Implementasi kebijakan E-Government Melalui Billing System Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Di Loket Pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (RSJP)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

MUHAMAD TUTANG UNTUNG FIRMANSYAH 417.060.24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG

2010 SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

MUHAMAD TUTANG UNTUNG FIRMANSYAH 417.060.24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG

2010 SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

MUHAMAD TUTANG UNTUNG FIRMANSYAH 417.060.24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG


(2)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang demikian pesat telah membuka peluang bagi seluruh institusi pemerintahan maupun swasta untuk memanfaatkannya. Kemajuan TI memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pemerintahan. TI dapat dimanfaatkan untuk membantu instansi pemerintahan dalam mengolah data dan mengelola informasi dengan lebih baik. Pemanfaatan TI secara luas dapat membuka peluang bagi pengaksesan, pengolahan, dan pendayagunaan informasi yang besar secara cepat dan akurat. Potensi TI dapat dikembangkan untuk mendukung hubungan antara pemerintah dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang serba cepat dan mudah melalui teknologi digital telah menjadi suatu tuntutan. Hubungan antara pemerintah dan masyarakat memerlukan adanya komunikasi yang harus berjalan dengan baik dan terbuka. Komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin dengan baik untuk mewujudkan praktek pemerintahan yang lebih baik. Penerapan teknologi informasi pada lembaga pemerintahan dapat mempermudah akses antara masyarakat dengan pemerintah sehingga pelayanan dapat diberikan secara lebih efektif dan efisien.


(3)

Pemanfaatan TI dalam pemerintahan dikenal dengan electronic Government(e-Government). e-Governmentseperti yang disebutkan dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government merupakan suatu upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik. Kebijakan penerapan e-Government dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi dan birokrasi. Kebijakan penerapan e-Government dikembangkan untuk membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah secara terpadu. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut meliputi pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik. Keberadaan kebijakan penerapan e-Government merupakan salah satu infrastruktur penting dalam pemerintahan. Kebijakan penerapan e-Government telah menjadi kebutuhan sekaligus tuntutan publik yang menginginkan informasi secara akurat, transparan sertaaccountable.

Kebijakan e-Government diimplementasikan dalam berbagai bidang dan lembaga pemerintahan.e-Governmentmerupakan alat dari suatu perubahan sistem (organisasi, proses bisnis, sumber daya manusia dan standaroperating procedure) dalam pemerintahan. e-Government memiliki fungsi utama sebagai alat bantu penciptaan perubahan dalam pelayanan dari pemerintahan kepada masyrakat. Masyarakat merupakan obyek penting yang pada akhirnya merasakan manfaat e-Government.


(4)

Kebijakan e-Government diantaranya diimplementasikan dalam proses pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat. RSJP Jawa Barat muncul sebagai institusi pelayanan kesehatan modern sejalan dengan perkembangan profesi kesehatan. RSJP Jawa Barat harus mampu menghadapi berbagai kendala dan tantangan ditengah persaingan dan tuntutan masyarakat akan pentingnya teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan. Kebijakan e-Government menjadi suatu strategi yang diimplementasikan oleh RSJP Jawa Barat untuk menghadapi tantangan dan tuntutan masyarakat akan pentingnya teknologi informasi tersebut.

Seiring dengan berubah status rumah sakit Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Yang semula Terpisah dengan Rumah Sakit Jiwa Pusat Bandung yang terletak di Jl. RE Martadinata menjadi Rumah Sakit Daerah yang terpusat Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat yang berada di Cisarua-Lembang. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 23 tahun 2008 bahwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat adalah hasil penggabungan dari Rumah Sakit Jiwa Bandung dan Rumah Sakit Jiwa Cimahi sebagai rumah sakit khusus jiwa kelas A di Jawa Barat dan dikategorikan sebagai Lembaga Teknis Daerah, yang rnenyelenggarakan dan melaksanakan upaya pelayanan pencegahan, pemulihan, pengobatan, pelayanan peningkatan kesehatan kemasyarakatan, dan menjadi pusat rujukan. Perubahan status Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat menjadi Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah berusaha memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat agar menjadi maksimal dan mudah dalam memberikakan pelayanan kesehatan.


(5)

Sebagai Intansi Kesehatan Pemerintahan, Rumah Sakit Jiwa Provinisi Jawa Barat, telah membuat sebuah aplikasi sebagai pendukung pelayanan bagi masyarakat di loket pembayaran untuk mempermudah bagi para aparatur dalam memberikan pelayanan yang cepat dan mudah. Sebagai wujud dari implementasi kebijakan e-Government tersebut di loket pembayaran tersebut dikenal dengan aplikasi Billing System yang dikelola oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dengan ditunjang dengan sarana-sarana lainnya yang dibuat untuk memberikan pelayanan bagi pasien atau masyarakat di loket pembayaran.

Billing System merupakan sebuah aplikasi di komputer yang terhubung dengan beberapa bagian di kantor Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.Billing System digunakan untuk mencatat proses pelayanan pendaftaran, mulai pasien datang sampai dengan pasien pulang. Menghitung biaya yang harus dibayar pasien secara otomatis, serta memberikan informasi sebagai analisa pengambilan keputusan secara cepat dan akurat.

Aplikasi Billing System sebuah aplikasi interaksi antara pegawai dengan pegawai yang sering dikenal dengan Government to Government (G2G) yang disediakan untuk kemudahan administrasi pasien ini yang telah disediakan oleh Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Kemudahan yang diberikan diantaranya adalah Pasien dapat mengetahui berapa lama menginap dan apa saja tindakan medis yang telah dilakukan dengan adanya aplikasi Billing System ini pasien diberikan pelayan yang cepat dan mudah. Bentuk Implementasi kebijakan e-Government melalui aplikasi Billing System ini berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.


(6)

Pada prakteknya, Implementasi kebijakan e-Government melalui Billing Systemdi loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan dibenahi. PemasanganAplikasi Billing System belum dapat dikatakan efektif, salah satu penyebabnya adalah kebijakan penerapan e-Government memerlukan biaya yang cukup besar dikarenakan belum adanya anggaran khusus dalam mengelolanya.

Masalah lainnya yang sering dihadapi ialah keterlambatan tiap bagian-bagian yang mendukung untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelaporan administrasi pasien yang sering terlambat dikarenakan jaringan yang sering terganggu dan tidak berfungsi dengan baik. Seperti halnya jaringan yang ada sering terjadi gangguan dan menghambat pelaporan administrasi pasien. Permasalahan yang sering terjadi di Rumah Sakit Jiwa (RSJP) Jawa Barat, terdapat beberapa permasalahan yang signifikan, permasalahannya diantaranya adalah kurangnya sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat, sehingga cara mengaplikasikan komputerisasi masih kurang memahami dan menguasai dengan baik. Kurangnya sumberdaya manusia sehingga cara mengaplikasikan komputerisasi masih kurang memahami dan menguasai dengan baik. Sedangkan sistem informasi yang ada telah mendukung untuk tercapainya pelayanan publik dengan baik dan cepat.

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting lainnya. Staf pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa barat yang ada sekarang lebih menyukai budaya kerja yang konvensional, daripada menggunakan komputer. Keberadaan suatu alat baru di dalam sebuah organisasi memerlukan sebuah adaptasi. Selain


(7)

itu keberadaan tenaga ahli merupakan faktor pendukung lainnya. Tenaga ahli sangat diperlukan dalam penggunaan alat baru tersebut. Tenaga ahli di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat saat ini masih kurang. Kekurangan tenaga ahli tersebut merupakan kendala yang harus dihadapi, selain budaya kerja yang konvensional.

Sebagai suatu intansi Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat yang sarat dengan kompleksitas fungsi dan tugas menghadapi sejumlah masalah yang tidak pernah tuntas pemecahannya dan kendala yang sering dihadapi di lapangan baik teknis ataupun nonteknis yang terkadang menghambat kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul sebagai berikut: ✥Implementasi Kebijakan E-Government Melalui Billing System Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di Loket Pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Communication dalam kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat?


(8)

2. Bagaimana Resourcesdalam kebijakane-GovernmentmelaluiBilling System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat?

3. Bagaimana Dispositions dalam kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat?

4. Bagaimana Bureaucratic Structure dalam kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui Communication dalam kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui Resources dalam kebijakan e-Government melaluiBilling System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat.


(9)

3. Untuk mengetahui Dispositions dalam kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui Bureaucratic structure dalam kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang pemerintahan terutama mengenai implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

2. Kegunaan teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi perkembangan ilmu pemerintahan mengenai implementasi kebijakane-Government.

3. Kegunaan praktis, yaitu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat di Bagian Keuangan loket pembayaran.


(10)

1.5 Kerangka Pemikiran

Pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan pelayanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-Government Dilakukakan pembenahan dan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.

Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn adalah:

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:65).

Implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, implementasi biasanya menunjukan seluruh upaya perubahan melalui sistem baru. Sistem dibuat untuk memperbaiki atau meningkatkan pemprosesan informasi. Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan kedalam organisasi pengguna. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan oleh anggotanya maka pelaksanaan sistem dapat


(11)

dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya menolak sistem yang diterapkan, maka pelaksanaan sistem tersebut dapat digolongkan gagal.

Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijakan seringkali disamakan pengertiannya dengan istilah policy. Hal tersebut barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah policy ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Hoogerwerf Istilah kebijakan adalah:

Pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah, merupakan upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah (Hoogerwerf, 1983 : 4).

Sedangkan menurut Charles O jones yang dikutif oleh Winarno dalam teori dan proses kebijakan publik istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktik sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Isitlah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (Goals), program, keputusan, (decisions), standar, proposal dangrand design.

Berdasarkan pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan diatas dapat diartikan bahwa kebijakan menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga-lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut; isi, cara atau prosedur yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan dilaksanakan oleh para pejabat, suatu kelompok atau lembaga pemerintahan.

