KEMAMPUAN KONDISI FISIK DAN PSIKOLOGIS: PENGENDALIAN EMOSIONAL) ATLET GULAT PELATDA JAWA BARAT DIKAITKAN DENGAN PRESTASI PADA BABAK KUALIFIKASI PORDA 2014.
PRESTASI DI BABAK KUALIFIKASI PORDA 2014
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh: Neni Nuraeni
1000324
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
(2)
KEMAMPUAN KONDISI FISIK DAN PSIKOLOGIS (PENGENDALIAN EMOSIONAL) ATLET GULAT PELATDA JAWA BARAT DIKAITKAN DENGAN
PRESTASI DI BABAK KUALIFIKASI PORDA 2014
Oleh Neni Nuraeni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Neni Nuraeni 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
NENI NURAENI 1000324
KEMAMPUAN KONDISI FISIK DAN PSIKOLOGIS (PENGENDALIAN EMOSIONAL) ATLET GULAT PELATDA JAWA BARAT DIKAITKAN DENGAN
PRESTASI PADA BABAK KUALIFIKASI PORDA 2014
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Drs.H. Dede Rohmat N, M.Pd NIP. 196312091988031001
Pembimbing II
Bambang Erawan, M.Pd NIP. 196907282001121001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan
Dr. H. R. Boyke Mulyana NIP. 196210231989031001
(4)
ABSTRAK
KEMAMPUAN KONDISI FISIK DAN PSIKOLOGIS (PENGENDALIAN EMOSIONAL) ATLET GULAT PELATDA JAWA BARAT DIKAITKAN
DENGAN PRESTASI PADA BABAK KUALIFIKASI PORDA 2014 Pembimbing 1 : Drs. Dede Rohmat N., M.Pd
Pembimbing 2 : Bambang Erawan, M.Pd Neni Nuraeni*
1000324
Permasalahan yang penulis ajukan pada penelitian ini yaitu mengenai kemampuan kondisi fisik dan psikologis (pengendalian emosional) atlet gulat pelatda Jawa Barat dikaitkan dengan prestasi pada babak kualifikasi Porda 2014. Berbicara mengenai prestasi, untuk dapat mencapai suatu prestasi yang baik tidak dapat diraih dengan mudah melainkan harus dengan usaha pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan mulai dari tingkat yang paling rendah. Berkaitan dengan itu, sebuah prestasi diraih bukan hanya berawal dari segi fisik, tetapi juga mengenai teknik, dan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai kemampuan kondisi fisik dan psikologis (pengendalian emosional) atlet gulat pelatda Jawa Barat dikaitkan dengan prestasi pada babak kualifikasi Porda 2014. Metode yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 24 atlet. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup untuk menilai aspek psikologi dan tes fisik yang terdiri dari Sit and Reach, Lari 20 Meter, Shuttle run 5x5 meter, Tes 3 (Three) Hop, dan Bleep test. Penelitian ini menunjukan bahwa secara garis besar komponen kondisi fisik atlet pelatda Jawa Barat tergolong dalam kategori baik, dan berdasarkan kriteria penilaian presentase, aspek Psikologis yang dimiliki keseluruhan atlet Gulat tersebut adalah berada pada kategori baik karena perolehan keseluruhan aspek Pengendalian emosional atlet gulat tersebut memperoleh presentase sebesar 77 %. Sejalan dengan itu, prestasi atlet pelatda Jabar pada babak kualifikasi PORDA tergolong baik karena atlet memperoleh medali dalam kejuaraan tersebut
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga angkatan 2010 Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
(5)
ABSTRACT
PHYSICAL CONDITION ABILITY AND PHSYCOLOGICAL (EMOTIONAL CONTROL) WEST JAVA WRESTLING ATHLETES LINKED TO ACHIEVEMENTS IN QUALIFYING ROUND REGION SPORTS WEEKS
2014
Adviser 1 : Drs. Dede Rohmat N., M.Pd Adviser 2 : Bambang Erawan, M.Pd
Neni Nuraeni* 1000324
The sets of problem writer purpose on this research is about physical condition ability and phsycological (emotional control) West Java wrestling athletes linked to achievements in qualifying round region sports weeks 2014. Speaking about achievement, to achieve it is not easy, we have to do continous trainings and guidance from the bottom. Related to that, an achievement is not determined by only physical aspect, but also technique and mental aspect. The purpose of this research is to find out about physical condition ability and phsycological (emotional control) West Java wrestling athletes linked to achievements in qualifying round region sports weeks 2014. The method used in this research is descriptive method. The samples are the wrestling athletes in total of 24 person. The instrument are a closed questionaire to assess phsycological aspect and physical test in consist of sit and reach, 20 meter run, shuttle run 5x5 meter, three hop jump, and bleep test. This research shows that generally the physical condition of the athletes are in good shape, and based on percentage assess the phsycological aspect is generally is in good condition in the amount of 77%. Based on that, the achievement in the qualifying round are good because the athletesgets the medals.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga angkatan 2010 Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Hakikat Kondisi Fisik ... 8
2. Psikologi Olahraga ... 18
a. Pengertian Emosi ... 22
b. Komponen Komponen Emosi ... 23
c. Pengertian Pengendalian Emosional ... 24
d. Komponen Pengendalian Emosional ... 24
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ... 27
(7)
4. Prestasi Olahraga Gulat ... 30
B. Kerangka Pemikiran ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
B. Metode Penelitian ... 36
C. Definisi Operasional ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 37
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 45
1. Uji Validitas Instrumen ... 45
2. Uji Reliabilitas ... 47
F. Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Pensekoran ... 49
2. Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 52
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Kemampuan Kondisi Fisik ... 52
B. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Pengendalian Emosional 63 C. Diskusi Penemuan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN ... 74
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada cabang olahraga tertentu, Prestasi olahraga suatu negara menjadi tolak ukur kemajuan bangsa dan negara dan melalui prestasi olahraga pula lagu kebangsaan dan bendera negara dapat dikumandangkan dan dikibarkan dinegara lain.
Proses pelatihan dan pembinaan yang ada terjadi belakang ini sering terjadi tidak secara berkesinambungan diantara, pembinaan seringkali dilakukan dilakukan hanya pada saat akan menghadapi suatu event olahraga, jadi sepintas selalu terlihat ada suatu proses pembinaan yang terputus, padahal baiknya pembinaan harus dilakukan terus menerus dan berkesinambungan. Menurut UU Nomor 3 Tahun 2005 pembinaan olahraga prestasi diselenggarakan oleh Pemerintah yang diwakili oleh Kemenpora dan dibantu pelaksanaannya oleh KONI.
Untuk dapat mencapai suatu prestasi yang baik tidak dapat diraih dengan mudah melainkan harus dengan usaha pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan mulai dari tingkat yang paling rendah. peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya manusia dan sumber daya alam mempengaruhi pencapaian prestasi. Dalam suatu pelatihan pencapaian prestasi secara maksimal tidak lepas dari aspek fisik, tehnik, taktik dan mental. Berkaitan dengan hal tersebut Harsono (1988, hlm.100) menjelaskan bahwa:
“Untuk dapat meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet yang maksimal, ada
empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu:
(1) latihan fisik (2) latihan teknik
(9)
(3) latihan taktik,dan (4) latihan mental.
Pelatihan yang baik haruslah direncanakan melalui program latihan. Suatu program latihan yang baik haruslah dirancang secara sistematis, Harsono (2004, hlm.6) mengatakan kalau mau mencetak prestasi yang bagus bagi atlet-atletnya, pelatih dalam perencanaan program latihan harus mengacu kepada hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan metodologi pelatihan yang benar. Jadi pembuatan pogram latihan harus dengan sistematis, metodis dan ilmiah.
Berkaitan dengan pelatihan tersebut, latihan fisik mempunyai dukungan yang cukup tinggi karena pelatihan teknik dan taktik akan lebih sempurna apabila dilakukan dengan kondisi fisik yang prima. Kondisi fisik yang prima didapat melalui pelatihan yang baik yang sistematis dan direncanakan. Adapaun empat unsur kondisi fisik pokok yang menjadikan tubuh menjadi lebih prima yaitu, Sidik (2007, hlm. 61) “kekuatan, kelentukkan, kecepatan, daya tahan”.
Setiap cabang olahraga memiliki kebutuhan akan pencapaian minimal unsur kondisi fisik, seperti dalam gulat yang dominan menggunakan unsur kekuatan maka parameter kekuatannya tentu akan berbeda dengan cabang olahraga yang lain. Dalam gulat sendiri unsur yang lebih dibutuhkan yaitu unsur kekuatan, daya tahan otot, power, kelenturan dan daya tahan umum kardiovascular hal itu lah yang menjadi parameter keberhasilan seperti yang disajikan dalam kumpulan materi pelatihan kondisi fisik.(2012, hlm. 60)
Dalam setiap kejuaraan, pertandingan selalu dilaksanakan dengan terus menerus sehingga hal tersebut dapat menguras fisik atlet, atlet yang tidak memiliki kondifi fisik yang baik tentu akan mengalami keterlambatan dalam mengembalikan kemampuan fisiknya. Hal tersebut lah yang menuntut setiap atlet untuk memiliki kondisi fisik yang prima.
Pada saat pertandingan atau kejuaraan berlangsung keberhasilan suatu atlet tidak terlepas dari kemampuan teknik, taktik, fisik dan mental atlet itu sendiri. namun pada saat pelaksanaannya yang lebih berperan yaitu unsur mental dan kemampuan fisik, mental berpengaruh pada saat pentandingan dimana pada saat itu timbul berbagai permasalahan mulai yang diantaranya kecemasan, terlalu
(10)
percaya diri yang kadang-kala hal tersebut dapat membuat konsentrasi terganggu sehingga kemampuan teknik yang dimiliki tidak dapat diperlihatkan dan taktik tidak dapat berjalan dengan baik. Peningkatan dari hal tersebut didasarkan oleh sebuah kekhawatiran dan kegelisahan atas apa yang akan terjadi. Dalam konteks pertandingan, tentu saja berkaitan dengan lawan dan harapan-harapan baik yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Gunarsa (2008, hlm. 67) “yang mengatakan sumber ketegangan dan kecemasan yang dialami oleh atlet dapat berasal dari dalam diri atlet tersebut serta dapat pula berasal dari luar diri atlet atau lingkungan”.
Kecemasan yang berlebihan dapat meningkatkan gejolak emosi yang naik turun sehingga atlet tidak dapat mengontrol penampilannya, dengan demikian atlet harus senantiasa dapat mengontrol dirinya sendiri baik sebelum atau pun selama masa pertandingan. Biasanya dalam pertandingan banyak sekali atlet yang tidak dapat mengontrol emosinya sendiri saat pertandingan berlangsung banyak atlet yang emosinya meledak contohnya saja saat atlet tersebut ketinggalan poin atlet itu akan naik emosi nya karena ingin mengejar poin yang ketinggalan berbagai cara pun dilakukan oleh atlet tersebut seperti menggigit, menyakar, memukul, mengadukan kepalanya kelawan dan lain sebagainya.
Pelatihan mental adalah pelatihan yang sering diabaikan oleh para pelatih yang lebih banyak menitik beratkan kepada fisik, teknik dan taktik saja. Pelatihan mental itu sendiri sangat berguna untuk menjaga kesehatan mental atlet itu sendiri, dan ruang lingkup dari kesehatan mental itu sangat kompleks, seperti yang diungkapkan Harsono (1989, hlm. 243) “yang menyatakan ruang lingkup kesehatan mental adalah sangat luas dan pada umumnya mencakup bidang pelaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dan efisiensi kerja mental”.
Peran pelatihan mental itu akan tercermin dalam pertandingan, karena pada saat pertandingan sering timbul masalah-masalah kejiwaan akibat baik dari dalam diri sendiri maupun tekanan yang datang dari luar yang hal tersebut dapat merusak terhadap konsentrasi yang akhirnya penguasaan teknik dan taktik yang telah dimiliki secara sempurna tidak dapat diperlihatkan karena hilangnya konsentrasi sehingga prestasi maksimal tidak dapat dicapai, ungkapan itu senada dengan yang
(11)
dikatakan Harsono (1989, hlm. 242) “yang menyatakan peranan masalah-masalah kejiwaan mempunyai pengaruh yang penting, malah kadang-kadang menentukkan, didalam usaha orang atau atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya”.
Gulat merupakan cabang olahraga yang selalu dipertandingkan mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat internasional, yang terdiri dari gaya bebas dan gaya grego roman dengan pertandingan yang dipertandingkan berdasarkan kelas berat badan.
Cabang olahraga gulat itu sendiri ditingkat internasional telah banyak menyumbangkan prestasi dan dapat mengangkat nama baik bangsa, untuk tingkat nasional sendiri PGSI Jawa barat telah banyak menyumbangkan atlet-atlet terbaiknya sebagai atlet nasional karena dalam setiap kejuaraan nasional atau dalam Pekan olahraga nasional (PON) kontingen gulat jawa barat merupakan kontingen unggulan yang dapat menyumbangkan medali emas, hal tersebut terlihat dari prestasi yang dicapai pada PON sebelumnya, pada tahun 2008 PON di adakan di kalimantan timur di PON Kaltim, Jabar dapat membawa medali yang cukup banyak dengan raihan medali 3emas ,8perak ,dan 5perunggu , kemudian pada tahun 2012, PON yang diadakan di Riau, hanya memperoleh medali 1 emas dan 6 perunggu.
Perolehan medali pada PON 2008 ke 2012 cabang olahraga gulat dapat dikatakan kurang baik. Karena tidak ada peningkatan perolehan medali. Dikarenakan masuknya pelatih asing (korea), kedalam tim pelatih pelatda. Gaya melatih orang korea penyebab utama terjadinya tekanan terhadap atlet. Dari hasil wawancara langsung terhadap atlet PON 2012, bahwa “pelatih korea kurang mengerti kebutuhan atlet misalnya selalu menekan porsi latihan yang menimbulkan rasa jenuh dan tingkat ego yang tinggi yang membuat atlet merasa tertekan”. Selain pelatih faktor luck (keberuntungan) yang kurang baik dalam pengundian/pengambilan nomor bertanding dimana tim jabar pada pertandingan pertama mayoritas mendatapatkan lawan yang berat.
Sebagai salah satu cabang olahraga unggulan yang dapat menyumbangkan medali emas untuk daerah dalam pekan olahraga nasional, PGSI jawa barat yang dibawah KONI jawa barat telah melakukan pemusatan latihan, atlet yang yang mengikuti pemusatan pelatihan dipilih berdasarkan pemanduan bakat dan seleksi daerah yang dilakukan sebelumnya.
(12)
Penyelenggaraan PON selalu dilaksanakan dengan waktu yang singkat, artinya dalam setiap penyelenggaraan perlombaan dan pertandingan selalu dilaksanakan dengan terus menerus mulai dari babak awal sampai dengan final. Sehingga diperlukan persiapan yang matang untuk dapat mengikuti dan meraih prestasi terbaik pada ajang PON tersebut.
Selama dalam program latihan untuk dapat mengetahui perkembangan dan kemampuan akibat dari hasil latihan sering dilakukan evaluasi, evaluasi yang dilakukan sering berupa try out berupa pertandingan persahabatan ataupun mengikuti kejuaraan-kejuaranan. Sama halnya dengan atlet pelatda gulat jawa barat dalam program latihannya terdapat kejuaraan antar daerah yang sering disebut PORDA karena pada dasarnya atlet yang berada dalam pelatda adalah atlet-atlet yang berasal dari daerah kabupatan dan kota yang ada di jawa barat itu sendiri.
Dalam pemilihan atlet pelatda sebelumnya, biasanya pemilihan atlet didasarkan prestasi pada saat mengikuti PORDA, dalam kata lain atlet pelatda adalah atlet-atlet terbaik pada saat mengikuti PORDA, namun selain itu dilakukan pemanduan bakat dan seleksi yang didasarkan kepada usia.
Hasil dari pertandingan tersebutlah yang dijadikan bahan evaluasi baik atlet itu sendiri untuk melihat kekurangan yang ada yang mempertahankan kelebihan yang telah dimilikinya. Pada saat pertandingan setiap atlet dengan tingkat level atlet yang sama, maka diasumsikan kemampuan teknik dasar atlet yang bertanding memiliki kemampuan yang sama satu sama lain, akan tetapi yang membedakannya adalah kemampuan kondisi fisik dan mental atau psikologi atlet, dengan kata lain kemenangan dalam suatu pertandingan lebih menitik beratkan kepada unsur kondisi fisik atlet dan psikologinya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti
“Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologi (pengendalian emosional) Atlet Gulat
Pelatda Jabar Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifkasi Pekan Olahraga
(13)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kemampuan kondisi fisik atlet pelatda jabar pada babak kualifikasi porda?
2. Bagaimana gambaran psikologi atlet pelatda jabar pada babak kualifikasi porda?
3. Bagaimana gambaran prestasi atlet pelatda jabar pada babak kualifikasi porda?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan kondisi fisik atlet pelatda jabar pada babak kualifikasi porda
2. Untuk mengetahui gambaran psikologi atlet pelatda jabar pada babak kualifikasi porda
3. Untuk mengetahui gambaran prestasi atlet pelatda jabar pada babak kualifikasi porda.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada penulis secara khusunya dan kepada para pembaca pada umumnya, adapun menfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah
1. Secara teoritis,
Dapat dijadikan sebagai informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti dalam bidang pelatihan olahraga, para pemerhati dan praktisi olahraga khususnya yang terlibat dalam olahraga gulat.
(14)
2. Secara praktis,
Dapat dijadikan suatu bahan rujukan oleh para pelatih dan pembina olahraga bahwa untuk mencapai suatu prestasi olahraga harus memperhatikan kemampuan kondifi fisik dan psikologinya.
Dapat dijadikan suatu informasi dan acuan bagi para pengurus PGSI baik pusat maupun daerah dalam penyeleksian atlet.
E. Struktur Organisasi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan di uraikan berdasarkan sisitematika penulisan sebagai berikut:
Bab I pendahuluan: meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Bab II : kajian pustaka, dan kerangka pemikiran. Bab III : lokasi, populasi dan sempel penelitian, metode penelitian, definisi oprerasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, dan tehnik pengumpulan data. Bab IV : hasil pengolahan dan analisis data: membahas tentang hasil pengolahan dan analisis data kemampuan kondisi fisik dan pengendalian emosional dan diskusi penemuan. Bab V : kesimpulan dan saran : membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang akan di berikan.
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian
Dalam sebuah penelitian, tentu memerlukan Populasi dan Sampel untuk memperoleh data yang iinginkan. Dalam penelitian kali ini, peneliti menentukan populasi, sampel dan lokasi penelitian sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian
Pada penelitian yang berjudul Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologi (pengendalian emosional) Atlet Gulat Pelatda Jabar Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifkasi Pekan Olahraga Daerah ini, Lokasi penelitian mengenai judul tersebut akan dilaksanakan di GOR Pajajaran yang beralamatkan di jalan raya pajajaran no 37c Bandung, alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan tempat latihan atlet pelatda gulat jawa barat berada dikawasan gor pajajaran no 37c Bandung serta pelaksanaan babak kualifikasi yang dilakukan di gor tersebut pula.
2. Populasi dan sampel
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan sumber data, dan pada umumnya disebut populasi dan sampel penelitian. Berdasarkan kutipan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010, hlm. 173). Maka populasi dari penelitian ini adalah atlet pelatda gulat Jawa Barat sebanyak 24 orang.
Sedangkan tentang jumlah sampel penelitian, penulis menggunakan total sampling. Pemilihan sampel tersebut berpedoman pada Arikunto (2002, hlm. 112) yang mengatakan bahwa “apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika semua objeknya besar dapat diambil sebagai perwakilan yang mewakili populasi yang ada.” Berdasarkan pada penjelasan tersebut maka jumlah sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 24 orang atlet pelatda Jawa Barat cabang olahraga Gulat.
(16)
B. Metode penelitian
Pada sebuah penelitian tentu selalu diperlukan metode, penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan dan analisis data. Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksnaan penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian.
Sejalan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini, Arikunto (2006, hlm. 160) mengemukakan bahwa: “metode penelitian adalah cara yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitianya”. Adapun metode yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006) menjelaskan “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diwujudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
gejala menurut apa adanya pada suatu penelitian yang digunakan”.
Metode deskriptif dapat memecahkan serta menyelidiki masalah yang diteliti dan dapat menggambarkan keadaan yang terjadi dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum yang jelas, sistematis, dan akurat mengenai, fakta-fakta, sifat-sifat hubungan fenomena yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Karena pada penelitian ini tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Untuk memperoleh data yang sesuai, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik tes. Metode yang dimaksud untuk mengumpulkan data-data mengenai kondisi fisik dan psikologis atlet pelatda gulat jawa barat yaitu meliputi tes.
C. Definisi Operasional
Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering berbeda sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dan ketidak cocokan atau mengaburkan pengertian. Oleh karena itu, penulis menafsirkan penjelasan ini dengan mengacu pada pakar olahraga sebagai berikut:
(17)
1. Kondisi Fisik adalah semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan melalui kesanggupan pribadi (kemampuan dan motivasi).
2. Pengendalian adalah salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. 3. Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.
D. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan harus sesuai dengan pertanyaan penelitian. Artinya instrumen yang digunakan harus dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur. Tentang hal tersebut oleh Nurhasan dan Cholil (2007, hlm. 6) dikatakan
“Dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu obyek tertentu,
sehingga kita dapat mengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara
obyektif.”
Untuk memperoleh data mengenai kondisi fisik atlet maka instrumen yang digunakan adalah tes kondisi fisik atlet pelatda gulat jawa barat yang diantaranya adalah : Sit and reach, shuttle run, lari 20 meter, 3 hop, bleep test.
Adapun lebih lanjut mengenai instrumen penelitian diatas dan pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
1. Sit and Reach
Tujuan : Untuk mengukur fleksibilitas dari pinggul dan punggung juga elastisitas otot hamstring.
Alat/Fasilitas : Lembar observasi pencatat hasil tes dan alat tulis.
Pelaksanaan : Subjek duduk tegak dengan kedua kaki rapat dan kedua ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Subjek kemudian melakukan gerakan membungkukan atau merenggut badan ke depan sambil meluruskan tangan yang sejajar dengan kaki.
Skor : Besarnya kekuatan tarikan otot punggung subjek dapat dilihat pada alat pengukuran setelah melakukan tes tersebut yang terukur dalam satuan centimeter.
(18)
Tabel 3.1
Penilaian Sit and Reach
Putra Kriteria Putri
> 19,5 Baik Sekali > 20,0
17,0 – 19,0 Baik 18,5 – 19,5
14,5 – 16,6 Cukup 17,0 – 18,0
12,5 – 14,0 Kurang 15,0 – 16,5
< 12,0 Kurang Sekali < 14,5
2. Lari 20 meter
Tujuan : mengukur komponen kecepatan Alat : a. stop watch
b. meteran c. lintasan d. pluit
Pelaksanaan : Subjek coba berdiri di belakang garis start dengan sikap start melayang. Pada aba-aba “ya” ia berusaha lari secepat mungkin mencapai finis. Tiap orang di berikan kesempatan dua kali percobaan.
Skor : Jumlah waktu tempuh terbaik dari dua kali percobaan.
