Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
16
INOVASI PENDIDIKAN TINGGI KIMIA INDONESIA: SUATU KONSEP PEMIKIRAN PARADIGMA BARU
ABSTRAK
Pengelompokan bidang ilmurumpun ilmu di Indonesia untuk kebutuhan pengelolaan kelembagaan didasarkan pada peran atau fungsi keilmuan tersebut pada aplikasi dan bukan pada
kesamaan atau kemiripian materi kajian keilmuan.Hal ini telah mengakibatkan pemborosan sumberdaya terutama fasilitas laboratorium dan sumberdaya manusia khususnya staf pengajar. Laboratorium
merupakan sumber belajar suatu Program Studi akan memiliki fasilitas dan desain yang sama dengan laboratorium Program Studi lainnya yang memiliki kesamaan atau kemiripan materi kajian.Hal ini terjadi
pada keilmuan Kimia yaitu tergabung dalam Fakultas Matametika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Program Studi Kimia, dan Program Pendidikan Kimia tergabung dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, serta Kimia Teknik tergabung dalam fakultas teknik atau lembaga tersendiri. Pengelolaan kelembagaan yang demikian itu telah berakibat pada pemborosan sumberdaya yaitu suatu Perguruan
Tinggi akan memiliki sarana dan parasarana laboratorium yang sama pada beberapa fakultas, demikian pula untuk tenaga pengajar.
Selanjutnya, keilmuan kimia pada Pendidikan Tinggi Kimia Indonesia terus menurun peminatnya dari tahun ke tahun karena keilmuan kimia tetap konsisten sebagai ilmu dasar dan enggan melanjutkan
kajian pada terapan langsung terkait kebutuhan mahluk hidup.Dalam filsafat ilmu, ilmu kimia menempati seluruh strata ilmu pengetahuan yaitu mulai dari perihal mendasar hingg aplikatif, namun pada
kenyataannya hanya peran sebagai dasar keilmuan untuk aplikatif. Jika kita menelaah lebih detail definisi ilmu kimia yaitu mengkaji materi dan perubahannya, seharusnya tidak terbatas pada materi yang namanya
atom, unsur, dan senyawa, akan tetapi seluruh materi di jagat ini melibatkan proses perubahan kimia dan fisika. Karena itu sangatlah mudah merumuskan Program Studi Kajian Kimia yang berorientasi pada
terapan langsung yang terkait dengan kebutuhan mahluk hidup.Terapan-terapan kimia secara langsungsaat ini justru muncul bukan dari para ahli kimia tetapi dari para pemanfaat ilmu kimia.Oleh
karena itu diperlukan pemikiran baru tentang pengembangan Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia, antara lain membentuk Fakultas Kimia yang mengelola Program Studi-Program Studi berbasis keilmuan
kimia dan terus mengembangkan Program Studi Baru tentang Kimia yang terkait secara langsung dengan kebutuhan masyarakat.Pengkajian perihal tersebut dapat dimulai dari pembentukan wadah asosiasi untuk
keperluan diskusi para ahli kimia di Indonesia dalam mengembangkan kelembagaan Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia.
I. PENDAHULUAN
Ilmu Kimia mempelajari tentang materi dan perubahannya.Materi yang dikaji dalam konteks ilmu kimia mulai dari atom, unsur, dan senyawa.Berbagai konvensi akhirnya harus disepakati oleh ilmuan kimia dalam mengkaji atom
dan unsur karena perihal tersebut sangat penting untuk pengkajian lanjutan.Pengkajian atom sangat mendasar sehingga terungkap struktur atom dengan berbagai penyusunnya. Pengkajian-pengkajian struktur atom berorientasi pada
pemahaman sifat yang dimiliki oleh suatu unsur sehingga akan lebih mudah memahami perubahannya. Perubahan dari atom menjadi unsur, dan unsur membentuk molekul sederhana, dan molekul sederhana menjadi molekul besar atau
makromolekul merupakan kajian ilmu kimia.Akhirnya para ilmuan kimia memahami secara baik tentang atom dan isinya, hubungan atom dan unsur, hubungan unsur dengan molekul sederhana, hubungan molekul sederhana dan
makromolekul.Pengetahuan ini diabadikan oleh para lembaga pendidikan tinggi ilmu kimia dalam berbagai jenjang studi. Para ilmuan kimia puas dengan keilmuannya dapat memahami proses perubahan materi-materi tersebut yang
selalu disumbangkan kepada ilmu terapan, tanpa berpikir untuk melanjutkan pengkajiannya yang kelak dapat dinikmati secara langsung oleh manusia lain yang tidak memahami kimia.
Sejak Ilmu Kimia dilantik sebagai ilmu dasar, maka para ahli kimia seolah hanya berpikir bagaimana mengungkap tabir alam ini dalam bentuk bahasa kimia yang ditujukan pada kepentingan ilmu lain. Ilmu Pengetahuan
yang dilantik sebagai ilmu dasar adalah Ilmu Kimia, Ilmu Fisika, Ilmu Biologi, dan Ilmu Matematika.Keempat keilmuan tersebut digabung secara kelembagaan yang disebut dengan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Apakah
definisi alam memang hanya berupa fisik, sedang non fisik boleh tidak masuk kategori alam seperti ilmu
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
17
sosial.Penggabungan kelembagaan pendidikan berdasarkan perannya yang selama ini dianut apakah telah benar.Keempat ilmu dasar tersebut digabung karena peran mereka sebagai ilmu dasar dan bukan karena adanya
kemiripan materi kajian.Hal ini telah mengakibatkan pemborosan pembiayaan kelembagaan karena laboratorium yang merupakan ciri khas keilmuan tersebut tidak memiliki kesamaan antara satu dan lainnyya sehingga masing-masing
wajib memiliki laboratorium. Banyak keilmuan lain yang diklaim berbeda dengan kimia tetapi memiliki kesamaan laboratorium, sehingga jika keilmuan ini digabung secara kelembagaan dapat menghemat anggaran yaitu laboratorium
dan tenaga pengajar.
Lembaga Pendidikan Tinggi Kimia di Indonesia yang menggunakan ilmu Kimia sebagai dasar kajiannya adalah Program Studi Kimia, Program Studi Pendidikan Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Program Studi Petro dan Oleo
Kimia, Program Studi Industri Kimia Perkebunan, Program Studi Analisis Kimia, dan berbagai keilmuan lain dengan 50 keilmuan kimia untuk menunjang kompetensi yang ingin dicapai, tetapi tidak menggunakan nomenklatur kimia
dalam program studinya. Program Studi yang kimia tersebut secara kelembagaan terpisah bahkan antara ahli kimia dari masing-masing kelembagaan kimia tersebut saling pro-kontra, yaitu kaum kimia yang dilahirkan dari Program Studi
Kimia Murni tidak jarang melecehkan lulusan Program Studi Kimia yang lain yang bukan Kimia murni. Berdasarkan pengamatan tersebut maka perlu pemikiran baru tentang pengembangan keilmuan kimia dalam konteks kelembagaan
pendidikan dan juga dalam konteks perluasan materi pengkajian.
II. KEDUDUKAN ILMU KIMIA DALAM FILSAFAT ILMU