Neni Nuraeni, 2015 Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis Pengendalian Emosional Atlet Gulat Pelatda Jawa
Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada cabang olahraga tertentu, Prestasi
olahraga suatu negara menjadi tolak ukur kemajuan bangsa dan negara dan melalui prestasi olahraga pula lagu kebangsaan dan bendera negara dapat
dikumandangkan dan dikibarkan dinegara lain. Proses pelatihan dan pembinaan yang ada terjadi belakang ini sering terjadi
tidak secara berkesinambungan diantara, pembinaan seringkali dilakukan dilakukan hanya pada saat akan menghadapi suatu event olahraga, jadi sepintas
selalu terlihat ada suatu proses pembinaan yang terputus, padahal baiknya pembinaan harus dilakukan terus menerus dan berkesinambungan. Menurut UU
Nomor 3 Tahun 2005 pembinaan olahraga prestasi diselenggarakan oleh Pemerintah yang diwakili oleh Kemenpora dan dibantu pelaksanaannya oleh
KONI. Untuk dapat mencapai suatu prestasi yang baik tidak dapat diraih dengan
mudah melainkan harus dengan usaha pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan mulai dari tingkat yang paling rendah. peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sumber daya manusia dan sumber daya alam mempengaruhi pencapaian prestasi. Dalam suatu pelatihan pencapaian prestasi
secara maksimal tidak lepas dari aspek fisik, tehnik, taktik dan mental. Berkaitan dengan hal tersebut Harsono 1988, hlm.100 menjelaskan bahwa:
“Untuk dapat meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet yang maksimal, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet
yaitu: 1 latihan fisik
2 latihan teknik
Neni Nuraeni, 2015 Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis Pengendalian Emosional Atlet Gulat Pelatda Jawa
Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3 latihan taktik,dan 4 latihan mental.
Pelatihan yang baik haruslah direncanakan melalui program latihan. Suatu program latihan yang baik haruslah dirancang secara sistematis, Harsono 2004,
hlm.6 mengatakan kalau mau mencetak prestasi yang bagus bagi atlet-atletnya, pelatih dalam perencanaan program latihan harus mengacu kepada hukum-hukum,
prinsip-prinsip, dan metodologi pelatihan yang benar. Jadi pembuatan pogram latihan harus dengan sistematis, metodis dan ilmiah.
Berkaitan dengan pelatihan tersebut, latihan fisik mempunyai dukungan yang cukup tinggi karena pelatihan teknik dan taktik akan lebih sempurna apabila
dilakukan dengan kondisi fisik yang prima. Kondisi fisik yang prima didapat melalui pelatihan yang baik yang sistematis dan direncanakan. Adapaun empat
unsur kondisi fisik pokok yang menjadikan tubuh menjadi lebih prima yaitu, Sidik 2007, hlm.
61 “kekuatan, kelentukkan, kecepatan, daya tahan”. Setiap cabang olahraga memiliki kebutuhan akan pencapaian minimal
unsur kondisi fisik, seperti dalam gulat yang dominan menggunakan unsur kekuatan maka parameter kekuatannya tentu akan berbeda dengan cabang
olahraga yang lain. Dalam gulat sendiri unsur yang lebih dibutuhkan yaitu unsur kekuatan, daya tahan otot, power, kelenturan dan daya tahan umum
kardiovascular hal itu lah yang menjadi parameter keberhasilan seperti yang disajikan dalam kumpulan materi pelatihan kondisi fisik.2012, hlm. 60
Dalam setiap kejuaraan, pertandingan selalu dilaksanakan dengan terus menerus sehingga hal tersebut dapat menguras fisik atlet, atlet yang tidak
memiliki kondifi fisik yang baik tentu akan mengalami keterlambatan dalam mengembalikan kemampuan fisiknya. Hal tersebut lah yang menuntut setiap atlet
untuk memiliki kondisi fisik yang prima. Pada saat pertandingan atau kejuaraan berlangsung keberhasilan suatu atlet
tidak terlepas dari kemampuan teknik, taktik, fisik dan mental atlet itu sendiri. namun pada saat pelaksanaannya yang lebih berperan yaitu unsur mental dan
kemampuan fisik, mental berpengaruh pada saat pentandingan dimana pada saat itu timbul berbagai permasalahan mulai yang diantaranya kecemasan, terlalu