Berdasarkan pengertian implementasi menurut George C. Edward III mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu Implementasi kebijakan, yaitu:


(12)

1. Communication 2. Resourcrces 3. Dispositions

4. Bureacratic Structure (Edward III, 1980:10).

Model implementasi menurut Edward III di atas jelas bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu Communication, Resourcrces, Dispositions, dan Bureacratic Structure. Masing-masing faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, kemudian secara bersama-sama mempengaruhi terhadap implementasi. Secara lebih rinci model implementasi menurut Edward III bisa di lihat sebagai berikut:

Gambar 1.1

Model Pendekatan Implementasi Menurut Edward III

Sumber : Edward III (1980:148)

COMMUNICATION

RESOURCES

DISPOSITIONS

BUREAUCRATIC STRUCTURE


(13)

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan yang dijelaskan oleh Edward III dalam bukuImplementing Public Policy dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas, adapun keberhasilan suatu implementasi kebijakan yaitu: Kesatu Communicationmenurut Edward III adalah:

✁✂h f☎✆✝✞ ✆ ✄✟ ✠ ☎✆ ✄✡✄☛ ✞ f☞✆ ✄ff✄✌✞☎✍ ✄ ✎ ☞✏ ☎✌✑ ☎✡ ✎✏ ✄✡ ✄☛ ✞ ✒✞ ☎ ☞☛ ☎✝ ✞h✒✞ ✞h☞✝ ✄ wo are implement a decision must know wat tey are supposed to do. Policy decisions and implementation orders must be transmitted to appropriate personal be✔✕re tey can be ✔✕llowed. Naturally, tese communications need to be accurate, and tey must be accurately perceived by implementors. many obstacles lie in te pat otransmissionf ☎✡ ✎ ✏ ✄✡ ✄☛✞✒✞ ☎ ☞☛✌☞✡✡✠ ☛ ☎✌ ✒✞☎☞☛ ✝✁( Edward III, 1980:17)

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2005:77)

Berdasarkan penjelasan teori diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam implementasi kebijakan harus adanya kejelasan petunjuk dalam implementasi kebijakan dan kejelasan, konsistensi dalam menjalankan sebuah kebijakan maka Dengan terpenuhinya ketiga faktor pendukung komunikasi maka akan tercapainya sebuah implementasi kebijakan yang baik dan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.


(14)

Faktor Kedua Resourcrces dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut menurut Edward III adalah:

No matter ow clear and consistent implementation orders are and no matter ow accurately tey are transmitted, ite personel responsible out policies lack te resources to do an a✘ ✘ective job, implementation will not be e✘ ✘ective. important resources include sta✘ ✘ote proper size and wit te necessary expertise relevant and adequate in✘ ✚rmation on ow to implement policies and on te compliance ooters involved in implementation: te autority to ensure tat policies are carried out as tey intended and ✘✛cilities (including buildings,equipment,land and supplies) in wic or wit wic to provide service will mean tat laws will not be provided, and reasonable regulations will not be developed (Edward III, 1980:53)

Menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutif oleh Dwiyanto, sumber daya menunjukan kepada seberapa besar dukungan financial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan. Hal sulit yang terjadi adalah berapa nilai sumber daya finansial maupun manusia untuk menghasilkan implementasi kebijakan dengan kinerja baik. (Van Meter dan Van Horn dalam Dwiyanto, 2009:39)

Berdasarkan penjelasan diatas maka faktor-faktor pendukung sumberdaya menjadi bagaian penting apabila sebuah implementasi ingin tercapai dengan tersedianya pekerja, penjelasan mengenai sebuah kebijakan dijalakan, kewenangan yang dimiliki dan kelengkapan sarana dan prasaran menjadi faktor dari sumber daya dalam mencapai implementasi kebijakan dalam melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.

Faktor Ketiga Dispositions dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut Edward III adalah:

Te dispositions or attiudes oimplementation is te tird critical ✘✛ctor in our approac to te study opublic policy implementation. i


(15)

implementation is to proceed e✜✜ ✢ctively, not only must implementors know wat to do and ave te capability to do it, but tey must also desire to carry out a policy. most implementors can exercise considerable discretion in te implementation opolicies. one ote reasons✜ ✤r tis is teir independence ✜ ✦ ✤m teir nominal superiors wo ✜ ✤rmulate te policies. anoter reason is te complexity ote policies temselves. te way in wic implementors exercise teir direction,owever, depends in large part upon teir dispositions toward te policies. teir attitudes, in turn, will be in✜✧ ★enced by teir views toward te policies per se and by ow tey see te policies e✜✜ecting teir organizational and personal interests.( Edward III, 1980:89).

Disposisi atau sikap pelaksanaan, jika para pelaksana bersikap baik karena menerima suatu kebijakan maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapakannya. Sebaliknya jika perspektif dan tingkah laku para pelaksana berbeda dengan para pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami kesulitan. Menurut Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor pelaksana, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2006:7). Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam mendukung Dispositions dalam kesuksesan implementasi kebijakan harus adanya kesepakatan antara pembuat kebijakan dengan pelaku yang akan menjalankan kebijakan itu sendiri dan bagaimana mempengaruhi pelaku kebijakan agar menjalakan sebuah kebijakan tanpa keluar dari tujuan yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan publik yang baik.

Faktor Keempat dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut Edward IIIBureaucratic structureadalah:

Policy implementors may know wat to do and ave su✜✜ ✫cient desire and resources to do it, but tey may still be ampered in implementation by


(16)

te structures ote organizations in wic tey serve. two prominent caracteristics obureaucracies are standard operating prosedurs (SOPs) and ✭ ✮ ✯gmentation. te ✭ ✰rmer develop as internal respons to te limited time and resources oimplementors and te desire ✭ ✰r uni✭✰rmity in te operation ocomplex and widely dispersed organizations tey o✭✲ ✳n remain in ✭ ✰rce due to bureaucratic inertia✴ (Edward III, 1980:125)

Pelaksana kebijakan mungkin tahu apa yang harus dilakukan dan memiliki keinginan yang cukup dan sumber daya untuk melakukannya, tapi mereka mungkin masih terhambat di implementasi oleh struktur organisasi di mana mereka melayani. dua karakteristik utama birokrasi adalah prosedures operasi standar (SOP) dan fragmentasi. yang pertama berkembang sebagai respon internal untuk waktu yang terbatas dan sumber daya pelaksana dan keinginan untuk keseragaman dalam pengoperasian kompleks dan tersebar luas organisasi, mereka sering tetap berlaku karena inersia birokrasi.

Bureaucratic structure adalah sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi dan adanya standard operating procesures (SOPs) standar operasi prosedur dalam rutinitas sehari-hari dalam menjalankan impelementasi kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik dan penyebaran tanggung jawab (Fragmentation) atas kebijakan yang ditetapkan.


(17)

Berdasarkan penjelasan diatas mengeani faktor-faktor Bureaucratic structureyang mendukung dalam suksesnya sebuah implementasi kebijakan harus adanya prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang.Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program program atau melalui formulasi kebijakan privat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Implementasi kebijakan merupakan tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan, tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Kebijakan penerapan e-Government bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk merealisasikan suatu tujuan dalam penerapan e-Government untuk mengembangkan pemerintahan yang berbasis elektronik.

Bank Dunia (World Bank) mengemukane-Governmentsebagai:

✵✶-Government re✷✸rs to te use by govermnent agencies oin✷✺rmation tecnologies (suc as Wide Area Networks, te internet, and mobile


(18)

computing) tat ave te ability to trans✼✽rm relations wit citizens ✾ ✿ ❀❁❂ ❃ ❀❀❃❀❄❅❂ ❆ ❇❈h❃ ❉ ❅❉ ❊❀ ❇f ❋ ❇●❃ ❉ ❊❃ ❂❈ ❍(e-Government dijadikan acuan yang digunakan dalam sistem informasi pemerintahan (seperti dalam Wide Area Networks, internet, dan komunikasi berjalan) yang memiliki kemampuan untuk menjembatani hubungan dengan warga negara lainya, para pebisnis dan berbagai elemen pemerintahan lainnya) ( Bank dunia dalam Indrajit, 2004: 3).

Dengan demikian implementasi kebijakan e-Government tersebut mempunyai kontribusi yang baik bagi pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat yang lebih cepat, efektif dan efesien dan lebih meningkatkan kinerja aparatur supaya lebih baik.

Implementasi kebijakan penerapan e-Government terdapat indikator-indikator yang penting, berkaitan dengan berbagai infrastruktur serta strategi pendukungnya, yaitu meliputi:

1. data infrastruktur, meliputi manajemen sistem, dokumentasi, dan proses kerja di tempat untuk menyediakan kuantitas dan kualitas data yang berfungsi mendukung penerapane-Government.

2. infrastruktur legal, hukum dan peraturan termasuk berbagai perizinan untuk mendukung menujue-Government.

3. infrastruktur institusional, diwujudkan dengan institusi pemerintah secara sadar dan eksis melakukan dan memfokuskan tujuannya dalam penerapane-Government.

4. infrastruktur manusia, sumber daya manusia yang handal merupakan hal pokok yang harus dipersiapkan dalam penerapane-Government. 5. infrastuktur teknologi, penerapan e-Government banyak bertumpu

pada adanya infrastruktur teknologi yang memadai.

6. strategi pemikiran dan kepemimpinan, penerapane-Governmentsangat membutuhkan pemimpin yang membawa visi e-Government dalam agendanya dan memiliki strategi pemikiran untuk mewujudkannya. (Indrajit, 2002:25).

