1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Pembelajaran di
kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar Depdiknas, 2002a. Menurut
Mulyasa 2002, muatan dan proses pembelajaran di sekolah selama ini menjadi miskin variasi, berbasis pada standar nasional yang kaku, dan diimplementasikan
di sekolah atas dasar petunjuk-petunjuk yang serba detail. Di samping itu, peserta didik dievaluasi atas dasar akumulasi pengetahuan yang telah diperolehnya,
sehingga lulusan hanya mampu menghapal tanpa memahami. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada proses belajar mengajar
Biologi konsep Keanekaragaman Hayati, di kelas X E SMA Masehi 1 PSAK Semarang, tampak bahwa keaktivan dan kinerja siswa belum optimal. Di kelas X
E dari keseluruhan jumlah siswa, yang terlibat aktif dalam pembelajaran hanya 14,3. Sebagian besar siswa kurang memberikan respons terhadap pertanyaan
yang disampaikan oleh guru. Hanya siswa tertentu yang mau menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Pembelajaran yang berlangsung di
kelas masih berpusat pada guru sebagai sumber utama pengetahuan .Pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa sangat jarang dilakukan. Metode pembelajaran
yang dilakukan oleh guru terbatas pada ceramah sehingga kurang bervariasi. Guru jarang mengkaitkan materi pelajaran dengan masalah nyata kehidupan sehari-hari
2
siswa. Pada umumnya guru memberikan materi sesuai dengan bahan pelajaran yang diperoleh dari buku-buku acuan. Pembelajaran yang berlangsung selama ini
hanya dilangsungkan di dalam kelas. Pembelajaran di luar kelas, misalnya di lingkungan sekitar sekolah atau laboratorium jarang dilakukan sehingga siswa
mengalami kebosanan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi dan siswa, diketahui bahwa pada umumnya siswa kelas X SMA
Masehi 1 PSAK mengalami “kemandegan belajar”. Menurut penjelasan guru, ada kecenderungan bahwa siswa SMA Masehi 1 PSAK pergi ke sekolah hanya
sekedar untuk memenuhi kewajiban sebagai pelajar. Siswa menjadi malas belajar karena mereka kurang menyadari pentingnya belajar sebagai bekal masa depan.
Minat dan motivasi untuk belajar masih rendah. Sejak tahun 2004 yang lalu, kurikulum yang dilaksanakan di Indonesia
adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. SMA Masehi 1 PSAK Semarang adalah salah satu sekolah yang mulai tahun 2004 menerapkan KBK. Menurut
Depdiknas 2002, KBK berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman yang bermakna.
Upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerjasama, dan menilai diri sendiri sangat perlu diutamakan agar siswa mampu membangun pemahaman dan
pengetahuannya. Kegiatan belajar mengajar perlu memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia kerja yang terkait dengan penerapan
konsep, kaidah dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari. Pembelajaran konvensional dimana proses belajar mengajar terfokus pada
guru dan kurang terfokus pada siswa masih diterapkan sampai saat ini. Akibatnya
3
kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Untuk itu pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar
memahami konsep dan prinsip keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang
telah dikuasai. Bagi siswa, untuk benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan bergulat dengan ide-ide Nur, 2000. Tugas seorang guru dalam hal ini adalah membuat agar proses pembelajaran
pada siswa berlangsung secara efektif dan bermakna. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Strategi belajar itu harus dapat
membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik serta menerapkan pengetahuannya itu dalam
kehidupannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
pembelajaran agar efektif adalah melalui pendekatan Science, Environment, Technology and Society
SETS. Akronim SETS, bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat. Titik pusat pembelajaran sains berwawasan SETS adalah menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dan implikasinya terhadap
lingkungan, teknologi dan masyarakat Binadja, 2000. Keunggulan pembelajaran dengan pendekatan SETS dibandingkan pendekatan lainnya yaitu karena
pembelajaran selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bersifat kontekstual dan komprehensif terintegrasi antara
4
keempat komponen SETS. Dari hasil penelitian Indriyanti dan Suprihationo 2004, menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan SETS akan dapat
meningkatkan perhatian dan memotivasi siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan SETS
adalah Pembelajaran Berdasar Masalah Problem Based Instruction PBI. Penerapan PBI ini penting karena tujuan pembelajaran ini adalah memecahkan
masalah keseharian authentik sehingga anak sudah dibiasakan dengan situasi nyata sehari-hari. Dengan PBI guru dapat melatih siswa untuk menjadi orang
yang mandiri dan terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang berbeda.
Salah satu tujuan mata pelajaran Biologi di SMA adalah meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Secara formal , pelajaran Biologi
khususnya konsep Lingkungan merupakan bagian dari pendidikan lingkungan, karena memiliki nilai yang cukup strategis dalam menanamkan sikap maupun
aspek kognitif sains yang berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan. Menurut Sholahudin 2001, salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah rendahnya
kepedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan. Melihat adanya kaitan erat antara mata pelajaran Biologi dengan sikap positif terhadap lingkungan hidup,
maka perlu penyempurnaan proses belajar mengajar IPA terutama Biologi, agar berhasil dalam menanamkan sikap positif terhadap lingkungan.
Karakteristik pelajaran konsep Lingkungan yang bersifat interdisipliner memungkinkan siswa berpikir kritis dan komprehensif jika dalam
5
pembelajarannya menggunakan pendekatan SETS dengan model pembelajaran PBI
. Melalui pendekatan ini siswa dididik untuk dapat memecahkan masalah- masalah lingkungan dengan menerapkan konsep-konsep yang sudah dimiliki dari
berbagai disiplin ilmu terkait. Menggunakan model pembelajaran PBI dalam pelajaran konsep Lingkungan dimaksudkan agar siswa memperoleh kesempatan
untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap permasalahan lingkungan yang dihadapi masyarakat serta menumbuhkan sikap mencintai lingkungan.
Atas dasar inilah maka peneliti mencoba menerapkan pendekatan SETS dengan model pembelajaran PBI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
konsep Lingkungan. Diharapkan siswa dapat menguasai konsep ini dengan baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah