PENGARUH PEMBERIAN HORTICULTURAL THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA STRES PADA LANSIA AKIBAT KEHILANGAN DAN BERDUKA DI RUMAH ASUH ANAK & LANSIA GRIYA ASIH LAWANG

(1)

PENGARUH PEMBERIAN HORTICULTURAL THERAPY

TERHADAP PENURUNAN SKALA STRES PADA LANSIA

AKIBAT KEHILANGAN DAN BERDUKA

DI RUMAH ASUH ANAK & LANSIA

GRIYA ASIH LAWANG

SKRIPSI

Oleh :

ARIF KHARISMAN

NIM. 09060090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013


(2)

PENGARUH PEMBERIAN HORTICULTURAL THERAPY

TERHADAP PENURUNAN SKALA STRES PADA LANSIA

AKIBAT KEHILANGAN DAN BERDUKA

DI RUMAH ASUH ANAK & LANSIA

GRIYA ASIH LAWANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh

ARIF KHARISMAN

NIM. 09060090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN HORTICULTURAL THERAPY

TERHADAP PENURUNAN SKALA STRES PADA LANSIA

AKIBAT KEHILANGAN DAN BERDUKA

DI RUMAH ASUH ANAK & LANSIA

GRIYA ASIH LAWANG

SKRIPSI

Di Susun Oleh ARIF KHARISMAN

NIM. 09060090 Skripsi Ini Telah Di Ujikan Tanggal 4 November 2013

Penguji I Penguji II

Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd Aini Alifatin S.Kp.M.Kep

NIP. UMM. 104.8804.0080 NIP. UMM. 112.9311.0305

Penguji III Penguji IV

Ns. Nurul Aini, S.Kep M.Kep Reni Ilmiasih,M.Kep.Sp.Kep.An

NIP. UMM 112.0501.0419 NIP. UMM. 114.0804.0454

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.Sp.Kom


(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Arif Kharisman NIM : 09060090

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Horticultural Therapy Terhadap Penurunan Skala Stres Pada Lansia Akibat Kehilangan & Berduka Di Rumah Asuh Anak & Lansia Griya Asih Lawang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Malang, November 2013 Yang membuat pernyataan

Arif Kharisman NIM. 09060090


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Horticultural Therapy Terhadap Penurunan Skala Stres Pada Lansia Akibat Kehilangan & Berduka Di Rumah Asuh Anak & Lansia Griya Asih Lawang”. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S, Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nurul Aini, S.Kep.Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Drs. Atok Miftachul Hudha M.Pd selaku Dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan kepada peneliti.

4. Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Semua keluargaku, yang telah memberikan semangat, doa, dan bantuannya baik dalam moril, material, spiritual kepada saya selama menempuh pendidikan.

6. Semua dosen PSIK UMM yang telah mengajar, mendidik dan membimbing selama masa belajar.

7. Teman-teman PSIK khususnya angkatan 2009.

8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin,

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Malang, November 2013 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Bagan ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Bidang Keperawatan ... 6

1.4.2 Bagi Masyarakat ... 7

1.4.3 Bagi Peneliti ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

1.6 Batasan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia ... 9

2.1.1 Definisi Lansia ... 9

2.1.2 Klasifikasi Lansia ... 9

2.1.3 Tipe Lansia ... 10

2.1.4 Teori – Teori Proses Menua ... 11

2.1.5 Tugas Perkembangan Pada Lansia ... 12

2.1.6 Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ... 14

2.1.7 Perubahan – Perubahan Mental/Psikologis ... 16

2.1.8 Perubahan Psikososial ... 18

2.2 Konsep Stres ... 18

2.2.1 Definisi Stres ... 18

2.2.2 Tanda Dan Gejala Stres ... 18

2.2.3 Tahapan Stres ... 20

2.2.4 Faktor Penyebab Stres ... 21

2.2.5 Pengukuran Tingkat Stres ... 23

2.3 Konsep Kehilangan & Berduka ... 24

2.3.1 Definisi Kehilangan Dan Berduka ... 24

2.3.2 Tipe Kehilangan ... 24

2.3.3 Pengelompokan Kehilangan ... 26

2.3.4 Fase Kehilangan ... 28


(7)