Neni Nuraeni, 2015 Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis Pengendalian Emosional Atlet Gulat Pelatda Jawa
Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
percaya diri yang kadang-kala hal tersebut dapat membuat konsentrasi terganggu sehingga kemampuan teknik yang dimiliki tidak dapat diperlihatkan dan taktik
tidak dapat berjalan dengan baik. Peningkatan dari hal tersebut didasarkan oleh sebuah kekhawatiran dan kegelisahan atas apa yang akan terjadi. Dalam
konteks pertandingan, tentu saja berkaitan dengan lawan dan harapan-harapan baik yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan Gunarsa 2008, hlm. 67 “yang mengatakan sumber ketegangan dan
kecemasan yang dialami oleh atlet dapat berasal dari dalam diri atlet tersebut serta dapat pula berasal dari luar diri atlet atau lingkungan
”. Kecemasan yang berlebihan dapat meningkatkan gejolak emosi yang naik
turun sehingga atlet tidak dapat mengontrol penampilannya, dengan demikian atlet harus senantiasa dapat mengontrol dirinya sendiri baik sebelum atau pun
selama masa pertandingan. Biasanya dalam pertandingan banyak sekali atlet yang tidak dapat mengontrol emosinya sendiri saat pertandingan berlangsung banyak
atlet yang emosinya meledak contohnya saja saat atlet tersebut ketinggalan poin atlet itu akan naik emosi nya karena ingin mengejar poin yang ketinggalan
berbagai cara pun dilakukan oleh atlet tersebut seperti menggigit, menyakar, memukul, mengadukan kepalanya kelawan dan lain sebagainya.
Pelatihan mental adalah pelatihan yang sering diabaikan oleh para pelatih yang lebih banyak menitik beratkan kepada fisik, teknik dan taktik saja. Pelatihan
mental itu sendiri sangat berguna untuk menjaga kesehatan mental atlet itu sendiri, dan ruang lingkup dari kesehatan mental itu sangat kompleks, seperti
yang diungkapkan Harsono 1989, hlm. 243 “yang menyatakan ruang lingkup
kesehatan mental adalah sangat luas dan pada umumnya mencakup bidang pelaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dan efisiensi kerja mental
”. Peran pelatihan mental itu akan tercermin dalam pertandingan, karena pada
saat pertandingan sering timbul masalah-masalah kejiwaan akibat baik dari dalam diri sendiri maupun tekanan yang datang dari luar yang hal tersebut dapat merusak
terhadap konsentrasi yang akhirnya penguasaan teknik dan taktik yang telah dimiliki secara sempurna tidak dapat diperlihatkan karena hilangnya konsentrasi
sehingga prestasi maksimal tidak dapat dicapai, ungkapan itu senada dengan yang
Neni Nuraeni, 2015 Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis Pengendalian Emosional Atlet Gulat Pelatda Jawa
Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dikatakan Harsono 1989, hlm. 242 “yang menyatakan peranan masalah-masalah
kejiwaan mempunyai
pengaruh yang
penting, malah
kadang-kadang menentukkan, didalam usaha orang atau atlet untuk mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya ”.
Gulat merupakan cabang olahraga yang selalu dipertandingkan mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat internasional, yang terdiri dari gaya bebas dan
gaya grego roman dengan pertandingan yang dipertandingkan berdasarkan kelas berat badan.
Cabang olahraga gulat itu sendiri ditingkat internasional telah banyak menyumbangkan prestasi dan dapat mengangkat nama baik bangsa, untuk tingkat
nasional sendiri PGSI Jawa barat telah banyak menyumbangkan atlet-atlet terbaiknya sebagai atlet nasional karena dalam setiap kejuaraan nasional atau
dalam Pekan olahraga nasional PON kontingen gulat jawa barat merupakan kontingen unggulan yang dapat menyumbangkan medali emas, hal tersebut
terlihat dari prestasi yang dicapai pada PON sebelumnya, pada tahun
2008 PON di adakan di kalimantan timur di PON Kaltim, Jabar dapat membawa medali yang cukup
banyak dengan raihan medali 3emas ,8perak ,dan 5perunggu , kemudian pada tahun 2012, PON yang diadakan di Riau, hanya memperoleh medali 1 emas dan 6 perunggu.
