Bahasa dan Budaya
Bahasa dan Budaya
Jurnal ini menjelaskan tentang hubungan antara bahasa dan budaya, namun tidak
berdasarkan teori sapir-whorf yang menyatakan bahwa budaya adalah sistem kebiasaan perilaku
manusia dan suatu mode yang berdasarkan ketidaksadaran. Sepideh menjelaskan bahwa budaya
di zaman sekarang dimasukan dalam ranah kajian ilmu sosial, khususnya antropologi. Semua hal
itu dapat diidentifikasi, dapat dijelaskan melalui beberapa cara yang berbeda.
Bacaan ini juga menyetujui bahwa bahasa memiliki hubungan secara historikal dengan
bagian-bagian budaya. Karna hal itu dapat dibuktikan dari contoh :
Bahasa inggris merupakan bahasa yang paling banyak dipakai di Eropa tetapi tidak
merepresentasikan bahwa itu adalah bahasa dunia. Bahasa Inggris dipakai untuk sistem
administrasi kerajaan dari budaya yang beraneka ragam. Bahasa Inggris juga dilafalkan oleh
banyak kalangan dari etnik, grup dan penganut agama yang hidup di berbagai belahan dunia.
Bahasa adalah alat komunikasi untuk mengidentifikasi budaya seseorang. Sepideh setuju
bahwa budaya dipelajari melaui bahasa. Budaya merupakan produk sosial dari satu komunitas
dengan kebiasaan yang sama. Budaya ditransmisikan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi dan berkembang seiring berjalannya waktu. Dia juga percaya bahwa bahasa adalah hal
paling biasa yang dimiliki manusia, dan juga memungkinkan paling rumit dan paling menarik
untuk dipelajari. Semenjak bahasa menjadi alat untuk komunikasi, mengembangkan bakat,
kreatifitas, inovasi, menerima dan memberikan pengalaman, dan juga sebagai bentuk dari
masyarakat.
Sepideh menyimpulkan bahwa ada hubungan sangat dekat antara bahasa dan budaya,
diantaranya budaya memiliki efek langsung terhadap bahasa. Kenyataan yang ada di kalangan
masyarakat adalah bahasa diketahui sebagai simbol untuk menunjukan suatu budaya.
Dalam jurnalnya Sepideh mengutip definisi dari Ferdinand de Saussure yang menyatakan
bahwa bahasa adalah tanda. Bagi Saussure bahasa adalah tanda yang terdiri dari Signifie dan
Significant. Berdasarkan bentuknya, keduanya memiliki hubungan satu sama lain. Dengan kata
lain, gambaran suara tidak bisa dipisahkan dari konsepnya, kedua bagian ini tidak akan pernah
dipisahkan satu sama lain. Dia lebih mengibaratkan bahwa bahasa dan pemikiran seperti
selembar kertas. Pemikiran merupakan bagian depan dari kertas sedangkan bahasa adal bagian
belakangnya. Mustahul memotong salah satu bagian tanpa harus memotong keduanya. Yang
dimaksud adalah dalam bahasa suara dan fikiran tidak dapat dipisahkan.
Dia juga melampirkan definisi bahasa dari Crystal, yaitu secara sistematis, bahasa adalah
bentuk suara, tanda atau simbol tulisan dikalangan masyarakat yang digunakan untuk
komunikasi dan ekspresi diri. Sama seperti Emmit dan Pollock yang mengartikan bahasa sebagai
sistem arbitrer yang diterima manusia atau masyarakat penggunanya.
Sepideh menyebutkan banyak definisi budaya dari beberapa ilmuan. Pertama, Rocher
percaya bahwa “Budaya menyambungkan ide dan perasaan yang diterima banyak orang dalam
satu masyarakat”. Tidak dapat disangkal bahwa budaya dipelajari dan dibagikan melaui sosial
grup dengan cara non-genetik. Ada juga Taylor yang mengatakan bahwa budaya primitif dalam
definisi yang rumit kepercayaan, seni, kemampuan, adat, kebiasaan, hukum dan trasisi yang
seseorang dapat dari kalangannya. Dan terakhir ada Kroeber yang menganggap bahwa budaya
dan peradaban adalah sama dan kedua hal tersebut dipakai dalam konteks yang sama. Bagi
mereka, keduanya dipakai untuk mengindikasi perbedaan level pada subjek yang sama.