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Menurut


(19)

Sinambela di dalam bukunya yang berjudulRe■❏rmasi Pelayanan Publik, bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai berikut:

Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkankesejahteraan masyarakat (Sinambela, 2006:5). Pelayanan publik menurut definisi di atas dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini adalah pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Moenir dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, mengatakan bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik dapat dilakukan dengan cara:

1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan 2. Mendapatkan pelayanan secara wajar

3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih 4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang. (Moenir, 2006:47)

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayan publik adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia (karyawan) atau peralatan lain yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan untuk mencapai tujuan bersama Pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap masyarakatnya harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Pelayanan adalah sebuah aturan atau prosedur yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang telah dikutif di atas dengan cara memberikan kemudahan dalam


(20)

mengurus berbagai urusan supaya pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan cepat, memberikan pelayanan secara wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing, memberikan perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan dan bisa bersikap jujur.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Billing System adalah aplikasi pembayaran di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang menyimpan data pasien baik rawat inap, rawat jalan, tindakan medis dan penggunaan obat dan jenis penyakit yang diderita pasien supaya data pasien tertata dengan rapih dan mudah dalam pengontrolan data pasien.

2. Implementasi adalah suatu tindakan- tindakan aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan Billing System untuk mencapai tujuan dalam pelayanan masyarakat dan telah ditetapkan dalam keputusan dan dilaksanakan oleh loket pembayaran yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

3. Kebijakan adalah aturan yang di keluarkan oleh bagian keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat melalui aplikasi Billing System dalam memberikan pelayanan terhadap pasien atau masyarakat.

4. Implementasi kebijakan adalah proses pelaksanaan oleh aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinsi dalam penerapan Billing System guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Mengukur suatu keberhasilan


(21)

implementasi kebijakane-Governmentdapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

1) Communication adalah proses penyampain informasi komunikator kepada komunikan untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke bawahan sehingga proses komunikasi antar pegawai loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dapat berjalan dengan baik.Communicationdalam penelitian ini meliputi:

a. Transmission adalah Penyampaian informasi kebijakan publik yang disampaikan oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam implementasi kebijakan e-Governmnet melalui Billing System kepada kelompok sasaran khususnya masyarakat penggunaBilling Sytemdi loket pembayaran.

b. Clarityadalah tujuan yang telah ditentukan dan tidak menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya harus jelas dan konsisten dan sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam dalam implementasi kebijakan e-GovernmnetmelaluiBilling Systemharus konsisten. c. Consistency adalah unsur kejelasan dimana perintah-perintah

implementasi yang tidak konsisten akan mendorong pelaksanan mengambil tindakan dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan yang dibuat oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam dalam implementasi kebijakan


(22)

e-Governmnet melalui Billing System akan dapat menghasilkan suatu pelaksanaan yang baik dan konsisten.

2) Resources adalah pelaksana yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan untuk melakukan pekerjaan merupakan faktor yang mendukung kewenangan untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut dengan fasilitas (termasuk bangunan, peralatan, tanah dan pasokan) di mana atau dengan yang menyediakan layanan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan e-Governmnet melalui Billing System.Resourcesdalam penelitian ini meliputi:

a. Sta❑ ❑ adalah pelaku kebijakan dan memiliki kewenangan yang diperlukan dalam kebijakane-Governmnet melalui Billing System oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sehingga implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

b. In❑▲rmation adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan baik masa sekarang atau yang akan datang dalam melaksanakan dan mematuhi apa yang menjadi tugas dan kewajibannya dalam Implementasi kebijakan Billing System di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.


(23)

c. Autority adalah kewenangan yang bersifat formal yang dikeluarkan dalam melaksanakan kebijakan pelaksanaan Billing Systemdi loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam kewenanganya.

d. Facilities adalah sumber daya peralatan pendukung dalam melakukan tugas operasionalnya (sarana dan prasarana) hal terpenting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan e-Governmentmelalui Billing Systemdi loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung maka pelaksanaan Billing System tersebut tidak akan berhasil.

3). Dispositions adalah kecenderungan-kecenderungan atau kemaun, keinginan atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan secara sunguh-sunguh apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Dalam implementasi kebijakan e-Government melaluiBilling Systemdi loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.Dispositionsdalam penelitian ini meliputi:

a. E◆◆ ❖cts ODispositions, adalah Kecenderungan- kecendurangan pelaksana menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System


(24)

dalam peningkatan pelayanan publik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

b. Incetives adalah mengubah kecenderungan yang ada pelaksana melalui manipulasi Incitives oleh pembuat kebijakan melalui keuntungan-keuntungan atau biaya-biaya akan membuat pelaksana melaksanakan perintah dengan baik dalam implementasi kebijakan e-Governmentmelalui Billing Systemdi loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

4). Bureaucratic Structure adalah struktur organisasi, pembagian kewenangan dalam pelaksana kebijakane-GovernmentmelaluiBilling System di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Struktur birokrasi dalam penelitian ini meliputi:

a. Standar operating procedures (SOPs) adalah mekanisme, system dan prosedur pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi kewenangan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam implementasi Kebijakan e-Government melalui Billing System sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b. Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab atas bidang kebijakan antara beberapa unit organisasi oleh pelaksana kebijakan e-Governmentmelalui Billing Systemdi loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat terhadap aktivitas pegawai di tiap unit-unit kerja.


(25)

Implementasi Kebijakan E-Government Melalui Billing System di Loket Pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat

Berikut ini merupakan bagan yang telah dimodufikasi oleh peneliti untuk memperjelas dan mempertajam sebagai tambahan dari kerangka teori yang telah diuraikan sebagai berikut:

Gambar 1.2

Model Kerangka Pemikiran

Resources 1.StaPP

2.InP ◗rmation 3.Autority 4.Facilities Communication

1.Transmission 2. Clarity. Consistency

Dispositions 1.EPP❚cts OP

Dispositions 2.Incetives

Bureacratic Structure 1.Standard Operating

Prosedures (SOP) 2.P❯❱gmentation

Pelayanan Publik Di Loket Pembayaran Rumah Sakit


(26)

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif yaitu untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam memilih suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir,1998:5). Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antar dua gejala atau lebih. Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu:

Memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran, dan utuh (❲olistic) karena setiap aspek dari objek itu memiliki satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah dalam beberapa variable (Sugiyono, 2005:5).

Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang mempelajari tingkah laku manusia khususnya orang-orang yang diteliti. Pemahaman orang yang diteliti mengenai tingkah laku serta harus dapat memahami proses.


(27)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan untuk informan atau narasumber mengenai implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dalam peningkatan pelayanan publik di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai pembuat pelayanan tersebut. Selain itu kepada masyarakat sebagai pengguna pelayanan kebijakanBilling System.

b. Observasi Non partisipan, yaitu peneliti tidak terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan obervasi non partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

c. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari dan mencari buku-buku pegangan yang berhubungan dengan implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dalam peningkatan pelayanan publik di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat


(28)

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, penentuan informan sebagai sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik tersebut disebut teknikpurposive, yaitu:

Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dapat diartikan bahwa informan yang kita pilih dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2005:54).

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan implementasi kebijakane-Governmentmelalui Billing Systemdalam peningkatan pelayan publik, yaitu pengambilan informan penelitian yang berkaitan dengan implementasi kebijakane-Governmentmelalui Billing Systemdalam peningkatan pelayan publik di Loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

Informan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dalam peningkatan pelayan publik yaitu terdiri dari aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan masyarakat, adapun informan dari aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinisi Jawa Barat terdiri dari:

1. Drs Yoyo Sumarno, MM Kepala Bagian Keuangan sebagai orang yang bertanggung jawab dan Mengetahui kebijakan Billing System di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.


(29)

2. Muhadi Ka Sub Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap keuangan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

3. Yani Supriantini, SE. Kepala Sub Bagian Akutansi dan Verifikasi. Beliau merupakan orang yang saat ini mengetahui tentang Pemanfaatan dan strategie-Government melaluiBilling System. 4. Dadang Somantri, S.Sos. Ka. Sub Bagian Perencanaan, Pelaporan dan

Pemasaran yang mengetahui tentang kebijakanBilling System.

5. Akasah S.Sos., MM beliau dari Pusat Informasi yang mengetahui Billing System.

6. Sortamin Purba, S.Sos. Ka.Sub Bagian Kepegawain dan Pengembangan SDM sebagai yang bertanggung jawab dalam peningkatan skill individu pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

7. Ade akim S.T Tenaga ahli dari Pusat Informasi yang memperbaiki Billing System apabila ada kerusakan atau gangguan dalam pengoprasianaplikasi Billing System.

8. Staff-staff Sub di Bagian Keuangan loket pembayaran berjumlah dua (2) Orang sebagai pelaksana dalam kebijakanBilling System.


(30)

Penetuan informan untuk narasumber berikutnya adalah masyarakat yang menggunakan pelayanan publik di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Peneliti menggunakanaccidentalyaitu :

Teknik penelitian sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007:85).

Informan yang menjadi narasumber yang berkaitan dengan implementasi kebijakan e-Government melalui Billing System dalam peningkatan pelayanan publik di Bagian Keuangan loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat adalah:

1. Lilis Sulistiati keluarga pasien yang sedang mengantar berobat jalan adiknya ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

2. Eka keluarga pasien yang sedang daftar untuk berobat ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

3. Jajang Solichin keluarga pasien yang sedang mengantar berobat jalan kakaknya ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

4. Slamet Raharjo keluaraga pasien yang sedang daftar untuk Berobat ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

5. Asep Rahmat keluaraga pasien yang sedang daftar untuk Berobat ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

6. Riska Hasnanti keluarga pasien yang sedang mengantar berobat jalan kakaknya ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat


(31)

1.6.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam keseluruhan.

Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian kualitatif dimana terbagi menjadi:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, namun yang sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, karena akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan sesuatu selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertayakannya kembali. Sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat

( Sugiyono, 2005:92-99).

