Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari membaiknya suatu kinerja pemerintah dalam melakukan tugasnya. Keterkaitan antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pemerintah diharapkan dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga terbentuklah sebuah standar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Standar pelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan dan masyarakat sebagai pihak penerima pelayanan. Tujuannya, untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas (sasaran) utama yang harus dilayani.

Kabupaten Kuningan khususnya Kantor Sekretariat Daerah adalah merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana daerah di bidang pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Kabupaten Kuningan sebagai salah satu wilayah Negara Republik Indonesia telah menunjukkan kemandiriannya dengan kemajuan dan peningkatan daerah seiring dengan Pembangunan Nasional di segala bidang baik dalam pertumbuhan ekonomi sosial kemasyarakatan maupun kehidupan masyarakatnya. Tetapi disisi lain penerapan pembangunan


(2)

tersebut juga mengandung resiko yang memerlukan antisipasi negara, antara lain menurunnya pelayanan masyarakat yang diakibatkan oleh cara kerja dari aparatur atau pegawai sebagai pelaksana untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu peningkatan pelayanan masyarakat perlu untuk ditingkatkan, tidak hanya pada sistem prosedur yang digunakan, tetapi yang lebih penting lagi adalah kepada manusianya yang dalam hal ini adalah mengenai semangat kerja pegawai perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pimpinan.

Visi Pemerintahan Kabupaten Kuningan tersebut dapat diwujudkan atau dijalankan dengan dirumuskannya 4 misi sebagai penunjang keberhasilan, misi tersebut sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kebijakan pemerintah daerah 2. Meningkatkan efektifitas dan efisien koordinasi antar SKPD 3. Meningkatkan kualitas administrasi dan sumber daya aparatur 4. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan

Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan adalah unsur staf Pemerintah kabupaten kuningan, yang di pimpin oleh Sekretariat Daerah yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Berdasarkan peraturan Bupati Kuningan Nomor 31 tahun 2008 Sekretariat Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyusun kebijakan, mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga


(3)

teknis daerah, pelayanan administratif serta melaksanakan tugas pemerintah umum lainnya.

Implementasi adalah studi perubahan bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik bagaimana organisasi di diluar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain.

Kebijakan adalah suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Kebijakan mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan.

Implementasi Kebijakan merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (arti luas). Implementasi kebijakan meliputi proses dari input, output, dan outcomes. Sehingga dari implementasi kebijakan tersebut, mengubah keputusan atau kebijakan menjadi tindakan operasional Implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa yang timbul dari program kebijakan itu. Implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.


(4)

Implementasi sendiri diartikan sebagai cara agar kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk memformulasikan atau yang menjadi pertimbangan dalam proses pembuatan kebijakan publik. Output dari kebijakan publik bisa menjadi umpan balik bagi perumusan suatu kebijakan.

Penempatan Pegawai adalah untuk menempatkan orang tepat dan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan pegawai, sehingga sumber daya manusia yang ada menjadi produktif.Penempatan yang tepat merupakan suatu cara bukan hanya untuk mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan menuju prestasi kerja tinggi bagi pegawai itu sendiri, akan tetapi juga merupakan bagian dari proses pengembangan pegawai di masa depan.

Kepegawaian Daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sekurang-kurangnya meliputi perencanaan, persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan, dan pelatihan. Disamping itu ada penggajian, pemberhentian, pensiun, pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab, larangan, sanksi, dan penghargaan. Bagian tersebut merupakan subsistem dari sistem kepegawaian secara nasional. Dengan demikian, kepegawaian daerah merupakan suatu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional.

Sistem kepegawaian secara nasional, memiliki posisi yang sangat penting. Karena dapat menyelenggarakan pemerintahan dan difungsikan


(5)

sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian kewenangan. Kewenangan tersebut di bidang kepegawaian, dan akan diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah.

Penempatan pegawai untuk mengisi jabatan dilakukan melalui kualifikasi umum. Dimana akan menjadi kewenangan masing-masing tingkatan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk pengisian jabatan tertentu memerlukan kualifikasi khusus, seperti tenaga ahli di bidang tertentu, pengalaman kerja tertentu dan prestasi kerja di kabupaten atau kota. Sehingga pembina kepegawaian tingkat Provinsi dan atau pemerintah dapat memberikan fasilitas tersebut.

Penempatan pegawai karena suatu prestasi. Prestasi disini adalah dalam mengerjakan suatu pekerjaan, seseorang memiliki kinerja yang baik. Kinerja tersebut dapat di lihat dan di nilai oleh Pimpinan masing-masing. Sehingga setelah di proses dan memiliki kualifikasi yang bagus akan menempati jabatan yang telah ditentukan. Penempatan pegawai bukan di lihat dari berapa lama seseorang bekerja, karena walaupun sudah bertahun-tahun kerja tetapi tidak memiliki kinerja yang baik, maka tidak mungkin diberikan suatu jabatan.

Seperti telah diketahui bahwa manusia unsur terpenting dalam setiap organisasi di mana terdapat unsur pimpinan dan bawahan. Pimpinan harus mampu mendorong bawahan yang dipimpinnya agar bersedia bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan


(6)

sebelumnya dan mampu membimbing para bawahan agar mereka mempunyai semangat kerja yang tinggi. Usaha untuk meningkatkan semangat kerja yang tinggi, seorang pimpinan harus tanggap terhadap kondisi lingkungan kerja yang ada. Yaitu mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, menyediakan peralatan kantor dan kondisi yang memadai, lingkungan kerja yang nyaman dan tidak membosankan.

Percepatan peningkatan kinerja pegawai di suatu pemerintahan, tidak diikuti dengan percepatan yang sama di sektor publik. Sehingga masyarakat dapat melihat adanya ketidakseimbangan dalam standar kualitas pemberian pelayanan. Hal ini, secara tidak langsung tuntunan masyarakat agar pemerintah meningkatkan kinerja. Semakin tinggi, kinerja akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan rakyat. Maka segera mungkin mengevaluasi kinerja pemerintah melalui demonstrasi atau jalur-jalur lainnya.

Pengelolaan pegawai secara profesional dimulai sejak perekrutan pegawai, penyelesaian, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya serta proses pemberhentian. Instansi atau lembaga, mempunyai banyak pegawai yang secara potensi berkemampuan tinggi tetapi tidak mampu berprestasi dalam kerja.