Perolehan medali pada PON 2008 ke 2012 cabang olahraga gulat dapat dikatakan kurang baik. Karena tidak ada peningkatan perolehan medali. Dikarenakan masuknya
pelatih asing korea, kedalam tim pelatih pelatda. Gaya melatih orang korea penyebab utama terjadinya tekanan terhadap atlet. Dari hasil wawancara langsung terhadap atlet
PON 2012, bahwa “pelatih korea kurang mengerti kebutuhan atlet misalnya selalu menekan porsi latihan yang menimbulkan rasa jenuh dan tingkat ego yang tinggi yang
membuat atlet merasa tertekan”. Selain pelatih faktor luck keberuntungan yang kurang baik dalam pengundianpengambilan nomor bertanding dimana tim jabar pada
pertandingan pertama mayoritas mendatapatkan lawan yang berat.
Sebagai salah satu cabang olahraga unggulan yang dapat menyumbangkan medali emas untuk daerah dalam pekan olahraga nasional, PGSI jawa barat yang
dibawah KONI jawa barat telah melakukan pemusatan latihan, atlet yang yang mengikuti pemusatan pelatihan dipilih berdasarkan pemanduan bakat dan seleksi
daerah yang dilakukan sebelumnya.
Neni Nuraeni, 2015 Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis Pengendalian Emosional Atlet Gulat Pelatda Jawa
Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Penyelenggaraan PON selalu dilaksanakan dengan waktu yang singkat, artinya dalam setiap penyelenggaraan perlombaan dan pertandingan selalu
dilaksanakan dengan terus menerus mulai dari babak awal sampai dengan final. Sehingga diperlukan persiapan yang matang untuk dapat mengikuti dan meraih
prestasi terbaik pada ajang PON tersebut. Selama dalam program latihan untuk dapat mengetahui perkembangan dan
kemampuan akibat dari hasil latihan sering dilakukan evaluasi, evaluasi yang dilakukan sering berupa try out berupa pertandingan persahabatan ataupun
mengikuti kejuaraan-kejuaranan. Sama halnya dengan atlet pelatda gulat jawa barat dalam program latihannya terdapat kejuaraan antar daerah yang sering
disebut PORDA karena pada dasarnya atlet yang berada dalam pelatda adalah atlet-atlet yang berasal dari daerah kabupatan dan kota yang ada di jawa barat itu
sendiri. Dalam pemilihan atlet pelatda sebelumnya, biasanya pemilihan atlet
didasarkan prestasi pada saat mengikuti PORDA, dalam kata lain atlet pelatda adalah atlet-atlet terbaik pada saat mengikuti PORDA, namun selain itu dilakukan
pemanduan bakat dan seleksi yang didasarkan kepada usia. Hasil dari pertandingan tersebutlah yang dijadikan bahan evaluasi baik atlet
itu sendiri untuk melihat kekurangan yang ada yang mempertahankan kelebihan yang telah dimilikinya. Pada saat pertandingan setiap atlet dengan tingkat level
atlet yang sama, maka diasumsikan kemampuan teknik dasar atlet yang bertanding memiliki kemampuan yang sama satu sama lain, akan tetapi yang
membedakannya adalah kemampuan kondisi fisik dan mental atau psikologi atlet, dengan kata lain kemenangan dalam suatu pertandingan lebih menitik beratkan
kepada unsur kondisi fisik atlet dan psikologinya. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti
“Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologi pengendalian emosional Atlet Gulat Pelatda Jabar Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifkasi Pekan Olahraga
Daerah “.
Neni Nuraeni, 2015 Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis Pengendalian Emosional Atlet Gulat Pelatda Jawa
Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah