Curah Hujan Suhu Permukaan Tanah Jenis Penutup Lahan Jarak Jalan Terhadap Hutan Analisis Arah Kebakaran Hutan

2. Dasar Teori

2.1 Curah Hujan

Curah hujan pada suatu wilayah berpengaruh pada tingkat kekeringan di suatu wilayah tersebut. Sehingga akan meningkatkan potensi dari resiko terjadinya kebakaran hutan di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan oleh peningkatan dari bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar seperti dedaunan yang telah kering serta penurunan dari kadar air yang berdampak pada penurunan dari kelembaban hutan.

2.2 Suhu Permukaan Tanah

Tinggi rendahnya suhu temperatur di permukaan bumi sangat mempengaruhi tingkat dari bahaya kebakaran. Hal tersebut dikarenakan dengan meningkatnya suhu di permukaan bumi yang didukung dengan kondisi curah hujan yang rendah pada suatu wilayah, maka bahan bakar akan mudah untuk terbakar.

2.3 Jenis Penutup Lahan

Komponen utama atau bahan dari kebakaran hutan ialah jenis penutup lahan. Hal ini dikarenakan tersedianya bahan bakar yang mudah terbakar tersebut berasal dari penutup lahan seperti contoh: Pohon Jati yang sedang meranggas karena pengaruh suhu dan curah hujan akan menggugurkan daunnya, daun tersebut akan mengering dan menjadi bahan bakar yang akan mudah terbakar bila tersulut api Puspitasari 2011

2.4 Jarak Jalan Terhadap Hutan

Jarak jalan terhadap hutan dalam penelitian ini merupakan parameter penyusun dalam peta pemicu kebakaran hutan. Arianti 2006 menyatakan bahwa dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan faktor biofisik. Mengingat hal tersebut maka dengan adanya parameter ini berfungsi untuk menunjukan keterkaitan antara interaksi manusia dengan hutan yang mampu menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Hal ini dikarenakan dengan dekatnya jarak jalan terhadap hutan akses menuju hutan disekitar jalan pun juga akan bertambah mudah dan aktivitas di dalam hutan dapat menjadi sering dilakukan.

2.5 Analisis Arah Kebakaran Hutan

Arah kebakaran hutan pada dasarnya dipengaruhi oleh arah dari hembusan angin. Arah angin sendiri agar dapat dianalisis secara spasial maka perlu dilakukan pendekatan dengan suhu permukaan di wilayah rawan kebakaran hutan. Hal tersebut dapat dilakukan karena angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Daerah bertekanan tinggi memiliki suhu permukaan yang rendah sedangkan daerah yang bertekanan rendah memiliki suhu yang jauh lebih tinggi. Konsep tersebut dapat dirumuskan bahwa angin bergerak dari daerah bersuhu rendah menuju daerah bersuhu lebih tinggi. Konsep analisis tersebutlah yang dijadikan sebagai acuan serta pendekatan dalam menganalisis arah kebakaran hutan. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis data sekunder. Dimana metode analisis data sekunder sendiri merupakan analisis data survei yang telah tersedia. Analisis ini mencakup interpretasi, kesimpulan atau tambahan pengetahuan dalam bentuk lain. Pemilihan metode analisis data sekunder dalam penelitian ini didasarkan pada tema kajian yang membahas tentang kejadian yang telah berlalu. Hal tersebut dimaksudkan mengenai waktu kajian dalam penelitian ini merupakan waktu kajian yang telah berlalu yaitu di bulan Oktober tahun 2014. Sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan survei lapangan atau pengambilan sensus dalam metode penelitian ini karena hasil dari penelitian ini berkaitan dengan waktu penelitian tersebut. Alur dari metode penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian

Dokumen yang terkait

Sistem Alat Pendeteksi Maling Jarak Jauh Menggunkan Modem GSM Dan Sensor PIR Berbasis Mikrokontroler Atmega8535

14 101 88

Sistem Pengiriman Data Temperatur Jarak Jauh Menggunakan Infrared Berbasis AT89S51

1 31 68

Pemantauan Perubahan Penutupan Lahan Akibat Kebakaran Hutan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di wilayah Taman NasionalBerbak-Jambi dan Sekitarnya)

0 7 49

Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan Di Provinsi Kalimantan Barat

3 28 226

Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis.

0 1 31

PENDAHULUAN Analisis Spasial Penentuan Lokasi Jalan Tol Di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

12 33 38

PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Si

0 2 11

PENDAHULUAN Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur Bulan Oktober Tahun 2014.

2 4 35

Penggunaan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pembuatan Prototipe Perangkat Lunak Simulasi Penyebaran Kebakaran Hutan | Widodo | Majalah Geografi Indonesia 24224 48831 1 PB

0 0 10

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6