KONSERVASI LAHAN GAMBUT SEBAGAI STRATEGI (1)

KONSERVASI LAHAN GAMBUT SEBAGAI
STRATEGI MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Oleh : Lavia Farareta Aiqiu A.P
Prodi Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Geofisika

Indonesia adalah salah satu dari negara dengan potensi gambut terbesar di Dunia. Lahan
gambut di seluruh dunia mencakup areal seluas 400 juta Ha, dari luasan tersebut di Indoneisa
memiliki lahan gambut seluas 14 juta Ha yang terdistribusi di Sumatera (6,4 juta Ha),
Kalimantan (4,7 juta Ha), dan Papua (3,6 juta Ha). Namun sangat disayangkan dari jumlah
tersebut diperkirakan terdapat lebih dari 3 juta Ha telah mengalami degradasi. Akibat kerusakan
yang dialami oleh lahan gambut menyebabkan terlepasnya sejumlah besar karbon dioksida ke
atmosfer. Bahkan menurut data Intended Nationally Determined Contribution (INDC) Indonesia,
emisi karbon lahan gambut dari pembusukan gambut dan kebakaran gambut menyumbang 42%
dari seluruh emisi Indonesia.
Lahan gambut sering dimanifestasikan sebagai lahan sisa, sehingga banyak masyarakat
yang mengalih fungsikan lahan gambut untuk keuntungan pribadi. Selain itu, meningkatnnya
kebutuhan akan bahan baku industri, kebutuhan akan lahan pertanian dan perkebunan kelapa
sawit sering menjadi modus utama dari alih fungsi lahan gambut. Masih banyak masyarakat yang
tidak mengetahui bahwa lahan gambut memegang peranan vital dalam perubahan iklim global
menyebabkan banyak terjadi pengeringan lahan gambut secara tidak benar. Hal tersebut akan
menimbulkan emisi karbon lebih besar ke udara.

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem dengan karakteristik unik dan rapuh, sifatnya
yang tidak bisa basah lagi ketika sudah kering menyebabkan konservasi perlu dilakukan secara
hati-hati. Agar dapat memberi keuntungan baik bagi masyarakat maupun alam.
Secara alami, gambut memiliki fungsi sangat penting yaitu sebagai mengatur hidrologi,
iklim global, dan menjaga keaneka ragaman tumbuhan dan binatang. Kerusakan pada lahan
gambut secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi stabilitas ekosistem global,
mulai dari terjadinya perubahan iklim global, terjadinya ketidak stabilan hidrologi yang dapat

menimbulkan bencana seperti kebakaran hutan, kekeringan dan banjir, serta menyebabkan
kepunahan spesies hewan maupun tumbuhan tertentu.
Sebagimana yang kita ketahui saat ini bahwa suhu rata-rata gobal telah mengalami
peningkatan sebesar 1,1⁰C . Hal tersebut, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan gas-gas
rumah kaca. Peningkatan suhu global tersebut telah membawa dampak signifikan bagi iklim
global. Terjadinya perubahan iklim telah dirasakan dampaknya oleh berbagai negara di belahan
dunia. Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya bencana akibat terjadinya
berbagai fenomena iklim ekstrim seperti kekeringan, gelombang panas, banjir, dan lain
sebagainya. Selain itu, perubahan iklim global juga menyebabkan meningkatnya permukaan laut,
rusaknya ekosistem terumbu karang, dan meningkatnya fenomena cuaca ekstrim. Sebelum
dampak perubahan iklim global menjadi lebih buruk ada baiknya apabila perubahan iklim global
segera mendapat perhatian. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan dalam menghadapi

perubahan iklim global adalah dengan cara melakukan konservasi lahan gambut.
Peraturan Pemerintah (PP) 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan ekosistem
gambut mendifinisikan Gambut adalah material organik yang terbentuk secara alami dari sisasisa tumbuhan yang sebagian telah terdekomposisi dan terakumulasi pada rawa dan genangan air.
Lahan gambut memiliki kandungan karbon yang tinggi, apabila pemanfaatan lahan gambut tanpa
mempedulikan kelestarian lingkungan ekositem gambut, maka yang terjadi adalah lahan gambut
akan mengemisi atmosfer dengan karbon yang lebih banyak. Emisi CO 2 yang dihasilkan oleh
lahan gambut berasal dari kebakaran lahan gambut, deforestasi atau pengambilan biomas hutan,
oksidasi segera setelah sistem lahan gambut didrainase, yang diikuti oleh terjadinya pemadatan
dan subsiden permukaan gambut. Bahkan menurut Hooijer (2006) emisi CO 2 lahan gambut
mencapai rata-rata 632 juta ton / tahun untuk Asia Tenggara.
Selain itu alih fungsi hutan dan lahan gambut, terutama yang berhubungan dengan
drainase dan pembakaran dapat merubah fungsi lahan gambut dari penambat karbon menjadi
sumber emisi gas rumah kaca. Hutan gambut yang terganggu (yang kayunya baru ditebang
secara selektif) dan terpengaruh drainase, emisinya meningkat tajam, bahkan bisa lebih tinggi
dibandingkan emisi dari lahan pertanian yang juga didrainase. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya bahan organik yang mudah terdekomposisi pada hutan rawa gambut yang terganggu.
Oleh sebab itulah, sudah saatnya kita membuka mata akan pentingnya konservasi lahan gambut.

Dengan melakukan konservasi terhadap lahan gambut artinya sama dengan menghambat laju
pelepasan CO2 di amosfer sehingga laju pemanasan global dan perubahan iklim dapat dihambat.

Konservasi dan mitigasi lahan gambut harus dilakukan secara bijaksana dan hati-hati.
Konservasi dan mitigasi lahan gambut dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, budaya,
dan ekonomi akan memberi masyarakat manfaat yang lebih banyak baik bagi masyarakat
maupun bagi lingkungan hidup. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
drainase yang baik, penggenangan lahan gambut, serta tetap mempertahankan kondisi tergenang
tersebut dengan mengadopsi tanaman-tanaman sejenis hidrofilik atau tanaman toleran air yang
memberikan nilai ekonomi, seperti bayam china (Amaranthus hybridus), kangkung (Ipomoea
aquatica), dan seledri air. Agar spesies dan produk penting lahan gambut tetap terpelihara,
diperlukan upaya khusus untuk merehabilitasi. Upaya ini dapat dilakukan melalui kegiatan.
reboisasi, penyulaman atau pengayaan. Konservasi lahan gambut tidak hanya memberi manfaat
bagi lingkungan namun juga bagi masyarakat lokal, lingkungan dan masyarakat global.
Konservasi lahan gambut akan sangat sulit dilakukan apabila hanya dilakukan
sekelompok orang saja namun dengan koordinasi yang baik dari beragam kalangan tentu saja
usaha tersebut bukan suatu hal yang mustahil. Apalagi perhatian internasional terhadap
konservasi gambut mulai banyak diberikan. Usaha konservasi lahan gambut dapat menjadi
strategi mitigasi perubahan iklim global. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengurangi
emisi gas karbon diudara melalui konservasi lahan gambut mengingat luasnya lahan gambut
yang dimiliki Indonesia dan funsgi gambut sebagai reservoir (penyimpan) gas karbon secara
alami.