xi
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4.1 Skor Profil Kendali Diri Siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi 4.2 Profil Kendali Diri Siswa kelas VIIIA sampai VIIIM
4.3 Profil Aspek Kendali Diri kelas VIII 4.4 Profil Kendali Diri Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
4.5 Profil Kendali Diri Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 4.6 Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi terhadap Layanan Bimbingan dan
Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa 4.7 Hasil Uji Validasi Isi Program Bimbingan dan Konseling Islami
4.8 Hasil Uji Keprakisan Program Bimbingan dan Konseling Islami 4.9 Pengembangan Tema Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan
Kendali Diri Siswa 4.10 Tahapan Kegiatan Eksperimen Bimbingan dan Konseling Islami
4.11 Uji Normalitas Data 4.12 Hasil Uji Independen Sampel pada Pretest dari Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol 4.13 Hasil Uji Statistik Sampel dari Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
4.14 Hasil Uji Independen Sampel pada Postest dari kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
4.15 Hasil Uji Independen Sampel T Test untuk Mengukur Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri
4.16 Uji Efektivitas Program Bimbingan Dan Konseling Islami 106
108 110
113 114
116
117 118
130
131 137
138
139 140
142
142
xii
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
4.1 Profil Kendali Diri Siswa kelas VIII 4.2 Profil Kendali Diri Siswa kelas VIIIA sampai kelas VIIIM
4.3 Profil Aspek Kendali Diri 4.4 Profil Kendali Diri Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
4.5 Profil Kendali Diri Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 107
110 112
113 114
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Abstrak
Siti Ummi Khatimah, 2014. The Effectiveness of Islamic guidance and couseling in de elopi g stude t s self-control Quasi Experiment study toward the students grade VIII of
Junior High School 9 Cimahi. Guided by: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.,dan Dr.H. M. Solehuddin, M.Pd.,MA.
The aim of this research is to know the effectiveness of the Islamic guidance and counseling i de elopi g stude t s self-control in their study and interaction with friends at school. This
research inc
luded the aspe t of stude t s a ility to a age the situatio , that is a out ho to think and manage the situation when they are studying and interacting, the quality of
stude t s oti atio , patie e a d the stude t s a ilityi a epti g the o se ue es of their act or behaviour. The treatment which was conducted in this research is the islamic
guida e a d ou seli g ith Ta ghi Wat Ta hi te h i ue a d sto y telli g te h i ue. Islamic guidance and counseling is viewed as a guidance model which has the view about
human being as a plenary creatures, the human beings who have a lot of virtues besides their weaknesses.The basic potential on human being is they have a natural character or
fit ah . It is the p efe e e to o e t the sel es o the p efe e e to ha e faith o I a . Islamic guidance and counseling is a comprehensive model because it all inclusive of human
life. Ta ghi Wat Ta hi te h i ue a d sto y telli g te h i ue, oth te h i ues a e originated from Al-
u a a d hadits. The esult shows that there is a significant change on the students who are given the treatment compare with who are not. This shows that
Isla i guida e a d ou seli g is effe ti e to use i de elopi g stude t s self o t ol a d as one of models in counseling service in an Individual, Social, Study and career field.
Furthermore, Besides mastering the techniques of Islamic guidance and counseling, the very important thing in conducting Islamic guidance and counseling is the personal
characters of guidance and counseling teacher. Key words : Self-Control, Islamic guidance and counseling, Targhib Wat Tarhib technique
and story telling technique.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Siti Ummi Khatimah, 2014. Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas
VIII SMPN 9 Kota Cimahi. Dibimbing oleh: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., dan Dr.H. M. Solehuddin, M.Pd.,MA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan Kendali Diri siswa dalam belajar dan
berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Penelitian terhadap kendali diri siswa meliputi aspek kemampuan siswa dalam menguasai situasi, yaitu memikirkan dan
mengatasi situasi ketika siswa belajar dan berinteraksi, kualitas motivasi siswa, aspek kesabaran, dan kemampuan siswa dalam menerima konsekuensi dari perbuatannya.
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bimbingan dan konseling Islami. Bimbingan dan Konseling Islami dipandang sebagai model bimbingan yang memiliki
pandangan tentang manusia yang paripurna, manusia memiliki banyak keutamaan di samping kelemahannya. Potensi yang mendasar pada manusia adalah dimilikinya fitrah,
yaitu kecenderungan manusia untuk memperbaiki diri atau pada intinya adalah kecenderungan untuk memiliki iman. Bimbingan dan Konseling Islami merupakan model
bimbingan dan konseling yang komprehensif, karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Teknik yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling Islami adalah teknik At-
targhib wat Tarhib dan teknik Kisah, kedua teknik ini bersumberkan kepada ayat-ayat Al- quran dan Hadits. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
kuasi- eksperimen. Bentuk disain penelitian adalah nonequivalent control group design. Sampel yang dipilih adalah siswa kelas VIII SMPN 9 Kota Cimahi berjumlah 40 orang siswa,
yaitu 20 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 20 siswa sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan kendali diri secara signifikan pada kelompok
siswa yang diberi perlakuan Bimbingan dan Konseling Islami dengan teknik At-targhib wat
tarhib dan teknik kisah, dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami efektiv untuk digunakan dalam
mengembangkan kendali diri siswa dan sebagai salah satu model layanan bimbingan dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Selain menguasai teknik-teknik
Bimbingan dan Konseling Islami, hal yang sangat penting dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami adalah karakteristik kepribadian guru Bimbingan dan Konseling.
Rekomendasi dari penelitian ini terutama ditujukan untuk Guru Bimbingan dan Konseling konselor.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kata Kunci : Kendali Diri, Bimbingan dan Konseling Islami, Teknik At-targhib wat Tarhib dan Teknik Kisah.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah aset bangsa di masa yang akan datang. Keunggulan remaja sangat ditentukan oleh proses pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan non
formal maupun pendidikan informal. Dalam perkembangannya, sosok remaja sering diwarnai oleh rasa ingin tahu, gejolak dan konflik. Dalam hal ini orang tua
dan semua praktisi harus menyikapi dan membina remaja secara tepat dan bijaksana.
Beberapa penulis berpendapat bahwa masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan aspek
biologis, psikologis, moral, religius, kognitif dan sosial Latifah, 2008. Sebagai individu yang sedang berkembang, mencari identitas diri dan membentuk jati diri,
remaja sering mengalami benturan antara keinginan untuk diakui dengan kondisinya yang belum diterima sepenuhnya sebagai manusia dewasa oleh
lingkungan. Kondisi demikian banyak menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan sehingga muncullah bentuk-bentuk penyimpangan perilaku dan
kenakalan remaja. Dalam masa globalisasi terdapat sederet permasalahan yang dialami
remaja saat ini, misalnya penggunaan narkoba, tawuran antara remaja, seks bebas, berkembangnya kasus HIV dan AIDS, dan kasus-kasus bunuh diri. Sebagai
contoh kasus, Faujiyah 2011 mengemukakan hasil penelitiannya sebagai berikut.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Permasalahan sosial yang ditemukan di wilayah Pekalongan Jawa Tengah semakin kompleks dan cenderung meningkat. Faktor penyalahgunaan
teknologi dan ponsel menjadi salah satu faktor pemicu. Hingga Maret 2011 ditemukan sekitar tujuh kasus, diantaranya penyalahgunaan narkoba,
kekerasan dalam rumah tangga, dan pemerkosaan. Kasus kematian di kalangan usia remaja ternyata menunjukkan trend akhir-akhir ini. Gaya hidup modern
telah meracuni remaja dan orang muda.