Tabel 3.2
Kriteria tes lari 20 meter
Rentang skor Kategori
>2,96 Sempurna
2,97 - 3,15 Baik sekali
3,16 – 3,40 Baik
3,41 – 3,55 Cukup
(19)
3. Shuttle run 5 x 5 Meter
Tujuan : Mengukur kelincahan dan kordinasi
Alat/fasilitas : Stop watch dan bidang dasar selebar 15 meter Pelaksanaan :
Orang coba berdiri di belakang garis start dengan salah satu kaki di letakan di depan. Pada aba-aba “ya” di berikan, orang coba dan secepat mungkin lari ke depan menuju garis akhir dan menyentuh garis tersebut, kemudian berputar lagi dan segera lari. Demikian seterusnya di lakukan dengan lari sebanyak 6 x 10 m. Orang coba di beri kesempatan melakukan tes tersebut sebanyak 2 kali.
Skor :
Waktu terbaik dari dua kali kesempatan, yang di catat sampai 1/10 detik.
Tabel 3.3
Kriteria tes shuttle run
Shuttle Run Putra Ktegori Shuttle Run Putri
< 7.5 Sempurna < 8,7
7,6 – 7,8 Baik sekali 8,8 – 9
7,9 – 8,1 Baik 9,1 – 9,3
8,2 – 8,4 Cukup 9,4 – 9,6
8,5 – 8,7 Kurang 9,8 – 10
4. Tes 3 (Three) Hop
Tujuan : Mengukur kekuatan otot tungkai
Alat/Fasilitas : Meteran untuk mengukur jarak melompat, garis pembatas atau kerucut, lembar observasi pencatat hasil tes dan alat tulis.
Pelaksanaan : Tes ini dilakukan dengan menggunakan satu kaki, dengan cara melompat sebanyak tiga kali sejauh mungkin agar mendapatkan nilai yang baik. Subjek berdiri di belakang garis dengan satu kaki, aba-aba dimulai dengan, subjek melompat sebanyak tiga kali berturut-turut. Tandai lompatan terakhir subjek, kemudian ukur berapa jarak yang didapatkan oleh subjek tersebut.
(20)
Skor : Pengukuran diambil dari take-off line ke titik terdekat dari kontak pada pendaratan melompat ketiga (belakang tumit). Catat jarak terpanjang melompat, yang terbaik dari tiga percobaan.
Mengenai Kriteria penilaian 3 hop, penulis membuat sendiri kriteria penilaian hasil dari lompatan atlet guna sebagai nilai berbentuk kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kriteria 3 Hop
Hasil Nilai
>80% Sempurna
70-79% Baik
60-69% Cukup
50-59% Kurang
>49% Kurang Sekali
5. Bleep Test
Tujuan : Untuk mengukur daya tahan kardiovaskular VO2 Max Alat/Fasilitas : a. Pita Candence (irama) untuk lari bolak-balik
b. Laptop/Komputer c. Audio System
d. Lintasan lari jarak 20 meter pada permukaan datar dan tidak licin
e. Stopwatch
f. Kerucut pembatas
g. Formulir tes dan alat tulis Pelaksanaan :
1. Lari kearah ujung/akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki di belakang
garis batas pada saat terdengar bunyi “tut”
2. Apabila telah sampai pada bunyi “tut” harus bertumpu pada titik putar menanti
bunyi kemudian lari kearah yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi
(21)
3. Kecepatan lari harus semakin bertambah cepat karena waktu akan pada semakin pendek.
4. Harus mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan
5. Gerakan balikan yaitu berputar bukan membuat belokan karena akan memakan waktu lebih banyak
6. Panitia harus memberhentikan peserta apabila peserta tertinggal tanda bunyi
“tut” dua kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.
Penilaian
Catat level terakhir yang dapat dilakukan atau diselesaikan oleh peserta lalu di komversikan ke dalam tabel untuk dapat di ketahui prediksi kemampuan aerobiknya.
(22)
Gambar 3.1
(23)
Tabel 3.5
Penilaian Tingkat VO2 Max
Kemudian instrumen untuk mengetahui tingkat psikologis atlet digunakan angket yang berupa tes psikologis atlet, dengan angket sebagai berikut, ...
Kemudian untuk prestasi hanya dilihat berdasarkan lolos atau tidaknya atlet tersebut pada saat babak kualifikasi.
Selain instrument di atas, untuk mencari kondisi psikologis dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa angket untuk memperoleh gambaran mengenai kontrol diri dan disiplin atlet di lapangan. Angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket berjenis tertutup. Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sesuai
dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan cek (√). Angket yang
digunakan menggunakan skala Likert dengan alternated respon pertanyaan terentang antara satu sampai lima. Kelima alternatif respon tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian terendah, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS); 2) Sesuai (S); 3) Kadang-kadang (K); 4) Tidak Sesuai (TS); dan 5) Sangat Tidak Sesuai (STS).
Kisi-kisi instrument untuk mengungkap pengendalian emosi atlet dikembangkan dari definisi operasional variable penelitian. Kisi-kisi instrument disajikan dalam Tabel 3.6 pada halaman 44.
Kategori VO2 Max
< 30 Tahun 30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun > 50 Tahun Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik < 25,0 25,0 – 33,7 33,8 – 42,5 42,6 – 51,5
> 51,6
< 25,0 25,0 – 30,1 30,2 – 39,1 39,2 – 48
> 48
< 25,0 25,0 – 26,4 26,5 – 35,4 35,5 – 45,0
> 45,1
< 25,0 25,0 – 33,7 33,8 – 43,0
(24)
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Pengendalian Emosi (Sebelum Uji Coba)
Kisi-Kisi Angket Tentang Pengendalian Emosi Pada Diri Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat
Komponen Indikator Sub indikator Nomor
Soal Jumlah Positif Negatif
Konsep pengendalian emosi 1. Kesadaran diri 1. Waspada 2. Mengenali diri sendiri 3. Individualisme
1 – 12 12 1,3,7,8,9,12 2,4,5,6,10,11
2.