Permasalahan lain dalam susunan organisasi pemerintah yang masih belum sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan. Pembagian tugas antar instansi atau unit yang kurang jelas, menyebabkan munculnya


(7)

aparatur yang kurang professional. Prosedur standar yang belum tersedia secara baku serta sistem pengawasan pun belum efektif. Hal ini merupakan bukti, bahwa suatu organisasi maupun para aparatur belum bisa mengatur para aparatur secara maksimal serta mengarahkan para pegawai menjadi pegawai yang professional di bidangnya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi di Indonesia khususnya di pemerintahan, informasi telah terbukti penting dalam pengambilan suatu keputusan dan proses pengembangan sumber daya aparatur yang professional. Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam proses manajemen. Dengan adanya informasi dalam sebuah organisasi pemerintahan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan mudah diselesaikan melalui interaksi antar pegawai. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu keputusan dalam bertindak. Berdasarkan permasalahan diatas tentang penempatan jabatan pegawai yang tidak sesuai dengan profesional di bidangnya dan keahliannya sehingga dalam jabatan yang diberikan kurang begitu cocok dengan dalam melaksakan kerja dan tugasnya di dalam suatu instansi pemerintahan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis mengambil judul KKL sebagai berikut: “Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan“.


(8)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mempermudah dalam proses pembahasan, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Komunikasi Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan?

2. Bagaimana Sumber Daya Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan?

3. Bagaimana Disposisi Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan?

4. Bagaimana Struktur Birokrasi Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan?

1.3 Maksud dan Tujuan KKL

Maksud dari KKL adalah untuk lebih mengetahui implementasi kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Seketariat Daerah Kabupaten Kuningan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam KKL ini adalah:

1. Untuk mengetahui komunikasi Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.


(9)

2. Untuk mengetahui sumber daya Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

3. Untuk mengetahui Disposisi antar organisasi Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

4. Untuk mengetahui struktur birokrasi Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

1.4 Kegunaan KKL

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Secara teoritis, penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori

tentang Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

2. Kegunaan Praktis, KKL yang dilakukan dengan cara pencarian data langsung ke sumber data yang bersangkutan, dan dapat memberikan kegunaan bagi instansi yaitu Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Kuningan itu sendiri.

1.5 Kerangka Pemikiran

Suatu negara memerlukan adanya kebijakan begitu pun dengan pemerintah, oleh karena itu kebijakan ditujukan untuk mengarahkan


(10)

tindakan-tindakan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini sejalan dengan pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa:

“kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang , kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2005:3).

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Lasswell dan Kaplan juga mengemukakan pengertian kebijakan yang dikutip M.Irfan Islamy dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Kebijakan adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah (Lasswell dan Kaplan dalam Islamy, 2004:17).

Berdasarkan pengertian di atas suatu kebijakan berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Edward III menyebut istilah kebijakan publik dalam bukunya yang berjudul Implementation problems approach, pengertiannya sebagai berikut :

“Implementasi Kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.”


(11)

Kebijakan Publik sesuai apa yang dikemukakan oleh Edward III mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Suatu kebijakan apabila sudah dibuat maka harus diimplimentasikan untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Berdasarkan pengertian di atas, suatu kebijakan suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Kebijakan mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan.

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Keberhasilan implementasi kebijakan dapat dikembangkan melalui Model Direct and Indirect Impact on Implementation oleh Edward III. Dimana ada empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:

1. Komunikasi 2. Sumber daya


(12)

3. Disposisi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

4. Struktur birokrasi

Adapun penjelasan dari 4 variebel yang dikemukakan oleh Edward III adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi

komunikasi merupakan salah-satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik”. Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Infromasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik.

2. Sumber daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan.


(13)

3. Disposisi antar atau sikap para pelaksana

merupakan salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan dengan perencanaan.

4. Struktur birokrasi

Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan publik dalam institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap hierarkinya.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur dan dilihat dari proses pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapainya atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tidak jauh berbeda apa yang diutarakan oleh Merille Grindele, sebagai berikut:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksana program sesuai dengan apa yang telah ditentukan yaitu dengan melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut dapat tercapai”. (Merille Grindele, dalam Agustino, 2006:153).

Implementasi kebijakan merupakan tahapan-tahapan yang penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau


(14)

tidaknya tercapainya tujuan. Hal ini dipertegas oleh Chiep J.O Udoji dengan mengatakan bahwa:

“Pelaksana kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan”. (Chiep J.O Udoji dalam Agustino, 2006:154).

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut minimal tiga hal. Pertama adanya tujuan dan sasaran kebijakan Kedua adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan ketiga adanya hasil kegiatan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan sesuatu proses yang dinamis dimana pelaksana kebijakan melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan dan implementasi itu harus diterapkan dan di jalankan pada prakteknya bukan sekedar teori.

Kepegawaian berasal dari kata pegawai yang artinya orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapatkan imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang telah ditentukan) kemungkinan besar akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pegawai inilah yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kebijakan adalah suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Kebijakan


(15)

mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan.

2. Implementasi Kebijakan adalah suatu proses yang dinamis dimana pelaksana kebijakan melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan dan implementasi itu harus diterapkan pada prakteknya bukan sekedar teori.

Mengukur suatu keberhasilan implementasi tersebut dilihat dalam indikator sebagai berikut:

1. Komunikasi kebijakan, meliputi:

a. Transmisi adalah Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Bila penyaluran komunikasi tejadi kesalahan (miskomunikasi) di beberapa tingkatan birokrasi, diharapkan akan terdistorsi di tengah jalan.

b. Kejelasan adalah Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan. Ketidakjelasan pesan tidak selalu menghalangi implementasi, tetapi pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan suatu kebijakan.

c. Konsistensi adalah Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Karena jika perintah yang diberikan


(16)

berubah-ubah, dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumber daya kebijakan, meliputi:

a. Staf adalahSalah satu yang disebabkan oleh staf/pegawai yang

tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.

b. Informasi Ada 2 bentuk :

1). Informasi adalah yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan.

2). Informasi adalah mengenai data kebutuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

c. Wewenang adalah Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik.

d. Fasilitas adalah Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung maka implementasi kebijakan tidak akan berhasil.


(17)

3. Disposisi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Disposisi meliputi:

a. Pengangkatan birokrat adalah Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.

b. Insentif adalah Salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif.

4. Struktur birokrasi, meliputi:

a. Standard Operating Prosedures (SOP) adalah Suatu kegiatan rutin para pegawai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan setiap hari sesuai dengan standar yang ditetapkan.

b. Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab terhadap suatu wilayah kebijakan di antara beberapa unit organisasi.


(18)

Adapun model kerangka pemikiran adalah sebagai berikut : Bagan 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penulisan 1.6.1 Metode Laporan KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.

Dengan demikian dalam penulisan Usulan Penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, Metode deskriptif diartikan sebagai :

Komunikasi Sumber daya Disposisi Struktur birokrasi

Implementasi Kebijakan Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten

Kuningan

Implementasi Kebijakan Sekretariat Daerah


(19)

“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. Penelitian deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian” (Bungin, 2001:124).

Dengan mencermati definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian deskriptif dengan merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran dan uraian yang jelas, sistematis, faktual dan akurat dalam sebuah penelitian serta penulis merupakan instrumen kunci dalam sebuah KKL yang mengutamakan kualitas data, artinya data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat (tidak menggunakan analisis statistika).