Badan Perserikatan Bangsa Bangsa PBB untuk penanggulangan AIDS melaporkan 67 persen kasus HIV dan AIDS di negara-negara berkembang terjadi
pada kalangan usia muda 15-24 tahun. Dari jumlah tersebut, 64 persennya adalah perempuan dan remaja putri. Menurut laporan terbaru KPAN, jumlah
kasus AIDS di Indonesia berdasarkan jenis kelamin pada 2010 sebanyak 22.726 kasus. Sebanyak 16.731 kasus atau 73,62 persennya adalah laki-laki, sedangkan
5.911 kasus atau 26,01 persennya adalah perempuan. Sebanyak 84 kasus atau 0,37 persen
tidak diketahui
jenis kelaminnya
kompas online,
http:regional.kompas.com dan http:health.kompas.com. Belum lama kita dihebohkan oleh maraknya kasus tawuran antar pelajar,
diantaranya tawuran pelajar di Jakarta antara siswa SMA 6 dan SMA 40 yang menewaskan Alawy usia 16 tahun, siswa kelas X SMA 6 Jakarta Kompas, 25
September 2012. Berdasarkan data Polda Metro Jaya diketahui bahwa di Kota Jakarta telah terjadi sembilan kasus tawuran yang melibatkan pelajar selama
periode Januari sampai September 2012. Menurut Sofyan Willis 2005 kenakalan remaja dan penyimpangan
perilaku merupakan representasi dari lemahnya kendali diri remaja yang berakibat pada rendahnya penyesuaian diri remaja terhadap dirinya sendiri dan
lingkungan. Hal ini akan nampak pada munculnya konflik batin, kegelisahan
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang berlebihan, tidak dapat memusatkan perhatian, kurang bersemangat, perilaku agresif dan sebagainya.
Penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja disebabkan oleh faktor dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar. Faktor dari dalam sendiri
disebabkan karena adanya kendali diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang
tidak dapat diterima akan terseret pada perilak u „nakal‟. Begitu pula remaja yang
telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan kendali diri, akan mengalami permasalahan dalam interaksinya.
Salah satu faktor penyebab rendahnya kendali diri remaja yang berakibat kecenderungan remaja terhadap penyimpangan perilaku dan kenakalan, adalah
kurangnya pendidikan agama. Kurangnya pendidikan agama kepada anak dan remaja dapat menyebabkan semakin meningkatnya tindakan delinquency
kenakalan dan penyimpangan perilaku di kalangan mereka Syamsu Yusuf: 2002. Pemahaman keagamaan yang kurang baik membuat remaja lebih mudah
terpengaruh oleh hal-hal negatif, akibatnya remaja kurang dapat menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungan. Pendidikan agama yang ditanamkan
dengan baik kepada remaja dapat menjadi pengendali tingkah laku dan sekaligus menjadi alat pengontrol atas setiap tindakan yang dilakukannya. Agama sekaligus
dapat bersifat preventif, kuratif dan konstruktif bagi remaja. Hal ini terjadi apabila agama masuk dalam konstruksi pribadi remaja. Kendali diri yang baik akan
terbentuk apabila unsur agama terdapat dalam pribadi remaja.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kendali diri yang baik merupakan indikator sehatnya mental seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramayulis 2007 bahwa sehatnya mental
seseorang terlihat dari dua pola. Pertama adalah pola salaby yaitu terhindarnya seseorang dari gejala neurosis dan psikosis, kedua adalah pola ijaby yaitu
kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri dan lingkungan sosialnya. Kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri dan lingkungan,
menunjukkan kualitas kendali diri yang baik. Bagi seorang muslim, kemampuan mengendalikan diri menjadi pangkal
kesuksesan yang sejati. Allah SWT berfirman QS. An-naziat 79 40-41
……
Artinya: ” Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya.
” Menurut Abdurrahman Muhammad 2012 kendali diri bagi seorang
muslim meliputi mengendalikan emosi, mengendalikan pengaturan waktu, menentukan prioritas dan menjaga kata-kata
Permasalahan rendahnya kendali diri siswa merupakan tanggungjawab bersama antara orang tua, sekolah dan masyarakat. Sekolah sangat berperan dalam
mengembangkan kendali diri siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rennawati 2011 yang menyatakan bahwa pihak sekolah seharusnya
mengembangkan kendali diri siswa dengan memberikan layanan informasi tentang arti pentingnya memiliki kendali diri yang baik.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam upaya mengatasi rendahnya kendali diri remaja, beberapa pakar pendidikan dan Bimbingan Konseling mengungkapkan bahwa penanaman nilai-
nilai agama dalam proses pendidikan dan bimbingan sangat penting. Hal ini dikemukakan oleh Marsha Wiggins Frame 2003 yang mengemukakan bahwa
dalam praktek bimbingan konseling dan psikoterapi banyak bukti empiris yang menunjukkan adanya kontribusi positif antara keyakinan beragama terhadap
kesehatan mental. Dimensi agama dalam kehidupan konseli dapat menjadi alat bantu dalam upaya terapeutik. Sejalan dengan pendapat Marsha, Ramayulis
2007 menyatakan: Faktor agama sangat memainkan peranan penting dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan mental. Masuknya nilai keimanan, ketaqwaan dan ketuhanan dalam proses konseling, menjadikan proses konseling luas dan
mendalam, karena sudah mencakup seluruh aspek dari kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa agama mempunyai hubungan yang erat dengan
kepribadian positif.
Agama memegang peranan penting dalam memelihara dan memperbaiki kesehatan mental, diantaranya permasalahan rendahnya kendali diri. Agama akan
memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik dan memberikan suasana damai dan tenang. Dadang Hawari 1997 menyimpulkan
dari sejumlah penelitian bahwa komitmen beragama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi
penyakit, dan mempercepat pemulihan penyakit. Berdasarkan sejarah Bimbingan dan Konseling, banyak model
Bimbingan dan Konseling yang telah dihasilkan oleh para ahli, mulai dari model Bimbingan dan Konseling Personian, Penyesuaian, Eklektik dan model
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Bimbingan dan Konseling Kontemporer. Model Bimbingan dan Konseling Kontemporer
berkembang menjadi
model Bimbingan
dan Konseling
Perkembangan, Keterampilan Hidup, Respectful dan model Bimbingan dan Konseling Religius.