Pengendalian diri
1. Kecemasan 2.
Ketersinggungan 3. Menghibur diri sendiri
13 – 24
12 14,15,17,20,22,24 13,16,18,19,21,23
3 .Motivasi 1. Inisiatif 2. Frustasi 3. Menggerakan seseorang menuju sasaran
25 – 36
12 25,26,30,32,33,35 27,28,29,31,34,36
4. Empati
1. Peduli
2. Peka terhadap perasaan orang lain
3. Memiliki kesadaran yang tinggi
37 – 48
12 37,40,41,44,47,48 38,39,42,43,45,46
5. Keterampilan sosial 1. Cermat membaca situasi 2. Berinteraksi 3. Bekerjasama
49 – 60
12 49,50,53,55,57,58 51,52,54,56,59,60
Jumlah 60 30 30
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sub indikator telah diwakili oleh sebuah pertanyaan atau bahkan lebih. Hal tersebut dilakukan karena apabila saat
(25)
instrument telah di uji coba kan dan telah di uji validitasnya, jika salah satu pertanyaan dari sub indikator itu tidak valid, maka akan dapat terwakili oleh pertanyaan lainnya yang masih berkaitan.
E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Item
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkapkan pengendalian emosi atlet. Pengujian alat pengumpul data menggunakan rumus product-moment yang dituliskan dalam Riduwan (2012, hlm. 138) sebagai berikut :
r hitung = n Σ xy –( Σx )(Σy)
{n Σ x2 –(Σ x)2 } {n Σ y2 –(Σ y)2 Keterangan :
r hitung = Koefisien Korelasi
Σ xi = Jumlah skor item
Σ yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden
Pengujian validitas dilakukan terhadap 60 item angket pengendalian emosi atlet dengan jumlah subjek 30 atlet tampak bahwa hasil pengujian validitas terhadap 60 item untuk mengukur pengendalian emosi atlet menunjukan bahwa 18 item dinyatakan tidak valid yakni nomor 1,2,5,8,10,20,22,25,26,31,33,40,41,43, 46,47,50 serta 57. Dengan demikian maka ke 18 item tersebut tidak akan diikut sertakan dalam analisis data selanjutnya. Dengan kata lain, instrument yang digunakan untuk analisis data variable pengendalian emosi atlet terdiri dari 42
(26)
item. Adapun item pertanyaan yang dianggap valid dan tidak valid dapat dilihat pada table 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pengendalian Emosi
Kesimpulan No Item Jumlah
Valid 3,4,6,7,9,11,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,24,27, 28,29,30,32,34,35,36,37,38,39,42,44,45,48,49,51,
52,53,54,55,56,58,59,60
42
Tidak Valid 1,2,5,8,10,20,22,25,26,31,33,40,41,43,46,47,50, 57
18
Setelah dilakukannya uji validitas instrument, maka diperoleh item soal yang telah valid dan akan diikut sertakan dalam pengolahan data. Berikut adalah kis-kisi angket pengendalian emosi atlet setelah dilakukan uji validitas.
Tabel 3.8
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Pengendalian Emosi (Setelah Uji Coba)
Kisi-Kisi Angket Tentang Pengendalian Emosi Pada Diri Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat
Komponen Indikator Sub indikator Nomor
Soal Jumlah Positif Negatif
Konsep pengendalian
emosi
1. Kesadaran diri
1. Waspada 2. Mengenali diri sendiri 3.
Individualisme
(27)
2.
Pengendalian diri
1. Kecemasan 2.
Ketersinggungan 3. Menghibur diri sendiri
8 – 17 10 9,10,12,17 8,11,13,14,15,16
3 .Motivasi 1. Inisiatif 2. Frustasi 3. Menggerakan seseorang menuju sasaran
18 – 25
8 21,22,24 18,19,20,23,25
4. Empati
1. Peduli
2. Peka terhadap perasaan orang lain
3. Memiliki kesadaran yang tinggi
26 – 32
7 26,30,32 27,28,29,31
5. Keterampilan sosial 1. Cermat membaca situasi 2. Berinteraksi 3. Bekerjasama
33 – 42
9 33,36,38,40 34,35,37,39,41,42
Jumlah 42 18 24
2. Uji reliabilitas Item
Setelah validitas masing-masing item diuji, selanjutnya instrument tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. (Arikunto, 2006, hlm. 178). Instrument yang sudah dapat dipercaya atau reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas instrument merupakan derajat keajegan skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dengan kondisi yang berbeda. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur tentang kontrol diri dan disiplin adalah dengan rumus metode Alpha yang dituliskan dalam Riduwan (2009, hlm. 115) sebagai berikut:
(28)
Keterangkan :
r11 = Nilai Reliabilitas
Σ Si = Jumlah varian skor tiap-tiap item St = Varians total
K = Jumlah item
Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel 2007, maka diperoleh koefisien reliabilitas pada angket tersebut sebesar 0.972970531929152. Berdasarkan kriteria Riduwan yang dapat dilihat pada tabel 3.9, angket tersebut memiliki tingkat reliabilitas Tinggi. Dengan demikian, angket pengendalian emosi atlet gulat Jawa Barat dapat dikatakan memadai untuk digunakan sebagai instrument penelitian.
Tabel 3.9
Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi)
Antara 0, 800 – 1, 000 Sangat Tinggi
Antara 0, 600 – 0, 799 Tinggi
Antara 0, 400 – 0, 599 Cukup Tinggi
Antara 0, 200 – 0, 399 Rendah
Antara 0, 000 – 0, 199 Sangat Rendah
(Riduwan, 2012: hlm 98)
F. Teknik pengumpulan data
Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data ini bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah, dengan cara memilih lembar daftar cek yang telah diisi dengan lengkap. Dari hasil verifikasi tersebut diperoleh data yang diisikan responden menunjukan kelengkapan dan cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah data sesuai dengan subjek dan semuanya memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
(29)
1. Pensekoran
Instrumen dalam penelitian kuantitatif adalah menggunakan kuisioner atau angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup, yaitu atlet diberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang menggambarkan pengendalian emosi atlet disertai dengan alternative jawaban. Angket tertutup jawaban sudah disediakan sehingga atlet hanya bertugas memilih jawaban dengan memberikan tanda checklist (√) pada soal yang telah disediakan dengan jawaban seperti pada Tabel 3.10 sebagai berikut.