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam KKL ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian, yaitu:

1. Studi Pustaka (Library Research)

KKL yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan penulis tidak merupakan duplikasi.


(20)

2. Studi Lapangan (Field Research)

Peninjauan yang dilakukan langsung pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan Sub Bagian Kepegawaian menangani penempatan jabatan yang menjadi objek KKL dengan tujuan yaitu, mencari bahan-bahan sebenarnya, bahan-bahan-bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu penulis juga melakukan suatu KKL dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi (Observation)

Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dan Sub Bagian Umum dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan penulis terhadap Implementasi Kebijakan Sekretariat Daerah dalam penempatan pegawai berdasarkan penempatan jabatan di Pemerintah Kabupaten Kuningan.

Dengan menggunakan cara penelitian di atas penulis ingin mengetahui kebenaran pandangan teoritis tentang masalah yang diselidiki dalam hubungannya dengan dunia kenyataan. Disamping juga untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, bahwa secara umum pengumpulan data berarti penerimaan data yang dilakukan dengan cara Studi Pustaka (Library Research), Studi Lapangan (Field Research), yang


(21)

meliputi Observasi (Observation). Pengumpulan data didasarkan pada suatu metode atau prosedur artinya, supaya data yang diinginkan dapat terkumpul secara lengkap dan baik dari studi perpustakaan maupun lapangan.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan KKL adalah analisis deskriftif kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai “strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data” (Suyanto, 2005:183).

Menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif menyebutkan ada tiga unsur dalam kegiatan proses analisis data, sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisis dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat.


(22)

Penulis menggunakan analisis ini supaya dapat mengklasifikasikan secara efektif dan efisien mengenai data-data yang terkumpul, sehingga siap untuk di interprestasikan. Data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam dan kredibel serta bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

1.7 Lokasi dan Waktu KKL

Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan , yang beralamatkan di Jalan Siliwangi No.88 Kuningan Jawa Barat 45511 Telp.(0232) 871045.

Jadwal KKL tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1

Jadwal Penelitian

Waktu Kegiatan

Tahun 2011

Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Observasi lokasi

Penelitian

Pengajuan Judul Penelitian

Penyusunan Usulan Penelitian

Bimbingan Laporan KKL Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan KKL

Pengumpulan Laporan KKL


(23)

23

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Implementasi Kebijakan 2.1.1 Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Van Horn dan Van Meter yang dikutip oleh Subarsono :

"tindakan-tindakan oleh individu publik dan swasta (atau kelompok) yang diarahkan pada prestasi tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya".( Van Horn Dan Van Meter dalam Subarsono 2006 : 100).

Berdasarkan definisi diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau


(24)

tidak bagi masyarakat.Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan dibawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”. (Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab,2004:68).

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang,


(25)

kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

Menurut uraian di atas, jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat, Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

2.1.2 Kebijakan publik

Kebijakan secara efistimologi, istilah kebijakan berasal dari bahasa Inggris “policy”. Akan tetapi, kebanyakan orang berpandangan bahwa istilah kebijakan senantiasa disamakan dengan istilah kebijaksanaan. Padahal apabila dicermati berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksanaan berasal dari kata “wisdom”.

Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang dihadapi.


(26)

Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa:

“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2004:3).

Berdasarkan definisi di atas, kebijakan mengandung suatu unsur tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan pada pelaksanaannya tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika di implementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.


(27)

Menurut Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2005:3). Melengkapi uraian tersebut, peneliti mengemukakan beberapa pengertian kebijakan dari para ahli yang ahli dalam kajian tersebut, yaitu:

1. Laswell dan Kaplan yang dikutip oleh M.Irfan Islamy mengemukakan pengertian kebijakan adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah (Laswell dan Kaplan dalam Islamy, 2004:17).

2. Pengertian kebijakan publik menurut Dye yang dikutip oleh Widodo, kebijakan publik adalah apa pun yang pemerintah pilih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Dye dalam Widodo, 2007:12).

3. James E. Anderson yang dikutip oleh Subarsono, mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah (Anderson dalam Subarsono, 2006:2).

4. Sedangkan menurut David Easton yang dikutip oleh Subarsono, ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Easton dalam Subarsono, 2006:3).

Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa kebijakan publik merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan


(28)

untuk mengatur masyarakat yang berupa nilai-nilai dan tindakan-tindakan. Kebijakan publik juga harus melihat keadaan masyarakat secara nyata agar kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat luas. Selain itu juga pemerintah dalam membuat dan merealisasikan kebijakan harus mengikutsertakan masyarakat, masyarakat jangan dianggap sebagai subyek pelengkap saja melainkan peran masyarakat sangat penting karena kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dapat diterima oleh masyarakat.

2.1.3 Implementasi kebijakan

Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh pembuat kebijakan bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada warga negaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari


(29)

Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh Joko Widodo adalah sebagai berikut :

“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian” (Mazmanian dan Sabatier dalam Widodo, 2001:192).

Kebijakan adalah sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka m encapai tujuan tertentu.

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke negaraan. Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn adalah :

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:65).


(30)

Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik, sementara itu suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

Sejalan dengan kutipan di atas maka menurut Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, bahwa implementasi adalah:

“implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno, 2002:101-102). Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Berdasarkan pengertian implementasi di atas Van Meter dan Van Horn mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi yang dikutip oleh Wahab, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan


(31)

3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

5. Sikap para pelaksana, dan

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:79).

Sedangkan dalam pandangan Edwards III yang dikutip oleh Subarsono, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

1. Komunikasi

komunikasi merupakan salah-satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik”. Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Infromasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik.

2. Sumber daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain


(32)

sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan

3. Disposisi

merupakan salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan dengan perencanaan.

4. Struktur birokrasi

Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan publik dalam institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap hierarkinya.

Berdasarkan keempat variabel di atas, lebih jelas akan di uraikan sebagai berikut:

Komunikasi implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, sehinggga apabila membuat kebijakan tidak salah dalam membuat kebijakannya. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal


(33)

tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Sumber daya, walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya finansial. Sumber daya ini sangat berpengaruh terhadap pelaksaan kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan berjalan dengan baik.

Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan.

Struktur organisasi, merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya.


(34)

2.2 Tinjauan Penempatan Pegawai

Seseorang akan bekerja secara berdaya guna dan berhasil guna apabila mengetahui dengan jelas posisinya dalam suatu organisasi kerja. Kejelasan itu sangat penting artinya bagi setiap pegawai karena memungkinkan mengetahui peranan dan sumbangan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan organisasi kerja secara keseluruhan.