Berdasarkan hal di atas maka teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit menyusun ke dalam pola,


(32)

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.

1.7 Lokasi Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (RSJP), Jl Kolonel Masturi KM 7 Kabupaten Bandung Barat.Telp 022-2700260 Fax 2700304. Adapun waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Tahun Tahun 2010 2009

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst

1 Observasi awal 2

Pengajuan Judul U.P

3 Penyusunan U.P 4 Seminar U.P 5 Pengajuan surat ijin 6

Pelaksanaan observasi

7 Wawancara

8 Dokumentasi 9 Penulisan Skripsi 10 Sidang Skripsi


(33)

32 ❜ ❝❞❩❡ ❢❣❤❡ ❤ ✐❥❦❧♠❛❤ ♥♠ ♦ ❦♣❦ ✐

❜ ❝❞❝❞❴❤✐q❤r❥♠ ❦ ✐❩❡ ❢❣❤ ❡❤✐❥❦❧ ♠

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitus t✉ ✈✇ ①② ✈② ③s yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:

Konsep implement asi berasal dari bahasa inggris yaitu s t ✉✈✇ ①②✈②③ s. Dalam kamus besar webster, s t ✉✈✇ ①②✈②③ s (mengimplementasikan) beratist ✇④ t⑤✉ ⑥②s ⑦② ✈② ⑧③ ⑨⑩t④❶ ⑧④④ ❷✉③ ❸t❹ s (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan st ❸✉⑤② ✇④ ⑧❶ s✉ ❶ ⑧ ① ② ⑩⑩ ②❶ s st (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab, 2004:64).

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu (Bambang Sunggono 1994:137).

Berdasarkan diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat


(34)

memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan .(Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab,2004:68). Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.


(35)

Menurut uraian di atas, jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat, Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

❺ ❻❼❻❺❽❾ ❿➀ ❾➁➂➃ ➄ ❿➅ ❾➆➃ ➇➄➈ ➄❿

Kebijakan secara efistimologi, istilah kebijakan berasal dari bahasa Inggris

➉ ➊ ➋➌ ➍y . Akan tetapi, kebanyakan orang berpandangan bahwa istilah kebijakan senantiasa disamakan dengan istilah kebijaksanaan. Padahal apabila dicermati berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksanaan berasal dari kata ➎➌➏ ➐➊➑ .

Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang di hadapi.

Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa:

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan


(36)

tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (Friedrich dalam Wahab, 2004:3).

Berdasarkan definisi di atas, kebijakan mengandung suatu unsur tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan pada pelaksanaannya tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika di implementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

➒ ➓➔➓ →➣↔ ↕➙ ↔➛➜➝ ➞ ↕➟ ➠➡➢ ↔ ➠↔ ↕➜ ➞➤➝➥ ↔➦➝ ➧➞➨ ➞ ↕

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan


(37)

teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Lester dan Stewart dalam Winarno, 2002:101-102).

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.

Pengertian implementasi kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu implmentasi Van Meter dan Van Horn juga mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan

3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

5. Sikap para pelaksana, dan

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:79).


(38)

Keberhasilan suatu implementasi menurut kutipan Wahab dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor di atas, yaitu: ➩ ➫➭ ➯➲ ➳ yaitu ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan program yang sudah direncanakan.

➩ ➫➵➳ ➯➸ sumber daya kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino, sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu (Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan untuk kelancaran pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan. Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan.

➩ ➫➲➺ ➻➯➸ keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya. Menurut Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2006:7).


(39)

➼ ➽ ➽➾➚ ➪➶ ➹ komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa:

Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan . (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2004:77). Berdasarkan teori diatas maka Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

➼ ➽➘ ➴ ➾➪ ➹ menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Widodo, bahwa karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter dan Horn dalam Subarsono, 2006:101). Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

➼ ➽ ➽➷ ➪ ➾➹ dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh mana lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan, lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial, dan politik


(40)

(Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:144). Lingkungan ekonomi, sosial dan politik juga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu implementasi

➬ ➮➱➮ ✃ ❐ ❒ ❮❒❰-tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (M. Irfan Islamy 1997: 102-106) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:

a. BersifatÏÐÑ ÒÓ ÐxÐÔÕ Ö ×Ø Ù , yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

b. BersifatØÚØ ÏÐÑÒÓ ÐxÐ ÔÕ Ö×Ø Ù yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.

(Islamy 1997: 102-106)

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul Wahab (1991: 36) dalam bukuÛ Ø ÛÑ×Ï ×ÏÜ ÐÝ ×ÞÛÜ Û Ø ßà Û á ×ÒÚáâÕ Ñ Û Ï ×Ü Ð× âã Ñ ÐâÐØ ÖÛ Ï×

ÜÐÝ ×ÞÛ ÜÛ ØØ ÐÙ Û áÛmengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut: Tahap I Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.

Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode

Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan: a. Menentukan jadwal

b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.


(41)

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.

2.1.5 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Menurut Budi Winarno implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan:

Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno 2002:102). Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara sempurna menurut teori implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutif oleh abdul wahab, yaitu :

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan mengalami gangguan atau kendala yang serius. Hambatan-hambatan tersebut mungkin sifatnya fisik, politis dan sebagainya. b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang

cukup memadai.


(42)

d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal.

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnnya.

f. Hubungan saling ketergantungan kecil.

g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

(Hogwood dan Lewis dalam Wahab 1997:71-78 ).

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya. Menurut James Anderson, masyarakat mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakan publik dikarenakan :

1. Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan-keputusan badan-badan pemerintah;

2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;

3. Adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah,konstitusional, dan dibuat oleh para pejabat pemerintah yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan;

4. Sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan itu lebih sesuai dengan kepentingan pribadi;

5. Adanya sanksi-sanksi tertentu yaang akan dikenakan apabila tidakmelaksanakan suatu kebijakan.

(Suggono, 1994:23)

Berdasarkan teori diatas bahwa faktor pendukug implementasi kebijakan harus didukung dan diterima oleh masyarakat, apabila anggota masyarakat mengikuti dan mentaati sebuah kebijakan maka sebuah implementasi kebijakan akan berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa ada hambatan-hambatan yang mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(1)

167

ú ûü ý þÿ þü þü ✁ ✂ ✄ þ☎ü ✆ þ

,

✝ÿû✞ þ✟ ûü þ ✠✁ ✂ ✡þÿ þ✂ ☛✂ ü ú û✟ û þ ☞ û✟ ✝ ú☛ û✁ ✠ ☎✠ ✌ þÿþú ú ûÿ þ ☎þü þ þü✁ ✂ ✄ þ ☎ü ✆þ✁û✁þ☛ ✠☛ ✝ ÿ þ✞ ✂ ☞✂ ü ✄ þü ú û✟ û þ☎û☞ þ ✄ þ✠☛ ûÿþ ☎þü þ û☞ ✠ýþ þü

✁û✁ þ☛ ✁û✟ ýþ ✄þ ✌ ûü ✄ þü ☞ þ✠ ✌ þü ☛ ûü✂ ✞ ✌ ûü ✄ þü û✟ ý þ☎ þú þ ✌✠ þü ✁ þ✟ þü ✆þ ✌ ûü ✄þü

þ☛ þ✟ þ✁ ✂✟✌✠✍þ✄✠þü✎û✂ þü ✄ þþü✌✠✏✂ ú þ✞✑þ ✠ ✁✒✠ ✡þ

.

✓ûü ✆û☞ þ✟ þü ✁ þü ✄✄✂ ü ✄ ýþ ✡þ☞ ✁ û✟☎ û☞ ✂ ✁ ✁ ûÿ þ✞ ☎û☎✂ þ✠ ✌ûü ✄þü ☎✁ ✂ ✁ ✁✂ ✟ ✆ þü ✄

✁ûÿ þ✞ ✌✠ ✁ û✁ þ☛ þü✌ þü ☎û ☎✂ þ✠✌ ûü ✄ þü ✁✂ ✄ þ☎☛ ✝ ✝ ✌þü ✔✂ ü ✄☎✠ ✆þü ✄✁ûÿþ✞ ✌✠✁ û✁þ☛ þü

✝ ÿ û✞ ✏✂ú þ✞ ☎þ ✠ ✁ ✒✠ ✡þ ✓✟✝ ✕ ✠ü ☎✠ ✒þ✡þ ✍þ✟ þ✁ û☛ þ✌ þ ☞ þ ✄✠ þü ✎û✂ þü ✄ þü ú ûÿ þÿ✂ ✠

þ☛ þ✟ þ✁ ✂✟✌✠ÿ ✝ û✁☛ ûú☞ þ✆ þ✟þü✏✂ ú þ✞✑þ ✠✁ ✒✠✡þ✓✟✝ ✕ ✠ü ☎✠ ✒þ ✡þ✍þ✟þ✁

.