Tabel 3.10
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Model Summated Ratings (Likert)
Pertanyaan
Skor Empat Opsi Alternatif Respon
SS S K TS STS
Favorable (+) 5 4 3 2 1
Un-Favorable (-) 1 2 3 4 5
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-5 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah:
a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pertanyaan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban kadang-kadang (K) memiliki skor 3 pada pertanyaan positif atau skor 3 pada pertanyaan negatif
d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 4 pada pernyataan negatif.
e. Untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju (STS) memiliki skor 1 pada pertanyaan positif atau skor 5 pada pernyataan negatif.
(30)
2. Analisis Data
Agar analisis data dalam penelitian ini berjalan dengan lancar, maka penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melihat dan memutuskan hasil sah atau tidak sah. Setelah angket dibagikan kepada sumber data, penulis mengumpulkan kembali yang kemudian diperiksa untuk melihat dan memutuskan keabsahan pengisian angket tersebut. Karena dikhawatirkan dalam pengisian angket responden tidak mengisi pertanyaan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. 2. Memberikan nilai pada setiap butir pertanyaan dalam angket yang telah
dijawab oleh responden dengan criteria penilaian sebagaimana telah dijelaskan pada sub judul sebelumnya mengenai pensekoran.
3. Mengelompokan setiap butir pertanyaan
4. Menjumlahkan nilai seluruh pertanyaan untuk setiap responden. 5. Menganalisa data untuk memperoleh kesimpulan penelitian.
Untuk memperoleh hasil akhir yaitu berupa gambaran pengendalian emosi atlet gulat Jawa Barat, penulis menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
P =
x 100% Keterangan :
P = Jumlah atau besarnya persentase yang dicari
Σx1 = Jumlah skor berdasarkan alternative jawaban
Σxn = Jumlah skor total
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka akan diperoleh data yang hendak dicari. Untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan data, dalam hal ini penulis memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto dalam Sarwanto (2010, hlm. 54), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut :
(31)
TABEL 3.11
KRITERIA FREKUENSI PERSENTASE
Rentang Nilai Kriteria
76 – 100% Baik
56 – 75% Cukup
40 – 55% Kurang
(32)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan, serta analisis data, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Profil mengenai Kemampuan fisik atlet Gulat Pelatda Jawa Barat 2014 tergolong dalam Kategori baik karena dilihat berdasarkan kriteria penilaian setiap komponen kondisi fisik, secara garis besar komponen kondisi fisik atlet pelatda Jawa Barat tergolong dalam kategori baik.
2. Berdasarkan Kriteria penilaian presentase, aspek Psikologis yang dimiliki keseluruhan atlet Gulat tersebut adalah berada pada kategori baik karena perolehan keseluruhan aspek Pengendalian emosional atlet gulat tersebut memperoleh presentase sebesar 77 %.
3. Prestasi atlet pelatda Jabar pada babak kualifikasi PORDA tergolong baik karena atlet memperoleh medali dalam kejuaraan tersebut.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah ditempuh oleh penulis serta kesimpulan yang diambil dari hasil pengolahan data penelitian, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dapat mengembangkan olahraga gulat khususnya di daerah Jawa Barat.
1. Selain kondisi fisik, seorang pelatih juga sangat penting memperhatikan kondisi psikologis atletnya. Maka dari itu seorang pelatih sebaiknya menyediakan waktu untuk berkumpul dan saling bertukar pikiran bersama atletnya. Hal demikian disebabkan karena dengan banyaknya atlet yang seorang pelatih bina, maka dipastikan setiap atlet memiliki keanekaragaman cara dalam mengendalikan emosi dalam dirinya sehingga seorang pelatih tidak bisa menyamakan perlakuan kepada setiap atlet.
(33)
2. Bagi para pelatih harus dapat membedakan cara melatih atlet yang memiliki kondisi fisik dan psikologis kurang dengan atlet yang memiliki kondisi fisik dan psikologis cukup baik. Adapun cara pembedaan dalam proses pelatihannya adalah dengan cara membededakan gaya kepemimpinan pelatih terhadap atlet saat melakukan latihan agar masing-masing atlet menjadi lebih baik lagi.
3. Pelatih sendiri harus mampu menunjukan sikap mampu mengontrol emosionalnya agar menjadi panutan bagi para atlet yang ia bina.
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, G. (1996). Kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Giriwijoyo, S. (2005) Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Rosda
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma
Ibrahim, R. (2008). Psikologi olahraga. Bandung: FPOK
Imanudin, I. (2013). Teori Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Lutan, R. (2007). Modul Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Nurhasan. H. dan. Hasanudin, Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
PB. PGSI, (2010). Peraturan Gulat Internasional. Jakarta: PB. PGSI
Pesurnay, L.P. dan Sidik, D.Z.(2006). Materi Penataran Pelatihan Fisik Tingkat Provinsi Se-Indonesia. Jakarta: Koni Pusat
Prawirasaputra, S. (1978). Peraturan Gulat Nasional. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia
Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sidik, D. Z. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. FPOK: Bandung
Sudarwati, L. (2007). Mental juara modal atlet berprestasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Surakhmad.(2004). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
(35)
Sumber Internet :
Situmorang, A. S. (tanpa tahun). Google. [Online]. Tersedia di : http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._
OLAHRAGA/195806201986011ANDI_SUNTODA_SITUMORANG/Pnt rn_Softball.pdf
Tanpa Nama. (2012). Tes dan Pengukuran Olahraga. Google. [Online]. Tersedia di :
http://pecintahockey.blogspot.sg/2012/06/tes-dan-pengukuran-olahraga.html
Tanpa Nama. (tanpa tahun). Tugas Bleep Test. Google. [Online]. Tersedia di : https://www.scribd.com/doc/38540500/Tugas-bleep-test
Wells, K.F & Dillon, E.K. (1952). The sit and reach. A test of back and leg flexibility. Research Quarterly, 23. 115-118. [Online] Tersedia : http://www.topendsports.com
(1)
Neni Nuraeni, 2015
Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agar analisis data dalam penelitian ini berjalan dengan lancar, maka penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melihat dan memutuskan hasil sah atau tidak sah. Setelah angket dibagikan kepada sumber data, penulis mengumpulkan kembali yang kemudian diperiksa untuk melihat dan memutuskan keabsahan pengisian angket tersebut. Karena dikhawatirkan dalam pengisian angket responden tidak mengisi pertanyaan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. 2. Memberikan nilai pada setiap butir pertanyaan dalam angket yang telah
dijawab oleh responden dengan criteria penilaian sebagaimana telah dijelaskan pada sub judul sebelumnya mengenai pensekoran.