Hal yang mendasari model-model bimbingan dan konseling tersebut adalah beberapa pendekatan sebagai berikut: Pendekatan Psikoanalitik, Adlerian,
Eksistensial, Person-Centered, Gestalt, Reality, Behaviour, Cognitive behavior dan Family system. Berdasarkan pendapat para ahli pendekatan-pendekatan
bimbingan konseling tersebut memiliki keterbatasan, seperti yang diungkap oleh beberapa ahli diantaranya: aliran psikoanalitik dinilai oleh Corey 1982:12 terlalu
pesimistik, deterministic dan reduksionistik. Perilaku manusia dipandang sebagai sublimasi dari dorongan-dorongan yang tidak disadari. Aliran Behaviorisme
memandang manusia secara deterministic, menganalogikan perilaku dan hakekat manusia dengan dunia hewan, seperti anjing, kucing dan kera, yang hasil ujiannya
langsung bisa diterapkan dalam memperlakukan manusia MD. Dahlan: 1988. Sedangkan aliran humanistik terlalu optimistik dalam upaya pengembangan
sumber daya manusia sehingga manusia dipandang memiliki kemampuan tunggal dan menentukan tujuannya sendiri.
Menurut Anwar Sutoyo 2009 keterbatasan dari pendekatan Bimbingan dan Konseling terutama terletak pada keterbatasan tentang cara pandang akan
hakikat manusia. Berbeda dengan pendekatan lainnya, Bimbingan dan Konseling Islami memiliki cara pandang tentang manusia yang paripurna. Model Bimbingan
dan Konseling Islami sangat berperan dalam memupuk kesejahteraan mental
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan kebahagiaan hidup. Proses Bimbingan dan Konseling lebih luas dan mendalam karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini sejalan
dengan pendapat Musfir bin Said Azzahrani 2005 yang menyatakan bahwa: Konseling dan terapi yang bersumber agama Alquran dan Sunnah
merupakan salah satu kebutuhan mendasar setiap individu. Ia merupakan kebutuhan kejiwaan baik secara individu maupun masyarakat di setiap fase
peradabannya dan juga fase perkembangan hidup yang sesuai dengan kesulitan dan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Nilai-nilai agama yang dianut konseli perlu dipertimbangkan oleh konselor dalam memberikan layanan. Banyak diantara konseli yang fanatik dengan ajaran
agama, sehingga konseli sangat yakin dengan pemecahan masalah melalui nilai- nilai ajaran agama. Bishop 1992:179 menyatakan bahwa nilai-nilai agama
penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam proses bimbingan konseling agar proses bimbingan dan konseling terlaksana secara efektif.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius. Minat beragama masyarakat mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas
keagamaan yang diselenggarakan oleh berbagai komponen masyarakat, baik secara langsung maupun melalui media masa. Kondisi ini sebaiknya menjadi
perhatian para konselor atau terapis untuk lebih peka terhadap nilai-nilai spiritual dan kebutuhan konseli dalam mengatasi permasalahan hidupnya.
Pendekatan nilai-nilai agama Islam dalam proses bimbingan dan konseling merupakan upaya yang sangat berarti bagi pengembangan profesi konseling yang
komprehensif. Intervensi bimbingan konseling tidak sebatas mengembangkan atau menyelesaikan masalah pola pikir, emosi, sikap atau tingkah laku konseli, tetapi
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
meliputi perkembangan kepribadian secara utuh sebagai makhluk yang biopsikososiospiritual.
Berikut bebarapa ayat Alquran yang melandasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami, diantaranya:
a. Alquran sebagai petunjuk dan rahmat QS. Aljatsiyah 45 ayat 20
Artinya: “Al-qur‟an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
b. Alquran sebagai obat dan rahmat QS. Al Isra 17 : 82
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-qur‟an sesuatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim, hanya akan menambah kerugian.”
c. Perilaku Nabi Muhammad saw. sebagai contoh teladan QS. Al-Ahzab33 : 21
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. ”
d. Perintah untuk mengajak manusia kepada kebaikan dengan cara bijaksana
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Artinya:”Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” QS An-nahl 125
B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Remaja dalam estafeta perjuangan bangsa merupakan sosok yang harus dipersiapkan melalui proses pendidikan yang efektif dan berkesinambungan,
karena remajalah yang akan melanjutkan roda peradaban bangsa. Salah satu karakteristik remaja yang sehat adalah dimilikinya kemampuan mengendalikan
diri. Aspek kemampuan mengendalikan diri meliputi kemampuan menguasai situasi, memiliki motivasi bertidak interen, positif dan mandiri, memiliki
kesabaran dan bersedia menerima resiko, yaitu menerima konsekuensi dari perbuatannya.
Memiliki kendali diri yang baik adalah salah satu indikator kepribadian yang sehat healthy personality. Hurlock 1986 mengemukakan bahwa diantara
karakteristik kepribadian yang sehat adalah individu mampu menilai diri, situasi dan lingkungan, menerima tanggung jawab serta mampu mengontrol emosi.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, remaja akan menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dapat
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menyusun tindakan yang berdimensi jangka panjang, mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas.
Kemampuan mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk yang selama ini banyak dijumpai. Apalagi di era
globalisasi ini terdapat sederet permasalahan yang dialami remaja, misalnya penggunaan narkoba, tawuran antara remaja, seks bebas, berkembangnya kasus
HIV AIDS, dan kasus-kasus bunuh diri Faujiyah: 2011.
Data lain ditemukan, berdasarkan data Polda Metro Jaya diketahui bahwa di Kota Jakarta telah terjadi sembilan kasus tawuran yang melibatkan pelajar
selama periode Januari sampai September 2012. Faktor penyebab banyaknya kenakalan dan penyimpangan perilaku
tersebut adalah lemahnya kendali diri remaja Sofyan Willis: 2005. Kondisi ini akan tampak pada munculnya konflik batin, kegelisahan yang berlebihan, tidak
dapat memusatkan perhatian, kurang bersemangat, perilaku agresif dan sebagainya. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitu pula remaja yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan kendali diri, akan mengalami permasalahan dalam interaksinya.
Permasalahan yang dialami remaja bersekolah lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bersekolah, seperti hubungan dengan guru dan teman-teman di
sekolah, mata pelajaran yang berat dan lain-lain. Rennawati 2011 menyatakan
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bahwa pihak sekolah seharusnya mengembangkan kendali diri siswa dengan memberikan layanan informasi tentang arti pentingnya memiliki kendali diri yang
tinggi. Penelitian ini mencoba mengungkap gambaran profil kendali diri siswa
ketika belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya. Selanjutnya peneliti menggunakan
pendekatan Bimbingan
dan Konseling
Islami dalam
mengembangkan kendali diri siswa. Penelitian ini didasari juga oleh beberapa pendapat pakar pendidikan dan bimbingan konseling yang mengungkapkan bahwa
penanaman nilai agama dalam proses pendidikan dan bimbingan adalah sangat penting. Salah satu landasan penggunaan pendekatan Bimbingan dan Konseling
Islami adalah Al-quran surat Al-Isra ayat 82, sebagai berikut:
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-qur‟an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim,
hanya akan menambah kerugian”.