2.3.6 Tugas Proses Berduka ... 33

2.3.7 Respon Duka Cita ... 33

2.4 Konsep Horticultural Therapy ... 34

2.4.1 Definisi Horticultural Therapy ... 34

2.4.2 Teori Horticultural Therapy ... 35

2.4.3 Jenis – Jenis Program Horticultural Therapy ... 40

2.4.4 Tujuan Horticultural Therapy ... 41

2.4.5 Manfaat Horticultural Therapy ... 43

2.4.6 Prosedur Pelaksanaan Horticultural Therapy ... 44

2.5 Mekanisme Fisiologi Horticultural Therapy Yang Mempengaruhi Perasaan Sedih, Stres, dan Bahagia ... 45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 48

3.2 Hipootesis Penelitian ... 49

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 50

4.2 Kerangka Kerja Penelitian (Frame Work) ... 51

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling ... 52

4.3.1 Populasi ... 52

4.3.2 Sampel ... 52

4.3.3 Sampling ... 53

4.4 Variabel Penelitian ... 54

4.4.1 Variabel Independent ... 54

4.4.2 Variabel Dependent ... 54

4.5 Definisi Operasional ... 54

4.6 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 55

4.7 Instrumen Penelitian ... 55

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 56

4.9.1 Prosedur Penelitian ... 56

4.9.2 Pengolahan Data ... 64

4.9 Analisis Data ... 65

4.10 Etika Penelitian ... 66

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Subjek Responden... ... 68

5.2 Karakteristi Stres Responden ... 70

5.3 Hasil Skala Stres Sebelum Di Berikan Horticultural Therapy. ... 71

5.4 Hasil Skala Stres sesudah Di Berikan Horticultural Therapy.... ... 71

5.5 Pengaruh Pemberian Horticultural Therapy Terhadap Penurunan Skala Stres Pada Lansia Akibat Kehilangan dan Berduka ... 71

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden ... 75

6.2 Gambaran Karakteristik Stres Responden ... 78

6.3 Skala Stres Sebelum Diberikan Horticultural Therapy ... 79


(8)

6.5 Pengaruh Pemberian Horticultural Therapy Terhadap Penurunan SkaLa Stres Pada Lansia Akibat Kehilangan

dan Berduka ... 81

6.6 Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan... ... 84

7.2 Saran - Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA... ... 86


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala Stres Fisiologis Maupun Psikologis ... 19

Tabel 2.2 Skor Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS) ... 23

Tabel 2.3 Tahapan – tahapan horticultural therapy ... 44

Tabel 4.1 Rancangan Pre-Pascatest (One-Group Pre-Post Test Design) ... 50

Tabel 4.2 Definisi Operasional ... 55

Tabel 4.3 Tingkatan Instrumen DASS ... 56

Tabel 4.4 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Horticultural Therapy ... 57

Tabel 4.5 Rencana Tabulasi data ... 65

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 69

Tabel 5.2 Hasil Data Signifikansi Uji Normalitas ... 72


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permintaan Menjadi Responden ... 89

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi responden ... 90

Lampiran 3 Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS) ... 91

Lampiran 4 Syarat & Peraturan Horticultural Therapy ... 92

Lampiran 5 Alat dan Bahan Horticultural Therapy ... 93

Lampiran 6 Instrumen Horticultural Therapy ... 94

Lampiran 7 Instrumen Skor Horticultural Therapy ... 95

Lampiran 8 Laporan Pengukuran Tanaman ... 96

Lampiran 9 Lembar Pengukuuran Tanaman ... 97

Lampiran 10 Master Tabel Skala Stres Sebelum Diberikan Horticultural Therapy 98

Lampiran 11 Master Tabek Skala Stres Sesudah Diberikan Horticultural Therapy 99 Lampiran 12 Karakteristik Subjek Penelitian ... 100