✓ûü ✆ û☞ þ✟ þü ✁þü ✄✄✂ ü ✄ý þ✡þ☞ ✆þü ✄ ☞ û✟ þ ✌þ✌✠ÿ✝ û✁ ☛ ûú☞ þ✆ þ✟þü☞ ✠☎þ ✌✠ÿ ✠ ✞ þ✁ ✌ þ✟✠ ✁✂ ✄þ ☎ú þ ☎✠ü ✄

-ú þ ☎✠ ü ✄ þ☛ þ✟ þ✁ ✂✟ú ✂ÿþ✠ ✌þ✟✠ þ☛ þ✟ þ✁ ✂ ✟ ✆ þü ✄☞ û✟✁ ✠ü ✌ þ ☎û☞ þ ✄þ✠ þ ✌ú✠ ü✠☎✁✟ þ✁✝ ✟ ✖ ✗✘✘✗✙✚

✛ ✜ ✢✣✤ ✥ ✌þÿ þú ú ûúþ☎✂ þü ✌ þ✁ þ ☛ þ☎✠ûü ✌þü ú ûü ✄ û✦ û ûú☞ þÿ ✠ ☛ û✟☎ ✆þ✟ þ✁þü

-☛ û✟ ☎✆ þ✟ þ✁ü ✌✠ ☎þ þ✁ þ þü ✌þ ✔✁ þ✟ ✌ þü þ☛ þ✁✂ ✟ ☎ ûü ✌✠✟✠ úûú ☛✂ ü ✆þ✠ ✁þü ✄ ✄✂ ü ✄ ýþ ✡þ☞

✌ þÿþú ✠ü ✔✝ ✟úþ☎✠ ☛ ûú☞ û✟✠ ✁ þ✞ ✂ þü úûü ✄ ûü þ✠ ☛ û✟ ☎✆ þ✟þ✁ þü ☛ þ ✌þ ☎þ þ✁ ✌ þ ✔✁ þ✟ ✌✠ ÿ ✝ û✁

☛ ûú ☞ þ✆ þ✟ þü ✏✂ ú þ✞✑þ ✠ ✁ ✒✠✡þ✌ þü þ☛ þ✟ þ✁ ✂ ✟ ✌✠ÿ✝ û✁☛ ûú ☞ þ✆ þ✟ þü ✞ þ✟✂ ☎úûÿþ✆ þü ✠

☛ þ☎✠ ûü þ✁þ✂ ú þ ☎✆þ✟ þ þ✁ ✁ þü ☛ þ ✁ û✟ û✦✂ þÿ ✠ ✌ þü ✞ þ✟✂ ☎ úûú þ ☎✠úþÿ þü ☛ ûÿþ ✆þü þü

✆ þü ✄û ✔û ✁ ✠ ✔✌ þüû✔✠☎✠ ûü

.

✎✝ ü ☎û ✂ ûü ☎✠ ✆þü ✄ ☛ þÿ✠ ü ✄ ✌ þ✟✠ ✔✟ þ ✄úûü ✁þ☎✠ ☞ ✠✟✝ ✟ þ ☎✠ þ✌ þÿþ✞ ✂ ☎þ✞ þ ✂ ü ✁✂

ú ûü ✄✞ þú☞ þ✁ ✝ ✟✌✠ ü þ ☎✠✧ ☛ þ✟ þ þ☛ þ✟ þ✁✂ ✟ ☎û✟✠ ü ✄ úûü ✌✝ ✟✝ ü ✄ ✂ü ✁ ✂ ú ûü✞ ✠ ü ✌þ✟✠

✝ ✟✌✠ ü þ ☎✠ ✌ ûü ✄ þü ☞ þ✌ þü

-

☞ þ ✌ þü ÿ þ✠ ü ☛ þ ✌þÿ þ ☛ ûü ✆û☞ þ✟ þü ✁þü ✄ ✄✂ ü ✄ ýþ ✡þ☞ ✌ þÿþú ú ûÿ þ ☎þü þ þü û☞ ✠ ý þ þ☞

-

û☞ ✠ ý þ þü ✆þü ✄ ✁ûÿþ✞ ✌✠✁û✁ þ☛ þü ✆ þü ✄ ú ûú☞ ✂ ✁✂ ✞ þü ✝ ✟✌✠ ü þ ☎✠★ ✩þÿ ✠ü ✠ ✌✠ ☞ þü ✁✂ ✌ ûü ✄þü ☎✁✟✂ ✁ ✂ ✟ ☞ ✠ ✟✝ ✟ þ☎✠ ✆þü ✄ ☞ ✂ ✟✂ ✝ ûÿ ✞ ☎✁✟✂ ✁✂ ✟


(2)

168

✪✫✬✭ ✮✯ ✰ ✱ ✬✲✳ ✬ ✱✬✴ ✵✯✰✶✯ ✷ ✬✫ ✬✰ ✱ ✬✰✭✭ ✴ ✰✭ ✸ ✬✹ ✬✷ ✺✯✭ ✳✬✱ ✬✰ ✲✬ ✰✭ ✬✱

✮✯✮✵✯ ✰✭ ✬✫✴ ✻ ✳ ✼ ✬✽ ✬ ✮ ✺✯✷ ✳✸✬ ✺✬ ✰ ✾ ✿❀❀✿❁ ❂ ❃❄ ❅❆❇ ❈

.

❉✴ ✷ ✴ ✰✭ ✬✰✶ ✬ ✰✭ ✱✯✫ ✸ ✬✼✳ ✼✳ ✬ ✰ ✱✬✫✬ ✵ ✬✫ ✬ ✬ ✵✬✫ ✬✱✴✫ ✼✳ ✽ ❊ ✺✯✱ ✵✯✮✷ ✬✶ ✬✫ ✬✰ ✲✬ ✰✭ ✬ ✱ ✮✯✮✵✯ ✰✭ ✬✫✴ ✻✳ ✱✯ ✫✻ ✬ ✼✬ ✵ ✵✯✽✬✺ ✲✬ ✰✬ ✬✰

✺✯✷ ✳✸✬ ✺✬ ✰✾ ✿❀❀✿❁ ❂❃❄❅❆❇❈

,

✬✵ ✬✷✳ ✽ ✬✵❊ ✽ ✬✻ ✴ ✷✴ ✰✭ ✬✰✶ ✬✰✭ ✱✯✫ ✸ ✬✼✳ ✼✳✽ ✳✰✭ ✺✴ ✰✭ ✬✰✽ ❊ ✺✯ ✱ ✵✯ ✮✷ ✬✶ ✬✫ ✬ ✰ ✱✳ ✼ ✬ ✺ ✷ ✬✳✺ ✮ ✬✺ ✬ ✬ ✺ ✬✰ ✷ ✯✫ ✵✯ ✰✭ ✬✫✴ ✻ ✱✯✫✻ ✬ ✼✬ ✵ ✺✯ ✷✯ ✫✻ ✬✲✳ ✽ ✬ ✰ ✺✯✷ ✳✸✬ ✺✬ ✰

✾ ✿❀❀✿ ❁❂ ❃❄ ❅❆❇❈

.

✻ ✬✽ ✱✯ ✫✲✯✷ ✴ ✱ ✱✯✫✹✴ ✸✴ ✼ ✮✯ ✽ ✬✽✴ ✳ ✵❊ ✽ ✬ ✺✳ ✰✯✫ ✸ ✬ ✮✯ ✫✯ ✺ ✬ ✶ ✬✰✭ ✲✬✽✳✰✭ ✷ ✯ ✺✯ ✫✸ ✬✲✬ ✮✬✴ ✰ ✱✴ ✺✮✯✰ ✲✴ ✺ ✲✯✲✺ ✬ ✰✵✯✽✬✺ ✲✬ ✰✬ ✬ ✰✺✯✷ ✳ ✸ ✬✺ ✬ ✰✾✿❀ ❀ ✿ ❁ ❂❃❄❅❆❇❈✱✯✫ ✲✯ ✷ ✴ ✱

.

❋✬✫✬ ✵✯ ✽ ✬ ✺✲ ✬✰ ✬ ✺✯ ✷ ✳ ✸ ✬✺ ✬✰ ✾✿❀ ❀ ✿ ❁ ❂ ❃❄ ❅❆❇ ❈ ✼✬✽ ✬ ✮ ✮✯ ✰ ✸ ✬✽✬✰ ✺ ✬✰ ✱✴ ✭ ✬ ✲ ✲✬✽ ✳ ✰✭

✮✯✮✷ ✬✰ ✱✴✼ ✬ ✰✷✯✺✯ ✫✸ ✬ ✲✬✮✬✲✯✫ ✱ ✬✷ ✯✫ ✺❊ ✮✵✯ ✱✳ ✲✳✲✯●✬✫✬✲✯✻ ✬✱❍

■ ✬ ✰✭ ✺✳✱✰✶ ✬ ✲✯✮✬✰✭ ✬✱ ✼✬✽ ✬ ✮ ✮✯✰●✬✵ ✬✳ ✺✯ ✷ ✯✫✻ ✬✲✳ ✽ ✬ ✰ ✺✯ ✷✳✸✬ ✺ ✬✰ ✾ ✿❀❀✿❁ ❂

❃❄ ❅ ❆❇ ❈ ✼✳ ✽ ❊ ✺✯✱ ✵✯✮✷ ✬✶ ✬✫✬ ✰ ❏✴ ✮✬✻ ❑✬ ✺✳ ✱ ▲✳ ✹ ✬ ✼✯ ✰✭ ✬✰ ✱✴ ✸✴ ✬✰ ✴ ✰ ✱✴ ✺

✮✯✰✳ ✰✭ ✺✬ ✱ ✺✬ ✰✵✯ ✽ ✬✶ ✬ ✰ ✬✰✱✯✫✻ ✬✼ ✬✵✮ ✬✲✶ ✬✫ ✬ ✺✬ ✱❍❋✬✫ ✬✬ ✵ ✬✫ ✬✱✴ ✫✼✳✽❊ ✺✯ ✱✵✯ ✮✷ ✬✶ ✬✫✬ ✰

✲✯ ✷ ✬✭ ✬✳ ✵✯✽✬✺ ✲✬ ✰✬✺✯✷ ✳✸✬✺ ✬ ✰✾ ✿❀❀✿❁ ❂ ❃❄ ❅ ❆❇❈ ✼✬✽✬✮ ✮✯✰✬ ✸✬✽ ✬ ✰ ✺✬ ✰ ✱✴ ✭ ✬✲✰✶ ✬ ✲✬✽✳ ✰✭

✮✯ ✽✯✰✭ ✺ ✬ ✵✳✼ ✬ ✰✮✯ ✰ ✼✴ ✺✴ ✰✭ ✮✬ ✲✳✰✭

-

✮✬ ✲✳ ✰✭ ✼ ✬✫✳ ✮✯✫✯✺✬

,

✲✯ ✻ ✳ ✰✭✭ ✬✵❊✽✬✻ ✴ ✷✴ ✰✭ ✬ ✰ ✶ ✬✰✭ ✱✯✫ ✸ ✬✼✳ ✷ ✯✫ ✲✳ ▼ ✬✱ ✲✬✽✳✰✭ ✷ ✯ ✺✯ ✫✸ ✬✲✬ ✮✬

.

