seperti:
1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang
belum pernah dikenal.
2. Perubahan standar akuntansi.
3. Hukum dan peraturan baru.
4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang
digunakan untuk pengolahan informasi.
5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan
pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut.
David Mcnamee dari The Institute of Internal Auditors (The IIA)
menjelaskan bahwa secara garis besar hanya terdapat tiga langkah dalam risk
assessment, yaitu:
12

1.

Menentukan sasaran dan tujuan organisasi.

2.

Menaksir

risiko

(mengidentifikasi,

menganalisa/mengukur

serta

menetapkan prioritas risiko).
3.

Menetapkan kontrol yang dibutuhkan untuk mengendalikan risiko yang
ada.

G.

Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Muhammad(2005:17), yaitu ”pendanaan

yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sndiri maupun lembaga”. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang direncanakan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.
Dalam kaitannya dengan perbakan syariah atau istilah teknisnya, kegiatan
pembiayaan ini disebut sebagai aktiva produktif. Menurut Ketentuan Bank
Indonesia aktiva produktif adalah ”penanaman dana Bank Syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara,
komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah
Bank Indonesia”(Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei
2003).
H.

Tujuan Pembiayaan
13

Dalam buku Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Muhammad(2005:1718) menjelaskan bahwa secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu tujuam pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan
untuk meningkatkan mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
1. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses
ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.
2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha
membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan
melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan
kepada pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
3. Meningkatkan produktivitas, artinya dengan adanya pembiayaan dapat
memberikan peluang bagi masyarakat guna meningkatkan daya produksinya.
Sebab upaya produksi tidak akan dapat berjalan tanpa adanya dana.
4. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha
malalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan
menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan
kerja baru.
5. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktivitas kerja, sehingga mereka akan memperoleh pendapatan dari
hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat
dan jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.

14

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
1. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan
tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan
mampu mencapai laba yang maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba
maksimal maka mereka membutuhkan dana yang cukup.
2. Upaya menimilkan risiko, artinya usaha yangdilakukan agar mampu
menghasilkan laba yang maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Contohnya seperti risiko
kekurangan modal usaha dapat ditanggulangi melalui tindakan pembiayaan.
3. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan
sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan
sumber daya manusia ada, sedangkan sumber daya modal tidak ada. Maka
dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada
dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.
4. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini terdapat
pihak yang memiliki kelebihan sementara pihak yang kekurangan. Dalam
kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi
jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak
yang kelbihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
J.

Jenis-jenis Pembiayaan

15

Muhammad(2005:22-25) menguraikan mengenai jenis-jenis pembiayaan
dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya:
1. Pembiyaan Menurut Tujuan
Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
b. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaaan barang konsumtif.
2. Pembiayaan Menurut Jangka Waktu
Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
a. Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
b. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
c. Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.
Jenis pembiayaan pada bank syariah atau BMT diwujudkan dalam bentuk
aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
1. Jenis aktiva produktif

Jenis aktiva produktif ini dialokasikan dalam bentuk pambiayaan sebagai
berikut:

16

a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi:
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak derdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi : pembiayaan modal kerja,
pembiayaan proyek, pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara pemilik
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu
usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik
dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Aplikasi : pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah perjajnjian jual-beli antara bank dan
nasabah di mana pihak bank syariah atau BMT membeli barang yang
diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah
yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin/keuntungan yang disepakati antara kedua belah pihak. Aplikasi:

17

pembiayaan

investasi/barang

modal,

pembiayaan

konsumtif,

pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan Salam
Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga
terlebih dulu. Aplikasi : pembiayaan sektor pertanian dan produk
manukfakturing.
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan dan penjual. Aplikasi : pembiayaan
konstruksi/proyek/produk manufakturing.
c. Pembiayaan

dengan prinsip

sewa. Untuk jenis

pembiayaan

ini

diklasifikasikan menjadi pembiayaan:
1) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Aplikasi : pembiayaan
sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina
Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina yaitu perjanjian
sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak
menyewa.
18

d. Surat Berharga Syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip
syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal
antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat
berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
e. Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana bank syariah atau BMT pada bank
syariah atau BMT lainnya dan/atau Bank Perkeriditan Syariah antara lain
dalam benuk giro, dan/atau tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan/atau
tabungan mudharabah, pembiayan yang diberikan, Sertifikat Investasi
Mudharabah Antar Bank (Sertifikat IMA) dan/atau bentuk-bentuk
penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
f. Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penanaman dana Bank syariah dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah,
termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang koversi (convertible
bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu
berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau
akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
syariah.
Adapun perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah adalah
bank syariah, BPR syariah dan prusahaan di bidang keuangan lain
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam perundang19

undangan yang berlaku antara lain sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan.
g. Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam
perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt
to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku, termasuk dalam surat utang konvensi (convertible bonds)
dengan saham opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu
yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan nasabah.
h.

Transaksi Rekening Administratif
Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kontijensi (Off
Balance Sheet) berdasrkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi,
akseptasi/endosemen. Irrevocable Letter of Credit (L/C), yang masih
berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, standby L/C dan
garansi lain bersdasarkan prinsip syariah.

i.

Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti
penitipan dana jangka pendek dengan prinsip syariah.

2.

Jenis aktiva tidak produktif
Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan

adalah berbentuk pinjaman, yang disebut dengan:
20

a. Pinjaman Qardh
Pinjaman qardh atau talangan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan
antara bank syariah atau BMT dengan pihak peminjam yang mewajibkan
pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan
dalam jangka waktu tertentu.

21

KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yang mengambil judul Analisis Risk
Assessment terhadap Risiko Produk Pembiayaan pada BMT (Baitul Ma’al
Tanwil). Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu :
Risk assesment berperan besar terhadap

1.

risiko produk pembiayaan dikarenakan pengukuran-pengukuran risiko sangat
penting saat menentukan bahwa produk pembiayaan layak atau tidak untuk
diberikan kepada nasabah.
2. Risk assesment meminimalisir tingkat risiko kerugian akibat dari produk
pembiayaan.
3. Risk assesment sebagai alat pengukur untuk mengambil keputusan produk
pembiayaan kepada nasabah.

22