Lampiran 13 Laporan Uji Normalitas dan Uji T ... 101

Lampiran 13 Surat Studi Pendahuluan dan Penelitian ... 102

Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 103


(11)

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Armstrong, D. 2000. A survey of community gardens in upstate. New York: Implications

for health promotion and community develop- ment. Health & Place, 6, 319–32

Alimul, A. 2003. Riset keperawatan &teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Alimul, Aziz. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

American Horticultural Therapy Association (AHTA) http://www.ahta.org, 2007. Diakses pada tanggal 19 juni 2013

Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Affandi, I. 2008. Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian Pada Lansia.

http://www.duniakesehatan/kecemasan-dalam-menghadapi-kematian.html

Alimul, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Bowbly, J. 1980. Attachment and Loss,Vol 3: Loss, sadness, and depression. New York: Basic Books

Brecht, Grant. 2000. Mengenal dan menanggulangi Stress. Jakarta: PT.Prenhallindo Canadian Horticultural Therapy Association (CHTA). http://www.chta.org,

2010. Diakses pada tanggal 21 juni 2013.

Donald, R. Ackley. (1986). The Effect of a Horticultural Therapy Program on Cerebral

Palsied Children Completed. Oregen State University, August 13.

Doka, KJ. 1993 : Living with life-threatening ilness ; a guide for patient, their familier, and

caregiver, New Yor: Lexington

Davis S, 1994. Ninth annual congressional initiatives award ceremonies. Senate Russel

Office Building, Washington, DC

Darmojo Boedi. Martono Hadi, 1999. Geriatri.Jakarta: Balai Penerbit FKUI. David A, Tomb. 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Engel, GL. 1964 : Grief ang griefing, Am J Nurs 64:93.

Gerlach-Spriggs, N., Kaufman, R.E. & Warner, S.B. 1998. Restorative gardens: The


(12)

86

Goldman, H.H., 2000. Review of General Psychiatry: An Introduction to ClinicaL

Medicine. Singapore: McGraw- Hill.

Hiott,J.A,1978. Hortitherapy program for the mentally handicapped. Research S. 157, 11, Clemson University, South Carolina.

Harper, JM. 1983 : Plateus of acceptance: pits of pain. In Corr CA, Stilion JM, Ribar MC, editors: Creativity in death education and counceling, Hartford, Conn, Forum for Death Education and counceling, pp 91 – 104.

Hartig, T., M. Mang and G. W. Evans 1991. Restorative Effects of Natural

Environment Experiences, Environment and behavior 23: 3-26

Hardjana, AM. 1994. Stres tanpa distres: Seni Mengolah Stres. Jakarta: Kanisius. Harvey, J. H, & Miller, E. D. 1998. Toward a psychology of loss. Psycholog

Science, 9/(6), 429. http:// web6.infotrac.galegroup.com/itw/in Handoyo, 2001. Stres Pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi 3 :

61 – 74. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Haller, R. & Kramer, C. Ed. 2006. Horticultural therapy methods: Making connections in health care, human service, and community programs. Binghamton, NY: The Haworth Press.

Iltis, H.H, 1974. Nature and man, needs. New Horizons from the Horticultural Research Institute no. 13.

Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jellicoe, G. & Jellicoe, S. 1995. Landscape of man (2nd ed.). London: Thames and Hudson.

Kubler-Ross E. 1969. On death and dying, New York: Macmillan

Kaplan, R. 1973. Some psychological benefits of gardening. Environment & Behavior, 5, 145–16

Kaplan, R., & Kaplan, S. 1989. The experience of nature: Apsychological perspective. New York: Cambridge University Press

Kaplan, R. 2001. The nature of the view from home: Psychological benefits. Environment and Behavior 33 (4), 507- 542.

Lindemann, E. 1965. Symtomatology and management of acute grief. In Parad H, editor: Crisis intervention, New York: Family Association of America.

Langer, E. & Rodin, J. 1976. The effects of choice and enhanced personal response for the aged: A field experiment in an institutional setting. Journal of Personality and Social Psychology 34(2), 191-198.