Hubungan antara keyakinan beragama yang baik terhadap kendali diri positif dikemukakan oleh Syamsu Yusuf 2011 bahwa keyakinan beragama
mendorong gaya hidup individu menjadi sehat, diantaranya kebiasaan berperilaku positif, bertanggungjawab dan pengendalian diri yang baik.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pemaparan di atas maka maka variabel dalam penelitian ini adalah variabel kendali diri dan variabel Bimbingan dan Konseling Islami.
Definisi operasional dari kedua variabel penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Kendali Diri Kendali diri adalah kemampuan siswa dalam mengarahkan perilakunya
ketika belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya dengan cara menguasai situasi yaitu memikirkan cara mengatasi situasi dan mengendalikan situasi,
memiliki motivasi internal dalam bertindak, memiliki kesabaran yaitu konsistensi dan tidak dilandasi amarah, serta kesediaan menerima resiko, sehingga perilaku
siswa memiiki konsekuensi positif. Dari definisi di atas, dirumuskan aspek-aspek kendali diri yang terdiri
dari: a.
Penguasaan situasi yaitu kemampuan siswa dalam memikirkan cara untuk menguasai situasi dan mengendalikan situasi
b. Motivasi internal dalam bertindak yaitu tindakan siswa dilandasi oleh
dorongan dari dalam diri sendiri dan adanya kemandirian c.
Kesabaran yaitu perilaku siswa ditandai dengan adanya konsistensi dan tidak didasari oleh amarah
d. Kesediaan menerima resiko yaitu kemampuan siswa dalam menerima
konsekuensi dari perilakunya, adanya unsur tanggung jawab dan adanya upaya perbaikan diri
2. Bimbingan Dan Konseling Islami
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Definisi opersional dari Bimbingan dan Konseling Islami dalam penelitian ini adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru Bimbingan Konseling kepada
siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi tahun ajaran 20132014 dalam setting kelompok dengan cara penyampaian informasi dan penugasan dengan menggunakan teknik
penyaduran Attarghib wat tarhib yaitu penyampaian ayat-ayat Alquran dan hadits tentang janji dan ancaman dan teknik kisah yaitu menyampaikan kisah-
kisah yang terdapat dalam Alquran dan hadits agar kendali diri siswa berkembang ke arah yang positif.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian informasi dengan teknik penyaduran dan teknik kisah. Teknik penyaduran At-targhib wat
tarhib adalah teknik dengan cara mengungkapkan ayat-ayat tentang janji dan ancaman yang terdapat dalam Al-Quran dan hadits agar siswa memiliki dorongan
untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Alloh dan RosulNya dan
menghindari segala bentuk larangan Alloh dan RosulNya.
Teknik Kisah adalah penyampaian informasi dengan mengangkat kisah- kisah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits untuk dijadikan contoh dan
model yang mampu menjadi penjelas akan perilaku yang baik dan perilaku yang tercela.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah
Bimbingan Konseling Islami efektif dalam mengembangkan kendali diri siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi tahun ajaran 20132014
?”. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini dijabarkan ke dalam tiga pertanyaan penelitian yaitu:
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1. Seperti apa gambaran profil kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi sebelum diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami?
2. Seperti apa gambaran profil kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi setelah diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami?
3. Bagaimanakah rumusan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa?
4. Apakah Bimbingan dan Konseling Islami efektif untuk mengembangkan kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan
gambaran efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa.
Adapun tujuan spesifik dari penelitian adalah untuk: 1.
Memperoleh gambaran profil kendali diri siswa sebelum diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami.
2. Memperoleh gambaran profil kendali diri siswa setelah diberikan layanan
Bimbingan dan Konseling Islami. 3.
Memperoleh rumusan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Memperoleh informasi tingkat efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami
dalam mengembangkan kendali diri siswa kelas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai berikut. a.
Sebagai bahan informasi dan kajian tentang tema-tema Bimbingan dan Konseling dalam Alquran dan hadits, serta penerapan Bimbingan dan
Konseling Islami dalam setting kelompok. b.
Menjadi motivasi bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk lebih mendalami Bimbingan dan Konseling Islami sehingga lebih siap dalam
mengembangkan aspek-aspek penting sebagai syarat pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami baik keterampilan yang harus dikuasai
oleh konselor maupun kepribadian konselor. c. menjadi masukan dalam mengembangkan program Bimbingan dan
Konseling di sekolah. d. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap hasil-hasil penelitian dan
sebagai pendukung upaya penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan sebagai berikut.
a. Bagi siswa
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini sebagai informasi tentang pentingnya memiliki kendali diri yang baik dan memiliki keyakinan beragama yang kuat sehingga dapat
memotivasi siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber kendali diri.
b.Bagi guru pembimbing Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
bermanfaat dalam menerapkan teknik Bimbingan dan Konseling Islami untuk mengembangkan kendali diri siswa dan sebagai masukan dalam
membuat dan mengembangkan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.
c. Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dalam penyusunan program sekolah, yang meliputi program kurikulum dengan mengintegrasikan nilai-nilai religius ke dalam proses
pembelajaran, program pembinaan kesiswaan dengan menitikberatkan pada pembinaan akhlaq siswa serta penciptaan lingkungan sekolah yang
kondusif dan religius. d. Bagi Orang Tua
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi tentang gambaran profil kendali diri anaknya, sehingga orangtua termotivasi untuk
melaksanakan perannya dalam mengembangkan kendali diri putra- putrinya dan menjadi teladan dalam pelaksanaan nilai-nilai agama.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini menjadi stimulus untuk lebih mengkaji konsep Bimbingan dan Konseling Islami dalam
rangka memberikan kontribusi positif untuk pengembangan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.
E. Metodologi Penelitian 1. Disain Penelitian
Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain eksperimen experimental research. Menurut Sukmadinata 2007 penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang paling penuh, dalam arti memenuhi persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Sedangkan menurut Fraenkel
1993 bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang khas unik, melihat efek atau pengaruh dari variabel bebas independent variable terhadap
satu atau lebih variabel terikat dependent variable. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen
semu kuasi eksperimen dengan menggunakan desain nonequivalent control group design. Menurut Sugiyono 2008 disain ini mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Nonequivalent control group
design, hampir sama dengan pretest posttest control group, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
2. Populasi dan Sampel
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi tahun ajaran 20132014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah Non probability sampling, yaitu purposive sampling, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Dengan menggunakan desain penelitian eksperimen nonequivalent control group maka sampel yang diambil dari kelas VIII dibagi menjadi dua
kelompok yaitu sabagai kelompok eksperimen dan sebagai kelompok kontrol.
Pertimbangan dalam menentukan populasi dan sampel penelitian kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi, adalah sebagai berikut.
a. Siswa kelas VIII berada pada rentang usia 12
– 14 tahun. Pada usia tersebut siswa sudah mengetahui nilai-nilai yang mendasari perilakunya,
sehingga upaya pengendalian diri sudah dimiliki oleh siswa. b.
