25
BAB II KEKUATAN HUKUM PUTUSAN KPPU TERHADAP PERKARA
NO. 20KPPU-I2009
Terhadap putusan KPPU tersebut belum mempunyai kekuatan mengikat jika salah satu pihak merasa keberatan atas putusan KPPU tersebut
dapat mengajukan keberatan sesuai dengan ketentuan pasal 44 UU no. 5 Tahun 1999, yang menentukan bahwa dalam waktu 30 tiga puluh hari
sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan putusan Komisi sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat 4, pelaku usaha wajib melaksanakan putusan
tersebut dan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Komisi. Pelaku usaha dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri selambat-
lambatnya 14 empat belas hari setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut. Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka
waktu dianggap menerima putusan Komisi. Apabila ketentuan tidak dijalankan oleh pelaku usaha, Komisi menyerahkan putusan tersebut kepada
penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Putusan Komisi merupakan bukti
permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha RI Surabaya No. 20KPPU- I2009 mempunyai kekuatan mengikat selama para pihak menyetujui ini
putusan KPPU tersebut, namun jika terdapat salah satu pihak yang 25
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26 berperkara keberatan terhadap putusan KPPU tersebut, maka pihak tersebut
dapat mengajukan keberatan tersebut pada Pengadilan Negeri, dengan adanya keberatan tersebut, berarti putusan KPPU belum mengikat para
pihak untuk melaksanakannya. Sarana angkutan menggunakan taksi merupakan suatu sarana
angkutan penghubung khususnya pada Bandara Juanda sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Di Bandara Juanda saat ini ada perusahaan
taksi milik Yayasan Angkatan Laut yang operasional melalui kerjasama dengan PT Angkasa Pura. Pangsa pasar angkutan taksi khususnya di
Surabaya dan Sidoarjo sangat besar dan potensial sekali, sehingga perusahaan taksi selalu berusaha untuk dapat menguasai pasar sarana
angkutan menggunakan taksi di Bandara Juanda. Selain Taksi yang dikelola oleh Angkatan Laut di pasaran terdapat
perusahaan lain yang sama-sama mengoperasionalkan sarana angkutan taksi. Tetapi kenyataannya tidak dapat masuk ke pasar angkutan di Bandara
Juanda. Apabila memperhatikan uraian di atas, maka hal yang menarik untuk
dibahas dalam kaitannya dengan konsep penjualan pelayanan taksi di Bandara Juanda yang dikelola oleh PT Angkasa Pura bekerjasama pengelola
taksi dari Koperasi Angkatan Laut. Sarana angkutan menggunakan taksi dianggap telah melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, karena dapat berakibat terhalangnya perusahaan pesaing untuk masuk pasar yang sama.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27 Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum sebagaimana Pasal
2 UU No. 5 Tahun 1999. Hal ini berarti bahwa adanya suatu larangan dalam perdagangan jika lebih mementingkan keuntungan diri sendiri tanpa
memperhatikan pelaku usaha lain, karena bisa menimbulkan suatu praktik- praktik perdagangan yang tidak sehat. Perhatian keseimbangan antara
kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum dengan cara membiarkan mekanisme pasar berlangsung dengan bebas sesuai dengan
prinsip dalam Pasal 33 UUD 1945, bahwa : Pasal 33 UUD 1945 terkandung makna perlindungan kepentingan rakyat melalui pendekatan kesejahteraan
dengan membiarkan mekanisme pasar berlangsung dengan bebas. Selain itu, memberikan petunjuk bahwa jalannya perekonomian nasional tidak begitu
saja diserahkan kepada pasar, untuk itu diperlukan peraturan perundang- undangan yang mengaturnya.
17
Meskipun di dalam pasar dituntut adanya suatu persaingan usaha yang sehat, namun pelaku usaha dalam menjalankan usahanya akan selalu
mencoba memaksimumkan keuntungan yang dapat diraihnya. Keuntungan yang paling besar bagi pelaku usaha adalah jika dia dapat menguasai pasar
dan menentukan apa yang harus terjadi pada pasar tersebut. Keinginan pelaku usaha untuk menguasai pasar tersebut dapat dilakukan dengan
17
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004., hlm.
76.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28 berbagai cara, salah satu cara yaitu untuk menghambat pelaku usaha lain
untuk masuk ke pasar.