(13)

87

Lovibend. 1995. Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS42). http://www.swin.cdu.au, Tanggal 13 agustus 2013. Pukul 22.05 WIB Last, JM 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press,

Inc.

Maslow, A.H. 1954. Motivation and Personality. New York: Harper.

Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta :Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi, 2000. Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC. Notoatmojo. S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ke dua Edisi

Revisi. Jakarta: Rineke Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &

Praktek.Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC

Rukmigarsari, Ettie. 2007. Analisis Data dengan Program SPSS. Malang : FKIP Universitas Islam Malang.

Rush, B. 1812. Medical inquiries and observations upon diseases of the mind. Philadelphia: Kimber & Richardson. Retrieved October

22, 2006 from http://deila.dickinson.edu/ theirownwords/title/0034.ht

Rando, TA. 1983. Treatment of complicated mourning. Champaign: III, Research Rando, TA. 1984. Grief, dying and death, Champagian, III, Research.

Rando, TA. 1986. Loss and anticipatory grie. Lexington: Mass Lexington

Relf, D., McDaniel, A. & Butterfield, B. 1992. Attitudes toward plants and

gardening. HortTechnology 2:201–204.

Rodebaugh, L. S, Schwindt, R. G., & Valentine, F. M 1999. How to handle grief with wisdom. Nursing, 29, 52

Solomon, Philip & Patch, Vernon D.1974.Handbook of Psychiatry.3rded. Jepang,pp:50- 53

Selye, Hans, 1976. The Stress of Life. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Stamm, Ira, and Barber, Andy. 1978. The Nature and Change in Horticultural

Therapy. Paper presented at the 6th Annual Conference, NCTRH,


(14)

88

Stroebe, M. S., Stroebe, W., & Hanson, R.O. 1993. Handbook of bereavement:

Theory, research, and intervention. USA: CambridgeUniversity Press.

Smith, D. J. 1998. Horticultural therapy: The garden benefits everyone. Journal of Psychosocial, 36, 14–21.

Sunaryo, 2002. Psikologi Untuk Perawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Stockslager, Jaime L dan Liz Schaeffer. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA

Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tamher, S. dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC Worden, JW. 1982. Grief counseling and griefing therap. New York: Springer

Wichrowski, M., Whiteson, J., Haas, F., Mola, A., & Rey, M. J. 2005. Effects of horticultural therapy on mood and heart rate in patients partici- pating in an

inpatient cardiopulmonary rehabilitation programme. Journal of

Cardiopulmonary Rehabilitation, 25, 270–274. Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta: Bumi Aksara.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008). Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, dan demensia (Maryam, 2008).

Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres (Solomon, 1974). Stres pada orang dengan usia lanjut diantaranya adalah karena kehilangan (Videbeck, 2008). Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya (Tarwoto, 2006). Pengalaman kehilangan melalui kematian kerabat dan teman merupakan bagian sejarah kehidupan yang dialami lansia. Termasuk pengalaman kehilangan keluarga yang lebih tua dan terkadang kehilangan anak (Potter & Perry, 2005). Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai karena kematian merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain bagi seseorang yang ditinggalkan, karena hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang itu saja, tetapi juga berdampak pada orang - orang disekitarnya. Kematian dari seseorang yang kita kenal terlebih yang sangat kita cintai, akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita selanjutnya. Apalagi jika orang tersebut dekat dengan kita, orang yang dikasihi, maka akan ada masa dimana kita akan meratapi kepergian


(16)

2

mereka dan merasa kesedihan yang mendalam. Kita juga merasa sangat kehilangan, tidak bahagia, dan kurang dapat menjalani kehidupan dengan baik (Hansson, 1993).

Menurut Diamond (1985), lansia yang mengalami kehilangan akan timbul syok emosional, tidak berdaya, stres, menghindar, marah, merasa bersalah, bingung, dan perilaku resolusi berduka. Sedangkan menurut Tomb (2004), lansia yang mengalami dukacita akibat kehilangan akan mengalami gejala kegelisahan, perhatian mudah teralih, disorganisasi, mati rasa, perasaan sedih, apatis, menangis, cemas, adanya kebutuhan untuk membicarakan kematian, dan nyeri psikis, yang dalam selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan setelah kehilangan.