Siswa kelas VIII sudah mengalami proses interaksi dan proses belajar di sekolah menengah selama satu tahun lebih, sehingga upaya untuk
menunjukkan jati diri dan konflik dalam pergaulan lebih sering dialami siswa.
c. Program Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 9 Cimahi dalam
mengembangkan kendali diri siswa belum memfokuskan pada penggunakan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islami.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan angket. Hal ini bertujuan agar orisinalitas jawaban siswa tidak terpengaruh oleh
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
subjektivitas peneliti. Prosedur pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti terhadap sampel.
Untuk angket kendali diri, responden menyatakan jawabannya dengan memilih salah satu alternatif dari empat jawaban yang disediakan. Keempat
alternatif jawaban terdiri dari: Sangat sesuai SS, Sesuai S, Kurang sesuai KS dan Sangat tidak sesuai STS. Pemberian skor pada masing-masing item
dilakukan dengan melihat sifat butir pernyataan. Pemberian skor bergerak dari 4 –
1 untuk item positif dan 1 – 4 untuk item negatif.
Teknik lainnya yang digunakan adalah tehnik observasi untuk melihat dan mencatat reaksi-reaksi siswa selama mengikuti layanan Bimbingan dan Konseling
Islami.
5. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inperensial. Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi empiris kendali diri siswa sebelum dan setelah diberi
perlakuan Bimbingan dan Konseling Islami. Sedangkan analisis statistik inferensial untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Hipotesis yang telah
dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris dengan menggunakan t- test. Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang
akan dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen, oleh karena itu dilakukan pengujian normalitas data dan pengujian homogenitas data. Pengujian normalitas
data dan homogenitas data dilakukan dengan aplikasi komputer program SPSS 18.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, proses
pengembangan instrumen, teknik pengolahan data, pengembangan program Bimbingan dan Konseling Islami, persiapan dan pelaksanaan penelitian. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut.
A. Disain Penelitian
Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas penggunaan program
Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa. Pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang dirancang untuk
menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis secara spesifik dengan menggunakan statistik. Melalui pendekatan ini diharapkan diperoleh data
mengenai gambaran secara empirik profil kendali diri siswa sebelum dan sesudah pelayanan dan data empirik efektifitas Bimbingan dan Konseling Islami. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode quasi experiment eksperimen semu, yaitu mengujicobakan Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan
kendali diri siswa.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Menurut Sukmadinata 2007 bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling penuh, dalam arti memenuhi persyaratan untuk menguji
hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang khas unik untuk melihat efek atau pengaruh dari variabel bebas independent
variable terhadap satu atau lebih variabel terikat dependent variable. Metode eksperimen semu quasi eksperimen dalam penelitian ini
menggunakan desain nonequivalent control group design. Menurut Sugiyono 2010, disain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Nonequivalent control group desain, hampir sama
dengan pretest posttest control group, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design
Sugiyono, 2008: 116 Kelompok Eksperimen
O
1
X O
2
Kelompok kontrol
O
3
O
4
Keterangan : O
1
: pengukuran sebelum perlakuan dari kelompok eksperimen O
2
: pengukuran setelah perlakuan dari kelompok eksperimen X
: Perlakuan O
3
: Pengukuran sebelum perlakuan dari kelompok kontrol
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
O
4
: Pengukuran setelah perlakuan dari kelompok control
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto, 1993. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi
Tahun ajaran 20132014, dengan jumlah populasi seperti terlihat dari tabel berikut.
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian
KELAS JUMLAH SISWA
8A 34
8B 34
8C 31
8D 32
8E 34
8F 34
8G 32
8H 34
8I 34
8J 34
8K 32
8L 32
8M 32
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sampel penelitian ditentukan dengan teknik nonprobability sampling. Nonprobabilitysampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluangkesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Secara spesifik teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan sampling purposive, dimana teknik dalam sampel penelitian ini ditentukan atas pertimbangan tertentu Sugiyono, 2010:124.
Sampel dalam penelitian ini, untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masing-masing berjumlah 20 orang. Sejalan dengan pendapat
Sugiyono 2012 menyatakan bahwa untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka jumlah
anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20. Hasil studi pendahuluan tentang profil kendali diri siswa di SMPN 9
Cimahi, diperoleh bahwa profil kendali diri yang rendah banyak dimiliki siswa di kelas 8B dan 8I. Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru
BPBK diperoleh gambaran bahwa di kelas 8B dan 8I prestasi belajar siswa masih banyak yang berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal dan beberapa
kasus dalam interaksi antara siswa terjadi, dibandingkan dengan kelas lainnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengamatan dan wawancara, maka peneliti
mengambil sampel penelitian dari kelas 8B dan 8I. Kelas 8B sebagai kelompok eksperimen dan kelas 8I sebagai kelompok kontrol. Untuk jumlah sampel peneliti
JUMLAH 429
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengambil 20 siswa dari kelas 8B sebagai kelompok eksperimen dan 20 dari kelas 8I sebagai kelompok kontrol.
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Penelitian
Kelompok eksperimen Kelas 8B
20 siswa Kelompok control
Kelas 8I 20 siswa
Pemilihan siswa SMP kelas VIII sebagai populasi dan sampel, didasari oleh beberapa pemikiran sebagai berikut.
1. Siswa kelas VIII berada pada rentang usia 12
– 14 tahun. Pada usia tersebut siswa sudah mengetahui nilai-nilai yang mendasari perilakunya,
sehingga upaya pengendalian diri sudah dimiliki oleh siswa. Pada usia itu pula tidak sedikit siswa yang mudah terpengaruh oleh lingkungannya,
sehingga tingkat kendali diri siswa dapat berubah. 2.
Siswa kelas VIII sudah mengalami proses interaksi dan proses belajar di sekolah menengah selama satu tahun lebih, sehingga upaya untuk
menunjukkan jati diri dan konflik dalam pergaulan lebih sering dialami. 3.
Program Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 9 Cimahi dalam mengembangkan kendali diri siswa belum memfokuskan pada
penggunakan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islami.
C. Defenisi Operasional Variabel
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas independent vareiable dan variabel terikat dependent variable. Variabel
tersebut sebagai berikut: 1.
Variabel bebas independent variable adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Bimbingan dan Konseling Islami X. 2.
Variabel terikat dependent variable adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kendali Diri Y.
