BAB II TEORI DASAR KONSERVASI LAHAN PASCATAMBANG 2.1 Pengertian Konservasi Lahan Pascatambang
BAB II
TEORI DASAR KONSERVASI LAHAN PASCATAMBANG
2.1 Pengertian Konservasi Lahan Pascatambang
Seringkali, aktivitas manusia menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya. Agar
lingkungan dapat kembali ke bentuk awalnya, dibutuhkan proses konservasi. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu
secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan;
pengawetan; pelestarian.
Salah satu kegiatan manusia yang cukup merusak lingkungan adalah penambangan. Oleh karena
itu, dibutuhkan konservasi pascatambang yang baik. Konservasi pascatambang sendiri
didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai peruntukannya (Suprapto).
Konservasi pasctambang merupakan langkah yang wajib dilakukan oleh para pemilik tambang
setelah tambangnya sudah tidak produktif lagi. Selain sebagai tanggung jawab moral bagi
penduduk lokal, konservasi pascatambang juga harus dilakukan agar lingkungan setempat dapat
produktif kembali. Pada subbab dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut fungsi konservasi
pascatambang.
2.2 Fungsi Konservasi Lahan Pascatambang
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki fungsi tertentu, demikian juga
dengan kegiatan konservasi lahan pascatambang. Kegiatan ini memiliki dua fungsi utama.
Fungsi yang pertama adalah mengembalikan lingkungan seperti kondisi awal sebelum kegiatan
penambangan dan fungsi yang kedua adalah sebagai bentuk tanggung jawab moral pemilik
tambang kepada penduduk lokal.
Saat suatu tambang dibuka, tentu ada sebagian area hijau (contoh: hutan) yang dibersihkan.
Secara ilmiah, hilangnya pepohonan dari daerah penambangan akan menambah risiko terjadinya
tanah longsor di daerah tersebut karena akar pepohonan berfungsi sebagai penahan tanah. Agar
risiko tersebut dapat dikurangi, diperlukanlah reboisasi atau konservasi lahan pascatambang.
Selain itu, operasi penambangan seringkali menimbulkan dampak yang buruk pada kondisi tanah
disekitarnya, seperti dihasilkannya air asam pada daerah penambangan batu bara. Air asam ini
menjadikan penduduk lokal tidak bisa bercocok tanam kembali pada daerah tersebut. Air asam
ini juga mengancam suplai air bersih bagi penduduk lokal. Oleh karena itu, pemilik tambang
mempunyai tanggung jawab moral bagi penduduk lokal untuk mengembalikan kondisi
lingkungan seperti kondisi awal melalui proses konservasi lahan pascatambang.
TEORI DASAR KONSERVASI LAHAN PASCATAMBANG
2.1 Pengertian Konservasi Lahan Pascatambang
Seringkali, aktivitas manusia menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya. Agar
lingkungan dapat kembali ke bentuk awalnya, dibutuhkan proses konservasi. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu
secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan;
pengawetan; pelestarian.
Salah satu kegiatan manusia yang cukup merusak lingkungan adalah penambangan. Oleh karena
itu, dibutuhkan konservasi pascatambang yang baik. Konservasi pascatambang sendiri
didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai peruntukannya (Suprapto).
Konservasi pasctambang merupakan langkah yang wajib dilakukan oleh para pemilik tambang
setelah tambangnya sudah tidak produktif lagi. Selain sebagai tanggung jawab moral bagi
penduduk lokal, konservasi pascatambang juga harus dilakukan agar lingkungan setempat dapat
produktif kembali. Pada subbab dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut fungsi konservasi
pascatambang.
2.2 Fungsi Konservasi Lahan Pascatambang
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki fungsi tertentu, demikian juga
dengan kegiatan konservasi lahan pascatambang. Kegiatan ini memiliki dua fungsi utama.
Fungsi yang pertama adalah mengembalikan lingkungan seperti kondisi awal sebelum kegiatan
penambangan dan fungsi yang kedua adalah sebagai bentuk tanggung jawab moral pemilik
tambang kepada penduduk lokal.
Saat suatu tambang dibuka, tentu ada sebagian area hijau (contoh: hutan) yang dibersihkan.
Secara ilmiah, hilangnya pepohonan dari daerah penambangan akan menambah risiko terjadinya
tanah longsor di daerah tersebut karena akar pepohonan berfungsi sebagai penahan tanah. Agar
risiko tersebut dapat dikurangi, diperlukanlah reboisasi atau konservasi lahan pascatambang.
Selain itu, operasi penambangan seringkali menimbulkan dampak yang buruk pada kondisi tanah
disekitarnya, seperti dihasilkannya air asam pada daerah penambangan batu bara. Air asam ini
menjadikan penduduk lokal tidak bisa bercocok tanam kembali pada daerah tersebut. Air asam
ini juga mengancam suplai air bersih bagi penduduk lokal. Oleh karena itu, pemilik tambang
mempunyai tanggung jawab moral bagi penduduk lokal untuk mengembalikan kondisi
lingkungan seperti kondisi awal melalui proses konservasi lahan pascatambang.