Peradaban mengidentifikasi perkembangan masyarakat, begitu juga budaya. Setiap masyarakat
memiliki budaya khusus baik itu simple maupun rumit.
Berbicara mengenai elemen budaya Sepideh setuju dengan Roohul-Amini yang
berpendapat bahwa budaya memiliki beberapa elemen, diantaranya :
Bahasa
Ritual / Kepercayaan
Baju adat
Ilmu, dan
Nilai-nilai yang mengikat masyarakat.
Budaya dipelajari melalui hubungan dengan orang lain. Jadi, budaya itu tidak alami, tidak
dilahirkan dan tidak dikehendaki tetapi budaya adalah produk sosial. Beberapa faktor sangat
penting dalam transmisi hal ini, seperti pengetahuan dan informasi masyarakat, perubahan sosial,
hubungan masyarakat dan media masyarakat. Lalu, budaya diteruskan dari generasi ke generasi.
Elemen-elemen itu diangkat dari satu tempat ke tempat lain, dan dibagi menjadi beberapa subbudaya dan akhirnya mengalami krisis (kepunahan).
Kata-kata adalah alat paling signifikan dalam simbol budaya. Dapat disebutkan, puisi,
foklore, mitos, fiksi dan cerita rakyat adalah komponen utama suatu budaya dalam masyarakat.
Elemen budaya seluruhnya ditransmisikan menjadi suatu bentuk kebiasaan, kepercayaan,
institusi, seni, purwa-rupa, adat istiadat dan semua bentuk produksi dari hasil kerja dan
pemikiran manusia
Hubungan antara Bahasa dan Budaya
Jurnal ini menjelaskan budaya secara sosial membutuhkan pengetahuan, lebih tepatnya
pengetahuan yang seseorang miliki setelah menjadi bagian dari masyarakat. Dua poin dibuat
disini dalam penggunaan kata pengetahuan. Pertama, untuk dimengerti sebagai landasan baik
praktis maupun perangkai pengetahuan: mengtahui cara melakukan sesuatu dan mengetahui
sesuatu itu benar atau tidak. Kedua, selama perangkai pengetahuan bersangkutan, menjadi bukti
bahwa sesuatu yang dilakukan tidak sepenuhnya benar ataupun salah. Ditambah lagi, dalam
budaya kita harus mengizinkan sesuatu yang berbeda atau tingkat kebenaran. Seperti contoh
kepercayaan agama atau mitologi dievaluasi berbeda dari lapuran yang ada. Dilihat dari sudut
pandang ini, ilmu pengetahuan itu sendiri adalah bagian dari budaya. Dan diskusi mengenai
hubungan antara bahasa dan budaya tidak memerlukan pengetahuan khusus atau bahkan
ramalan.
Berdasarkan pada hipotesis sapir-whorf yang diketahui antara lain :
Kita mengalami dan melatih ekspresi kita melalui arti karakteristik dan terkadang arti
makna sebenarnya dalam bahasa kita.
Karakteristik, ciri khas dan kata-kata kesusasteraan yang disandikan dalam suatu sistem
bahasa itu unik, khusus dan memiliki ciri khas dan tentunya berbeda dengan sistem yang
lain.
Budaya dari suatu daerah atau negara berbeda satu sama lain. Seperti contoh ketika dua
orang dengan latar belakang budaya berbeda dan bahasa berbeda yang melakukan
komunikasi maka akan terjadi kesalahpahaman.
Untuk mengetahui suatu kata, makna sebenarnya ataupun kata sederhana kita harus
familiar dengan budaya negara tersebut.
Teori sapir-whorf kebanyakan mengindikasikan budaya mempengaruhi pemikiran.
Kenyataannya ingatan dan persepsi dipengaruhi oleh ketersediaan kata dan ungkapan. Percobaan
menunjukan ingatan visual cenderung membelok dan mereka lebih dekat denga kesesuaian
ungkapan, mereka lebih cenderung dengan sesuatu yang disandikan dengan bahasa mereka.