Kehilangan dikategorikan dalam beberapa kelompok seperti kehilangan benda eksternal, kehilangan lingkungan yang telah dikenal, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan aspek diri, kehilangan hidup, kehilangan kesehatan, kehilangan kemandirian, serta kehilangan kontrol terhadap lingkunganya, dan keamanan financial (Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut hierarki Maslow kehilangan diaktegorikan seperti kehilangan fisiologis, kehilangan keselamatan, kehilangan keamanan dan rasa memiliki, kehilangan harga diri, dan kehilangan yang berhubungan dengan aktualisasi diri (Corwin, 2008).

Dalam Goldman (2000), disebutkan bahwa berbagai kehilangan dan kejadian hidup yang merugikan merupakan penentu utama penyakit-penyakit psikiatrik pada lansia. Jika kehilangan terjadi pada masa tua, seseorang tersebut memiliki risiko mengalami depresi, dan penyalahgunaan zat yang lebih tinggi dibandingkan individu yang yang lebih muda karena penurunan ketahanan terhadap kesulitan, insiden penyakit kronis yang lebih tinggi, dan kerusakan jaringan dukungan sosial. Apabila hal tersebut tidak ditangani akan memiliki risiko mengalami penyakit fisik dan mental yang lebih tinggi dibandingkan individu yang lebih muda (Stockslager, 2007).


(17)

3

Studi pendahuluan dilaksanakan oleh peneliti di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Berdasarkan data di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang terdapat 19 orang lansia perempuan. Dari hasil wawancara dengan 19 lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang terdapat 54% kehilangan pasangan hidup/suami, 21% kehilangan anak, 17% kehilangan aspek diri, dan 8% kehilangan teman sesama panti. Menurut data yang terdapat di Panti di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang dalam periode januari hingga oktober tahun 2013 terdapat 7 orang lansia yang meninggal dunia, 1 orang lansia meninggal di Rumah Sakit dan 6 lansia meninggal di Panti.

Menurut Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa. Peningkatan jumlah lanjut usia akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya (fisik, mental, dan ekonomi). Mengantisipasi kondisi ini pengkajian masalah-masalah usia lanjut perlu ditingkatkan, termasuk aspek keperawatannya, agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta untuk menjamin tercapainya usia lanjut yang bahagia, berdaya guna dalam kehidupan keluarga, dan masyarakat di Indonesia (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Salah satu cara untuk menurunkan skala stres akibat kehilangan dan berduka pada lansia yaitu dengan Horticultural Therapy. Kata hortikultura (horticultural) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colore yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan. Secara harfiah horticultural berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman (Zulkarnaen, 2009). Horticultural Therapy adalah sebuah proses di mana tanaman, kegiatan berkebun, dan kedekatan dengan alam lingkungan digunakan sebagai sarana terapi dan rehabilitasi. Berkebun merupakan sebuah metode hiburan yang populer


(18)

4

dan dapat dijangkau serta cocok untuk bermacam aktifitas gaya hidup yang sehat (Davis, 1994).

Sebuah penelitian peningkatan tubuh telah menunjukkan bahwa Horticultural

therapy sangat efektif dalam mengurangi stres. (Kaplan dan Kaplan) menyebutkan

pengurangan stres, efek restoratif dihasilkan dari berbagai jenis lingkungan alam (Hartig T, Mang M, Evans GW, 1991). Orang dengan penyakit jiwa bisa mendapatkan keuntungan banyak dari keikutsertaan dalam kegiatan hortikultural, seperti pengurangan tingkat stres dan kelelahan mental, stabilisasi mood, pengentasan gejala kejiwaan, peningkatan dalam keterbukaan untuk refleksi, dan memperoleh rasa ketenangan dan kenikmatan (Armstrong, 2000; Eling, Kaplan, 1973; Smith, 1998; Wichorowski, Whiteson, Haas, Mola, & Rey, 2005).

