29
C. Kerangka Berpikir
Sentralisasi Pendidikan
Desentralisasi Pendidikan
PP No. 25 th 1999 Otonomi daerah
UU No. 2225 th 1999 No. 32 th
2004
Peningkatan Mutu
Pemerataan pendidikan
Efisiensi Administrasi
Efisiensi Keuangan
UU Sisdiknas No. 20 th 2003
WAJAR 9 Tahun
BOS
Penurunan Angka Putus Sekolah
Manajemen
Program Monitoring
BOS Faktor
Eksternal Faktor
Internal
Berdasarkan bagan kerangka berpikir di atas, dapat diketahui bahwa penyelenggaraan program pendidikan nasional di Indonesia berjalan seiring
dengan kebijakan yang bersifat politik dari Pemerintah. Kebijakan politik di Indonesia sejak kemerdekaan hingga saat ini ditata dalam pola yang saling
bergantian antara pola sentralistik dan desentralistik. Kebijakan pendidikan mengikuti perubahan dari kebijakan politik pemerintahan yang sentralistik dan
desentralistik tersebut. Munculnya UU No.22 dan 25 th 1999 mengenai otonomi daerah dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah mengarahkan sektor pendidikan pada kebijakan desentralisasi. Kebijakan desentralisasi pendidikan bertujuan untuk
peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, efisiensi keuangan dan efisiensi administrasi. Dalam penelitian ini, lebih difokuskan pada tujuan
desentralisasi pendidikan yakni pemerataan pendidikan. Dalam hal ini, pemerataan pendidikan dilihat melalui besar kecilnya angka putus sekolah
dalam suatu daerah. Untuk mewujudkan pemerataan pendidikan maka pemerintah
mencanangkan beberapa program yang saling bersinergi dengan harapan dapat mendukung pemerataan pendidikan. Adanya program WAJAR 9 Tahun, serta
adanya UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 terutama pada pasal 5 ayat 1 dan pasal 11 ayat 1, mengisyaratkan pemerintah untuk wajib memberikan
layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar SDMI dan SMPMts serta satuan pendidikan yang sederajat.
Untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan Bantuan Operasional Sekolah BOS. Dengan adanya program BOS diharapkan dapat membantu
memperkecil angka putus sekolah sekaligus berdampak pada pencapaian pemerataan pendidikan. Dalam implementasinya, kebijakan BOS dibagi ke
dalam tiga bagian yaitu implementasi program BOS, manajemen BOS dan monitoring program BOS.
Dalam proses implementasi sebuah kebijakan tentunya dipengaruhi oleh berbagai variabel atau faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan itu sendiri. Begitu juga dalam implementasi kebijakan BOS. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan ke dalam dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor ini lah yang akan memberikan pengaruhnya baik itu pengaruh positif maupun negative terhadap jalannya
implementasi kebijakan BOS tersebut. Untuk itu, penelitian ini penting untuk dilakukan guna mengetahui
apakah implementasi kebijakan BOS turut serta merta memberikan perannya dalam menurunkan jumlah angka putus sekolah di SMPN se-Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulon Progo dengan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya.
Dari penjelasan kerangka berpikir di atas, muncul beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan, yaitu:
1. Bagaimana implementasi kebijakan BOS terhadap penurunan angka
putus sekolah di SMPN se-Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo?
2. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan kebijakan BOS dalam
mengurangi angka putus sekolah di SMPN se-Kecamatan Kokap? 3.
Apa saja faktor penghambat pelaksanaan kebijakan BOS dalam mengurangi angka putus sekolah di SMPN se-Kecamatan Kokap?
BAB III METODE PENELITIAN