Sesuatu dengan makna denotasi, satu kata lebih mudah disandikan daripada bentuk kata yang
khusus. Seringkali hubungan bahasa dan budaya ditentukan melaui tingkatan yang umum dan
dengan asumsi yang implisit maupun eksplisit, mereka yang menggunakan bahasa yang sama
berbagi budaya yang sama. Asumsi ini dianggap salah dilihat dari berbagai kajian bahasa dan
budaya.
Sepideh menjelaskan bagian bahasa memiliki hubungan dengan budaya, bahasa
menunjukan kunci kepada budaya yang berhubungan. Khususnya kajian sastra, bahasa sendiri
tidak dapat sepenuhnya dimengerti sebaliknya dalam konteks budaya mereka mungkin
menempel. Berikutnya bahasa dan budaya dikaji bersama.
Bahasa inggris sebagai bahasa paling banyak dipakai di kalangan Eropa dibanding bahasa
lain, telah meluas dan termodifikasi oleh para penerjemah dari daerah-daerah tertentu, tentunya
dengan kosakata yang bervariasi. Hubungan antara semanti bahasa inggris dan budaya native
speaker lalu menjadi lebih kompleks daripada korelasi budaya dan bahasa yang lebuh luas di
kalangan masyarakat. Hal itu juga lebih mudah bagi pembicara bahasa inggris pribumi dengan
kebanyakan bahasa di Eropa untuk berfikir bahwa bahasa itu inter-translable daripada digunakan
oleh banyak speaker dari bahasa lain.
Dia menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat dekat antara bahasa dan budaya
secara umum, dan sebuah bahasa yang lebih spesifik dan budayanya. Yaitu budaya mempunyai
efek langsung pada bahasa. Faktanya, kedua issue berhubungan dan tidak berhubungan. Di satu
sisi bahasa adalah simbolis untuk merepresentasikan negara atau daerah tertentu. Di sisi lain
bahasa adalah simbolis untuk menunjukan suatu budaya.
Padel Muhamad Rallie Rivaldy
2014
Jurnal ini menjelaskan tentang hubungan antara bahasa dan budaya, namun tidak
berdasarkan teori sapir-whorf yang menyatakan bahwa budaya adalah sistem kebiasaan perilaku
manusia dan suatu mode yang berdasarkan ketidaksadaran. Sepideh menjelaskan bahwa budaya
di zaman sekarang dimasukan dalam ranah kajian ilmu sosial, khususnya antropologi. Semua hal
itu dapat diidentifikasi, dapat dijelaskan melalui beberapa cara yang berbeda.
Bacaan ini juga menyetujui bahwa bahasa memiliki hubungan secara historikal dengan
bagian-bagian budaya. Karna hal itu dapat dibuktikan dari contoh :
Bahasa inggris merupakan bahasa yang paling banyak dipakai di Eropa tetapi tidak
merepresentasikan bahwa itu adalah bahasa dunia. Bahasa Inggris dipakai untuk sistem
administrasi kerajaan dari budaya yang beraneka ragam. Bahasa Inggris juga dilafalkan oleh
banyak kalangan dari etnik, grup dan penganut agama yang hidup di berbagai belahan dunia.
Bahasa adalah alat komunikasi untuk mengidentifikasi budaya seseorang. Sepideh setuju
bahwa budaya dipelajari melaui bahasa. Budaya merupakan produk sosial dari satu komunitas
dengan kebiasaan yang sama. Budaya ditransmisikan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi dan berkembang seiring berjalannya waktu. Dia juga percaya bahwa bahasa adalah hal
paling biasa yang dimiliki manusia, dan juga memungkinkan paling rumit dan paling menarik
untuk dipelajari. Semenjak bahasa menjadi alat untuk komunikasi, mengembangkan bakat,
kreatifitas, inovasi, menerima dan memberikan pengalaman, dan juga sebagai bentuk dari
masyarakat.
Sepideh menyimpulkan bahwa ada hubungan sangat dekat antara bahasa dan budaya,
diantaranya budaya memiliki efek langsung terhadap bahasa. Kenyataan yang ada di kalangan
masyarakat adalah bahasa diketahui sebagai simbol untuk menunjukan suatu budaya.