Secara fisiologis pada saat stres, aktivasi susunan sarap pusat oleh stres menstimulasi aksis HPA. Aktivasi aksis HPA dimulai dengan sekresi

corticotropin-realishing hormone (CRH) dari nukleus paraventrikular hipotalamus kedalam sistem

aliran darah portal hipotalamus hipofisis, yang secara berturut – turut menstimulasi sekresi adrenocortropic hormone (ACTH) dari hipofisis anterior, serta vasopresin arginin (angine vasopressin, AVP) dari kelenjar hipofisis posterior. Ketika AVP bekerja secara sentral untuk mendukung respon flight or flight, ACTH bersirkulasi ke korteks adrenal untuk menstimulasi pelepasan glukortiroid (Corwin. 2009). Horticultural

therapy berpengaruh pada penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktifitas

saraf parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin. Sistem norefinefrin dan dan efinefrin menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, dan nafsu makan yang baik (David, 1987). Oleh karena itu horticultural therapy akan membuat keluarnya neurotransmitter terutama


(19)

5

norefinefrin dan efinefrin sehingga membuat individu rileks, perasaan senang, dan sejahtera.

Di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang sendiri untuk menurunkan skala stres akibat kehilangan dan berduka pada lansia yaitu dengan melakukan spiritual therapy, yaitu dengan cara memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut. Tetapi untuk terapi - terapi lain khususnya Horticultural Therapy belum pernah dilakukan, di Indonesia sendiri sudah banyak yang menggunakan kegiatan berkebun untuk penghijauan, namun belum banyak yang meneliti tentang manfaat hortikultural therapy dibidang kesehatan terutama dibidang keperawatan jiwa dan keperawatan gerontik. Dari fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Horticultural Therapy Terhadap Penurunan Skala Stres Pada Lansia Akibat Kehilangan & Berduka di Rumah Asuh Anak & Lansia Griya Asih Lawang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh pemberian Hortikultural Therapy terhadap penurunan skala stres pada lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

2. Pada skala berapakah, penurunan skala stres dominan pada lansia akibat kehilangan dan berduka setelah diberikan horticultural therapy di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.


(20)

6

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian hortikultural Therapy terhadap penurunan skala stres pada lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik stres responden penelitian di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

2. Mengidentifikasi skala stres sebelum diberikan horticultural therapy di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

3. Mengidentifikasi skala stres setelah diberikan horticultural therapy di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih lawang

4. Mengidentifikasi pengaruh pemberian hoticultural therapy terhadap penurunan skala stres pada lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bidang Keperawatan

1. Mengembangkan asuhan keperawatan jiwa dan gerontik dengan menggunakan metode baru

2. Memberikan masukan untuk meningkatkan peran dan fungsi perawat jiwa dan gerontik khususnya dalam upaya intervensi keperawatan jiwa geriatrik ditingkat pelayanan kesehatan jiwa geriatrik dan masyarakat


(21)

7

3. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif baik disarana kesehatan dan masyarakat

4. Dapat mengembangkan sistem pelayanan untuk kemandirian penderita dengan memberdayakan lansia sehingga diharapkan lansia tersebut menjadi lansia yang produktif dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar

5. Dapat menambah referensi akademik dan pengembangan penelitian dibidang keperwatan khususnya dikeperawatan jiwa dan gerontik dalam penanganan masalah kecemasan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai masukan bagi warga untuk pengembangan dalam manfaat berkebun atau Hortikultural therapy

1.4.3 Bagi Peneliti

Bagi penulis, merupakan sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sehingga menjadi bekal dan dapat diterapkan dalam praktek sehingga tercapai keselarasan antara teori dan praktek di lapang sekaligus sebagai media belajar untuk dapat memecahkan masalah secara ilmiah.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut:

1. Rochmani Eka Mardiyati (2012), Efektivitas Terapi Lingkungan (Plant

Therapy) terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Tresna Werdha

Muhammadiyah Probolinggo. Desain yang digunakan adalah Pre Experiment dengan metode pengambilan data pre and post test one group. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel subyek 20 orang pada sampel berpasangan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik chi


(22)

8

penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subjek penelitiannya adalah lansia di Panti Tresna Werdha Muhammadiyah Probolinggo, sedangkan pada penelitian ini subjek penelitianya adalah lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang. Penelitian ini variabel dependennya adalah penurunan skala stres karena kehilangan & berduka sedangkan penelitian diatas variabel dependennya depresi.