Pegawai adalah mereka yang menyumbangkan jasanya kepada suatu badan usaha baik pegawai swasta maupun pegawai negeri. Pegawai negeri yang diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dalam Bab I ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :

“Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Penempatan pegawai sangat menentukan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.

a. Pengertian penempatan pegawai Menurut Siswanto (1990:9) penempatan pegawai adalah sebagai berikut:


(35)

“Penempatan pegawai adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang lulus dalam seleksi sesuai minat, bakat, pendidikan, pengalaman dan prestasi yang dimiliki dengan persyaratan yang dibutuhkan organisasi dan dijalankan secara kontinuitas dan kronologis dengan wewenang dan tanggung jawab sebesar porsi dan komposisi yang telah ditentukan dan diberikan, serta mampu mempertanggungjawabkan segala resiko dan kemungkinan yang terjadi atas tugas dan pekerjaan wewenang dan tanggung jawab tersebut.”(Siswanto 1990:9)

Penulis dapat artikan bahwa penempatan tenaga kerja atau yang menyangkut pegawai baru artinya pengaturan awal bagi suatu jabatan, sedangkan penempatan bagi pegawai lama mengandung arti promosi, mutasi dan demosi. Nawawi (1992:129) menyatakan :

“Pegawai harus ditempatkan dengan posisi dan perannya yang lebih jelas di dalam organisasi kerja, baik pegawai lama maupun pegawai baru yang diperoleh sebagai hasil seleksi“..Sedangkan menurut Marwansyah dan Mukaram (2000:59) Penempatan pegawai adalah : “Penugasan atau penugasan kembali pegawai pada suatu pekerjaan atau jabatan baru“.(Nawawi 1992:123)

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penempatan pegawai harus sesuai dengan pekerjaan, dimana memperhatikan persyaratan kesesuaian antara minat, bakat, pendidikan, pengalaman dan prestasi pegawai dengan jenis dan tingkat pekerjaan/jabatan yang dipercayakan kepadanya. Dengan kata lain penempatan harus berpegang kepada prinsip The right man on the right place.

Selanjutnya khusus untuk mengisi jabatan yang kosong dalam memimpin unit kerja dengan mengambil pegawai dari dalam, hendaklah dipertimbangkan dengan senioritas, yang tersirat didalam masa kerja masing-masing pegawai. Tindakan mengabaikan pertimbangan senioritas


(36)

dapat menimbulkan rasa kecewa, sehingga pegawai menjadi kurang produktif. Disamping itu jika rasa kecewa cukup besar dapat menimbulkan aktivitas negatif secara sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan organisasi kerja secara keseluruhan. Lebih lanjutnya Nawawi (1992:129) menyatakan bahwa :

“Pertimbangan senioritas saja belum cukup, karena akan dapat berakibat buruk pada organisasi kerja, terutama jika pegawai yang bersangkutan ternyata tidak berprestasi karena kemampuannya rendah”. (Nawawi 1992:129)

Untuk itu senioritas harus disejajarkan dengan prestasi kerja. Dengan kata lain untuk mengisi suatu jabatan yang kosong dengan mengambil pegawai dari dalam hendaknya dipertimbangkan juga prestasi kerjanya, pertimbangan tersebut sangat penting artinya dalam penempatan pegawai untuk efektivitas kerja pegawai.

Yang dimaksudkan dengan prestasi kerja menurut Hasibuan (1997:105) adalah :

“Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.(Hasibuan 1997:105)

Prestasi kerja pegawai dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki pegawai yang meliputi pengetahuan, keahlian dan sikap / perilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Mitrani (1995:27) yang mengartikan Kompetensi sebagai Kemampuan, yaitu :

“Suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya dapat meningkatkan prestasi kerja”.


(37)

Sedangkan menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Nomor: 43/KEP/2001 Kompetensi adalah:

“Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan, keahlian dan sikap/prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya”.

Dari pendapat diatas dapat dimaksudkan dengan kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan, keahlian, sikap / perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatannya, sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi penempatan.

Dalam pelaksanaan penempatan pegawai, Siswanto (1990:9) mengemukakan bahwa dalam penempatan pegawai harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Prestasi Akademis.

Prestasi akademis yang telah dicapai oleh tenaga kerja selama mengikuti jenjang pendidikan harus mendapatkan pertimbangan berat ringannya wewenang dan tanggung jawab yang akan diterima.

2. Faktor Pengalaman.

Pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis yang telah dialami sebelumnya, perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan tenaga kerja tersebut.Karena tinggi rendahnya ketrampilan kerja ditentukan oleh pengalaman bekerja yang


(38)

bersangkutan, selain itu pegawai yang mempunyai pengalaman bekerja juga memerlukan latihan petunjuk yang lebih singkat. 3. Faktor Kesehatan Fisik dan Mental.

Faktor ini sebagai bahan pertimbangan pada tempat mana tenaga kerja yang bersangkutan ditempatkan, diberi tugas dan pekerjaan yang cocok baginya.

4. Faktor Status Perkawinan

Faktor ini juga menentukan bagi pelaksanaan penempatan terutama tenaga kerja wanita yang telah berkeluarga.

5. Faktor Usia.

Dalam rangka penempatan tenaga kerja faktor usia pada diri tenaga kerja yang lulus dalam seleksi, perlu mendapatkan pertimbangan seperlunya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh tenaga yang bersangkutan.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penempatan pegawai harus jelas posisi dan peranan dari pegawai yang ditempatkan. Agar prestasi kerja pegawai dapat terwujud, maka dalam penempatan pegawai perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain:

1. Penempatan Pegawai Baru (Calon Pegawai). Sebelum seorang pegawai ditempatkan maka pegawai tersebut memerlukan orientasi


(39)

terlebih dahulu, untuk mengenal lingkungan kerja yang akan dihadapinya. Pertemuan orientasi merupakan sambutan yang resmi dari organisasi, pertemuan ini hendaknya diadakan dengan keramahtamahan dan penuh pengertian. Hari-hari pertama dalam kegiatan biasanya mempunyai rasa ragu-ragu dan malu dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pegawai baru memerlukan kepastian, ketenangan, kepercayaan dan dorongan ke arah yang benar sehingga ia dapat menemukan jalan pekerjaannya sendiri. Program orientasi yang ideal memberikan kepada setiap pegawai baru tentang kepercayaan dan kebanggaan dalam dirinya sendiri serta organisasi,pertemuan yang diselenggarakan dengan baik sulit dilupakan oleh pegawai. Apabila program orientasi telah dilaksanakan, maka hasil dari program orientasi ini akan dijadikan pertimbangan bagi seorang pegawai baru untuk ditempatkan pada posisinya.