18
Adapun definisi Pelaku usaha telah diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 5 UU No. 5 Tahun 1999 yang menentukan:
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Dari ketentuan Pasal di atas maka nampak bahwa Koperasi Angkatan Laut yang mengelola angkutan menggunakan taksi. Sarana angkutan
menggunakan taksi dan Rekan sebagai pelaku usaha, maka ini harus menghindarkan diri dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Persaingan usaha yang tidak sehat terjadi karena adanya suatu perjanjian yang dilarang dan karena adanya suatu kegiatan yang dilarang. Di
antara perjanjian-perjanjian yang dilarang yaitu kartel. Perjanjian kartel dapat dikenakan larangan menurut Pasal 11 dari Undang-undang anti
Monopoli, namun harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
19
1 adanya suatu perjanjian;
2 perjanjian tersebut dilakukan dengan pelaku usaha pesaing;
3 tujuannya untuk mempengaruhi harga;
4 tindakan mempengaruhi harga dilakukan dengan jalan mengatur
produksi danatau pemasaran barang danatau jasa tertentu; 5
tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
18
Ibid, h. 39.
19
Budi Kagramanto, Op. Cit., h. 170.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29 Adanya perjanjian yang isinya menyangkut penentuan harga, maka
di pasar terjadi suatu persaingan yang tidak sehat, karena pelaku usaha tidak
dapat bebas dalam menentukan harga barang yang dijualnya. Kartel
diartikan sebagai suatu asosiasi berdasarkan suatu kontrak di antara perusahan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yang
dirancang untuk mencegah adanya suatu kompetisi yang tajam, dan untuk mengalokasi pasar, serta untuk mempromosikan pertukaran pengetahuan
hasil dari riset tertentu, mempertukarkan hak paten dan standardisasi produk tertentu.
Biasanya melalui kartel ini, anggota kartel tersebut dapat menetapkan harga atau syarat-syarat perdagangan lainnya untuk mengekang
suatu persaingan sehingga hal ini dapat menguntungkan para anggota kartel yang bersangkutan. Aspek yang destruktif lainnya dari kartel adalah bahwa
kartel dapat mengontrol atau mengekang masuknya pesaing baru dalam bisnis yang bersangkutan.
Perjanjian tersebut dilakukan dengan pelaku pesaing maksudnya pelaku yang memproduksi jasa yang sama yaitu usaha taksi. Dalam hal ini
sarana angkutan menggunakan taksi yang dianut oleh Koperasi Angkatan Laut bekerjasama dengan PT Angkasapura dalam bentuk kerjasama,
sehingga unsur perjanjian tersebut dilakukan dengan pelaku usaha pesaing. Unsur tujuannya untuk mempengaruhi harga, harga argo angkutan
menggunakan taksi akhir-akhir ini khususnya di Bandara Juanda sangat dirasakan memberatkan konsumen, hal ini tidak lepas dari adanya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30 keterlibatan pihak-pihak dalam hal ini para perusahaan pengelola taksi yang
lain, sehingga dapat mempermainkan harga sarana angkutan menggunakan taksi khususnya di Bandara Juanda.
Unsur tindakan mempengaruhi harga dilakukan dengan jalan mengatur produksi danatau pemasaran barang danatau jasa tertentu. Koperasi
Angkatan Laut dan PT Angkasapura yang mengoperasionalkan sarana angkutan menggunakan taksi telah menguasai Bandara Juanda, maka dengan
penguasaan pasar sarana angkutan menggunakan taksi di Bandara Juanda terjadinya tindakan mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Pasal 17 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 tentang monopoli termasuk
dalam kegiatan yang dilarang, unsur-unsurnya terdiri atas:
20
1 Melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa. 2
Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli; dan atau
3 Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
persaingan usaha tidak sehat. Pihak yang melakukan penguasaan pasar dalam hukum pidana
disebut sebagai barang siapa, yaitu subyek hukum pidana, dalam kaitannya dengan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yaitu pelaku
usaha. Pelaku usaha dalam hal ini Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura menggunakan taksi, selaku badan hukum.
20
Partner-ship for Business Competition, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya Di Indonesia
., h. 102.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31 Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura angkutan
menggunakan taksi dapat dikatagorikan telah melakukan perbuatan persaingan usaha tidak sehat, apabila terbukti melakukan perbuatan yang
memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 17 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999. Ad. 1. Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
Pelaku usaha dalam hal ini Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura, perusahaan berbentuk badan, berkedudukan di Indonesia.