1.6 Batasan Penelitian

Untuk menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian pada :

1. Peneliti hanya meneliti lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

2. Peneliti hanya meneliti lansia dengan kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

3. Penelti hanya meneliti skala stres lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.


(1)

Studi pendahuluan dilaksanakan oleh peneliti di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Berdasarkan data di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang terdapat 19 orang lansia perempuan. Dari hasil wawancara dengan 19 lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang terdapat 54% kehilangan pasangan hidup/suami, 21% kehilangan anak, 17% kehilangan aspek diri, dan 8% kehilangan teman sesama panti. Menurut data yang terdapat di Panti di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang dalam periode januari hingga oktober tahun 2013 terdapat 7 orang lansia yang meninggal dunia, 1 orang lansia meninggal di Rumah Sakit dan 6 lansia meninggal di Panti.

Menurut Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa. Peningkatan jumlah lanjut usia akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya (fisik, mental, dan ekonomi). Mengantisipasi kondisi ini pengkajian masalah-masalah usia lanjut perlu ditingkatkan, termasuk aspek keperawatannya, agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta untuk menjamin tercapainya usia lanjut yang bahagia, berdaya guna dalam kehidupan keluarga, dan masyarakat di Indonesia (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Salah satu cara untuk menurunkan skala stres akibat kehilangan dan berduka pada lansia yaitu dengan Horticultural Therapy. Kata hortikultura (horticultural) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colore yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan. Secara harfiah horticultural berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman (Zulkarnaen, 2009). Horticultural Therapy adalah sebuah proses di mana tanaman, kegiatan berkebun, dan kedekatan dengan alam lingkungan digunakan sebagai sarana terapi dan rehabilitasi. Berkebun merupakan sebuah metode hiburan yang populer


(2)

dan dapat dijangkau serta cocok untuk bermacam aktifitas gaya hidup yang sehat (Davis, 1994).

Sebuah penelitian peningkatan tubuh telah menunjukkan bahwa Horticultural therapy sangat efektif dalam mengurangi stres. (Kaplan dan Kaplan) menyebutkan pengurangan stres, efek restoratif dihasilkan dari berbagai jenis lingkungan alam (Hartig T, Mang M, Evans GW, 1991). Orang dengan penyakit jiwa bisa mendapatkan keuntungan banyak dari keikutsertaan dalam kegiatan hortikultural, seperti pengurangan tingkat stres dan kelelahan mental, stabilisasi mood, pengentasan gejala kejiwaan, peningkatan dalam keterbukaan untuk refleksi, dan memperoleh rasa ketenangan dan kenikmatan (Armstrong, 2000; Eling, Kaplan, 1973; Smith, 1998; Wichorowski, Whiteson, Haas, Mola, & Rey, 2005).

Secara fisiologis pada saat stres, aktivasi susunan sarap pusat oleh stres menstimulasi aksis HPA. Aktivasi aksis HPA dimulai dengan sekresi corticotropin-realishing hormone (CRH) dari nukleus paraventrikular hipotalamus kedalam sistem aliran darah portal hipotalamus hipofisis, yang secara berturut – turut menstimulasi sekresi adrenocortropic hormone (ACTH) dari hipofisis anterior, serta vasopresin arginin (angine vasopressin, AVP) dari kelenjar hipofisis posterior. Ketika AVP bekerja secara sentral untuk mendukung respon flight or flight, ACTH bersirkulasi ke korteks adrenal untuk menstimulasi pelepasan glukortiroid (Corwin. 2009). Horticultural therapy berpengaruh pada penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin. Sistem norefinefrin dan dan efinefrin menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, dan nafsu makan yang baik (David, 1987). Oleh karena itu horticultural therapy akan membuat keluarnya neurotransmitter terutama


(3)

norefinefrin dan efinefrin sehingga membuat individu rileks, perasaan senang, dan sejahtera.