1. Bimbingan Konseling Islami
Bimbingan dan Konseling Islami adalah bagian dari Bimbingan dan Konseling spiritual. Konseling spiritual merupakan salah satu aliran konseling di
samping aliran Konseling Psikodinamika, Behaviorisme, Humanisme, dan Multikultural M. Surya: 2003
Bimbingan dan Konseling Islami merupakan bentuk layanan yang intinya tertuju pada kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Melalui pemberian
layanan Bimbingan dan Konseling Islami, manusia menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Alloh yang seharusnya hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Alloh. Djawad Dahlan 1987 berpendapat bahwa Bimbingan dan Konseling Islami tidak dapat dipandang sebagai usaha yang
menyendiri dan sembarang, akan tetapi menuntut keutuhan dan kesungguhan, baik dalam pemikiran, perencanaan, penanganan serta pelaksanaan.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Menurut Imam Magid Syamsu Yusuf: 2008 Bimbingan dan Konseling islami mempunyai beberapa prinsip, yaitu : a kerahasiahan confidentiality, b
kepercayaan trust, c kecintaan berbuat baik kepada orang lain, d mengembangkan sikap persaudaraan atau menciptakan sikap damai di antara
sesama, e memperhatikan masalah-masalah kaum muslimin, f memiliki kebiasaan untuk mendengarkan yang baik, g memahami budaya orang lain, h
adanya kerjasama antara ulama dan konselor, i memiliki kesadaran hukum, j bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dan k
menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai model uswah hasanah utama dalam kehidupan.
Bimbingan dan Konseling Islami merupakan proses motivasional kepada manusia agar memiliki kesadaran untuk
“come back to religion” karena agama akan memberikan pencerahan terhadap pola sikap, pikir, dan perilakunya kearah
kehidupan personal dan sosial yang “Sakinah”, “Mawaddah”, “Rahmah” dan
“Ukhuwwah”, sehingga manusia akan terhindar dari mental yang tidak sehat dan nafsu eksploitatif tamak atau rakus, materealistik dan hedonistic hubbud dunya
wakaraahiyatul maut, yang menjadi pemicu munculnya malapetaka kehidupan di muka bumi ini Alfasaadu fil ardhi. Orang yang mempunyai penyakit rohaniah
hubbuddunya wakaraahiyatul maut, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau keinginan-keinginannya tidak lagi memperhatikan norma agama atau etika moral
batal-haram, tetapi menggunakan prinsip menghalalkan segala cara seperti dalam meraih jabatan atau harta kekayaan dia melakukan korupsi, mencuri,
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kolusi, berbohong, membunuh orang lain yang dianggap saingannya, dan sebagainya.
Bimbingan dan Konseling Islami mencakup tiga aspek, seperti yang dikemukakan oleh Musfir bin Said 2005.
a. Aspek preventif, maksudnya adalah penjagaan individu dari semua guncangan
jiwa dan membentengi mereka dari segala penyimpangan. Hal ini dilakukan dengan banyak cara yang dapat menyeimbangkan perilaku yang ada,
diantaranya dengan perintah untuk menyembah Allah, menunaikan shalat dan membayar zakat.
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus”. QS. Al-Bayyinah ayat 5. Juga perintah untuk menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan :
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. QS. Annur: 30.
b. Aspek Perkembangan, orientasinya mengarah kepada pembentukkan
kepribadian manusia agar mampu menjadi individu yang semangat, optimis, produktif dan mampu mengoptimalkan segala potensi dan kemampuannya.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
c. Aspek Terapi, orientasinya mengarah kepada pembebasan dan pelepasan individu dari segala kekhawatiran dan kegelisahannya serta membantunya
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling
Islami adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling berupa penyampaian informasi dan penugasan dengan menggunakan teknik
penyaduran Attarghib wat Tarhib dan teknik kisah, dengan tema Bimbingan yang bersumber dari ayat-ayat Alquran tentang janji dan ancaman dan ayat
tentang Kisah kepada siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi tahun ajaran 20132014 dalam setting kelompok agar siswa memiliki kendali diri yang positif.
Metode dan teknik dari layanan Bimbingan dan Konseling Islami sangat banyak dan variatif, selama metode dan teknik tersebut tidak menyimpang dari
nilai-nilai Islam Syamsu Yusuf LN.: 2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian informasi dan penugasan dengan teknik
penyaduran dan kisah. Teknik penyaduran adalah penyampaian informasi dengan menggunakan
ungkapan-ungkapan At-Targhib wat- Tarhib janji dan ancaman yang terdapat dalam Al quran agar siswa memiliki dorongan untuk melaksanakan perintah Allah
dan RasulNya.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Artinya: 1 Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar dahsyat.
2 ingatlah pada hari ketika kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah
kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat
kerasnya. QS. Al-Hajj ayat 1-2
Sedangkan teknik Kisah adalah penyampaian informasi dengan menggunakan kisah atau cerita yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, karena
Alquran banyak merangkum kisah para nabi. Kisah-kisah ini bisa dijadikan contoh dan model yang mampu menjadi penjelas akan perilaku yang diharapkan,
sehingga menjadi kebiasaan positif, dan juga perilaku tercela dapat dihindari. Kisah merupakan salah satu sarana yang dipergunakan Al-Quran untuk
membangkitkan dorongan rasa ingin tahu dan pemusatan perhatian para pendengarnya untuk mengikuti berbagai peristiwa yang dituturkan di dalamnya.
Melalui kisah-kisah, Al-Quran berusaha menanamkan aqidah, suri teladan, atau hukum yang hendak diajarkan kepada manusia.
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal…” QS. Yusuf, ayat 111
2. Kendali diri
Memiliki kendali diri yang baik adalah salah satu indikator kepribadian yang sehat healthy personality, seperti dikemukakan oleh Elizabeth Hurlock
1986 bahwa diantara karakteristik kepribadian yang sehat adalah individu
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mampu menilai diri, situasi dan menerima tanggung jawab serta mampu mengontrol emosi.
Berdasarkan pendapat Gangey 1981, kendali diri seseorang dapat tergolong kepada kendali diri negatif atau kendali diri positif. Ketika kendali diri
seseorang positif, maka seseorang akan mampu membimbing dirinya sendiri dan memiliki kesadaran diri. Sebaliknya apabila kendali diri negatif, seseorang tidak
akan mampu membimbing dirinya, menilai dirinya sendiri dan memandang permasalahan selalu bersumber dari luar dirinya.
Sukartini 2003:77 mendefinisikan kendali diri sebagai upaya siswa untuk mengatur dirinya dalam berpikir dan bertindak berdasarkan keyakinannya bahwa
segala yang terjadi atas dirinya merupakan akibat tindakannya. Di dalam kendali diri terdapat usaha individu untuk mengendalikan hal-hal yang terdapat dalam
dirinya. Dalam konsep Islam, kendali diri adalah bagian penting dari kepribadian
karena memandu arah kehidupan. Kendali diri merupakan penentu keberhasilan seorang muslim. Pengendalian diri ditujukan untuk kebaikan individu dan
masyarakat. Sebagai khalifah, seyogyanya manusia memiliki kendali diri yang baik. Kendali diri yang baik merupakan pangkal kesuksesasn yang sejati. Allah
SWT berfirman: ……
. Artinya: “Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan
menahan dirinya dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya”. QS. Annazi’at 79: 40-41
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kendali diri dalam pandangan Islam merupakan kemampuan individu dalam melaksanakan kebaikan dan menjauhi kemungkaranan sesuai dengan yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dalam implementasinya, kendali diri adalah kemampuan individu dalam mengarahkan diri ketika menghadapi situasi, mampu
menguasai situasi tersebut dan mampu mengendalikan situasi, memiliki motivasi bertindak yang positif, memiliki kesabarandan memiliki tanggungjawab, seperti
yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kendali diri adalah
kemampuan siswa dalam mengarahkan perilakunya ketika belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya, dengan cara menguasai situasi yaitu
memikirkan cara mengatasi situasi dan mengendalikan situasi, memiliki motivasi internal dalam bertindak, memiliki kesabaran, yaitu perilaku tidak dilandasi
amarah dan adanya konsistensi, serta kesediaan menerima resiko, sehingga perilaku siswa memiliki konsekuensi positif, sebagai seorang muslim.