Dalam jurnalnya Sepideh mengutip definisi dari Ferdinand de Saussure yang menyatakan
bahwa bahasa adalah tanda. Bagi Saussure bahasa adalah tanda yang terdiri dari Signifie dan
Significant. Berdasarkan bentuknya, keduanya memiliki hubungan satu sama lain. Dengan kata
lain, gambaran suara tidak bisa dipisahkan dari konsepnya, kedua bagian ini tidak akan pernah
dipisahkan satu sama lain. Dia lebih mengibaratkan bahwa bahasa dan pemikiran seperti
selembar kertas. Pemikiran merupakan bagian depan dari kertas sedangkan bahasa adal bagian
belakangnya. Mustahul memotong salah satu bagian tanpa harus memotong keduanya. Yang
dimaksud adalah dalam bahasa suara dan fikiran tidak dapat dipisahkan.
Dia juga melampirkan definisi bahasa dari Crystal, yaitu secara sistematis, bahasa adalah
bentuk suara, tanda atau simbol tulisan dikalangan masyarakat yang digunakan untuk
komunikasi dan ekspresi diri. Sama seperti Emmit dan Pollock yang mengartikan bahasa sebagai
sistem arbitrer yang diterima manusia atau masyarakat penggunanya.
Sepideh menyebutkan banyak definisi budaya dari beberapa ilmuan. Pertama, Rocher
percaya bahwa “Budaya menyambungkan ide dan perasaan yang diterima banyak orang dalam
satu masyarakat”. Tidak dapat disangkal bahwa budaya dipelajari dan dibagikan melaui sosial
grup dengan cara non-genetik. Ada juga Taylor yang mengatakan bahwa budaya primitif dalam
definisi yang rumit kepercayaan, seni, kemampuan, adat, kebiasaan, hukum dan trasisi yang
seseorang dapat dari kalangannya. Dan terakhir ada Kroeber yang menganggap bahwa budaya
dan peradaban adalah sama dan kedua hal tersebut dipakai dalam konteks yang sama. Bagi
mereka, keduanya dipakai untuk mengindikasi perbedaan level pada subjek yang sama.
Peradaban mengidentifikasi perkembangan masyarakat, begitu juga budaya. Setiap masyarakat
memiliki budaya khusus baik itu simple maupun rumit.
Berbicara mengenai elemen budaya Sepideh setuju dengan Roohul-Amini yang
berpendapat bahwa budaya memiliki beberapa elemen, diantaranya :
Bahasa
Ritual / Kepercayaan
Baju adat
Ilmu, dan
Nilai-nilai yang mengikat masyarakat.
Budaya dipelajari melalui hubungan dengan orang lain. Jadi, budaya itu tidak alami, tidak
dilahirkan dan tidak dikehendaki tetapi budaya adalah produk sosial. Beberapa faktor sangat
penting dalam transmisi hal ini, seperti pengetahuan dan informasi masyarakat, perubahan sosial,
hubungan masyarakat dan media masyarakat. Lalu, budaya diteruskan dari generasi ke generasi.
Elemen-elemen itu diangkat dari satu tempat ke tempat lain, dan dibagi menjadi beberapa subbudaya dan akhirnya mengalami krisis (kepunahan).
Kata-kata adalah alat paling signifikan dalam simbol budaya. Dapat disebutkan, puisi,
foklore, mitos, fiksi dan cerita rakyat adalah komponen utama suatu budaya dalam masyarakat.