◆✯✫✯✺✬ ✱✯ ✱ ✬ ✵ ✷✯ ✫ ✺❊ ✮ ✵✯ ✱✳✲✳ ✼ ✬✽✬✮ ✮✯ ✽ ✬ ✺ ✲✬✰ ✬ ✺✬ ✰ ✱✴✭ ✬ ✲✰✶ ✬

,

✬ ✺ ✬✰ ✱✯ ✱ ✬✵✳ ✺❊ ✮✵✯ ✱✳ ✲✳ ✶ ✬ ✰✭ ✮✯ ✫✯✺ ✬ ✽ ✬ ✺✴ ✺✬ ✰ ✼✯ ✰✭ ✬✰ ✵❊ ✲✳ ✱✳▼✼ ✬✰✲✯ ✻ ✬✱

.

■✯ ✫ ✼✬ ✲✬✫✺ ✬ ✰ ✴ ✫✬✳ ✬ ✰

-

✴ ✫ ✬✳✰ ✼✳✬ ✱✬✲ ✼✳ ✬ ✱✬ ✲✮✯✰✭ ✯✰✬✳ ❖✮ ✵✽ ✯✮✯ ✰ ✱ ✬✲✳ P✯✷ ✳ ✸ ✬ ✺✬ ✰ ✯

-

◗❘ ❙❇ ❚❁ ❈❇❁❆ ✮✯✽✬✽ ✴ ✳ ✾ ✿❀❀✿❁ ❂ ❃❄ ❅❆❇ ❈ ✼✬✽✬✮ ✮✯✰✳✰✭ ✺ ✬ ✱✺ ✬ ✰ ✵✯ ✽ ✬✶ ✬ ✰✬ ✰ ✵✴ ✷ ✽✳✺ ✼✳ ✽ ❊ ✺✯✱✵✯ ✮✷ ✬✶ ✬✫ ✬ ✰❏✴ ✮✬✻ ❑✬ ✺✳ ✱▲✳✹ ✬ ❋✫❊ ❯✳✰ ✲✳▲ ✬✹ ✬■ ✬✫ ✬✱

(

❏ ❑▲❋

)

✱✯✽✬✻ ✼✳✱✯ ✫ ✬✵ ✬✰ ●✴ ✺✴ ✵✷ ✬✳✺✻ ✬✽✳ ✰✳✼✳✱ ✬✰ ✼ ✬✳✼✯ ✰✭ ✬✰✵✯✰✯ ✫ ✵ ✬✰✺✯✷ ✳ ✸ ✬ ✺✬ ✰✾ ✿❀❀✿❁ ❂❃❄ ❅ ❆❇❈✼ ✬✰✬ ✼✬ ✰✶ ✬

✵✯ ✮✷ ✯ ✰ ✱✴ ✺ ✬✰ ✷ ✬ ✼ ✬✰ ✺✻ ✴ ✲✴ ✲ ✶ ✬✰✭ ✮✯ ✰ ✬ ✰✭ ✬ ✰✳ ✵✯✰✭✯✮✷ ✬ ✰✭ ✬ ✰ ✾✿❀ ❀✿❁ ❂ ❃❄ ❅ ❆❇ ❈


(3)

169

❱❲ ❳❲ ❨❩❬ ❩ ❳❭❲ ❪ ❫❴ ❩ ❭ ❩❳❵❛ ❜ ❜❛ ❝ ❞❡ ❢ ❣❤✐ ❥❦ ❫ ❭ ❩❧ ❩❭ ❩❳♠ ♥ ❭♥❬❪ ❩ ❫❭❦ ❫ ❭ ❩❨❲ ❳ ❩ ❭❩ ❳❩❦ ❩

❪❲ ❪❲❨❩❬ ❩ ♦ ❩♣ q ❩❳ r ❪❲ ♣♥s s❲❳❦ ♥ ❭ ♥ ❳r ❦ ❩❨❫ ❭❲❪ ❫❴❩❭ ❩ ❳ q ❩❳ r ❦ ❫❧❲❨❬ ❭ ❩❳ ❦ ❫ ♣ t ❭❲ ❧

❬ ❲ s ❪ ❩q ❩❨❩ ❳ ❫ ❳ ❫ ❦ ❫❧ ❩❳❦ ❩❫ ❦ ❲❳r ❩ ❳ ✉❲❨❫❳ r ❧❲❨r❩ ❳ rr ♥ ❳ q❩ ❴ ❩ ❨❫❳ r ❩❳ q❩ ❳ r s❲ s ❪ ❩❳ ❧♥

s❲❳ r♦ ♥ ❪ ♥❳ r ❭ ❩❳❩ ❳ ❧❩ ❨ ❪❩ r❫ ❩❳q ❩ ❳r❪❲❨❭ ❩ ❫❧ ❩❳♣ ❩❳ r ✉♥ ❳ r❦ ❲❳ r❩ ❳♣ t ❭❲ ❧❬ ❲ s ❪❩ q❩ ❨❩❳

.

✈♥ ✉❩❭ ❳ q❩ ❴❩❨❫ ❳r ❩❳ ❦ ❫ ❭ ❩❨❲ ❳ ❩ ❭❩ ❳ ❫ ❳❧ ❩✉ ❳❫ ✈♥ s❩ ♦ ✇❩ ❭ ❫❧ ❪❲♣♥ s s❲ s ❫♣ ❫ ❭ ❫ ❪ ❩❦ ❩❳

❭ ♦ ♥✉ ♥✉ ❧❲❭ ❳ ❫✉ q❩ ❳ r s❲ ❳ ❩❳ r ❩❳ ❫ ♦ ❩♣ ❴❩❨❫ ❳r ❩❳ s❲ ✉❭ ❫❬ ♥❳ ❩❦ ❩❳ q❩ ❱ ♥ ✉❩ ❧ ①❳ ②t ❨s❩ ✉❫

✉❲❪ ❩r ❩❫❬ ❲ ❳ r❲ s ❪❩ ❳ r♣ ❩ ❳❴♥ ❧❩ ❳❵❛❜❜❛❝ ❞❡ ❢ ❣ ❤✐❥❪❲♣♥ss❲❳ q❲❳ ❧♥ ♦s❲❳ r❲❳ ❩❫❴ ❩ ❨❫ ❳ r❩ ❳

q ❩❳ r s❲ ❳❴❩❦ ❫ ②❩ ❭ ❧t ❨ ♥ ❧❩s ❩ ❦ ❩♣ ❩ s s❲❳✉ ♥❭ ✉❲❭❩ ❳ ❭❲❪ ❫❴❩❭ ❩❳ ❵❛ ❜❜❛ ❝ ❞ ❡ ❢ ❣❤✐❥❦ ❩♣ ❩s

s❲s❪❲ ❨❫ ❭ ❩❳❬ ❲♣ ❩ q ❩❳ ❩ ❳❭❲❬ ❩❦ ❩ s❩ ✉q❨❩ ❭❩ ❧❦ ❫♣ t ❭❲❧❬ ❲s❪ ❩q ❩❨❩ ❳✈♥ s❩ ♦✇❩ ❭ ❫❧③❫④❩


(4)

⑧ ⑨ ⑩

❶❷❸❹ ❷❺❻❼❽❹ ❷❾ ❷

❷❿ ➀ ➁➂ ➁

➀➁➂➁

➃➄ ➅ ➆➇➈ ➉ ➊➋➌➍ ➊➎➏ ➐ ➐➑ ➎➒➓ ➔➓ →➣➒➓ ➔➓ →↔↕ ➙➛ ➜➓ ➝➓ ➞➟➠ ➙➡ ➛➝ ➎➢➤ ➉ ➥ ➅ ➉➄ ➦➃➧➨ ➤ ➩ ➍ ➇➤ ➎

➃ ➉

w

➤ ➫➋ ➭➯ ➊➈➫ ➅➧ ➎➏ ➐ ➐⑩ ➎➲➳➡ ➛➝ ➓ ➔➛➵➛➔➸↕ ➺ ➻➞ ➼ ➽ →➺➓ ➔➛➾➓➞ ➓ ➜↕➺↕ ➞➚➓ ➪➛ ➟↕ ➺↕ →➛ ➞➸ ➓ ➶ ➓➞ ➹ ➛➘ →➓➴➸➽➞ ➽➺➛ ➒➓ ↕→➓➶ ➷

Y

➊➄➤ ➬➤➫ ➇➤➦

y

➮ ➅ ➆➇➤ ➬➤➮ ➍➧ ➤ ➱➤ ➫ ➎

➃ ➫ ➎✃ ➅➆ ➇➊❐ ➤ ➥➈ ➥ ➱➤ ➱➤ ➎ ➏ ➐ ➐❒ ➎ ➾➓ ➞ ➓ ➜↕ ➺↕ ➞ ➟→ ➽➔↕➔ ↔↕➙➛➜➓➝ ➓➞ ➟➠ ➙➡ ➛ ➝❮ ❰ ➽→➺ ➠➡ ➓ ➔➛❮ ➻➺ ➳➡↕ ➺↕➞ ➸ ➓ ➔➛➹ ➓➞ ➘Ï➓➡➠➓ ➔➛ ➷Ð➤ ➬➤➫➇➤ ➦➌➍Ñ ➩➤ ➄ ➤➃ ➥Ñ➈➉➈➆➇ ➫➤➆➈Ò➍➄➤➫➤

➢➤ ➥ ➅ ➥ ➅➋ Ð➎

S

➥➤➉

S

➅ ➇➤➉ ✃ ➊➯ ➤ ÑÑ➤➥Ó➤ ➈ ➉

. 2001.