Penguasaan maksudnya menguasai penjualan produk berupa sarana angkutan menggunakan taksi.
Penguasaan pemasaran sarana angkutan menggunakan taksi mengakibatkan pelaku usaha pesaing dalam hal ini Koperasi Angkatan Laut
dan PT Angkasapura mengoperasionalkan taksi di Bandara Juanda berakibat terhalangnya perusahaan taksi lainnya untuk memasuki pasat yang sama
yaitu di Bandara Juanda. Karena pelaku usaha pesaing dalam perusahaan pengelola taksi yang lain tidak dapat berpartisipasi dalam pasar yang sama
atau sengaja menciptakan barrier to entry dengan cara refusal to deal dan melakukan primary boycott yaitu di pasaran sarana angkutan menggunakan
taksi khususnya di Bandara Juanda. Hal ini berarti bahwa unsur melakukan penguasaan atas suatu pasar jasa telah terpenuhi.
Ad.2. Mengakibatkan terjadinya praktek monopoli Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli. Monopoli maksudnya penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32 usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Menguasai pasar berarti
mempunyai posisi dominan. Posisi dominan cenderung dimiliki pelaku usaha yang secara fisik telah menguasai pasar secara dominan. Tanpa
adanya penguasaan pasar yang dominan tidak mungkin pelaku usaha tertentu atau kelompok pelaku usaha tertentu dapat memiliki posisi dominan
atas pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha lain yang menjadi saingannya.
21
Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura mengoperasionalkan angkutan menggunakan taksi, dengan cara mengadakan
kerjasama dalam bentuk perjanjian, dengan harapan agar lebih memperhatikan penjualan sarana angkutan menggunakan taksi khususnya di
Bandara Juanda sehingga pemasaran sarana angkutan menggunakan taksi tersebut mendominasi pada pasar sarana angkutan menggunakan taksi
khususnya di Bandara Juanda. Subekti mengartikan perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
22
Penjualan dengan cara-cara tersebut menjadikan pasar sarana angkutan menggunakan taksi di Bandara Juanda dikuasai oleh Koperasi
Angkatan Laut dan PT Angkasapura sekitar 100 dengan Hal ini berarti unsur penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli telah terpenuhi. Ad. 3. Mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
21
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., h. 37-38.
22
Subekti, Op. Cit., h. 1.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33 Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha sebagaimana Pasal 1 angka 6
UU No. 5 Tahun 1999. Pemasaran sarana angkutan menggunakan taksi di Banrada Juanda dengan cara-cara tersebut dimaksudkan untuk menghalang-
halangi pelaku usaha pesaing dalam hal perusahaan taksi yang lainnya masuk ke pasar Bandara Juanda. Cara-cara yang demikian dikualifikasikan
sebagai suatu cara pemasaran yang tidak jujur, karena tidak memberi kesempatan kepada pelaku usaha pesaing. Tindakan yang demikian
termasuk sebagai tindakan yang dilarang, sehingga unsur Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek persaingan usaha tidak
sehat telah terpenuhi. Memperhatikan hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa Koperasi
Angkatan Laut dan PT Angkasapura dikatakan telah melakukan perbuatan monopoli penggunaanoperasional sarana angkutan menggunakan taksi
khusunya di Bandara Juanda, karena telah memenuhi keseluruhan unsur Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999. Penjualan sarana angkutan menggunakan
taksi tersebut dilakukan dengan cara-cara yang terlarang, karena menghambat pelaku usaha pesaing dalam hal ini perusahaan angkutan taksi
untuk masuk pasar yang sama, karena terjadi penguasaan pasar yang dilakukan dengan cara menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34 untuk melakukan kegiatan usaha pada pasar bersangkutan; atau menghalangi
perusahaan taksi lainnya sebagai pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu. Penguasaan pasar dengan cara-cara sebagaimana tersebut di atas adalah dilarang sesuai dengan Pasal 19 UU No. 5 Tahun 1999.
Penguasaan pasar sarana angkutan menggunakan taksi yang dilakukan oleh Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura, menjadikan
Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura, mendominasi penjualan sarana angkutan menggunakan taksi khususnya di Bandara Juanda. Hal ini
berarti bahwa Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura, telah melakukan perbuatan yang dilarang dalam hal ini menempatkan pada posisi
yang dominan sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999. Adapun unsur-unsur posisi dominan dalam Pasal 25 ayat 1 UU No.