Berdasarkan pengertian kendali diri di atas, aspek-aspek kendali diri meliputi.
a. Penguasaan situasi
Penguasaan situasi merupakan kemampuan individu dalam memikirkan cara-cara untuk menguasai situasi dan mengendalikan situasi.
b. Motivasi bertindak
Motivasi bertindak yaitu adanya dorogan internal dalam bertindak, tindakan dilandasi oleh keinginan dari dalam diri sendiri dan ditandai
dengan adanya kemandirian.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
c. Kesabaran
Kesabaran adalah bentuk perilaku positif yang tidak didasari oleh amarah dan ditandai dengan adanya konsistensi.
d. Kesediaan menerima resiko
Kesediaan menerima resiko merupakan kemampuan individu dalam menerima akibat atau konsekuensi dari perbuatannya, diikuti dengan
adanya penyesalan apabila berbuat salah dan adanya kesediaan untuk meminta maaf, selanjutnya adanya tindakan perbaikan atas perilaku
salahnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti secara sadar, sistematis dan rasional, dengan menggunakan
instrumen tertentu guna mendapatkan sejumlah data yang tepat dan objektif dari
sumber utama atau sumber lainnya Sugiyono, 2010:193.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik komuikasi tidak langsung yaitu berupa angket. Teknik ini dipilih dengan tujuan
agar orisinalitas jawaban siswa tidak terpengaruh oleh subjektivitas peneliti. Sementara itu prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
langsung oleh peneliti. Untuk angket kendali diri siswa, respoden menjawabnya dengan cara memilih salah satu alternatif dari empat pilihan jawaban yang sesuai
dengan keadaan dirinya masing-masing dengan pengawasan peneliti.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam angket kendali diri ini, siswa menyatakan jawabannya dengan memilih salah satu alternatif dari empat jawaban yang disediakan. Keempat
alternatif jawaban terdiri dari: Sangat sesuai SS, Sesuai S, Kurang sesuai KS dan Sangat tidak sesuai STS.Pemberian skor pada masing-masing item
dilakukan dengan melihat sifat butir pernyataan. Pemberian skor bergerak dari 4 –
1 untuk item positif dan 1 – 4 untuk item negatif.
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Penyusunan kisi-kisi Instrumen penelitian
Kisi-kisi instrumen kendali diri merupakan operasionalisasi dari konsep kendali diri, yaitu berupa kemampuan menguasai situasi, motivasi bertindak,
kesabaran dan kesediaan menerima resiko. Instrumen penelitian yang disusun berupa angket kendali diri siswa dalam setting belajar dan berinteraksi.
Penggunakan angket dimaksudkan agar orisinalitas jawaban siswa tidak terpengaruh oleh subjektivitas peneliti.
Item-item dianalisis berdasarkan evaluasi kualitatif. Evaluasi ini melihat apakah item yang ditulis telah sesuai dengan kisi-kisi dan indikator perilaku yang
hendak diungkapnya dan apakah item tersebut telah sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. Analisis item dilakukan oleh 3 tiga orang ahli dalam
pengembangan instrumen.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kendali Diri Siswa Dalam Belajar No Aspek
Indikator No. Item
+ -
Jml 1. Menguasai situasi
kondisi belajar 1.Memikirkan cara
menguasai situasi belajar.
2.Mengendalikan kegiatan belajar
1,41,21,23 40,2,3, 39,
23,4,38,24 ,
5,37,25,6, 36,26,7
2 11
2 4
4 15
2. Motivasi
bertindak dalam belajar
1.Belajar didasari oleh keinginan dari dalam
diri 2.Mandiri dalam
belajar 35,27,8
34,28,9,10 1
2 2
2 3
4
3. Kesabaran dalam
belajar 1.Konsistensi dalam
belajar 2.Belajar tidak
didasari oleh amarah 29,20,11,
16, 32,22
3 2
1 -
4 2
4. Kesediaan
menerima resiko 1.Menerima akibat
dari tindakan negatif dalam belajar
2.Bertanggungjawab dalam belajar
3.Memperbaiki proses dan hasil belajar
19,12 14,18,30
31,13,15, 17
1 3
3 1
- 1
2 3
4
JUMLAH 41
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kendali Diri Siswa Dalam Berinteraksi
No Aspek
Indikator No. Item
+ -
Jml 1. Menguasai situasi
kondisi interaksi dengan teman
1.Memikirkan cara menguasai interaksi
2.Mengendalikan interaksi
1,35 20,11,2,34
, 21,19,3,22
, 33 2
4 -
5 2
9
2. Motivasi
berinteraksi 1.Interaksi dengan
teman didasari oleh keinginan dari dalam
diri 2.Mandiri dalam
berinteraksi 18,15,30,4
23,12 3
1 1
1 4
2
3. Kesabaran dalam
berinteraksi 1.Interaksi tidak
didasari oleh amarah 2.Konsistensi positif
dalam berinteraksi 29,5,28,31
17,24,13 3
- 1
3 4
3
4. Kesediaan
menerima resiko 1.Menerima kondisi
interaksi dengan teman
2.Bertanggungjawab dalam berinteraksi
3.Perilaku lebih baik dalam berinteraksi
32,6,14 27,9,7
10,26,8,16 , 25
1 1
5 2
2 3
3 5
JUMLAH 35
2.
Uji Validitas Instrumen
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Suryabrata 1999:58 menyebutkan bahwa secara klasik, validitas instrument didefinisikan sebagai sejauhmana instrumen itu mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur. Validitas instrument merupakan derajat kecermatan
ukur suatu instrumen.
Uji validitas dilakukan untuk menentukan tingkat kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk melakukan uji validitas ini maka
dilakukan proses analisis item. Menurut Azwar 2008 analisis item merupakan proses pengujian parameter-parameter item guna mengetahui apakah item
memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagian dari skala atau tidak. Sebuah item akan dijadikan bagian dari alat ukur jika item tersebut
memiliki korelasi yang cukup baik dengan keseluruhan item pada alat ukur. Hasil analisis item menjadi dasar dalam seleksi item. Item-item yang tidak
memenuhi kriteria akan dibuang terlebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Langkah selanjutnya adalah memilih item yang memiliki daya beda
item tertinggi. Jika ada komponen yang berisi item yang berkoefisien korelasi rendah menunjukkan komponen yang bersangkutan memang tidak relevan
Azwar, 2008. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total biasanya
digunakan batasan .