Di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang sendiri untuk menurunkan skala stres akibat kehilangan dan berduka pada lansia yaitu dengan melakukan spiritual therapy, yaitu dengan cara memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut. Tetapi untuk terapi - terapi lain khususnya Horticultural Therapy belum pernah dilakukan, di Indonesia sendiri sudah banyak yang menggunakan kegiatan berkebun untuk penghijauan, namun belum banyak yang meneliti tentang manfaat hortikultural therapy dibidang kesehatan terutama dibidang keperawatan jiwa dan keperawatan gerontik. Dari fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Horticultural Therapy Terhadap Penurunan Skala Stres Pada Lansia Akibat Kehilangan & Berduka di Rumah Asuh Anak & Lansia Griya Asih Lawang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh pemberian Hortikultural Therapy terhadap penurunan skala stres pada lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

2. Pada skala berapakah, penurunan skala stres dominan pada lansia akibat kehilangan dan berduka setelah diberikan horticultural therapy di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.


(4)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian hortikultural Therapy terhadap penurunan skala stres pada lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik stres responden penelitian di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

2. Mengidentifikasi skala stres sebelum diberikan horticultural therapy di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

3. Mengidentifikasi skala stres setelah diberikan horticultural therapy di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih lawang

4. Mengidentifikasi pengaruh pemberian hoticultural therapy terhadap penurunan skala stres pada lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang Keperawatan

1. Mengembangkan asuhan keperawatan jiwa dan gerontik dengan menggunakan metode baru

2. Memberikan masukan untuk meningkatkan peran dan fungsi perawat jiwa dan gerontik khususnya dalam upaya intervensi keperawatan jiwa geriatrik ditingkat pelayanan kesehatan jiwa geriatrik dan masyarakat


(5)

3. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif baik disarana kesehatan dan masyarakat

4. Dapat mengembangkan sistem pelayanan untuk kemandirian penderita dengan memberdayakan lansia sehingga diharapkan lansia tersebut menjadi lansia yang produktif dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar

5. Dapat menambah referensi akademik dan pengembangan penelitian dibidang keperwatan khususnya dikeperawatan jiwa dan gerontik dalam penanganan masalah kecemasan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai masukan bagi warga untuk pengembangan dalam manfaat berkebun atau Hortikultural therapy

1.4.3 Bagi Peneliti

Bagi penulis, merupakan sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sehingga menjadi bekal dan dapat diterapkan dalam praktek sehingga tercapai keselarasan antara teori dan praktek di lapang sekaligus sebagai media belajar untuk dapat memecahkan masalah secara ilmiah.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut:

1. Rochmani Eka Mardiyati (2012), Efektivitas Terapi Lingkungan (Plant Therapy) terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Tresna Werdha Muhammadiyah Probolinggo. Desain yang digunakan adalah Pre Experiment dengan metode pengambilan data pre and post test one group. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel subyek 20 orang pada sampel berpasangan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik chi square tanpa ada perlakuan pada kontrol. Perbedaan penelitian ini dengan


(6)

penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subjek penelitiannya adalah lansia di Panti Tresna Werdha Muhammadiyah Probolinggo, sedangkan pada penelitian ini subjek penelitianya adalah lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang. Penelitian ini variabel dependennya adalah penurunan skala stres karena kehilangan & berduka sedangkan penelitian diatas variabel dependennya depresi.

1.6 Batasan Penelitian

Untuk menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian pada :

1. Peneliti hanya meneliti lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

2. Peneliti hanya meneliti lansia dengan kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

3. Penelti hanya meneliti skala stres lansia akibat kehilangan dan berduka di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.