2. Penempatan Pegawai Lama

Telah diketahui bahwa penempatan pegawai baru merupakan kelanjutan dari hasil seleksi yang kemudian diberi tugas dan tanggung jawab sebesar porsi dan komposisi yang telah ditetapkan, sedangkan untuk penempatan pegawai lama mengandung arti pelaksanaan alih tugas yang terdiri dari :

a. Mutasi, Hasibuan (1997:114) menyatakan: “Mutasi adalah perubahan posisi/jabatan/tempat pekerjaan yang dilakukan baik


(40)

secara herizontal maupun vertikal (promosi/demosi), dengan tujuannya adalah untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja dalam organisasi”. Sedangkan menurut Marwansyah dan Mukaram (2000:59) mutasi adalah : “Perpindahan dari suatu jabatan keposisi lain dengan gaji, tanggung jawab dan jenjang organisasi relatif sama“. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan mutasi adalah perubahan atau perpindahan posisi atau jabatan ke posisi lain yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam organisasi, dimana gaji, tanggung jawab dan jenjang organisasi yang relatif sama. Mutasi atau perpindahan pegawai dapat terjadi karena Keinginan pegawai itu sendiri yang disebabkan:

1) Pegawai merasa tidak sesuai dengan bidang tugasnya atau jabatannya.

2) Pegawai tidak dapat merasa bekerja sama dengan rekan sekerjanya atau dengan atasannya.

3) Pegawai merasa bahwa tempat atau lingkungan kerja tidak sesuai dengan kondisi fisik pegawai.

Dari uraian tersebut,bahwa mutasi atau pemindahan pegawai sangat penting dan perlu dilakukan baik dilihat dari kepentingan pegawai maupun kepentingan organisasi.


(41)

b. Promosi

Istilah promosi adalah kemajuan, maju kedepan, pemberian status dan penghargaan yang lebih tinggi. Pengertian promosi menurut Wursanto (1997:68-69) adalah sebagai berikut:

1) Promosi adalah kemajuan seorang pegawai dalam mengerjakan suatu tugas sehingga ia dapat diberi tugas yang lebih besar tanggung jawabnya. Prestise dan gaji pegawai tersebut pun lebih tinggi.

2) Promosi adalah perubahan jabatan dari jabatan semula ke jabatan yang lebih tinggi yang mengandung tanggung jawab atau kekuasaan yang lebih besar (kadang-kadang diikuti dengan kenaikan pangkat).

3) Promosi adalah sesuatu perubahan dalam tengga kekuasaan, tingkat, derajat dan pangkat.

4) Promosi adalah kenaikan jabatan, disertai dengan kekuasaan dan tanggung jawabnya sebelumnya.

Dari empat pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa promosi adalah suatu kenaikan jabatan yang dialami oleh seseorang pegawai disertai dengan kekuasaan yang lebih tinggi dan tanggung jawab yang lebih besar.

c. Demosi.

Sikula (Hasibuan,1997:130) menyatakan : “A demotion a movement with an organization from one position to another that in valves either a decrease in pay or decrease in status”. Artinya


(42)

Demosi adalah perpindahan dalam suatu organisasi dari suatu posisi ke posisi lainnya yang melibatkan penerimaan gaji/bayaran atau status.

Sedangkan menurut Marwansyah dan Mukaram (2000:59) “Demosi adalah perpindahan dari suatu jabatan keposisi lain dengan gaji, tanggung jawab, dan jenjang organisasi yang relatif rendah“. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa demosi dilaksanakan dalam usaha untuk menghindari kerugian perusahaan yang diakibatkan oleh karyawan tidak dapat melaksanakan job description, idak disiplin, tidak jujur serta mampu mengerjakan tugas yang telah diberikan atau memiliki prestasi kerja yang rendah.

2.3 Penempatan Jabatan

Proses dalam penempatan jabatan bermula dari analisis jabatan, deskripsi jabatan atau persyaratan jabatan. Analisis jabatan adalah suatu penentuan dari suatau jabatan yang meliputi tugas, tanggung jawab dan hubungan dengan jabatan lain dalam organisasi, serta persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan agar seseorang mampu melaksanakan tugas dalam jabatan itu dengan baik. Pelaksanaan penempatan yang tepat akan tercipta manakala kemampuan bekerja dari pegawai sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Keputusan mengenai penempatan dimaksudkan untuk menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat.


(43)

2.3.1 Pengertian Penempatan Jabatan

Penempatan Pegawai adalah tempat untuk para pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan dalam pekerjaannya.

Menurut Bambang Wahyudi (2002:94) yang di maksudkan penempatan pegawai adalah: “suatu proses pendayagunaan pegawai dengan menempatkan calon pegawai pada unit kerja yang telah direncanakan menerima tambahan tenaga”. Menurut Veithzal Rivai (2004:211) mengemukakan bahwa penempatan pegawai adalah : “Penempatan penugasan atau penugasan kembali dari seseorang kepada pekerjaan barunya”. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2004:63) menyatakan tentang penempatan pegawai yaitu: “penempatan adalah menempatkan calob karyawan yang di terima (lulus seleksi) pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkan dan sekaligus mendelegasikan authority (otoritas) kepada orang tersebut”.

2.3.2 Faktor Penempatan Jabatan a. Faktor prestasi akademis

Prestasi akademis yang telah dicapai oleh pegawai selama mengikuti jenjang pendidikan, sebelumnya harus mendapatkan pertimbangan dalam menempatkan di mana pegawai yang bersangkutan harus melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mengemban wewenang dan tanggung jawab. Pegawai yang


(44)

memiliki prestasi akademik yang tinggi harus ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang diperkirakan dia mampu mengembannya.

b. Faktor pengalaman

Pengalaman bekerja pada pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya, perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan pegawai. Pengalaman bekerja banyak memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Pengalaman bekerja yang dimiliki oleh seseorang, kadang-kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang menjulang tinggi.

c. Faktor kesehatan fisik dan mental

Faktor ini perlu mendapatkan pertimbangan dalam menempatkan pegawai karena tanpa dipertimbangkan, hal-hal yang dapat merugikan organisasi tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Walaupun kurang akurat tingkat kepercayaan terhadap hasil tes kesehatan yang dilakukan, terutama tentang kondisi fisik, namun sepintas lalu dapat dilihat kondisi fisik pegawai yang bersangkutan untuk dipertimbangkan, pada tempat mana pegawai yang bersangkutan diberikan tugas dan pekerjaan yang cocok baginya berdasarkan kondisi fisik yang dimiliki. Melihat kesehatan mental, sebenarnya tak semudah menilai kesehatan fisik, karena untuk


(45)

menguji kesehatan mental diperlukan dokter khusus yang ahli tentang lingkup tersebut.

d. Faktor status perkawinan

Faktor ini juga sebagai bahan pertimbangan dalam menempatkan pegawai yang bersangkutan terutama wanita yang telah berkeluarga. Pegawai wanita yang mempunyai suami perlu mendapatkan pertimbangan apalagi jika sudah mempunyai anak. e. Faktor usia

Dalam rangka menempatkan pegawai, faktor usia pada diri pegawai yang lulus dalam seleksi, perlu mendapatkan pertimbangan untuk menghindarkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh pegawai yang bersangkutan.