3. Mengelompokan setiap butir pertanyaan
4. Menjumlahkan nilai seluruh pertanyaan untuk setiap responden. 5. Menganalisa data untuk memperoleh kesimpulan penelitian.
Untuk memperoleh hasil akhir yaitu berupa gambaran pengendalian emosi atlet gulat Jawa Barat, penulis menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
P =
x 100%
Keterangan :
P = Jumlah atau besarnya persentase yang dicari
Σx1 = Jumlah skor berdasarkan alternative jawaban Σxn = Jumlah skor total
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka akan diperoleh data yang hendak dicari. Untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan data, dalam hal ini penulis memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto dalam Sarwanto (2010, hlm. 54), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut :
(2)
Neni Nuraeni, 2015
Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TABEL 3.11
KRITERIA FREKUENSI PERSENTASE
Rentang Nilai Kriteria
76 – 100% Baik
56 – 75% Cukup
40 – 55% Kurang
(3)
Neni Nuraeni, 2015
Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan, serta analisis data, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Profil mengenai Kemampuan fisik atlet Gulat Pelatda Jawa Barat 2014 tergolong dalam Kategori baik karena dilihat berdasarkan kriteria penilaian setiap komponen kondisi fisik, secara garis besar komponen kondisi fisik atlet pelatda Jawa Barat tergolong dalam kategori baik.
2. Berdasarkan Kriteria penilaian presentase, aspek Psikologis yang dimiliki keseluruhan atlet Gulat tersebut adalah berada pada kategori baik karena perolehan keseluruhan aspek Pengendalian emosional atlet gulat tersebut memperoleh presentase sebesar 77 %.
3. Prestasi atlet pelatda Jabar pada babak kualifikasi PORDA tergolong baik karena atlet memperoleh medali dalam kejuaraan tersebut.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah ditempuh oleh penulis serta kesimpulan yang diambil dari hasil pengolahan data penelitian, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dapat mengembangkan olahraga gulat khususnya di daerah Jawa Barat.
1. Selain kondisi fisik, seorang pelatih juga sangat penting memperhatikan kondisi psikologis atletnya. Maka dari itu seorang pelatih sebaiknya menyediakan waktu untuk berkumpul dan saling bertukar pikiran bersama atletnya. Hal demikian disebabkan karena dengan banyaknya atlet yang seorang pelatih bina, maka dipastikan setiap atlet memiliki keanekaragaman cara dalam mengendalikan emosi dalam dirinya sehingga seorang pelatih tidak bisa menyamakan perlakuan kepada setiap atlet.
(4)
Neni Nuraeni, 2015
Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagi para pelatih harus dapat membedakan cara melatih atlet yang memiliki kondisi fisik dan psikologis kurang dengan atlet yang memiliki kondisi fisik dan psikologis cukup baik. Adapun cara pembedaan dalam proses pelatihannya adalah dengan cara membededakan gaya kepemimpinan pelatih terhadap atlet saat melakukan latihan agar masing-masing atlet menjadi lebih baik lagi.
3. Pelatih sendiri harus mampu menunjukan sikap mampu mengontrol emosionalnya agar menjadi panutan bagi para atlet yang ia bina.
(5)
Neni Nuraeni, 2015
Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daniel, G. (1996). Kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Giriwijoyo, S. (2005) Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Rosda
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma
Ibrahim, R. (2008). Psikologi olahraga. Bandung: FPOK
Imanudin, I. (2013). Teori Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Lutan, R. (2007). Modul Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Nurhasan. H. dan. Hasanudin, Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
PB. PGSI, (2010). Peraturan Gulat Internasional. Jakarta: PB. PGSI
Pesurnay, L.P. dan Sidik, D.Z.(2006). Materi Penataran Pelatihan Fisik Tingkat Provinsi Se-Indonesia. Jakarta: Koni Pusat
Prawirasaputra, S. (1978). Peraturan Gulat Nasional. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia
Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sidik, D. Z. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. FPOK: Bandung
Sudarwati, L. (2007). Mental juara modal atlet berprestasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Surakhmad.(2004). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
(6)
Neni Nuraeni, 2015
Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber Internet :
Situmorang, A. S. (tanpa tahun). Google. [Online]. Tersedia di : http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._
OLAHRAGA/195806201986011ANDI_SUNTODA_SITUMORANG/Pnt rn_Softball.pdf
Tanpa Nama. (2012). Tes dan Pengukuran Olahraga. Google. [Online]. Tersedia di :
http://pecintahockey.blogspot.sg/2012/06/tes-dan-pengukuran-olahraga.html
Tanpa Nama. (tanpa tahun). Tugas Bleep Test. Google. [Online]. Tersedia di : https://www.scribd.com/doc/38540500/Tugas-bleep-test
Wells, K.F & Dillon, E.K. (1952). The sit and reach. A test of back and leg flexibility. Research Quarterly, 23. 115-118. [Online] Tersedia : http://www.topendsports.com