5 Tahun 1999, sebagai berikut: 1
Memiliki dan menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung. unsur pertama “memiliki dan menggunakan
posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung”, dalam hal ini dilihat keberadaan Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura
yang menjual produknya melalui kerjasama dengan perusahaan penghasil sarana angkutan menggunakan taksi, memang dikatakan
memiliki posisi dominan dalam arti menguasai pangsa pasar bila
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35 dibandingkan dengan pelaku usaha pesaing yang menjual produk sarana
angkutan menggunakan taksinya tanpa melakukan kerjasama dengan perusahaan yang memproduksi sarana angkutan menggunakan taksi
lainnya pada wilayah tertentu dengan hanya memiliki pangsa pasar sebesar 12 .
2 Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
atau menghalangi konsumen untuk memperoleh barang atau jasa, dalam hal ini Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura dalam menjalankan
usahanya dapat dikatakan memenuhi unsur kedua, mengingat kiat atau cara menjual barang-barang menggunakan model penjualan sarana
angkutan menggunakan taksi dengan mengadakan kerjasama dalam bentuk perjanjian dengan perusahaan penghasil sarana angkutan
menggunakan taksi yang lainnya mengakibatkan perusahaan pesaing tidak dapat masuk pasar yang sama yaitu pasar sarana angkutan
menggunakan taksi di Bandara Juanda. 3
Membatasi pasar dan pengembangan teknologi Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura yang berkerja sama dengan perusahaan yang
memproduksi sarana angkutan menggunakan taksi lainnya. 4
Menghambat pelaku usaha lain menjadi pesaing dalam hal ini para perusahaan angkutan menggunakan sarana taksi untuk memasuki pasar
bersangkutan, Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura angkutan menggunakan taksi yang menjual sarana angkutan menggunakan taksi
melalui kerjasama dengan perusahaan yang memproduksi sarana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36 angkutan menggunakan taksi lainnya dengan memberikan suatu
keuntungan dan intensif dilakukan dengan membatasi atau menghambat pelaku usaha lain berpotensi yang menjual dagangannya berupa sarana
angkutan menggunakan taksi menjadi pesaing untuk memasuki pasar. Dikatakan demikian karena apa yang dijual oleh Koperasi Angkatan
Laut dan PT Angkasapura tidak berbeda dengan yang dijual oleh pedagang-pedagang sarana angkutan menggunakan taksi pesaing di
pasar, karena pedagang lainnya justru berada di wilayah yang sama. Sedangkan posisi dominan diatur dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5
Tahun 1999, dengan ketentuan: a.
Satu pelaku usaha menguasai 50 pangsa pasar atau lebih satu jenis barang atau jasa. Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura
merupakan suatu perusahaan yang berbentuk kelompok usaha dalam arti perusahaan terbuka, dalam menjalankan usahanya, telah menguasai lebih
dari 50 lima puluh persen atau lebih bahkan 100 pangsa pasar sarana angkutan menggunakan taksi jenis barang atau jasa tertentu dapat
dikatakan telah melakukan persaingan usaha tidak sehat. Hal ini terbukti bahwa alasan pelaku usaha pesaing menjalankan usaha dengan
mengadakan kerjasama dengan perusahaan yang memproduksi sarana angkutan menggunakan taksi lainnya, menjadikan pelaku usaha pesaing
menderita kerugian karena penurunan omset penjualan. Sehingga unsur Satu pelaku usaha menguasai 50 pangsa pasar atau lebih satu jenis
barang atau jasa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37 b.
Dua atau tiga pelaku usaha 75 atau lebih untuk satu jenis barang atau jasa. Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura., menjalankan usaha
memasarkan produk sarana angkutan menggunakan taksi dengan membuat atau mengadakan perjanjian dengan dua atau perusahaan lain
yang sejenis yaitu memproduksi sarana angkutan menggunakan taksi. Memperhatikan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep dagang yang dilakukan oleh Koperasi Angkatan Laut dan PT Angkasapura yang mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain yang
memproduksi sarana angkutan menggunakan taksi merupakan suatu bentuk persaingan usaha secara tidak sehat, sebagaimana UU No. 5 Tahun 1999
yang melarang praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Oleh karenanya jika dengan penerapan konsep dagang tersebut para pelaku usaha
pesaing merasa dirugikan, maka para pelaku usaha pesaing dapat melaporkan pada KPPU atas dasar Koperasi Angkatan Laut dan PT
Angkasapura telah melakukan larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Memperhatikan uraian dan pembahasan sebagaimana tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa perjanjian kerjasama antar pelaku usaha termasuk
atau dapat dikategorikan sebagai perjanjian yang dilarang menurut Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat”, karena tindakan keempat perusahaan yang memproduksi sarana angkutan menggunakan taksi tersebut telah memenuhi
keseluruhan unsur Pasal 11 UU No. 5 Tahun 1999.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38 Berdasarkan pembahasan sebagaimana tersebut di atas
dapat dijelaskan bahwa PT. Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya, yang melarang taksi dari perusahaan lain
untuk memasuki Bandara Juanda Surabaya memang disengaja untuk menghalang-halangi pelaku usdaha pesaing masuk ke dalam pasar yang
sama. Tindakan yang demikian adalah salah. Perihal kesalahan dapat dilakukan atas dasar kesengajaan dan karena kelalaiannya. Kesengajaan
merupakan perbuatan manusia mempunyai kesalahan, terdapat dua sifat dalam hal melaksanakan perbuatan tersebut, yaitu kesengajaan dolus dan
kelalaian culpa. Perbuatan dilakukan dengan sengaja adalah perbuatan yang dikehendaki dan dilakukan dengan penuh kesadaran. Tindakan PT.
Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya, tersebut dapat dikualifikasikan sebagai kesalahan yang memang sengaja
diperbuat. KPPU dalam putusannya No. 20KPPU-I2009 menyatakan :
1. Menyatakan Terlapor I: PT Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;
2. Menyatakan Terlapor II: Primer Koperasi Angkatan Laut Surabaya terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 17 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999; 3. Menyatakan Terlapor I: PT Angkasa Pura I Persero Cabang
Bandara Internasional Juanda Surabaya dan Terlapor II: Primer Koperasi Angkatan Laut Surabaya tidak terbukti melanggar Pasal 19
huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; 4. Memerintahkan Terlapor I: PT Angkasa Pura I Persero Cabang
Bandara Internasional Juanda Surabaya dan Terlapor II: Primer Koperasi Angkatan Laut Surabaya untuk menerapkan tarif
argometer dalam operasional taksi di Bandara Juanda Surabaya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39 selambat-lambatnya 1 satu tahun setelah Putusan ini memiliki
kekuatan hukum tetap; 5. Memerintahkan Terlapor I: PT Angkasa Pura I Persero Cabang
Bandara Internasional Juanda Surabaya untuk membuka kesempatan kepada operator taksi yang telah memiliki Izin Operasi dari Dinas
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan Izin Berusaha sebagai penyedia layanan jasa taksi di
lingkungan Bandara Internasional Juanda Surabaya dengan tetap mempertimbangkan load factor penumpang dengan ketersediaan
armada taksi selambat-lambatnya 3 tiga tahun setelah Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
6. Menghukum Terlapor I: PT Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya dan Terlapor II: Primer
Koperasi Angkatan Laut Surabaya membayar denda masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,- satu milyar rupiah apabila melanggar
butir 4 empat dan 5 lima amar Putusan ini, yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Kementerian Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha.
Putusan KPPU yang menyatakan bahwa PT Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut ternyata dianggap merugikan oleh PT Angkasa Pura I
Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999. Hal ini berarti bahwa putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan.
Putusan KPPU tersebut PT Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya keberatan dan mengajukan upaya
pemeriksaan pada Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri menolak permohonan keberatan yang diajukan oleh PT Angkasa Pura I Persero
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
40 Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya, dan akhirnya PT Angkasa
Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya mengajukan upaya kasasi pada Mahkamah Agung. Mahkamah Agung dalam
putusannya menolak permohonan kasasi PT Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya. Hal ini berarti bahwa baik
Pengadilan Negeri maupun Mahkamah Agung dalam putusannya menguatkan putusan KPPU. Putusan Mahkamah Agung tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk memaksa PT Angkasa Pura I Persero Cabang Bandara Internasional Juanda Surabaya agar tidak melakukan
praktik monopoli dalam pengelolaan taksi di Juanda dan memberikan kesempatan yang sama terhadap perusahaan pengelolaan taksi untuk masuk
ke pasar Bandara Juanda.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
41
BAB III BENTUK UPAYA HUKUM DARI PARA PIHAK TERHADAP PUTUSAN