Persiapan Menghadapi Ramadhan PEMBAHASAN

yaitu Harist bin Kalda mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan sumber obat penyembuh. Tiada diragukan kita dapati jihad nafsi, menyelamatkan kita dari segala aroma keduniaan dalam menahan hawa nafsu. Seperti yang dikatakan Rasulullah SAW : Artinya : Wahai pemudai, barang siapa yang telah memenuhi bekal, bersegeralah kawin, sesungguhnya itu dapat menahan dari penglihatan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum memenuhi maka berpuasalah, sesungguhnya itu adalah penangkalnya. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat- manfaat yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hamman berkata, “Puasa adalah rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat, disyariatkan Allah SWT karena keistimewaan dan manfaatnya seperti : ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu, menolong dan menimbulkan sifat menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik itu fakir atau kaya”.

E. Persiapan Menghadapi Ramadhan

1. Menghitung Bulan Sya’ban Salah satu bentuk persiapan dalam menghadapi Ramadhan yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin adalah menghitung bulan Syakban, karena satu bulan dalam hitungan Islam adalah 29 hari atau 30 hari sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits Ibnu Umar, beliau bersabda: Artinya : Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika kalian terhalang dari melihatnya, maka genapkanlah 30 hari. Riwat al-Bukhariy. Makalah Puasa Ramadhan 10 Maka tidaklah kita berpuasa sampai kita melihat hilal anak bulan. Oleh kerana itu, untuk menentukan bila masuk Ramadhan diperlukan pengetahuan hitungan bulan Syaban. 2. Melihat hilal Ramadhan Untuk menentukan permulaan bulan Ramadhan diperintahkan untuk melihat hilal, dan itulah satu-satunya cara yang disyariatkan dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh an-Nawawi dalam al-Majmu’ 6289-290 dan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughniy 327. Dan ini adalah pendapat Ibnu Taimiyah yang berkata, Kita sudah mengetaui dengan pasti bahawa termasuk dalam agama Islam beramal dengan melihat hilal puasa, haji, atau iddah masa menunggu , atau yang lainnya dari hukum-hukum yang berhubungan dengan hilal. Adapun pengambilannya dengan cara mengambil berita orang yang menghitungnya dengan hisab, baik dia melihatnya atau tidak, maka tidak boleh. [Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25132. Kemudian perkataan beliau ini merupakan kesepakatan kaum muslimin. Sedang munculnya masalah bersandar dengan hisab dalam hal ini baru terjadi pada sebagian ulama setelah tahun 300-an. Mereka mengatakan bahwa jikalau terjadi mendung sehingga hilal tertutup boleh bagi orang yang mampu menghitung hisab untuk beramal dengan hisabnya itu hanya untuk dirinya sendiri. Jika hisab itu menunjukkan rukyah, maka dia berpuasa, dan jika tidak, maka tidak boleh. Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25133. 3. Puasa pada hari yang Diragukan Berpuasa pada hari yang diragukan, apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum, adalah terlarang sebagaimana di sebutkan dalam hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, yang Artinya: Makalah Puasa Ramadhan 11 Janganlah mendahului puasa Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari sebelumnya, kecuali orang yang sudah biasa berpuasa satu puasa yang tertentu, maka hendaklah dia berpuasa. Riwayat Muslim. Penentuan bulan Ramadhan dengan cara melihat hilal dapat ditetapkan dengan persaksian seorang Muslim yang adil sebagaimana yang dikatakan Ibnu Umar : Manusia sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi S.a.w bahawa aku telah melihatnya maka beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa. Riwayat Abu Dawud, ad-Darimy, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al- Baihaqy.

F. Amalan -Amalan Yang Berhubungan Dengan Puasa 1. Niat