Elemen budaya seluruhnya ditransmisikan menjadi suatu bentuk kebiasaan, kepercayaan,
institusi, seni, purwa-rupa, adat istiadat dan semua bentuk produksi dari hasil kerja dan
pemikiran manusia
Hubungan antara Bahasa dan Budaya
Jurnal ini menjelaskan budaya secara sosial membutuhkan pengetahuan, lebih tepatnya
pengetahuan yang seseorang miliki setelah menjadi bagian dari masyarakat. Dua poin dibuat
disini dalam penggunaan kata pengetahuan. Pertama, untuk dimengerti sebagai landasan baik
praktis maupun perangkai pengetahuan: mengtahui cara melakukan sesuatu dan mengetahui
sesuatu itu benar atau tidak. Kedua, selama perangkai pengetahuan bersangkutan, menjadi bukti
bahwa sesuatu yang dilakukan tidak sepenuhnya benar ataupun salah. Ditambah lagi, dalam
budaya kita harus mengizinkan sesuatu yang berbeda atau tingkat kebenaran. Seperti contoh
kepercayaan agama atau mitologi dievaluasi berbeda dari lapuran yang ada. Dilihat dari sudut
pandang ini, ilmu pengetahuan itu sendiri adalah bagian dari budaya. Dan diskusi mengenai
hubungan antara bahasa dan budaya tidak memerlukan pengetahuan khusus atau bahkan
ramalan.
Berdasarkan pada hipotesis sapir-whorf yang diketahui antara lain :
Kita mengalami dan melatih ekspresi kita melalui arti karakteristik dan terkadang arti
makna sebenarnya dalam bahasa kita.
Karakteristik, ciri khas dan kata-kata kesusasteraan yang disandikan dalam suatu sistem
bahasa itu unik, khusus dan memiliki ciri khas dan tentunya berbeda dengan sistem yang
lain.
Budaya dari suatu daerah atau negara berbeda satu sama lain. Seperti contoh ketika dua
orang dengan latar belakang budaya berbeda dan bahasa berbeda yang melakukan
komunikasi maka akan terjadi kesalahpahaman.
Untuk mengetahui suatu kata, makna sebenarnya ataupun kata sederhana kita harus
familiar dengan budaya negara tersebut.
Teori sapir-whorf kebanyakan mengindikasikan budaya mempengaruhi pemikiran.
Kenyataannya ingatan dan persepsi dipengaruhi oleh ketersediaan kata dan ungkapan. Percobaan
menunjukan ingatan visual cenderung membelok dan mereka lebih dekat denga kesesuaian
ungkapan, mereka lebih cenderung dengan sesuatu yang disandikan dengan bahasa mereka.
Sesuatu dengan makna denotasi, satu kata lebih mudah disandikan daripada bentuk kata yang
khusus. Seringkali hubungan bahasa dan budaya ditentukan melaui tingkatan yang umum dan
dengan asumsi yang implisit maupun eksplisit, mereka yang menggunakan bahasa yang sama
berbagi budaya yang sama. Asumsi ini dianggap salah dilihat dari berbagai kajian bahasa dan
budaya.
Sepideh menjelaskan bagian bahasa memiliki hubungan dengan budaya, bahasa
menunjukan kunci kepada budaya yang berhubungan. Khususnya kajian sastra, bahasa sendiri
tidak dapat sepenuhnya dimengerti sebaliknya dalam konteks budaya mereka mungkin
menempel. Berikutnya bahasa dan budaya dikaji bersama.
Bahasa inggris sebagai bahasa paling banyak dipakai di kalangan Eropa dibanding bahasa
lain, telah meluas dan termodifikasi oleh para penerjemah dari daerah-daerah tertentu, tentunya
dengan kosakata yang bervariasi. Hubungan antara semanti bahasa inggris dan budaya native
speaker lalu menjadi lebih kompleks daripada korelasi budaya dan bahasa yang lebuh luas di
kalangan masyarakat. Hal itu juga lebih mudah bagi pembicara bahasa inggris pribumi dengan
kebanyakan bahasa di Eropa untuk berfikir bahwa bahasa itu inter-translable daripada digunakan
oleh banyak speaker dari bahasa lain.
Dia menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat dekat antara bahasa dan budaya
secara umum, dan sebuah bahasa yang lebih spesifik dan budayanya. Yaitu budaya mempunyai
efek langsung pada bahasa. Faktanya, kedua issue berhubungan dan tidak berhubungan. Di satu
sisi bahasa adalah simbolis untuk merepresentasikan negara atau daerah tertentu. Di sisi lain
bahasa adalah simbolis untuk menunjukan suatu budaya.
Padel Muhamad Rallie Rivaldy
2014