↔➓ ➺ ➠➔ Ô➺ ➠➺ ➚ ➓➶ ➓ ➔➓ ➻➞ ➹ ➽➞ ↕➔➛➓ ➷ Ð➤ ➬ ➤ ➫ ➇➤

:

➮➅ ➆➇➤ ➬➤Õ➈➉➤ ➫Ö➤ ➫➤ ❐➤➉

.

×Ø➈Ù➤ ➉ ➇ ➊

,

➃➄ ➅ ➆➋➥➬ ➬

. 2002.

Ú↕ ➼ ➽ →➺➓ ➔➛➚➛ → ➽➝→➓ ➔➛➟ ➠ ➙➡ ➛➝➹ ➛➻➞ ➹ ➽➞↕➔➛ ➓ ➷Û➊➄Ù➤ ➬➤➫ ➇➤

:

➮ ➍ ➉ ➍➫ ➩➈ ➇➮Õ➭➭

-

ÜÝ✃

×Ø➈Ù➤ ➉ ➇ ➊

,

Þ➉ ➥➈➤ ➯ ➊ ➉➊

. 2009.

↔↕➙➛➜➓➝ ➓➞ ➟➠ ➙➡ ➛➝ ➚ ↕ →➙➓ ➔➛ ➔ ➒ß➞ ➓ ➺➛à ➟ ➽➡ ➛à ß ➲➞ ➓➡ ➛ ➔ß➔➷Û➊➄Ù➤➬ ➤➫ ➇➤

:

Ý➤ á➤✃➍ ➥➈➤

â ➥Ø➤➫➥ Þ Þ Þ

,

Ý➍➊ ➫➄ ➍ ã ➎

1980.

➻➺ ➳➡↕ ➺↕➞ ➸ ➛➞ ➪ ➟➠ ➙➡➛à ➟➽➡➛àß➷ä➤➆➯ ➈ ➉➄ ➇➊ ➉ ×ã

:

ã ➊ ➉➄ ➫ ➍➆➈ ➊ ➉➤➧å

u

rt

r

➧Ù➮

r

ss

__________

➎ ➏ ➐➐ æ ➎ ➾↕ ç ➠ ➜➠➹ ➝ ➓➞ è➽ ➽➹ è➽ Ï↕ →➞ ➓ ➞à↕ ➾↕ ➡➓ ➡ ➠➛ ➟↕➡ ➓ß➓ ➞ ➓➞ ➟➠ ➙➡➛ ➝ ➷

Y

➊➄

y

➤ ➬➤

rt

➤➦Ý➤➥➱➤ ➯✃➤➥➤Ü➉➈á ➍

rs

➈➇Ù➮

r

ss

H

➊ ➊➄ ➍

rw

r

➨ ➎⑧ é

8

❒➎➻➡➺ ➠➟↕ ➺↕ →➛ ➞ ➸➓ ➶ ➓ ➞ ➷Ð➤➬ ➤

rt

➤ ➦â

r

➧➤➉➄➄ ➤

Þ

s

➧➤ Ñ

y

➋ ✃ ➎Þ

r

❐ ➤➉➎⑧ é éæ➎➟→➛ ➞ ➔➛➳ê➟→➛➞ ➔➛➳ ➟↕ →➠➺ ➠ ➔➓ ➞ ↔↕➙➛ ➜➓➝ ➓ ➞ ë↕ ➪ ➓ →➓ ➷ Ð➤ ➬➤

rt

➤ ➦ Õ➈ ➉➤

r

Ý

r

➤ ➨ ➈➬ ➤ ➎

Þ

s

➉➤ ➉

t

➊➋ ➢➤ Ñ ➩➤ ➉➄ ➎ ➏ ➐ ➐é➎ ➾➓ ➞ ➓ ➜↕ ➺↕ ➞ ➟↕ ➺↕ →➛➞ ➸➓ ➶ ➓ ➞ ➹➓ ➡ ➓ ➺ ➟↕→➔➼ ↕➝ ➸➛ ➼ ➟↕➡ ➓ß➓ ➞ ➓➞ ➟ ➠ ➙➡ ➛➝ ❮Ð➤➬ ➤

rt

➤ ➦Õ

T

Þ➃✃Þ➥➤ ➉✃➈ ➇ ➫➤ä➤ì➤➉➤✃ ➍➥➈➤

Þ➉➥

r

➤➱➈

t

➋ í➈ì➯ ➤

r

us

➋ â➬ ➊ ➎ ➏ ➐ ➐➑ ➎ ➘➡↕à➸ → ➽➞ ➛à è➽ Ï↕ →➞ ➺↕➞ ➸ î ➵➸ →➓ ➸ ↕➪ ➛ ➟↕➺ ➙➓ ➞➪ ➠➞ ➓➞ ➵➛➔➸↕ ➺➟↕ ➡➓ß➓ ➞ ➓ ➞➟ ➠➙➡➛ ➝➚ ↕ →➙➓ ➔➛➔ï↕ ➝➞ ➽➡ ➽➪ ➛➒➛ ➪ ➛➸ ➓➡➷

Y

➊➄

y

➤➬ ➤

rt

➤ ➦➃ ➉ ➥➈ ✃➤ ➉➄ ➬

u

➉ ➍➄➤

r

➤ ➋ ➮

r

➤➩

u

➃ ➉

w

r

➎ ➏➐ ➐⑧➎ ➾➓ ➞ ➓ ➜↕ ➺↕➞ ➵ ➠➺ ➙↕→➹ ➓ß➓ ➾➓ ➞ ➠ ➔➛➓

➟↕ →➠ ➔➓ ➶ ➓ ➓➞ ➎➢➤➉ ➥

u

➉➄ ➦➮

T

➎í ➍Ñ➤➱➤í➊

s

➥➤➬ ➤

ry

➤ ➎

✃ ➊ ➍➉➈ ➫ ➎ ➏ ➐ ➐

8

➎ ➾➓ ➞➓ ➜↕ ➺↕➞ ➟↕➡ ➓ß➓ ➞➓ ➞ Ô➺ ➠➺ ➹➛ ➻➞➹ ➽➞ ↕ ➔➛ ➓ ➷ Ð➤➬ ➤

rt

➤➦ ➮

T

➎ ➢ ➅Ñ➈ ➃➬

s

r

➤➎


(5)

ó ô õ

ö÷ø ÷ù ú÷ûüý ÷þÿ÷ ✁ ✂ ✄✁ ☎ ✆ÿ÷✝

✞✟ ✠ ù ✄ ý ✄✡

R

ÿ ÷✁✝ ☛ ☞ ☞✌✝ ✍ ✎✏ ✑✒ ✓ ✔ ✓✕ ✖✗✏ ✘ ✑✔✙ ✚ ✛✜ ✢✗ ✘✓ ✣✑ ✙ ✤ ✢✥ ✘✎ ✢✎ ✕✦ ✓ ✣✑ ✧ ✓✕ ✎★ ✓ ✘✗ ✓ ✣ÿ✝ö÷ø ÷ù ú÷û✩☎✂ÿ÷✪✄✫ ✬✟ úÿ ✁ ✂ ✄✝

✭÷✆ ✄þ ✄✁✠ ✡✮÷ù✯÷✁ ÿ ✝☛ ☞ ☞✰✝ ✍ ✎✥ ✎✢✑ ✢✥ ✑✕ ✓ ✕✱✑✜ ✛ ✔✜ ✓ ✣✑ ✙✲÷✁ ✂✟✁ ✠ û✳✴✵✶✷✵✲ ✸

T

✵ ✭✄☎ ù

w

÷✂ ÷ ù✫ ÿ✁ ú÷ ✡

W

✝ ö✝

S

✝ ó✹ ✹ ✺✝ ✍ ✓ ✢✗ ✣ ✻✢✗ ✢ ✱✓✼✓ ✣✓ ✤ ✕✧ ✛✕ ✎ ✣✑✓✽ ö÷ø ÷ ùú ÷û ✲÷þ ÷ÿ

✭✟ ✆ú ÷ø ÷✝

S

ÿ✁ ÷✫✯☎ þ ÷✡✶ÿ✾÷✁✭✄þ ú ÷ø ✝☛ ☞ ☞✺✝✿✎✚ ✛✜ ✢✓ ✣✑✖✎✘ ✓❀✓ ✕✓ ✕✖✗ ✏ ✘✑ ✔❁ ❂✎ ✛✜ ✑✙✍ ✎✏ ✑✒ ✓ ✔✓ ✕ ✙✧ ✓✕ ✤ ✢✥ ✘ ✎✢✎ ✕✦ ✓ ✣✑✽ö÷ø ÷ù ú÷û✭

T

✝✲✟ ✫ÿ✵ø ✆÷ ù ÷✝

S

✟✯÷✁ ÷✡ ✩✝ ❃÷✁

S

✟ ✂ ù ÷✾÷ ú✝ ☛ ☞ ☞ õ✝ ❄ ✓ ✣✓✜ ❅❄ ✓ ✣✓✜ ✖✎ ✕✎ ✘✑✦ ✑ ✓ ✕ ✤ ✘ ✢✑ ✓✼ ✽✲÷✁ ✂✟ ✁✠ û ✳✴ ✭✟ ✆ú÷ø ÷✭☎þ÷✾÷ù✝