30 ,
s
r Semua item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki koefisien
s
r kurang dari 0,30 dapat dikatakan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah Azwar, 2008. Analisis item yang digunakan pada penelitian
ini adalah analisis item total correlations, yaitu kemampuan item dalam
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
memprediksi skor tes secara keseluruhan. Jika alat tes dan item akan mengukur suatu atribut yang sama, maka tampilan item harus dikorelasikan dengan skor
total alat tes. Koefisien item total corelations ini diperoleh dengan menggunakan formula Spearman.
Uji validitas instrumen dihitung melalui penghitungan berdasarkan rumus Pearson Product Moment Azwar: 2008 dengan menggunakan bantuan microsoft
excel 2000 dan SPSS for Windows versi 18.0. Uji validitas item menggunakan teknik uji korelasi, dengan langkah-
langkah sebagai berikut: 1
Menghitung total skor dari setiap responden. 2
Mencatat skor item yang akan diuji. 3
Mencari koefisien korelasi skor para responden pada item tersebut dengan perhitungan sebagai berikut:
4 Item yang mempunyai koefisien korelasi di bawah r
tabel
0,17 tidak dapat digunakan dan dinyatakan tidak valid.
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1 Jika r
hitung
≥ r
tabel
, maka instrumen atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan valid.
2 Jika r
hitung
r
tabel
, maka instrumen atau item-item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan tidak valid.
r =
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Prinsip utama dalam penggunaan item adalah menggunakan item yang memiliki koefisien korelasi yang setinggi mungkin dan membuang item yang
memiliki korelasi rendah.Alat ukur kendali diri siswa dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian A yang berisi kendali diri siswa dalam belajar serta bagian B yang berisi
kendali diri siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Proses uji validitas ini dilakukan secara terpisah berdasarkan kedua bagian tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai validitas, dapat diketahui bahwa item- item kendali diri dalam belajar yang tidak valid adalah sebanyak 7 item dari 41
sub item, yaitu nomor 4, 5, 8, 9, 13, 21, dan 22. Sedangkan item yang valid adalah sebanyak 34 item. Sedangkan untuk item-item kendali diri dalam
berinteraksi diperoleh 7 item yang tidak valid, yaitu nomor 1,6,9, 15, 18, 22, dan 25. Sedangkan item yang valid sebanyak 28 item.
3. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen
ditunjukkan sebagai derajat keajegan konsistensi skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Azwar, 2008.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Uji reliabilitas digunakan untuk menentukan ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian.Reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan memiliki taraf kepercayaan, ketelitian dan kestabilan. Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Split-Half Reliability, yaitu nilai reliabilitas skala ditentukan dengan mencari indeks korelasi antara variabel jumlah skor tiap
individu pada item-item ganjil dan genap dengan menggunakan formula Rank Spearman..
r
stot
: angka reliabilitas keseluruhan item
r
stt
: angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Berdasarkan hasil perhitungan, nilai reliabilitas instrumen kendali diri
siswa dalam belajar dan berinteraksi dapat dilihat pada tabel berikut: Reliabilitas instrumen kendali diri belajar
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .883
41
Reliabilitas instrumen kendali diri dalam berinteraksi
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .793
35
Guilford Furqon, 1999 mengatakan harga reliabilitas berkisar antara -1
r
stot
=
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di antara rentangan tersebut. Dimana makin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil
kesalahan yang terjadi, dan makin kecil harga reliabilitas maka semakin tinggi kesalahan yang terjadi.
Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00 semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin
rendah reliabilitas Azwar, 2008. Berdasarkan analisis diketahui bahwa koefisien reliabilitas alat ukur kendali
diri bagian A adalah sebesar 0,883, sedangkan untuk bagian B adalah sebesar 0,793. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang
cukup kuat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
F. Teknik Pengolahan Data 1. Skoring
Untuk mendapatkan skor angket kendali diri, siswa terlebih dahulu menjawab dengan cara memilih salah satu alternatif dari empat pilihan jawaban
yang sesuai dengan keadaan dirinya masing-masing dengan pengawasan peneliti. Keempat alternatif jawaban terdiri dari: Sangat sesuai SS, Sesuai S, Kurang
sesuai KS dan Sangat tidak sesuai STS. Pemberian skor pada masing-masing item dilakukan dengan melihat sifat butir pernyataan. Pemberian skor bergerak
dari 4 – 1 untuk item positif dan 1 – 4 untuk item negatif.
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6 Pola Penyekoran Butir Pernyataan
Angket Kendali Diri Siswa Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
SS Sangat Sesuai S Sesuai
TS Tidak Sesuai STS Sangat Tidak Sesuai
4 3
2 1
1
2 3
4
2. Penentuan Kriteria Kendali Diri
Skor kendali diri siswa yang sudah diolah akan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan cara sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Kendali Diri
Kriteria Rentang
Tinggi X Min ideal + 2. Interval
Sedang Min ideal + interval X Min ideal + 2. Interval
Rendah X Min ideal + Interval
Sudjana, 1996: 47 Sesuai degan tabel di atas, pengkategorian skor kendali diri siswa
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a.
Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Skor maksimal ideal = Jumlah soal X skor tertinggi. b.
Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus Skor minimal ideal = Jumlah soal X skor terendah.
c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus:
Rentang skor ideal = skor maksimal ideal - skor minimal ideal. d.
Mencari interval skor dengan rumus: Interval skor = rentang skor 3
Dari perhitungan skor, diperoleh nilai sebagai berikut: Skor maksimal ideal 248 Skor minimal ideal 62
Rentang skor ideal 186 Interval skor 62 Adapun klasifikasi profil kendali diri siswa kelas VIII SMP Negeri 9
Cimahi ditinjau dari kategori dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi Skor Profil Kendali Diri Siswa
No. Kriteria
Kategori
1. X 186
Tinggi 2.
124 X 186 Sedang
3. X 124
Rendah
Penafsiran dari klasifikasi profil kendali diri siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.9 Penafsiran Profil Kendali Diri Siswa
No. Klasifikasi
Profil Penafsiran
1. Tinggi
Siswa sudah memiliki kendali diri yang positif sebagai
seorang muslim,
baik dalam
penguasaan situasi
ketika belajar
dan berinteraksi, memiliki motivasi bertindak yang
Siti Ummi Khatimah, 2014 Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
positif, memiliki kesabaran yang memadai dan dapat
menerima konsekuensi
dari perbuatannya, memiliki keinginan untuk
memperbaiki perilaku ke arah yang lebih baik. 2.
Sedang Siswa sudah memiliki kendali diri positif
sebagai seorang muslim dalam belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya, akan
tetapi kendali diri positif tersebut harus selalu ditumbuhkan
melalui penbinaan
dan pengkondisian.
3. Rendah
Siswa belum memiliki kendali diri positif yang memadai, artinya siswa belum bisa
mengarahkan dirinya ketika belajar dan berinteraksi sesuai dengan nilai-nilai Islami.
Siswa kemungkinan belum mengenal atau belum membiasakan perilaku positif dalam
belajar dan berinteraksi.
3. Prosedur dan Pengolahan Data
a. Uji Normalitas data