2.3.3 Metode Penempatan Jabatan

Pemilihan metode sangat penting dilaksanakan, agar supaya pelaksanaannya efektif dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Manajer yang cakap akan menerapkan metode yang sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Penempatan karyawan seperti promosi, transfer, dan demosi hendaknya dilakukan dengan metode yang efektif dan efisien supaya tercapai manfaat yang optimal.

Sebelum mengadakan penempatan pegawai dalam hal ini perlu melihat metode-metode yang harus ditempuh dalam penempatan pegawai.


(46)

Adapun metode-metode yang harus ditempuh adalah : a. Menetukan kebutuhan-kebutuhan Sumber Daya Manusia.

b. Mengupayakan persetujuan anggaran untuk mengadakan atau mengisi jabatan.

c. Mengembangkan kriteria penempatan yang valid. d. Pengadaan (recruitment).

e. Mengadakan test atau sebaiknya men screening para pelamar. f. Menyiapkan daftar dari para pelamar dan pegawai yang berkualitas. g. Mengadakan seleksi pegawai.


(47)

47

OBYEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 3.1.1 Sejarah Kabupaten Kuningan

Pada awal penetapan, terdapat dua alternatif dalam penentuan hari jadi Kabupaten Kuningan yang di usulkan oleh tim penulisan Sejarah Kuningan yang di bentuk dengan surat keputusan Bupati Kuningan No.349/Hk.021.1/SK/Bp/XII/1976 tanggal 16 Desember 1976, yaitu:

1. Berpegang pada periode awal atau periode “ARILE” yaitu tanggal 11 April yang bertitik tolak pada penobatan Seuweukarma sebagai Raja kuningan Pertama.

2. Berpegang kepada masuknya agama Islam ke Kuningan yang di awali oleh ‘Sunan Gunung Jati” ke daerah Luragung pada tahun 1481, tepatnya penobatan Kepala Pemerintahan di Kuningan pada tanggal 1 September 1948.

Akhirnya berdasarkan kesepakatan yang didasari oleh titi mangsa permulaan masuknya Agama Islam Ke Daerah Kuningan maka ditetapkanlah alternative ke dua sebagai hari jadi Kuningan yaitu 1 September 1498 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kuningan Nomor 21/Dp.003/XII1978 tanggal 14 Desember 1978.


(48)

3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, dan terletak pada koordinat 108°23’-108°47’ Bujur Timur dan 6°47’-7°12’ Lintang Selatan dengan luas mencapain 1.178,57 km2 (117.857,55 ha) di bentuk melalui Undang – Undang Nomor 14 tahun 1950.

Letak geografis Kabupaten Kuningan cukup strategis, yaitu berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan Kota Cirebon dengan Wilayah Priangan Timur, dan sebagai jalur alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung – Majalengka dengan Jawa Tengah.

Bagian timur wilayah Kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ciremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Secara administratif, Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa, Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Kuningan adalah:

1) Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis Provinsi Jabar 3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, dan 4) Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Cirebon.


(49)

Kabupaten Kuningan terbagi dalam beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Darma, Kadugede, Nusaherang, Ciniru, Hantara, Selajambe, Subang, Cilebak, Ciwaru, Karangkancana, Cibingbin, Cibeureum, Luragung, Cimahi, Cidahu, Kalimanggis, Ciawigebang, Cipicung, Lebakwangi, Maleber, Garawangi, Sindang Agung, Kuningan, Cigugur, Kramatmulya, Jalaksana, Japara, Cilimus, Cigandamekar, Mandirancan, Pancalang, dan Pasawahan.

3.1.3 Keadaan Demografis Kabupaten Kuningan

Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007 menurut hasil Suseda sebanyak 1.102.354 orang dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,17% pertahun, dibawah laju pertumbuhan Provinsi yang mencapai 1,83% . Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan penduduk perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3% artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak disbanding penduduk laki-laki.

Penduduk Kuningan umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya, namun untuk daerah perbatasan dengan Jawa Tengah mereka juga menggunakan Bahasa Jawa. Mayoritas penduduk Kuningan (sekitar 98%) beragama Islam, lainnya beragama Kristen Khatolik yang banyak tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, dan Citangtu sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan.


(50)

Sebagian besar penduduk Kuningan bermata pencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani),dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai Negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagiannya.

Terkait dengan perkembangan demografi yang mengindikasikan adanya keberhasilan dalam pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan tahapan keluarga, yang yang diindikasikan oleh tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam ber-KB dan tingginya tingkat npasangan usia subur yang ber-KB (lebih dari 75%) serta berkurangnya keluarga pra sejahtera,pada tahun 2008 Kabupaten Kuningan memperoleh penghargaan “Manggala Karya Kencana” tingkat Nasional.

3.1.4 Visi dan Misi Kabupaten Kuningan

Visi dan Misi Daerah serta Arah Kebijakan Pembangunan kurun waktu 2005 hingga 2025

Berdasarkan rancangan RPJP Daerah yang disusun bersam berdasarkan atas keinginan besar masyarakat sehingga akan menjadi kerangka besar perencanaan pembangunan yang membingkai dan memberikan batasan (koridor) bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan hingga tahun 2025 adalah:

Dengan Iman dan Taqwa, kuningan sebagai ...

Kabupaten Agropolitan dan Wisata Termaju di Jawa Barat “

Visi ini menegaskan cita-cita yang hendak diwujudkan selam 20 tahun ke depan olek Kabupaten Kuningan yaitu menjadi Kabupaten


(51)

pertanian dan wisata yang paling maju diantara kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

Kabupaten Agroppolitan dan Wisata mengandung pengertian Kabupaten yang produksi daerahnya didominasi oleh dua besar sektor yaitu secara berturut-turut sektor pertanian dan jasa pariwisata.

Visi tersebut menyiratkan makna bahwa untuk menjadi maju dalam konteks percaturan pembangunan dengan wilayah lainnya Kabupaten Kuningan harus berfokus pada kedua bidang tersebut yang menjadi keunggulannya.Hal ini dengan tidak mengabaikan pelaksanaan pembangunan secara memadai pada bidang-bidang lainnya, karena pada hakikatnya pembangunan daerah adalah membangun masyarakat secara menyeluruh. Fokus terhadap bidang pertanian dan pariwisata bukan perwujudan semangat sektoral yang sempit, namun semata-mata merupakan upaya menempatkan kedua bidang unggulan, sebagai penggerak utama pembangunan menyeluruh di Kabupaten Kuningan.

Untuk mencapai visi pembangunan jangka panjang tersebut perlu ditempuh langkah-langkah besar yang terarah, kongkrit dan memiliki ukuran-ukuran yang jelas, yaitu:

1. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia

2. Mewujudkan agribisnis yang tangguh dalam kerangka agropolitan 3. Mewujudkan pariwisata yang maju


(52)

5. Mewujudkan pengelola sumberdaya alam yang lestari dengan berorientasi pada jasa lingkungan

6. Mewujudkan masyarakat yang agamis, mandiri, dan dinamis.

3.2 Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan 3.2.1 Gambaran Umum Sekretariat Daerah

Sekretariat adalah unit organisasi yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi pembantuan untuk mendukung pelaksanaan fungsi lini yang dijalankan dinas. Dengan kata lain, unit-unit dalam sekretariat berkewajiban melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan dalam rangka pengambilan kebijakan, seperti bagian umum, bagian kepegawaian, bagian keuangan, bagian bina pemerintahan, dan sebagainya.

Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Kabupaten Kuningan, yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No. 27 tahun 2003 tentang Sekretariat Daerah, memiliki tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan Pemerintahan, Administrasi,


(53)

Organisasi dan Tatalaksana, mengkoordinasikan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh Perangkat Daerah.

Berdasarkan perkembangan Kabupaten Kuningan, pada tahun 2008 telah dikeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah, dimana telah dibentuk Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan adalah unsur staf Pemerintah Kabupaten Kuningan, yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No. 9 tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah, memiliki tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan Pemerintahan, Administrasi, Organisasi dan Tatalaksana, mengkoordinasikan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh Perangkat Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Sekretaris Daerah mempunyai fungsi:

1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah 2. Penyelenggaraan Administrasi Pemerintah Daerah

3. Pengelolaan Sumber Daya Aparatur, Keuangan, serta Sarana Prasarana Pemerintah Daerah.


(54)

Tugas pokok dan fungsi Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dituangkan dalam suatu susunan organisasi yang mampu menjamin terlaksananya tugas pokok dan fungsi secara efektif dan efisien. Susunan organisasi dan uraian tata kerja yang konprehensif menggambarkan wewenang dan tanggung jawab setiap unsur organisasi tentang pengendalian dan interaksi antara pimpinan dan bawahan, serta mekanisme koordinasi internal organisasi guna menjamin kesepahaman, kesatuan arah dan keterpaduan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, disusun Organisasi Sekretariat Daerah sebagai berikut :

1. Asisten Pemerintahan membawahkan : a. Bagian Pemerintahan

b. Bagian Hukum c. Bagian Humas

2. Asisten Ekonomi Pembangunan membawahkan : a. Bagian Ekonomi

b. Bagian Pembangunan

c. Bagian Kesejahteraan Rakyat 3. Asisten Administrasi membawahkan :

a. Bagian Umum b. Bagian Keuangan

c. Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur d. Bagian Perlengkapan.

3.2.2 Visi dan Misi Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan

Visi berkaitan dengan pandangan kedepan menyangkut kemana instansi Pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, serta produktif. Visi adalah


(55)

sesuatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi Pemerintah.

Adapun visi Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Sekretariat Daerah yang Responsif, Inovatif, Transparan dan Akuntabel dalam pelaksanaan manajemen Pemerintah Daerah

Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki, dari peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan teknologi sesuai dengan strategi yang telah dipilih.

Perumusan misi harus memperhatikan pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk perubahan/penyesuaian dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategi.

Misi Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pembinaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan umum, pemerintahan desa, penetapan produk hukum, serta pelayanan akses informasi Pemerintah Daerah.

2. Membina dan mengkoordinasikan pengembangan perekonomian daerah, pengendalian program pembangunan, pemberdayaan perempuan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

3. Meningkatkan pembinaan dalam palayanan administrasi umum, sarana dan prasarana yang ditunjang dengan penataan kelembagaan, ketatalaksanaan serta pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.


(56)

3.2.3 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan Pegawai dalam sebuah organisasi merupakan salah satu faktor penting, dimana dengan adanya pegawai maka tujuan organisasi akan mudah tercapai. Adapun struktur organisasi Sekretariat Daerah sebagai berikut:

1. Sekretaris Daerah 2. Asisten Pemerintahan

1. Bagian Tata Pemerintahan

1. Sub Bagian Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah

2. Sub Bagian Pertanahan dan Tata Kota

3. Sub Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan 2. Bagian Hukum

1. Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan 2. Sub Bagian Bantuan Hukum dan HAM

3. Sub Bagian Dokumentasi dan Penyuluhan Hukum 3. Bagian Hubungan Masyarakat

1. Sub Bagian Analisis Informasi

2. Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi 3. Sub Bagian Sandi dan Telekomunikasi 3. Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat


(57)

1. Sub Bagian Pengembangan Potensi dan Investasi Daerah.

2. Sub Bagian Sarana Perekonomian 3. Sub Bagian Produksi Daerah 2. Bagian Pembangunan

1. Sub Bagian Penyusunan Program 2. Sub Bagian Pengendalian Program

3. Sub Bagian Analisis, Evaluasi dan Pelaporan 3. Bagian Kesejahteraan Rakyat

1. Sub Bagian Agama

2. Sub Bagian Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 3. Sub Bagian Kesejahteraan Sosial

4. Asisten Administrasi 1. Bagian Umum

1. Sub Bagian Tata Usaha 2. Sub Bagian Rumah Tangga 3. Sub Bagian Protokol

2. Bagian Keuangan

1. Sub Bagian Perbendaharaan.

2. Sub Bagian Pembukuan, Verifikasi dan Akuntansi. 3. Sub Bagian Belanja Pegawai

3. Bagian Perlengkapan


(58)

2. Sub Bagian Pengadaan.

3. Sub Bagian Distribusi dan Penataan Asset. 4. Bagian Organisasi dan Pemberdayaan Aparatur

1. Sub Bagian Kelembagaan dan Analisis Formasi Jabatan

2. Sub Bagian Tatalaksana

3. Sub Bagian Pendayagunaan Aparatur 5. Jabatan Fungsional.

3.2.4 Gambaran Umum Penempatan Jabatan Di Pemerintah Kabupaten Kuningan

Unsur utama dalam setiap program manajemen kepegawaian adalah penempatan jabatan. Proses penempatan jabatan menghasilkan dua dokumen yang penting, uraian jabatan dan persyaratan jabatan. Uraian jabatan mengikhtisarkan kewajiban-kewajiban, tanggung jawab, kondisi – kondisi kerja, dan kegiatan-kegiatan dari suatu jabatan tertentu. Persyaratan jabatan mengikhtisarkan syarat-syarat pegawai seperti tingkat pendidikan, pengalaman yang ada hubungannya dengan jabatan, pengetahuan, keterampilan-keterampilan, atau kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu jabatan tertentu.

Penempatan jabatan dilakukan untuk memberikan pengertian tentang tugas – tugas yang terkandung dalam tiap jabatan, tetapi ini bukan satu-satunya tujuan. Hasil penempatan jabatan, uraian jabatan dan persyaratan jabatan dapat digunakan untuk:


(59)

1. Mendapatkan kualitas dan kuantitas pegawai yang tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Persyaratan jabatan merupakan standard pegawai dengan mana pelamar jabatan dapat diukur. Isi persyaratan jabatan memberikan dasar untuk pembuatan prosedur seleksi.

2. Pelatihan

Uraian kewajiban-kewajiban dan alat-alat yang digunakan merupakan bantuan penting untuk mengembangkan isi program pelatihan.