S

✟✯÷ ù ✆✄✁ ✄ ✡ ✵ü✝ ☛ ☞ ☞ õ✝ ❆ ✕ ✓✘ ✑✣ ✑✣ ✍✎✏ ✑✒✓✔ ✓ ✕ ✖✗ ✏ ✘ ✑✔❁ ✍ ✛✕ ✣✎✥ ✙ ❂✎✛✜ ✑ ✧ ✓ ✕ ❆✥ ✘ ✑✔ ✓ ✣✑✽

Y

✄✠

y

÷ø ÷ ùú ÷û✭✟ ✆ú÷ø ÷✭☎ þ ÷✾÷ù

S

✟ ✂✾÷✁ ÷ ✡✞ ÷✁ ÷✝ ☛ ☞☞ õ✝ ❂✗ ✕✦ ✗ ✦ ✓ ✕ ✖✎ ✕❀✗ ✣✗ ✕ ✓✕ ✍ ✓✜❀✓ ✤ ✘✢✑ ✓✼ ✽✲÷✁ ✂✟ ✁ ✠û

S

ÿ ✁ ÷ ù✲÷ù✟ ✵þ✠☎✆ÿ ✁ ✂ ✄✝

S

✟ ✠ÿ❇✄✁ ✄✝☛ ☞☞ õ✝❈✎ ✢✓✼✓ ✢✑✖✎ ✕ ✎✘ ✑✦✑✓ ✕✍✗ ✓ ✘✑✦ ✓✦✑✚✽✲÷✁ ✂✟ ✁✠ û✵✶✷✵✲ ✸

T

S

✟ ✁ ✠✠ ✄✁ ✄ ✡✲÷✫✯÷✁ ✠✝ó✹✹ ❉✝❊✗ ✔✗ ✢✧ ✓ ✕✍✎✏ ✑✒✓✔ ✣✓✕ ✓ ✓ ✕✖✗ ✏ ✘ ✑✔✝ö÷ø ÷ù ú÷û

S

ÿ ✁ ÷ ù üù ÷❋ÿø ÷✝

● ●● ● ● ● ●●

. 2007.

❈✎✦✛✧ ✎ ✖✎✕ ✎ ✘✑✦ ✑ ✓✕ ✍✗ ✓ ✕✦ ✑✦✓✦✑✚ ✍✗ ✓ ✘✑✦ ✓✦✑✚ ❄ ✓ ✕ ✿❍❄

.

✲÷✁ ✂✟ ✁ ✠

:

✳✴

.

✵þ❋÷✯☎ ú ÷

.

■✟❇÷✁ ú✄

,

✲÷✠ ✄✁ ✠

. 2005.

❈✎✦✛✧ ✎ ✖✎ ✕✎ ✘✑✦ ✑ ✓✕ ❏ ✛ ✣✑ ✓ ✘❁ ✱✎✜✏ ✓❑ ✓ ✑ ❆✘✦✎✜ ✕ ✓✦✑✚ ✖✎ ✕✧ ✎ ✔✓✦✓✕✽ö÷ø ÷ ùú ÷

:

✭ù☎ ✁ ÷ ✂ ÷✩☎ ✂ÿ÷

.

■✟ ú÷✯ùÿ✡▲ ÷ú ÷

. 2005.

❏ ✑✣✦✎✢✤ ✕✚ ✛✜ ✢✓ ✣✑❈✓ ✕✓✒✎✢✎✕✽▼ ✄✠❇÷ø ÷ ùú ÷

:

✵✁ ✂ÿ◆❋ ❋✆☎ú

.

❖÷ ý÷✯

,

■ ✄ þÿPýÿ✁ ✵✯✂✟ þ✝

2005.

❆✕ ✓ ✘✑✣ ✑✣ ✍✎✏ ✑✒✓✔ ✓ ✕❁ ✧ ✓✜ ✑ ◗✛✜ ✢✗ ✘ ✓✣✑ ✔✎

✤ ✢✥ ✘✎ ✢✎✕✦✓✣ ✑✍ ✎✏ ✑✒✓ ✔✓ ✕❘✎ ❑✓✜ ✓✽ö÷ø ÷ ùú ÷

:

✭▲

.

✲✟ ✫ÿ✵ø ✆÷ ù ÷

❖ÿ ✁ ÷ù✁ ✄

,

✲✟ ✂ÿ

. 2002.

❂✎ ✛✜✑ ❄✓ ✕ ✥✜ ✛ ✣✎ ✣ ✍ ✎✏ ✑✒ ✓ ✔✓ ✕ ✖✗✏ ✘ ✑✔

.

▼✄✠❇÷ø ÷ù ú ÷

:

✩☎✂ÿ ÷ ✬ ù☎ ✆✆✝


(6)

❙ ❚ ❯

❱ ❲ ❳❨ ❩❬❭❪ ❫

❳❨ ❩❬❭❪ ❫

:

❴ ❵ ❛❜ ❝❞ ❡ ❛❢ ❣❝❤❛❢ ✐❤ ❵

R

❤ ❥❞ ❦❧❢ ❡ ❴ ❵ ✐ ♠❵ ❤ ❛❢ ♥ ♦ ♠♣ ♠❝ q r

T

♥ s ❞❵ t q q r ❜❤ ❵❜ ♥❵ ✉ ✈❤❦❢ ✇♥❡ ♥❵ ✐♥ ❵

S

❜❝♥ ❜ ❤ ✉❢♦♥❛❢ ♠❵ ♥❧❣❤❵ ✉❤♣❦♥❵ ✉♥❵① ② ③④⑤① ⑥ ⑦⑧① ⑦⑨

✈❤❥ ❞ ❜❞ ❛♥ ❵ ⑩❤ ❵❜ ❤ ❝❢ ❣❤❵ ✐♥♥✉❞ ❵ ♥♥ ❵

y

❶❥ ♥ ❝♥❜ ❞ ❝ ♦❤ ✉♥ ❝♥ ♦ ♠ ♣♠ ❝ ❯ r❷✈❸❣❷⑩❹ ❣❶♦❷❚❷t q qr❜ ❤❵ ❜♥ ❵ ✉❥ ❤ ✐ ♠ ♣♥❵

U

♣❞ ♣❣❤ ❵❤ ❧❤ ❵ ✉✉♥❝♥ ♥❵

y

❣❤ ❧ ♥♥❵ ♥ ❵ ❣❞ ❦❧❢ ❡

y

✈❤❥ ❞ ❜❞ ❛♥ ❵ ⑩❤ ❵ ❜❤ ❝❢ ❣❤ ❵ ✐♥

y

♥ ✉❞ ❵♥ ♥ ❵ ❶❥ ♥ ❝♥❜ ❞ ❝ ♦❤✉♥❝♥

♦ ♠ ♣♠ ❝❺❙ r❷✈❸❣❷ ⑩❹❣❶♦❷❙❷t qq r ❜❤ ❵❜ ♥❵ ✉ ❣❤✐ ♠♣♥❵

U

♣❞ ♣ ❣❤ ❝❡ ♥❵ ❜ ♠ ❝♥❵ ❸❧❤ ❡ ❜ ❝ ♠❵❢❛❻❢ ❵ ✉❡ ❞❥❴ ❵ ❜ ❝♥ ❵❤ ❜❼❢❻❢❵ ✉❡❞ ❵ ✉♥❵❴ ❵ ❛❜♥ ❵ ❛❢❣❤♣❤ ❝❢ ❵❜ ♥s❹

U

❵ ✐♥ ❵ ✉❽

U

❵ ✐♥ ❵ ✉♦ ♠❹t❾

T

♥s ❞ ❵t q q❿❜ ❤❵ ❜ ♥❵ ✉❣❤ ❧♥♥ ❵ ♥❵

y

❣❞ ❦❧ ❢❡

⑩♠ ✐❞ ❧

S

❢❛❜❤♣ ❴❵ ➀ ♠ ❝ ♣♥ ❛❢ ⑩♥ ❵ ♥ ✇❤♣❤ ❵

R

❞ ♣♥s

S

♥ ❡❢ ❜ ➁❢ ➂♥ ❣❝ ♠❢❵ ❛❢

v

➁♥

w

♥ ➃♥❝♥❜ ❜ ♥s ❞ ❵ t q q❿

C. RujukanElektronik :

s ❜❜ ❥❺❷ ❷❦❧♠✉❤❡ ♠❹➄♠ ♣❷❢❵ ✐❤❹❥ s ❥❷s ♠♣❤❷✐❤ ❜♥ ❢❧➅♥❝❜❢ ❡❤ ❧❷t➆❿

x

19 /02/2010, 19:00

.

s ❜❜ ❥

://

❦❧♠✉♥❧➀ ♠❵ ❛♠

.

➄♠♣

/

❢ ❵ ✐❤➉

.

❥ s ❥

/

s ♠♣❤

/

✐❤ ❜♥ ❢❧➅♥ ❝❜❢ ❡ ❤❧➇

17 /03/2010, 19:00

.

➊❢ ❡ ❢❥ ❤ ✐❢ ♥

.

➋➌➍➍➌ ⑦➎ ➏➐ ➏⑨① ⑧➑ ⑩❤❧ ♥❧ ❞❢ s ❜❜ ❥

://

❢✐

.

➂❢ ❡ ❢❥ ❤ ✐❢ ♥

.

♠ ❝ ✉

/

➂❢❡ ❢❷➃ ❴❻ ❻❴ ♦➒ ➇

11/01/2010

.

➂➂➂

.

❥ ✐➀ ➓❞ ❤❤ ❵

.

➄♠♣

/

❥ ✐ ➀

/

❤ ❜❷❤ ❜ ❢❡ ♥

-

✐♥❧ ♥ ♣

-

✐❞ ❵❢ ♥

-

❡ ♠ ♣❥ ❞❜ ❤❝

/28

❤ ❡ ♠ ❢ ❵ ✐❝♥✇❢ ❜❷➔❤❡ ♠❢ ❵ ✐ ❝♥ ✇❢❜➇

05/02/2010

.