3. Evaluasi jabatan

Uraian jabatan dan rincian syarat-syarat manusia dievaluasi berdasarkan nilainya dengan tujuan akhir menentukan nilai rupiah. 4. Penilaian pelaksanaan pekerjaan

Uraian jabatan ini adalah berguna untuk merumuskan bidang-bidang di dalam mana sasaran jabatan ditentukan.

5. Promosi dan Pemindahan

Informasi jabatan membantu dalam merencanakan saluran-saluran promosi dan dalam menunjukkan garis-garis pemindahan.

6. Organisasi

Informasi jabatan yang diperoleh melalui penempatan jabatan sering mengungkapkan hal-hal yang tidak baik dipandang dari sudut faktor-faktor yang mempengaruhi pola jabatan. Oleh karena itu proses penempatan jabatan merupakan suatu jenis pemeriksaan organisasi.


(60)

7. Perkenalan

Bagi seorang peserta pelatihan yang baru, uraian jabatan adalah paling berguna untuk tujuan perkenalan. Uraian jabatan membantu pengertian tentang jabatan dan organisasi.

8. Penyuluhan

Dengan sendirinya informasi jabatan sangat banyak nilainya dalam penyuluhan jabatan. Penyuluhan demikian sebaiknya diadakan pada perguruan tinggi. Karena banyak lulusan perguruan tersebut tidak menyadari akan jenis-jenis jabatan yang ada. Penyuluhan jabatan juga diadakan apabila ada pegawai yang tampaknya tidak sesuai dengan posisinya yang sekarang.

9. Hubungan ketenagakerjaan

Uraian jabatan merupakan standar fungsi. Apabila seorang pegawai berusaha menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban yang terdapat di dalamnya, maka ini berarti bahwa ia tidak mentaati standar.

10. Perencanaan kembali jabatan.

Penempatan jabatan memberikan informasi yang akan memudahkan perubahan jabatan-jabatan untuk memungkinkan jabatan-jabatan tersebut diisi oleh orang-orang yang mempunyai ciri-ciri khusus.


(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM PENEMPATAN

JABATAN PEGAWAI DI SEKRETARIAT DAERAH

KABUPATEN KUNINGAN

LAPORAN KKL

Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan Di Sekretariat DaerahKabupaten Kuningan Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh:

EKO SUMINDAR PERMANA 41708019

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(2)

87

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Agustino, Leo. (2006).

Politik dan Kebijakan Publik

. Bandung: IAPI.

(2006).

Dasar-Dasar Kebijakan Publik

. Bandung: CV.

Alfabeta.

Bambang Wahyudi, Drs. 2002.

Manajemen Sumber Daya Manusia

.

Bandung: Sulita.

Black, James. 2001.

Metode dan Masalah Penelitian Sosial

. Bandung: Refika

Aditama.

Dunn, William N. (2003).

Analisis Kebijakan Publik

. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Edward III, George C. 1984.

Implementing Public Policy.

Washington DC:

Congresional Quarterly Press.

Hasibuan, Malayu.S.P (1997), Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kunci

Keberhasilan,Jakarta: Haji Masagung.

Islamy, M. Irfan. (2004).

Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara

.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari (1992), Administrasi Personalia untuk Meningkatkan

Produktifitas Kerja, Jakarta: Haji Masagung.

Rivai, Veithzal, Dr, M.B.A., Prof. 2004.

Manajemen Sumber Daya Manusia

Untuk Perusahaan

. Jakarta: Raja Grafindo.

Siswanto, Bedjo (1990), Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi,

Jakarta: Haji Masagung.

Subarsono, AG. (2005).

Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan

Aplikasi

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(3)

88

Sugiyono. (2005).

Memahami Penelitian Kualitatif

. Bandung : Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2005.

Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif

Pendekatan.

Jakarta: Prenada Media.

Wahab, Solihin. (2005).

Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara

. Jakarta: Bumi Aksara..

Wibawa, Samodra. (1994).

Kebijakan Publik Proses dan Analisis.

Jakarta:

Intermedia.

Winarno, Budi.(1996).

Kebijakan Publik Teori dan Proses.

Yogyakarta:Media

Presisndo.

Dokumen-Dokumen :

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 9 Tahun 2008 tentang

Sekretariat Daerah.

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Nomor 43/KEP/2001

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 21/DP.003/XII 1978

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang

Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri

Sipil.

Peraturan Bupati Nomor 31 tahun 2008 tentang tugas dan pokok sekretariat

daerah

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.32 Tahun 2007

Bagian Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan

Laporan KKL yang berjudul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM

PENEMPATAN JABATAN PEGAWAI DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN“. yang merupakan judul dari Laporan KKL yang akan peneliti laksanakan.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasaan peneliti sendiri sehingga dalam penulisan Laporan KKL ini masih banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan. Namun peneliti berusaha semaksimal mungkin agar Laporan KKL ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan hati terbuka dan lapang dada, peneliti mengharapkan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga agar dapat menjadi bahan yang berguna dan bermanfaat bagi peneliti di masa yang akan datang.

Proses penyusunan Laporan KKL ini, peneliti banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati pneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi dan Dosen Pembimbing Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Yang Telah Memberikan Bimbingan, Saran-Saran Serta Motivasi Bagi Penulis.

3. Dosen pengajar dan staf di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.


(5)

4. Bapak Bupati, Wakil Bupati, Bapak Sekretaris Daerah dan Bagian Umum yang telah memberikan rekomendasi penulis dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan.

5. Bapak Drs. Nurahim M.Si. Selaku Kepala Badan Kepegawaian Kabupaten Kuningan.

6. Bapak Drs. Yudi Nurwahyudi M.Pd Selaku Kasubag Umum.

7. Bapak Drs. Trenggana Selaku Kabid Mutasi dan Dokumentasi Pegawai.

8. Bapak Anton Kurnia Arpani SE Selaku Kasubid dan Informasi Pegawai.

9. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik - adikku tercinta yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan KKL ini.

10. Teman - teman seperjuangan di Program Studi Ilmu Pemerintahan

Semoga Laporan KKL ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua. Amiin.

Bandung, November 2011


(6)

89

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Eko Sumindar Permana

Tempat, Tanggal Lahir

: Kuningan, 11 Juli 1988

Nomor Induk Mahasiswa : 41708019

Program Studi

: Ilmu Pemerintahan

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Kp. Babakan RT. 27 RW. 10 Dusun Kliwon Desa

Sampora,

Kecamatan

Cilimus

Kabupaten

Kuningan.

Status Perkawinan

: Tidak Kawin

Orang Tua

:

1. Nama Ayah

: Darsun

Pekerjaan

: TNI-AD

2. Nama Ibu

: Mimin Rusmini

Pekerjaan

: PNS

Bandung, November 2011

EKO SUMINDAR PERMANA

NIM. 41708019